Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH OPERASI TEKNIK KIMIA II

EKSTRAKSI

Disusun Oleh :

Nama : - Alfiyatur Rohmaniyyah (011400364)


- Arif Budiman (011400370)
- Asep Irawan (011300329)
- Bilqis Latifah (011400372)
- Hengky Fernando (011400385)
- Ya`Puja Primadana (011400398)
2
Teknokimia Nuklir/4
Kelompok :
Jurusan/Semester :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
Makalah Operasi Teknik Kimia mengenai Ekstraksi ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya.
Terima kasih juga kami sampaikan pada dosen Operasi Teknik Kimia II, Bapak Sugili
Putra, S.T, M.Sc yang telah mengajarkan ilmunya kepada kami sehingga dapat membuat
makalah ini. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Operasi Teknik
Kimia II jurusan Teknokimia Nuklir STTN BATAN semester IV.
Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Makalah Operasi Teknik
Kimia II tentang Ekstraksi ini m a s i h b e l u m s e m p u r n a . O l e h k a r e n a i t u
p e n yu s u n mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Akhir kata, penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Yogyakarta, 23 April 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH............................................................................................2

1.3. TUJUAN......................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

2.1. PENGERTIAN EKSTRAKSI.....................................................................................3

2.2. PRINSIP EKSTRAKSI...............................................................................................3

2.3. JENIS EKSTRAKSI....................................................................................................3

2.3.1. Ekstraksi Padat-Cair.............................................................................................3

2.3.1.1. Ekstraksi padat-cair tak kontinu.......................................................................4

2.3.1.2. Ekstraksi padat-cair kontinyu...........................................................................5

2.3.2. Ekstraksi Cair-Cair...............................................................................................8

2.4. BAHAN DAN PELARUT YANG DIGUNAKAN...................................................10

2.4.1. Selektivitas.........................................................................................................10

2.4.2. Kelarutan............................................................................................................10

2.4.3. Kemampuan tidak saling bercampur..................................................................10

2.4.4. Kerapatan...........................................................................................................10

2.4.5. Reaktifitas..........................................................................................................10

2.4.6. Titik didih...........................................................................................................11

2.4.7. Kriteria yang lain................................................................................................11

2.5. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM EKSTRAKSI...11

2.5.1. Ukuran partikel...................................................................................................11


2.5.2. Zat pelarut..........................................................................................................11

2.5.3. Temperatur.........................................................................................................12

2.5.4. Pengadukan fluida..............................................................................................12

2.6. CONTOH SOAL.......................................................................................................12

BAB III.....................................................................................................................................14

PENUTUP................................................................................................................................14

3.1. KESIMPULAN.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena
kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran.Untuk memperoleh materi
murni dari suatu campuran, kita harus melakukan pemisahan.Berbagai teknik pemisahan
dapat diterapkan untuk memisahkan campuran.Perusahaan air minum, memperoleh air
jernih dari air sungai melalui penyaringan pasir dan arang.Air murni untuk keperluan
laboratorium atau farmasi diperoleh melalui teknik pemisahan destilasi.Untuk
memisahkan minyak bumi menjadi komponen-komponennya seperti elpiji, bensin,
minyak tanah, dilakukan melalui teknik pemisahan destilasi bertingkat.Logam
aluminium dipisahkan dari bauksit melalui teknik pemisahan elektroforesis.Itulah
beberapa contoh teknik pemisahan yang berguna untuk memperoleh materi yang lebih
murni.Melalui teknik pemisahan ternyata menghasilkan materi yang lebih penting dan
lebih mahal nilainya.

Pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada teknik pemisahan ekstraksi.
Ekstraksi pelarut pada umumnya digunakan untuk memisahkan sejumlah gugus yang
diinginkan dan mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisis secara
keseluruhan.Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini diekstraksi secara
selektif.Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang
mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik diusahakan
agar kedua jenis pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercampur
satu sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalamcorong pemisah dengan
jalan pengocokan beberapa kali. Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat
campur (immiscible).

Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
ataupun mikro.Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali
corong pemisah.Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzene,
karbon tetraklorida atau kloroform.Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada
jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.Teknik ini dapat digunakan untuk
preparative dan pemurnian.Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis,
kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan
untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion logam dalam
jumlah makrogram.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi?
2. Bagaimana prinsip ekstraksi?
3. Apa saja jenis-jenis ekstraksi?
4. Bagaimana pemilihan pelarut yang digunakan pada ekstraksi?
5. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam ekstraksi?

1.3. TUJUAN
1. Mengetahui yang dimaksud dengan Ekstraksi.
2. Mengetahui prinsip Ekstraksi
3. Mengetahui jenis-jenis Ekstraksi
4. Mengetahui pemilihan pelarut yang digunakan pada Ekstraksi
5. Mengetahui faktor faktor yang harus di perhatikan dalam Ekstraksi.
BAB II
PEMBAHASAN

2. PENGERTIAN EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian
sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Ekstraksi adalah suatu proses
pemisahan suatu subtansi atau zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang
sesuai.

Hasil dari ekstraksi adalah ekstrak yang merupakan sediaan kental yang diperoleh
dengan mengekstraksi senyawa aktif menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
pelarut diuapkan. Jenis ekstraksi dan cairan mana yang sebaiknya digunakan, sangat
tergantung dari kelarutan bahan kandungan serta stabilitasnya.

3. PRINSIP EKSTRAKSI
Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu
komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan pelarut yang
sesuai dengan kompnen yang diinginkan. Sampel dan pelarut dipisahkan, biasanya
pelarut diuapkan sampai pada kepekatan tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian
suatu zat terlarut antar dua pelarut yang tidak saling tercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain.

4. JENIS EKSTRAKSI
2. Ekstraksi Padat-Cair
Pada ekstraksi padatcair, satu atau beberapa komponen yang dapat
larut dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini
digunakan secara teknis dalam skala besar terutama dibidang industri bahan
alami dan makanan, misalnya untuk memperoleh gula dari umbi, minyak dari
biji bijian, kopi dari biji kopi, bahan bahan aktif dari tumbuhan atau organ
organ binatang untuk keperluan farmasi.
Dalam ekstraksi padat cair ada beberapa syarat untuk mencapai
unjuk kerja atau kecepatan ekstraksi yang tinggi yaitu :
a. Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fasa
padat dan cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang
seluas mungkin. Ini dapat dicapai dengan memperkecil ukuran bahan
ekstraksi.
b. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan
laju alir bahan ekstraksi, agar ekstrak yang terlarut dapat segera
diangkut keluar dari permukaan bahan padat.
c. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan
ekstrak lebih besar) akan menguntungkan ujuk kerja.
Ekstraksi padat cair terbagi menjadi dua bagian yaitu ekstraksi padat-
cair tak kontinu dan ekstraksi padat-cair kontinu.
2. Ekstraksi padat-cair tak kontinu
Dalamhal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat
dicampur beberapa kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki
pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali dipisahkan
dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan
(dalam sebuah alat yang dihubungkan dengan ekstraktor). Proses ini
tidak begitu ekonomis, digunakan misalnya di tempat yang tidak
tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam bentuk
serbuk sangat halus,sehingga karena bahaya penyumbatan,ekstraktor
lain tidak mungkin digunakan.
Ekstraktor yang sebenarya adalah tangki-tangki dengan pelat
ayak yang dipasang di dalamnya.Pada alat ini bahan ekstraksi
diletakkan diatas pelat ayak horisontal.Dengan bantuan suatu
distributor, pelarut dialirkan dari atas ke bawah.Dengan perkakas
pengaduk (di atas pelat ayak) yang dapat dinaikturunkan, pencampuran
seringkali dapat disempurnakan, atau rafinat dapat dikeluarkan dari
tangki setelah berakhirnya ekstraksi.Ekstraktor semacarn ini hanya
sesuai untuk bahan padat dengan partikel yang tidak terlalu halus.
Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa
ekstraktor yang dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi berlawanan
dengan aliran pelarut. Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam
ekstraktor yang berisi campuran yang telah mengalami proses ekstraksi
paling banyak. Pada setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut semakin
diperkaya oleh ekstrak. Pelarut akan dikeluarkan dalam konsentrasi
tinggi dari ekstraktor yang berisi campuran yang mengalami proses
ekstraksi paling sedikit. Dengan operasi ini pemakaian pelarut lebih
sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih tinggi.
Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang
keluar dari pelat ayak ke sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut di
situ, menggabungkannya dalam sebuah kondenser dan segera
mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan
ekstraksi. Dalam ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus
menerus meningkat. Dengan metode ini jumlah total pelarut yang
diperlukan relatif kecil. Meskipun demikian, selalu terdapat perbedaan
konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi dan
pelarut.Kerugiannya adalah pemakaian banyak energi karena pelarut
harus diuapkan secara terus menerus.
Pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap suhu
terdapat sebuah bak penampung sebagai pengganti ketel destilasi.Dari
bak tersebut larutan ekstrak dialirkan ke dalam alat penguap vakum
(misalnya alat penguap pipa atau film). Uap pelarut yang terbentuk
kemudian dikondensasikan, pelarut didinginkan dan dialirkan kembali
ke dalam ekstraktor dalam keadaan dingin.
3. Ekstraksi padat-cair kontinyu
Cara kedua ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-
ekstraktor yang dipasang seri, tetapi pengisian, pengumpanan pelarut
dan juga pengosongan berlangsung secara otomatik penuh dan terjadi
dalam sebuah alat yang sama. Oleh pengumpanan karena itu dapat
diperoleh output yang lebih besar dengan jumlah kerepotan yang lebih
sedikit. Tetapi karena biaya untuk peralatannya besar, ekstraktor
semacam itu kebanyakan hanya digunakan untuk bahan ekstraksi yang
tersedia dalam kuantitas besar (misalnya biji-bijian minyak,
tumbuhan). Dari beraneka ragarn konstruksi alat ini, berikut akan di
bahas ekstraktor keranjang (bucket-wheel extractor) dan ekstraktor
sabuk (belt extractor).
Jenis ekstraksi padat-cair terbagi menjadi tiga, yaitu maserasi,
perkolasi dan sokletasi.
2.3.1.3.a. Maserasi
Maserasi merupakancara penyarian yang sederhana,
dilakukan dengan cara merendam bahan simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk
ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan
yang terpekat didesak keluar.
Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan
syarat-syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau
berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi.
Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya
langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau
perubahan warna) dan dikocok kembali.
Waktu maserasi pada umumnya 5 hari. Setelah waktu
tersebut, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi
pada bagian dalam sel dengan yang masuk kedalam cairan telah
tercapai. Dengan pengocokan dijamin keseimbangan
konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam cairan. Keadaan
diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan
bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak
memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Keuntungan
maserasi adalah cara kerja dan peralatan yang digunakan relatif
sederhana, sedangkan kerugiannya adalah pengerjaanya lama
dan penyariannya kurang sempurna.
2.3.1.3.b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut
organik pada sampel sehingga pelarut akan membawa senyawa
organik bersama-sama pelarut. Prinsip kerjanya sama dengan
maserasi yakni dengan melakukan perendaman. Tetapi dalam
perkolasi, waktu yang dipergunakan hanya dalam hitungan jam,
bukan dalam hitungan hari seperti maserasi.Bahan simplisia
yang dihaluskan sesuai dengan syarat-syarat farmakope
(umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar)
disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman
tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah
reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan
dikocok kembali
Dalam perkolasi terjadi proses pemanasan, tetapi suhu
yang digunakan berada dalam derajad rendah. Tetapi perkolasi
masih termasuk dalam jenis ekstraksi dingin.Pemanasan hanya
dimaksudkan untuk mempercepat terdistribusinya ekstrak de
dalam pelarut.
Keuntungan dari proses perkolasi adalah cara kerja
yang lebih cepat dari maserasi, dan kekurangannya ekstrak
yang terdistribusi tidak sepenuhnya maksimal karena
peengerjaannya yang begitu cepat.
2.3.1.3.c. Sokletasi
Sokletasi adalah metode ekstraksi padat-cair dimana
dalam proses ekstraksinya menggunakan ekstrakor atau alat
ekstraksi sokhlet. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan
dalam labu didih sehingga menghasilkan uap.Uap tersebut
kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar
dalam fasa cair.Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong
berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di
dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama
dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut
seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu
didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek
sifon.
Cairan akan menggejorok ke dalam labu setelah
tinggi pelarut dalam selongsong sama dengan pipa sifon. Hal
ini menyebabkan ada bagian sampel yang berkontak lebih lama
dengan cairan daripada bagian lainnya. Sehingga sampel yang
berada di bawah akan terekstraksi lebih banyak daripada bagian
atas. Akibatnya ekstraksi menjadi tidak merata.Selain itu pada
ekstraktor Soxhlet terdapat pipa sifon yang berkontak langsung
dengan udara ruangan. Maka akan terjadi perpindahan panas
dari pelarut panas di dalam pipa ke ruangan. Akibatnya suhu di
dalam Soxhlet tidak merata.
Keuntungan dalam proses sokletasi adalah cara kerja
yang cepat dan ekstrak yang dihassilkan dapat mencapai
keadaan maksimal. Kekurangannya adalah tidak dapat
digunakan untuk mengekstrak senyawa yang tidak tahan
terhadap panas.

3. Ekstraksi Cair-Cair
Pada ekstraksi ini, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara
teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, anti biotika,
bahan bahan penyedap, produk produk minyak bumi dan garam garam
logam. Ekstraksi cair cair biasanya dilakukan karena proses distilasi tidak
bisa digunakan (misalnya karena pembentukan azzeotrop atau karena
kepekaan akibat panas) atau tidak ekonomis.
Seperti halnya ekstraksi padat cair, ekstraksi ini selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi
dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sempurna. Pada saat
pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut
yang pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media
ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling
melarut. Agar terjadi perpindahan massa yang baik diusahakan agar bidang
kontak seluas mungkin diantara kedua cairan tersebut. Sehingga salah satu
cairan di distribusikan menjadi tetes tetes kecil (misal dengan bantuan
pengadukan).
Ekstraksi cair-cair terbagi menjadi dua bagian yaitu ekstraksi cair-
cair tak kontinu dan ekstraksi cair-cair kontinu.
Ekstraktor cair-cair tak kontinu
Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair
dicampur berulangkali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki
pengaduk (sebaiknya dengan saluran keluar di bagian bawah). Larutan
ekstrak yang dihasilkan setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan
(pengaruh gaya berat).
Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses
pencampuran dan pernisahan adalah tangki yang bagian bawahnya
runcing (yang dilengkapi dengan perkakas pengaduk, penyalur bawah,
maupun kaca Intip yang tersebar pada seluruh ketinggiannya).
Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan
misalnya untuk mengolah bahan dalam jurnlah kecil, atau bila hanya
sekali-sekali dilakukan ekstraksi. Untuk Pemisahan yang dapat
dipercaya antara fasa berat dan fasa ringan, sedikit-sedikitnya
diperlukan sebuah kaca intip pada saluran keluar di bagian bawah
tangki ekstraksi.
Selain itu penurunan lapisan antar fasa seringkali dikontrol
secara elektronik (dengan perantara alat ukur konduktivitas), secara
optik (dengan bantuan detektor cahaya 289 hatas) atau secara mekanik
(dengan pelampung atau benda apung). Peralatan ini mudah
digabungkan dengan komponen pemblokir dan perlengkapan alarm,
yang akan menghentikan aliran keluar dan/atau memberikan alarm,
segera setelah lapisan tersebut melampaui kedudukan tertentu.Agar
fasa ringan (yang kebanyakan terdiri atas pelarut organik) tidak masuk
ke dalam saluran pembuangan air,pencegahan yang lebih baik dapat
dilakukan dengan memasang bak penampung (bak penyangga)
dibelakang ekstraktor.
Ekstraktor cair-cair kontinu
Operasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat dilaksanakan
dengan sederhana, karena tidak saja pelarut, melainkan juga bahan
ekstraksi cair secara mudah dapat dialirkan dengan bantuan pompa.
Dalam hal ini bahan ekstraksi berulang kali dicampur dengan pelarut
atau larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang konsentrasinya
senantiasa meningkat.
Setiap kali kedua fasa dipisahkan dengan cara penjernihan.
Bahan ekstraksi dan pelarut terus menerus diumpankan ke dalam alat,
sedangkan rafinat dan larutan ekstrak dikeluarkan secara kontinu.
Ekstraktor yang paling sering digunakan adalah kolom-kolom
ekstraksi,di samping itu juga digunakan perangkat pencampur-pemisah
(mixer settler). Alat-alat ini terutama digunakan bila bahan ekstraksi
yang harus dipisahkan berada dalam kuantitas yang besar, atau bila
bahan tersebut diperoleh dari proses-proses sebelumnya secara terus
menerus.

5. BAHAN DAN PELARUT YANG DIGUNAKAN


Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
2. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukankomponen-
komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama padaekstraksi
bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin)
ikutdibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu
larutanekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya di
ekstraksilagi dengan menggunakan pelarut kedua.
3. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak
yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
4. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara
terbatas)larut dalam bahan ekstraksi.
5. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat
perbedaaankerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini
dimaksudkanagar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah
pencampuran(pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatan kecil,
seringkali pemisahanharus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal
(misalnya dalamekstraktor sentrifugal)
6. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal te
rtentudiperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam)
untukmendapatkan selektivitas yang tinggi.Seringkali ekstraksi juga disertai
denganreaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus
beradadalam bentuk larutan.
7. Titik didih
Ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan,destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak
boleh terlalu dekat,dan keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi
ekonomi, akanmenguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut
tidak terlalu tinggi(seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
8. Kriteria yang lain
Pelarut sedapat mungkin harus: Murah, Tersedia dalam jumlah besar,
Tidak beracun, Tidak dapat terbakar Tidak eksplosif bila bercampur dengan
udara, Tidak korosif, Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi, Memilliki
viskositas yang rendah, Stabil secara kimia dan termis.
Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di atas,
makauntuk setiap proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling
sesuai.Beberapa pelarut yang terpenting adalah:Air, Asam-asam organic,
Anorganik, Hidrokarbon jenuh, Toluene, Karbon disulfit, Eter, Aseton,
Hidrokarbon yang mengandung khlor, isopropanol, etanol

6. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM EKSTRAKSI


Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antaralain:

2. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa
hal.Semakin kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan
cair, sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain,
jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah
kecil.
3. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya
merupakan pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah
agar dapat-dapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan
dipakai pada awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat
terlarut akan naikdan laju ekstraksinya turun, pertama karena gradien
konsentrasi akan berkurangdan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental.
4. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang
diekstraksi) didalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur
untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
5. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan
prosesdifusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan
partikel ke zat pelarut.Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada
ektraksi padat-cair misalnya, dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan)
bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut dari rafinat (dengan tujuan
mendapatkan kembali sisa-sisa pelarut).

7. CONTOH SOAL
1. Air limbah, yang mengandung fenol, dipertukarkan dalam kolom ekstraksi arus
bolak balik menggunakan bensol untuk memisahkan fenol. Konsentrasi fenol dari
aliran umpan adalah 8 kg / m3, yang salah satu extractis 0,5 kg / m3. Raffinate
(benzol) memiliki konsentrasi fenol dari 25 kg / m 3. Proses ini dilakukan pada
suhu 25oC dan tekanan atmosfer (1bar) . Hitunglah jumlah yang pelarut yang
dibutuhkan, ketika aliran air limbah (aliran umpan) adalah 10m 3 /h. Asumsikan
bahwa V Air Limbah = Air.

Solusi
3 3
Diketahui : H O =997,1 kg/m ; benzol= 879 kg /m
2

XH2O,in= 8 kg/m3
XH2O,out= 0.5 kg/m3
Ybenzol,in= 0 kg/m3
Ybenzol,out= 25 kg/m3
Ditanya : Vbenzol andMbenzol=..?(V H2O= 10m3/h)
Jawab :
H 2 O=V H O x H O =10 x 997,1=9971 kg/h
2 2

Neraca Massa: Steady State


Input-output = Acc
Acc= 0
Input = Output
V
V

benzol , x Y
V
( H 2 O x X out )+(V benzol x Y out )

( H 2 O x X )+

X X out 80,5
V benzol =V H O x =10 x =3 m 3 /h
2
Y out 25

M benzol=V benzol x benzol =3 x 879=2637 kg /h


BAB III
PENUTUP

3. KESIMPULAN
a. Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah
zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Prinsip ekstraksi didasarkan
pada distribusi zat terlarut ke dalam pelarut berdasarkan adanya perbedaan
kelarutan.
b. Pemilihan pelarut dapat dilihat dari selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling
bercampur, kerapatan, reaktivitas, titik didih.
c. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam ekstraksi yaitu , ukuran partikel, zat
pelarut temperature dan pengadukan fluida.
d. Ekstraksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi
cair-cair.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2006-pratamahan-
3156&PHPSESSID=c34db467217d4bf62464647cb4e34245
Ghozali,Mukhtar,dkk.1996.Operasi Teknik Kimia.Pusat Pengembangan Pendidikan
Politeknik:Bandung
McCabe,Warren.L.1993.Operasi Teknik Kimia jilid 2.Erlangga:Jakarta
Handjojo, Lienda.1995.Teknologi Kimia. Pradnya Paramita:Jakarta
https://andhy58.wordpress.com/2011/11/19/ekstraksi/
http://fatysahinknowledge.wordpress.com/
http://www.blogger.com/feeds/8828284874982581336/posts/default

Anda mungkin juga menyukai