Anda di halaman 1dari 34

DASAR TEORI PLC

1. Pengertian Programmable Logic Controller ( PLC )

Suatu piranti elektronik yang dirancang untuk beroperasi secara


digital, menggunakan memori sebagai penyimpan instruksi
instruksi internal
Instruksi tersebut menjalankan fungsi-fungsi logika, seperti
pencacah, urutan proses, pewaktu, aritmatika dan fungsi
lainnya.

Instruksi-instruksi internal dibuat dengan cara membuat kode


program yang nantinya dimasukkan kedalam memori

Kode program dapat dimasukkan melalui PLC Programmer /


Monitor

2. Penggunaan PLC dalam Industri


1. Kendali proses pengepakan
2. Kendali proses penanganan bahan
3. Kendali proses perakitan

3. Keuntungan penggunaan kontrol PLC

1. Wiring sistem berkurang sampai 80 %


2. Dibutuhkan daya yang lebih kecil
3. Modifikasi rangkaian kontrol atau aplikasi lebih mudah dilakukan dengan
merubah struktur program melalui console atau komputer tanpa merubah
wiring komputer, jika tidak dibutuhkan tambahan peralatan input atau
output.
4. Biaya yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan sistem konvensional
dalam kondisi ketika jumlah input -output sangat banyak dan fungsi
kontrol cukup komplek
5. Proses pembuatan sistim lebih cepat, baik menyangkut aplikasi rangkaian
kontrol maupun struktur program.
Struktur Dasar PLC

Gambar 1. Struktur dasar PLC

1. Central Proccesing Unit ( CPU )


Sesuai dengan namanya unit ini merupakan pusat pemrosesan semua
instruksi-instruksi atau perintah-perintah yang diberikan ke PLC. Di dalam
CPU ini terdapat 3 bagian utama yaitu :

a. Mikroprosesor yang merupakan otak dari PLC yang difungsikan


untuk opersi matematika dan operasi logika.
b. Memori yang merupakan daerah CPU yang digunakan untuk
melakukan proses penyimpanan dan pengiriman data pada PLC.
c. Catu daya yang berfungsi pemberi pasokan catu daya ke seluruh
bagian PLC termasuk CPU, memori dan lain-lain. (Lebih jelas
lihat poin 4 bagian ini)

2. Programmer/Monitor
Programmer/Monitor merupakan suatu alat yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan PLC. Dengan menggunakan Programer/Monitor ini
dapat dimasukan program ke dalam PLC dan juga dapat memonitor proses
yang dilakukan oleh PLC.
Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan handle console
(handle programming) atau komputer.

Gambar 2. Handle console (kiri), komputer (kanan)

3. Modul Masukan dan Keluaran PLC


Modul masukan berfungsi mendeteksi proses atau kondisi atau
status suatu keadaan atau proses yang terjadi, misalnya ketinggian
permukaan air maka dibutuhkan sensor yang tepat untuk kondisi atau
keadaan tersebut. Beberapa modul masukan yang sering digunakan yaitu
saklar push button, limit switch, proximity limit switch, liquid limit
switch, flow switch dan sebagainya.

Pushbutton NO

Pushbutton NC

Limit Switch NO

Limit Switch NC

Proximity
Limit Switch

Liquid Level Switch

Flow Switch

Gambar 3. Simbol simbol modul masukan

Modul keluaran berfungsi menghubungkan PLC dengan alat-alat


eksternal ( yang dikendalikan ). Beberapa alat atau piranti yang banyak
digunakan adalah motor, solenoid, relay, heater, lampu indikator, speaker
dan sebagainya.

Motor M

Solenoid

LED Display

Heater HEATER

Lampu

Gambar 4. Simbol simbol modul keluaran

4. Power Supply
Umumnya PLC membutuhkan supply berupa tegangan AC antara
120 sampai 220 VAC dengan toleransi tegangan 10 15%. Selain sumber
AC ada juga PLC yang membutuhkan sumber berupa tegangan DC
24VDC.

Gambar 5. Sumber tegangan 24 V DC untuk PLC


Gambar 6. Pengawatan sumber tegangan AC PLC Omron CPM1A

Gambar 7. Tampak atas PLC Omron CP1E


Masukan PLC
Masukan pada sebuah PLC terpisah secara optik dimana sinyal masukan
ditransmisikan melalui cahaya kepada bagian phototransistor.

1. Jenis DC
Ketika tombol masukan ditekan maka arus akan mengalir melalui LED
transmitter (LED On) sehingga cahaya sampai ke bagian basis phototransistor
dan mengakibatkan saturasi. Ketika phototransistor saturasi maka tegangan
antara collector-emitor akan jatuh dan menyebabkan terjadinya logika nol pada
rangkaian internal CPU.

Gambar 8. Skema internal masukan PLC jenis DC

COM

Gambar 9. Ilustrasi penggunaan terminal COM pada masukan tipe DC


Gambar 10. Koneksi masukan PLC jenis DC

2. Jenis AC
Ketika tombol masukan ditekan maka arus akan mengalir melalui LED
transmitter (LED On) sehingga cahaya sampai ke bagian basis phototransistor
dan mengakibatkan saturasi. Ketika phototransistor saturasi maka tegangan
antara collector-emitor akan jatuh dan menyebabkan terjadinya logika nol pada
rangkaian internal CPU.

Gambar 11. Skema internal masukan PLC jenis AC


Gambar 12. Ilustrasi penggunaan terminal COM pada masukan tipe AC

Gambar 13. Koneksi masukan PLC jenis AC


Sourcing and Sinking Input
Terdapat dua macam sensor tiga terminal pada PLC yaitu Sourcing Sensor
(Jenis PNP) dan Sinking Sensor (Jenis NPN).

Gambar 14. Sourcing sensor (PNP)

Ketika sensor dan detector mendeteksi fenomena fisik maka akan


mengaktifkan kaki basis ( V basis nol volt) sehingga arus mengalir dari emitor
menuju keluaran sensor (kaki kolektor) menjadi sumber arus bagi rangkaian luar.

Gambar 15. Koneksi sourcing sensor dengan sinking PLC input


Gambar 16. Sinking sensor (NPN)

Ketika sensor dan detector mendeteksi fenomena fisik maka akan


mengaktifkan kaki basis ( V basis > 0,7 volt) sehingga arus mengalir dari kolektor
(output sensor) menyerap arus menuju catu negatif sensor.

Gambar 17. Koneksi sinking sensor dengan sourcing PLC input


Luaran PLC
Luaran pada sebuah PLC dapat berupa Relay, Transistor dan TRIAC.
Luaran jenis relay adalah yang paling fleksibel karena dapat menggerakkan beban
DC maupun AC. Kecepatan switching jenis output relay relatif lambat (10 ms).
Untuk switching cepat maka jenis luaran transistor (jenis DC) dan triac (jenis AC)
adalah yang paling tepat. Kecepatan switching jenis output ini adalah kurang dari
1 ms dengan arus yang bias dilewatkan umumnya 1A.

1. Jenis Relay
Besarnya nilai arus yang boleh dilewatkan pada terminal atau relay
internal bervariasi sesuai spesifikasi vendor plc tetapi umumnya adalah sekitar 2A
untuk tegangan 220VAC

Gambar 18. Antarmuka internal output PLC jenis relay

Gambar 19. Ilustrasi penggunaan terminal COM pada luaran sumber DC dan AC
2. Jenis Transistor
Berdasarkan transistor pada optocoupler maka terdapat dua jenis output
PLC yaitu NPN dan PNP. Transistor output beroperasi pada mode switching
dengan tegangan kolektor dan emitor saat saturasi sebesar 1-2 VDC.

Gambar 20. Antarmuka internal output PLC jenis transistor NPN

Gambar 21. Koneksi peralatan ouput terhadap output PLC mode sourcing
dan sinking
3. Jenis Triac
Jenis ini mampu menggerakkan beban AC memalui rangkaian internal
output PLC

Gambar 22. Antarmuka internal output PLC jenis TRIAC


PEMROGRAMAN LADDER DASAR

1. Pengantar Dasar dalam Pemrograman Ladder

Programmable Controller (selanjutnya di sini disebut controller)


mengeksekusi program pada basis informasi dari perangkat input seperti sakelar
dan sensor listrik dan, sehingga, sinyal output menuju perangkat eksternal seperti
lampu indikator dan pemancar. Anda dapat menentukan bagaimana perangkat
output beroperasi tergantung pada cara Anda menyusun dan membuat program
tersebut. Program merupakan langkah tepat untuk menyediakan seperangkat
kontrol yang siap melakukan perubahan dalam operasi.

