Makalah Uji T
Makalah Uji T
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji T
Tes t atau uji t adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji
kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol (H0). Uji t pertama kali dikembangkan
oleh William Seely Gosset pada tahun 1915. Awalnya William Seely Gosset
menggunakan nama samaran Student, dan huruf t yang terdapat dalam istilah
uji t dari huruf terakhir nama beliau. Uji t disebut juga dengan nama student
t (Ridwan, 2006).
Uji t (t-test) merupakan statistik uji yang sering kali ditemui dalam
masalah-masalah praktis statistika. Uji t merupakan dalam golongan statistika
parametrik. Statistik uji ini digunakan dalam pengujian hipotesis, uji t
digunakan ketika informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak
diketahui. Uji t adalah salah satu uji yang digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya perbedaan yang signifikan (menyakinkan) dari dua mean
sampel (dua buah variabel yang dikomparasikan).
Hipotesis adalah dugaan sementara dalam penelitian dimana hipotesis
dibedakan menjadi dua yaitu H0 atau hipotesis nol dan H1 atau biasa disebut
hipotesis kerja. H0 adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dalam
rumusan hipotesis, yang diuji adalah ketidakbenaran variabel (X)
mempengaruhi (Y). Misalnya tidak ada hubungan antara warna baju dengan
kecerdasan mahasiswa. Sedangkan H1 adalah hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y)
yang diteliti. Hasil perhitungan H1 tersebut, akan digunakan sebagai dasar
pencarian data penelitian. Misalnya ada hubungan antara warna baju dengan
kecerdasan mahasiswa.
Uji t dapat dibagi menjadi dua, yaitu uji t yang digunakan untuk pengujian
hipotesis satu sampel dan uji t yang digunakan untuk pengujian hipotesis dua
sampel. Bila duhubungkan dengan kebebasan (independency) sampel yang
digunakan (khusus bagi uji t dengan dua sampel), maka uji t dibagi lagi
menjadi dua, yaitu uji t untuk sampel bebas (independent) dan uji t untuk
sampel berpasangan (dependent/ paired) yang dipaparkan sebagai berikut
(Ridwan, 2006):
Misalnya
c
b. Uji pihak kiri
Dikatakan sebagai uji pihak kiri karena t-tabel dibagi dua dan diletakkan
dibagian kiri kurva. Hipotesis statistiknya:
Misalnya
Ho : Tingkat kualitas pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta paling
sedikit 70% dari kriteria yang diharapkan.
Ha : Tingkat kualitas pelayanan pramuniaga toko d i
Yogyakarta kurang 70% dari kriteria yang diharapkan
Misalnya
Ho : Tingkat kualitas pelayanan pramuniaga toko di
Yogyakarta mencapai 70% dari kriteria yang diharapkan
Ha : Tingkat kualitas pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta tidak
mencapai 70% dari kriteria yang diharapkan
Contoh soal:
Seorang guru melakukan penelitian terkait dengan penerapan jenis model
pembelajaran (Contextual Learning) terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 1
Gianyar, dimana sampel yang digunakan sebanyak 30 orang siswa yang
diambil secara acak dan dianggap sudah dapat mewakili keseluruhan
populasi. Diduga bahwa: keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Contextual Learning adalah 70 dengan data
sebagai berikut:
No Nilai Keterampilan Berpikir No Nilai Keterampilan Berpikir
Kritis dengan penerapan CTL Kritis dengan penerapan CTL
1 75 16 69
2 81 17 70
3 80 18 68
4 77 19 63
5 73 20 65
6 75 21 87
7 72 22 85
8 80 23 77
9 89 24 75
10 87 25 88
11 89 26 81
12 79 27 80
13 83 28 77
14 81 29 86
15 74 30 83
t1 1
t atau t t1 1
2 2
sebagai berikut. Tolak H0 bila dan terima H0
t1 1
t t1 1
2 2
bila Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung
sebesar 6,429, dengan nilai t tabel untuk dk 29 adalah sebesar 2,045,
sehingga t hitung berada dalam daerah penolakan H0 t hitung > t tabel
(6,429 > 2,045). Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kemampuan
kognitif siswa yang diajar dengan model pembelajaran Contextual
Learning tidak sama dengan 70.
a. Variabel dependen harus diukur pada skala kontinu (yaitu, diukur pada
skala interval atau skala rasio). Contoh variabel yang memenuhi kriteria
ini termasuk waktu revisi (diukur dalam jam), kecerdasan (diukur
dengan menggunakan skor IQ), hasil ujian (diukur dari 0 sampai 100),
berat badan (diukur dalam kg), dan sebagainya.
f. Pada uji t independen, antara dua kelompok harus memiliki ragam yang
relatif sama. Asumsi yang demikian adalah asumsi homogenitas ragam.
