Anda di halaman 1dari 10

I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar


Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip
Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

1.1 Latar Belakang Percobaan


Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang
penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu
lemak dan minyak juga merupakan sumber energy yang lebih
efektif disbanding dengan karbohidrat dan protein. Minyak dan
lemak juga berfungsi sebagai sumber dari pelarut vitamin A,
D, E dan K. Lemak hewani mengandung banyak sterol yang
disebut kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung
fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak
jenuh sehingga umumnya berbentuk cair. Lemak hewani ada
yang berbentuk padat (lemak) yang biasanya berasal dari
lemak hewan. Lemak nabati yang berbentuk cair dapat
dibedakan atas tiga golongan yaitu drying oil yang akan
membentuk lapisan keras bila mongering di udara, semi
drying oil, misalnya minyak jagung dan minyak biji kapas, dan
non drying oil, misalnya minyak kelapa dan minyak kacang
tanah. Lemak nabati yang berbentuk padat adalah minyak
cokelat dan bagian stearin dari minyak kelapa sawit
(Winarno, 1992).
Dengan prses hidrolisis, lemak akan terurai menjadi
asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan
menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Proses
hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol dan
garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu, proses
hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses
penyabunan atau saponifikasi (Poedjiadi, 1994).

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan uji saponifikasi yaitu untuk mengetahui
banyaknya busa yang dihasilkan dengan menggunakan KOH
dan NaOH.
1.3 Prinsip Percobaan
Berdasarkan lemak yang terhidrolisis oleh basa
menghasilkan sabun dan gliserol.

1.4 Reaksi Percobaan

Gambar 1. Reaksi Percobaan Uji Saponifikasi


II METODE PERCOBAAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan yang


Digunakan, (2) Pereaksi yang Digunakan, (3) Alat yang
Digunakan, dan (4) Metode Percobaan.

2.1 Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan dalam percobaan uji
saponifikasi adalah sampel A (Minyak goreng) dan sampel B
(Alpukat).

2.2 Pereaksi yang Digunakan


Pereaksi yang digunakan dalam percobaan uji
saponifikasi adalah larutan KOH-alkoholis 10% (20 gram KOH
dilarutkan dalam 200 mL alcohol) dan larutan NaOH-alkoholis
10% (20 gram NaOH dilarutkan dalam 200 mL alkohol).

2.3 Alat yang Digunakan


Alat-alat yang digunakan pada uji saponifikasi adalah
tabung reaksi, gelas kimia, dan water bath.

2.4 Metode Percobaan

1 mL larutan sampel +
2 mL alkoholis

Homgenkan dan dipanaskan selama 10


menit

Tambahkan 2 mL aquadest
Kocok hingga berbusa

Amati buih yang terjadi

Gambar 2. Metode Percobaan Uji Saponifikasi


III HASIL PENGAMATAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Hasil


Pengamatan, dan (2) Pembahasan.

3.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Saponifikasi
Sampel Pereaksi Hasil 1 Hasil 2
Mayonase KOH - Alkoholis ++ ++
(A) NaOH - Alkoholis + +
Minyak goreng KOH - Alkoholis ++ ++
(B) NaOH - Alkoholis + +
Sumber :
Hasil 1 : Maya Dewi Resmi N dan Yeni Rosalina, J,
Meja 06, 2014
Hasil 2 : Laboratorium Biokimia Pangan, 2014
Keterangan :
(+) Sedikit busa
(++) Banyak busa

Gambar 3. Hasil Pengamatan Uji Saponifikasi


3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, sampel A yaitu
minyak goreng dan sampel B yaitu Alpukat ketika direaksikan
dengan KOH-Alkoholis dan dipanaskan kemudian
ditambahkan air menghasilkan banyak busa. Sedangkan
ketika direaksikan dengan NaOH-Alkoholis dan dipanaskan
kemudian ditambahkan air hanya menghasilkan sedikit busa.
Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik
yang meliputi sejumlah senyawa yang terdapat di alam yang
semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik tetapi
sukar larut atau tidak larut dalam air. Pelarut organik yang
dimaksud adalah pelarut organik non polar,misalnya benzena,
pentana,dietil eter, dan karbon tetraklorida. Dengan pelarut-
pelarut tersebut lipid dapat diekstraksi dari sel dan jaringan
tumbuhan maupun hewan (Wahjudi, 2005).
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah
trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida.
Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu
molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Di alam,
bentuk gliserida lain yaitu digliserida dan monogliserida hanya
terdapat sedikit pada tanaman (Sudarmadji, 2003).
Lemak dan minyak dapat dibentuk secara alami.
Misalnya lemak dalam tanaman,lemak disintesis dari satu
gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari
kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi. Proses
pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul
asam lemak, kemudian kondensasi asam lemak dengan
gliserol membentuk lemak (Winarno,2002).
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada
suhu ruangan, sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan
berupa zat cair. Lemak mempunyai titik lebur tinggi
mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak cair atau
yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tidak
jenuh (Poedjiadi, 1994).
Lemak tersusun dari asam lemak yang sifatnya asam
lemah. Apabila larut dalam air molekul asam lemak ini akan
terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+. Asam lemak juga
dapat bereaksi dengan basa membentuk garam. Garam
natrium dan kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat
larut dalam air dan dikenal sebagai sabun. Sabun kalium
adalah sabun lunak dan digunakan sebagai sabun untuk bayi.
Asam lemak yang digunakan untuk sabun umumnya adalah
asam palmitat atau asama stearat (Poedjiadi, 1994).
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi
asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan
menggunakan asam, basa atau enzim tertentu. Proses
hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol dan
garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu prses
hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses
penyabunan. Molekul sabun terdiri atas rantai hidrokarbon
dengan gugus COO- pada ujungnya. Bagian hidrokarbon
bersifat hidrofob artinya tidak suka pada air atau tidak mudah
larut dalam air, sedangkan gugus COO- bersifat hirdofil,
artinya suka akan air, jadi dapat larut dalam air. Oleh karena
adanya dua bagian itu, molekul sabun tidak sepenuhnya larut
dalam air, tetapi membentuk misel, yaitu kumpulan rantai
hidrokarbon dengan ujung yang bersifat hidrofil di bagian luar
(Poedjiadi, 1994).
Jumlah mol basa yang digunakan dalam proses
penyabunan ini tergantung pada jumlah mol asam lemak.
Untuk lemak dengan berat tertentu, jumlah mol asam lemak
tergantung dari panjang rantai karbon pada asam lemak
tersebut. Apabila rantai karbon itu panjang, maka jumlah mol
asam lemak besar. Sebaliknya, apabila rantai karbn itu
panjang, jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah milligram KOH
yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut
bilangan penyabunan. Jadi besar atau kecilnya bilangan
penyabunan ini tergantung pada panjang atau pendeknya
rantai karbon asam lemak atau dapat dikatakan juga bahwa
besarnya bilangan penyabunan tergantung pada berat
molekul lemak tersebut. Makin kecil berat molekul lemak,
makin besar bilangan penyabunannya (Poedjiadi, 1994).
Sabun kalium (ROOCK) disebut juga sabun lunak dan
umumnya digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci
pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Sedangkan sabun
natrium (RCOONa), disebut sabun keras dan umumnya
digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan
untuk mengatur kekerasan sabun kalium (Solomons, 2004).
KOH-Alkoholis dan NaOH-Alkoholis adalah larutan
KOH dan NaOH yang dicampurkan dengan alkohol.
Pembuatan KOH-Alkoholis 0,5 N yaitu ditimbang 6 gram tablet
KOH murni, dilarutkan dengan etanol 95% sampai volume 250
ml. Larutan itu dibiarkan semalam dalam botol tertutup.
Kemudian disaring dan distandarisasi dengan HCl 0,5 N
menggunakan indikator pp. Standarisasi KOH alkoholis 0,5 N
dengan mengambil 10 ml KOH alkoholis 0,5 N yang telah
dibuat menggunakan pipet ukur, masukkan dalam erlenmeyer.
Titrasi menggunakan HCl 0,5 N menggunakan indikator pp.
Titrasi dilakukan tiga kali (triplo) (Budimarwanti, 2013).
Alkoholisis merupakan reaksi antara trigliserida
dengan gliserol (disebut dengan gliserolisis) atau dengan
metanol (disebut metanolisis). Salah satu aplikasi dari reaksi
alkoholisis adalah pembuatan Medium Chain Triglyceride
(MCT). MCT adalah pengganti lemak yang merupakan ester
asam lemak rantai menengah (C6-C12) dari gliserol. MCT
memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan dan industri
pangan sebagai penyeimbang dalam sistem metabolisme
(Anonim, 2010).
Lemak yang bereaksi dengan KOH dapat
menghasilkan lebih banyak busa disbanding denga lemak
yang direaksikan dengan NaOH. Selain KOH dapat
membentuk sabun lunak, sabun yang dihasilkan
menggunakan KOH memiliki luas permukaan yang lebih besar
dibandingkan dengan sabun yang dihasilkan menggunakan
NaOH. Luas permukaan yang besar akan memyebabkan
kntak dengan air semakin besar sehingga busa yang
dihasilkan akan semakin banyak. KOH memiliki sifat lebih
reaktif dibandingkan dengan NaOH dan dapat terlihat dari
susunan pada tabel periodik unsur. Urutan susunan pada
tabel periodik jika semakin di bawah maka sifatnya akan
semakin reaktif, karena luas permukaannya semakin besar
dan mudah bereaksi dengan senyawa lain.
Tujuan penambahan KOH atau NaOH adalah untuk
mempercepat terjadinya proses penyabunan, dimana KOH
atau NaOH merupakan basa yang dapat menghidrolisis lemak
sehingga terbentuk gliserol dan sabun, dimana pada proses
hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak gliserol.
Proses ini akan dapat berjalan basa tertentu. Proses hidrolisis
menggunakan basa menghasilkan gliserol dan garam asam
lemak atau sabun. Penambahan KOH harus diperhatikan,
karena apabila penambahan KOH sedikit maka proses
perubahan minyak menjadi sabun menjadi kurang sempurna
sehingga sabun akan banyak mengandung asam lemak
(Yoga, 2013).
Pada umumnya lipida tidak larut dalam air oleh karena
itu kecepatan hidrolisa dapat dipercepat dengan memakai
pelarut yang sesuai. Alkohol yang ada dalam KOH berfungsi
untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa supaya
mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun
(Sudarmadji, 2003).
Lemak yang ditambahkan dengan KOH-Alkoholis atau
NaOH-Alkoholis terlebih dulu akan melarut karena adanya
alkohol. Kemudian akan bereaksi dengan alkali membentuk
sabun dan gliserol. Setelah dipanaskan, kemudian
ditambahkan air. Air akan menurunkan tegangan permukaan
dari sabun sehingga menghasilkan busa. Air dapat digunakan
sebagai indikator banyaknya busa yang terbentuk dari sabun
yang dihasilkan melalui proses saponifikasi.
IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan


dan (2) Saran.

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan
bahwa sampel A yaitu minyak goreng dan sampel B yaitu
Alpukat ketika direaksikan dengan KOH-Alkoholis dan
dipanaskan kemudian ditambahkan air menghasilkan banyak
busa. Sedangkan ketika direaksikan dengan NaOH-Alkoholis
dan dipanaskan kemudian ditambahkan air hanya
menghasilkan sedikit busa.

4.2 Saran
Saat melakukan pengujian perlu diperhatikan
ketelitian dalam menambahkan pereaksi ke dalam sampel
karena sedikit kesalahan dalam penambahan pereaksi akan
merubah hasil reaksi pada sampel dan mempersulit hasil
pengamatan. Praktikan harus mengikuti prosedur percobaan
yang ada dan menjaga kebersihan dari alat dan bahan yang
dipakai agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengujian.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pembuatan Produk. Laboratorium Operasi


Teknik Kimia, ITB, Bandung.
Budimarwanti, C. 2013. Analisis Lipida Sederhana dan
Lipida Kompleks. http://staff.uny.ac.id/. Diakses : 20
Maret 2014
Poedjiadi, Anna, dkk. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press.
Jakarta.
Solomons, T.W.Graham. 2004. Organic Chemistry, 8th ed.
Singapore: John Wiley and Sons.
Sudarmadji, Slamet. 2003. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Wahjudi dkk.2005. Kimia Organik II . Malang: Universitas
Negeri Malang.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Yoga. 2013. Uji Penyabunan dan Pengendapan pada
Minyak Goreng. http://www.yogabatring-
yoga.blogspot.com/. Diakses : 20 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai