Anda di halaman 1dari 52

ANGGARAN DASAR

PERSATUAN DOKTER SPESIALIS MATA


INDONESIA
( PERDAMI )
MUKADDIMAH

Dengan rakhmat Tuhan Yang Maha Esa, kami dokter dokter


spesialis mata Indonesia bertekad untuk melanjutkan cit-cita
perjuangan dalam rangka mengisi kemerdekaan Indonesia demi
tercapainya kehidupan rakyat yang sehat, adil dan makmur.
Bahwa untuk mencapai kehidupan rakyat yang sehat, adil, dan
makmur yang berasaskan Pancasila, berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945 didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
perlu ditingkatkan pengamalan profesi keahlian mata kepada
masyarakat dengan berpegang teguh kepada sumpah dokter dan
kode etik kedokteran Indonesia.
Bahwa peningkatan pengamalan profesi keahlian ini kepada
masyarakat hanya mungkin dilakukan jika rasa dan semangat
persatuan dan kesatuan dokter dokter spesialis mata Indonesia
yang telah terwujud sejak tahun 1964 dapat diteruskan dengan
jalan menggalang semua potensi dokter dokter spesialis mata
Indonesia kedalam suatu organisasi.
Bahwa kualitas pengamalan profesi keahlian itu berkaitan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi secara
global, perkembangan sistem kesehatan, sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Untuk mencapai cita-cita, maksud dan tujuan tersebut,
disusunlah kebijaksanaan, usahausaha serta langkah-langkah

Hasil Konas XI/Medan 2006


1
organisasi yang terarah berpedoman kepada Anggaran dasar
sebagai berikut :

BAB I
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pasal 1

Organisasi ini bernama Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia


dengan akronim PERDAMI, untuk internasional digunakan nama
Indonesian Opthalmologists Association, disingkat IOA.

Pasal 2

PERDAMI didirikan di Jakarta pada tanggal 5 Juli 1964 untuk


jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3

PERDAMI berkedudukan di Ibukota negara Republik Indonesia.

BAB II
AZAS, DASAR DAN SIFAT

Pasal 4

PERDAMI berazaskan Pancasila, berdasarkan Undang- Undang


Dasar 1945 dan berpegang kepada sumpah dokter serta etik
kedokteran Indonesia.

Hasil Konas XI/Medan 2006


2
Pasal 5

PERDAMI adalah satu satunya organisasi profesi dokter


spesialis mata sebagai Badan Kelengkapan Ikatan Dokter
Indonesia.

BAB III
TUJUAN DAN USAHA

Pasal 6

1. Peningkatan derajat kesehatan rakyat Indonesia umumnya dan


kesehatan mata khususnya.
2. Pengembangan Ilmu Penyakit Mata dan Kemampuan profesi,
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi.
3. Peningkatan kesejahteraan anggota.

BAB IV
KEANGGOTAAN

Pasal 7

Anggota PERDAMI terdiri dari :


1. Anggota Biasa
2. Anggota Muda
3. Anggota Luar biasa
4. Anggota Kehormatan.

Hasil Konas XI/Medan 2006


3
BAB V
ORGANISASI

Pasal 8

1. Organisasi PERDAMI terdiri dari Badan Legislatif, Badan


Eksekutif, Kolegium Oftalmologi Indonesia ( KOI ), Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan Kehormatan Etik
Kedokteran (DKEK).
2. Badan Legislatif adalah Kongres Nasional dan /atau Kongres
Luar Biasa sebagai kekuasaan tertinggi organisasi.
3. Badan Eksekutif adalah Pengurus Pusat dan Pengurus
Cabang.
BAB VI
KEKAYAAN

Pasal 9

Kekayaan PERDAMI diperoleh dari :


1. Uang pangkal
2. Uang iuran
3. Sumber lain yang sah.

BAB VII
PENGHARGAAN DAN TANDA JASA

Pasal 10

PERDAMI dapat memberi Penghargaan dan Tanda Jasa


berdasarkan ketentuan khusus.

Hasil Konas XI/Medan 2006


4
BAB VIII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 11

Perubahan Anggaran dasar ini hanya dapat dilakukan oleh


Kongres Nasional.

BAB IX
PEMBUBARAN PERDAMI

Pasal 12

Pembubaran PERDAMI hanya dapat dilakukan oleh Kongres


Nasional yang khusus diadakan untuk itu atas usul ( tiga per
empat ) jumlah cabang dan dihadiri oleh lebih dari 2/3 ( dua
pertiga) jumlah anggota PERDAMI.

BAB X
ATRIBUT

Pasal 13

PERDAMI mempunyai lambang, hymne PERDAMI dan lain-lain


yang diusulkan kemudian. Lambang dan Hymne PERDAMI
dimasukkan dalam Aturan Tambahan.

Hasil Konas XI/Medan 2006


5
BAB XI
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 14
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Dasar PERDAMI
dicantumkan dalam Anggaran Rumah Tangga PERDAMI
sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar PERDAMI.

BAB XII
LAMBANG PERDAMI

Berbentuk segilima dengan sisi lengkung bersudut 144o dan


puncak diatas. Ular menghadap ke kanan lidahnya
bercabang dua dengan ekor dua lengkungan dan menuju
kebawah. Mata netral, bukan kekanan atau ke kiri tanpa epikantus
dan alis sama tebal.Tepi segilima, huruf dan gambar bewarna
kuning emas. Dasar lambang bewarna hijau.Lambang PERDAMI
bertuliskan Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia melingkari
ular dan dibawah ekor bertuliskan PERDAMI.Untuk cap cabang
dibawah tulisan PERDAMI tersebut diberi tulisan akronim nama
cabang.
Arti lambang :
Segilima : sesuai dengan azas Pancasila
Warna hijau : sesuai dengan warna kedokteran
Warna kuning : melambangkan sifat satria
Ular : sesuai dengan lambang induk
organisasi IDI
Mata : sesuai persatuan profesi

Hasil Konas XI/Medan 2006


6
BAB XIII
HYMNE PERDAMI

PERDAMI tunaikan tugas nan mulia


Mengabdi pada sesama
Sepanjang masa slalu berupaya
Terang benderang alam semesta
Mencegah, meniadakan kegelapan dunia
Mengabdi dan berbakti kepada kemanusiaan
Dengan berazas Pancasila
Siap sedia membangun negara
Mencegah , meniadakan kegelapan dunia
Mengabdi dan berbakti pada kemanusiaan
Berlandaskan pada ilmu nyata
Tercapai cita luhur mulia

Hasil Konas XI/Medan 2006


7
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB I
TUJUAN DAN USAHA

Pasal 1

Untuk mencapai tujuan PERDAMI berusaha :


1. Berperan aktif pada program program kesehatan mata
pemerintah
2. Memelihara dan membina terlaksananya sumpah dokter dan
kode etik kedokteran Indonesia.
3. Mempertinggi derajat keahlian mata dengan cara
melaksanakan dan meningkatkan standar kompetensi para
dokter spesialis dan meningkatakan kurikulum nasional
berstandar global bagi calon dokter spesialis mata.
4. Memberi pengarahan dan turut bertanggung jawab atas
pendidikan dokter spesialis mata konsultan, dokter umum dan
tenaga kesehatan lain yang berhubungan dengan kesehatan
mata.
5. Memperjuangkan dan memelihara kepentingan serta
kedudukan dokter spesialis mata di Indonesia sesuai dengan
harkat dan martabat profesinya.
6. Mengadakan kerjasama dengan badan-badan yang
mempunyai tujuan sama atau selaras baik pemerintah maupun
swasta, didalam maupun di luar negeri.
7. Melaksanakan usaha-usaha lain sepanjang tidak bertentangan
dengan azas, dasar dan sifat PERDAMI.