Asumsi homogenitas ragam dapat diuji menggunakan uji Levene.
Apabila asumsi ini tak terpenuhi, uji t masih bisa dilakukan tetapi
dengan koreksi pada rumus uji t yang digunakan.
b. Apabila ragam populasi tidak diketahui dan ragam kedua kelompok tidak
sama (1 2) (kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan asumsi
homogenitas ragam), maka uji t yang digunakan adalah:
Kriteria Pengujian:
Apabila t < -t(,df) dan nilai signifikansi bernilai kurang dari 0,050, maka
disimpulkan Tolak H0 (Terima Ha), yang berarti kelompok A tidak lebih kecil
dari B. Apabila t t(,df) dan nilai signifikansi bernilai lebih dari 0,050, maka
disimpulkan Terima H0 (Tolak Ha), yang berarti kelompok A lebih kecil dari B
c. Hipotesis satu arah untuk menguji A > B:
Kriteria Pengujian:
Apabila t > t(,df) dan nilai signifikansi bernilai kurang dari 0,050, maka
disimpulkan Tolak H0 (Terima Ha), yang berarti kelompok A tidak lebih besar
dari B. Apabila t - t(,df) dan nilai signifikansi bernilai lebih dari 0,050 maka
disimpulkan Terima H0 (Tolak Ha), yang berarti kelompok A lebih besar dari
B.
Contoh soal:
Seorang guru melakukan penelitian terkait dengan penerapan dua jenis model
pembelajaran (Contextual Learning dan Cooperative Learning) terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa dengan pemberian pre tes dan post tes. Dua
kelompok sampel yang saling bebas dipilih secara acak sebanyak masing-masing
30 siswa.
Langkah-langkah menjawab:
Langkah 1: Menentukan hipotesis penelitian
H0 = Keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model Contextual
Learning sama dengan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan
model Cooperative Learning.
H1 = Keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model Contextual
Learning tidak sama dengan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar
dengan model Cooperative Learning.
Data Hasil Penelitian
Nilai kemampuan kognitif Nilai kemampuan kognitif
No Contextual Learning No. Cooperative Learning
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 70 75 1 63 78
2 78 81 2 68 75
3 76 80 3 66 73
4 74 77 4 70 73
5 76 73 5 72 82
6 72 75 6 74 83
7 70 72 7 70 79
8 84 80 8 72 81
9 86 89 9 68 75
10 80 87 10 60 69
11 82 89 11 64 73
12 76 79 12 65 76
13 80 83 13 68 77
14 78 81 14 70 77
15 70 74 15 60 71
16 66 69 16 78 90
17 68 70 17 80 87
18 64 68 18 82 91
19 60 63 19 84 90
20 60 65 20 80 89
21 78 87 21 72 83
22 76 85 22 73 85
23 72 77 23 71 76
24 70 75 24 70 79
25 84 88 25 66 71
26 74 81 26 67 74
27 73 80 27 69 78
28 71 77 28 65 76
29 77 86 29 62 81
30 79 83 30 64 83
Langkah 2: Menentukan hipotesis statistik
Ho : 1 = 2
Ha : 1 2
sX
xx 2
1450,3
7,07199
n 1 30 1
XYXYXYXY
2
sY
xx 2
1080,167
6,103042
n 1 30 1
s
n X 1 s X2 nY 1 sY2
n X nY 2
s
29 7,071799 2 29 6,103024 2
30 30 2
1450,378234 1080,166528
s
58
2530,544762
s
58
s 43,630
b)
b. Uji satu arah dimana pada hipotesis awal kelompok atau sampel 1
memiliki rata-rata sama dengan atau lebih besar dengan rata-rata
kelompok 2. sedangakan hipotesis alternatif rata-rata kelompok 1 lebih
kecil dibandingkan dengan rata-rata kelompok 2.
c. Uji satu arah ini kebalikan pada hipotesis kedua, dimana pada
hipotesis awal kelompok atau sampel 1 memiliki rata-rata sama
dengan atau lebih kecil dengan rata-rata kelompok 2. sedangakan
hipotesis alternatif rata-rata kelompok 1 lebih besar dibandingkan
dengan rata-rata kelompok 2.
Keterangan:
D = Selisih x1 dan x2 (x1-x2)
n = Jumlah Sampel
X bar = Rata-rata
Sd = Standar Deviasi dari d.
XY XY 2
2
20 80 89 10,23333 9,83333 104,721 96,69438
21 72 83 2,23333 3,83333 4,987763 14,69442
22 73 85 3,23333 5,83333 10,45442 34,02774
23 71 76 1,23333 -3,16667 1,521103 10,0278
24 70 79 0,23333 -0,16667 0,054443 0,027779
25 66 71 -3,76667 -8,16667 14,1878 66,6945
26 67 74 -2,76667 -5,16667 7,654463 26,69448
27 69 78 -0,76667 -1,16667 0,587783 1,361119
28 65 76 -4,76667 -3,16667 22,72114 10,0278
29 62 81 -7,76667 1,83333 60,32116 3,361099
30 64 83 -5,76667 3,83333 33,25448 14,69442
2093 2375 1129,367 1080,167
Mean 69,76667 79,16667
Stdev 6,240487 6,103042
sX
xx 2
1129,367
6,240487
n 1 30 1
sY
xx 2
1080,167
6,103042
n 1 30 1
69,7667 - 79,16667
t
6,240487 / 30) (6,103042 / 30
- 9,39997
t
(0,208016233) (0,203434733)
9,39997
t
0,641444437
t 14,465437
t1 1
t atau t t1 1
2 2
berikut. Tolak H0 bila dan terima H0 bila
t1 1
t t1 1
2 2
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar
-14,465437, sehingga nilai t hitung mutlaknya adalah 14,465437 dengan nilai t
tabel untuk dk 29 adalah sebesar 2,045, sehingga t hitung berada dalam daerah
penolakan H0 t hitung > t tabel (14,465437 > 2,045). Jadi dapat disimpulkan
terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model
Cooperative Learning ditinjau dari nilai pre tes dan post tes.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil telaah, desain yang digunakan oleh peneliti dalam tesis ini
adalah postest only non equvalent control group design dimana hanya melakukan
postest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dari gambar 1 dapat diketahui
bahwa kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan
LKS dan model PBP sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran
menggunakan model Discovery Learning (DL).
(gambar 2)
Pada bagian analisis data, dilakukan uji perbedaan dua rata-rata
menggunakan uji t. Uji t yang digunakan disini adalah uji t dengan sampel
independen karena diketahui ada dua kelas yang diuji yaitu kelas kontrol dan
kelas eksperimen meskipun dengan satu pengujian yaitu post test saja. Pada
penelitian hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H0: Tidak ada perbedaan antara nilai rata-rata posttest kelas kontrol dan kelas
eksperimen
Ha: ada perbedaan antara nilai rata-rata posttest kelas kontrol dan kelas
eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai t hitung adalah -10,748, dengan t
tabel 1,999. Oleh karena t hitung < -t tabel (-10,748<-1,999) maka H0 ditolak
artinya ada perbedaan signifikan antara nilai rata-rata post test kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Dengan demikian penggunaan LKS model PBP efektif terhadap
hasil belajar kognitif siswa.
Selain itu pada tesis juga ditemukan penggunaan uji t satu sampel pada
bagian uji ketuntasan hasil belajar kognitif seperti gambar berikut:
(gambar 3)
(gambar 4)
Pada tesis diketahui bahwa hipotesis berupa hipotesis dengan uji pihak kanan
yang berbunyi:
H0 : rata-rata hasil belajar kognitif siswa kurang dari 2,66
H1 : rata-rata hasil belajar kognitif siswa lebih ddari 2,66
Berdasarkan hasil perhitungan dari pembahasan didapatkan bahwaddengan taraf
signifikansi 5% dan dk= n-1 didapatkan t hitung < t tabel (-8,628< -2,042) maka
dapat disimpulkan bahwa H1 diterima atau rata-rata hasil belajar kognitif siswa
lebih ddari 2,66
(gambar 6)
(gambar 7)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:
a. Uji t adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran atau
kepalsuan hipotesis nol (H0)
c. Syarat dalam uji t satu sampel yaitu jumlahnya besar, sampel dari satu
jenis saja, dan terdistribusi normal, syarat uji t independent yaitu datanya
berdistribusi normal, kedua kelompok data independen (bebas), dan
variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik (dengan
hanya 2 kelompok) sedangkan dalam uji t dependent yaitu satu sampel
(setiap elemen mempunyai 2 nilai pengamatan), merupakan data
kuantitatif (rasio-interval), serta data berdistribusi normal
d. Langkah-langkah dalam melakukan uji t yaitu pertama menyusun hipotesis
deskriptif, kemudian menyusun hipotesisi statistik, dilanjutkan dengan
menghitung rata-rata, varians, standar deviasi, kemudian menghitung
dengan rumus t dan terakhir adalah menarik kesimpulan.
4.2 Saran
a. Pada saat menggunakan uji t, sebaiknnya lebih memahami variabel yang
digunakan.
b. Diharapkan peneliti dapat memahami uji t dengan baik sehingga tidak
salah dalam menggunakan rumus.
Daftar Pustaka