Gambar 23. Perangkat input, controller dan output

Perangkat input dan output seperti sakelar dan lampu indikator yang
terhubung ke controller teridentifikasi dengan menggunakan alamat. Contoh
pengiriman berikut merupakan representasi dari controller seri CJ2M.

ch 0Unit input
ch 1Unit output
Gambar 24. Contoh alamat pada unit input dan output PLC

Meskipun controller dapat menggunakan beberapa tipe program yang


berbeda, program ladder lah yang sering digunakan, yang merupakan representasi
logika dari diagram sirkuit rangkaian. Nama ladder sendiri berasal dari tampilan
program yang terlihat seperti ladder (tangga) dengan dua garis bus paralel dan
koneksi atau kumparan di bagian tengahnya.

Gambar 25. Diagram Ladder dan Diagram Sirkuit Rangkaian


Simbol-simbol diagram ladder dan alamat digunakan untuk membuat
program ladder. Beberapa simbol diagram ladder dasar mencakup Input (kontak
NO), Input (kontak NC), dan Output.

Simbol berbeda digunakan untuk merepresentasikan perangkat yang berbeda


dalam diagram sirkuit rangkaian, tetapi dalam diagram ladder, alamat digunakan
untuk merepresentasi perangkat yang berbeda. Diagram yang dicontohkan di sini
merepresentasikan perangkat input yang terhubung pada channel 0, bit 00 dan
perangkat output pada channel 1, bit 05.

2. Ketentuan dalam pembuatan program ladder

Program ladder dibuat dengan menempatkan koneksi dan output di antara


dua garis bus. Garis vertikal di bagian kiri merepresentasikan daya bermuatan
positif dan garis vertikal di bagian kanan merepresentasikan daya bermuatan
negatif. Di dekat garis bus bagian kiri merupakan koneksi dependen yang
terhubung ke output pada bagian kanan. Seperti yang terlihat, ini
merepresentasikan aliran (konduktansi) arus dari kiri ke kanan. Garis ujung pada
program ladder harus mengandung instruksi akhir.

Gambar 25. Contoh program ladder


SIRKUIT DASAR
1. Kontak NO

Kontak NO tertutup dan menjadi konduktif apabila kontak tersebut


dinyalakan. Silakan lihat pada sirkuit yang menggunakan kontak NO. Pada sirkuit
ini, output (1,00) dihidupkan sementara input (0,00) dimatikan. Lampu menyala
saat tombol ditekan.

Gambar 26. Ilustrasi kontak NO, program ladder dan grafik waktu

Grafik waktu menjelaskan cara perangkat beroperasi dalam waktu tertentu.


Sumbu vertikal merepresentasikan status operasi dalam keadaan
MENYALA/MATI. Grafik batang meningkat seiring perangkat mulai beroperasi
dan bertambah sampai akhir operasi perangkat tersebut seperti yang
direpresentasikan pada ujung batang. Sumbu horizontal menjelaskan waktu.

2. Kontak NC

Kontak NC membuka dan tidak lagi bersifat konduktif apabila kontak


tersebut dihidupkan. Silakan lihat pada sirkuit yang menggunakan kontak NC.
Pada sirkuit ini, output (1,00) dimatikan sementara input (0,00) dinyalakan.
Normalnya lampu menyala dan hanya mati selama tombol ditekan.
Gambar 27. Ilustrasi kontak NC, program ladder dan grafik waktu

3. Gerbang AND

Gerbang AND merepresentasikan operasi di mana output tidak dihasilkan


sampai setidaknya dua syarat dalam rangkaian seri terpenuhi. Silakan lihat pada
gerbang AND. Pada sirkuit ini, output (1,00) dinyalakan sementara input 1 (0,00)
dan input 2 (0,01) dinyalakan secara bersamaan. Output tidak menyala jika hanya
satu input yang menyala. Lampu menyala saat dua sakelar ditekan secara
bersamaan.
Gambar 28. Ilustrasi Gerbang AND, program ladder dan grafik waktu

Contoh Penggunaan

Di sini, kami akan mengilustrasikan contoh penggunaan gerbang AND


sebagai pengukur keamanan dalam mesin cetak. Program ini telah tertulis
sehingga mesin cetak tidak beroperasi kecuali kedua sakelar ditekan secara
bersamaan. Mesin cetak beroperasi apabila operator menggunakan kedua
tangannya untuk menekan sakelar pada bagian kiri dan kanan mesin cetak. Kedua
tangan harus diletakkan pada sakelar, untuk menghindari tangan terhimpit mesin
cetak.

Gambar 29. Aplikasi sistem AND

4. Gerbang OR

Sirkuit OR merepresentasikan operasi di mana output tidak


dihasilkan sampai setidaknya satu dari dua syarat dalam rangkaian paralel
terpenuhi. Silakan lihat pada gerbang OR. Pada sirkuit ini, output (1,00) menyala
saat input 1 (0,00) atau pun input 2 (0,01) dinyalakan. Output digeser saat salah
satu atau kedua input dinyalakan. Lampu menyala saat setidaknya salah satu dari
kedua sakelar ditekan.

Gambar 30. Ilustrasi Gerbang OR, program ladder dan grafik waktu
Contoh Penggunaan

Di sini, kami akan mengilustrasikan contoh penggunaan sirkuit OR untuk


menyalakan indikator kegagalan sistem. Beberapa sensor yang digunakan untuk
mendeteksi abnormalitas dipasang di lokasi berbeda pada alat tersebut. Program
telah tertulis sehingga indikator menyala untuk mengingatkan para pekerja
setidaknya saat salah satu sensor mendeteksi abnormalitas. Indikator menyala
untuk mengingatkan para pekerja tentang adanya abnormalitas saat setidaknya
salah satu sensor tersebut menyala.

Gambar 31. Ilustrasi Gerbang OR

Latihan

Mari menganalisis sebuah program (diagram ladder) dengan materi yang


telah Anda pelajari sejauh ini. Beberapa alat tidak beroperasi sebelum ketiga
sensor dinyalakan. Silakan lihat program yang tertulis demikian seperti lampu
yang Siap menyala saat semua sensor dinyalakan, dan lampu yang Tidak Siap
menyala saat satu atau beberapa sensor tersebut dimatikan.

Gambar 32. Ilustrasi latihan program ladder


Coba pikirkan program yang menghasilkan efek yang dikehendaki dengan
menggunakan ketentuan dalam membuat program ladder di mana koneksi
dependen berada di dekat garis bus sebelah kiri yang dihubungkan ke output di
sebelah kanan.

Petunjuk Latihan

Lampu yang siap Menyala saat semua sensor dinyalakan

Lampu yang Tidak Siap Menyala saat setidaknya salah satu dari sensor (1,
2, 3) dimatikan

5. Sirkuit Kontrol Self-Holding

Dengan sirkuit yang telah kita pelajari sejauh ini, lampu akan menyala
hanya selama tombol ditekan, misalnya, ketika menggunakan kontak
NO.Bagaimana jika kita menginginkan lampu tetap menyala walaupun tombol
dilepas?. Agar lampu tetap menyala, kita perlu membuat sirkuit yang disebut
dengan sirkuit kontrol self-holding. Sirkuit kontrol self-holding mempertahankan
output setelah dipicu bahkan setelah keadaan input seperti tombol dimatikan.

Gambar 33. Aplikasi self holding


Silakan lihat pada grafik waktu sirkuit kontrol self-holding berikut ini.

Gambar 34. Grafik waktu dan ladder self-holding

Pada sirkuit ini, output (1,00) menyala saat input (0,00) menyala. Koneksi
output (1,00) yang sejajar dengan input (0,00) juga menyala pada waktu yang
bersamaan. Alamat yang menyatakan output dapat digunakan sebagai koneksi
dalam program ladder.

Gambar 35. Penggunaan self-holding

Setelah input (0,00) dimatikan, sirkuit paralel tetap bersifat konduktif


sehingga output (1,00) tetap menyala. Output tetap menggunakan koneksi yang
dihasilkan sendiri saat awal menyala. Namun, apabila dibiarkan seperti ini, sekali
sirkuit dinyalakan, output akan tetap tertahan sampai pengontrol berhenti
beroperasi. Untuk mencegah terjadinya hal ini, kami menyisipkan kontak NC
(0,01) pada rangkaian sebelum output. Saat kontak NC ini (0,01) dinyalakan,
output akan mati.
Gambar 36. Reset self-holding

Contoh Penggunaan

Contoh penggunaan sirkuit kontrol self-holding untuk menghidupkan dan


mematikan perangkat pembawa barang. Misalnya kita ingin perangkat pembawa
barang tersebut mulai beroperasi setelah menghidupkannya dan lalu
mematikannya saat produk telah dikemas. Apabila kita menggunakan sirkuit
kontrol self-holding, kita dapat menekan tombol mulai satu kali untuk
menghidupkan perangkat tersebut, yang akan tetap beroperasi meskipun tombol
dilepaskan. Setelah produk dikemas, kita dapat menekan tombol berhenti untuk
menghentikan perangkat tersebut. Meskipun operasi ini sederhana, apabila kita
tidak membuat sirkuit kontrol self-holding, operator harus terus menekan sakelar
tersebut sampai semua produk selesai dikemas.

6. Work Area

Kita dapat menggunakan Work Area untuk membuat sirkuit kontrol self-
holding yang baru saja kita pelajari. Work Area adalah alamat yang hanya dapat
digunakan dalam program. Tidak ada perangkat input dan output untuk
menghubungkan dan keadaan MENYALA/MATI tidak bisa berupa output secara
eksternal. Alamat untuk Work Area diawali dengan huruf "W" seperti dalam
W0.00 misalnya. Nomor alamat yang tersedia tergantung pada pembuatan dan
model pengontrol.
Silakan lihat pada sirkuit kontrol self-holding yang menggunakan Work
Area. Output dari Work Area (W0,00) menyala saat input (0,00)
menyala. Koneksi dari Work Area (W0,00) yang sejajar dengan input (0,00) tetap
menjadi output. Output (1,00) menyala saat koneksi dari Work Area (W0,00)
menyala.

Gambar 37. Sirkuit self-holding dengan Work Area

Saat input yang diatur ulang (0,01) dinyalakan, sirkuit kontrol self-holding
diputuskan sambungannya, dan outputnya dimatikan. Meskipun sirkuit kontrol
otomatis dapat dibuat tanpa menggunakan Work Area, ini bermanfaat untuk
mengatur kondisi input dan output dalam sirkuit yang kompleks. Work Area
memiliki fungsi lain selain sebagai sirkuit kontrol self-holding. Misalnya, ketika
sirkuit AND agak panjang, Work Area dapat digunakan untuk membagi sirkuit
dan menciptakan output perantara.
Gambar 38. Work Area sebagai output perantara

7. Sirkuit Interlock

Sirkuit interlock adalah tipe sirkuit yang digunakan untuk memutar motor
ke arah depan dan arah berkebalikan. Perlu adanya pembuatan sirkuit yang aman
yang dapat memastikan motor tidak berputar ke dua arah secara bersamaan
apabila aplikasi tertentu menggunakan kedua rotasi motor ke arah depan dan arah
berkebalikan. Sirkuit interlock memprioritaskan operasi yang sesuai dengan salah
satu dari dua sinyal input yang pertama kali mulai sementara juga mencegah
berlangsungnya operasi lain.

Gambar 39. Aplikasi sirkuit interlock pada motor

Silakan lihat pada sirkuit interlock.


Output 1 (.,00) menyala saat input 1 (0.00) menyala. Sama halnya, output
2 (1.01) menyala saat input 2 (0.01) menyala. Sirkuit interlock mencegah output
beroperasi secara bersamaan dengan dipasangnya kontak NC dari masing-masing
output sebelum output sirkuit lain. Oleh karena itu, saat output 1 (1.00)
dinyalakan, kontak NC sebelum output 2 terbuka, mencegah output 2 beroperasi.
Hal ini sama juga untuk output yang lainnya.

Gambar 40. Ladder Diagram Interlock

Contoh Penggunaan

Contoh penggunaan sirkuit interlock untuk membuka dan menutup katup elektris.
Saat sakelar Buka ditekan, motor bergerak ke atas sehingga mengangkat
dan membuka katupnya. Saat sakelar Tutup ditekan, motor bergerak ke bawah
sehingga menurunkan dan menutupkan katupnya. Sirkuit interlock dibuat untuk
mencegah motor beroperasi di tiap arah secara bersamaan. Saat motor bergerak ke
atas sehingga menaikkan katupnya, sirkuit untuk katup bagian bawah diprogram
agar tidak bersifat konduktif. Sehingga, logika ini memungkinkan kita untuk
membuat sirkuit yang aman yang mencegah motor beroperasi dengan dua arah
yaitu dengan menaikkan katup dan mengarahkan ke katup bagian bawah.

Gambar 40. Aplikasi sirkuit Interlock


Tugas 1:
Rancanglah sebuah ladder diagram sistem kontrol tombol cerdas cermat
seperti ditunjukkan pada Gambar 41.

Gambar 41. Ilustrasi cerdas cermat

Jika tombol A ditekan, maka lampu L1 menyala dan buzzer berbuyi.


Setelah itu tombol B maupun C tidak dapat menyalakan lampu L2-L3
maupun membunyikan buzzer. Buzzer akan mati setelah tombol A dilepas
dan lampu L1 akan mati jika ditekan tombol Reset.
Jika tombol B ditekan, maka lampu L2 menyala dan buzzer berbunyi.
Setelah itu tombol A maupun C tidak dapat menyalakan lampu L1-L3
maupun membunyikan buzzer. Buzzer akan mati setelah tombol B dilepas
dan lampu L2 akan mati jika ditekan tombol Reset.
Jika tombol C ditekan, maka lampu L3 menyala dan buzzer berbunyi.
Setelah itu tombol A maupun B tidak dapat menyalakan lampu L1-L2
maupun membunyikan buzzer. Buzzer akan mati setelah tombol C dilepas
dan L3 akan mati jika ditekan tombol Reset.
INSTRUKSI DASAR

1. Instruksi SET-RSET

Instruksi SET menyerupai instruksi OUT, tapi pada SET, bit yang menjadi
operand-nya bersifat latching (mempertahankan kondisinya), artinya bit-nya akan
tetap dalam kondisi ON walaupun kondisi inputnya sudah OFF. Untuk
mengembalikan ke kondisi OFF harus menggunakan instruksi RESET. Ladder
diagram untuk sebuah SET dan RESET dan timimg diagramnya ditunjukkan
pada gambar berikut.

Gambar 42. Ladder Diagram, grafik waktu instruksi SET-RSET

2. Instruksi KEEP

Instruksi KEEP adalah perintah yang menyatakan pengunci pada koil itu
sendiri tanpa adanya kontak pengunci ataupun kontak yang menyebabkan koil itu
terkunci.
Gambar 43. Ladder Diagram instruksi KEEP

3. Instruksi DIFU-DIFD

DIFU merupakan singkatan dari Differentiate Up, kontrol ini berfungsi


untuk meng-ON kan output selama satu scan. Cara kerjanya, apabila input ditekan
maka output DIFU akan ON dan kontak DIFU akan hidup hanya sekejap
walaupun input 0.00 ditekan lama. Jadi DIFU ini bekerja pada saat transisi naik
dari OFF ke ON. DIFD merupakan singkatan dari Differentiate Down, berfungsi
meng-ON kan output selama satu scan. Bedanya, DIFD ini bekerja pada saat
transisi turun yaitu perubahan kondisi dari ON ke OFF.

Gambar 44. Ladder Diagram instruksi DIFU-DIFD


Tugas2:
Rancanglah sebuah ladder diagram sistem kontrol pengisian air pada sebuah
vessel seperti ditunjukkan pada gambar 45. Tugas ini diambil (di kopi) dari buku:
A Beginners quide to PLC (OMRON ASIA PACIFIC PTE.LTD).

Gambar 45. Ilustrasi tugas pemrograman mesin stiring liquid

Pada saat PB1 ditekan, MV1 terbuka dan air mulai mengisi tanki. Pada
waktu yang bersamaan, motor pengaduk M mulai beroperasi. Ketika level air
melalui TLB2 dan mencapai TLB1, MV1 tertutup dan motor tertutup.
Selanjutnya, MV2 terbuka dan mulai mengeringkan (mengosongkan) air. Ketika
level air turun dibawah TLB2, MV2 Tertutup. Ketika cycling operasi terulang 4
kali, Indikator END menyala, dan operasi pengisian dan pengosongan tidak akan
terulang sampai PB1 ditekan lagi.
4. Timer

Timer, adalah instruksi yang jika instruksi ini diberikan input ON


kepadanya, maka setelah selang waktu yang ditentukan, output timer ini akan
berubah dari keadaan awal OFF menjadi ON sampai dengan input timer
dimatikan (ON->OFF). Untuk lebih jelasnya, lihat gambar dibawah ini:

5. Counter

Counter, adalah instruksi yang jika diberikan input ON setelah beberapa


kali seperti yang diinginkan oleh programmer, maka output counter akan berubah
dari keadaan awal OFF menjadi ON sampai dengan kita memberikan input ON
pada bagian reset counter. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar di bawah ini:

Gambar di atas adalah diagram ladder sederhana untuk menghidupkan


suatu lampu menggunakan counter. Dari ladder di atas, jika kita menekan tombol
1 (0.00) sebanyak 3 kali maka CNT000 akan ON dan membuat lampu 10.00
HIDUP. Jika kita terus menekan tombol 1 sampai beberapa kali, misalnya sepuluh
kali. maka tetap saja CNT000 akan terus ON. Yang bisa mematikan CNT000 atau
dengan kata lain mematikan lampu adalah tombol 2. Cukup menekan tombol 2
sekali, maka lampu akan OFF. Jadi pada program diatas, lampu akan menyala
setelah kita menekan tombol 1 sebanyak 3 kali dan lampu akan mati jika kita
menekan tombol 2. Jika kita sudah menekan tombol 1 sebanyak 2 kali, namun
setelah itu kita menekan tombol 2, maka jika ingin menghidupkan lampu, harus
mulai dari awal lagi, yaitu dengan menekan tombol 1 sebanyak 3 kali, karena
yang 2 kali tadi sudah direset oleh tombol 2.

Tugas 3:

Soal Timer dan Counter

Gambar 48. Ilustrasi Soal Timer dan Counter

Ketika tombol hijau di tekan maka lampu akan menyala secara berurutan
dari L1,L2,L3 dan berulang secara otomatis. Siklus ini berulang sampai 5 kali
.Dan tombol merah untuk menghentikan sistem.

Tugas 4:

Rancanglah sebuah ladder diagram sistem kontrol Conveyor Apel seperti


ditunjukkan pada Gambar 49.

Gambar 49. Ilustrasi tugas pemrograman Conveyor Apel


Pada saat PB1 ditekan, maka Conveyor box berjalan, sehingga box
menyentuh limit switch lalu conveyor box berhenti. Seketika itu juga conveyor
apel berjalan sehingga apel jatuh satu demi satu kedalam box melalui sensor infra
red yang memberi input pada PLC. Apel ke-6 yang jatuh kedalam box
mengakibatkan conveyor box kembali berjalan dan seketika itu juga conveyor
apel berhenti. Saat conveyor box berjalan box kosong selanjutnya menyentuh
limit switch lalu conveyor box kembali berhenti. Seketika itu juga conveyor apel
berjalan sehingga apel jatuh satu demi satu kedalam box melalui sensor infra red
yang memberi input pada PLC. Apel ke-6 yang jatuh kedalam box mengakibatkan
conveyor box kembali berjalan dan seketika itu juga conveyor apel berhenti.
Siklus tetap berjalan hingga PB2 ditekan baru setiap opersi terhenti.

Anda mungkin juga menyukai