Hasil Konas XI/Medan 2006


8
BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2

1. Anggota biasa yaitu dokter spesialis mata, warga negara


Indonesia yang telah menjadi anggota IDI yang diakui
keahliannya oleh Kolegium Oftalmologi Indonesia.
2. Anggota muda yaitu calon dokter spesialis mata yang
menjalani pendidikan spesialis mata di pusat pendidikan yang
terakreditasi oleh KOI.
3. Anggota luar biasa yaitu dokter spesialis mata asing selama ia
bekerja di Indonesia dan dokter anggota IDI yang telah berjasa
dan atau mempunyai minat serta perhatian besar dalam
lapangan ilmu penyakit mata.
4. Anggota kehormatan yaitu mereka yang bukan dokter spesialis
mata dan dokter spesialis mata asing yang telah berjasa dalam
ilmu penyakit mata, Pelayanan Kesehatan Mata, atau terhadap
PERDAMI di Indonesia.

Pasal 3
Penerimaan Anggota

1. Anggota biasa dan anggota muda diterima oleh Pengurus


Pusat atas permintaan yang bersangkutan melalui Pengurus
cabang setempat.
2. Anggota luar biasa diterima oleh Pengurus Pusat atas
permintaan yang bersangkultan melalui Pengurus Cabang.
3. Anggota kehormatan diusulkan oleh Pengurus Cabang atau
Pengurus Pusat dan disahkan oleh Kongres Nasional.

Hasil Konas XI/Medan 2006


9
Pasal 4
Hak hak anggota

1. Anggota biasa mempunyai hak bicara, hak memilih dan hak


dipilih sebagai Ketua Badan Eksekutif, BPK, DKEK, dan KOI
melalui Kongres Nasional.
2. Anggota muda, anggota luar biasa dan anggota
kehormatan mempunyai hak bicara tetapi tidak mempunyai hak
memilih dan hak dipilih.
3. Tiap anggota berhak mendapat perlindungan dan
pembelaan dan pembinaan dalam melaksanakan tugas
dan/atau pekerjaan profesi.
4. Anggota biasa dan anggota muda berhak mengadakan
pembelaan diri terhadap pemecatan dalam suatu rapat
paripurna anggota terhadap pemecatannya.
5. Setiap anggota berhak mendapat perlindungan dan
kesetiakawanan dari perhimpunan.
6. Setiap anggota berhak menjalankan profesi sebagai dokter
spesialis mata di Republik Indonesia, apabila telah memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan oleh PERDAMI.

Pasal 5
Kewajiban anggota

1. Anggota biasa, anggota muda dan anggota luar biasa wajib


menjunjung tinggi sumpah dokter dan etika kedokteran.
2. Anggota biasa, anggota muda, dan anggota luar biasa
harus patuh kepada Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, peraturan dan keputusan PERDAMI..
3. Anggota Kehormatan wajib menjaga, mempertahankan
kehormatan PERDAMI.

Hasil Konas XI/Medan 2006


10
4. Anggota biasa, anggota muda wajib membayar uang
pangkal dan uang iuran .
5. Anggota biasa dan anggota muda, keanggotaannya adalah
pada cabang dimana ia berdomisili sesuai dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP).

Pasal 6
Pemberhentian anggota

1. Anggota berhenti karena meninggal dunia.


2. Anggota berhenti atas permintaan sendiri.
3. Anggota berhenti karena dipecat oleh Pengurus Pusat
setelah diberi kesempatan membela diri.
4. Perpindahan anggota diatur dalam peraturan PP tersendiri.

BAB III
KEPENGURUSAN

Pasal 7
Kepengurusan terdiri dari :
1. Pengurus Pusat, Pengurus Cabang, Komisariat.
2. KOI
3. BPK
4. DKEK

Pasal 8
Susunan dan status Pengurus Pusat

Pengurus Pusat terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,


Bendahara.Bila dianggap perlu Pengurus Pusat dapat membentuk
Departemen dan seksi seksi.Pengurus Pusat merupakan Badan
Eksekutif tertinggi dari PERDAMI.

Hasil Konas XI/Medan 2006


11
Pasal 9

Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian Ketua Pengurus


Pusat :
1. Ketua dipilih oleh anggota yang hadir dalam rapat paripurna
pada Kongres Nasional berdasarkan suara terbanyak
secara langsung bebas dan rahasia.
2. Calon Ketua diusulkan dari anggota biasa paling sedikit
oleh 5 orang anggota biasa, dengan kriteria :
2.1. Mempunyai cukup waktu untuk kegiatan organisasi
PERDAMI.
2.2. Memiliki latar belakang pengalaman organisasi.
2.3. Mempunyai wawasan yang luas dalam profesi
kedokteran pada umumnya.
2.4. Mempunyai integritas yang tinggi dan diakui oleh
para anggota.
3. Anggota pengurus lainnya diangkat oleh Ketua.
4. Ketua dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun, dan hanya
dapat dipilih 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut.
5. Apabila Ketua berhenti sebelum masa jabatan selesai,
maka fungsi jabatan ketua dilaksanakan oleh Wakil Ketua
sampai jabatannya berakhir.
6. Apabila anggota pengurus berhenti dari tugasnya karena
sesuatu hal sebelum masa jabatannya selesai, maka Ketua
berhak mengangkat penggantinya.
7. Jika Ketua Pengurus Pusat tidak berdomisili di Ibu Kota
Negara, maka Wakil Ketua ditunjuk berdomisili di Ibu Kota
Negara.

Hasil Konas XI/Medan 2006


12
Pasal 10
Pengurus cabang
Pengurus cabang terdiri dari unsur Ketua, Wakil Ketua (bila
diperlukan) Sekretaris, Bendahara dan kalau perlu seksi seksi.
Pasal 11
Pembentukan Cabang dan Pengurusnya

1. Dalam 1 propinsi dapat dibentuk lebih dari satu cabang


dengan jumlah minimal 20 orang anggota biasa.Satu
kabupaten/ kotamadya hanya diperbolehkan dibentuk satu
cabang PERDAMI. Bagi propinsi yang mempunyai cabang
lebih dari satu, maka nama cabang sesuai dengan nama
kota kabupaten/ kotamadya.
2. Apabila jumlah ini tidak tercapai dalam suatu wilayah maka
ia dapat digabung dengan anggota anggota dari wilayah
yang terdekat dalam pembentukan cabang.
3. Ketua dipilih langsung oleh rapat anggota cabang yang
dihadiri oleh dua pertiga jumlah anggota dan dilaksanakan
berdasarkan AD/ART yang berlaku selambat-lambatnya 2
(dua) bulan setelah KONAS.
4. Ketua mengangkat dan mengganti pengurus lainnya.
5. Pengurus Cabang disahkan dan dilantik oleh Pengurus
Pusat.
6. Ketua dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat
dipilih untuk masa jabatan 2 (dua) kali berturut-turut.
7. Apabila Ketua berhenti sebelum masa jabatan selesai,
maka ia digantikan oleh salah seorang anggota pengurus
sampai jabatannya berakhir

Hasil Konas XI/Medan 2006


13
Pasal 12
Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Pengurus Pusat

1. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan Anggaran Dasar,


Anggaran Rumah Tangga dan semua keputusan yang telah
ditetapkan oleh Kongres.
2. Mengumumkan kepada seluruh Pengurus Cabang yang
menyangkut pengambilan keputusan organisasi ataupun
perubahan keputusan kongres dan kemudian
mempertanggungjawabkannya pada Kongres Nasional atau
Kongres Luar Biasa.
3. Membina hubungan baik dengan semua aparat yang ada,
pemerintah ataupun swasta, di dalam ataupun di luar
negeri, khususnya dengan aparat yang berhubungan
dengan dunia kesehatan.
4. Mewakili dan bertindak atas nama PERDAMI di tingkat
Pengurus Besar IDI.
5. Mempertanggungjawabkan kepengurusan pada Kongres
Nasional atau Kongres Luar Biasa.
6. Meningkatkan profesi dokter spesialis dan calon dokter
spesialis mata melalui penyelenggaraan PIT.
7. Membentuk Komisi Sertifikasi.
8. Membentuk Dewan Pemberian Tanda Penghargaan.

Pasal 13
Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Pengurus Cabang

1. Melaksanakan Keputusan Kongres dan Rapat Anggota.


2. Memberikan laporan kepada Pengurus Pusat setahun
sekali.

Hasil Konas XI/Medan 2006


14
3. Membina hubungan baik dengan institusi yanga ada,
pemerintah ataupun swasta, khusunya dengan aparat yang
berhubungan dengan dunia kedokteran ditingkat propinsi.
4. Bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat dan Rapat
Anggota Cabang.

BAB IV
KOLEGIUM OFTALMOLOGI INDONESIA

Pasal 14

Kolegium Oftamologi Indonesia adalah Badan PERDAMI yang


mengatur dan berfungsi dalam proses pendidikan akademik
profesional di bidang oftalmologi.

Pasal 15
Keanggotaan dan Kepengurusan

1. Kolegium Oftalmologi Indonesia beranggotakan Guru Besar


dan Doktor Ilmu Penyakit Mata yang masih aktif dalam
institusi pendidikan Ilmu Penyakit Mata, dan anggota ex
officio yang terdiri dari Kepala Bagian/ Departemen dan
Ketua Program Studi Dokter Spesialis Mata lembaga
pendidikan, Ketua PP. PERDAMI dan Ketua Program
Pendidikan Dokter Spesialis Mata Konsultan serta anggota
yang diangkat yang kriterianya ditentukan oleh rapat
anggota KOI.
2. Calon Ketua diusulkan oleh anggota KOI, dengan kriteria :
2.1. Anggota KOI yang bukan anggota ex-officio dan
bukan anggota yang diangkat.
2.2. Dicalonkan oleh minimal 5 (lima) anggota.

Hasil Konas XI/Medan 2006


15
2.3. Anggota yang masih aktif minimal 1 (satu) periode
kepengurusan KOI.
2.4. Memiliki latar belakang pengalaman organisasi dan
proses pendidikan dokter spesialis mata.
2.5. Mempunyai wawasan yang luas dan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
ilmu penyakit mata dan kedokteran.
2.6. Mempunyai integritas yang tinggi dan mampu
berhubungan dengan instusi sejenis diluar negeri.
3. Ketua KOI dipilih oleh anggota biasa pada sidang paripurna
Kongres Nasional berdasarkan suara terbanyak secara
langsung, bebas dan rahasia.Pengurus Harian KOI
dibentuk oleh Ketua terpilih dan terdiri dari Ketua, Wakil
Ketua dan Sekretaris, serta dapat membentuk komisi
komisi sesuai dengan kebutuhan.
4. Ketua bertanggungjawab kepada rapat paripurna Kongres
Nasional. Masa bakti Pengurus Harian disesuaikan dengan
masa bakti Pengurus Pusat PERDAMI.
5. Apabila Ketua KOI tidak berdomisili di Ibu Kota Negara,
maka wakil dan Sekretaris ditunjuk yang berdomisili di Ibu
Kota Negara.
6. Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugas sampai masa
baktinya, maka fungsi jabatan ketua dilaksanakan oleh
Wakil Ketua sampai berakhirnya masa jabatan tersebut.
7. Wakil Ketua dan Sekretaris harus anggota Kolegium
Oftalmologi Indonesia pada masa bakti tersebut.
8. Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugas sampai akhir
masa baktinya, maka fungsi jabatan ketua dilaksanakan
oleh Wakil Ketua sampai berakhirnya masa jabatan
tersebut.
9. Wakil Ketua harus anggota Kolegium Oftalmologi Indonesia
pada masa bakti tersebut.

Hasil Konas XI/Medan 2006


16
Pasal 16
Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab KOI

1. Merencanakan jenis dan mutu dokter spesialis mata dan dokter


spesialis mata konsultan.
2. Membuat dan merevisi Katalog dan Kurikulum Nasional
pendidikan dokter spesialis mata dan dokter spesialis mata dan
dokter spesialis mata konsultan.
3. Menyusun standar pendidikan dokter spesialis mata dan dokter
spesialis mata konsultan yang berkoordinasi dengan organisasi
profesi, Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran, Asosiasi
Rumah sakit Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional dan
Departemen Kesehatan..
4. Mengampu cabang ilmu kesehatan mata.
5. Menyelenggarakan ujian dokter spesialis mata dan dokter
spesialis mata konsultan secara nasional
6. Membina pusat pusat pendidikan dokter spesialis mata yang
ada dan yang berpotensi untuk dikembangkan.
7. Melaksanakan program akreditasi untuk menjamin mutu
pelaksanaan pendidikan spesialis mata.
8. Menilai dokter spesialis mata / spesialis mata konsultan lulusan
Luar Negeri.
9. Memberikan sertifikat kompetensi bagi dokter spesialis mata
yang telah lulus ujian nasional.
10. Mengatur tata cara pencabangan keilmuan dalam ilmu penyakit
mata.
11. Bekerjasama dengan badan / instansi pendidikan didalam dan
Luar Negeri.
12. Melakukan pembinaan dan pengembangan pendidikan ilmu
penyakit mata bagi tenaga kesehatan.
13. Mewakili dan bertindak atas nama PERDAMI ditingkat MKKI
(Majelis Kelegium Kedokteran Indonesia)

Hasil Konas XI/Medan 2006


17
BAB V
BADAN, DEWAN DAN LAINNYA

Pasal 17

Badan badan yang bertanggungjawab kepada Kongres


Nasional
1. Badan Pemeriksa Keuangan :
- Badan Pemeriksa Keuangan bertanggungjawab kepada
Kongres Nasional.
- Badan Pemeriksa Keuangan terdiri dari seorang Ketua dan
2 (dua) orang anggota yang dipilih oleh Rapat Anggota
Paripurna untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.
- Badan Pemeriksa Keuangan bertugas untuk memeriksa
keuangan selama masa tugas.
- Ditingkat cabang dibentuk BPK cabang yang dipilih oleh
Rapat Anggota Cabang
sebanyak 3 (tiga) orang.
- BPK cabang merupakan perpanjangan tangan BPK pusat.
2. Dewan Kehormatan Etik Kedokteran :
- Dewan Kehormatan Etik Kedokteran bertanggungjawab
kepada kongres.
- Pengurus pusatnya terdiri dari minimal 3 orang maksimal 7
orang.
- Ketua DKEK dipilih dan diangkat oleh Kongres untuk masa
jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk
satu kali masa jabatan lagi.
- Tugas dan Wewenang DKEK menjaga, mengamati dan
membina pelaksanaan KODEKI anggota PERDAMI
- Ditingkat cabang dibentuk DKEK cabang yang dipilh oleh
Rapat Anggota Cabang sebanyak 3 (tiga) orang.

Hasil Konas XI/Medan 2006


18
- DKEK cabang merupakan perpanjangan tangan DKEK
pusat.
- Menyusun dan melakukan revisi Pedoman standar Etik
Pelaksanaan KODEKI profesi dokter spesialis mata.

Pasal 18
Dewan dan Komisi yang bertanggungjawab kepada Pengurus
Pusat

1. Komisi Sertifikasi Kompetensi yang ketuanya ditunjuk oleh


ketua PP dan disetujui bersama oleh PP dan KOI.
2. Dewan adalah perangkat yang dibentuk oleh Pengurus
Pusat untuk membantu pelaksanaan programnya.
3. Dewan Redaksi Majalah Opthalmologica Indonesiana
diangkat oleh Ketua untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan
dapat diangkat kembali.
4. Dewan Pemberian Tanda Penghargaan anggotanya
dibentuk dan diangkat untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun
dapat dipilih atau diangkat kembali untuk sekali masa
jabatan lagi.

BAB VI
RAPAT

Pasal 19
Rapat terdiri dari :

1. Rapat Anggota.
2. Rapat Pengurus Pusat dengan Pengurus Cabang dan
BadanBadan dibawah Kongres.
3. Rapat Pengurus Pusat.
4. Rapat Pengurus Cabang/Komisariat.

Hasil Konas XI/Medan 2006


19
Pasal 20
Rapat Anggota terdiri dari :

1. Rapat Anggota Paripurna


2. Rapat Anggota Cabang / Komisariat.
3. Rapat Anggota Paripurna Luar Biasa

Pasal 21
Rapat Anggota Paripurna

1. Rapat Anggota Paripurna diadakan sekali dalam 3 (tiga)


tahun disebut Kongres Nasional PERDAMI.
2. Kongres Nasional diadakan ditempat yang akan dipilih /
ditentukan oleh Kongres sebelumnya.
3. Kongres Nasional adalah badan tertinggi untuk mencapai
keputusan bagi perhimpunan dalam :
3.1. Mengesahkan Tata Tertib Rapat Anggota Paripurna
dan Memilih Ketua Pengurus Pusat.
3.2. Mengesahkan perubahan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
3.3. Mengesahkan pemberian penghargaan pada
anggota.
3.4. Mengumumkan anggota biasa baru, anggota muda
baru, anggota luar biasa dan anggota kehormatan.
3.5. Mengesahkan garis besar Program Kerja periode
berikutnya.
3.6. Menyelesaikan hal-hal yang tidak dapat diatasi
Pengurus Pusat, Badan Pemeriksa Keuangan, KOI
dan DKEK.
4. Perhitungan suara dalam rapat paripurna berdasarkan atas
suara yang masuk secara sah.

Hasil Konas XI/Medan 2006


20
5. Rapat Anggota Paripurna adalah sah apabila dihadiri lebih
setengah jumlah anggota biasa.
6. Apabila kuorum tidak tercapai maka Rapat Anggota
Paripurna ditunda untuk waktu 30 menit dan dianggap sah
dengan jumlah yang hadir. Keputusan Rapat Anggota
Paripurna merupakan kekuasaan tertinggi didalam
perhitungan.

Pasal 22
Rapat Anggota Paripurna Luar Biasa

1. Rapat Anggota Paripurna Luar Biasa dan disebut Kongres


Luar Biasa dapat diadakan bila dianggap perlu atas
permintaan lebih dari setengah jumlah anggota biasa.
2. Rapat Anggota Paripurna Luar Biasa dilaksanakan sesuai
dengan tata cara dan mempunyai ketetapan hukum yang
sama dengan Rapat Anggota Paripurna.

Pasal 23
Rapat Anggota Cabang / Komisariat

1. Rapat Anggota Cabang / Komisariat dapat diadakan paling


sedikit setahun sekali.
2. Rapat Anggota Cabang / Komisariat tidak boleh mengambil
keputusan yang bertentangan dengan keputusan Rapat
Paripurna.
3. Semua kegiatan dan keputusan Rapat Anggota Cabang
harus dilaporkan kepada Pengurus Pusat untuk diketahui.

Hasil Konas XI/Medan 2006


21
Pasal 24
Rapat Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang dapat sewaktu
waktu diadakan.

Pasal 25
Rapat Pengurus Pusat diadakan apabila dianggap perlu.

Pasal 26
Rapat Pengurus Cabang diadakan apabila dianggap perlu.

Pasal 27

1. Rapat pleno anggota KOI sedikitnya dilakukan setahun


sekali.
2. Rapat Pleno anggota KOI adalah sah apabila dihadiri lebih
dari setengah jumlah anggota.
3. Apabila kuorum tidak tercapai, maka rapat pleno ditunda
selama 15 menit dan dianggap sah dengan jumlah yang
hadir.
4. Keputusan rapat tersebut dianggap sah apabila disepakati
oleh sedikitnya 80 % anggota KOI yang hadir.
5. Rapat Pleno anggota KOI merupakan badan tertinggi untuk
mencapai keputusan KOI dalam hal:
a. Membuat garis besar dan mengesahkan program kerja
serta kebijakan Pengurus Harian.
b. Menyelesaikan hal-hal yang tidak dapat diatasi oleh
Pengurus Harian.
7. Keputusan rapat pleno anggota KOI bersifat mengikat
Lembaga Penyelenggaraan Pendidikan yang terkait.
8. Rapat Pengurus Harian diadakan apabila dianggap perlu.

Hasil Konas XI/Medan 2006


22
Pasal 28

Rapat pengurus Badan Pengawas Keuangan diadakan bila


dianggap perlu.

Pasal 29

Rapat Pengurus Dewan Kehormatan Etik Kedokteran diadakan bila


dianggap perlu.

Pasal 30

Rapat Dewan Pemberian Tanda Penghargaan diadakan bila


dianggap perlu.

BAB VII
KEKAYAAN

Pasal 31
Kekayaan perhimpunan diperoleh :
1. Uang pangkal dan iuran anggota yang besarnya ditentukan
oleh Rapat Pengurus Pusat dan Cabang.
2. Sumbangan yang tidak mengikat.
3. Sumber wajar, yang tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Hasil Konas XI/Medan 2006


23
Pasal 32
Pengelolaan Keuangan

1. Uang Pangkal dan iuran anggota sebagian untuk Pengurus


Pusat dan sebagian untuk Pengurus Cabang.
2. Iuran anggota muda dan institusi pendidikan adalah untuk
menunjang kegiatan KOI.
3. Keuangan Pengurus Pusat dipakai untuk keperluan
administrasi, KOI, Majalah Opthalmologica Indonesiana dan
yang dianggap penting.
4. Penggunaan Keuangaan untuk Cabang diatur oleh Pengurus
Cabang.
5. Pembiayaan Badan Pemeriksa Keuangan dibebankan kepada
Pengurus Pusat.
6. Pembiayaan Dewan Kehormatan Etik Kedokteran (DKEK)
dibebankan kepada Pengurus Pusat.

BAB VIII
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 33

1. Kebijakan KOI yang bersifat mengikat seluruh anggota


perhimpunan harus terlebih dahulu secara tertulis disetujui oleh
Pengurus Pusat.
2. Hal hal yang tidak tercantum pada ART PERDAMI dapat
diputuskan oleh Pengurus Pusat atau Pengurus KOI dan
dipertanggungjawabkan pada Rapat Paripurna Kongres
Nasional.

Hasil Konas XI/Medan 2006


24
Pasal 34

1. Setiap anggota PERDAMI dianggap telah mengetahui isi dari


Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PERDAMI.
2. Perselisihan dalam penafsiran Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga diputuskan oleh Pengurus Pusat.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini
dimuat dalam peraturan tersendiri sepanjang tidak
bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga PERDAMI..

Hasil Konas XI/Medan 2006


25
HASIL RAPAT SUBKOMISI I B
BIDANG : ORGANISASI

SUB BIDANG : PROGRAM KERJA

1. Pemberdayan dana PERDAMI bagi anggota dan institusi,


dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan, pendidikan
dan pengabdian masyarakat.

2. Merumuskan kebijakan perlindungan profesi yang dikelola


secara intern dan profesional oleh PERDAMI.

3. Butir 1 dan butir 2 agar dikelola oleh DPKA ( Departemen


Pembinaan Kesejahteraan Anggota).

4. Menghimbau dan meningkatkan keikutsertaan anggota


PERDAMI dalam kerja sama dengan mitra kerja.

5. Segera menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis


mata konsultan.

6. Para penerima medali PERDAMI tidak dibebaskan dari


biaya registrasi menghadiri pertemuan nasional PERDAMI
dan tetap membayar iuran bulanan.

7. Anggota PERDAMI yang secara tetap tidak mampu


menjalankan profesinya dibebaskan dari iuran bulanan.

Hasil Konas XI/Medan 2006


26
8. Diusulkan agar setiap kegiatan organisasi PERDAMI
didahului dengan pembuatan program kerja dan rencana
anggaran.

9. Sehubungan dengan pekerjaan dokter / institusi pelayanan


kesehatan , agar bersama IDI dan PERSI membuat
batasan yang jelas antara iklan dan informasi kepada
masyarakat di mass media.
10. Diusulkan memakai nama Prof. Dr. RK. Tamin Radjamin,
SpM sebagai nama kuliah kehormatan (Memorial Lecture)
dengan sebutan Nana Tamin Radjamin Memorial Lecture.

11. Menjalin hubungan yang lebih baik antara PERDAMI


dengan institusi lain (BKIM, LSM, dll) dalam pelayanan
kesehatan mata.

12. Agar meningkatkan upaya promotif penanggulangan


kebutaan dan gangguan penglihatan.

Hasil Konas XI/Medan 2006


27
HASIL RAPAT KOMISI II

BIDANG:
PEMBINAAN & PENGEMBANGAN PROFESI

A. PROFESI

Rencana di masa mendatang :


1. Mendorong kelompok seminat untuk berpartisipasi dengan
seminat secara regional (ASEAN)
2. Mengadakan pertemuan tingkat internasional di Jakarta
tahun 2007 dengan APACRS
3. Menyelenggarakan APAO 2009 di Bali bersamaan dengan
KONAS Perdami. Mensosialisasikan kepada semua cabang
agar anggotanya dapat berpartisipasi dalam APAO 2009
4. Para ketua cabang diminta untuk mensosialisasikan
masalah resertifikasi kepada seluruh anggotanya
5. Untuk setiap acara ilmiah diharapkan setiap anggota
membawa KTA, untuk dilakukan pencatatan sehingga
memudahkan untuk sertifikasi . KTA diusulkan dalam
bentuk credit card atau debet card

B. PIT PERDAMI

Rencana di masa mendatang :


1. Perdami Jateng dan Sulawesi selatan mencalonkan diri
menjadi tuan rumah PIT 2008

Hasil Konas XI/Medan 2006


28
2. Membuat format untuk rencana JOINT MEETING secara
regional, antara lain joint meeting dengan Singapore,
Malaysia dan Philippines.
3. Membawa ke rapat mengenai istilah yang baku untuk PIT
yang diadakan oleh PERDAMI Cabang, seperti yang
pernah diadakan di Bukit Tinggi dan Medan dengan istilah
PIT Wilayah.
4. Anggota muda diharapkan untuk dapat menjadi pembicara
(sesuai kualifikasi) agar terjadi alih generasi.
5. Menyusun akreditasi untuk PIT dan COE
6. Penyelenggaran PIT dilaksanakan bersama oleh PP
dengan cabang dan lokasi dilakukan secara bergiliran
sesuai dengan usulan Cabang.
7. Materi ilmiah PIT menjadi tanggung jawab kelompok
8. seminat
9. Agar PIT diurus oleh Departemen tersendiri. ( juga
mengurus masalah sertifikasi) . Keuntungan dan
kerugiannya perlu disampaikan agar para anggota mengerti
keperluannya membentuk departemen tersendiri.
10. Uji coba pelaksanaan PIT tahun depan oleh departemen
tersendiri akan dilakukan di Jakarta apabila disetujui oleh
KONAS
11. Mengusulkan agar juara III untuk setiap kategori Paper
kontes tetap diumumkan dan mendapat hadiah yang
berhubungan dengan oftalmologi contohnya:oftalmoskop
12. Untuk poster peserta cukup mengirimkan abstrak dan
poster ukuran A 4 tanpa full paper. Dalam formulir penilaian
poster, referensi menjadi salah satu kriteria

Hasil Konas XI/Medan 2006


29
C. Continuing Ophthalmology Education (COE)

Rencana di masa depan :


1. Meminta agar PP PERDAMI berusaha mendapatkan
wewenang dari IDI untuk menentukan akreditasi sendiri
terhadap kegiatan COE
2. Menyusun akreditasi untuk pertemuan ilmiah dan
mengajukannya kepada PP PERDAMI serta IDI
3. Mendorong agar PERDAMI cabang melakukan koordinasi
dengan PP PERDAMI kalau mengadakan kegiatan COE
4. Membuat kalender acara ilmiah tahunan dan
mensosialisasikan ke cabang
5. COE adalah berisi materi ilmu dasar (basic science) yang
melibatkan multidisiplin.

C. KELOMPOK SEMINAT

Rencana di masa depan :


1. Mendorong kelompok seminat untuk GO
INTERNATIONAL antara lain dengan aktif mengikuti
kegiatan kelompok seminat regional ASEAN /
INTERNASIONAL
2. Mengadakan rapat dengan setiap ketua kelompok seminat
dalam rangka pengembangan peranan kelompok seminat
dimasa mendatang
3. Dianjurkan agar salah satu anggota seminat, minimal ketua
seminat, menjadi anggota atau ikut aktif dalam kegiatan
seminat regional
4. Disarankan untuk membuat acara ilmiah untuk dokter
umum, paramedik dan refraksionis

Hasil Konas XI/Medan 2006


30
5. Seminat retina mengusulkan menggunakan istilah retina
soceity, tetapi seminat katarak tetap ingin menggunakan
istilah Cataract & Refractive Surgery Special Interest Group

D. MAJALAH OPHTHALMOLOGICA INDONESIA (MOI)

Rencana dimasa mendatang :


1. Target pada tahun 2006 MOI akan mendapatkan akreditasi
2. Meminta bantuan dana dari PP PERDAMI sebesar Rp.
5,000 per bulan dari tiap anggota PERDAMI yang
membayar iuran, untuk biaya distribusi MOI
3. Dari setiap kelompok seminat agar menunjuk salah seorang
untuk mengikuti kursus MEDICAL JOURNAL EDITOR
dengan biaya dari PP PERDAMI
4. MOI juga dikelola oleh departemen yang akan mengelola
PIT bersama dengan COE

E. SEKSI PELATIHAN

Rencana dimasa mendatang :


1. Mendorong agar seminat lainnya ikut mengadakan
pelatihan yang sifatnya praktis bagi para anggota
PERDAMI
2. Mencari sponsor agar dapat mengadakan kursus pelatihan
dengan mendatangkan instruktur yang berpengalaman dari
negara lain
3. Mengusulkan agar SpM yang sudah mendapat gelar
Konsultan segera membuat kurikulum untuk pendidikan
konsultan.
4. Gelar konsultan dapat diberikan jika memenuhi kriteria yang
ditentukan. Misalnya jika lulus test, jika tidak lulus mengikuti

Hasil Konas XI/Medan 2006


31
mini fellowship selama 3 bulan kemudian dilakukan ujian
ulang. Koordinasi dengan AD/ART KOI.
5. Konsultan tidak harus berasal dari institusi pendidikan
asalkan memenuhi kriteria yang ditentukan. Yang berhak
mengadakan test konsultan adalah 5 institusi pendidikan
yang telah terakreditasi. Untuk setiap test untuk konsultan
dikenakan biaya.
6. Gelar konsultan juga mengikuti resertifikasi

F. INFORMASI & KOMUNIKASI


Rencana dimasa mendatang :
1. Mencari sponsor untuk membiayai maintenance website
PERDAMI
2. Bekerja sama dengan Departemen Kesehatan untuk
memuat informasi masalah kesehatan mata terutama untuk
kegiatan PGPK (Penanggulangan Gangguan Penglihatan &
Kebutaan)
3. Bekerja sama dengan perusahaan software untuk membuat
software bagi dokter mata praktek pribadi untuk
memudahkan:
a. Administrasi dan billing system pasien
b. Laporan kegiatan operasi katarak

G. PENELITIAN / GRANT
Rencana dimasa mendatang :
1. Menyusun kriteria untuk Research Grant
2. Mendorong kelompok seminat untuk mengadakan JOINT
RESEARCH dengan institusi mata di luar negeri secara
Regional / Internasional.
3. Ada pertemuan khusus yang membahas research pada
acara PIT

Hasil Konas XI/Medan 2006


32
HASIL RAPAT KOMISI III

BIDANG :
PEMBINAAN DAN PENINGKATAN PELAYANAN
MASYARAKAT

Program kerja DP3M

1. Vision 2020 the right to sight


2. World sight day
3. Kurikulum Oftalmologi Komunitas
4. Program kerja untuk kepengurusan berikutnya (2006-2009)
5. National Cataract Registration
6. Eye care management
7. Renstra PGPK

LATAR BELAKANG

Undang - Undang Kesehatan No : 23 tahun 1992 tentang


Kesehatan menyatakan bahwa upaya pembangunan Nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan Indera
Penglihatan merupakan syarat penting untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dalam meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat, dalam rangka mewujudkan manusia
Indonesia yang cerdas, produktif, maju, mandiri dan sejahtera
lahir batin.

Hasil Konas XI/Medan 2006


33
Kebutaan

WHO memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan di


dunia, dimana sepertiga berada di Asia Tenggara. Diperkirakan
12 orang menjadi buta setiap menit di dunia, dan 4 orang
diantaranya berasal dari Asia Tenggara, sedangkan di Indonesia
diperkirakan setiap menit ada satu orang menjadi buta yang
sebagian besar orang buta di Indonesia berada di daerah miskin
dengan sosial ekonomi lemah.
Kebutaan bukan hanya mengganggu produktifitas dan mobilitas
penderitanya, tetapi juga menimbulkan dampak sosial
ekonomi bagi lingkungan, keluarga, masyarakat.

PENYEBAB KEBUTAAN

Survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun


1993 1996, menunjukkan angka kebutaan 1,5 %.
Penyebab utama kebutaan adalah :
katarak ( 0,78 % ),
glaukoma ( 0,20% ),
kelainan refraksi ( 0,14 % )
penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38 %).

Besarnya jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini


berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut . Jumlah
dimaksud cenderung akan terus bertambah karena berdasarkan
laporan Biro Statistik thn. 1993, jumlah penduduk usia lanjut di
Indonesia thn. 2025 akan mengalami peningkatan sebesar 414
% dibanding tahun 1990. Ini merupakan persentase kenaikan
yang paling tinggi di seluruh dunia, karena pada periode waktu
yang sama kenaikan di beberapa negara seperti Kenya 347 %,

Hasil Konas XI/Medan 2006


34
Brazil 255 %, India 242 %, China 220 %, Jepang 129 %, Jerman
66 % dan Swedia 33 % ( Kinsella & Tober, 1993 )
Dibandingkan dengan angka kebutaan negara regional Asia
Tenggara, angka kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi
( Bangladesh 1 %, India 0,7 %, Thailand 0,3 % ).

Upaya upaya pencegahan kebutaan di Indonesia telah


dilaksanakan sejak tahun 1967 ketika kebutaan dinyatakan
sebagai bencana Nasional.Waktu itu upaya diutamakan pada
pemberantasan trachoma dan defisiensi vitamin A.

XEROFTALMIA

Pada balita masalah kurang vitamin A ( KVA ) sudah bukan


menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensi KVA
klinis, yang ditunjukkan oleh prevalensi Xeropthalmia ( X1b )
menurun dari 1,3 % pada thn. 1980, menjadi 0,3 % pada thn.
1992. Namun perlu diwaspadai karena 50,2 % balita masih
menderita KVA subklinis yang ditandai dengan rendahnya serum
retinol ( serum retinol < 20 nngr/dl ) yang sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup anak.
Selama krisis ekonomi terjadi kecenderungan meningkatnya KVA
pada ibu dan balita didaerah miskin perkotaan.
Sejak thn. 1984 Upaya Kesehatan Mata / Pencegahan Kebutaan
( UKM/PK ) sudah diintegrasikan ke dalam kegiatan Puskesmas,
sedangkan program Penanggulangan Kebutaan Katarak
Paripurna ( PKKP ) dimulai sejak thn. 1987 melalui Rumah
Sakit maupun Balai Kesehatan Mata Masyarakat .

Namun hasil survei Kesehatan Indera thn. 1993 1996


menunjukkan bahwa angka kebutaan meningkat dari 1,2 %

Hasil Konas XI/Medan 2006


35
( 1982 ) menjadi 1,5 % ( 1993-1996 ), padahal 90 % kebutaan
dapat ditanggulangi.
Apabila keadaan ini tidak ditangani secara sungguh sungguh,
akan berdampak negatif pada perkembangan kecerdasan anak
dan proses pembelajarannya yang tentunya akan mempengaruhi
mutu, kreativitas dan produktifitas angkatan kerja . Serta akan
dapat mengganggu laju pembangunan ekonomi nasional yang
menitik beratkan pada pengembangan dan penguatan usaha
kecil menengah ( UKM ) yang bertujuan mengentaskan golongan
ekonomi lemah dari kemiskinan.

Kondisi tersebut sudah menjadi masalah sosial yang tidak


mungkin ditangani sendiri oleh Departemen Kesehatan, tetapi
harus ditanggulangi secara terpadu oleh pemerintah dan seluruh
unsur masyarakat, lintas sektor terkait ( Depdagri, Disdik, Depag,
Depsos, Depnaker ) diharapkan dapat berperan secara aktif.

VISION 2020 THE RIGHT TO SIGHT DI INDONESIA

Menyadari hal tersebut , tanggal 15 Februari 2000,


Megawati sewaktu beliau menjabat Wapres mencanangkan
program WHO VISION 2020 , The right to Sight yang berarti
pemberian hak bagi setiap warga negara Indonesia untuk
mendapatkan penglihatan yang optimal.
Program ini merupakan inisiatif global untuk menanggulangi
gangguan penglihatan dan kebutaan yang sebenarnya dapat
dicegah / direhabilitasi.
Sebagai tindak lanjut Vision 2020 dan mendukung tercapainya
Jawa Barat Sehat 2008 serta Indonesia Sehat 2010 , sangat perlu
untuk menyusun rencana strategis daerah yang bersifat lintas
sektor dan lintas profesi.

Hasil Konas XI/Medan 2006


36
Keterbatasan dalam melaksanakan operasi katarak masal,
menyebabkan adanya penumpukan penderita ( backlog ) yang
tiap tahun cenderung terus bertambah.
Penumpukan ini disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi
yang belum optimal, kurangnya sumberdaya yang ada, serta
kurangnya pengetahuan masyarakat.

TUJUAN :

PERDAMI sebagai organisasi profesi dpat berperan aktif dalam


menurunkan angka Gangguan Penglihatan dan Kebutaan di
Indonesia

ANALISA SITUASI

KEKUATAN

Tersedianya sarana pendidikan bagi Dokter Spesialis Mata.

- Telah adanya komitmen PERDAMI bahwa semua anggota


PERDAMI melaksanakan upaya Penanggulangan Gangguan
Penglihatan Kebutaan.
- Adanya kesediaan LSM yang peduli dengan upaya
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan
di Indonesia.

KELEMAHAN

Belum diketahuinya kegiatan upaya PGPK di Kab/Kota kecuali


penanggulangan katarak mis. Yang dimaksud dengan PGPK selain
upaya penaggulangan karatak adalah : Pemeriksaan kelainan

Hasil Konas XI/Medan 2006


37
refraksi dan low vision, deteksi dini xeroftalmi, glaukoma, kebutaan
pada anak (Children blindness).dll. yang terpadu dalam yankesdas
oleh setiap anggota perdami

Political will ANGGOTA PERDAMI belum optimal.

Belum semua Kab / Kota membentuk Forum Koordinasi


Penanggulangan Kebutaan Katarak Terpadu di Provinsi,
Kab / Kota

Belum memadainya jumlah tenaga kesehatan terkait dibandingkan


dengan jumlah penduduk a.l :
1. Rasio Dokter Spesialis Mata 1 : 451.178 ( WHO 1:
2.000 ).
2. Rasio Dokter umum yang terlatih dalam pemeriksaan mata
dasar.
3. Rasio Refraksionis Optisien 1 : 314.687 ( WHO 1 :
10.000 ).

Kurang memadainya sumber dana untuk menunjang kegiatan


PGPK

Masih kurangnya kepedulian masyarakat dalam upaya


Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan.

PELUANG

Adanya pencanangan program WHO : Vision 2020 The


Right to Sight, memungkinkan mendapat bantuan dari donor luar
dan dalam negeri.

Hasil Konas XI/Medan 2006


38
Adanya organisasi profesi dan kemasyarakatan, dunia usaha,
serta media masa yang berperan serta dalam kegiatan PGPK.

Perubahan kurikulum program pendidikan dokter spesialis ( PPDS


), yang memungkinkan percepatan produksi Dokter Spesialis Mata
dari 4 tahun menjadi 3 tahun dan mobilisasi residen mata ke
daerah yang membutuhkan.

TANTANGAN

Besarnya penumpukan penderita ( backlog ) kasus


kebutaan yang cenderung terus bertambah.

Jumlah gakin masih tinggi tercermin dari kemampuan ekonomi


masyarakat yang lemah.

Masih adanya pengetahuan , sikap dan perilaku ( PSP )


masyarakat (PERDAMI) yang kurang mendukung terhadap
kesehatan mata dan upaya PGPK.

Banyaknya sarana kesehatan di Kab / Kota yang belum


memiliki fasilitas pemeriksaan kesehatan mata dan kegiatan
operasi katarak.

Hambatan dan Kendala


Tidak semua himbauan DP3M dapat dilaksanakan oleh anggota
Perdami/Ketua Cabang, pada hemat kami hal ini disebabkan
karena beberapa hal sbb.:
- pengertian DP3M berkait erat dan secara langsung
berhubungan dengan masyarakat.
- belum disepakatinya pengertian oftalmologi komunitas oleh
anggota.

Hasil Konas XI/Medan 2006


39
- belum diresmikannya kurikulum oftalmologi komunitas bagi
pendidikan residen.
- belum ditanggapinya hasil workshop penyusunan kurikulum
oftalmologi komunitas oleh KOI, padahal sudah lebih dari 1
tahun.
- belum dilaksanakannya renstra PGPK terutama dalam hal
membangun kemitraan.
- ketua cabang merasa tidak yakin siapa yang harus
bertanggung jawab atas kegiatan masyarakat ini.

USULAN PROGRAM KERJA KOMISI III

1. kepada KOI agar meresmikan dan melaksanakan kurikulum


oftalmologi komunitas dalam pendidikan residen, dengan
menanggapi hasil workshop yang telah lebih dari satu tahun
disampaikan pada KOI.
2. kepada semua Ketua Perdami cabang agar memahami
renstra PGPK dan turut melakukan sosialisasi pada
anggota di wilayahnya serta bersama sama melaksanakan
rencana nasional tesebut dalam skala wilayahnya masing-
masing.
3. kepada Ketua PP Perdami agar memberikan / mengadakan
sosialisasi renstra PGPK pada anggota atau paling tidak
pada ketua cabang dan secara khusus menghimbau
anggota untuk turut melaksanakan strategi nasional ini.
4. Mengingat banyaknya kegiatan di Perdami cabang perlu
dipikirkan perubahan rasio iuran anggota untuk pengurus
pusat dan untuk pengurus cabang.
5. Penanggulangan buta katarak melalui :
Pelatihan Peningkatan Kualitas Operasi Katarak
Kualitas operasi kurang
Pelatihan ulang (remedial)

Hasil Konas XI/Medan 2006


40
Pelaporan Jumlah Operasi Katarak (National Cataract
Registry) untuk mengetahui CSR

6. Vision 2020 The Right to Sight :

Bertujuan menurunkan Gangguan Penglihatan dan


Kebutaan sesuai dengan Program Penanggulangan
Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) :
1. Buta katarak
2. Glaukoma
3. Kelainan refraksi dan low vision
4. Kebutaan pada anak

masih belum mendapatkan tanggapan yang memuaskan


untuk mencapai vision 2020, harus ditentukan target apa yg
harus kita capai
masalah operasi katarak masal yang dianggap sebagai
pukat harimau sikap ini disebabkan belum adanya
perubahan sikap, dan tidak adanya oftalmologi
komunitas.Tidak adanya kerjasama antar sesama anggauta
Perdami
Sebaiknya dibentuk forum PGPK dari tingkat Propinsi
hingga Kabupaten/Kota telah dimulai sehubungan dengan
beberapa program Vision 2020 terkait dengan kebijakan
desentralisasi dan healthy eye district.
Kegiatan memperingati World Sight Day, Oktober 2004 &
2005
Menjelang hari H yang jatuh pada setiap Kamis minggu
kedua di bulan Oktober, telah disampaikan himbauan pada
seluruh Ketua Perdami Cabang untuk turut serta
berpartisipasi memperingatinya. Partisipasi yang dimaksud

Hasil Konas XI/Medan 2006


41
salah satunya dengan menulis artikel kesehatan mata bagi
masyarakat, mengadakan dialog interaktif di media
elektronik & cetak, mengadakan kegiatan dimasyarakat
berupa ceramah atau kegiatan pemeriksaan mata dan
PGPK
Laporan untuk internasional kami buat sesuai dengan
kegiatan yang dilaporkan saja.
Mengisi progress report Vision 2020 di Indonesia dan
laporan national eye care services untuk WHO/IAPB/Vision
2020 task force
Pelaksanaan program Kabupaten/Kota Sehat Mata /
Healthy Eye District
sign up for sight: dilakukan di KONAS MEDAN
Tiap hari Kamis Minggu ke 2 bulan Oktober Perdami
membuat kegiatan PGPK berupa promosi preventif,
kurative dan rehabilitative dalam kesehatan mata.

8. Pembuatan format baku pelaporan kegitan PGPK yang


dilakukan oleh anggota Perdami secara periodik

basic media guidelines: dijadikan pedoman pelaporan operasi


katarak

Hasil Konas XI/Medan 2006


42
Hasil Akhir Rapat Komisi IV
Bidang : Sertifikasi
Pendahuluan
Sertifikat kompetensi dokter spesialis mata & konsultan :
surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang Dokter
Spesialis Mata dan Konsultan untuk menjalankan praktek
kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
Tujuan : mempertahankan dan meningkatkan profesionalitas
serta mutu profesi
agar dapat melaksanakan profesinya sebaik
mungkin
pengetahuan dan ketrampilan yang mutakhir
mengikuti perkembangan ilmu penyakit mata.

Materi Rapat
Apakah komponen komponen penilaian kompetensi
dokter spesialis mata sudah sesuai ?
Bagaimana posisi komisi sertifikasi dalam struktur
organisasi PERDAMI ?
Bagaimana cara ketua komisi sertifikasi dipilih?

Komponen Penilaian Kompetensi

Permasalahan terdapat pada poin 3 yaitu kegiatan


pengabdian masyarakat dan pengembangan profesi.
Selain kegiatan yang sudah tercantum ditambahkan :
Melakukan pelayanan penderita Gakin
Memberikan keringanan biaya pada pasien mata
Menjadi donatur untuk operasi bagi penderita
katarak non katarak tidak mampu

Hasil Konas XI/Medan 2006


43
Kriteria minimal Sertifikasi Kompetensi

No. Jenis Kegiatan Nilai minimum


1 Kegiatan Ilmiah Profesi
a. Kehadiran 30
b. Penilaian Evaluasi 10
2 Kinerja profesi Dokter spesialis mata 20
3 Kegiatan pengabdian masyarakat dan 10
Pengembangan Profesi
4 Kinerja Pengembangan keilmuan 0
5 Kinerja Publikasi Ilmiah 0
6 Etika Profesi Laik
7 Kondisi Kesehatan Sehat
Total Nilai minimum 70

Kegiatan Ilmiah Profesi

Penilaian standar kompetensi :


kegiatan ilmiah PERDAMI dan atau organisasi / institusi
terakreditasi dan diakui PERDAMI dalam periode 5 (lima) tahun
terakhir
Konas
PIT
Fellowship
Lokakarya
COE
Diskusi Panel

Hasil Konas XI/Medan 2006


44
Seminar
Simposium
Kegiatan Ilmiah di Luar Negeri

Kegiatan Ilmiah Profesi

Kegiatan Peserta Pembicara Moderator


Diselenggarakan oleh PERDAMI
Nilai satuan Kredit per kegiatan
KONAS 20 5 1
PIT 15 5 1
Kelompok Seminat PERDAMI /
RS / Perdami Cabang / Institusi 10 3 0.5
Pendidikan
Skill transfer course

Didactic 10 5 0.5

Wetlab 15 5 0.5
Fellowship Dalam/Luar Negeri
< 6 bulan 5
6 bulan 10
Diselengarakan oleh Organisasi
profesi bukan PERDAMI atau 5 2 0.5
Seminar di luar negeri
Total Nilai

Hasil Konas XI/Medan 2006


45
Penilaian Evaluasi

Nilai MCQ Nilai satuan Kredit

50 5

51- 60 10

61 70 20

Total Nilai

Kinerja Profesi Dokter Spesialis mata

Kinerja Diagnostik Nilai


< 500 kunjungan pasien/tahun 5
501 - 1000 kunjungan pasien/tahun 15
> 1000 kunjungan pasien pertahun 25
Kinerja operasi / tindakan (per tahun)
< 50 5
51-100 10
101-150 15
> 150 25

Hasil Konas XI/Medan 2006


46
Vetifikasi Kinerja Profesi

Bukti berupa surat verifikasi yang menunjukkan jumlah


pasien dan operasi dari RS dan ditandatangani oleh komite
medik / direktur/ ketua SMF.
Bagi yang berpraktek pribadi, verifikasi dilakukan oleh ketua
PERDAMI cabang/ ketua IDI cabang/kabupaten.

Pengabdian masyarakat dan Pengembangan Profesi


Nilai
Kegiatan Pengabdian Masyarakat *) satuan
Kredit
Mengikuti skreening massal/ kegiatan survey
5
masyarakat
Mengadakan penyuluhan penyakit mata 5
Mengikuti kegiatan operasi katarak atau operasi non
15
katarak:
Mengkoordinasi / memfasilitasi kegiatan operasi katarak
massal 10
o < 500 operasi 15
o 500 operasi
Melakukan pelayanan penderita Gakin
5
Memberikan keringanan biaya pada pasien mata
5
Menjadi donatur untuk operasi bagi penderita katarak 5
non katarak tidak mampu
Kegiatan Pengembangan Profesi *)
Menjadi Pengurus PP.PERDAMI /Cabang 5
Menjadi Pengurus Organisasi para-oftalmologi 5
Menjadi Panitia kegiatan ilmiah yang terakreditasi 5
Menjadi Juri Penilai Makalah PIT/KONAS 5

Hasil Konas XI/Medan 2006


47
Kinerja Pengembangan Keilmuan

Kegiatan/kali/tahun Nilai
Media cetak/elektronik: Wawancara /penyuluhan/ dirujuk 1
Pertemuan popular
Moderator/co moderator/panelis 2
Pembicara 2
Pembicara pada pertemuan ilmiah di LN 4
Author dan Co-author dari makalah yang dipresentasikan 2
dalam pertemuan ilmiah perdami/LN
Menjadi pembicara pertemuan ilmiah dalam negeri 2
Membimbing/mendidik secara magang 1
Spesialis Mata
Fellowship
Spesilis Mata Konsultan
Membimbing/mendidik dalam program terstruktur 1
Sekolah Keperawatan
Program Diploma Keperawatan
Fakultas Keperawatan
RO / Refraksionis
Program Diploma Para-oflamologi 1
Fakultas Kedokteran
Program Pendidikan Dokter Mata Spesialis
Program Pendidikan Dokter Mata Spesialis Konsultan

Kinerja Publikasi Ilmiah

Hasil Konas XI/Medan 2006


48
Media Publikasi Nilai
Majalah popular/koran 5
Dokumentasi pada perpustakaan lokal 5
Majalah Ilmiah Lokal 5
Majalah Ilmiah Nasional 5
Majalah Ilmiah Nasional terakreditasi 5
Majalah Ilmiah regional terakreditasi 5
Majalah Ilmiah Internasional terakreditasi 15
Monograf/video pendidikan 5
Buku Teks (ISBN tercantum) 5

Kondisi Kesehatan

Kondisi kesehatan merupakan salah satu syarat utama


yang harus dipenuhi.
Tim Evaluasi Sertifikasi Cabang berhak meminta surat
keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP yang masih
berlaku.

Rekomendasi Etik

Tim Sertifikasi Cabang berkewajiban untuk bertanya


kepada Dewan Kehormatan Etik Kedokteran Perdami
Cabang (pada lokasi kerja) tentang etika dan perilaku
profesionalisme calon.
Catatan perilaku etik / teguran DKEK :unsur penting dalam
pemberian sertifikasi ulang.

Hasil Konas XI/Medan 2006


49
Hasil Evaluasi

a. ReSertifikasi tanpa syarat apabila memenuhi kriteria


minimal
b. ReSertifikasi, dengan program remedial apabila tidak
memenuhi kriteria minimal
c. Ditolak/Tidak diberikan sertifikat kompetensi apabila
sebagian besar syarat tidak terpenuhi (terutama kesehatan
dan etik)

Rekomendasi Sertifikasi

Diberi sertifikat kompetensi tanpa syarat bila memenuhi


nilai minimum (70)
Diharuskan mengikuti program remedial terlebih dahulu bila
tidak memenuhi nilai minimum poin 1,3
Ditolak/Tidak diberikan sertifikat kompetensi bila tidak laik
etik dan kesehatan.

Posisi Komisi Sertifikasi

Komisi Sertifikasi diusulkan berada di bawah PP.


Ketua Komisi Sertifikasi :
Diangkat oleh ketua PP persetujuan Ketua KOI.
Sertifikat Kompetensi ditandatangani bersama oleh
ketua KOI, ketua PP, dan ketua Komisi Sertifikasi
Rekomendasi untuk ketua PP
Pada saat ini komisi sertifikasi berada dibawah PP
Pada masa yang akan datang, Komisi Sertifikasi
akan berdiri sejajar dengan BPK, DKEK, KOI dan
PP.

Hasil Konas XI/Medan 2006


50
Hal hal Tambahan

Perdami Cabang memegang peranan yang besar dalam


proses sertifikasi kompetensi. Karena tim sertifikasi cabang
yang mengetahui kinerja rekan sejawatnya.
Penilaian evaluasi pengetahuan oftalmologi umum bagi dr.
spesialis mata :
1. Melalui web site
2. Dikirim ke rumah via pos
Tidak ada penarikan biaya pengurusan sertifikat
kompetensi baik di cabang maupun di pusat.

Hasil Konas XI/Medan 2006


51
Hasil Konas XI/Medan 2006
52

Anda mungkin juga menyukai