Dokumen - Tips - Panduan Identifikasi Pasien 563a4ba8497b2
Dokumen - Tips - Panduan Identifikasi Pasien 563a4ba8497b2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima
isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit, yaitu : keselamatan
pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien
dan petugas keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting
untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah
sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan
orioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
perumahsakitan.
B. Definisi
Beberapa pengertian yang dimaksud dalam panduan ini adalah :
1. Identifikasi
Identifikasi pasien adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan di Rumah Sakit
untuk menetapkan dan memastikan identitas pasien secara benar, sehingga tidak
terjadi kesalahan dlam memberikan pelayanan kepada pasien. Antara satu pasien
dengan pasien lainnya.
Untuk memastikan identitas pasien yang benar, maka dibutuhkan data-data yang
akurat. Selain nama pasien diperlukan identitas lainnya, seperti tanggal lahir,
nomor rekam medik, tanggal dan jam masuk rumah sakit disesuaikan menurut
kebutuhan rumah sakit.
Pelaksanaan identifikasi harus dimulai sejak pasien masuk rumah sakit hingga
pasien keluar/ pulang dari rumah sakit.
2. Gelang Identitas
Gelang identitas adalah gelang yang terbuat dari bahan plastik yang tidak
menimbulkan alergi/ iritasi dimana pada sisi luarnya diberi stiker atau label yang
berisi data identitas pasien. Gelang identitas dipasangkan pada tangan atau kaki
pasien.
Gelang identitas dibedakan atas 2 warna yang membedakan jenis kelamin yaitu :
1. Gelang warna biru muda untuk laki-laki
2. Gelang warna merah muda untuk perempuan
3. Kalung Identitas
Kalung identitas adalah kalung yang terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan
alergi atau iritasi pada pasien, pada kalung diberi stiker atau label yang berisi data
identitas pasien pasien sama seperti pada gelang identitas.
Kalung identitas dipasangkan pada pasien yang kondisi tubuhnya tidak dapat
dipakaikan gelang identitas.
Kalung identitas dibedakan menjadi 2 warna yang membedakan jenis kelamin,
yaitu :
1. Kalung warna biru muda untuk laki-laki
2. Kalung warna merah muda untuk wanita
4. Barcode Identitas
Barcode identitas adalah : stiker / label yang dicetak oleh petugas Tempat
Pendaftaran Pasien (TPP) dengan menggunakan mesin barcode. Identitas pasien
yang tercantum pada barcode identitas terdiri dari : nomor rekam medis pasien,
nama lengkap (minimal 2 kata atau sesuai dengan KTP/EKP), tanggal lahir dan
jenis kelamin.
Untuk pasien rawat jalan (hemodialisa, kemoterapi, pasien radiologi yang akan
dilakukan tindakan kontras media, maka identitas yang ada pada stiker / label
ditulis secara manual. Identitas yang tercantum memuat nama lengkap (minimal 2
kata), tanggal lahir dan nomor rekam medis.
Khusus untuk pasien yang tidak memiliki tanda pengenal dan tidak bisa memberi
identitasnya maka apabila masuk dari IGD pada barcode identitas dicetak nama
sementara Mr X1, Mr X2 dst (laki-laki) dan Mrs Y1, Mr Y2 dst (Perempuan).
apabila masuk dari IRJ dicetak nama Mr L1, Mr L2 dst (Laki-laki) dan Mrs P1,
Mrs P2 dst (Perempuan) selanjutnya nomor rekam medis dan tanggal masuk
rumah sakit.
5. Tindakan Invasif
Tindakan invasif adalah suatu tindakan medis dengan cara memasukkan alat /
benda asing ke dalam tubuh yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan
tubuh pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pelayanan kesehatan di rumah sakit pada dasarnya adalah pelayanan berisiko tinggi karena
jumlah pasien yang banyak, melayani berbagai macam tindakan / prosedur dengan
menggunakan alat dengan teknologi canggih, mengelola ratusan bahkan ribuan macam obat.
Sehimgga bila tidak dapat melakukan identifikasi dengan benar maka akan dapat berdampak
pada timbulnya kejadian yang tidak diinginkan.
Bila melihat sifat layanan rumah sakit yang kompleks tersebut, maka ruang lingkup proses
identifikasi pasien pun menjadi cukup luas. Proses menetapkan kepastian identitas dimulai
saat pasien mendaftar untuk berobat di Rawat Jalan termasuk layanan penunjang, di instalasi
gawat darurat, dan rawat inap. Pelaksanaan identifikasi dilakukan selama pasien berada
dalam proses pelayanan baik rawat jalan, gawat darurat maupun rawat inap bahkan sampai
dengan pasien akan pulang atau keluar rumah sakir baik hidup maupun meninggal.
Proses identifikasi seorang pasien dimulai dari saat pemberian tanda identitas,
penggunaannya samapi dengan pelpasn identitas tersebut. Pembuatan stiker identitas
(barcode) oleh petugas penerimaan pasien untuk pasien IRJ, IGD, dan pasien rawat inap
a. Pemberian gelang atau kalung identitas diberikan untuk pasien yang ada di ruang
observasi gawat darurat, pasien rawat inap, atau untuk pasien IRJ yang mendapat
tindakan invasif (tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien) seperti pasien yang mendapat
pelayanan kemoterapi, hemodialisa, tindakan radioterapi / radionukler, cabut gigi
bermasalah, operasi katarak, pemasangan kateter urin dan pemeiksaan diagnostik
seperti tercantum dalam lampiran panduan ini.
b. Pemasangan gelang / kalung identita dan gelang risiok pelaksanaannya ada di unit
kerja terkait setelah ditetapkan kepastian identitasnya.
c. Pelepasan gelang identitas dan gelang risiko dilakukan di unit kerja terkait bila pasien
keluar hidup, bila pasien meninggal maka pelepasan identitas dilakukan di ruang
jenazah (Instalasi Forensik Pemulasaran Jenazah)
d. Proses identifikasi pasien juga harus terus dipantau oleh karenanya dilakukan
monitoring dan evaluasi secara berkala dan perlu dilakukan pelaporan bila ada temuan
yang potensi untuk terjadi insiden
D. Manajer
1. Memantau dan memastikan panduan identifikasi pasien dikelola dengan baik
oleh Kepala Instalasi
2. Menjaga standarisai dalam menerapkan panduan identifikasi pasien.
BAB III
TATA LAKSANA
Kesalahan karena kekeliruan pasien terjadi di hampir semua aspek / tahapan diagnosis dan
pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan
terbius / tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur / kamar / lokasi
di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud saran identifikasi
adalah untuk melakukan dua kali pengecekan : pertama untuk identifikasi pasien sebagai
individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan, kedua untuk kesesuaian pelayanan
atau pengobatan individu tersebut.
A. Dasar Hukum
1. Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 32 (n)
2. Undang-undang RI No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 29 (b)
3. Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 54 (1)
4. Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 116, tambahan Lembaran Negara nomor 4431)
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1691/ Menkes / per /
VIII / 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Keshatan RI Nomor 1173 / MENKES.PER / X / 2004 tentang
Standar Akreditasi RS
7. Keputusan Mneteri Kesehatan Nomor 129 / NEBKES / SK / II / 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
B. Prinsip Identifikasi
1. Identifikasi harus dilakukan terhadap dokumen dan pasien.
2. Identifikasi dilakukan terhadap seluruh pasien rawat inap termasuk bayi baru lahir,
pasein gawat darurat yang memerlukan observasi, dan pasoen rawat jalan yang
akan menjalani suatu prosedur atau tindakan invasif harus diidentifikasi dengan
benar pada saat masuk rumah sakit dan selama perawatan. Jangan melakukan
prosedur / tindakan apapun jika pasien belum jelas identitasnya.
3. Penulisan identita pasien pada barcode identitas harus jelas dan bisa terbaca
4. Identifikasi wajib dilakukan terhadap semua pasien :
a. ketika pemberian obat
b. ketika memberikan transfusi darah, atau produk darah
c. pengambilan darah atau spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
d. melakukan pemeriksaan dan prosedur tindakan / pengobatan
5. Identitas pasien (nama lengkap pasien sesuai EKTP / KTP, tanggal lahir dan
nomor rekam medis) harus ada pada setiap formulir rekam medis, formulir
pemeriksaan penunjang, wadah peemeriksaan penunjang misalnya laboratorium,
mikrobiologi, patologi klinis, setiap label obat pasien dari farmasi dan tempat
makanan pasien dari instalasi gizi.
C. Perencanaan
Agar proses identifikasi dapat terlaksana dengan baik, maka perlu dilakukan suatu
perencanaan yang baik khususnya dalam hal penyiapan / pengadaan sarana yang
menunjangnya seperti :
1. Program / aplikasi cetak label / stiker identitas beruba barcode identitas dan
perangkat komputer / mesin barcode
2. Formulir terkait
3. Pengadaan gelang / kalung identitas
a. Warna Pink : pasein perempuan
b. Warna biru : pasien laki-laki
GAMBAR
D. Pelaksanaan
1. Identifikasi
a. Semua pasien harus diidentifikasi dengan benar
b. Pelaksanaan identifikasi diawali pada saat
a) Melakukan pendaftaran pasien
b) Akan memasang gelang, kalung, pita risiko
c. Pelaksanaan identifikasi pasien
a) Sebelum pemberian obat
b) Sebelum memberikan transfusi darah / produk darah
c) Sebelum melakukan pengambilan darah dan spesimen lain untuk
keperluan pemeriksaan
d) Akan melakukan pemeriksaan dan melakukan prosedur / tindakan operasi /
tindakan invasif
d. Cara melakukan identifikasi oleh petugas adalah dengan menggunakan
minimal 3 kriteria identitas, yaitu nama lengkap pasien sesuai KTP dan
tanggal lahir pasien. Bila pasien tidak tahu tanggal lahirnya, maka identifikasi
menggunakan nama lengkap dan rekam medis.
e. Pastikan identitas yang ad pada gelang identitas sama dengan identitas pasien
f. Langkah-langkah melakukan identifikasi adalah sebagai berikut :
a) Mengucapkan salam untuk mengawali wawancara
b) Menjelaskan perlunya proses identifikasi dan memberi informasi bahwa
proses ini akan berulang kali dilakukan demi keselamatan pasien bagi
pasien baru masuk
c) Meminta pasien menyebutkan nama pasien dan tanggal lahir dengan
kalimat : Tolng Bapak / Ibu sebutkan nama dan tanggal lahir sambil
dicocokkan dengan yang ada pada gelang identitas.
d) Jika pasien tidak mampu menyebutkan namanya (misalnya pada pasien
tidak sadar, bayi, disfasia, gangguan jiwa) lakukan verifikasi identitas
pasien kepada keluarga / pengantarnya.
e) Pada pasien yang tidak mengetahui tanggal lahir maka minta pasien untuk
menyebutkan nama saja dan petugas mencocokkan dengan nama yang ada
pada gelang identitas. Kemudian cocokkan nomor rekam medis yang ada
pada gelang pasien dengan nomor yang ada pada berkas rekam medis.
f) Pada kondisi khusus dimana pasien tidak dapat berkomunikasi
dikarenakan : tidak sadar, dalam keadaan kritis, terpasang ventilator dan
dalam keaadaan darurat, cara identifikasi dilakukan dengan cara
mencocokkan identitas yang ada pada rekam medis pasien dengan
identitas yang tertera pada gelang identitas.Saat menanyakan identitas
pasien, gunakan pertanyaan terbuka, misalnya : Siapa nama bapak / ibu?
