Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 7 (1) (2015): 1-12

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis

Pemanfaatan Bonus Demografi melalui Peningkatan Indeks


Pembangunan Manusia di Sumatera Utara
Sugiharto* dan Deny Setiawan **

*Jurusan Pendidikan Geografi, **Jurusan PPKn, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan,
Indonesia

Diterima Februari 2015; Disetujui April 2015; Dipublikasikan Juni 2015

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran profil pemanfaatan bonus demografi melalui peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia di Sumatera Utara. Difokuskan pada kebijakan pemerintah daerah dalam memanfaatkan bonus
demografi melalui peningkatan Human Development Index (HDI) di bidang pendidikan, kesehatan, dan perekonomian. Pada
bidang pendidikan, mencakup dua indikator yaitu angka melek huruf/ Adult Literacy Rate Index (Lit) dan rata-rata lama sekolah/
Mean Years Of Schooling Index (MYS). Populasi yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada
kenyataannya penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih
mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau
akan sekolah sehingga belum pantas untuk rata-rata lama sekolahnya. Pada bidang kesehatan, menunjukkan jumlah tahun hidup
yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah dengan memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan
kematian per tahun variabel (e), diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat. Pada
bidang perekonomian (Standar Hidup Layak), profil menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan
(adjuisted real per capita expenditure) atau daya beli yang disesuaikan (purchasing power parity). Berdasarkan kajian terhadap
ketiga indeks pembangunan manusia tersebut, sekaligus diperoleh data mengenai gambaran faktual profil pemerintah daerah
dalam memanfaatkan bonus demografi.
Kata kunci: Bonus Demografi, Indeks Pembangunan Manusia

Abstract
This writing aims to gain the picture of profile in using of demographic bonus through increasing Human Development Index in the
North Sumatra Province. It focus on local policy in utilizing the demographic bonus through elevating Human Development Index on
several sectors such as education, health, and economy. Education sector coverage two indicators following Adult Literacy Rate Index
(Lit) and Mean Years of Schooling Index (MYS). The population in this research is the citizens age group of 15 and more due to in
fact that there many student dropout from the age group. The limitation is required for gain the representative number which is
represents the fact, considering that citizen age group lower than 15 is still in schooling or preparing to school so it not apropriate to
relying the years of schooling. Health sector indicate the numbers of years of life which is hopefully can be enjoyed by the citizens in
an area by entering information regarding annual birth rate and death rate (variable e), that assumed represents average of age of
life and citizen healthy in their life. Economic sector (Proper Life Standard), the profile uses the average of the real per capita
expenditure which is adjusted (adjusted real per capita expenditure) or purchasing power parity. Based on study of the three of
human development index, can be obtained the data concerning the factual picture of local government profile in utilizing
demographic bonus.
Keyword : Demographic Bonus, Human Development Index

How to Cite: Sugiharto dan Deny Setiawan. (2015). Pemanfaatan Bonus Demografi Melalui Peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia Di Sumatera Utara, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1) (2015): 1-12.

*Corresponding author: p-ISSN 2085-482X


E-mail: geodeny@yamail.com e-ISSN 2407-7429

1
Sugiharto dan Deny Setiawan. Pemanfaatan Bonus Demografi Melalui Peningkatan Indeks Pembangunan

PENDAHULUAN 2010. Tetapi, untuk negara-negara Afrika,


Bonus demografi adalah peluang bonus demografi bakal diperoleh menjelang
(opportunity) kemakmuran ekonomi suatu tahun 2045. Mengapa perlu persiapan dalam
negara karena besarnya proporsi penduduk menghadapi periode bonus demografi? Alasan
produktif (usia 15-64 tahun) dalam evolusi yang paling mendasar karena berhubungan
kependudukan dengan pola siklus se-abad langsung dengan pertambahan jumlah
sekali. Jika peluang tersebut tidak dimanfaatkan penduduk. Perlu adanya perkiraan jumlah
semaksimal mungkin, maka akan menjadi anti penduduk yang akan terjadi di tahun-tahun
bonus yaitu badai bom (bomb disaster) mendatang.
demografi. Indonesia sedang menuju tahapan Menyongsong bonus demografi memang
bonus demografi dengan pertumbuhan ekonomi perlu persiapan dan program yang matang.
yang semakin menanjak dan penurunan angka Pemerintah dihadapkan pada masalah-masalah
kelahiran dalam jangka panjang. Apalagi yang menjadi perhatian semua elemen,
diimbangi dengan tingkat transisi pertumbuhan termasuk masyarakat itu sendiri. Dari segi
penduduk kelompok rendah yaitu kondisi pendidikan, berdasarkan data statistik,
tingkat mortalitas tinggi menuju pertumbuhan persentase penduduk 7-15 tahun belum/tidak
penduduk rendah dengan tingkat mortalitas sekolah sebesar 1,79 persen dan tidak sekolah
rendah. lagi 5,18 persen. Indikator Angka Melek Huruf
Dengan demikian, periode bonus (AMH) yaitu dapat membaca dan menulis bagi
demografi Indonesia sebenarnya baru saja penduduk 5 tahun berpendidikan minimal
dimulai, yakni dari tahun 2015-2035 dengan tamat SMP/Sederajat sebesar 37,95 persen
angka ketergantungan (dependency ratio) dengan AMH penduduk 15 tahun ke atas 88,00
berkisar antara 0,4-0,5. Angka ini mengandung persen. Hal ini memberikan gambaran, bahwa
arti bahwa setiap 100 orang usia produktif setiap 100 penduduk 15 tahun ke atas masih
menanggung 40-50 orang usia tidak produktif. ada 12 orang belum melek huruf. Jika dilihat
Proporsi usia kurang dari 15 tahun (anak-anak) dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) yaitu
terus berkurang dibandingkan dengan penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah
penduduk usia kerja (15-64 tahun). Menurut pada usia 13-15 tahun sebesar 87,13 persen,
Data Sensus Penduduk menunjukkan jumlah berarti masih 12,87 persen yang tidak
ketergantungan tahun 2010 adalah 100 usia bersekolah (usia 16-18 tidak sekolah 45,54
produktif/pekerja menanggung 51 anak. Jadi, persen dan usia 19-24 tidak sekolah 85,20
pada periode 2015-2035 nanti, bangsa persen).
Indonesia berkesempatan besar memacu Perlu diketahui bahwa kualitas SDM,
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. diukur dari kualitas pendidikan yang
Pertumbuhan ekonomi diharapkan ditamatkan. Data diperoleh bahwa persentase
meningkatkan saving untuk kemajuan usia 5 tahun ke atas tidak/belum pernah
kemakmuran bangsa. Hal ini akan memberikan sekolah sebesar 12,37 persen, tidak/belum
dampak pada peningkatan kesejahteraan yang tamat SD 17,67 persen, tamat SD/MI/sederajat
terasa hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. 32,02 persen dan tamat SMP/MTs/sederajat
Menghadapi bonus demografi tersebut 16,88 persen. Usia 5 tahun ke atas yang tamat
diharapkan kualitas penduduk memenuhi SM/sederajat sebesar 16,67 persen, tamat
syarat pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. DI/DII/DIII 1,22 persen, tamat DIV/S1 2,99
Di negara-negara Eropa justru sudah melewati persen dan tamat S2/S3 0,19 persen. Dari tabel
masa emas bonus demografi antara tahun berikut, diketahui bahwa pada tahun 2012
1950-2000. Sedangkan, negara Asia seperti memberikan gambaran Angka Partisipasi
Tiongkok sedang menikmatinya sejak tahun Sekolah (APS) pada usia 7-12 sebesar 97,95
1990 sampai tahun 2015. Negara India persen, usia 13-15 sebesar 89,66 persen, usia
mendapatkan bonus demografi sejak tahun 16-18 sebesar 61,06, dan usia 19-24 sebesar

2
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 7 (1) (2015): 1-12

15,84 persen. Jadi Angka Partisipasi Sekolah manusia sebagai subyek atau pusat dari proses
terrendah pada usia 19-24 tahun dan tertinggi pembangunan. Lembaga PBB yang dibentuk
pada usia 13-15 tahun. untuk menangani masalah pembangunan
Masalah lain yang menjadi perhatian (United Nations Development
menghadapi bonus demorafi adalah Tingkat Programme/UNDP) telah membuat definisi
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar khusus mengenai pembangunan manusia
66,44 persen, dimana TPAK di perkotaan lebih sebagai suatu proses untuk memperluas
rendah daripada perdesaan, masing-masing pilihan-pilihan bagi manusia (a process of
sebesar 61,96 persen dan 70,46 persen. enlarging peoples choices). Dalam konsep
Peningkatan jumlah penduduk yang pesat tersebut manusia ditempatkan sebagai tujuan
mengakibatkan kebutuhan tempat tinggal akhir (the ultimate end), sedangkan upaya
semakin meningkat pula. Penyandang pembangunan dipandang sebagai sarana untuk
disabilitas yaitu penduduk dengan jenis mencapai tujuan itu. Dengan demikian,
kesulitan penglihatan sebesar 2,68 persen, pembangunan manusia lebih dari sekedar
kesulitan pendengaran 1,71 persen, kesulitan pertumbuhan ekonomi, lebih dari sekedar
berjalan 1,85 persen, kesulitan berkomunikasi peningkatan pendapatan dan lebih dari sekedar
sebesar 1,61 persen. proses produksi komoditas serta akumulasi
Hal yang sangat mempengaruhi masalah modal.
demografi juga terjadi karena masuknya Pembangunan Sumber Daya Manusia
budaya asing bagi generasi remaja yang (SDM) secara fisik dan mental mengandung
menjadi tantangan keluarga berkualitas. Tapi makna peningkatan kapasitas dasar penduduk
hal ini dapat dikurangi dengan pendampingan yang kemudian akan memperbesar kesempatan
keluarga pada anak. Kepala BKKBN mengajak untuk dapat berpartisipasi dalam proses
seluruh keluarga untuk melakukan tiga hal pembangunan. Kapasitas dasar yang dimaksud
penting, Pertama, memperkuat kembali fungsi menurut Todaro (2003), yang sekaligus
keluarga dari segi agama, pendidikan, cinta merupakan tiga nilai pokok keberhasilan
kasih, perlindungan, reproduksi, sosial budaya, pembangunan ekonomi adalah kecukupan
ekonomi dan lingkungan; Kedua, menata (sustenance), jati diri (selfsteem), serta
kembali manajeman keluarga dimulai dari kebebasan (freedom).
kapan menikah, kapan punya anak, jumlah anak Pembangunan manusia menjadi penting
dan kapan berhenti melahirkan; dan Ketiga, dan perlu mendapat perhatian sebab pada
meningkatkan kualitas penduduk dan keluarga kenyataannya pertumbuhan ekonomi yang
melalui program Kependudukan, Keluarga tinggi tidak selalu dapat memecahkan
Berencana dan Pembangunan Keluarga. persoalan kesejahteraan seperti kemiskinan
Manusia merupakan kekayaan bangsa dan taraf hidup masyarakat secara luas,
dan sekaligus sebagai modal dasar sehingga keberhasilan pembangunan dewasa
pembangunan. Tujuan dari pembangunan ini seringkali dilihat dari pencapaian kualitas
adalah menciptakan lingkungan yang Sumber Daya Manusianya.
memungkinkan bagi rakyat untuk menikmati Salah satu cara untuk mengukur
hidup sehat, umur panjang dan menjalankan keberhasilan atau kinerja suatu negara atau
kehidupan yang produktif. Sesuai dengan wilayah dalam bidang pembangunan manusia
perkembangan paradigma pembangunan digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
ekonomi, maka telah terjadi perubahan tolok atau Human Development Index (HDI). Indeks
ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dari ini pertama kali dikembangkan oleh pemenang
pendekatan pertumbuhan ekonomi (growth) nobel India Amartya Sen dan Mahbub ul Haq
menjadi pendekatan pembangunan manusia. seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav
Pemikiran kontemporer mengenai Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad
pembangunan juga telah menempatkan kembali Desai dari London School of Economics. IPM

3
Sugiharto dan Deny Setiawan. Pemanfaatan Bonus Demografi Melalui Peningkatan Indeks Pembangunan

merupakan suatu indeks komposit berdasarkan provinsi ke-empat yang terbesar jumlah
tiga indikator, yaitu: angka harapan hidup pada penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat,
waktu lahir (life expectancy at birth), angka Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal tersebut akan
melek huruf penduduk dewasa (adult literacy terus bertambah setiap tahunnya. Dari data
rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of penduduk tersebut. Hasil sensus penduduk
schooling), dan kemampuan daya beli tahun 2000 juga memperlihatkan bahwa jumlah
(purchasing power parity). Indikator angka penduduk laki-laki di Sumatera Utara
harapan hidup mengukur kesehatan, indikator berjumlah 5.750.315 jiwa dan jumlah penduduk
angka melek huruf penduduk dewasa dan rata- perempuan 5.756.493 jiwa. Sementara itu,
rata lama sekolah mengukur pendidikan dan menurut sensus penduduk tahun 2010, jumlah
terakhir indikator daya beli mengukur standar penduduk laki-laki adalah 6.483.354 jiwa dan
hidup. jumlah penduduk perempuan 6.498.850 jiwa.
Pertambahan jumlah penduduk Dilihat dari wilayah kabupaten/kota, terlihat
memberikan dampak serius terhadap bahwa proporsi penduduk yang tinggal di Kota
pembangunan yang berkelanjutan. Data sensus Medan adalah paling besar yakni 2.109.339 jiwa
tahun 2000 diperoleh jumlah penduduk sebesar atau 16,2% dari keseluruhan penduduk
206,2 juta jiwa dengan laju perumbuhan Sumatera Utara. Sebaliknya, penduduk yang
penduduk sebesar 1,49% atau lebih rendah dari berada di Kabupaten Deli Serdang menempati
laju pertumbuhan penduduk periode 1970- urutan kedua yang jumlah penduduknya
1980 (2,32%) dan periode 1980-1990 (1,97%). sebanyak 1.790.431 jiwa atau 13.7 %.
Jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Jika dilihat dari indikator Indeks
Penduduk tahun 2005 adalah berjumlah 218,9 Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
juta jiwa. Sedangkan penduduk Indonesia tahun Sumatera Utara menunjukkan peningkatan dari
2008 berjumlah sekitar 219 juta jiwa, dengan tahun 2008 sebesar 73,29 menjadi 74,65 pada
laju pertumbuhan 1,3 persen per tahun. Di tahun 2011. Angka IPM ini lebih tinggi
Provinsi Sumatera Utara tercatat jumlah dibandingkan dengan rata-rata IPM Nasional,
penduduk sebanyak 12,3 juta jiwa lebih, dan namun dilihat dari rangking IPM belum
merupakan jumlah penduduk terbanyak menunjukkan peningkatan karena masih tetap
keempat di Indonesia, setelah propinsi Jawa berada pada rangking 8 nasional.
Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dampak Terdapat faktor lain yang juga dapat
penurunan angka total kelahiran (TFR) mempengaruhi perkembangan kualitas
disebabkan karena meningkatnya pemakaian pembangunan manusia, yakni pengeluaran
alat kontrasepsi (prevalensi) pada pasangan pemerintah khususnya bidang pendidikan dan
usia subur. Sebagai pembanding, bahwa pada bidang kesehatan. Apalagi sejak era otonomi
tahun 1971, angka prevalensi kurang dari 5 %, daerah bergulir yang ditandai dengan
meningkat menjadi 26 % pada tahun 1980, 48 berlakunya UU No.22 tahun 1999 yang
% pada tahun 1987, 57 % tahun 1997 dan kemudian direvisi dengan UU No.32 tahun 2004
tahun 2003 sebesar 60 % (SDKI 2002-2003). tentang Pemerintah Daerah, maka pemerintah
Data penduduk Sumatera Utara daerah melakukan berbagai upaya untuk
berdasarkan hasil sensus penduduk 1990 meningkatkan kualitas SDM di wilayahnya, baik
sebesar 10.252.021 jiwa, sensus penduduk dari aspek fisik (kesehatan), aspek
2000 sebesar 11.506.808 jiwa dan berdasarkan intelektualitas (pendidikan), aspek
sensus penduduk 2010 meningkat menjadi kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta
12.982.204 jiwa. Dengan demikian laju aspek moralitas (iman dan ketaqwaan)
pertumbuhan penduduk periode 1900-2000 sehingga partisipasi rakyat dalam
adalah 2,06 % setiap tahun dan periode 2000- pembangunan akan dengan sendirinya
2010 adalah 1,1% setiap tahunnya. Keadaan ini meningkat.
menempatkan Sumatera Utara merupakan

4
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 7 (1) (2015): 1-12

HASIL DAN PEMBAHASAN terkemuka di Indonesia, Widjojo Nitisastro,


Adioetomo (2005) mempertanyakan telah mengingatkan kita bahwa suatu saat
"Apakah Indonesia sudah mencapai bonus setelah tahun 1960-an akan terjadi
demografi dan bagaimana terjadinya?". Hal ini rejuvenation of the working age atau
memerlukan penuturan yang panjang tentang peremajaan angkatan kerja di Indonesia
fluktuasi kelahiran dan kematian sebelum (Nitisastro, 1970 dalam Adioetomo, 2005).
perang kemerdekaan, dan intervensi Peremajaan angkatan kerja pada waktu itu
pemerintah dalam bidang pengendalian diperkirakan akan mulai terjadi pada tahun
kependudukan. Pada tahun 1940-an, Indonesia 1970 - 1980-an, sebab kohor kelahiran tinggi di
mengalami penjajahan Jepang, perang dunia ke- tahun 1950-an dan tahun 1960-an memasuki
2, dan masa kelaparan yang merupakan masa pasar kerja di tahun-tahun tersebut. Nitisastro
ekonomi yang buruk bagi Indonesia. Meskipun pada waktu itu juga mengatakan untuk
statistik demografi belum sebagus sekarang, mewaspadai masuknya perempuan kohor
pada waktu itu dapat diperkirakan bahwa ada kelahiran tahun 1950-an dan 1960-an tersebut
penurunan tingkat kelahiran mencapai di ke usia reproduksi (masa melahirkan) sekaligus
bawah 40 ribu per 1000 penduduk dan ke pasar kerja. Keduanya merupakan dampak
kenaikan tingkat kematian. Pada saat bangsa kelahiran tinggi sebelum dan sesudah
Indonesia memperjuangkan kemerdekaannya kemerdekaan yang mengakibatkan dunia
sekitar tahun 1945, banyak pasangan angkatan kerja Indonesia diwarnai oleh
mudamudi menunda perkawinan. Tetapi tingginya proporsi penduduk usia kerja muda
setelah kemerdekaan tercapai, terjadilah 15-24 tahun.
lonjakan perkawinan yang disusul oleh lonjakan Kohor baby boom di Indonesia terlihat
jumlah kelahiran. Pada tahun 1950-an keadaan memuncak di tahun 1960-1970-an, yang akan
menjadi normal kembali dan tingkat kelahiran meneruskan gelombang pasang membanjiri
kembali mencapai ketaraf yang tinggi seperti angkatan kerja dengan usia muda. Selanjutnya,
sebelumnya, sedangkan tingkat kematian gelombang masuknya kohor kelahiran tinggi ke
mengalami penurunan. usia reproduksi akan menimbulkan echo,
Pada saat yang sama teknologi kesehatan artinya, kohor besar yang masuk ke usia
terutama ditemukannya obat-obatan antibiotik reproduksi akan menghasilkan jumlah
berhasil dimanfaatkan oleh Indonesia, kelahiran yang besar. Bahkan ketika tingkat
akibatnya tingkat kematian mulai menurun. kelahiran sudah mulai menurun echo ini tetap
Penurunan tingkat kematian terutama terjadi terbawa. Meskipun rata-rata jumlah anak yang
pada kematian bayi sehingga menyebabkan dipunyai perempuan makin sedikit tetapi
anak-anak yang lahir tahun 1950-an dan karena jumlah perempuan usia subur masih
seterusnya lebih banyak yang tetap hidup, besar, maka jumlah bayi yang dilahirkan juga
survive, menuju usia yang lebih tinggi. Pada saat masih tetap banyak. Dan karena tingkat
itu tingkat kelahiran masih tinggi dan kematian bayi menurun terus, kohor ini
menghasilkan kelahiran yang cukup besar. Bayi membentuk suatu armada usia kerja yang amat
yang lahir dari tingkat kelahiran tinggi itu tetap pesat pertumbuhannya, baik angkatan kerja
hidup dan terjadilah penumpukan jumlah anak- muda maupun yang meningkat ke usia yang
anak usia di bawah 15 tahun. Dampak lebih tua. Dalam proses transisi demografi,
momentum kelahiran tinggi ini terus terbawa intervensi pemerintah untuk mengendalikan
sepanjang hidup koho tersebut dan terlihat pertumbuhan penduduk, dalam bentuk
jelas pada piramida penduduk tahun 1961, Program Nasional Keluarga Berencana dengan
1971 dan seterusnya (Adioetomo, 2005). menanamkan manfaat norma keluarga kecil,
Selanjutnya Adioetomo (2005) telah berhasil menurunkan tingkat kelahiran
mengatakan bahwa pada tahun 1960-an ahli yang berdampak pada penurunan proporsi
ekonomi dan pionir pakar kependudukan

5
Sugiharto dan Deny Setiawan. Pemanfaatan Bonus Demografi Melalui Peningkatan Indeks Pembangunan

jumlah penduduk non-produktif dibawah usia Window of Opportunity terbuka pada tahun
15 tahun. 2020-2030. Jadi pada saat itu investasi dan
Berlangsungnya transisi demografi di pembiayaan untuk pelayanan dasar anak anak
Indonesia itu makin lama makin mengubah dibawah 15 tahun adalah terendah, sehingga
wajah penduduk Indonesia dengan menggeser pendapatan pekerja usia produktif dapat
distribusi umur penduduk. Proporsi penduduk ditabung sebagai tabungan masyarakat, yang
muda makin menurun, proporsi penduduk usia kemudian diinvestasikan secara produktif guna
kerja meningkat pesat dan proporsi penduduk perluasan kesempatan kerja dan pertumbuhan
usia lanjut bergerak naik secara pelahan. Dalam ekonomi yang meningkat.
era tingkat kelahiran tinggi dan awal
penurunan kematian bayi, total dependency
ratio yakni perbandingan antara jumlah
penduduk usia non-produktif di bawah 15
tahun dan di atas 65 tahun terhadap penduduk
usia produktif 15-64 tahun sangat tinggi. Pada
tahun 1971 mencapai 86 per 100. Artinya tiap
100 penduduk usia kerja akan mempunyai
tanggungan sebesar 86 penduduk non-
produktif. Dari angka ketergantungan itu,
sebesar 93 persennya disumbangkan oleh Gambar 2. Rasio Ketergantungan 0-14, 65+,
besarnya jumlah anak-anak di bawah 15 tahun, Total (Sumber: BPS 2010)
dan sisanya oleh penduduk usia lanjut hanya 7 Namun untuk meraih the Window of
persen. Pada saat itu tanggungan orang tua Opportunity tersebut, pertama-tama bonus
relatif masih sedikit karena tahun-tahun demografi yang sekarang sudah mulai terjadi
sebelumnya belum banyak penduduk yang harus ditingkatkan dan diteruskan dengan
berhasil mencapai usia di atas 65 tahun. menurunkan tingkat kelahiran dan kematian
Perjalanan pergeseran distribusi umur sehingga menjadi CBR=17,7 dan CDR=7,1 pada
penduduk dan penurunan rasio ketergantungan tahun 2015 dan CBR=15,0 dan CDR=7,5 pada
penduduk muda (youth dependency ratio) tahun 2025. Dengan terus menurunnya tingkat
membentuk keadaan yang ideal yang kelahiran dan kematian, serta berlanjutnya
menghasilkan potensi terjadinya bonus bonus demografi, maka kemungkinan
demografi, dimana jumlah penduduk usia kerja terbukanya jendela peluang tersebut akan besar
hampir dua kalinya dibandingkan dengan sekali, dan apabila the Window of Opportunity
jumlah penduduk di bawah 15 tahun. Dari ini tercapai harus dimanfaatkan sebaik-baiknya
Lampiran Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa rasio untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
ketergantungan penduduk Indonesia telah Dalam rangka mewujudkan bonus demografi
menurun menjadi 54 pada tahun 2000, dan ada 4 mekanisme penting yaitu: pasokan tenaga
akan menurun terus mencapai angka terendah kerja (labor supply), peranan perempuan
pada tahun 2020, 2025 dan 2030, dimana (women role), tabungan (savings), dan sumber
angkanya berkisar sekitar 40 per 100 (Gambar daya manusia (human capital) (Bloom, Canning
2.1). Jadi periode 2020-2030 inilah yang dan Sevilla, 2003).
disebut sebagai the Window of Opportunity United Nation Development Program
untuk Indonesia (Adioetomo, 2005). Setelah (UNDP) mendefinisikan pembangunan manusia
tahun 2030 rasio ketergantungan akan sebagai suatu proses untuk memperluas
meningkat lagi, giliran disumbangkan oleh pilihan-pilihan bagi penduduk (Human
penduduk usia 65 tahun ke atas. Indonesia Development Report, 2001), dalam arti bahwa
hanya akan mengalami keadaan ideal untuk manusia diberi pilihan yang lebih banyak dalam
membangun satu kali saja, yakni apabila the memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang

6
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 7 (1) (2015): 1-12

menyangkut ekonomi, sosial, dan budaya. Ada Kesejahteraan masyarakat tergantung


tiga hal yang dianggap penting untuk pilihan kepada cara penggunaan pendapatan tersebut,
manusia, yaitu untuk memiliki kehidupan yang bukan kepada tingkat pendapatan itu. Dari
panjang dan sehat, untuk memperoleh ilmu pengalaman banyak negara terlihat bahwa
pengetahuan dan memiliki akses terhadap pembangunan manusia yang tingkatnya cukup
sumberdaya yang diperlukan untuk mendapat tinggi juga dijumpai pada negara yang tingkat
standar hidup yang layak. Apabila tiga faktor pendapatannya hanyalah moderat, dan
yang kritis tersebut tidak dipenuhi maka pembangunan manusia dengan tingkat yang
banyak pilihan lainnya yang tidak akan dapat rendah terdapat juga pada negara yang
dicapai, misalnya kemerdekaan politik, pendapatannya relatif tinggi. Dari fakta tersebut
ekonomi, sosial, serta kesempatan untuk dapat diambil suatu kesimpulan sederhana
memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi, bahwa tidak otomatis ada hubungan antara
menikmati rasa terhormat dan hak-hak azasi pendapatan yang tinggi dengan kemajuan
manusia pembangunan manusia.
Konsep pembangunan manusia dalam Pada umumnya model dari pertumbuhan
pengertian di atas jauh lebih luas daripada teori ekonomi diarahkan untuk meningkatkan GDP
pembangunan ekonomi yang konvensional, dan tidak memasukkan peningkatan kualitas
termasuk model pertumbuhan ekonomi, kehidupan. Pertumbuhan GDP memang penting,
pembangunan sumber daya manusia (SDM), tetapi tidak cukup untuk pembangunan
pendekatan kesejahteraan, dan pendekatan manusia. Demikian pula teori pembentukan
kebutuhan kebutuhan dasar manusia. Model modal manusia, dan pembangunan sumberdaya
pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan menganggap bahwa manusia hanya sebagai
peningkatan pendapatan dan produksi nasional media, bukan merupakan tujuan akhir,
(GNP). Pembangunan SDM menempatkan hanyalah sebagai instrumen untuk
manusia terutama sebagai input dari proses menghasilkan barang-barang yang lebih
produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). banyak. Sebenarnya manusia bukan hanya
Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sekedar faktor modal tetapi manusia juga
sebagai pemanfaat (beneficiaries) bukan adalah tujuan akhir dan penerima manfaat dari
sebagai objek perubahan. Pendekatan proses pembangunan.
kebutuhan-kebutuhan dasar memfokuskan Oleh karena itu, konsep pembentukan
pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan modal manusia hanya menangkap satu sisi dari
hidup. pembangunan manusia. Sementara itu
Pembangunan manusia memiliki dua sisi: pembangunan dengan pendekatan
pertama, fungsi dari keberdayaan manusia dan kesejahteraan menganut prinsip bahwa
kedua, pemakaian keberdayaan itu untuk manusia sebagai pengguna manfaat, bukan
keseimbangan kehidupan dan tujuan produksi sebagai agen perubahan atau peserta dalam
(National Human Development for Balize, proses pembangunan. Dan akhirnya
2001). Sesuai dengan konsep pembangunan pendekatan kebutuhan dasar menitikberatkan
manusia, pendapatan hanyalah salah satu pada penyediaan barang dan jasa kepada
pilihan manusia walupun termasuk yang kelompok penduduk yang tertinggal, bukan
terpenting. Tujuan pembangunan manusia ialah memperbesar pilihan umat manusia di segala
memperluas pilihan bukan hanya pendapatan. bidang.
Sebagai contoh bahwa pendapatan dapat Sebagaimana laporan UNDP (1995),
digunakan untuk membeli obat yang esensial, dasar pemikiran konsep pembangunan manusia
atau narkotika. Oleh karena itu, pendapatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a).
hanyalah media bukan tujuan akhir, karena Pembangunan harus mengutamakan penduduk
pendapatan dapat digunakan untuk tujuan yang sebagai pusat perhatian; b). Pembangunan
buruk bagi kehidupan manusia. dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-

7
Sugiharto dan Deny Setiawan. Pemanfaatan Bonus Demografi Melalui Peningkatan Indeks Pembangunan

pilihan bagi penduduk, bukan hanya untuk Nilai IPM suatu negara atau wilayah
meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena menunjukkan seberapa jauh negara atau
itu, konsep pembangunan manusia harus wilayah itu telah mencapai sasaran yang
berpusat pada penduduk secara komprehensif ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun,
dan bukan hanya pada aspek ekonomi semata; pendidikan dasar bagi semua lapisan
c). Pembangunan manusia memperhatikan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat
bukan hanya pada upaya meningkatkan pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai
kemampuan/kapasitas manusia, tetapi juga standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM
pada upaya-upaya memanfaatkan suatu wilayah terhadap angka 100, semakin
kemampuan/kapasitas manusia tersebut secara dekat jalan yang harus ditempuh untuk
optimal; d). Pembangunan manusia didukung mencapai sasaran itu. Karena hanya mencakup
empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai
pemerataan, kesinambungan dan penyederhanaan dari realitas yang kompleks
pemberdayaan; e). Pembangunan manusia dari luasnya dimensi pembangunan manusia.
menjadi dasar dalam penentuan tujuan Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu
pembangunan dan dalam menganalisis pilihan- dilengkapi dengan kajian dan analisis yang
pilihan untuk mencapainya. dapat mengungkapkan dimensi-dimensi
Pertumbuhan ekonomi harus pembangunan manusia yang penting lainnya
dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasil (yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti
pembangunan. Kesamaan kesempatan harus kebebasan politik, kesinambungan lingkungan,
sama untuk generasi sekarang dan generasi kemerataan antar generasi.
mendatang. Dan semua orang, laki-laki dan IPM kemudian disempurnakan oleh
perempuan harus diberdayakan untuk United Nation Development Programme
mengambil bagian dalam merencanakan dan (1990). Alasan penyempurnaan tidak lain
melaksanakan faktor-faktor kunci yang karena manusia adalah ukuran keberhasilan
membentuk masa depan mereka. dari pembangunan. Sehingga ukuran bobot
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) manusia saja tidaklah cukup, dan karenanya
merupakan suatu indeks komposit yang juga diperlukan penggabungan antara pencapaian
merupakan indikator yang dapat penghasilan dengan kondisi fisik dan non fisik
menggambarkan perkembangan pembangunan manusia. Alasannya pembangunan manusia
manusia secara terukur dan representative. IPM adalah pembentukan kemampuan manusia
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1990 yang berasal dari peningkatan kesehatan,
oleh UNDP. Indeks Pembangunan Manusia keahlian dan ilmu pengetahuan. Dengan
(IPM) mencakup tiga komponen yang dianggap demikian formulasi IPM diukur dari indeks
mendasar bagi manusia dan secara operasional kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup, rata-
mudah dihitung untuk menghasilkan suatu rata panjangnya usia penduduk dan
ukuran yang merefleksikan upaya kemampuan penduduk untuk baca tulis (melek
pembangunan manusia. Ketiga komponen huruf) serta penghasilan per kepala.
tersebut adalah peluang hidup (longevity), Secara umum komponen IPM meliputi:
pengetahuan (knowledge) dan hidup layak (1) Indeks Harapan Hidup; (2) Indeks
(living standards). Peluang hidup dihitung Pendidikan; dan (3) Standar Hidup Layak.
berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; Indeks Harapan Hidup menunjukkan
pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat
lama sekolah dan angka melek huruf penduduk dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan
berusia 15 tahun ke atas; dan hidup layak memasukkan informasi mengenai angka
diukur dengan pengeluaran per kapita yang kelahiran dan kematian per tahun variabel (e)
didasarkan pada paritas daya beli (purchasing diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama
power parity). hidup sekaligus hidup sehat masyarakat.

8
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 7 (1) (2015): 1-12

Sehubungan dengan sulitnya riil yang telah disesuaikan (adjuisted real GDP
mendapatkan informasi orang yang meninggal per capita) sebagai indikator standar hidup
pada kurun waktu tertentu, maka untuk layak. Di Indonesia menggunakan rata-rata
menghitung angka harapan hidup digunakan pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan
metode tidak langsung (metode Brass, varian (adjuisted real per capita expenditure) atau
Trussel). Data dasar yang dibutuhkan dalam daya beli yang disesuaikan (purchasing power
metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup parity). Untuk perhitungan IPM sub nasional
dan rata-rata anak masih hidup dari wanita (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai
pernah kawin. Secara singkat, proses PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya
penghitungan angka harapan hidup ini mengukur produksi suatu wilayah dan tidak
disediakan oleh program Mortpak. Untuk mencerminkan daya beli riil masyarakat yang
mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan merupakan concern IPM. Untuk mengukur daya
cara menstandartkan angka harapan hidup beli penduduk antar provinsi di Indonesia, BPS
terhadap nilai maksimum dan minimumnya. menggunakan data rata-rata konsumsi 27
Sedangkan indeks yang kedua, yakni komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi
Indeks Pendidikan, penghitungan Indeks Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling
Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu dominan dikonsumsi oleh masyarakat
angka melek huruf/Adult Literacy Rate Index Indonesia dan telah distandarkan agar bisa
(Lit) dan rata-rata lama sekolah/ Mean Years Of dibandingkan antar daerah dan antar waktu
Schooling Index (MYS). Populasi yang yang disesuaikan dengan indeks PPP
digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun (Purchasing Power Parity)
ke atas karena pada kenyataannya penduduk Berdasarkan paparan di atas, ada
usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. beberapa point penting yang bisa diambil
Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih sebagai makna dari manfaat kajian terhadap
mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat indeks pembangunan manusia, yakni:
penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun Pertama, untuk mengalihkan fokus
masih dalam proses sekolah atau akan sekolah perhatian para pengambil keputusan, media,
sehingga belum pantas untuk rata-rata lama dan organisasi non pemerintah dari
sekolahnya. penggunaan statistik ekonomi biasa, agar lebih
Angka melek huruf diolah dari variabel menekankan pada pencapaian manusia. IPM
kemampuan membaca dan menulis, sedangkan diciptakan untuk menegaskan bahwa manusia
rata-rata lama sekolah dihitung menggunakan dan segenap kemampuannya seharusnya
tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi menjadi kriteria utama untuk menilai
sekolah, tingkat/kelas yang sedang/pernah pembangunan sebuah negara, bukannya
dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang pertumbuhan ekonomi. Kedua, untuk
ditamatkan mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan
Kedua indikator pendidikan ini suatu negara. Bagaimana dua negara yang
dimunculkan dengan harapan dapat tingkat pendapatan perkapitanya sama dapat
mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan memiliki IPM yang berbeda. Ketiga, untuk
angka Lit), dimana Lit merupakan proporsi memperlihatkan perbedaan di antara negara-
penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis negara, di antara provinsi-provinsi (atau negara
dalam suatu kelompok penduduk secara bagian), di antara gender, kesukuan, dan
keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS kelompok social ekonomi lainnya. Dengan
merupakan gambaran terhadap keterampilan memperlihatkan disparitas atau kesenjangan di
yang dimiliki penduduk. antara kelompok-kelompok tersebut, maka
Sementara indeks yang ketiga adalah akan lahir berbagai debat dan diskusi di
Standar Hidup Layak. Berbeda dengan UNDP berbagai negara untuk mencari sumber
yang menggunakan indikator GDP per kapita masalah dan solusinya.

9
Sugiharto dan Deny Setiawan. Pemanfaatan Bonus Demografi Melalui Peningkatan Indeks Pembangunan

KESIMPULAN 4) Peningkatan Layanan Kesehatan; 5)


Untuk tercapainya human welfare, faktor Penciptaan Lapangan Kerja yang Memadai
kependudukan menjadi aspek penting dalam Prasyarat di atas, terasa cukup berat.
pembangunan. Studi kependudukan menjadi Untuk itu komponen bangsa ini harus mampu
prioritas, bukan semata sebagai wahana dalam membenahi kondisi kependudukan. Namun
memecahkan masalah kependudukan sayang, kondisi kependudukan itu sendiri
sebagaimana diuraikan di atas, namun juga masih menggambarkan faktualitas sebagai
sebagai kerangka kerja dalam mengumpulkan berikut: 1) Pertumbuhan penduduk Indonesia
data dasar (basic data) kependudukan, yg masih cukup tinggi yaitu 1,49% pertahun; 2)
mengintepretasikan, menganalisisnya sampai Pertumbuhan pangan hanya 0,49%; 3)
kepada menetapkan perspektif kependudukan Dominasi lulusan SD sekitar 60%; 4) Angka
ke depan bagi kehidupan ruang bangsanya. kemiskinan sebesar 11,6% dari total penduduk
Bagi bangsa Indonesia sebagai bangsa Indonesia; 5) Angka pengangguran kerja 6,14%
yang besar, kajian terhadap kependudukan dari jumlah angkatan kerja sebesar 116,5 juta
sudah selayaknya dijadikan sebagai program jiwa; 6) Indeks Pembangunan Manusia
utama dalam memberikan sumbangan Indonesia berada di rangking 121 dari 187
berharga bagi perencanaan dan pembangunan negara.
nasional. Gambaran faktual mengenai dinamika Faktualitas kondisi kependudukan
kependudukan Indonesia ke depan pun perlu nasional di atas, tidak jauh berbeda dengan
dikaji secara mendalam guna memprediksi kondisi kependudukan di Provinsi Sumatera
tantangan pembangunan bangsa (Salim, 2013). Utara. Secara umum, profil kependudukan di
Berdasarkan kajian dari beberapa pakar, Sumatera Utara menggambarkan fenomena:
dinamika kependudukan Indonesia ke depan Jumlah penduduk yang besar; Pertumbuhan
menunjukkan: 1). Diperkirakan pada penduduk yang cepat; Persebaran penduduk
pertengahan kurun waktu 2020-2030, dinamika tidak merata; Kualitas penduduk yang rendah.;
kependudukan di Indonesia mengarah ke fase dan Komposisi penduduk sebagian besar
windows of opportunity; 2). Fenomena bonus berusia muda.
demografi pada tahun 2030-an (jumlah Dari lima profil di atas, profil yang
angkatan kerja dalam usia yg produktif sangat keempat yakni kualitas penduduk yang rendah,
besar sekitar 69 % dari jumlah penduduk); 3). menjadi point penting sekaitan dengan
Memasuki tahap masyarakat yg produktif; 4). kebijakan kualitas penduduk. Dalam UU No. 52
Diprediksi pada tahun 2030-an akan menjadi Tahun 2009, dijelaskan kualitas penduduk
negara ekonomi terbesar ke tujuh di dunia adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan
(Jalal, 2013; Effendi, 2013). nonfisik yang meliputi derajat kesehatan,
Prediksi fenomena di atas, bisa jadi pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat
merupakan harapan. Namun sebaliknya, bisa sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan,
jadi musibah manakala komponen bangsa ini sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan
tidak dapat mengambil atau memanfaatkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai
kesempatan yang datangnya hanya sekali. manusia yang bertakwa, berbudaya,
Bonus demografi akan berubah menjadi bonus berkepribadian, berkebangsaan dan hidup
musibah, jika bangsa ini tidak dapat memenuhi layak. Kualitas penduduk menjadi isu penting,
prasyarat yang harus dipenuhi dalam mencapai sekaitan dengan kebijakan people center,
bonus demografi. dimana penduduk menjadi sasaran baik sebagai
Prasyarat pemanfaatan bonus demografi, obyek maupun sebagai subyek pembangunan.
mengharuskan bangsa ini memiliki: 1) Atas dasar kebijakan tersebut, Provinsi
Kemampuan Pengendalian Laju Pertumbuhan Sumatera Utara tengah berbenah dan
Penduduk; 2) Peningkatan Kualitas dan Daya melaksanakan arahan RPJPN Membangun
Saing Bangsa; 3) Pendidikan yang Berkualitas; Sumber Daya Manusia Berkualitas, yang

10
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 7 (1) (2015): 1-12

meliputi: (1) Meningkatkan pembangunan Bloom, D.E.; David Canning & Jaypee Sevilla. 2003.
manusia dan kesetaraan gender; (2) Mencapai The demographic dividend: a new perspective
pertumbuhan penduduk yang seimbang yang on the economic consequences of population
change. Santa Monica CA, RAND Population
ditandai angka reproduksi neto (NRR) sama
Matters Program MR-1274.
dengan 1 atau angka kelahiran total (TFR) 2,1;
Departemen Kesehatan RI, 1995. Survei Kesehatan
(3) Mengendalikan jumlah dan laju Rumah Tangga, Jakarta Dharmalingam, A. K.
pertumbuhan penduduk menuju terbentuknya Nvaneetham, C. S. Krishnakumar. 2009.
keluarga kecil yang berkualitas; (4) Penyediaan Nutritional Status of Mothers and Low Birth
pendidikan dasar yang bermutu dan bebas Weight in India. Published Online: 7 February
biaya; (5) Penyediaan pelayanan pendidikan 2009. Springer Science+Business Media, LLC
sepanjang hayat; (6) Meningkatkan kesadaran, 2009. Matern Child Health J (2010).
kemauan, dan kemampuan hidup sehat; (7) Effendi, S. (2013). Pemerintah Demokratis-
Developmentalis untuk Realisasikan Bonus
Meningkatkan kualitas hidup dan peran
Demografi. (Makalah Seminar Internasional).
perempuan serta kesejahteraan anak; dan (8)
Jakarta: BKKBN.
Meningkatkan pembangunan karakter Hasan, S.H. 1996. Memacu Keunggulan Bangsa
kebangsaan di kalangan pemuda dan perannya Melalui Sekolah Unggul. (Artikel). Bandung:
di bidang ekonomi, sosial budaya, iptek dan Mimbar Pendidikan University Press IKIP
politik. Bandung.
Jalal, F. (2013). Mengoptimalkan Manfaat Bonus
DAFTAR PUSTAKA Demografi Untuk Kemajuan Bangsa dan
Adioetomo, S.M. 2005. Bonus Demografi. Kesejahteraan Penduduk. (Makalah Seminar
Menjelaskan Hubungan Antara Pertumbuhan Internasional). Jakarta: BKKBN.
Penduduk Dengan Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta, Badan Kependudukan dan Keluarga
Pidato Disampaikan pada Upacara Berencana Nasional Puslitbang Keluarga
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Berencana dan Keluarga Sejahtera. 2013.
Bidang Ekonomi Kependudukan pada Survei Indikator Kinerja Rencana
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Universitas Indonesia, Jakarta (RPJMN) Program Kependudukan dan
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2013 Keluarga Berencana.
Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, dan UNDP. (2001). Jakarta, 2013. Badan Kependudukan dan Keluarga
Indonesia Human Development Report 2001 - Berencana Nasional Puslitbang Keluarga
Towards a New Consensus: Democracy and Berencana dan Keluarga Sejahtera.
human development in Indonesia, BPS, PEmantauan Pasangan Usia Subur Melalui
BAPPENAS, dan UNDP. Mini Survei Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Survei Sensus Ginting, K. S., Charisma, 2008, Analisis Pembangunan
Nasional Manusia Di Indonesia, Medan: Sekolah
BPS-Bappenas-UNDP, 2001. Indonesia Human Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Development Report 2001. Towards a New Tesis
Consensus: Democracy and Human Kuhn, C., Hajirezaei M., Fernie A. R., Tunali U. R.,
Development in Indonesia. Jakarta: BPS- Czechowski T., Hirner B., Frommer W. B.
Statistics Indonesia, Bappenas dan UNDP 2003. The Sucrose Transporter StSUT1
Indonesia. Localizes to Sieve Elements in Potato Tuber
------------------------------, 2004. National Human Phloem and Influences Tuber Physiology and
Development Report 2004. The Economics of Development. Plant Physiology. Vol. 131: 102
Democracy: Finanncing Human Development 113.
in Indonesia. Jakarta: BPS-Statistics Indonesia, Lanjouw, P., M. Pradhan, F. Saadah, H. Sayed, R.
Bappenas dan UNDP Indonesia. Sparrow, 2001. Poverty, Education and Health
Brata, A.G, 2005. Investasi Sektor Publik Lokal, in Indonesia: Who Benefits from Public
Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan. Spending?. World Bank Working Paper No.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas 2739. Washington D.C.: World Bank.
Atma Jaya. Diaksesdari:http://papers.ssrn.com/sol3/pap

11
Sugiharto dan Deny Setiawan. Pemanfaatan Bonus Demografi Melalui Peningkatan Indeks Pembangunan

ers.cfm?abstract_id=634451&rec=1&srcabs= Susanti, H. Moch. Ikhsan dan Widyanti. 2007.


447165 12/02/2011 5:00 PM. Indikator-indikator Ekonomi. Jakarta: LP
Myron W. Lustig dan Jolene Koester. 2003. FEUI
Intercultural Competence: Interpersonal Todaro, M.P., 2006. Pembangunan Ekonomi: Di Dunia
Communication Across Culture. Fourth Edition. Ketiga Edisi 9, Jakarta: Penerbit Erlangga. Alih
Boston: Allyn and Bacon Bahasa Drs. Haris Munandar
Nitisastro, W. 1970. Population Trends in Indonesia. UNDP. 1990. Global Human Development Report.
Cornell University Press. London. Human Resources Department
--------, 1995 . Human Development Report 1995. New ---------. 1990. Human Development Report 1990. New
York: Oxford University Press. York: Oxford University Press
Salim, E. (2013). Tantangan Pembangunan Bangsa. ---------. 1995. Human Development Report. New
(Makalah Seminar Internasional). Jakarta: York: UNDP
BKKBN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Sumatera Utara. Perwakilan BkkbN. 2013. Survei Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Demografi dan Kesehatan Indonesia Provinsi
Sumatera Utara.

12

Anda mungkin juga menyukai