Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN AKHIR

GENETIKA
PERKEMBANGBIAKAN DROSOPHILA

Disusun oleh :
Nama : Rizki Ramadhan
NPM : 200110080039

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2009
I. PENDAHULUAN

Penyilangan eksperimental adalah metoda yang paling banyak dipakai


untuk menemukan prinsip-prinsip dalam kebakaan yang sekarang kita pahami.
Caranya adalah dengan menyilangkan atau mengawinkan individu-individu yang
berbeda ataua yang lain dalam sifat-sifat menurun tertentu.
Telah diputuskan memeilih drosophila sebagai materi praktikum genetik,
dengan pertimbangan :
1. Memiliki generasi interval yang sangat pendek ( 10 Hari ) dibanding
binatang percobaan lain.
2. memiliki jumlah keturunanyang cukup besar ( 50 70 telur ) dihasilkan
oleh seekor drosophila betina dewasa.
3. memiliki banyak variasi sifat yang dapat diwariskan
4. memiliki kepraktisan dan ekonmis dalam pemeliharaan

Persiapan Saat Penyediaan Media:


Dalam pemeliharaan drosophilla perlu dilaksanakan dengan tidak
mengabaikan beberapa ketentuan antara lain: bahwa botol medai harus sudah
dijahkan dari infeksi karena jamur atau dari semi parasit (tugau). Media yang
telah lama digunakan dan sangat memuaskan adalah yang telah diramu menury
B.spassky dari Universitas Colubia. Bahan yang telah diperlukan dalam penyedia
pakan drosophila adalah carbohydrat dengan sedit ragi.drosophila yang dewasa
dan larva akan mengkonsumsi keduanya baik ragi, protein dan pakan media oleh
karena itu untuk memberikan kesempata pertumbuhan yang baik bagi larva,
diperlukan permukaan yang luas bgi tumbuhnya ragi.

II. TUJUAN PENGAMATAN:


Mengetahui cara penyiapan media biakan drosophila.
Mengetahui siklus hidup drosophila dan lama generasi interval.
III. PROSEDUR PENGERJAAN:
1) Botol media tolah dilengkapi dengan label penangkapan drosophila
liar, meliputi:tempat, dan banyaknyadrosophila yang ditanamkan
2) Membawa botol biakan ketempat tinggal saudara.
3) Menangkap drosophila di tempat tinggal saudara, dengan memancing
dengan pisang dan ditungkup dengan kantong plastik.
4) Menanamkan dalam media biakan, mengisi label sesuai dengan
pengerjaannya.
5) Meletakan botol biakan yang telah diisi drosophila di laboratorium
pemuliaan, pada tanggal 6 Nopembrr 2009.
6) Memuli mengadakan pengamatan, memantau tiap hari apa saja yang
terjadi.
7) Pada saat pengamatan harus dituliskan tanggal

IV. TINJAUAN PUSTAKA


Drosophila Melanogaster adalah jenis lalat buah, dimasukan dalam
filum Artropoda, kelas Insekta, bangsa Diptera, anak bangsa Cyclophorpha
(pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3,mempunyai jawhooks),
seri Acaliptrata (imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa), suku
Drosophilidae, jenis Drosophila melanogaster. Di Indonesia terdapat sekitar 600
jenis, pulau Jawa sekitar 120 jenis dari suku drosophilidae (Wheeler,1981).
Drosophila melanogaster yang sering ditemukan di Indonesia dan Asia
adalah Drosophila melanogaster ananasae, kikawai, malerkotliana, repleta,
hypocausta, imigran,dll. Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi
modular, suatu seri segmen yang teratur. Segmen ini menyusun tiga buah tubuh
utama, yaitu: kepala, thoraks, dan abdomen. Seperti hewan simetris bilateral
lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan
poros dorsoventral (punggung-perut).
Umumnya, Drosophila melanogaster dapat hidup hampir di semua wilayah
di muka bumi. Menurut Miller (2000), habitat Drosophila melanogaster hanya
dibatasi oleh temperatur dan ketersediaan air. Drosophila melanogaster dewasa
tidak dapat bertahan di tempat dengan suhu yang sangat rendah. Suhu yang
terlalu rendah dapat mengganggu siklus hidup spesies ini. Selain itu, pada daerah
bersuhu rendah makanan sulit diperoleh.
Walaupun sering ditemukan pada buah-buahan busuk, makanan
Drosophila melanogaster, baik lalat dewasa maupun larva, bukanlah glukosa yang
terdapat pada buah-buahan tersebut. Drosophila melanogaster memakan
mikroorganisme yang tumbuh pada buah yang membusuk, terutama ragi
(Shorrocks, 1972).