(jangan menggunakan pertanyaan tertutup seperti Apakah anda ibu
Susi?)
g. Jika terdapat pasien dengan nama yang sama, harus diinformasikan kepada
perawat yang bertugas setiap kali pergantian jaga.
h. Bila pasien pindah ruangan, maka dilakukan identifikasi sebelum pasien
dipindahkan dan setelah pasien dipindahkan oleh perawat / bidan yang
menerima pasien dengan cara menanyakan ulang identitas pasien dan
membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang
identitas.
i. Identifikasi jenazah dilakukan dengan cara mencocokkan gelang identitas
dengan surat kematian.
2. Barcode Identitas
a. Barcode identitas dicetak dengan komputer / mesin barcode sesuai dengan
data identitas yang sudah diinput dalam batas base pasien mencakup :
a. Nomor rekam medis pasien
b. Nama lengkap pasien sesuai dengan nama yang tertera pada KTP
c. Jenis kelamin (L/P)
d. Tanggal lahir pasien (tanggal/bulan/tahun)
GAMBAR
b. Untuk bayi baru lahir yang belum didaftrakan ke Tempat Penerimaan Pasien
(TTP) dan belum mendapatkan nomor rekam medis, identitas sementara
menggunakan barcode identitas ibu dengan mencantumkan kata Bayi (by),
contoh : By Mariani (L/P)
c. Bila bayi sudah didaftarkan dan sudah memiliki nomor rekam medis tetapi
belum memiliki nama sendiri, maka pada label identitas mencakup data :
a. Nama lengkap ibu, ditambahkan tulisan By pada bagian didepannya
(misalnya By Ana Mariana)
b. Tanggal lahir bayi
c. Nomor rekam medis bayi
d. Jenis kelamin bayi (L/P)
d. Bayi yang lahir kembar, label identitas memuat :
a. Nama lengkap ibu, ditambahkan tulisan bayi pada bagian didepannya
b. Tanggal lahir bayi
c. Nomor rekam medis bayi
d. Jenis kelamin bayi (L/P)
e. Jam kelahiran bayi dan G1 (Gamelli/kembar lahir pertama) atau G2
untuk bayi kembar lahir urutan ke 2 dan seterusnya. Bila tidak bisa
secara sistem, tulis secara manual (misalnya By Ana Mariana G1, By
Ana Mariana G2)
e. Pasien yang identitasnya tidak diketahui
Bila dalam masa perawatan sudah ada keluarga yang datang atau identitas
pasien sydah bisa dipastikan, maka data pada gelang identitas harus segera
diganti sesuai dengan data identitas yang sebenarnya.
f. Pasein yang datang tanpa keluarga tidak memilik identitas dan tidak dikenal,
seperti pasien terlantar (gelandangan), korban perampokan atau kecelakaan,
maka penulisan data yang ada pada barcode identitas mencakup :
a. Nomor rekam medis
b. Jenis kelamin (L/P)
c. Nama pasien masuk dari IGD diberi kode nama Mr X1, Mr X2 dst
(untuk pasien laki-laki), dan Mrs Y1, Mrs Y2 dst (untuk pasien
perempuan). pasien yang masuk dari rawat jalan diberi kode nama Mr
L1, Mr L2 dst (untuk pasien laki-laki), dan Mrs P1, Mrs P2 dst (untuk
pasien perempuan)
d. Tanggal dan jam rumah sakit.
Contoh penulisan dalam stiker label identitas :
g. Identitas yang ada pada barcode identitas harus jelas dan terbaca.
a. Pasien yang diberikan gelang/ kalung/ pita risiko adalah pasien dengan risiko
jatuh, alergi, pasien keterbatasan gerak, pasien DNR (Do Not Resuscitate)
atau kondisi tidak bersedia/ tidak dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Risiko dapat diketahui setelah pengkajian awal
b. Yang menyediakan dan memasang gelang/ kalung/ pita risiko untuk pasien
IGD dan rawat inap adalah perawat di unit tersebut
d. Jika pasien menolak dipasang gelang/ kalung/ pita risiko dengan alasan
tertentu, maka alasan tersebut dicatat di rekam medis (catatan terintegrasi dan
ditandatangani oleh pasien/ keluarga)
2. Bila hasil kajian awal atau selama perawatan ada risiko maka dipasang
gelang/ kalung/ pita risiko:
b) gelang/ kalung/ pita risiko warna merah untuk pasien alergi atau
dengan risiko alergi
d) gelang/ kalung/ pita risiko warna ungu untuk pasien yang tidak
dilakukan resusitasi/ DNR
3. gelang/ kalung/ pita risiko yang sudah dipasang harus dipakai terus oleh
semua pasien selama masa perawatan di rumah sakit jika gelang/ kalung/
pita risiko terlepas karena rusak atau harus dilepas karena indikasi medis,
misalnya harus melakukan pemindahan lokasi infus atau perlu dilakukan
tindakan tertentu maka harus diganti dengan yang baru dan segera
dipasang kembali
4. Bila ada pasien yang tidak bisa mengunakan gelang/ kalung/ pita risiko
karena beberapa hal: menolak penggunaan gelang/ kalung/ pita risiko
menyebabkan iritasi kulit, ukuran terlalu besar/ kecil, pasien melepaskan
gelang/ kalung/ pita risiko, maka pasien harus diberi edukasi dan informasi
tentang risiko yang dapat terjadi jika gelang identitas tidak dipakai dan bila
tetap menolak maka hal tersebut harus dicatat pada catatan terintegrasi di
rekam medis pasien dan ditandatangani oleh pasien/ keluarga
a. Gelang/ kalung identitas harus dilepas ketika pasien diijinkan pulang baik
sembuh, pulang atas pemintaan pasien, atau meninggal dunia
ii. Pelepasan gelang/ kalung identitas dan pita risiko di IRJ dilakukan oleh
perawat/ petugas kesehatan di poliklinik/ unit penunjang terakhir tuntas
dilakukan. Apabila pasien melanjutkan pemeriksaan pada keesokan
harinya maka pasien tersebut kembali ke bagian admission di IRJ
untuk pelepasan gelang/ kalung identitas/ kalung / pita risiko di IRJ
iii. Gelang/ kalung identitas/ kalung / pita risiko dilepas apabila pasien
sudah mendapat izin pulang
iv. Pelepasan gelang/ kalung identitas/ kalung / pita risiko untuk pasien
yang meninggal dunia dan jenazah bila dikirim ke kamar jenazah,
gelang/ kalung identitas/ kalung / pita risiko dilepas oleh petugas
kamar jenazah
c. Gelang/ kalung identitas/ kalung / pita risiko dilepas apabila pasien sudah
mendapat izin pulang, baik sembuh/ pulang paksa maupun meninggal dunia
atau hasil evaluasi penilaian scoring pasien risiko jatuh menunujukkan nilai
dengan kriteria risiko ringan atau tidak berisiko
d. Gelang/ kalung identitas/ kalung / pita risiko dilepas setelah semua proses
administrasi selesai dilakukan dan pasien mendapat surat izin pulang
f. Potongan gelang/ kalung identitas/ kalung / pita risiko dibuang ke bak sampah
medis
GAMBAR
a. Pemberian obat-obatan
e. Transfer pasien
b. Perawat yang kompeten harus memastikan (6) enam benar dalam pemberian
obat (benar obat, benar dosis, benar rute, benar waktu, benar pasien, dan benar
dokumentasi)
d. Jika terdapat dua pasien dengan nama yang sama, periksa ulang identitas
dengan melihat identitas lainnya seperti nomor rekam medis
e. Jika perawat tidak yakin/ ragu akan kebenaran identitas pasien, tuinda
pemberian obat sampai diperoleh kepastian identitas pasien dengan benar
3. Identifikasi pasien saat pengambilan sampel (darah, urin, tinja, dan lain-
lain)
BAB IV
DOKUMENTASI
A. Pencatatan dan Pelaporan
1. Pemantauan atau monitoring dan evaluasi terkait dengan pelaksanaan identifikasi
pasien dilakukan secara berkala oleh seluruh unit kerja terkait menggunakan
formulir pemantauan yang sudah ditetapkan
2. Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan yang diakibatkan oleh
kesalahan identifikasi, baik kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris
cedera dan kejadian sentinel
3. Pencatatan dan pelaporan insiden yang diakibatkan oleh karena kesalahan
identifikasi pasien mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
4. Pelaporan insiden akibat kesalahan dalam mengidentifikasi pasien dari masing-
masing unit kerja dikirim ke Komite Keselamatan Pasien dengan menggunakan
formulir laporan insiden
5. Komite Keselamatan Pasien melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan
dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala
melalui Komite Mutu Rumah Sakit
B. Pelaporan Insiden/ Kejadian Kesalahan Identifikasi Pasien
1. Setiap petugas yang menemukan adanya kesalahan dalam identifikasi pasien harus
segera melapor kepada petugas yang berwenang di unit kerja tersebut, kemudian
melengkapi laporan insidens
2. Petugas harus berdiskusi dengan Kepala Instalasi atau Manajer mengenai
pemilihan cara terbaik dan siapa yang memberitahukan kepada pasien/ keluarga
mengenai kesalahan yang terjadi akibat kesalahan identifikasi
3. Contoh kesalahan yang dapat terjadi, adalah:
a. Kesalahan penulisan alamat di rekam medis
b. Kesalahan informasi/ data di gelang pengenal
c. Tidak adanya gelang pengenal di pasien
d. Misidentifikasi data/ pencatatan di rekam medis
e. Misidentifikasi pemeriksaan radiologi
f. Registrasi ganda saat masuk rumah sakit
g. Salah memberikan obat ke pasien
h. Pasien menjalani prosedur yang salah
i. Salah pelabelan identitas pada sampel darah
4. Kesalahan juga termasuk insiden yang terjadi akibat adanya misidentifikasi,
dengan atau tanpa menimbulkan bahaya, dan juga insidens yang hampir terjadi
dimana misidentifikasi terdeteksi sebelum dilakukan suatu prosedur
5. Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah:
a. Kesalahan pada administrasi/ tata usaha
1. Salah memberikan label
2. Kesalahan mengisi formulir
3. Kesalahan memasukkan nomor/ angka pada rekam medis
4. Penulisan alamat yang salah
5. Pencatatan yang tidak benar/ tidak lengkap/ tidak terbaca
b. Kegagalan verifikasi
1. Tidak adekuatnya/ tidak adanya protocol verifikasi
2. Tidak memenuhi protocol verifikasi
c. Kesulitan komunikasi
Hambatan akibat penyakit pasien, kondisi kejiwaan pasien, atau
keterbatasan bahasa
6. Jika terjadi insidens akibat kesalahan identifikasi pasien, lakukan hal berikut ini:
a. Pastikan keamanan dan keselamatan pasien
b. Pastikan bahwa tindakan pencegahan cedera telah dilakukan
c. Jika suatu prosedur telah dilakukan pada pasien yang salah satu dilakukan
di tempat yang salah, para klinisi harus memastikan bahwa langkah-
langkah yang penting telah diambil untuk melakukan prosedur yang tepat
pada pasien yang tepat
C. Revisi dan Audit
1. Panduan ini akam dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun
2. Rencana audit akan disusun dengan bantuan audit medik dan Tim
Keselamatan Pasien serta dan Komite Mutu Rumah sakit dan akan
dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan
3. Audit klinis meliputi:
a. Jumlah persentase pasien yang menggunakan gelang/ kalung identitas
b. Akurasi dan reabilitas informasi yang terdapat di gelang/ kalung identitas
c. Alasan mengapa pasien tidak menggunakan gelang/ kalung identitas
d. Insiden yang terjadi dan berhubungan dengan misidentifikasi
4. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan identifikasi pasien akan
dipantau dan ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan
Direktur Utama,