TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
RUBEN AUSTIN
3331 11 1022
MENYATAKAN
Bahwa skripsi ini hasil karya sendiri dan tidak ada duplikat dengan karya orang
lain, kecuali untuk yang telah disebutkan sumbernya.
RUBEN AUSTIN
NPM. 3331111022
iv
ABSTRAK
Pengeringan padi selama ini dilakukan secara manual dengan cara di
jemur. Masalah utama yang dihadapi petani ialah ketika musim hujan tiba,
sehingga pengeringan tidak lagi dapat dilakukan. Dampaknya petani merugi
karena disebabkan oleh tumbuhnya jamur, warna kekuningan, mudah
berkecambah, rendahnya kualitas, bahkan busuk. Sehingga petani terpaksa
menjual gabah basah dengan harga murah.
Oleh karena itu, perlu adanya alat bantu seperti mesin pengering. Mesin
pengering yang dirancang menggunakan 2 tenaga yaitu tenaga matahari dan atau
biomassa. Adapun perancangan ini dibuat menggunakan metode Pahl & Beitz,
meliputi 4 tahapan yaitu: perencanaan dan klarifikasi tugas, perancangan konsep
desain, perancangan bentuk desain, dan rincian desain.
Dari hasil perancangan dan perhitungan diperoleh desain dan spesifiikasi
mesin pengering serta tungku biomassa. Desain ruang pengering adalah
continuous flow system dengan penggerak konveyor pneumatik berupa blower.
Tipe hybrid ini adalah menggunakan 2 sumber energi pemanasan, yaitu;
menggunakan sinar matahari dan atau biomassa. Mesin pengering ini berkapasitas
500 kg/ siklus dengan penggunaan energi sebesar 454 Watt jauh lebih ekonomis
dibandingkan menggunakan heater. Desain tungku biomassa menggunakan jenis
penukar kalor dengan susunan pipa jenis segaris dengan menggunakan pipa
stainless steel sebanyak 64 buah dengan panjang 0,65m.
v
ABSTRACT
Drying rice has been done manually by means of the drying using
sunlight. The main problem faced by farmers is when the rainy season arrives, so
that drying so that drying can not be performed. Impact, farmers lose money
because it is caused by the growth of fungi, yellowish color, easy germination,
poor quality, even rotten. So that farmers are forced to sell the wet rice at a low
price.
Therefore, the need for tools such as a dryer. The drying machine is
designed using 2 power solar power and or biomass. The design was created
using a method Pahl & Beitz, includes four stages: planning and clarification of
the task, the design concept, embodiment design, and design details.
Design and calculation of results obtained spesifiikasi design and drying
machine and biomass furnace. The design of the drying chamber is continuous
flow system with pneumatic conveyor drive in the form of a blower. This hybrid
type is using two sources of heating energy, namely; using sunlight and or
biomass. This drying machine with a capacity of 500 kg / cycle with energy use by
454 Watt far more economical than using a heater. Biomass furnace designs
using this type of heat exchanger with the order of the type of in - line pipe using
stainless steel pipes as many as 64 pieces with a length of 0,65m.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan penyertaan-Nya maka tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Tugas akhir ini berisi mengenai hasil dari perancangan dimana dalam
penyusunannya merupakan aplikasi dari beberapa matakuliah yang dipelajari di
bangku kuliah. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk
meraih gelar sarjana teknik pada Jurusan Teknik Mesin FT. UNTIRTA.
Tersusunnya tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu ucapan terima kasih disampaikan kepada:
Orang tua dan adik adik yang saya cintai, yang selalu memberikan cinta
kasih dan mendoakan saya.
Bapak Kurnia Nugraha, ST., MT. selaku Dekan FT.UNTIRTA
Bapak Sunardi, ST., M.eng. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin FT.
UNTIRTA
Bapak Ipick Setiawan, ST., M.Eng. selaku Pembimbing Akademik.
Bapak Dhimas Satria, ST., M.Eng. selaku Pembimbing I. Terima kasih
atas pengarahan, ilmu, waktu, solusi, dan kesabaran Bapak.
Bapak Haryadi, ST., MT. selaku Pembimbing II. Terima kasih atas
pengarahan, ilmu, waktu, solusi, dan kesabaran Bapak.
Bapak Moh. Fawaid, S.Pd.T., MT. serta seluruh Dosen dan Staf Teknik
Mesin FT. UNTIRTA yang tidak dapat disebutkan namanya, terima kasih
atas ilmu yang kalian berikan.
Keluarga besar Bong Hien Tjiang atas segala bantuan berupa dukungan,
doa, dan materi.
Keluarga besar Tan Giok Tjoan atas segala bantuan berupa dukungan,
doa, dan materi.
Tim Pengering, Moch. Glenn Nierwan, Arifianto Wibowo, Kurnia Tri
Wijaya, Muh. Ramdhan N atas kerja samanya dalam satu tim.
Keluarga bahari, AAORBTR, keluarga tegal wangi, keluarga palem hills,
serta cikiciw tala atas segala bantuan dan hiburannya. Thanks Bat!
Teman - teman angkatan 2011 yang selalu memberikan motivasi, masukan
dan semangat di setiap langkah yang diambil.
vii
Semoga semua ama kebaikan yang telah diberikan akan dicatat dan dibalas
berlipat ganda oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Menyadari akan kelemahan serta kekurangan sebagai manusia, oleh karena
itu segala saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan. Semoga tugas akhir
ini bermanfaat dan dipergunakan.
( Ruben Austin )
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
metode ini berupa spesifikasi rancangan yang akan digunakan pada tahapan
berikutnya.
BAB II
TEORI DASAR
6
7
Kualitas fisik gabah terutama ditentukan oleh kadar air dan kemurnian
gabah. Kadar air gabah adalah jumlah kandungan air di dalam butiran gabah yang
biasanya dinyatakan dalam satuan (%) dari berat basah (wet basis). Sedangkan
tingkat kemurnian gabah merupakan persentase berat gabah bernas terhadap berat
keseluruhan campuran gabah. Makin banyak benda asing atau gabah hampa atau
rusak di dalam campuran gabah maka tingkat kemurnian gabah makin menurun.
Kemurnian gabah dipengaruhi oleh adanya butir yang tidak bernas seperti
butir hampa, muda, berkapur, benda asing atau kotoran yang tidak tergolong
gabah, seperti debu, butir-butir tanah, batu-batu, kerikil, potongan kayu, potongan
logam, tangkai padi, biji-biji lain, bangkai serangga hama, serat karung, dan
sebagainya. Termasuk pula dalam kategori kotoran adalah butir-butir gabah yang
telah terkelupas (beras pecah kulit) dan gabah patah. Kualitas gabah akan
mampengaruhi kualitas dan kuantitas beras.
2.1.3 Gabah
Suatu proses gabah menjadi beras memiliki beberapa tahapan, dimulai dari
pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan. Tiap-tiap tahapan ini
sangatlah berbeda penanganannya satu sama lain, pada saat pemanenan biasanya
petani menggunakan arit (sabit) dimana mereka bekerja sama dalam memanen
sawah mereka ataupun mengupahkannya kepada orang, pada saat perontokan,
petani pada saat ini sudah mampu menggunakan mesin dalam melakukannya,
dimana sebelumnya mereka merontokkan gabah dengan cara memukul gabah ke
kayu-kayu yang disusun sedemikian rupa, dengan menggunakan mesin tentunya
perontokan akan semakin mudah dan cepat, untuk melakukan pengeringan gabah
petani biasanya langsung menjemur gabah dipanas matahari, dimana waktu
pengeringan dengan cara seperti itu akan memakan waktu yang relatif lama
biasanya 2 hari, pada tahap penggilingan mereka akan membawa gabah yang
sudah dikeringkan ke kilang padi.
Jumlah kandungan air pada gabah disebut kadar air dan dinyatakan dengan
persen (%). Karena tingginya kandungan air gabah maka perlulah dilakukan
pengeringan, dimana pada umumnya kadar air gabah mencapai 20 % - 26 % ini
bergantung cuaca pada saat pemanenan tentunya
9
Pengeringan gabah adalah suatu perlakuan yang bertujuan menurunkan kadar air
sehingga gabah dapat disimpan lama, daya kecambah dapat dipertahankan, mutu
gabah dapat dijaga agar tetap baik (tidak kuning, tidak berkecambah dan tidak
berjamur), memudahkan proses penggilingan dan untuk meningkatkan rendemen
serta menghasilkan beras gilingan yang baik (Damardjati, 1978) .
Pengeringan merupakan salah satu kegiatan pascapanen yang penting,
dengan tujuan agar kadar air gabah aman dari kemungkinan berkembangbiaknya
serangga dan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Pengeringan harus
sesegera mungkin dimulai sejak saat dipanen. Apabila pengeringan tidak dapat
dilangsungkan, maka usahakan agar gabah yang masih basah tidak ditumpuk
tetapi ditebarkan untuk menghindarkan dari kemungkinan terjadinya proses
fermentasi. Pengeringan akan semakin cepat apabila ada pemanasan, perluasan
permukaan gabah padi dan aliran udara.
Adapun tujuan pengeringan disamping untuk menekan biaya transportasi
juga untuk menurunkan kadar air dari 23-27 % menjadi 14 %, agar dapat
disimpan lebih lama serta menghasikan beras yang berkualitas baik. Proses
pengeringan gabah sebaiknya dilakukan secara merata, perlahan-lahan dengan
suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang kurang merata, akan
menyebabkan timbulnya retak-retak pada gabah dan sebaliknya gabah yang terlalu
kering akan mudah pecah saat digiling. Sedangkan dalam kondisi yang masih
terlalu basah disamping sulit untuk digiling juga kurang baik ditinjau dari segi
penyimpanannya karena akan gampang terserang hama gudang, cendawan dan
jamur (Strumillo and Kudra, 1986).
Dalam evaporasi, air dipindahkan dalam bentuk uap pada titik didih
sedang dalam pengeringan biasanya dalam bentuk uap dan udara. Pengeringan
biasanya merupakkan langkah terakhir dalam suatu proses pengolahan sebelum
pengemasan, agar menghasilkan bahan lebih cocok untuk penyimpanan. Karena
itu pengeringan adalah pengertian relatif, yang berarti pengurangan kandungan air
dari nilai awal ke suatu nilai akhir yang dapat diterima.
Menurut Winamo dkk, 1980, pengeringan adalah suatu metode atau
tindakan untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan
dengan menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas.
Pengeringan selain dimaksudkan untuk mengurangi kadar air suatu bahan
juga dimaksudkan untuk mendapatkan bahan dengan volume yang lebih kecil,
sehingga dapat lebih mudah diangkut dan biaya lebih murah (Setyahartini, 1980).
Menurut Sitinjak dan Purba, 1987, Pengeringan juga bertujuan :
1. Memudahkan penanganan selanjutnya.
2. Memperkecil atau mengurangi biaya pengangkutan.
3. Bahan tahan disimpan lama.
4. Mikrobia tidak dapat tumbuh atau berkembang.
5. Serangan hama terhalang dan untuk mempertahankan nilai gizi.
Penjemuran merupakan cara tertua dalam pemanfaatan energi radiasi surya
untuk tujuan pengeringan. Cara ini mengandung berbagai kelemahan, antara lain :
1. Pencemaran bahan oleh debu yang dibawa oleh hembusan angin.
2. Resiko kehilangan bahan menjadi lebih besar akibat gangguan hewan.
3. Waktu pengeringan lebih panjang.
4. Pembasahan bahan pada waktu hujan (Abdullah, 1980)
2. Pengeringan Buatan
Pengeringan buatan mempunyai kelebihan dibanding pengering alami
yaitu waktu penjemuran yang lebih singkat dan gabah yang djemur lebih bersih
dan terlindung dari debu, hujan dan lain-lain. Pengeringan buatan bemacam-
macam, ada yang menggunakan listrik, matahari, bahan bakar sekam dan lain-lain
(Setijahartini, 1980).
2.2.3 Mesin Pengering (Dryers)
Walaupun banyak tipe mesin pengeringan yang ada dipasaran, disini
hanya dibicarakan beberapa yang penting saja. Kelompok pertama adalah mesin
pengering untuk bahan padat atau butiran daan pasta semi padat. Kedua terdiri
dari mesin pengering untuk bahan bahan encer.
Dryers untuk bahan padat dan pasta antara lain tray, continuous, tunnel
dan screen conveyor dimana bahan tidak dapat diaduk sedangkan tower, rotary,
fluid bed dan flash dryer digunakan untuk bahan bahan yang dapat diaduk.
Beberapa tipe dryers menguapkan larutan atau bahan encer sampai menjadi kering
dengan peralatan thermal, misalnya spray dryer, thin film dryers dan drum dryers.
Proses pengeringan biji bijian yang akan disimpan dibagi dalam dua
kategori; yaitu mengeringkan biji bijian di dalam bak/ batches dan
mengeringkan biji sementara biji bergerak kontinu di dalam alat pengeringan.
Semua sistem pengeringan biji bijian memiliki alat untuk menggerakkan udara
dan tempat untuk meletakkan biji. Alat panas dapat dimasukkan dan dapat tidak
dimasukkan sebagai komponen pengering.
A. Batch System
Sistem batch, mempunyai tingkat kerumitan yang berbeda beda
seperti pada Gambar 2. Biji yang telah kering dalam batch, segera
dipindahkan untuk proses selanjutnya yaitu conditoning, penyimpanan
atau pemasaran.
Akan tetapi pada beberapa sistem batch, ruang pengeringan juga
berfungsi sebagai tempat penyimpanan. Alat sirkulasi/ pengaduk biji juga
kadang kadang digunakan pada batch drying seperti terlihat pada
Gambar 3.
13
Gambar 2.4 Fixed frying process of cereal grain in a full bin system
(Sumber: Pengeringan Bahan Olahan dan Hasil Pertanian)
Udara pengering bergerak dari bagian bawah ke atas bed.
Pertukaran uap air antara biji bijian dan udara berlangsung pada
kedalaman tertentu atau zone of grain. Pada permulaan pengeringan, letak
zone ini berada dibagian bawah bed. Sementara pengeringan terus
berlangsung zone ini bergerak ke atas, dan ketika zone telah melampaui
permukaan biji bijian seluruh bahan telah kering dan berada pada
kesetimbangan udara pengering. Biji di bawah drying zone sudah tentu
mencapai keseimbangan dengan udara yang masuk dengan kadar air Me.
Biji bagian atas zone belum kering dan masih berkadar air seperti semula
Mo. Udara yang mengalir dibagian atas zone menjadi seimbang dengan
kadar air permukaan biji. Sementara udara melewati drying zone, udara
membawa air setelah diuapkan lebih dulu, dan dingin kembali karena
proses penguapan dari Ta menjadi Tg.
Yang paling sulit dalam pengolahan unit udara panas, adalah
menentukan apakah biji bijian telah mencapai rata rata kadar air yang
dikehendaki, karena tidak meratanya distribusi kadar air di dalam bed.
Menaikkan temperatur sebanyak 10o, sering kali menyebabkan biji
dibagian bawah bed menjadi terlalu kering. Metode operasi yang
dikehendaki adalah un tuk memperoleh kadar air rata rata sebelum biji
dilapisan bawah mencapai keadaan seimbang dengan udara kering.
15
yang baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk
produksi industrial. Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan yang
dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel, tapi dapat juga mencakup materi
tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk produksi serat, bahan kimia, atau
panas. Biomassa dapat pula meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat dibakar
sebagai bahan bakar. Biomassa tidak mencakup materi organik yang telah
tertransformasi oleh proses geologis menjadi zat seperti batubara atau minyak
bumi. Contoh biomassa antara lain tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah
pertanian dan limbah hutan, tinja dan kotoran ternak.
Penemuan pemanfaatan biomassa sebagai bahan baku energi secara umum
menarik perhatian dunia dalam beberapa tahun terakhir ini. Tujuan utama dari
usaha-usaha tersebut adalah untuk mencari pengganti sumber daya fosil seperti
minyak bumi, gas alam, dan batubara dengan sumber-sumber yang dapat
diperbaharui (renewable). Biomassa atau limbah biomassa kini dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber energi alternatif dengan berbagai pilihan jalur konversi
energi yang diinginkan.
Biomassa terutama dalam bentuk kayu bakar dan limbah pertanian
merupakan sumber energi tertua. Hingga sekarang, biomassa sebagai sumber
energi masih cukup berperan terutama di negara-negara berkembang (tidak
termasuk OPEC) pada tahun 1977 adalah 2.6 BOE per kapita per tahun, atau
sekitar 54% dari konsumsi energi secara keseluruhan (Abdullah et all, 1998).
Selain itu, menurut satu perkiraan teroritis, jumlah biomassa yang dihasilkan
setahun oleh seluruh dunia mencapai 75 milyar ton, atau sekitar 1500 juta barrel
minyak equivalen per hari.
Di Indonesia, biomassa merupakan salah satu sumber daya alam yang
sangat penting. Produk primer yang dihasilkan seperti serat, kayu, minyak, bahan
pangan, dan lain-lain, selain digunakan untuk kebutuhan domestik juga diekspor
untuk mendatangkan devisa bagi negara. Selain digunakan untuk tujuan primer,
biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umumnya yang
digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah
atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya. Biomassa sebagai
sumber energi biasanya diperoleh dari areal hutan (limbah tebangan, patahan
17
Dimana :
q = kalor yang dipindahkan (W)
21
Gambar 2.7 Distribusi temperatur pada plat dinding dalam keadaan Tunak.
(Sumber: Heat Transfer A Practical Approach, Yunus A. Cengel)
Berdasarkan pada gambar 2.7 apabila T(0) = T1, x = L dan T(L) = T2 dari
integrasi persamaan diatas makan akan diperoleh :
22
Dimana :
q = kalor yang dipindahkan (W)
k = konduktivitas termal (W/m K)
A = luas permukaan (m2)
T1 = temperatur pada permukaan panas (K)
T2 = temperatur pada permukaan dingin (K)
L = ketebalan (m)
( )
Dimana :
( )
( )
( )
( )
( )
Untuk Persamaan laju perpindahan kalor konveksi secara umum dapat dinyatakan
sebagai berikut:
( )
24
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
24
25
Adapun proses perangcangan menurut Pahl and Beitz secara umum dapat
dilihat dari diagram alir berikut.
mencemari lingkungan
Rupa Berestetika W
Safety, Friendly, Mampu menahan beban dan
D
Hasil akhir Optimal aman
Dapat berhenti Dapat mengakhiri proses secara
W
secara otomatis otomatis
No Solusi A B
Prinsip
Bentuk Ruang
1.
Pengering
31
2. Hopper Masuk
3. Hopper Keluar
4. Penukar Kalor
Pipa baris
Pipa baris vertikal
horizontal
Tungku
5.
Pembakaran
Ruang Segiempat
Ruang Silinder
Saluran Masuk
Udara Pemanas
6.
ke ruang
pengering Ducting Inlet Segi Ducting Inlet
Empat Silinder
32
Saluran Keluar
7. Gas Buang 1 cerobong asap 2 cerobong asap
Pembakaran
Mekanisme
Penggerakkan
8. Udara Masuk
Ruang
Pengering Fan Aksial Fan Sentrifugal
Mekanisme
Udara Keluar
9.
Ruang
Pengering
Fan Aksial Turbin Ventilator
Varian 1
Pada varian 2 ini sistem pengering gabah menggunakan tipe aliran cross
flow (aliran udara panas tegak lurus dengan arah aliran gabah) dengan ruang
pengering berbentuk kotak. Pemasukkan bahan dari atas dan pengeluaran dari
bawah posisi di tengah.
Tungku biomassa berbentuk kotak dengan penukar kalor berbentuk
silinder tipe pipa baris horizontal. Ducting inlet (saluran masuk) udara panas
berbentuk persegi. Saluran pembuangan gas bakar dengan satu cerobong asap.
Mekanisme udara masuk dan keluar ruang pengering menggunakan kipas aksial.
Manual handling ruang pengering dan tungku biomassa menggunakan roda.
Prinsip kerja varian 2 ini yaitu bila menggunakan energi biomassa dengan
cara biomassa dibakar dan menghasilkan panas, kemudian udara panas dari
penukar kalor di hembuskan ke ruang pengering melalui dalam pipa pipa baris
horizontal dengan menggunakan kipas aksial. Aliran udara panas melewati
saluran masuk persegi ke ruang pengering. Arah aliran udara tegak lurus dengan
arah masuk gabah (cross flow), udara panas keluar melalui sisi samping atas ruang
pengering. Proses pengeringan terjadi dengan terus menerus dimana gabah
bergerak secara resirkulasi.
Sedangkan bila menggunakan energi matahari dengan cara panas dari
energi matahari masuk menembus ruang pengering karena dinding ruang
pengering yang tembus cahaya. Proses pengeringan terjadi karena suhu di dalam
ruang pengering meningkat dan gabah tetap bergerak secara resirkulasi agar
proses pengeringan merata. Jika panas dari matahari kurang maka dapat dibantu
dengan pembakaran biomassa.
Kekurangan dari varian 2 ini ialah aliran udara panas pada penukar kalor
yang lebih sedikit karena melalui dalam pipa baris horizontal. Arah aliran udara
panas yang tegak lurus akan menembus tumpukan padi yang tebal dan
menyebabkan pengeringan tidak merata sampai sisi samping satunya.
Varian 3
Pada varian 3 ini sistem pengering gabah menggunakan tipe aliran cross
counter flow (aliran udara panas kombinasi yaitu tegak lurus dan berlawanan arah
37
dengan arah aliran gabah) dengan ruang pengering berbentuk kotak. Pemasukkan
bahan dari atas dan pengeluaran dari bawah posisi di tengah.
Varian 4
BAB IV
PERHITUNGAN
42
43
4.2.1 Kadar Air Mula Mula Gabah Sebelum Pengeringan dengan Basis
Kering (db)
( )
4.2.2 Kadar Air Akhir Gabah Setelah Pengeringan dengan Basis Kering
(db)
( )
Dari Tabel 4.2 didapat massa jenis gabah adalah 753kg/m3. Maka, dari
persamaan massa jenis gabah didapat volume gabah setelah pengeringan
adalah :
Adapun hal yang pertama harus dilakukan adalah menghitung dimensi dari
ruang pengering itu sendiri. Perhitungan ruang pengering ini menggunakan
prinsip Reverse Engineering.
46
30o
tgrk
Data Teknis :
- ( )
- ( )
- m
-
- (direncanakan)
47
-
-
48
- Karena tinggi gabah pada ruang kotak adalah 0,568m maka ruangan
kotak direncanakan setinggi 0,8m.
- ( )
- ( )
-
-
49
-
-
- ( )
( )
A. Jenis Material
Mesin pengering konveyor (pneumatik) tipe hybrid ini
menggunakan 2 sumber energi pemanas yaitu biomassa dan matahari.
Oleh karena itu material untuk dinding adalah material yang
transparan, diantaranya :
1. Polikarbonat
2. Akrilik
3. Kaca
Selanjutnya dari berbagai jenis material diatas, akan dilakukan
oemilihan material yang sesuai dengan cara menyeleksi berdasarkan
kebutuhan.
B. Evaluasi Kriteria Pemilihan Material Dinding Ruang Pengering
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan
material dinding ruang pengering, agar material dinding ruang
pengering dapat mendukung kierja mesin pengering baik dari segi
performa maupun biaya.
1. Kuat dan tahan lama : Material dinding harus kuat dan tidak
mudah pecah serta ringan.
2. Produksi : Material dinding dapat diproduksi dengan metode
yang mudah.
3. Assembly : Material dinding dapat diassembly dengan mudah.
52
D. Material Terpilih
Dari Tabel 4.3 terpilih material akrilik sebagai material dinding ruang
pengering. Material akrilik terpilih karena memenuhi kriteria yaitu :
1. Kuat dan tahan lama : Material akrilik cukup kuat dan tidak
mudah pecah serta ringan.
2. Produksi : Material akrilik dapat diproduksi dengan metode
yang mudah.
3. Assembly : Material akrilik dapat diassembly dengan mudah.
4. Biaya : Biaya material rendah, maka diharapkan dapat
menekan biaya dalam pembuatannya.
54
Keterangan :
Hasil yang diperoleh dari simulasi yaitu hopper mendapatkan dicplacement aktual
maksimum ialah sebesar 0,239 mm. Dicplacement maksimum ini sangat kecil dan
dapat dikatakan aman.
56
Th,o
Tc,i Tc,o
Th,i
( )
58
2) diperoleh sebesar .
( )
59
G. Efektivitas
H. Dari hukum termodinamika pertama bahwa besarnya perpindahan
kalor dari fluida panas sama dengan besarnya perpindahan kalor ke
fluida dingin sehingga persamaannya:
( ) ( )
( )
( )
[ ]
B. Bilangan Reynold
60
Aliran yang terjadi adalah laminer (Re < 2300), maka bilangan
Nusselt untuk aliran pipa berkembang penuh pada pipaa dengan
permukaan halus serta mengasumsikan temperatur permukaan dalam
pipa dijaga konstan adalah 3,66.
Data teknis :
-
- =0,19m
- (direncanakan)
-
-
-
Bilangan nuselt yand terjadi pada aliran susunan pipa sebaris dengan
menggunakan persamaan:
( )
63
( ) ( ) ( )
Data :
- Rfi = 0,002 m2.K/W (Lampiran 5)
- Rfo = 0,0002 m2.K/W (Lampiran 5)
- Ai = x Di x L x N = x 0,0239 x L x 64 = 4,8029 m2 L
- Ao = x Do x L x N = x 0,0254 x L x 64 = 5,104 m2 L
- Pipa stainless k = 15,1 W/mK
- hi = 5,198 W/m2K
- ho= 884,194 W/m2K
( )
64
( )
[( ) ( ) ( )
( ) ( )]
( )
4.4.5 Menentukan Panjang Pipa
-
65
( )
( )
( )
( )
Dimana v ( )
( )
( )
Lalu bilangan Schwood (Sh) dapat dicari dengan persamaan
berikut:
Akhirnya diperoleh:
( )
Diketahui :
- Pv,s@40oc = 7,384 kPa
- Pv,s@60oc = 19,94 kPa
- RH ( ) = 33%
RH ( ) =
Menurut prinsip gas ideal, besarnya massa jenis uap air jenuh ( )
dan massa jenis uap air di udara yang masuk ke ruang pengering ( )
adalah:
( )
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan pada perencanaan mesin pengering konveyor
pneumatik tipe hybrid , maka didapatkan spesifikasi sebagai berikut :
1. Spesifikasi Ruang Pengering :
Desain ruang pengering adalah continuous flow system dengan
penggerak konveyor pneumatik berupa blower.
Dimensi umum = panjang x lebar x tinggi = 1000 mm x 1000 mm
x 2300 mm
Hopper memiliki sudut 30o dengan bahan plat besi st 37 tebal
2mm.
Dinding terbuat dari bahaan akrilik dengan transmisivitas sebesar
83%. Berdimensi tinggi 800 mm dan lebar 1000 mm
Rangka terbuat dari besi siku bahan st 37 dengan ukuran 40 mm x
40 mm x 4 mm
Kapasitas blower 370 Watt
69
70
memadai. Maka dari itu penulis berharap alat yang telah di rancang tersebut dapat
lebih di kembangkan lagi seperti dalam hal :
1. Sudut hopper yang lebih curam dan lubang keluar yang lebih besar.
2. Pemindahan bahan menggunakan konveyor lain seperti screw conveyor
3. Penyempurnaan tungku biomassa dengan variasi variasi jenis bahan bakar .
4. Sistem pemanas dan sirkulasi harus dikaji ulang agar lebih efektif.
5. Kualitas beras hasil pengeringan sebaiknya di teliti lebih lanjut.
6. Udara Blower sebaiknya di ambil dari udara panas keluar dari tungku
Biomassa.
71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
73
Sumber : http://www.bmkg.go.id
74
Sumber: http://www.cke.co.id/product/detail/exhaust-fan-standard
77
No Nama Harga
7 Akrilik Rp.900.000,-
10 Blower Rp.1.400.000,-
12 Asbes Rp.450.000,-
16 Manufaktur Rp.2.000.000,-
TOTAL Rp.10.145.000,-
79
Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam pengoperasian mesin pengering tipe
hybrid dengan pemindah bahan konveyor pneumatic:
Lampiran 8: Kelebihan
1. Pengeringan Merata
2. Menggunakan dua sumber energy (Hybrid)
3. Muda dioperasikan 1 orang
4. Dapat digunakan dalam cuaca apapun
5. Perawatannya mudah
6. Sukucadang mudah didapatkan
7. System knockdown/ bongkar pasang
8. Biomassa dapat digunakan jenis apapun termasuk sekam padi
9. Biaya operasi murah
81