Ciri-ciri umum Drosophila melanogaster dewasa (Miller, 2000) :


1. Tubuhnya terbagi menjadi tiga segmen yaitu, kepala, thorax, dan
abdomen.
2. Seperti lalat lainnya, Drosophila melanogaster memiliki satu pasang
sayap transparan yang berpangkal dari thorax bagian tengah.
3. Drosophila melanogaster memiliki tiga pasang kaki yang bersegmen.
4. Drosophila melanogaster berwarna coklat dengan panjang 3 mm dan
lebar 2 mm.
5. Drosophila melanogaster memiliki sepasang mata majemuk
berwarna merah dengan tiga buah mata tunggal berada di antara
sepasang mata majemuk.
6. Pada bagian kepala terdapat sepasang antena yang masing-masing
terbagi menjadi enam segmen, segmen ke-6 berbentuk seperti
semacam sungut disebut arista.
7. Terdapat garis-garis hitam pada dorsal abdomen.
Siklus Hidup Drosophila melanogaster
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup
Dhrosophila melanogaster antara lain:
Suhu lingkungan
Lalat buah mengalami kondisi siklus hidup dan pertumbuhan yang optimal

sekitar 8-11 hari apabila berada pada suhu 25o-28oC. Waktu perkembangan yang
paling pendek (telur-dewasa), adalah 7 hari, dan dicapai pada suhu 28 C.
Perkembangan meningkat pada suhu yang lebih tinggi, yaitu sekitar 30 C, selama
11 hari, hal tersebut berkaitan dengan pemanasan tekanan. Pada suhu 25 C
tersebut, lama harinya umumnya adalah sekitar 8.5 hari, sedangkan pada suhu 18
C lama harinya sekitar 19 hari dan pada suhu 12 C lama hari perkembangannya

adalah 50 hari. Pada suhu 30o ,lalat buah dewasa yang dihasilkan akan steril.

Nutrisi makanan
Kekurangan nutrisi atau makanan akan menyebabkan jumlah telur yang
dihasilkan menurun dan pertumbuhannya menjadi lambat. Lalat buah yang
kekurangan nutrisi juga akan menghasilkan larva-larva yang kecil, pupa yang
kecil dan seringkali gagal tumbuh menjadi lalat dewasa atau menghasilkan
individu dewasa yang akan menghasilkan sedikit telur. Viabilitas telur-telur ini
juga dipengaruhi juga oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva
betina.

Tingkat Kepadatan
Pengisian botol medium sebaiknya dengan menggunakan medium buah yang
cukup dan tidak terlalu banyak. Jumlah lalat buah dalam botol medium juga
mempengaruhi kualitas pertumbuhan lalat buah, yang dikembangkan dalam botol
media cukup hanya beberapa pasang saja. Dengan kondisi yang ideal, lalat buah
dapat hidup hingga 40 hari. Kondisi botol yang terlalu padat akan menurunkan
jumlah telur yang dihasilkan dan menurunkan lama hidup suatu individu (tingkat
kematian meningkat).
Intensitas cahaya
Dhrosophila melanogaster menyukai daerah yang remang-remang. Intensitas
cahaya yang tinggi akan menyebabkan fase bertelur yang terlambat. Intensitas
cahaya yang gelap (rendah) akan menyebabkan pertumbuhannya menjadi lambat.

IV. HASL DAN PEMBAHASAN


HASIL PENGAMATAN YANG DI HARAPKAN.

Krnologi Pertumbuhan Drosophila.


No Tanggal Lama PHASE PERTUMBUHAN
Pengamatan pertunbuhan
(dalam hari)
1. 7-11-09 1 Bertelur
2. 8-11-09 1/2 Embryo
3. 10-11-09 1 Menetes dari telur(First Instar)
4. 11-11-09 1 Ulat bentik awal (Second Instar)
5. 11-11-09 2 Ulat bentuk akhir (Third Instar)
6. 12-11-09 3 Formasi Kepompong
7. 13-11-09 2 Kepompong awal (Fourth Instar)
8. 13-11-09 2 Kepompong : pembentukan kepala, sayap
dan kaki-kaki
9. 14-11-09 2 Pigmentasi dari mata kepompong
10. 15-11-09 2 Sesaat keluar dari kepompong dengan
sayap yang lengkap
12. 17-11-09 3 Pertumbuhan sayap berhenti menuju
dewasa
KESIMPULAN

Sekelompok sel saraf yang berhubungan dengan perilaku seksual ternyata


menentukan apakah seekor lalat buah jantan akan berhasil atau gagal
mengencani pasangannya.

Para ilmuwan yang meneliti sel-sel "pengontrol percintaan" pada lalat buah
jantan, yakin apa yang mereka temukan ini bisa memberi petunjuk mengenai
perilaku seks pada spesies lain termasuk manusia.

"Lalat buah adalah model organisme yang fungsi-fungsi dasar sel-nya serupa
dengan yang ada pada manusia," kata Bruce Baker, dari Universitas Stanford,
California. "Maka tidak mengherankan bila perilaku seks manusia juga didasarkan
pada sirkuit di sistem saraf yang menghubungkan antara ketertarikan dan
percintaan."

Baker dan rekan-rekannya telah mengidentifikasi gen utama yang mengendalikan


perilaku seks pada lalat buah jantan. Gen itu mereka sebut "fruitless". "Kami
menemukan bahwa gen fruitless bertanggungjawab dalam pembentukan sirkuit
saraf dalam perilaku kawin lalat," katanya.

Dalam hasil riset yang dipublikasikan di journal Nature Rabu (28/7), ia


menuliskan ada 60 sel yang terlibat dalam perilaku seksual. Bila sel-sel itu tidak
bekerja dengan benar maka lalat jantan tidak mampu menjalankan tahapan-
tahapan tertentu dalam ritual kawinnya dan akhirnya tidak bisa membuahi betina.

Ketika para peneliti mengganggu sistem sel saraf itu, lalat jantan tidak melakukan
semua tahapan kawin seperti membelai betinanya, menggetarkan sayap-sayapnya
atau mengeluarkan suara seperti bernyanyi. Ia cenderung langsung ingin kawin
tanpa cumbuan sehingga sang betina tidak tertarik.
Sesungguhnya pejantan-pejantan yang diuji coba sempat berusaha menyelesaikan
semua tahapan kawin, tapi kebanyakan gagal atau seperti kehilangan akal dan
tidak tahu harus berbuat apa.

Padahal seperti telah disebut di atas, lalat buah dan manusia memiliki polesan gen
yang hampir mirip sehingga Baker mempertanyakan apakah gen yang
mengendalikan perilaku seks ini juga terdapat pada manusia.

"Bila Anda melihat perilaku dasar lalat saat bercumbu, Anda akan melihat
beberapa kemiripan dengan kita," ujar Baker. "Anda menyentuh pasangan untuk
memperoleh perhatian serta menyanyikan lagu-lagu cinta untuk merayu. Dan
perilaku itu seringkali mempengaruhi pasangan sehingga mau diajak bermesraan.
Betul kan?"
DAFTAR PUSTAKA
BANDIATI, S . 2002 , Buku Ajar Genetika Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran, Bandung.
GOODENOUGH, URSULA. 1988. Genetika Edisi Ketiga, Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai