MATA KULIAH
TEKNIK REFRIGASI
disusun oleh :
Depri Yantri
06000376
Lemington
1106052480
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan bimbingan-Nya. Laporan ini disusun sebagai bentuk dokumentasi dan hasil akhir dari
proses mata kuliah Teknik Refrigasi. Laporan ini juga diajukan sebagai salah satu syarat
kelulusan mata kuliah Teknik Refrigasi dalam kurikulum 2014 program studi Teknik Mesin
Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membantu
perkembangan pembahasan terkait topik laporan ini maupun bagi penulis secara pribadi.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, baik bagi penulis, teman-teman,
dosen, dan lain-lain, juga bagi perkembangan keilmuan Teknik Mesin UI.
Terima kasih.
Jakarta, 11 Juni 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
I.2. Rumusan Masalah............................................................................ 2
I.3. Batasan Masalah............................................................................. 2
BAB II DASAR TEORI....................................................................................... 3
II.1. Prinsip Dasar Refrijerasi........................................................................ 3
II.2. Komponen Utama Dalam Sistem Refrigerasi........................................ 4
BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN....................................................... 9
III.1. Parameter Cold Storage.......................................................................... 9
III.2. Perhitung Cooling Load................................................................... 11
III.3. Pemilihan Utilitas Cold Storage...................................................... 18
III.4. Siklus Aktual (Akhir)............................................................................. 24
III.5. Gambar Pendesainan.............................................................................. 25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 27
REFERENSI......................................................................................................... 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka penulisan tugas akhir ini dititik
beratkan pada permasalahan beban pendinginan yang terjadi pada cold storage. Dimana
beban tersebut kami anggap tetap sesuai dengan kondisi yang diberikan, meliputi beban
transmisi yang terjadi pada dinding cold storage, bbeban infiltrasi akibat perembesan udara
luar kedalam ruang pendingin, beban - beban yang timbul dan berasal dari respirasi oleh
bawang, dan juga beban lainnya yang dihasilkan oleh pekerja ataupun utilitasw bangunan
yang terdapat pada cold storage tersebut seperti lampu ataupun defrosting.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
1. Heat absorption
Pada proses ini, refrigerant dalam bentuk liquid menyerap atau mengambil panas
dari sumber panas. Penyerapan panas menyebabkan refrigerant berubah fase dari
liquid (cair) menjadi vapour (uap). Refrigeran dalam bentuk uap ini juga menerima
panas dan temperaturnya akan meningkat. Jadi, di tingkat ini refrigerant berubah fase
dari bentuk liquid dengan temperatur rendah menjadi uap dengan temperatur tinggi.
2. Energy addition
Pada proses ini, energi di ditambahkan ke refrigerant supaya refrigerant dapat
melangkah menuju ke tingkat selanjutnya pada siklus refrigerasi. Dalam proses ini
yang juga disebut sebagai langkah kompresi, refrigerant dalam bentuk uap
dikompresi. Hal ini menyebabkan meningkatnya tekanan dan temperatur refrigerant.
3. Heat rejection
Dalam proses ini uap dengan tekanan dan temperatur yang tinggi
kemudian dibuang atau dipindahkan. Di tingkat ini refrigerant membuang
panas yang telah diserap pada tingkat heat absorption. Selama proses ini,
refrigerant berubah fase dari uap dengan temperatur tinggi menjadi fase cair
dengan temperatur rendah kembali.
4. Ekspansi
Dalam proses ini, refrigerant berbentuk liquid diekspansi yang menyebabkan
tekanan liquid menurun. Ketika terjadi penurunan tekanan, temperaturnya juga
turun. Setelah proses ekspansi , refrigerant dengan fase liquid berada dalam
kondisi tekanan dan temperatur rendah, sehingga liquid sekarang dapat memulai
siklus kembali.
1. Evaporator
Evaporator adalah jenis dari penukar panas (heat exchanger) sebagai media
pemindahan energi panas melalui permukaan agar refrijeran cair menguap dan
menyerap panas dari udara dan produk yang ada di dalam ruang. Refrijeren yang
4
berada pada keadaan campuran cair jenuh & uap menyerap kalor sehingga berubah
menjadi uap. Heat transfer dapat terjadi karena temperatur refrigerant yang lebih
rendah daripada temperatur disekitar evaporator.
Kapasitas evaporator biasanya dinyatakan dalam Watt. Agar dapat memindahkan
energi panas sesuai denga keinginan, maka permukaan perpindahan panas evaporator
harus mempunyai kapasitas perpindahan panas yang cukup, agar semua refrijeran
yang akan diuapkan di dalam evaporator dapat berlangsung dengan optimal dan
menghasilkan pendinginan yang maksimum pula.
Pemindahan panas yang berlangsung di evaporator dapat terjadi dalam dua
cara,yaitu konveksi, dan konduksi. Besarnya kapasitas perpindahan panas pada
evaporator tergantung pada lima variable sebagai berikut:
(1)Luas area permukaan
(2)Beda suhu
(3)Faktor konduktivitas panas
(4)Ketebalam material yang digunakan
(5)Waktu
Secara matematika, jumlah panas yang dipindahkan dapat dihitung denga formula
sebagai berikut:
Q = A x U x D
Di mana:
Q = jumlah panas yang dipindahkan (Watt) A =
Permukaan luar evaporator(m2)
U = Faktor konduktansi panas(W/m2.K)
D = Beda suhu refrijeran dan udara luar (K)
2. Kompresor
Kompresor merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk memberikan kompresi
atau tekanan pada refrigerant yang berasal dari section line sehingga temperatur dan
tekanannya naik dan selanjutnya dialirkan ke discharge line untuk menaikkan
tekanan dan temperatur refrijeren dari tekanan dan temperatur rendah menjadi
tekanan dan temperatur tinggi. Disini kompresor memastikan bahwa suhu gas
refrigeran yang disalurkan ke kondenser harus lebih tinggi dari suhu condensing
medium. Bila suhu gas refrigeran lebih tinggi dari suhu condensing medium
(udara atau air) maka energi panas yang dikandung refrigeran dapat dipindahkan ke
5
condensing medium. Akibatnya suhu refrigerant dapat diturunkan walaupun
tekanannya tetap.
yang meliputi kalor yang diserap oleh evaporator untuk penguapan liquid
refrigeran, kalor yang diserap untuk menurunkan suhu liquid refrigeran dari suhu
kondensing ke suhu evaporating, kalor yang dihisap oleh silinder chamber dan
kalor yang dipakai untuk mengkompresi gas dari evaporator. Kondenser harus
mampu membuang kalor tersebut ke cooling medium yang digunakan oleh
kondensernya.
3. Kondenser
Kondenser merupakan sebuah alat penukar kalor dimana refrijeren melepas
kalor ke medium pendingin seperti air atau udara. Jadi, di kondenser Refrijeren yang
berada pada keadaan uap superpanas melepas kalor sehingga berubah menjadi cair
(liquid refrigerant). Pada saat gas bergerak dari sisi discharge kompresor masuk ke
dalam condenser, ia mengandung beban kalor yang meliputi kalor yang diserap
oleh evaporator untuk penguapan liquid refrigeran, kalor yang diserap untuk
menurunkan suhu liquid refrigeran dari suhu kondensing ke suhu evaporating,
kalor yang dihisap oleh silinder chamber dan kalor yang dipakai untuk
mengkompresi gas dari evaporator. Kondenser harus mampu membuang kalor
tersebut ke cooling medium yang digunakan oleh kondensernya.
6
4. Expantion valve
Refrijeran cair dari kondenser yang akan diuapkan di evaporator dikontrol oleh
katub ekspansi. Refrigerant berbentuk liquid diekspansi yang menyebabkan
fasenya berubah menjadi campuran cair jenuh & uap (a saturated liquid-vapor
mixture) dan tekanannya turun. Ketika terjadi penurunan tekanan, temperaturnya juga
turun. Fungsi Expansion valve adalah:
a) Untuk menakar refrijeran cair dari saluran liquid line ke evaporator pada
jumlah yang tepat sesuai kapasitas evaporator.
b) Untuk menjaga perbedaan tekanan antara tekanan kondensasi dan tekanan
evaporasi tetap konstan, agar supaya refrijeran cair yang diuapkan di
evaporator selalu berada pada tekanan rendah sesuai yang diinginkan dan
sekaligus menjaga tekanan tinggi di sisi kondenser.
5. Refrigeran
Refrigeran merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk
menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-
sifat fisik termodinamika refrigerant yang digunakan dalam sistem refrigerasi perlu
diperhaatikan agar sistem dapat bekerja dengan aman dan ekonomis, adapun sifat
refrigerant yang baik adalah :
1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi, untuk menghindari
kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator dan turunya efisiensi
volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi.
7
2. Tekanan pengembunan yang rendah sehingga perbandingan kompresinya
rendah dan penurunan prestasi kompresor dapat dihindari.
3. Kalor laten penguapan harus tinggi agar panas yang diserap oleh
evaporator lebih besar jumlahnya, sehingga untuk kapasitas yang sama, jumlah
refrigerant yang dibutuhkan semakin sedikit.
4. Koefisien prestasi harus tinggi, ini merupakan parameter yang penting
untuk menentukan biaya operasi.
5. Konduktifitas thermal yang tinggi untuk menentukan karakteristik perpindahan
panas.
6. Viskositas yang rendah dalam fasa cair atau gas. Dengan turunnya tahanan
aliran refrigerant dalam pipa kerugian tekanannya akan berkurang.
7. Konstata dielektrik yang kecil, tahanan listrik yang besar serta tidak
menyebabkan korosi pada material isolasi listrik.
8. Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang digunakan
sehingga tidak menyebabkan korosi.
9. Refrigeran tidak boleh beracun dan berbau.
10. Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan meledak.
11. Dapat bercampur dengan minyak pelumas tetapi tidak merusak dan
mempengaruhinya.
12. Harganya murah dan mudah dideteksi jika terjadi kebocoran.
8
BAB III
ANALISA DAN PERHITUNGAN
t = 2.7 m
L = 4m
P = 10m
Gambar 3.1. Ukuran Cold Storage
9
Kondisi udara ambien Jakarta
Dari tabel diatas terlihat untuk mendapatkan kelembapan sebesar 70% RH dibutuhkan
perbedaan temperatur sebesar 10oC. Karena bawang akan disimpan pada 0oC maka
temperatur evaporasi sebesar -10oC.
10
Kerja Cold Storage
o Temperatur kondensasi : 40oC
o Jumlah pekerja : 2 orang
o Daily Load : 50% x kapasitas = 8.400 kg
o Cooling Time : 6 jam
o Defrost dinyalakan setiap selama : 6 jam
o Waktu Operasi = 24 jam waktu defrost : 23 jam
Bedasarkan tabel diatas kami memilih Polyurethane board (R-11 expanded) sebagai
material insulasi dengan Konduktifitas Thermal terkecil yaitu 0,023 - 0,026 (W/mK).
11
Menghitung Ketebalan Insulasi
Tipe Cold Storage adalah Chill Cooler dan dengan rekomendasi kebutuhan hambatan
thermal seperti tabel diatas.
12
Menghitung hambatan thermal cold storage :
Table 3.5. Nilai hambatan thermal dari material dan struktur bangunan
Hambatan Thermal :
o Wall:
, , , ,
= 0,029 Btu/ = 0,165 W/
o Roof :
, , ,
= 0,024 Btu/ = 0,136 W/
o Floor :
, , ,
= 0,046 Btu/ = 0,26 W/
13
Pengaruh matahari terhadap cooling load
Berdasarkan tabel diatas kami dapat dihitung pengaruh matahari terhadap perubahan
suhu pada cold storage yaitu antara lain :
Wall:
- East : 37,9 K
- West : 37,9 K
- South : 36,8 K
- North : 34 K
- Roof : 42,9 K
Di satuan SI, C = 1. Fu didefinisikan sebagai rasio dari penggunaan watt dengan total
14
watt yang diinstalasikan. FS merupakan faktor toleransi spesial yang tergantung dari
tipe lampu. Kebanyakan praktisi menggunakan 0,1 untuk Fu dan Fs, kecuali
pencahayaan merupakan bagian substantial dari beban total.
(8400*3,77*10)/(6*3600) = 14,66 kW
Table 3.7. Nilai pertukaran udara yang dibutuhkan berdasarkan volume ruangan
15
Table 3.8. Rekomendasi pemilihan pintu
16
Beban Defrost dan Total Load:
Beban fan:
Yang dimaksud dengan other Equipment disini adalah beban defrost dan beban
infiltrasi pada pintu.
= 22,2871 kW
17
III.3. Pemilihan Utilitas Cold Storage
Pemilihan Refrigerant
18
Gambar 3.5. Info Siklus Ideal
Dari siklus ideal, didapatkan Qevaporator sebesar 151.891 kJ/kg dan Qcondenser
sebesar 188.886 kJ/kg.
Pemilihan Kompressor
19
Dengan menggunakan software, dapat ditentukan kompressor mana yang bisa
digunakan sesuai dengan ketentuan. Pemilihan kompressor ini disesuaikan dengan
jenis refrigerant yang dipilih yaitu R22 dan nilai Total load yang telah dihitung yaitu
sebesar 22.3 kW. Power supply yaitu 50 Hz. Selain itu dimasukkan nilai suhu
evaporator -10 0C dan suhu kondenser 40 0C. Dari data-data yang ditentukan tersebut
maka jenis kompressor yang sesuai adalah kompresor 4MHD-25X dengan COP 2.81,
Isentoropic Efficiency 67.21 % dan Kapasitas 22.3 kW
Pemilihan Evaporator
20
Pemilihan Kondenser
Dengan menggunakan software, dapat ditentukan kondenser apa yang sesuai dengan
desain cold storage bawang ini. Pada tabel software dengan menentukan nilai
refrigerant R22, Temprature kondensasi 40 0C maka didapatkan kondenser dengan
tipe GVHX 080.1A/1-MD.E. kondenser ini, memiliki kapasitas 30.2 kW Air flow
17366 m3/h. kondenser ini memiliki satu fan 400V 50Hz. Material heat excanger yaitu
Alumium dan Fins connection per unit yaitu Cooper.
21
Piping
Dari tabel 12 didapatkan ukuran line. Pada line di liquid ukuran pipa yaitu 5/8 in,
pada discharge yaitu 1 1/8 in dan pada Suction yaitu 1 3/8 in. Nilai ukuran ini
didapatkan sesuai dengan nilai temprature yang ada di bagian-bagian tersebut.
22
Table 3.11. BEsar losses pada pipa
Asumsi liquid line terdapat globe valve, 2 elbow, dengan panjang lurus 2 m Maka,
Equivalent length liquid line 2+5,5+0,5+0,5= 8,5 m
23
Dari tabel coolpack didapatkan dimensi pipa yaitu 5/8 cooper dengan diameter
15.88. Tekanan pada inlet yaitu 380 kPa dan pada Outlet yaitu 376.2 kPa. Rataan
kecepatan yaitu 0.69 m/s, volume flow 0.3858 m3/h dan mass flow 0.1412 kg/s.
Grafik diatas menunjukan siklus aktual akhir dari cold storage yang kami rancang
dengan mempertimbangkan berbagai kondisi, pressure drop, serta losses yang
memungkinkan. Sedangkan info dari siklus refrigasi lebih lanjut dapat dilihat sesuai
dengan gambar dari perhitungan dengan menggunakan coolpack di bawah ini.
24
III.5. Gambar Pendesainan
25
Gambar 3.14. Tampak prespective desain
26
BAB IV
Dari perancangan dan perhitungan cold storage bawang dengan ukuran : 10 m x 4 m x 2,7 m,
didapatkan:
B. Saran
Kapasitas penyimpanan dapat ditinjau kembali 1/3 Volume merupakan kapasitas ideal
atau tidak
Perhitungan cooling Load juga harus memperhatikan aspek buka tutup pintu setiap
harinya
Cold Storage bawang ini diinovasi untuk penyimpanan buah-buahan yang lainnya.
27
REFERENSI
Bryan R. Becker and Brian A. Fricke. 2005. Design Essentials for Refrigerated Storage
Facilities. Atlanta: ASHRAE
Rijail Fajri. 2014. Basic Design and Parameter for Agricultural Cold Storage. Workshop
ASHRAE Indonesia Chapter
Software CoolPack
Software Guntner Selection
28