Anda di halaman 1dari 48

UNIVERSITAS INDONESIA

STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH (7-12 TAHUN) DAN


HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT ASUPAN
KALSIUM HARIAN DI YAYASAN
KAMPUNGKIDS PEJATEN
JAKARTA SELATAN
TAHUN 2009

SKRIPSI

SARAH SALIM S ALATAS


0806315162

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM
JAKARTA
AGUSTUS 2011

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


UNIVERSITAS INDONESIA

STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH (7-12 TAHUN) DAN


HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT ASUPAN
KALSIUM HARIAN DI YAYASAN
KAMPUNGKIDS PEJATEN
JAKARTA SELATAN
TAHUN 2009

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran

SARAH SALIM S. ALATAS


0806315162

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM
JAKARTA
AGUSTUS 2011

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Sarah Salim S Alatas

NPM : 0806315162

Tanda tangan :

Tanggal : Agustus 2011

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Sarah Salim S Alatas
NPM : 0806315162
Program Studi : Pendidikan Dokter Umum
Judul Skripsi : Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) dan Hubungannya
dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kampung
Kids Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program
Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc

Penguji : Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc

Penguji : , PA

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : Agustus 2011

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12
tahun) dan Hubungannya dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kampung Kids
Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana
kedokteran pada Program Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih atas segala
bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini kepada Dr. dr.
Saptawati Bardosono, MSc yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam
mengarahkan saya. Selain itu, saya juga mengucapkan terimakasih kepada anak naka di
Yayasan Kmapung Kids yang telah banyak membnatu hingga dapat terselesaikannya
penelitian ini. Saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada keluarga serta teman
teman yang telah mendukung saya baik secara moral amupun material.
Disadari dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangan, semoga amal baik dari
semua pihak yang membantu senantiasa mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga skripsi ini membawa manfaat.

Jakarta, Agustus 2011

Sarah Salim S Alatas

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:

Nama : Sarah Salim S Alatas


NPM : 0806315162
Program Studi : Pendidikan Dokter Umum
Fakultas : Kedokteran
Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-
12 tahun) dan Hubungannya dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan
Kampung Kids Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009 beserta perangkat yang ada (bila
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Indonesia
berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolah dalam bentuk pangkalan
data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : Agustus 2011
Yang menyatakan,

Sarah Salim S Alatas

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


ABSTRAK

Nama : Sarah Salim S Alatas


Program Studi : Pendidikan Dokter Umum
Judul : Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) dan Hubungannya
dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kampung
Kids Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009

Status gizi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah asupan
nutrien, baik makronutrien dan mikronutrien. Dalam penelitian ini, saya ingin
mengetahui bagaimana tingkat status gizi dan hubungannya dengan asupan kalsium
harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids. Penelitian ini menggunakaan
desain cross sectional analitik. Data diambil pada 18 Oktober 2009 dengan jumlah
repsonden sebesar 73 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat asupan kalsium
harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids yang tergolong kurang
sebanyak 64 responden (87,67%), normal sebanyak 8 responden (10,96%) dan
tergolong lebih 1 orang (1,37%). Berdasarkan tingkat status gizi, sebanyak 35
responden (47,9%) memiliki status BB/U kurang, sebanyak 37 responden (50,7%)
memiliki status BB/U baik dan sebanyak 1 responden (1,4%) memiliki status BB/U
yang tergolong lebih. Sedangkan berdasarkan indikator TB/U, sebanyak 21 responden
(28,8%) memiliki status TB/U kurang dan sebanyak 52 responden (71,2%) memiliki
status TB/U baik. Berdasarakan BMI (BB/TB), sebanyak 27 responden (37%) memiliki
status BMI kurang dan sebanyak 46 responden (63%) memiliki status BMI yang
tergolong baik. Dengan menggunakan uji two-sample Kolmogorov-Smirnov test dan uji
Fishers Exact Test, didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara status
gizi berdasarkan BB/U (p=1,000), TB/U (p=1,000), dan BB/TB (p=1,000) dengan
tingkat asupan kalsium harian.

Kata kunci: status gizi, asupan kalsium harian, anak sekolah, BB/U, TB/U, BMI.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


ABSTRACT

Name : Sarah Salim S Alatas


Study Program : General Medicine
Title : Nutritional Status and the Association with The Calcium
Daily Intake Level among School Aged Children at Yayasan
Kampung Kids in The Year 2009

The nutritional status is influenced by many factors, such as the balanced intake of
macronutrient and micronutrient. In this study, I would like to do research about the
nutritional status level and its association with the calcium daily intake level at school aged
children at Yayasan Kampung Kids. The design of this study was analytical cross sectional.
This study was held on 18th October 2009 and involving about 73 respondent. The result
showed that the number of students with low calcium daily intake level were 64 people
(87,67%), with normal calcium daily intake level were 8 people (10,96%), and with high
calcium daily intake level only 1 people (1,37%). According to the level of nutritional status
(weight for age), children in Kampung Kids, there were 35 people (47,9%) categorized
underweight, there were 37 people (50,7%) in normal range, and there was 1 people (1,4%)
categorized overweight. In addition, according to the height for age status, there were 21
people (28,8%) categorized short stature but most of them ( 71,2%) were in normal range
and for weight for height status (BMI), most of them also were in normal range (63%) and
the less were categorized into underweight (37%). The data retrieved and then processed by
using Two-sample Kolmogorov-Smirnov Test and Fishers Exact Test, which gave result that
werent have significant correlation between nutritional status indicators (weight for age, p=
1,000), height for age (p=1,000), and weight for height (p=1,000) and the calcium daily
intake level among school aged children at Yayasan Kampung Kids.

Keywords: nutritional status, calcium daily ntake school aged children, weight for age,
height for age, and BMI.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...........................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
ABSTRACT ...................................................................................................vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xi
1.PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.3.1. Tujuan Umum ..................................................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6


2.1. Status Gizi................................................................................................... 6
2.2. Faktor faktor yang mempengaruhi status gizi ............................................ 6
2.3. Penilaian status gizi .................................................................................... 7
2.3.1. Anamnesia tentang asupan makanan ............................................... 8
2.3.2. Pemeriksaan klinis ........................................................................... 9
2.3.3. Pemeriksaan antropometris ............................................................ 10
2.3.4. Analisis antropometris ................................................................... 11
2.4. Kalsium .................................................................................................... 15
2.5. Anak sekolah dasar.....................................................................................18
2.6. Profil Kampung Kids ................................................................................ 19
2.7. Kerangka Konsep...................................................................................... 19

3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 20


3.1. Desain Penelitian ...................................................................................... 20
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 20
3.3. Populasi Penelitian.................................................................................... 20
3.3.1.Populasi Target ................................................................................. 20
3.3.2.Populasi Terjangkau.......................................................................... 20
3.4. Sampel penelitian........................................................................................20
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................................... 20
3.5.1.Kriteria Inklusi .................................................................................. 20
3.5.2.Kriteria Eksklusi ............................................................................... 21
3.5.3. Kriteria Drop Out ........................................................................... 21
3.6. Besar Sampel ........................................................................................... 21
3.7. Identifikasi Variabel ................................................................................ 22

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


3.8. Pelaksanaan pengumpulan data ................................................................ 22
3.9. Batasan Operasional ................................................................................. 22
3.10. Analisis Data
3.10.1. Analisis Univariat .......................................................................... 24
3.10.2. Analisis Bivariat............................................................................. 24
3.11. Penyajian data ......................................................................................... 24
3.12. Etika penelitian.........................................................................................24
3.13. Kerangka Alur Penelitian ........................................................................ 25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 26


4.1. Data Umum ............................................................................................... 26
4.2. Data Khusus .............................................................................................. 26

5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 35


5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 35
5.2. Saran ....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 37

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Interpretasi Indikator Status Gizi Berdasarkan Persentil .......... ....................12
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan BMI........................................................13
Tabel 2.3 Angka Kecukupan Kalsium yang Dianjurkan...............................................17
Tabel 4.2.1. Sebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Ukuran Antropometri dan
Indikator Status Gizi (BB/U, TB/U, dab BB/TB) ............................ ..............27
Tabel 4.2.2. Sebaran Responden berdasarkan Indikator Status Gizi....................................28
Tabel 4.2.3. Sebaran Responden berdasarkan Tingkat Asupan Kalsium Harian .............29
Tabel 4.2.4. Hubungan Indikator Status Gizi (BB/U) Terhadap Tingkat Asupan Kalsium
Harian Responden ............................................................................. .............30
Tabel 4.2.5. Hubungan Indikator Status Gizi (TB/U) Terhadap Tingkat Asupan Kalsium
Harian Responden ........................................................................................ ..30
Tabel 4.2.6. Hubungan Indikator Status Gizi (BMI) Terhadap Tingkat Asupan Kalsium
Harian Responden .......................................................................................... 31

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kurva BMI ........................................................................................ 14

DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
TB : Tinggi Badan
BMI : Body Mass Index
BB/U : Berat Badan terhadap Umur
TB/U : Tinggi Badan Terhadap Umur
BB/TB : Berat Badan Terhadap Tinggi Badan

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,


prevalensi nasional Anak Usia Sekolah (6-14 tahun) Kurus (laki-laki) adalah 13,3%,
sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus (Perempuan) adalah 10,9%.
Selain masalah anak kurus, terdapat juga masalah anak gemuk, yaitu Anak Usia
Sekolah Gemuk (Laki-laki) adalah 9,5%, sedangkan prevalensi nasional Anak Usia
Sekolah Gemuk (Perempuan) adalah 6,4%.1 Masalah gizi kurang pada anak usia
sekolah ini dapat merupakan akibat dari tingginya angka bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) dan kurang gizi pada masa balita serta tidak adanya pencapaian
perbaikan pertumbuhan. Di lain pihak, masalah gizi lebih pada anak usia sekolah
merupakan akibat dari ketidakseimbangan antara asupan energi yang melebihi energi
yang digunakan. Hal ini berkaitan dengan diet tinggi lemak dan tinggi kalori serta
pola hidup kurang gerak (sedentary lifestylles.2
Status gizi dipengaruhi asupan gizi makronutrien dan mikronutrien yang
seimbang. Tiga faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk secara langsung, yaitu
anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asupan
gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi. Akibat gizi kurang
adalah dapat terjadinya gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga,
pertahanan tubuh, gangguan struktur dan fungsi otak, serta gangguan perilaku.3
Kalsium yang merupakan mikronutrien memegang peranan penting
dalam mengatur fungsi sel seperti transmisi saraf, kontraksi otot, dan menjaga
permeabilitas membran sel. Selain itu kalsium juga mengatur kerja hormon dan faktor
pertumbuhan serta berperan dalam pembentukan tulang dan gigi.4 Dengan demikian
kekurangan asupan kalsium dapat mengakibatkan gangguan dari tingkat sel.
Kekurangan asupan ini apabila terjadi selama masa pertumbuhan, maka dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan.5 Akan tetapi berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Davies dkk, terdapat hubungan negatif antara asupan kalsium dengan
berat badan pada semua kelompok usia yang diuji. Penelitian itu menyatakan bahwa
peningkatan asupan kalsium sampai 1000mg/hari berhubungan dengan penurunan
berat badan sebesar 8 kg.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


Untuk menanggulangi masalah gizi buruk ini, tanggung jawab
pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Kesehatan adalah merencanakan dan
menyediakan anggaran bagi keluarga miskin melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat,
membuat standar pelayanan, buku pedoman serta melakukan pembinaan dan supervisi
program ke provinsi, kabupaten dan kota. Dalam kaitannya dengan gizi buruk,
Depkes pada tahun 2005 telah mencanangkan Rencana Aksi Nasional (RAN)
Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005 2009.6 pemerintah berusaha
meningkatkan aktivitas pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu melalui
penambahan anggaran penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk.7
Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa masih terdapat banyak
masalah terkait dengan malnutrisi dan faktor asupan gizi dianggap berpengaruh
terhadap keadaan ini. Sebagai peneliti, saya ingin mengetahui bagaimana status gizi
anak usia sekolah dan asupan zat gizi anak usia sekolah karena anak usia sekolah (7-
12 tahun) berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan sangat aktif, oleh karena itu
dibutuhkan dukungan nutrisi yang optimal baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi khusunya
kalsium terhadap status gizi pada anak usia sekolah (7-12 tahun), mengingat kalsium
berperan penting dalam pertumbuhan. Penelitian ini akan dilakukan pada anak anak
yang terdaftar di Yayasan Kampung Kids karena anak anak yang terdaftar di yayasan
ini merupakan anak usia sekolah yang kurang mampu secara ekonomi. Anak anak
yang terdaftar di yayasan ini mendapat beasiswa untuk sekolah dan makan siang
gratis setiap harinya. Melihat keadaan ini, anak anak ini diperkirakan akan rentan
terhadap kekurangan kalsium.
I.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana status gizi anak usia sekolah di Yayasan KampungKids Pejaten Jakarta
Selatan tahun 2009?
2. Bagaimana asupan kalsium pada anak usia sekolah di Yayasan KampungKids Pejaten
Jakarta Selatan tahun 2009?
3. Apakah terdapat hubungan antara asupan kalsium dengan status gizi anak pada usia
sekolah di Yayasan KampungKids Pejaten Jakarta Selatan tahun 2009?

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus

I.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak
usia sekolah di Yayasan KampungKids dan hubungannya dengan asupan
kalsium dari makanan dan faktor-faktor yang berhubungan sebagai salah satu
upaya untuk melakukan perbaikan masalah gizi.
I.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
1.Mengetahui sebaran karakteristik anak usia sekolah berdasarkan
usia dan jenis kelamin di Yayasan Kampungkids.
2.Mengetahui sebaran status gizi anak usia sekolah di Yayasan
Kampungkids.
3.Mengetahui asupan kalsium pada anak usia sekolah diYayasan
Kampungkids.
4.Mengetahui hubungan antara asupan kalsium dengan status gizi pada
anak usia sekolah di Yayasan Kampungkids.
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dalam hal ini mahasiswa, bagi
perguruan tinggi dalam hal ini Universitas Indonesia, dan bagi masyarakat dalam hal
ini anak usia usia sekolah.
1.4.1 Manfaat Bagi Subjek Penelitian
1. Menambah pengetahuan anak mengenai status gizi mereka
2. Menambah kesadaran anak akan masalah gizi
3. Menambah pengetahuan anak tentang asupan gizi yang baik

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat dan Instansi terkait


1. Dihasilkannya data mengenai asupan zat gizi dari makanan terhadap status gizi
pada anak usia sekolah dalam memahami masalah gizi pada anak usia sekolah.
2. Dapat memberi masukan dalam bidang pelayanan kesehatan untuk menambah
kelengkapan perencanaan penatalaksanaan secara komprehensif bagi anak usia
sekolah sehingga bermanfaat dalam perbaikan status gizi.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


3. Dapat digunakan sebagai masukkan positif bagi pihak yayasan Kampungkids
dalam evaluasi status gizi

1.4.3 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi


1. Sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan Universitas Indonesia sebagai universitas riset.
3. Sarana dalam menjalin kerjasama antara staf pengajar, mahasiswa,
pimpinan fakultas, dan universitas.
1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti
1. Sebagai sarana pelatihan dan pembelajaran melakukan suatu penelitian
dalam bidang kesehatan.
2. Menerapkan ilmu gizi untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
masyarakat.
3. Meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan sistematis dalam
mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat.
4. Melatih kerjasama dalam tim peneliti.
5. Memberikan data yang valid bagi peneliti lain yang akan melakukan
penelitian sejenis.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi
Gizi merupakan suatu istilah yang merujuk kepada suatu proses dari
organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pembuangan yang dipergunakan untuk
pemeliharaan hidup, pertumbuhan fungsi organ tubuh dan produksi8
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat zat gizi.3 status gizi dapat pula diartikan sebagai tanda fisik yang
diakibatkan oleh karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran gizi
melalui variabel variabel tertentu yaitu indikator status gizi.8 definisi lain menyebutkan
bahwa status gizi adalah suatu keadaan fisik seseorang yang ditentukan dengan salah satu
atau kombinasi dari ukuran ukuran gizi tertentu.9
Status gizi optimal adalah suatu keadaan dimana terdapat keseimbangan antara
asupan dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas sehari hari.10 Status
gizi lebih terjadi apabila asupan zat gizi diperoleh dalam jumlah berlebih, sedangkan
status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan zat-zat gizi. Status gizi
seseorang dipengaruhi oleh konsumsi makan yang bergantung pada jumlah dan jenis
pangan yang dibeli, pemasukan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara
perorangan.11

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi terdiri dari penyebab langsung
dan tidak langsung.
1. Penyebab langsung, yaitu :
a. Asupan makanan
b. Penyakit infeksi yang mungkin diderita
2. Penyebab tidak langsung, yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga, adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dengan baik secara kuntitas
maupun kualitas.
b. Pola pengasuhan anak, meliputi sikap ibu atau pengasuh lain dalam hal
berhubungan dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan,
memberi kasih sayang dan sebagainya.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


c. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan; semakin mudah akses dan
keterjangkauan anak dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan ketersediaan
air bersih, semakin kecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi.9
2.3 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan suatu proses pemeriksaan keadaan gizi
seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang objektif maupun
subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia.
Komponen penilaian status gizi meliputi :
1. Asupan pangan

2. Pemeriksaan biokimiawi

3. Pemeriksaan klinis dan riwayat mengenai kesehatan

4. Pemeriksaan antropometris

5. Data psikososial12

2.3.1 Ananmnesis tentang asupan makanan


Fase ini merupakan suatu tahapan penilaian status gizi yang paling
sulit karena biasanya subjek tidak mampu mengingat dengan pasti jenis makanan
yang telah dimakan. Selain itu prinsip gengsi dan belum adanya perhitungan
komposisi makanan yang akurat menjadikan fase ini sulit.
Komponen anamnesis asupan pangan mencakup :
1. Ingatan pangan 24 jam
Mengingat kembali dan mencatat jumlah, serta jenis makanan dan
minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam. Metode ini merupakan
metode yang mudah dan yang paling banyak digunakan. Proses
mengingat ini biasanya dipandu oleh pewawancara terlatih.
2. Kuesioner frekuensi pangan (Food Frequency Questionnaire/FFQ)
Tujuan mengisi FFQ adalah melengkapi data yang tidak dapat diperoleh
melalui ingatan 24 jam. Data yang didapat dari metode ini merupakan
data frekuensi, yakni berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan orang
menyantap makanan tertentu.
3. Riwayat pangan

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


Dengan cara ini, data yang diperoleh akan lebih lengkap.
Keterangan yang dapat dijaring adalah keadaan ekonomi, kegiatan fisik,
latar belakang etnis dan budaya, pola makan dan kehidupan rumah tangga,
nafsu makan, kesehatan gigi dan mulut, alergi makanan, makanan yang
tidak disenangi, keadaan saluran pencernaan penyakit kronis, obat yang
digunakan, perubahan berat badan, serta masalah pangan dan gizi. Cara ini
sebenarnya menerapkan ketiga komponen anamnesis asupan makanan,
yaitu ingatan pangan 24 jam, FFQ, dan catatan pangan.

4. Catatan pangan ( Food Records)


Dengan cara ini, subjek diminta mencatat semua makan dan
minuman yang telah dikonsumsi selama paling sedikit 3 hari dalam
seminggu, yakni 2 hari biasa dan 1 hari libur. Catatan harus rinci,
bagaimana cara makanan dipersiapkan dan dimasak, jumlah bahan
mentahnya dan resep pembuatannya.
5. Pengamatan
Pengamatan langsung terhadap apa yang dimakan leh pasien
memang merupakan cara paling tepat, meskipun dibutuhkan waktu yang
lebih lam dan biaya lebih tinggi.
6. Konsumsi pangan keluarga.
Cara ini dilakukan dengan kunjungan keluarga secara berkala untuk
mencatat jumlah dan jenis bahan makan yang dibeli dan mencatat
lamanya bahan makanan tersebut habis. Bahan makanan yang sudah tidak
ada dianggap telah dimakan. Cara ini snagta lazim digunakan dalam suatu
survey, tidak cocok untuk tingkat individu. Data yang diperoleh kemudian
dicocokkan dengan nilai yang tercantum dalam daftar komposisi bahan
pangan dan daftar komposisi makanan siap santap.12
2.3.2 Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan fisik secara menyeluruh
termasuk riwayat kesehatan. Bagian tubuh yang harus lebih diperhatikan adalah
kulit, gigi, gusi, bibir, lidah, mata dan (khusus laki- laki) alat kelamin. Rambut,
kulit dan mulut sangat rentan sebab usia sel epitel dan mukosa tidak lama. Riwayat
kesehatan yang perlu ditanyakan adalah kemampuan mengunyah dan menelan.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


Perlu ditanyakan keadaan nafsu makan, makanan yang digemari dan dihindari,
serta masalah saluran pencernaan.12
2.3.3 Pemeriksaan antropometris
Tujuan yang hendak dicapai dari pemeriksaan ini adalah
didapatkannya besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini
perubahan status gizi. Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3 bentuk, yaitu :
penapisan status gizi, survey status gizi, dan pemantauan status gizi. Penapisan
diarahkan pada orang per orang untuk keperluan khusus, survey ditujukan untuk
memperoleh gambaran status gizi masyarakat, sedangkan pemantauan bermanfaat
sebagai pemberi gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu.
Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang
tulang. Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki,
kedua tangan merapat ke badan, ounggung dan bokong menempel pada dinding,
dan pandangan diarahkan kedepan. Alat ukur yang digunakan sebaiknya mencapai
150 cm dan mampu mengukur sampai 0,1 cm. Antara usia 2-12 tahun, tinggi badan
bisa ditentukan dengan menggunakan rumus13 :

Tinggi badan = Usia (tahun) x6 +77

Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak


digunakan. Alat penimbang yang digunakan haruslah kuat, tidak mahal, mudah
dijinjing, dan akurat hingga 100 gr. Jika memungkinkan, penimbangan dilakukan
dalam keadaan tidak berpakaian atau berpakaian seminimal mungkin.
Formula perkiraan berat badan untuk anak usia 6-12 tahun adalah sebagai
berikut13 :

Berat badan = [usia(tahun) x 7 -5] : 2

Keunggulan pengukuran antropometris dibanding pengukuran lainnya adalah :


1. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup
besar

2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli

3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah
setempat

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


4. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan

5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau

6. Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena


sudah ada ambang batas yang jelas

7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu
generasi ke generasi berikutnya

8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.14

2.3.4 Analisis Antropometri


Pada prinsipnya, cara pemaparan indikator antropometris meliputi tiga
cara, yaitu presentase, persentil dan z-skor, atau simpangan baku terhadap nilai
median acuan. Dengan presentase, ukuran antropometrsis pada usia tertentu dibagi
dengan berat baku acuan. Pemaparan dengan persentil mengacu pada posisi nilai
suatu ukuran secara keseluruhan (100%) dari pengukuran populasi acuan yang
disusun berdasarkan ranking.

Tabel 2.1. Interpretasi Indikator Status Gizi Body Mass Index (BMI) dan
TB/U berdasarkan Persentil
Indeks Nilai Cut Off (Persentil) Status Gizi
Antropometri
BMI terhadap Umur persentil 95 Overweight
BMI terhadap Umur persentil 85 dan <persentil 95 Risiko overweight
BMI terhadap Umur <persentil 5 Underweight
TB/U <persentil 5 Pendek

Sumber: WHO-NCHS, Antropometric Interpretation

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


Body Mass Index (BMI) merupakan rumus matematis yang berkaitan
dengan lemak tubuh orang dewasa dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam
kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam ukuran meter)

BMI = BB/TB2

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Body Mass Index (BMI)16
Status gizi BMI
KKP I <16
KKP II 16,0-16,9
KKP III 17,0-18,4
Normal 18,5-<25
Obesitas I 25-29,9
Obesitas II 30-40
Obesitas III >40

KKP : Kurang Kalori Protein

Selain menggunakan rumus, BMI juga dapat dihitung dengan kurva :

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


Gambar 2.1. Kurva BMI
Sumber: WHO, BMI for Age Graphic

2.4 Kalsium
Kalsium merupakan mineral terbanyak yang dikandung tubuh, yaitu sekitar
1,5-2 % dari berat badan orang dewasa. dari jumlah itu, 99% terkandung di jaringan

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


keras, seperti tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit. Selebihnya kalsium
tersebar luas diseluruh tubuh. Kalsium memegang peranan penting dalam mengatur
fungi sel seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga
permeabilitas membran sel. Selain itu, kalsium juga mengatur kerja hormon hormon dan
faktor pertumbuhan.
Dalam keadaan normal, sebanyak 40-50% kalsium yang dikonsumsi
diabsorbsi tubuh. Kemampuan absorbsi ini tinggi saat masa pertumbuhan dan akan
menurun seiring pertambahan usia, juga lebih tinggi pada laki laki dibanding perempuan.
Absorbsi kalsium terutama terjadi di bagian atas usus halus, yaitu duodenum. Banyak
faktor yang mempengaruhi absorbsi kalsium. Kalsium hanya dapat diabsorbsi bila
terdapat dalam bentuk larut air dan tidak mengendap karena unsur makanan lain.
Kalsium yang tidak diabsorbsi akan dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium yang
dikeluarkan melalui urin mencerminkan jumlah kalsium yang diabsorbsi.
Semakin tinggi kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium dalam
tubuh, semakin efisien absorbsi kalsium. Peningkatan kebutuhan terjadi pada
pertumbuhan, kehamilan, menyusui, defisiensi kalsium dan tingkat aktivitas fisik yang
meningkatkan densitas tulang. Jumlah kalsium yang dikonsumsi mempengaruhi absorbsi
kalsium. Penyerapan akan meningkat bila kalsium yang dikonsumsi menurun. Vitamin D
dalam bentuk aktif 1,25(OH)D3 merangsang absorbsi kalsium dengan cara merangsang
produski protein pengikat kalsium, yaitu calbindin13. Absorbsi kalsium paling baik
terjadi saat suasana asam. Aktivitas fisik berpengaruh baik pada absorbsi kalsium.
Lemak meningkatkan waktu transit makanan melalui saluran cerna, dengan demikian
memberikan waktu yang lebih banyak untuk absorbsi kalsium. Selain itu absorbsi
kalsium lebih baik bila dikonsumsi bersama makanan.
Di lain pihak, faktor-faktor yang menghambat absorbsi kalsium antara lain
kurangnya vitamin D. Asam oksalat yang terdapat dalam bayam dan kakao akan
membentuk garam kalsium oksalat yang tidak larut sehingga akan maenghambat
absorbsi. Serat menurunkan absorbsi karena serat menurunkan waktu transit makanan
dalam saluran cerna. Selain itu, stres mental dan fisik cenderung menurunkan absorbsi
dan meningkatkan ekskresi kalsium.
Kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh antara lain dalam
pembentukan tulang dan gigi. Kalsium memberi kekuatan dan bentuk pada tulang dan
gigi. Kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian integral tulang
dan sebagai tempat penyimpanan kalsium. Pada gigi, kalsium merupakan mineral

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


pembentuk dentin dan email yang merupakan lapisan tengah dan luar dari gigi. Selain
itu, kalsium juga mengatur pembekuan darah. Bila terjadi luka, ion kalsium di dalam
darah akan merangsang pembebasan tromboplastin yang mengkatalisis perubahan
protrombin menjadi trombin yang kemudian akan membantu perubahan fibrinogen
menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah. Kalsium juga mengatur metabolisme
glikogen di hati dengan bantuan vasopresin.13 Kalsium juga merupakan katalisator reaksi
reaksi biologis seperti absorbsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase
pankreas, ekskresi insulin oleh pankreas dan pembentukan dan pemecahan asetilkolin.
Selain itu, kalsium juga berperan dalam interaksi protein dalam otot, yaitu aktin dan
miosin.8
Kalsium dalam serum berada dalam tiga bentuk yaitu bentuk ion bebas (50%),
bentuk anion-kompleks terikat dengan fosfat, bikarbonat, atau sitrat (5%) dan bentuk
terikat dengan protein terutama dengan albumin dan globuin (45%). Jumlah kalsium
dalam serum dijaga agar berada dalam konsentrasi 9-10,4 mg/dl. Yang mengaturnya
adalah hormon paratiroid dan kalsitonin serta vitamin D. Hormon paratiroid serta vitamin
D meningkatkan kalsium darah dengan :
Vitamin D merangsang absorbsi kalsium oleh saluran cerna

Vitamin D dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari tulang


kedalam darah

Vitamin D dan hormon paratiroid menunjang reabsorbsi kalsium dalam ginjal.

Sedangkan pengaruh kalsitonin adalah merangsan pengendapan kalsium pada


tulang. Bila kasium darah lebih tinggi dari normal, akan terjadi kekakuan otot,
sebaliknya bila lebih rendah dari normal, akan terjadi kejang otot.
Angka kecukupan kalsium yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (2004) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4. Angka Kecukupan Kalsium yang Dianjurkan
Golongan AKK (mg) Golongan AKK (mg)
Umur Umur

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


0-6 bulan 200 Wanita :
7-11 bulan 400 10-12 tahun 1000
1-3 tahun 500 13-15 tahun 1000
4-6 tahun 500 16-18 tahun 1000
7-9 tahun 600 19-29 tahun 800
30-49 tahun 800
Pria : 50-64 tahun 1000
10-12 tahun 1000 65 tahun 1000
13-15 tahun 1000
16-18 tahun 1000 Hamil + 150
19-29 tahun 800
30-49 tahun 800 Menyusui :
50-64 tahun 1000 0-6 bulan + 150
65 tahun 1000 7-12 bulan +15

Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu seperti keju, ikan yang
dimakan langsung dengan tulang, kacang-kacangan dan hasil kacang, sayuran hijau dan
susu nonfat.
Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua orang dewasa
terutama sesudah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari tulangnya sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini yang disebut dengan osteoporosis. Kekurangan
kalsium dapat pula menyebabkan riketsia yang terjadi karena kekurangan vitamin D dan
ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor. Riketsia akibat kekurangan
kalsium ini banyak terjadi pada anak setelah berhenti menyusu ASI ataupun susu formula
atau diet kurang kalsium kira kira <200mg/day.11 Mineralisasi matriks tulang terganggu
sehingga kandungan kalsium dalam tulang menurun. Kadar kalsium darah yang rendah
dapat menyebabkan tetani atau kejang karena ia dapat menyebabkan kepekaan serabut
saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat.
Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari. Kelebihan
kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal.3
2.5 Anak Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat
dibanding balita, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan
orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada anak putra. Kebutuhan
gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan
jaringan.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


Karakteristik anak sekolah meliputi:
1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.
2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal).
3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.
4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.
5. Pertumbuhan lambat.
6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.19

2.6 Profil Kampung Kids


Yayasan Kampung Kids adalah sebuah organisasi yang didirikan pada
November 1999. Tujuan dari yayasan ini adalah untuk menyediakan nutrisi dasar,
pelayanan kesehatan, dan pendidikan untuk anak anak yang mebutuhkan di komunitas
lokal daerah Pejaten.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh Yayasan Kampung Kids, Kampung
Pejaten Barat terdiri dari kira kira 74 keluarga dengan pendapatan bulanan yang rendah
yaitu kurang dari Rp 150.000 perbulan. Total penduduk di daerah ini 313 oran, dimana
166 nya berusia dibawah 16 tahun.20

2.7 Kerangka Konsep

Asupan
kalsium

Keterangan:

Tidak
diteliti
Diteliti

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian ini bersifat analitik deskriptif dengan menggunakan desain
cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui status gizi anak usia sekolah di Yayasan
KampungKids dan hubungannya dengan asupan kalsium dari makanan dan faktor-faktor
yang berhubungan sebanyak satu kali pada satu waktu tanpa melakukan intervensi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Yayasan KampungKids Pejaten Jakarta Selatan dan
pengambilan data dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2009.

3.3 Populasi Penelitian


3.3.1 Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah anak usia sekolah usia 7-12 tahun di
Indonesia.
3.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak sekolah usia 7-12 tahun
yang terdaftar di Yayasan Kampung Kids.

3.4 Sampel Penelitian


Subjek dari penelitian ini adalah anak sekolah usia 7-12 tahun di Yayasan
KampungKids Pejaten Jakarta Selatan yang memenuhi kriteria penelitian

3.5 Kriteria Inklusi, Eksklusi, dan Drop-Out


Dalam penelitian ini, terdapat beberapa kriteria inklusi, eksklusi dan drop out.
3.5.1 Kriteria Inklusi
Dalam penelitian ini, kriteria inklusi nya adalah sebagai berikut:
1. Anak sekolah usia 7-12 tahun laki-laki dan perempuan yang terdaftar di bawah
binaan Yayasan KampungKids Pejaten Jakarta Selatan dan
2. Berada di Yayasan KampungKids pada saat pengambilan data.
3.5.2 Kriteria Eksklusi

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


Dalam penelitian ini, kriteria eksklusinya yaitu anak sekolah usia 7-12 tahun
yang tidak bersedia mengisi kuesioner
3.5.3 Kriteria Drop Out
Dalam penelitian ini, subjek dianggap drop out apabila :
1. Subjek tidak mengisi kuesioner secara lengkap,
2. tidak kompeten untuk mengisi kuesioner.

3.6 Besar Sampel


Untuk mengetahui besarnya sampel yang akan digunakan pada penelitian ini maka
dapat digunakan rumus :

Keterangan :
N = besar sampel yang diperlukan.
Z = deviat baku tingkat kemaknaan. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan nilai = 0,05 sehingga didapat nilai Z = 1,96.
P = proporsi subyek yang memiliki status gizi kurang bernilai 13 % yang
diperoleh dari Riskesdas 2007
Q = 1-P = 1-0,13 = 0,87
L = tingkat ketetapan yang dikehendaki peneliti. Pada penelitian ini digunakan
nilai L = 0,1.

Dengan memasukan nilai nilai yang telah diketahui kedalam rumus maka didapatkan :
N = Z 2 P Q
L2
= 1,962 . 0,13 . 0,87
0,12
= 43,45 responden
Untuk mengantisipasi adanya drop out, maka ditambahkan 10% menjadi 43,45 +
(10% x 43,45) = 47,8. Dibulatkan menjadi 48 responden. Maka besar sampel yang
diperlukan untuk penelitian ini adalah 48 orang dengan menggunakan metode total
population sampling dalam pemilihan sampel.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


3.7 Identifikasi variabel
Dalam penelitian ini ditetapkan variabel dependen dan variabel independen.
1. Variabel dependen: status gizi anak usia sekolah
2. Variabel independen: tingkat asupan kalsium harian

3.8 Pelaksanaan pengumpulan data


Pelaksanaan pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengambilan dan pencatatan data di Yayasan KampungKids Jakarta
Selatan dengan menggunakan instrumen kuesioner, wawancara, dan pengukuran
antropometrik.
2. Melakukan penyuntingan dan coding data untuk menghasilkan data yang siap diinput
ke dalam perangkat lunak
3. Memasukan data kedalam perangkat lunak nutrisurvey untuk mendapatkan data yang
dapat diinput kedalam SPSS 15.0.
4. Melakukan pemasukan data menggunakan perangkat lunak SPSS 15.0.
5. Melakukan cleaning. Proses cleaning dilakukan terhadap subyek yang tidak memenuhi
kriteria inklusi dan/atau memenuhi kriteria eksklusi dan drop out.

3.9 Batasan operasional


1. Anak usia sekolah adalah anak-anak yang berusia 7-12 tahun.
2. Asupan kalsium harian adalah banyaknya kalsium yang dikonsumsi dalam satu hari
yang dinyatakan dalam miligram.
Pengukuran dilakukan dengan menanyakan seberapa sering subjek
mengkonsumsi suatu jenis makanan dalam harian, mingguan, bulanan, maupun
tahunan melalui instrumen kuesioner. Data hasil kueosioner ini akan dimasukan ke
dalam perangkat lunak NutriSurvey yang kemudian akan didapatkan data dalam
satuan miligram. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi orang Indonesia,
untuk anak usia 7-9 tahun dibutuhkan asupan kalsium sebesar 600 mg perhari,
sedangkan untuk anak usia 10-12 tahun dibutuhkan asupan kalsium 1000 mg perhari.
Maka apabila asupan kalsium harian subjek usia 7-9 tahun berada dalam rentang 480-
720 mg perhari, maka asupan kalsium subjek tersebut dikategorikan sebagai
normal. Sedangkan pada anak usia 10-12 tahun, apabila asupan kalsium hariannya
berada dalam rentang 800-1200 mg perhari, maka asupan kalsium subjek tersebut

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


dikategorikan normal. apabila berada di bawah rentang tersebut dapat dikategorikan
kurang dan apabila berada di atas rentang, maka dapat dikategorikan lebih.
3. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi. Status gizi dapat diukur berdasarkan berat badan terhadap umur, tinggi
badan terhadap umur serta indeks masa tubuh. Hasil dari pengukuran dinyatakan
dalam satuan persentil.
Berdasarkan berat badan terhadap umur, status gizi di bawah persentil 5 disebut
sebagai berat badan kurang, di antara persentil 5 dan 95 sebagai berat badan
normal dan di atas persentil 95 sebagai berat badan lebih.
Berdasarkan tinggi badan terhadap umur, seseorang dikatakan tinggi badan
kurang apabila status gizi di bawah persentil 5, tinggi badan normal apabila
status gizi berada di antara persentil 5 dan 95, dan dikatakan tinggi badan
normal apabila status gizi di atas persentil 95 sebagai tinggi badan lebih.
Berdasarkan indeks massa tubuh, seseorang dikatakan underweight apabila
persentil di bawah 5, normal bila di antara persentil 5 dan 95 dan sebagai
overweight bila di atas persentil 95.
4. Usia adalah selisih antara tanggal pengambilan data dan tanggal lahir anak. Tanggal
lahir anak didapatkan dengan metode wawancara langsung dan menggunakan
instrumen kuesioner yang harus diisi. Pengukuran usia dilakukan dengan
mengurangkan tanggal pengambilan data dengan tanggal lahir anak yang dinyatakan
dalam satuan tahun.
5. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin responden. Jenis kelamin diketahui dengan
metode wawancara dan menggunakan kuesioner yang dinyatakan sebagai berjenis
kelamin laki-laki atau perempuan.

3.10 Analisis data


3.10.1 Analisis Univariant
Analisis univariant dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari
variabel dependen dan independen. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov pada data numerik (data kuantitatif). Jika didapatkan
p>0,05 maka dinyatakan data tersebut terdistribusi normal sehingga dijelaskan
dalam mean, jika p<0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi dengan normal
sehingga dijelaskan dalam median (min-max).

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


3.10.2 Analisis Bivariant
Analisis bivariant ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan
antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam penelitian ini
awalnya dilakukan analisis data menggunakan Chi square. Akan tetapi apabila
didapat expected count lebih dari 20%, maka digunakan Two-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test dan Fishers test pada data kategorik (data kualitatif).
Jika didapatkan p<0,05, maka terdapat hubungan yang bermakna antara variabel
dependen dengan variabel independen. Jika didapatkan hasil p>0,05 maka tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut.

3.11 Penyajian data


Data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.

3.12 Etika penelitian


1. Penelitian ini sudah mendapat izin etik dari pembimbing modul riset, dan
2. Responden akan diberikan penjelasan singkat mengenai penelitian yang akan
dilakukan, setelah itu responden dimintai persetujuannya untuk dilakukan
pengambilan data. Hasil dari pengambilan data akan dirahasiakan dan hanya akan
digunakan untuk tujuan penelitian. Responden berhak menolak untuk mengikuti
penelitian ini.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


3.13 Kerangka Alur Penelitian

Penyusunan proposal

Pencarian sampel

Memenuhi kriteria
inklusi dan tidak Tidak
memenuhi kriteria
eksklusi

Ya Tidak
diikutsertakan dalam
penelitian

Wawancara Pemeriks Pengukuran


(kuisioner) aan fisik Antropometri

Validas
i Data

Pengolahan
Data

Analisi
s Data

Penyusunan laporan

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Umum


Yayasan Kampung Kids merupakan suatu organisasi sosial yang didirikan
oleh orang Indonesia dan asing dengan tujuan meyediakan nutrisi dasar, pelayanan
kesehatan dan pendidikan untuk anak-anak yang membutuhkan di daerah sekitarnya.
Yayasan ini secara resmi dibentuk pada bulan November 1999. Yayasan Kampung Kids
terletak di jalan Pejaten Barat IV Jakarta Selatan, Indonesia. Berdasarkan survey yang
dilakukan di daerah ini, terdapat 74 keluarga dengan pendapatan bulanan yang rendah,
kira-kira kurang dari Rp 150.000 per bulan. Total sensus menunjukkan bahwa terdapat
313 jiwa didaerah ini, dimana 166 jiwa berusia dibawah 16 tahun.
Karena pendapatan yang kurang dan kurangnya pendidikan, banyak dari anak-
anak di daerah ini yang tidak mendapat makanan dasar harian yang cukup dan seimbang.
Daging dianggap terlalu mahal. Susu tidak tersedia untuk anak di bawah lima tahun dan
juga ibu hamil dan menyusui dikarenakan harga yang mahal. Karena nutrisi yang cukup
hanya tersedia minimal dan kurangnya kebersihan, banyak anak yang mengalami
gangguan pertumbuhan yang berakibat pada gangguan dalam belajar.20
4.2 Data Khusus
Penelitian ini dilakukan pada 80 responden, akan tetapi hanya 73 responden
yang dapat dianalisis. Penelitian ini dilakukan pada anak usia sekolah dasar 7-12 tahun
yang hadir saat penelitian dilakukan yaitu tanggal 18 Oktober 2009.

Tabel 4.2.1. Sebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Ukuran Antropometri, Usia dan
Jenis Kelamin.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


No. Variabel Sebaran
1. Berat Badan (BB) 27,07 6,57
2. Tinggi Badan (TB) 132,09 8,72
3. Usia 10,25(7,14-12,42)
4. Jenis Kelamin, n(%)
Laki laki 42 (57,5)
Perempuan 31(42,5)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah total responden sebesar 73 responden,
dengan 42 responden berjenis kelamin laki-laki (57,5%) dan sisanya sebanyak 31 responden
berjenis kelamin perempuan (42,5%). Usia responden berkisar 10 tahun, dengan usia tertua
12 tahun dan usia termuda 7 tahun. Berdasarkan AKG 2004 berat badan normal untuk anak
usia 10 tahun adalah antara 35-37 kg. Dari penelitian ini didapat rata-rata berat badan
responden adalah 27 kg. Hal ini menggambarkan bahwa berat badan responden berada di
bawah berat badan normal anak seusianya. Apabila dilihat dari tinggi badan, rata rata tinggi
badan responden adalah 132 cm. Berdasarkan AKG 2004, tinggi badan ideal untuk anak usia
10 tahun antara 138-145 cm. Hal ini menggambarkan bahwa tinggi badan responden berada
di bawah rentang tinggi badan normal untuk anak seusianya. Hal ini sesuai dengan gambaran
bahwa sekitar 36,1% anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia
sekolah. Hal ini merupakan indikator kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini semakin
meningkat sesuai dengan meningkatnya umur dan ditemukan pada laki laki dan perempuan.
Prevalensi anak pendek di Indonesia hanya mengalami perubahan yang sedikit yaitu dari
39,8% pada tahun 1994 menjadi 36,1% pada tahun 1999.21
Gambaran berat badan dan tinggi badan responden yang berada di bawah nilai
rentang normal menggambarkan terdapatnya masalah kesehatan baik akut yaitu yang
digambarkan dengan berat badan yang kurang dan masalah kesehatan kronik yang
digambarkan dengan tinggi badan yang kurang. Berat badan dan tinggi badan yang berada di
bawah rentang nilai normal juga menggambarkan terjadinya gangguan pertumbuhan.
Pertumbuhan seseorang dipengaruhi baik oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi genetik, keadaan saat lahir dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal meliputi
gizi, baik makronutrien dan mikronutrien, obat-obatan, lingkugan dan penyakit.22
Analisis selanjutnya dilakukan terhadap status gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U
dan IMT.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


Tabel 4.2.2. Sebaran Responden berdasarkan Status Gizi
Variabel Sebaran
Persentil BB/U, median (min-max.) 5,79(0-95,17)
Status gizi berdasarkan BB/U, n (%)
BB kurang <p5 35 (47,9)
BB normal, p5-p95 37 (50,7)
BB lebih, p>95 1(1,4)
Persentil TB/U, median (min-max.)
Status gizi berdasarkan TB/U, n (%)
TB kurang, <p5 12,08(0,04-90,72)
TB normal, p5-95 21 (28,8)
Persentil BMI, median (min-max.) 52 (71,2)
Status gizi berdasarkan BMI, n (%) 14,25(0,01-94,14)
Kurus, <p5 27 (37)
Normal, p5-95 46 (63)

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden jika ditinjau dari indikator status gizi
yaitu BB terhadap umur (BB/U) didapatkan rentang 0 sampai 95,17 yaitu artinya status
gizinya terletak dari rentang berat badan kurang sampai berat badan lebih. Apabila dilihat
dari indikator status gizi tinggi badan terhadap umur (TB/U) didapatkan rentang 0,04 sampai
90,72 yang artinya status gizinya terletak dari tinggi badan kurang hingga tinggi badan lebih.
Selain itu, apabila dilihat dari indikator status gizi lain, yaitu BMI (BB/TB2) didapatkan
rentang 0,01 hingga 94,14 yang artinya responden ada yang memiliki status BMI overweight
dan ada yang underweight.
Dari tabel 4.2.2 diketahui bahwa berdasarkan indikator berat badan terhadap umur
(BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan BMI, didapatkan lebih dari setengah dari
total sampel memiliki status gizi normal. Walaupun sebagian besar responden memiliki status
gizi normal, jumlah responden dengan status gizi kurang cukup banyak, yaitu 47,9% BB/U,
28,8% TB/U, dan 37% BMI. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Suharyanto pada anak sekolah di daerah Blora dimana terdapat sebanyak 38,6% anak
sekolah yang mempunyai status gizi kurang.23 Gambaran yang dapat terlihat dari anak yang
kurang gizi adalah kurang bergairah, tertinggal dalam belajar, kurang gesit dalam bergaul,
kurang tanggap atas lingkungan dan rendah dalam indeks prestasi.24 Hal hal yang

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


mempengaruhi status gizi seseorang dibedakan menjadi 2, yaitu langsung dan tidak langsung.
Faktor langsung meliputi penyakit infeksi, dan asupan makanan. Sedangkan faktor tidak
langsung meliputi pengetahuan gizi, besar keluarga, pola asuh anak, kesehatan lingkungan
serta pelayanan kesehatan. Penyakit infeksi mempengaruhi status gizi dengan mempengaruhi
nafsu makan sehingga mengurangi konsumsi makanan. Efek infeksi lainnya adalah muntah
dan diare sehingga dapat mengakibatkan kehialngan zat gizi18, 25
Analisis berikutnya akan menjelaskan tentang asupan kalsium harian responden

Tabel 4.2.3. Sebaran Responden berdasarkan Tingkat Asupan Kalsium Harian


Variabel Jumlah Persentase
Tingkat Asupan
Kurang 64 87,67%
Normal 8 10,96%
Lebih 1 1,37%

Kebutuhan kalsium pada anak laki laki dan perempuan usia 7-9 tahun berdasarkan
AKG 2004 yaitu 600mg/hari dan untuk anak laki laki dan perempuan usia 10-12 tahun yaitu
1000mg/hari. Dari penelitian ini didapatkan bahwa hampir sebagian besar anak laki laki dan
permpuan usia 7-12 tahun yang terdaftar di Yayasan Kampung Kids memiliki asupan kalsium
yang kurang. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryani dkk pada anak
anak sekolah dasar di Bandung, dimana asupan kalsium harian anak berada dibawah nilai
RDA (Recommended Dietary Allowance).26 Dari penelitian ini, didapatkan rerata asupan
kalsium harian responden 397 mg/hari.
Kalsium merupakan salah satu mineral yang merupakan mikronutrien. Mikronutrien
merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Walaupun begitu,
mikronutrien mempunyai peranan penting. Terdapat suatu sistem yang sangat terintegrasi
yang mengontrol aliran mikronutrien dalam pencegahan penyakit dan ini menunjukkan
betapa pentingnya mikronutrien dalam tubuh.27
Unsur mikronutrien, yang salah satunya adalah kalsium, memiliki rentang asupan
yang dibutuhkan dan masih dapat diterima oleh tubuh. Apabila asupan berada dibawah nilai
rentang ini, seperi yang kita dapatkan pada penelitian ini dimana sebanyak 87,67% dari total
sampel memiliki asupan kalsium harian yang kurang, maka dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dan penyakit penyakit kronik.28 Nilai asupan harian makanan akan menimbulkan

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


risiko yang lebih tinggi pada anak-anak dibanding pada dewasa. Malnutrisi mikronutrien
telah lama terjadi di Indonesia, akan tetapi hal ini tidak terdeteksi secara fisik melainkan akan
mempengaruhi kesehatan masyarakat nantinya.26
Akibat kurangnya asupan kalsium adalah berkurangnya densitas tulang dan gangguan
hormon. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Black dkk29 didapatkan bahwa anak
yang kurang mengkonsumsi susu yang merupakan sumber utama kalsium akan rawan
memiliki tulang yang rapuh. Didapatkan 16 dari 50 anak yang menghindari konsumsi susu
memiliki tulang yang rapuh. Menurut Kalkwarf dkk30 dan Black dkk, terdapat hubungan
antara konsumsi susu yang merupakan sumber utama kalsium pada anak dan remaja dengan
meningktanya massa dan densitas tulang pada saat dewasa. Selain itu, berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Christiany dkk31, didapatkan bahwa sampel yang memiliki asupan
kalsium kurang memiliki peluang mengalami sindrom premenstruasi 2,2 kali lebih besar
dibandingkan dengan sampel yang memiliki asupan kalsium cukup.
Selanjutnya akan dilakukan analisis untuk mencari hubungan antara asupan kalsium
harian dengan indikator status gizi BB/U. hasil analisis selengkapnya dapat dilihat
selengkapnya pada table 4.2.4.

Tabel 4.2.4. Hubungan Indikator Status Gizi (BB/U) Terhadap Tingkat Asupan
Kalsium Harian Responden
Variabel Status Gizi BB/U Total P Uji
Tingkat Asupan
Kurang Baik Lebih
30 33 1 64 1,000 Two-
Kurang Sample
4 4 0 8 Kolmogorov-
Cukup* Smirnov Test
1 0 0 1
Lebih*
Total 35 37 1 73
* dijadikan 1 kelompok
Pada tabel 4.2.4 diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara status gizi berat badan terhadap umur (BB/U) terhadap tingkat asupan kalsium harian

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


responden. Pada hasil uji two-sample Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan didapatkan hasil
P 1,000 (P>0,05).
Hasil penelitian ini dimana tidak ditemukannya hubungan yang bemakna antara status
gizi dengan tingkat asupan kalsium harian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Davies dkk32. Penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara asupan
kalsium dengan berat badan pada semua kelompok usia yang diuji. Penelitian itu menyatakan
bahwa peningkatan asupan kalsium sampai 1000 mg/hari berhubungan dengan penurunan
berat badan sebesar 8 kg.
Analisis selanjutnya adalah dengan mencari hubungan antara asupan kalsium harian
dengan status gizi berdasarkan indikator lain, yaitu tinggi badan terhadap umur (TB/U).

Tabel 4.2.5. Hubungan Indikator Status Gizi (TB/U) Terhadap Tingkat Asupan
Kalsium Harian Responden
Variabel Status Gizi TB/U Total P Uji
Tingkat Asupan
Kurang Baik
19 45 64 1,000
Kurang Fishers
1 7 8 Exact
Cukup* Test
1 0 1
Baik*
Total 21 52 73

* dijadikan 1 kelompok
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
status gizi tinggi badan terhadap umur (TB/U) responden dengan tingkat asupan kalsium
harian responden. Berdasarkan hasil uji Fisher, nilai p yang didapat adalah 1,000 (p> 0,05).
Berdasarkan tabel 4.2.3 dan tabel 4.2.5, diketahui bahwa sebagian besar responden
yaitu sebanyak 64 responden atau sebesar 87,67% dari total jumlah responden memiliki
asupan kalsium harian yang kurang dengan lebih dari separuh total responden (71,2%)
memiliki status gizi berdasarkan indikator TB/U normal, yaitu antara persentil 5-95. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jennings dkk33 yang menyatakan bahwa asupan

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


kalsium harian rendah pada anak perempuan dibanding anak laki laki dengan 48% laki laki
dan 38% perempuan memiliki status gizi pada persentil lebih dari 91.
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hubungan antara asupan kalsium harian
dengan status gizi berdasarakan indikator indeks massa tubuh (BMI).

Tabel 4.2.6. Hubungan Indikator Status Gizi (BMI) Terhadap Tingkat Asupan Kalsium
Harian Responden
Variabel Status Gizi BMI Total P Uji
Tingkat Asupan
Kurang Baik
24 40 64 1,000 Fishers
Kurang Exact
3 5 8 Test
Cukup*
0 1 1
Baik*
Total 27 46 73
* dijadikan 1 kelompok
Tabel 4.2.6 diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara status gizi BMI dengan asupan harian kalsium responden. Hal ini ditunjukkan dengan
didapatnya nilai p 1,000( p>0,05) dengan menggunakan uji Fisher.
Hasil analisis dimana tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi BMI
dengan asupan harian kalsium responden ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Lorenzen dkk34 yang menyatakan bahwa perbedaan asupan kalsium 600mg/hari
berhubungan dengan berat badan sebesar 4,9 kg. Hal ini merupakan efek kalsium yang dapat
mengurangi absorbsi lemak dan juga berperan dalam pengaturan metabolisme lemak seperti
pada lipolisis, oksidasi lemak dan lipogenesis.
Banyak faktor baik langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi status gizi
seseorang. Faktor yang berhubungan langsung yaitu makanan dan penyakit. Baik asupan
makanan dan penyakit sama kuatnya dalam mempengaruhi status gizi anak. Sedangkan faktor
tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu ketahanan pangan keluarga yang kurang
memadai baik jumlah maupun mutu kemiskinan kadang menjadikan hambatan dalam
penyediaan pangan bagi keluarga, pola pengasuhan anak kurang memadai yang meliputi

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


waktu, perhatian dan dukungan untuk tumbuh dengan baik, pelayanan kesehatan dan
lingkungan kurang memadai yang meliputi penyediaan air bersih dan akses sarana pelayanan
kesehatan.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sebanyak 57,5% dari total anak usia sekolah yang terdaftar di yayasan Kampung
Kids berjenis kelamin laki laki dan 42,5% berjenis kelamin perempuan dengan
usia berkisar 10 tahun.

2. Sebagian besar anak usia sekolah yaitu usia 7-12 tahun yang terdaftar di Yayasan
Kampung Kids Pejaten memiliki status gizi yang normal berdasarkan indikator
BB/U, TB/U dan BMI.

3. Sebagian besar anak usia usia sekolah yaitu usia 7-12 tahun yang terdaftar di
Yayasan Kampung Kids Pejaten memiliki asupan kalsium harian kurang.

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tingkat asupan
kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampungkids Pejaten.

5.2 Saran
1. Melihat asupan kalsium yang kurang sedangkan kalsium memiliki peran yang
sangat penting terutama pada masa pertumbuhan, sebaiknya perlu dilakukan
perbaikan dalam hal asupan kalsium harian anak dengan peningkatan konsumsi
susu.

2. Disarankan agar dilakukan program penyuluhan secara berkelanjutan tentang


pentingnya asupan makanan yang seimbang termasuk asupan kalsium.

3. Walaupun sebagian besar anak memiliki status gizi yang baik, namun ditemukan
anak dengan status gizi kurang, maka sebaiknya perlu dilakukan perbaikan status
gizi dengan perbaikan kualitas makan pagi dan malam dan mengurangi kebiasaan
jajan.

4. Dalam meningkatkan gizi, perlu dilakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang berkualitas seperti pemberian nutrisi yang baik dan benar,

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


deteksi dini pencegahan penyakit menular, penyakit kronik, gangguan
pertumbuhan, gangguan perilaku dan gangguan belajar serta imunisasi.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


DAFTAR PUSTAKA
1. Sari PN. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual pada Anak
Usia Sekolah Dasar Ditinjau dari Status Sosial-ekonomi Orang Tua dan Tingkat
Pendidikan Ibu. 2010 [cited 2011 May 6]; Available from:
http://www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/174700501201108461.pdf
2. Hadi H. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional. 2005 [cited 2012 March 11]; Available from:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/08/Beban-ganda-masalah gizi.pdf
3. Muliadi. Peranan gizi yang berkualitas dalam mencegah malnutrisi pada anak
sekolah dasar. Jurnal Samudra Ilmu. 2007; 356-8.
4. Safitri A, Astikawati R. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga; 2007. p 50-2.
5. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson textbook of pediatrics. 17th Ed.
Philadelpia: Elsevier; 2007.
6. Departemen Kesehatan. Penulisan Data Gizi Buruk Harus Akurat dan Tidak
Dipolitisir. 2008 [cited 2010 Oct 10]. Available from : http://www.depkes.go.id.
7. Taslim NA. Kontroversi seputar gizi buruk: Apakah Ketidakberhasilan Departemen
Kesehatan?. [cited 2010 Oct 10]. Available from :
http://www.gizi.net/makalah/Kontroversi-giziburuk-column.pdf.
8. Linder. Nutritional biochemistry and metabolism : Nutrition and Metabolism of the
Trace Elements. New York : Elseint ; 2006. p.160
9. Jelliffe DB, Jelliffe EFP. Community Nutritional Assessment. New York: Oxford
University Press. 1999; p 213-4.
10. Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2000; p 66-
73, 82-93
11. Coitinho D. Understanding Human Rights Appoches to Food and Nutritional
Security in Brazil. SCN NEWS No.18. 2000.
11. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2000;
p: 3-9.
12. Arisman MB. Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Ed 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteraan EGC; 2010. p. 205-32.
13. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harpers Illustrated
Biochemistry. 26 th Ed. New York : Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2003. p.
473, 487.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


14. Jeliffe, Jellife. The Assessment of The Nutritional Status of The Community. WHO,
1996.
15. Dwyer, Johanna T. Dietary Assessment. In : Maurice et al. Modern Nutrition in
Health and Disease. 8th Ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2005. p
578.
16. Atmarita, Jalal, Faisal. Perhitungan, penggunaan, dan interpretasi Berbagai Indeks
Antropometri dalam Penilaian Status Gizi dengan Baku Rujukan WHO/NCHS.
Majalah Gizi Indonesia. 1991; 16: 53-63.
17. Susilowati. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. [cited 2010 May
28]; Available from : www.eurekaindonesia.org/wp-content/uploads/antropometri-
gizi.pdf.
18. Mahan LK, Stump SE. Krauses food,nutrition and diet therapy. 11th Ed.
Philadelphia: Saunder Elsevier; 2004.
19. Moehji S. Ilmu Gizi 2: Penanggulangan Gizi Buruk . Jakarta: Papas Sinar Siranti;
2003. p 46.
20. KampungKids Admin. About KampungKids. Jakarta: KampungKids Foundation.
2007 [cited 13 October 2009]; available from:
http://www.KampungKids.org/info.php?info=about
21. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta : Depkes RI; 2004.
22. Susilowati. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. Cimahi : Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani; 2008.
23. Suharyanto. Kaitan Sosial Ekonomi Keluarga dan Konsumsi Energi Protein dengan
status Gizi Anak Sekolah di Desa Sumber Agung , Banjarejo, Kabupaten Blora.
[skripsi]; 2001.
24. Suyatno. Gizi Daur Hidup : Gizi Anak Sekolah. Semarang : Unversitas
Diponegoro; 2005.

25. Hosegood V, Campbell OM. Body mass index, height, weight, arm circumference,
and mortality in rural Bangladeshi women: a 19-y longitudinal study. Am J Clin Nutr
2003;77:3417.
26. Aryani WD, Oginawati K, Santoso M. Penentuan Total Asupan Harian Unsur Gizi
Mikro Dalam Makanan Anak-Anak Seklah Dasar di Bandung dengan Menggunakan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom. [tesis]. Bandung : Institut Teknologi
Bandung; 2005.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


27. Shenkin, Alan. The Key Role of Micronutrients. Clinical Nutrition. 2006; 25: 1-13.
28. Santoso, Muhayatun. Pengembangan Teknik Deteksi Unsur Mineral Esensial
pada Gangguan Kesehatan yang Berkaitan dengan Intake Makanan dan Pengaruh
Lingkungan. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri-BATAN Bandung 2008
[cited 2010 Oct 20]. Available from : http://nhc.batan.go.id/muhayatun2.php.
29. Black RE, Williams SM, Jones IE, Goulding A. Children Who Avoid Drinking
Cow Milk Have Low Dietary Calcium Intakes and Poor Bone Health. Am J Clin Nutr.
2002; 76: 675-80.
30. Kalkwarf HJ, Khoury JC, Lanphear BP. Milk Intake during Childhood and
Adolescence, Adult Bone Density, and Osteoporotic Fractures in US Woman. Am
Jelin Nutr. 2003; 77: 257-65.
31. Christiany I, Hakimi M, Sudargo T. Status Gizi, Asupan Zat Gizi Mikro (kalsium,
magnesium) Hubungannya dengan Sindroma Premenstruasi pada Remaja Putri SMU
Sejahtera di Surabaya. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2009; 6: 29-34.
32. Davies KM, Heaney RP, Recker RR, et al. Calcium Intake and Body Weight. J
Clin Endocrinol Metab. 2000; 85:4635-8.
33. Jennings A, Costarelli V, Davies GJ, Dettmar PW. Habitual Diatery Calcium Intake
and Body Weight in 7-10 Year Old Children. Nutrition and Food Science. 36:337-42.
34. Lorenzen JK, Molgaard C, Michaelsen KF, Astrup A. Calcium Supplementation for
1 Year Does Not Reduce Body Weight or Fat Mass in Young Girls. Am J Clin Nutr.
2006; 83:18-23.

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


Lampiran 1. Kuesioner

Bahan Ukuran Berapa Sering Mengonsumsinya


Makanan Rumah Tangga
Standar Jumlah Hari Minggu Bulan Tahun Tak
Pernah
Nasi
Mi
Roti
Lainnya

Bahan Ukuran Rumah Berapa Sering Mengonsumsinya


Makanan Tangga
Standar Jumlah Hari Minggu Bulan Tahun Tak
Pernah
Telur
Ikan
Ayam
Daging
Tempe
Tahu
Kacang
Susu

Bahan Ukuran Rumah Berapa Sering Mengonsumsinya


Makanan Tangga
Standar Jumlah Hari Minggu Bulan Tahun Tak
Pernah
Bayam
Kangkung
Wortel
Tomat

Bahan Ukuran Rumah Berapa Sering Mengonsumsinya


Makanan Tangga
Standar Jumlah Hari Minggu Bulan Tahun Tak
Pernah
Pisang

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


Pepaya
Jeruk
Apel
Anggur
Nangka
Nenas

Bahan Ukuran Rumah Berapa Sering Mengonsumsinya


Makanan Tangga
Standar Jumlah Hari Minggu Bulan Tahun Tak
Pernah
Bakso
Nugget
Gorengan
Somay

Bahan Ukuran Rumah Berapa Sering Mengonsumsinya


Makanan Tangga
Standar Jumlah Hari Minggu Bulan Tahun Tak
Pernah
Es krim
Biskuit
Kue
Donat
Coklat
Permen

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011


Lampiran 2. Informed consent
Surat pernyataan

Melalui surat pernyataan ini saya:


Nama :
Jenis kelamin :
Tempat tanggal lahir :
Alamat :
Nama orangtua :
Nomor telepon :
menyampaikan bahwa saya sudah memperoleh dan memahami penjelasan yang
diberikan sebelum dilakukan penelitian Status gizi anak usia sekolah dan hubungannya
dengan asupan zat gizi dari makanan di Yayasan Kampung Kids, Pejaten, Jakarta Selatan.
Saya mengerti manfaat yang akan saya peroleh jika ikut serta dalam penelitian ini, serta
memahami bahwa tidak ada resiko apapun jika saya berpartisipasi dalam penelitian ini.
Saya memiliki hak penuh dalam menentukan apakah akan ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini atau tidak. Dan pada penelitian ini, saya, tanpa tekanan atau paksaan dari pihak
manapun, memutuskan untuk ikut berpartisipasi di dalam penelitian ini.
Pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan seperlunya. Terima kasih.

Jakarta,.-.-20...
Mengetahui,

. ..

Peserta penelitian Saksi penelitian Peneliti

Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai