LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. G
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 59 tahun
Alamat : Gunung Talang, Kab. Solok
Pekerjaan : Wiraswasta
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pandangan mata kiri kabur sejak 15 hari yang lalu
1
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
Riwayat kelainan mata sebelumnya tidak ada
Riwayat penyakit hipertensi dan DM tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Status Oftalmologikus (30 Januari 2017)
STATUS OFTALMIKUS OD OS
Visus tanpa koreksi 5/6 1/60
Visus dengan koreksi - -
Refleks fundus (+) -
Silia / supersilia Madarosis (-), Madarosis (),
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
2
Flare (+)
Gambar (31/01/2017)
3
Diagnosis
Endoftalmitis eksogen OS post traumatika
Terapi:
Vankomisin 1mg/0.1mL + Ceftazidime 2.25mg/0.1mL IV OS
Levofloksasin eye drop tiap jam OS
Ceftriaxone eye drop tiap jam OS
Glaucon tab 4 x 125 mg
Aspar K tab 2 x 1
SA eye drop 2x1 OS
Asam mefenamat tab 3x500mg
4
BAB II
DISKUSI
5
Endoftalmitis muncul pada 3-10% kasus setelah trauma penetrasi pada
mata, walaupun pembedahan segera dan antibiotik profilaksis sistemik dapat
menirunkan insiden menjadi <1%. Faktor risiko terjadinya endoftalmitis meningkt
pada trauma logam dibandingkan kaca atau trauma tumpul, benda asing
intraokuler yang tertahan, gangguan lensa dan keterlambatan penanganan awal.3
Endoftalmitis paling sering muncul setelah pembedahan intraokuler tetapi
dapat juga muncul sebagai komplikasi dari trauma penetrasi okuler atau dari
jaringan periokuler terdekat. Endoftalmitis merupakan komplikasi penting dari
open globe injury (trauma terbuka bola mata). Risiko perkembangan endoftalmitis
setelah open globe injury diestimasikan sebesar 7%. Faktor risiko meningkat jika
terdapat luka kotor, rupture kapsul lensa, usia tua, muncul lebih awal dengan
penundaan lebih dari 24 jam dan adanya benda asing intraokuler. Bergantung pada
virulensi mikroorganisme penginfeksi, endoftalmitis posttraumatika dapat muncul
beberapa jam setelah trauma atau sampai beberapa minggu setelah trauma. 4
Pada pasien ini dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan USG untuk
memastikan keterlibatan vitreus. Secara teoritis, temuan ekografi pada
endoftalmitis meliputi dense vitreus opacities, vitreus membranes, penebalan
koroid, choroidal detachment dan adanya retinal detachment yang
mengindikasikan prognosis buruk.5 Pengambilan sampel akuos dan vitreus untuk
pemeriksaan laboratorium mikrobiologi bertujuan untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab.
Injeksi antibiotik intavitreal menjadi metode utama pada endoftalmitis
eksogen. Kecuali tidak ditemukan hasil yang pasti dari kultur, terapi endoftalmitis
harus mencakupi organisme Gram-positif yang memainkan peran predominan
dalam endoftalmitis eksogen, dimana protokol utama dari aplikasi intravitreal
empiris yaitu vankomisin (1.0 mg/0.1 mL). Penggunaan antibiotik golongan
fluorokuinolon juga sudah didiskusikan secara luas sebagai pengobatan
antibiotika alternatif, terutama generasi ketiga dan keempat seperti levofloksasin
dan moxifloksasin.4 Pilihan terapi antibitika empiris pada pasien ini meliputi
injeksi intravitreal Vankomisin 1mg/0.1mL + Ceftazidime 2.25mg/0.1mL, eye
drop Levofloksasin dan Ceftriaxone tiap jam. Glaucon (asetazolamid) untuk
menurunkan tekanan intraokuler, sulfas atropine sebagai midratika sekaligus
6
mengatasi rasa nyeri. Asam mefenamat sebagai antiinflamasi dan meringankan
rasa nyeri.
Prognosis atau hasil akhir pada pasien dengan endoftalmitis bervariasi
dengan trauma dan kerusakan terkait endoftalmitis, yang sama-sama akan
mengganggu proses pemulihan. Hasil terbaik yang dilaporkan untuk tajam
penglihatan adalah 20/200 atau lebih baik pada 67% pasien. Jangka waktu antara
trauma dengan pemeriksaan, tajam penglihatan yang buruk, virulensi
mikroorganisme dan adanya benda asing intraokuler mempengaruhi
perkembangan endoftalmitis secara signifikan.1
BAB III
7
TINJAUAN PUSTAKA
8
Gambar 3.1 Anatomi mata 6
Korpus vitreus, yang merupakan ruang terbesar pada bola mata, terletak
berdekatan dengan lapisan retina bagian dalam. Cairan vitreus (vitreous humor)
merupakan cairan berbentuk seperti jel yang mengisi korpus vitreus. 6 Cairan
vitreus terdiri dari sekitar 98% air dan 0,15% makromolekul, termasuk kolagen,
hialuronan terhidrasi (yaitu asam hialuronat), protein, ion, dan zat terlarut dengan
berat molekul rendah. Asam hialuronat menentukan viskositas cairan vitreus dan
diperkirakan membantu menstabilkan jaringan kolagen. Selain asam hialuronat,
jumlah kolagen juga berperan dalam menentukan viskositas cairan vitreus.
Serabut kolagen menyebabkan resistensi terhadap gaya regangan dan
berkontribusi terhadap sifat plastisitas vitreus, sedangkan asam hialuronat
menyebabkan resistensi terhadap kompresi dan berkontribusi terhadap sifat
viskoelastis vitreus. 8
2.2 Endoftalmitis
2.2.1 Definisi Endoftalmitis
9
Endoftalmitis merupakan infeksi atau inflamasi yang mengenai vitreus
dan/atau akuos, yang biasanya disebabkan oleh bakteri atau jamur.7 Endoftalmitis
dapat mengenai retina dan koroid.9 Endoftalmitis dapat berupa endoftalmitis
eksogen dan endogen. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat adanya organisme
yang mengenai mata secara langsung yang berasal dari luar mata, sedangkan pada
endoftalmitis endogen terjadi seeding pada mata akibat terjadinya bakteremia atau
fungemia. 7
10
ini dapat dibagi lebih lanjut menjadi endoftalmitis post-operasi akut, kronik, dan
terkait bleb (bleb-related). Endoftalmitis post-operasi akut terjadi dalam 6 minggu
setelah operasi, sedangkan dikatakan kronik bila terjadi 6 minggu setelah
operasi. 10
b.
Endoftalmitis post-trauma10
Endoftalmitis merupakan salah satu komplikasi berat trauma open globe.
Sekitar 25% endoftalmitis merupakan endoftalmitis post-trauma. Faktor resiko
endoftalmitis jenis ini, antara lain kontaminasi luka dengan tanah atau bahan lain
sehingga menjadi luka kotor, penanganan primer luka terlambat (>24 jam), adanya
intraocular foreign body, serta lokasi dan penyebaran laserasi atau ruptur pada
bola mata. Endoftalmitis post-trauma biasanya bermanifestasi sebagai
endoftalmitis akut. Waktu onset gejala bervariasi, mulai dari beberapa jam hingga
beberapa minggu setelah trauma. 10
11
Kronik Propionibacterium acnes 2/3 kasus
Corynebacterium spp., S. 1/3 kasus
epidermidis, Fungi
12
3. Lakrimasi
4. Penurunan visus
5. Fotofobia
Tanda-tanda endoftalmitis adalah:
1. Palpebra udema dan eritema
2. Konjungtiva tampak kemosis
3. Kornea edema, keruh, tampak infiltrat
4. Hipopion
5. Iris edema dan keruh
6. Pupil tampak yellow reflex
7. Eksudat pada vitreus
8. Tekanan intra okuler meningkat atau menurun
9. Penurunan visus
2.3.7 Diagnosis
Diagnosis endoftalmitis ditegakkan berdasarkan klinis yang ditemukan.
Secara umum endoftalmitis dibagi menjadi dua yaitu: endoftalmitis endogen dan
endoftalmitis eksogen. Endoftalmitis eksogen dapat disebabkan karena post
operasi (tersering; bedah katarak) atau post-trauma mata. Endoftalmitis akut post
trauma merupakan kasus endoftalmitis yang sering ditemukan terutama kejadian
trauma yang disertai dengan adanya benda asing intraokuler. Dengan temuan
klinis berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. Tanda-tanda infeksi
muncul segera setelah cedera, akan tetapi biasanya oleh reaksi inflamasi post
trauma jaringan mata yang rusak. Informasi yang penting saat anamnesis adalah
apakah pasien berasal dari daerah perkotaan atau pedesaan. Trauma mata
dilingkungan pedesaan lebih sering diikuti dengan kejadian endoftalmitis (30-
80%) dibandingkan dengan daerah perkotaan. Secara klinis, endoftalmitis post
trauma ditandai dengan adanya nyeri, inflamasi intraokuler, hipopion dan
kekeruhan vitreus. Dua pertiga kasus endoftalmitis akut post trauma disebebakan
oleh bakteri Gram positif. Bacillus sp merupakan penyebab yang paling umum
dan sering ditemukan. Sekitar 10-15% kasus endoftalmitis akut post trauma
disebabkan oleh bakteri Gram negatif dan jamur. Endoftalmitis akibat infeksi
jamur biasanya muncul setelah beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah
trauma.
13
Gambar 3.2 Endoftalmitis4
14
b. Endoftalmitis endogen, pemeriksaan darah lengkap untuk
mengetahui adanya sumber infeksi (sistemik).
2. USG, bertujuan untuk mengetahui adanya keterlibatan vitreus dan
menyingkirkan kemungkinan terjadinya ablasio retina. Hal ini penting
dalam mempertimbangkan penatalaksanaan dan prognosis pasien.
15
Gambar 3.5 Algoritma diagnosis endoftalmitis akut (ESCRS Guidelines, 2007).
16
Endoftalmitis yang disebabkan oleh jamur dan bakteri seringkali sulit untuk
dibedakan dengan peradangan intaokuler lainnya. Peradangan berlebihan tanpa
endoftalmitis sering ditemui post tindakan operasi berat, riwayat keratitis dan
uveitis sebelumnya. Toxic Anterior Segment Syndrome (TASS) juga termasuk
dalam diagnosis banding endoftalmitis. TASS merupakan inflamasi akut di
segmen anterior mata, disebabkan oleh penggunaan cairan, obat, atau instrumen
yang berkontak langsung dengan segmen anterior mata selama tindakan
pembedahan. TASS memiliki tampilan klinis yang sama dengan endoftalmitis.
Perbedaan keduanya terletak pada hasil pemeriksaan laboratorium, dimana tidak
ditemukannya bakteri atau jamur (TASS, steril). TASS sangat respon dengan
pemberian kortikosteroid dan tanpa disertai keterlibatan segmen posterior mata.
Keratitis dan infeksi post operasi sering disertai dengan hipopion tanpa infeksi
intraokuler. Diagnosis banding lain endoftalmitis akut yaitu pertumbuhan sel
tumor (limfoma dan retinoblastoma) di segment anterior dan menyebabkan
peradangan intraokuler.
2.3.9 Tatalaksana
Penatalaksanaan edoftalmitis tergantung etiologi yang mendasari terjadinya
penyakit. Dalam penatalaksanaan endoftalmitis post trauma adanya benda asing
intraokuler sangat penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan
membuang benda asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat.
Tujuan dari terapi endoftalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi
kerusakan jaringan dari produk bakteri dan peradangan, dan mempertahankan
penglihatan. Terapi pada endoftalmitis terdiri dari medikamentosa berupa
pemberian antibiotika, steroid dan suportif. Apabila medikamentosa gagal dapat
direncanakan tindakan bedah berupa eviserasi atau vitrectomy.
1. Antibiotika
Prinsip pemberian antibiotika pada endoftalmitis akut eksogen post trauma
adalah antibiotika spektrum luas dengan konsentrasi tinggi sehingga mampu
mencapai intraokuler dan bagian mata yang terinfeksi. Penggunaan antibiotika
sistemik tidak dapat memenuhi kriteria tersebut sehingga cara terbaik dalam
pemberian antibiotika pada endoftalmitis adalah dengan injeksi intravitreal. Drug
of choice endoftalmitis akut adalah Injeksi Intravitreal Vankomisin 1 mg/0.1 ml
17
dikombinasi dengan seftazidim 2.25 mg/0.1 ml. Alternatif lain dari seftazidim
(jika alergi golongan beta laktam), amikasin 400 g/0.1 ml atau antibiotika
golongan aminoglikosida (gentamisin), golongan florokuinolon generasi keempat
(levofloksasin).
2. Kortikosteroid
Kortikosteoroid sebagai anti inflamasi diberikan dengan tujuan untuk
mengurangi kerusakan sekunder akibat endoftalmitis akut (bakteri atau jamur).
Kortikosteroid diberikan secara intravitreal 400 g/0.1 ml dan sistemik
(prednisolon 1-2 mg/kgBB/hari).
3. Tindakan operatif (pars plana vitrektomi).
Vitrektomi adalah tindakan bedah dalam terapi endoftalmitis. Bedah
debridemen rongga vitreus yang terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel
inflamasi dan zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, mencegah
terjadinya ablasio retina dan membantu pemulihan ketajaman penglihatan post
terapi endoftalmitis. Vitrektomi juga berperan penting dalam penatalaksanaan
kasus endoftalmitis yang tidak respon dengan terapi medikamentosa.
18
Gambar 3.6 Algoritma penatalaksanaan endoftalmitis akut (ESCRS Guidelines,
2007).
19
diagnosis dini dan penatalaksanaan sesegera mungkin dengan pemberian
antimikroba sangat menentukan prognosis visus akhir pasien.
Dalam Endophthalmitis Vitrectomy Study, 74% pasien endoftalmitis akut
mengalami pemulihan visual 20/100 atau lebih baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
12. Durand ML, Miller JW, Young LH. (eds.) Endophthalmitis. USA:
Springer. 2016.
21
13. American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course
Section 13: Retina and vitreous. 2014-2015. hlm 328.
15. Packer M, Chang DF, Dewy SH, et al. Prevention, diagnosis, and
management of acute postoperative bacterial endophthalmitis. Elsevier: J
Cataract Refract Surg; 2011(37). Page 1699-1714.
22