Anda di halaman 1dari 29

MULTIPLE MYELOMA Lempeng epifisis adalah daerah

pertumbuhan longitudinal pada anak-anak,


I.PENDAHULUAN yang akan menghilang pada tulang dewasa.
Multiple myeloma adalah keganasan sel 4.Epifisis
B dari sel plasma yang memproduksi protein Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat
imunoglobulin monoklonal. Hal ini ditandai penulangan sekunder.
dengan adanya proliferasi clone dari sel V.PATOFISIOLOGI
plasma yang ganas pada sumsum tulang, Tahap patogenesis pertama pada
protein monoklonal pada darah atau urin, dan perkembangan myeloma adalah munculnya
berkaitan dengan disfungsi organ. Proliferasi sejumlah sel plasma clonal yang secara klinis
berlebihan dalam sumsum tulang dikenal MGUS (monoclonal gammanopathy of
menyebabkan matriks tulang terdestruksi dan undetermined significance). Pasien dengan
produksi imunoglobulin abnormal dalam MGUS tidak memiliki gejala atau bukti dari
jumlah besar, dan melalui berbagai kerusakan organ, tetapi memiliki 1% resiko
mekanisme menimbulkan gejala dan tanda progresi menjadi myeloma atau penyakit
klinis. keganasan yang berkaitan.8
II.INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI Perkembangan sel plasma maligna ini
Multiple myeloma merupakan 1% dari mungkin merupakan suatu proses multi
semua keganasan dan 10% dari tumor langkah, diawali dengan adanya serial
hematologik. Di Amerika Serikat, insiden perubahan gen yang mengakibatkan
multiple myeloma sekitar 3 sampai 4 kasus penumpukan sel plasma maligna, adanya
dari 100.000 populasi per tahun, dan perkembangan perubahan di lingkungan mikro
diperkirakan terdapat 14.000 kasus baru tiap sumsum tulang, dan adanya kegagalan sistem
tahunnya. Insidennya ditemukan dua kali lipat imun untuk mengontrol penyakit. Dalam
pada orang Afro Amerika dan pada pria. Umur proses multilangkah ini melibatkan di
median pasien rata-rata 65 tahun, dan sekitar dalamnya aktivasi onkogen selular, hilangnya
3% pasien kurang dari 40 tahun.4 atau inaktivasi gen supresor tumor, dan
III.ETIOLOGI gangguan regulasi gen sitokin. 1
Penyebab multiple myeloma belum Keluhan dan gejala pada pasien MM
jelas. Paparan radiasi, benzena, dan pelarut berhubungan dengan ukuran massa tumor,
organik lainnya, herbisida, dan insektisida kinetik pertumbuhan sel plasma dan efek
mungkin memiliki peran. Faktor genetik juga fisikokimia imunologik dan humoral produk
mungkin berperan pada orang-orang yang yang dibuat dan disekresi oleh sel plasma ini,
rentan untuk terjadinya perubahan yang seperti antara lain paraprotein dan faktor
menghasilkan proliferasi sel plasma yang pengaktivasi osteoklastik (osteoclastic
memproduksi protein M. Beragam perubahan activating factor/OAF). 1
kromosom telah ditemukan pada pasien Paraprotein dalam sirkulasi dapat
myeloma seperti delesi 13q14, delesi 17q13, memberi berbagai komplikasi, seperti
dan predominan kelainan pada 11q. 1,5 hipervolemia, hiperviskositas, diatesis
IV.ANATOMI DAN FISIOLOGI hemoragik dan krioglobulinemia. Karena
Lokasi predominan multiple myeloma pengendapan rantai ringan, dalam bentuk
mencakup tulang-tulang seperti vertebra, amiloid atau sejenis, dapat terjadi terutama
costa, calvaria, pelvis, dan femur.6 gangguan fungsi ginjal dan jantung. Faktor
Awal dari pembentukan tulang terjadi di pengaktif osteoklas (OAF) seperti IL1-,
bagian tengah dari suatu tulang. Bagian ini limfotoksin dan tumor necrosis factor (TNF)
disebut pusat-pusat penulangan primer. bertanggung jawab atas osteolisis dan
Sesudah itu tampak pada satu atau kedua osteoporosis yang demikian khas untuk
ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penyakit ini. Karena kelainan tersebut pada
penulangan sekunder.7 penyakit ini dapat terjadi fraktur (mikro) yang
Bagian-bagian dari perkembangan tulang menyebabkan nyeri tulang, hiperkalsemia dan
panjang adalah sebagai berikut: hiperkalsiuria. Konsentrasi imunoglobulin
1.Diafisis normal dalam serum yang sering sangat
Diafisis merupakan bagian dari tulang menurun dan fungsi sumsum tulang yang
panjang yang dibentuk oleh pusat penulangan menurun dan neutropenia yang kadang-
primer, dan merupakan korpus dari tulang. kadang ada menyebabkan kenaikan
2.Metafisis kerentanan terhadap infeksi.1
Metafisis merupakan bagian tulang yang Gagal ginjal pada MM disebabkan oleh
melebar di dekat ujung akhir batang (diafisis). karena hiperkalsemia, adanya deposit mieloid
3.Lempeng epifisis pada glomerulus, hiperurisemia, infeksi yang
rekuren, infiltrasi sel plasma pada ginjal, dan
kerusakan tubulus ginjal oleh karena infiltrasi
rantai berat yang berlebihan. Sedangkan ditemukan adanya proteinuria Bence Jones.
anemia disebabkan oleh karena tumor Dan pada apusan darah tepi, didapatkan
menyebabkan penggantian sumsum tulang adanya formasi Rouleaux. Selain itu pada
dan inhibisi secara langsung terhadap proses pemeriksaan darah rutin, anemia normositik
hematopoeisis, perubahan megaloblastik akan normokrom ditemukan pada hampir 80%
menurunkan produksi vitamin B12 dan asam kasus. Jumlah leukosit umumnya normal,
folat.1 namun dapat juga ditemukan pancytopenia,
VI.DIAGNOSIS koagulasi yang abnormal dan peningkatan
Diagnosis multiple myeloma dapat LED. 5,6,11,13
ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan c.Gambaran radiologi
laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan 1)Foto polos x-ray
pemeriksaan patologi anatomi. Gambaran foto x-ray dari multiple
a.Gejala klinis myeloma berupa lesi litik multiple, berbatas
Myeloma dibagi menjadi asimptomatik tegas, punch out, dan bulat pada calvaria,
myeloma dan simptomatik atau myeloma aktif, vertebra, dan pelvis. Lesi terdapat dalam
bergantung pada ada atau tidaknya organ ukuran yang hampir sama. Lesi lokal ini
yang berhubungan dengan myeloma atau umumnya berawal di rongga medulla ,
disfungsi jaringan, termasuk hiperkalsemia, mengikis tulang, dan secara progresif
insufisiensi renal, anemia, dan penyakit tulang menghancurkan tulang kortikal. Sebagai
(Tabel 1). Gejala yang umum pada multiple tambahan, tulang pada pasien myeloma,
myeloma adalah lemah, nyeri pada tulang dengan sedikit pengecualian, mengalami
dengan atau tanpa fraktur ataupun infeksi. demineralisasi difus. Pada beberapa pasien,
Anemia terjadi pada sekitar 73% pasien yang ditemukan gambaran osteopenia difus pada
terdiagnosis. Lesi tulang berkembang pada pemeriksaan radiologi.
kebanyakan 80% pasien. Pada suatu 2)CT-Scan
penelitian, dilaporkan 58% pasien dengan CT Scan menggambarkan keterlibatan
nyeri tulang. Kerusakan ginjal terjadi pada 20 tulang pada myeloma serta menilai resiko
sampai 40% pasien.2,4 fraktur pada tulang yang kerusakannya sudah
Fraktur patologis sering ditemukan pada berat. Diffuse osteopenia dapat memberi
multiple myeloma seperti fraktur kompresi kesan adanya keterlibatan myelomatous
vertebra dan juga fraktur tulang panjang sebelum lesi litik sendiri terlihat. Pada
(contoh: femur proksimal). Gejala-gejala yang pemeriksaan ini juga dapat ditemukan
dapat dipertimbangkan kompresi vertebra gambaran sumsum tulang yang tergantikan
berupa nyeri punggung, kelemahan, mati rasa, oleh sel tumor, osseous lisis, destruksi
atau disestesia pada ekstremitas. Imunitas trabekular dan korteks. Namun, pada
humoral yang abnormal dan leukopenia dapat umumnya tidak dilakukan pemeriksaan kecuali
berdampak pada infeksi yang melibatkan jika adanya lesi fokal. 6,9,17,18
infeksi seperti gram-positive organisme (eg, 3)MRI
Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus MRI potensial digunakan pada multiple
aureus) dan Haemophilus influenzae.9 myeloma karena modalitas ini baik untuk
Kadang ditemukan pasien datang resolusi jaringan lunak. Secara khusus,
dengan keluhan perdarahan yang diakibatkan gambaran MRI pada deposit myeloma berupa
oleh trombositopenia. Gejala-gejala suatu intensitas bulat , sinyal rendah yang
hiperkalsemia berupa somnolen, nyeri tulang, fokus di gambaran T1, yang menjadi intensitas
konstipasi, nausea, dan rasa haus.10 sinyal tinggi pada sekuensi T2. 6,15,17
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan :1,11 Namun, hampir setiap tumor muskuloskeletal
Pucat yang disebabkan oleh anemia memiliki intensitas dan pola menyerupai
Ekimosis atau purpura sebagai tanda dari myeloma. MRI meskipun sensitif terhadap
thrombositopeni adanya penyakit namun tidak spesifik.
Gambaran neurologis seperti perubahan Pemeriksaan tambahan untuk diagnosis
tingkat sensori , lemah, atau carpal tunnel multiple myeloma seperti pengukuran nilai
syndrome. gamma globulin dan aspirasi langsung
Amiloidosis dapat ditemukan pada pasien sumsum tulang untuk menilai plasmasitosis.
multiple myeloma seperti makroglossia dan Pada pasien dengan lesi ekstraosseus, MRI
carpal tunnel syndrome. dapat berguna untuk menentukan tingkat
Gangguan fungsi organ visceral seperti ginjal, keterlibatan dan untuk mengevaluasi kompresi
hati, otak, limpa akibat infiltrasi sel plasma tulang.6,17
(jarang). 4)Radiologi Nuklir
b.Laboratorium Myeloma merupakan penyakit yang
Pasien dengan multiple myeloma, menyebabkan overaktifitas pada osteoklas.
secara khas pada pemeriksaan urin rutin dapat Scan tulang radiologi nuklir mengandalkan
aktifitas osteoblastik (formasi tulang) pada e)Subklasifikasi B meliputi nilai kreatinin lebih
penyakit dan belum digunakan rutin, dari 2 g/dl
pemeriksaan ini menggunakan radiofarmaka International Staging System untuk multiple
Tc-99m senyawa kompleks fosfat yang myeloma
diinjeksikan secara intravena. Tingkat false a)Stadium I
negatif skintigrafi tulang untuk mendiagnosis 2 mikroglobulin 3,5 g/dL dan albumin
multiple myeloma tinggi. Scan dapat positif 3,5 g/dL
pada radiograf normal, membutuhkan CRP 4,0 mg/dL
pemeriksaan lain untuk konfirmasi.6,20 Plasma cell labeling index < 1%
5)Angiografi6 Tidak ditemukan delesi kromosom 13
d.Patologi Anatomi6,15 Serum Il-6 reseptor rendah
Pada pasien multiple myeloma , sel durasi yang panjang dari awal fase plateau
plasma berproliferasi di dalam sumsum tulang. b)Stadium II
Sel-sel plasma memiliki ukuran yang lebih Beta-2 microglobulin level >3.5 hingga <5.5
besar 2 3 kali dari limfosit, dengan nuklei g/dL, atau
eksentrik licin (bulat atau oval) pada kontur Beta-2 microglobulin <3.5g/dL dan albumin
dan memiliki halo perinuklear. Sitoplasma <3.5 g/dL
bersifat basofilik. c)Stadium III
Gambar 9. Aspirasi sumsum tulang Beta-2 microglobulin >5.5 g/dl
memperlihatkan sel-sel plasma multiple VII.DIAGNOSIS BANDING
myeloma. Tampak sitoplasma berwarna biru, Diagnosis multiple myeloma seringkali
nukleus eksentrik, dan zona pucat perinuclear jelas karena kebanyakan pasien memberikan
(halo).(dikutip dari kepustakaan 6) gambaran klinis khas atau kelainan hasil
Kriteria minimal untuk menegakkan laboratorium. Keadaan yang dapat menjadi
diagnosis multiple myeloma pada pasien yang diagnosis banding multiple myeloma berupa
memiliki gambaran klinis multiple myeloma metastasis tumor ke tulang.22
dan penyakit jaringan konektif, metastasis Delapan puluh persen penyebaran
kanker, limfoma, leukemia, dan infeksi kronis tumor ganas ke tulang disebabkan oleh
telah dieksklusi adalah sumsum tulang dengan keganasan primer payudara, paru, prostat,
>10% sel plasma atau plasmasitoma dengan ginjal dan kelenjar gondok. Penyebaran ini
salah satu dari kriteria berikut :1 ternyata ditemukan lebih banyak di tulang
-Protein monoclonal serum (biasanya >3g/dL) skelet daripada ekstremitas. Bone Survey atau
-Protein monoclonal urine pemeriksaan tulang-tulang secara radiografik
-Lesi litik pada tulang konvensional adalah pemeriksaan semua
Sistem derajat multiple myeloma1,3,6,11 tulang-tulang yang paling sering dikenai lesi-
Saat ini ada dua derajat multiple myeloma lesi metastatik yaitu skelet ekstremitas bagian
yang digunakan yaitu Salmon Durie system proksimal. Sangat jarang lesi megenai sebelah
yang telah digunakan sejak 1975 dan the distal siku atau lutut. Bila ada lesi pada bagian
International Staging System yang tersebut harus dipikirkan kemungkinan
dikembangkan oleh the International Myeloma multiple myeloma.22
Working Group dan diperkenalkan pada tahun Sebagian besar proses metastasis
2005. memberikan gambaran lytic yaitu bayangan
Salmon Durie staging : radiolusen pada tulang. Sedangkan gambaran
a)Stadium I "blastic" adalah apabila kita temukan lesi
Level hemoglobin lebih dari 10 g/dL dengan densitas yang lebih tinggi dari tulang
Level kalsium kurang dari 12 mg/dL sendiri. Sedangkan pada multiple myeloma
Gambaran radiograf tulang normal atau ditemukan gambaran lesi litik multiple
plasmositoma soliter berbatas tegas, punch out, dan bulat. Selain
Protein M rendah (mis. IgG < 5 g/dL, Costa < 3 gambaran radiologik, ditemukannya proteinuri
g/dL, urine < 4g/24 jam) Bence Jones pada pemeriksaan urin rutin
b)Stadium II dapat menyingkirkan adanya metastasis tumor
Gambaran yang sesuai tidak untuk stadium I ke tulang. 22
maupun stadium III VIII. PENGOBATAN
c)Stadium III Pada umumnya, pasien membutuhkan
Level hemoglobin kurang dari 8,5 g/dL penatalaksanaan karena nyeri pada tulang
Level kalsium lebih dari 12 g/dL atau gejala lain yang berhubungan dengan
Gambaran radiologi penyakit litik pada tulang penyakitnya. Regimen awal yang paling sering
Nilai protein M tinggi (mis. IgG >7 g/dL, Costa digunakan adalah kombinasi antara
> 5 g/dL, urine > 12 g/24 jam) thalidomide dan dexamethasone. Kombinasi
d)Subklasifikasi A meliputi nilai kreatinin lain berupa agen nonkemoterapeutik
kurang dari 2 g/dL bartezomib dan lenalidomide sedang diteliti.
Bartezomib yang tersedia hanya dalam bentuk LEUKEMIA
intravena merupakan inhibitor proteosom dan I.DEFINISI
memiliki aktivitas yang bermakna pada Leukemia adalah suatu penyakit
myeloma. Lenalidomide , dengan pemberian keganasan sel darah putih yang berasal dari
oral merupakan turunan dari thalidomide.2,5 sumsum tulang, disebabkan oleh beberapa
Pada pasien usia tua > 65 tahun, kombinasi faktor resiko selama kehamilan dan pasca
obat oral berupa mephalan dan prednison (MP) natal seperti kecacatan genetik, radiasi, infeksi
merupakan standar pengobatan di Eropa. dan paparan lainnya, ditandai oleh adanya
Terdapat dua pilihan obat kombinasi yang akumulasi proliferasi leukosit dan sel abnormal
direkomendasikan, yaitu dalam sumsum tulang dan darah, dapat
melphalan/prednison/thalidomide (MPT) dan menimbulkan komplikasi berupa sepsis,
bortezomib/melphalan/prednison (VMP). gangguan pembekuan darah atau akibat
Keduanya dierima oleh European Medicines kemoterapi, memiliki prognosis yang sulit
Agency (EMA). Selain itu, ada sebuah obat ditentukan.2,3
kombinasi lain yang digunakan dan diterima II.KLASIFIKASI
oleh EMA, yaitu bendamustine. Bendamustine Secara umum pembagian leukemia
dapat dijadikan pilihan untuk terapi kombinasi adalah akut, kronik dan kongenital. Leukemia
pada pasien multiple myeloma khususnya akut dan kronik pada awalnya dibedakan
yang memiliki gejala klinis neuropati. berdasarkan lama sakitnya selama pemberian
Penggunaan kombinasi lenalidomide dan kemoterapi yang efektif, namun saat ini akut
dexamethasone dosis rendah banyak dan kronis dibedakan berdasarkan jenis selnya
digunakan di center USA tetapi terapi ini tidak dimana sel imatur ganas yang berproliferasi
diterima oleh negara-negara di Eropa24. mengarah pada leukemia akut dan bila
Dalam sebuah penelitian disebutkan, terdapat lebih banyak sel matur maka
untuk pasien dengan klinis yang baik dan diklasifikasikan leukemia kronik, sedangkan
berusia < 65 tahun, induksi yang diikuti terapi kongenital bila leukemia terdiagnosa selama 4
dosis tinggi transplantasi sel induk autolog minggu pertama setelah kelahiran.1,7
(Autologous Stem Cell Transplantation: ASCT) Pada anak anak leukemia akut lebih sering
merupakan salah satu standar pengobatan. terjadi dibandingkan kronik dimana hanya
Tingkat respon terhadap terapi induksi telah sekitar 2%. Oleh karena itu, FAB
meningkat secara signifikan dengan mengklasifikasikan leukemia akut berdasarkan
menggunakan kombinasi beberapa agen. morfologinya sebagai berikut1,3 :
Bortezomib-deksametason, (vincristine, 1.Leukemia Limfoblastik Akut
adriamycin dan dexamethasone dosis tinggi), L1 :sel sel limfoblas kecil dengan sitoplasma
telah menjadi pilihan terapi induksi utama sempit, anak inti tidak tampak dengan
sebelum ASCT. Penambahan agen ketiga kromatin homogen
bersama dengan bortezomib-deksametason, L2 :Limfoblas lebih besar dengan sitoplasma
misal thalidomide, doxorubicin, lenalidomide, lebih luas, kromatin lebih kasar, satu atau lebih
atau siklofosfamid,telah menunjukkan tingkat anak inti
respon yang lebih baik di uji coba tahap II. L3 :Limfoblas besar, sitoplasma basofilik dan
Kombinasi tiga obat termasuk setidaknya bervakuol, anak inti banyak, kromatin
bortezomib dan deksametason saat ini berbercak.
merupakan standar perawatan sebelum ASCT. 2.Leukemia Myeloid Akut
Tiga sampai empat tahapan dianjurkan M0 :Diferensiasi minimal dari myeloid
sebelum melanjutkan proses stem cell M1 :Myeloblas berdiferensiasi buruk tanpa
tersebut24. maturasi, dapat ditemukan Auer rods
Melfalan (200 mg / m2 iv) adalah M2 :Diferensiasi myeloblas dengan maturasi,
rejimen preparatif standar sebelum ASCT. lebih banyak ditemukan Auer rods
Progenitor sel darah perifer adalah sumber M3 :Sel promyelositik dengan hipergranuler
yang disukai dari pengambilan sel induk, dan penuh dengan Auer rods
bukan sumsum tulang24. M4 :Myelomonoblastik
Tandem ASCT telah dievaluasi sebelum agen M5 :Monoblastik
baru lainnya bermunculan. Manfaat tandem M6 :Eritroleukemik atau eritroblastik
ASCT diamati pada pasien yang tidak M7 :Megakaryoblastik
mencapai respon parsial sangat baik setelah Berdasarkan antibody monoclonal yang
ASCT pertama24. dapat mengenali antigen pada limfoid,
Untuk terapi maintenance baik untuk pasien- dihasilkan klasifikasi imunofenotip dari LLA
pasien usia muda maupun usia tua, kombinasi yaitu sel T, sel B, transisional pre-B, sel pre-B
obat-obatan sistemik diatas tidak dan sel pre-B muda. Klasifikasi ini berguna
dianjurkan24. untuk menentukan leukemia sesuai tahap
maturasi normal.1,3
Leukemia kronik sangat jarang terjadi (clonal), kelainan proliferasi, kelainan
pada anak anak, meskipun begitu leukemia sitogenetik dan morfologi, kegagalan
kronik dibagi menjadi Leukemia Limfositik diferensiasi petanda sel dan perbedaan
Kronik, yang insidensinya pada orang dewasa biokimiawi terhadap sel normal. Leukemia akut
berusia 60 80 tahun, dan Leukemia Myeloid dimulai dari sel tunggal yang berproliferasi
Kronik dimana berkisar 1 2% dari leukemia secara klonal sampai mencapai jumlah sel
pada anak anak. yang dapat terdeteksi. Meskipun etiologinya
Klasifikasi Leukemia Myeloid Kronik5 : belum diketahui, namun pada penelitian
1.Leukemia mieloid kronik, Philadelphia positif ditemukan bahwa penyebab (agent) nya dapat
2.Leukemia mieloid kronik, Philadelphia melakukan modifikasi nukelus DNA dan
negative kemampuan ini meningkat bila terdapat
3.Leukemia mieloid kronik juvenilis kelainan genetic tertentu seperti translokasi,
4.Leukemia neutrofilik kronis amplifikasi dan mutasi onkogen seluler
5.Leukemia eosinofilik sehingga terbentuklah gugus (clone) yang
6.Leukemia mielomonositik kronik abnormal.3
III. ETIOLOGI Transformasi sel pada LMA dapat terjadi
Pada umumnya penyebab leukemia pada berbagai jalur perkembangan sel induk
tidak dapat diketahui secara pasti, namun sehingga ekspresinya berupa perkembangan
terdapat beberapa faktor predisposisi yang gugus sel tertentu dengan akibat dapat terjadi
diduga berkaitan dengan leukemia pada anak berbagai jenis sel leukemia. Misalnya
termasuk genetik, lingkungan dan keadaan transformasi leukemia terjadi pada sel induk
imunodefisiensi. Anak anak dengan cacat pluripotent yang akan mengenai eritrosit dan
genetik seperti sindrom Down dan keadaan trombosit, atau pada sel induk yang dijuruskan
ketidakstabilan kromosom lebih beresiko untuk granulositopoisis atau monositopoisis.3
menderita leukemia. Paparan radiasi X-ray Abnormalitas kromosom yang berkaitan
pada janin maupun anak menunjukkan dengan jumlah kromosom, translokasi atau
peningkatan insidensi LLA meskipun kasusnya delesi, yang menunjukkan prognosis dari
sangat sedikit. Pada beberapa negara pasien, dapat dijumpai pada hampir semua
berkembang terdapat hubungan antara anak penderita LLA. Dari semua kasus LLA, 85%
yang terkena leukemia dengan infeksi virus berasal dari progenitor sel B, 15% berasal dari
Epstein-Barr dimana terjadi mutasi dari sel progenitor sel T, sedangkan sekitar 1% berasal
progenitor limfoid. Resiko memiliki keturunan dari sel B.1
leukemia pada ibu hamil ditentukan dari pola VI.MANIFESTASI KLINIS
hidupnya selama hamil seperti mengkonsumsi 1.Leukemia Limfoblastik Akut
alkohol, obat terlarang maupun paparan Secara klinis presentasi dar LLA sangat
kimiawi lainnya.1,2,3,6 bervariasi, tidak spesifik dan singkat bahkan
IV. EPIDEMIOLOGI terkadang ada yang bersifat asimtomatik dan
Insidensi puncak leukemia pada anak terdeteksi ketika melakukan pemeriksaan
adalah ketika berusia 2 6 tahun, terutama rutin. Kebanyakan pasien mendapati keluhan
sekitar usia 5 tahun dan lebih sering terjadi seperti demam selama 3 4 minggu sebelum
pada anak laki laki daripada anak terdiagnosa, bersifat intermiten. Selain itu juga
perempuan. Umumnya leukemia pada anak disertai keluhan karena kegagalan sumsum
anak dengan keadaan kromosom yang tulang seperti :
abnormal. Pada anak kembar, bila salah satu a.Anemia : pucat, letargi, dyspnea
anak menderita leukemia maka resiko dari b.Neutropenia : malaise, ISPA dan infeksi
kembarannya jauh lebih besar daripada anak lainnya
pada umumnya yaitu lebih dari 70% bila anak c.Trombositopenia : memar spontan, purpura,
yang pertama terdiagnosa kurang dari 1 tahun gusi berdarah dan menoragia.
dan merupakan kembar monokorionik. LLA Keluhan lain berupa manifestasi dari
adalah bentuk leukemia yang paling lazim infiltrasi leukosit ke organ berupa nyeri pada
dijumpai pada anak yaitu sekitar 85% dari tulang yang hebat, arthralgia, limfadenopati,
seluruh leukemia pada anak, prevalensi nyeri abdomen dan sindrom meningeal (sakit
menurun ketika berusia lebih dari 10 tahun. kepala, mual, muntah, penglihatan kabur dan
Sedangkan AML hanya 17%, maka dapat diplopia).1,2,5
disimpulkan pada anak lebih sering terjadi Pada umumnya pemeriksaan fisik
leukemia akut yaitu 97% dari seluruh leukemia dijumpai adanya memar, petekie,
pada anak dimana leukemia kronik hanya limfadenopati dan hepatosplenomegali. Pada
3%.1,3,5,6 inspeksi pasien akan tampak pucat dan lesu,
V.PATOGENESIS perdarahan kulit dapat pula berupa purpura
Kelainan yang menjadi ciri khas sel ataupun ekimosis, perdarahan pada mukosa.
leukemia adalah asal mula gugus selnya Keluhan nyeri tulang dan sendi dapat
ditemukan adanya pembengkakan sendi dan trombositopenia dan neutropenia, namun pada
efusi terutama pada ekstremitas bawah. LMK trombosit cenderung meningkat meskipun
Keterlibatan leukemia terhadap susunan saraf bisa normal atau menurun. Jumlah leukosit
pusat jarang terjadi, meskipun ada dapat adalah hasil yang paling bermakna pada
berupa papil edema, perdarahan retina, leukemia dimana terjadi peningkatan massif
kelumpuhan saraf kranial, paraplegia dan hingga lebih dari 200.000/mm3 pada keadaan
paraparese. Tanda lainnya akibat infiltrasi tertentu seperti LMA yang telah mengalami
leukosit ke organ lain berupa pembesaran DIC dan leukostasis. Biasanya jumlah leukosit
kelenjar saliva, pembesaran testis, pada ginjal berkisar antara 10.000 50.000/mm3 pada
menyebabkan renal insufisiensi yang ditandai LLA dan CML, pada AML tanpa DIC biasanya
dengan nefromegali. Gangguan pernafasan dapat sampai diatas 100.000/mm3. Untuk
dapat disebabkan karena anemia ataupun mengetahui keadaan DIC pada kasus AML juga
terdapat massa di mediastinum anterior perlu dilakukan tes waktu perdarahan dan
berupa pembesaran thymus, biasanya terjadi waktu pembekuan.
pada remaja dengan LLA tipe sel T.4,6,7 2.Pemeriksaan sediaan apus darah tepi
2.Leukemia Mieloid Akut Anemia normositik normokrom
Timbulnya gejala dan tanda pada LMA umumnya terjadi pada kasus leukemia dimana
adalah sama seperti pada ALL yaitu karena terjadi penurunan jumlah ertirosit yang
penumpukan sumsum tulang akan sel sel dibentuk tanpa disertai adanya kelainan
ganas yang menyebabkan kegagalan sumsum struktur atau komponennya. Hasil pemeriksaan
tulang. Maka dari itu, pasien LMA akan SADT menunjukkan ditemukannya sel blas
mempunyai gejala gejala yang ditemukan dengan jumlah yang bervariasi. Khusus pada
pada kegagalan sumsum tulang ALL juga. LMK didapatkan jumlah basophil yang
Terdapat beberapa gejala pada LMA yang tidak meningkat dan sel blas tidak banyak dijumpai,
muncul pada LLA yaitu nodul subkutan, namun ketika masuk fase krisis blas secara
hipertrofi gusi karena infiltrasi leukosit dan morfologis ditemukan mieloblas meningkat,
pada LMA dapat terjadi disseminated tetapi dapat juga terjadi transformasi
intravascular coagulation (DIC) dengan limfoblas.
perdarahan yang serius, dapat juga ditemukan 3.Pemeriksaan sumsum tulang
tumor local atau kloroma.1,4,5 Diagnosis pasti leukemia ditegakkan
3.Leukemia Mieloid Kronik melalui aspirasi sumsum tulang yang akan
Meskipun insidensi tertinggi terjadi pada memperlihatkan keadaan yang hiperseluler
orang dewasa, namun LMK dapat juga terjadi dengan sel blas leukemik lebih dari 30%. Pada
pada anak anak dan neonatus. Etiologi dan LMK yang jarang ditemukan sel blas, hasil
faktor predisposisi tidak diketahui, pasien pemeriksaan sumsum tulang akan
sering asimtomatik dengan splenomegali masif menunjukkan hiperseluler dengan maturasi
pada pemeriksaan rutin anak sehat. Tetapi mieloid yang normal.
dapat juga terjadi gejala seperti demam, 4.Pungsi lumbal
keringat malam, anoreksia, berat badan Cairan serebrospinal juga perlu diperiksa
menurun, nyeri abdomen atau nyeri tulang karena sistem saraf pusat merupakan tempat
dan hepatomegali. Ada 3 fase LMK : fase persembunyian penyakit ekstramedular.
kronis, fase akselerasi, dan krisis blas. Fase Hasilnya dapat menunjukkan bahwa tekanan
kronis dapat berlangsung selama bertahun cairan spinal meningkat dan mengandung sel
tahun, hiperproliferasi elemen myeloid matur, leukemia.
yang nantinya akan masuk ke fase akselerasi 5.Radiologis
dan fase blas, mengalami leukemia yang nyata Pemeriksaan sinar X mungkin diperlukan
dimana secara morfologis ditemukan mieloblas untuk memperlihatkan adanya lesi osteolitik
namun dapat juga terjadi transformasi dan massa di mediastinum anterior yang
limfoblas. Saat dimulai fase blas, jumlah darah disebabkan pembesaran thymus dan/atau
meningkat tajam dan tidak terkontrol dengan kelenjar getah bening mediastinum yang khas
obat lagi, biasanya pasien akan meninggal untuk LLA-T.
pada usia 3 4 tahun setelah onset.1,4,5 6.Fungsi hati dan ginjal
VII.PEMERIKSAAN PENUNJANG4,5 Uji fungsi hati dan ginjal dilakukan
Untuk membantu menegakkan diagnosa sebagai dasar sebelum memulai pengobatan.
leukemia serta menentukan sudah sejauh 7.Pemeriksaan biokimia darah
mana progresivitas atau perjalanan dari Hasilnya dapat memperlihatkan adanya
penyakitnya, diperlukan beberapa kadar asam urat dan laktat dehydrogenase
pemeriksaan seperti : serum yang meningkat, dan lebih jarang,
1.Pemeriksaan hematologis hiperkalsemia. Keadaaan hiperurisemia dapat
Pada leukemia hasil pemeriksaan mengarah kepada gagal ginjal akut.
didapatkan anemia, dapat pula terjadi 8.Analisis sitogenetik darah
Pada kira kira 90% kasus, tanda Baik pada leukemia atau anemia aplastic
sitogenik yang khas pada leukemia myeloid keduanya memiliki gambaran pansitopenia
kronik yang terlihat adalah kromosom dan komplikasinya sama sama kegagalan
Philadelphia. Kromosom ini berkaitan dengan sumsum tulang, namun pada anemia aplastic
t(9;22) klasik. Pemeriksaan sitogenetik untuk hepatosplenomegali dan limfadenopati tidak
leukemia akut bertujuan untuk menentukan ditemukan, dan tidak ada lesi osteolitik seperti
klasifikasi leukemia. pada leukemia. Biopsi atau aspirasi sumsum
VIII.DIAGNOSIS tulang akan menegakkan diagnosis.2
Anamnesis, pemeriksaan fisik dan Infeksi virus pada anak anak seringkali
pemeriksaan darah lengkap dapat dipakai membuat diagnose leukemia sulit ditegakkan
untuk menegakkan diagnosis leukemia. Untuk terutama infeksi yang berkaitan dengan
diagnosis pasti harus dilakukan aspirasi trombositopenia atau anemia hemolitik.
sumsum tulang, dan dapat dilengkapi dengan Membedakannya yaitu dengan kehadiran
pemeriksaan pemeriksaan penunjang yang limfosit atipikal dan titer virus yang meningkat.
telah disebutkan sebelumnya. Anemia dan Demam dengan onset akut dan limfadenopati
trombositopenia sering tampak pada sebagian pada mononucleosis sangat perlu dicurigai,
besar pasien. Sel leukemia sering tidak tampak begitu pula dengan pertussis dan parapertusis
pada darah perifer dalam pemeriksaan dimana terjadi peningkatan leukosit hingga
laboratorium rutin, meskipun terlihat, sel 50.000 100.000/mm3 namun bukan sel
leukemia tersebut sering dilaporkan sebagai limfosit leukemik.1,2
limfosit atipikal. Bila hasil analisis darah perifer Penyakit keganasan lain yang
mengarah kepada leukemia, maka bermetastasis menyerang sumsum tulang dan
pemeriksaan sumsum tulang harus dilakukan menyebabkan kegagalan sumsum tulang
dengan tepat untuk menetapkan diagnosis. antara lain neuroblastoma,
Pemeriksaan LCS dapat menentukan derajat rhabdomyosarkoma, retinoblastoma dan Ewing
LLA. Bila ditemukan peningkatan limfoblas sarcoma. Sel sel pada keganasan
pada LCS maka disebut leukemia meningeal. keganasan ini biasanya berkelompok dan
Ini menunjukkan derajat yang berat dan tumor primer dapat ditemukan.1,2
memerlukan terapi SSP dan sistemik. Dengan Leukemia pada anak sendiri harus
ditemukannya leukemia SSP, jumlah leukosit > dibedakan antara LLA, LMA, LMK dan
50.000/mm3, massa mediastinum serta jumlah myelodisplasia. Gangguan mieloproliferatif
sel blas total >1000/mm3 setelah 1 minggu juga menjadi diagnosis banding pada bayi
terapi, maka pasien disebut LLA dengan resiko sindrom Down dengan leukositosis dan left
tinggi.1,3 shift.2
Diagnosis LMA dapat diawali sebagai Leukositosis akibat respons terhadap infeksi
prolonged preleukemia, yaitu kekurangan dapat menjadi berlebihan hingga mencapai
produksi sel darah yang normal sehingga diatas 50.000/mm3. Jika leukosit bukan
terjadi anemia refrakter, neutropenia dan merupakan sel blas yang maligna, sindrom ini
trombositopenia. Pemeriksaan sumsum tulang disebut reaksi leukemoid, sering terdapat
tidak menunjukkan leukemia tetapi ada peningkatan myeloid imatur atau prekursor
perubahan morfologis yang jelas, biasanya limfoid di dalam darah perifer. Pada
hiperseluler, kadang hiposeluler yang akan pemeriksaan sumsum tulang secara khas
menjadi leukemia akut. Kondisi ini sering menunjukkan hyperplasia myeloid dengan
mengarah pada sindrom mielodiplastik dan maturasi normal. Penyebab lain reaksi
mempunyai klasifikasi FAB sendiri.3 leukemoid adalah penyakit granulomatosa,
IX.DIAGNOSIS BANDING hemolysis berat, vaskulitis, obat obatan dan
Gejala klinis dan pemeriksaan fisik pada adanya tumor yang metastasis ke sumsum
awal manifestasi leukemia sangat tidak tulang.4
spesifik dan tidak khas sehingga banyak X.PENATALAKSANAAN
penyakit lain yang dapat dipikirkan sebelum Terapi leukemia limfositik akut dibagi menjadi
melakukan pemeriksaan penunjang dan beberapa fase3, diantaranya ialah :
menegakkan diagnosis leukemia. 1.Fase remisi induksi
Onset akut dari petekie, ekimosis dan 2.Fase intensif
perdarahan dapat mengarah pada idiopatik 3.Terapi susunan saraf pusat
trombositopenia dengan trombosit yang 4.Rumatan
berukuran besar tanpa ada tanda tanda Pada fase induksi remisi, tujuannya ialah
anemia. Demam dan pembengkakan sendi untuk eradikasi sel leukemik dari sumsum
dapat menyerupai penyakit rheumatologi tulang untuk mencapai remisi komplit yaitu
seperti juvenile rheumatoid arthritis dan saat sel leukemia tidak lagi tampak secara
demam rematik, penyakit kolagen vaskuler, morfologis. Terapi LLA dengan 3 macam obat :
atau osteomyelitis.1,2 vinkristin setiap minggu, kortikosteroid
(dexamethasone, prednisone) dan L- Selain pengobatan kuratif, juga
asparginase. Hasilnya 98% penderita akan diperlukan pengobatan suportif seperti hidrasi,
mengalami remisi komplit. Pasien dengan alkalinisasi dan allopurinol untuk mencegah
resiko tinggi juga diberikan daunomycin setiap hiperuisemia akibat kemoterapi yang dapat
minggu.1,2 membahayakan ginjal. Kemoterapi juga sering
Fase intensif dilakukan setelah menyebabkan mielosupresi sehingga kadang
mencapai remisi komplit dimana sel blas < 5% transfuse eritrosit dan trombosit juga
pada pemeriksaan sumsum tulang, trombosit diperlukan. Antibiotik dapat diberikan bila
> 100.000/mm3, Hb > 12 g/dl tanpa transfusi, terdapat infeksi, namun profilaksis harus
leukosit >3000/mm3 dan pemeriksaan LCS diberikan untuk mencegah infeksi sekunder
normal. Tujuan pada fase ini ialah khususnya pneumonia hingga beberapa bulan
menghancurkan sisa limfoblas dengan cepat setelah pengobatan selesai.1
sebelum timbul resisten hingga pasien XI.KOMPLIKASI
mencapai kondisi sembuh. Fase induksi remisi Pada anak anak dengan leukemia yang
dan intensif dilakukan sampai 4 minggu.1,2 mendapatkan kemoterapi, sel yang lisis dalam
Terapi SSP bertujuan untuk mencegah jumlah besar akan menyebabkan
relaps karena seringnya relaps leukemia terjadi hiperurisemia, hyperkalemia dan
di saraf pusat, selain itu juga dilakukan pada hiperfosfatemia yang dapat menjadi nefropati,
pasien yang ditemukan sel leukemia pada atau gagal ginjal juga bisa karena infiltrasi
pemeriksaan lumbal pungsi. Diberikan langsung dari leukemia. Myelosupresif dan
kemoterapi injeksi metotreksat intratekal pada imunosupresif yang disebabkan baik oleh
lumbal pungsi dan kemoterapi sistemik. Injeksi penyakit maupun kemoterapinya
intratekal metotreksat sering dikombinasi menyebabkan anak anak rentan terhadap
dengan infus berulang metotreksat dosis infeksi hingga sepsis. Trombositopenia akibat
sedang (500mg/m2) atau dosis tinggi (3-5 leukemia atau terapinya akan bermanifestasi
g/mm2). Pada pasien dengan tanda klinis sebagai perdarahan pada kulit dan mukosa.
leukemia SSP perlu pengobatan dengan radiasi Gangguan koagulasi yang lebih jauh
otak dan medula spinalis.1,3 menimbulkan disseminated intravascular
Pada rumatan pasien diberikan coagulopathy. Pengobatan sistemik maupun
merkaptopurin per hari dan metotreksat per sistem saraf pusat dapat menyebabkan
minggu secara parenteral selama 2 sampai 2,5 leukoensefalopati, mikroangiopati, kejang
tahun.2 maupun gangguan intelektual pada beberapa
Transplantasi sumsum tulang menjadi anak.1
pengobatan leukemia yang paling efektif, Hiperleukositosis merupakan keadaan
terutama pada kasus leukemia relaps yang dimana jumlah leukosit darah tepi lebih dari
tidak berespons dengan pengobatan 100.000/mm3. Ini ditemukan pada 9 13%
konvensional. Beberapa pendapat mengatakan dari LLA, 5 22% dari LMA dan pada hampir
lebih efektif dilakukan transplantasi pada semua anak dengan LMK fase kronik. Tindakan
remisi pertama tetapi masih diperdebatkan. antisipasi dimulai saat jumlah leukosit
Meskipun sangat efektif perlu diwaspadai 50.000/mm3 dengan peningkatan dosis
reaksi graft-versus-host atau bahkan graft- kemoterapi yang perlahan dan pemberian
versus-leukemia.1,3 hidroksiurea pada LMA dan dexamethasone
Terapi LMA menggunakan obat cytosine pada LLA. Untuk mengatasinya diperlukan
arabinoside (ara-C) 100 200 mg/m2/hari IV tindakan yang segera (emergency oncology)
selama 7 hari dan daunorubicin 45 mg/m2/hari karena komplikasinya yang mengancam jiwa,
selama 3 hari. Pada LMA jarang diberikan antara lain3 :
terapi SSP karena jarang relaps pada saraf 1.Sindroma leukostasis
pusat. Pada LMA tipe M3 pengobatan dengan Penggumpalan sel blas pada arteri kecil
asam retinoat yang dikombinasikan dengan yang membentuk agregat/trombi terutama
antracycline dilaporkan sangat responsive pada otak dan paru paru, lebih sering pada
sehingga tidak diperlukan transplantasi LMA karena ukuran mieloblas lebih besar dari
sumsum tulang pada remisi pertama.1,3 limfoblas dan sifatnya yang lebih kaku.
Pada LMK imatinib mesylate dilaporkan Leukostasis di otak menunjukkan tanda
efektif digunakan pada 70% pasien dewasa, neurologis mulai dari pusing hingga
sedangkan pada anak digunakan hydroxyurea peningkatan tekanan intracranial. Leukostasis
yang dapat menurunkan leukosit secara di paru menimbulkan dyspnea, hipoksia dan
bertahap sementara menunggu respons gagal nafas. Pemberian leukoferesis dapat
imatinib. Mengingat bahaya dari krisis blas, menurunkan jumlah leukosit dengan cepat
transplantasi sumsum tulang adalah satu diikuti dengan hidroksiurea (50-100 mg/kgBB).
satunya pengobatan yang dapat meradikasi Oksigen adekuat dan koreksi jumlah trombosit
sel leukemia.1,2 serta faktor pembekuan juga perlu dilakukan.3
2.Sindroma lisis tumor terkait HIV sangat kompleks, sering kali terjadi
Akibat lisisnya sel leukemia setelah pada stadium lanjut penyakit, mengenai regio
kemoterapi sehingga terjadi hiperurisemia, yang jarang ditemukan, seperti sumsum
hiperfosfatemia, azotemia dan hipokalsemia tulang, kulit, meningen, dll.5,6
yang tidak bisa diekskresi ginjal menimbulkan Infeksi virus dan regulasi abnormal
manifestasi gangguan metabolic. Sindroma imunitas berkaitan dengan timbulnya limfoma
lisis tumor lebih sering terjadi pada LLA. Gagal non Hodgkin, bahkan kedua mekanisme
ginjal dapat terjadi bila asam urat serum lebih tersebut saling berinteraksi. Virus RNA, HTLV-1
dari 20 mg/dl, perlu pemberian allopurinol, berkaitan dengan leukemia sel T dewasa, virus
alkalinisasi urin dengan natrium bikarbonat imunodefisiensi humanus (HIV) yang
dan hidrasi yang cukup. Natrium bikarbonat menyebabkan AIDS, defek imunitas yang
dihentikan bila pH urin > 7,5 karena bila diakibatkan berkaitan dengan timbulnya
berlebihan justru menciptakan suasana basa keganasan limfoma sel B yang tinggi, virus
yang memudahkan pengendapan kalsium hepatitis C (HCV) berkaitan dengan timbulnya
fosfat sehingga terjadi hipokalsemia. limfoma sel B indolen. Gen dari virus DNA,
Sementara hiperfosfatemia terus terjadi virus Epstein Barr (EBV) telah ditemukan
selama lisis dari sel tumor, dapat diberikan terdapat di dalam genom sel limfoma Burkitt
insulin dan glukosa sebagai bahan pengikat Afrika. Infeksi kronis Helicobacter pylori
fosfat. Hiperkalemia > 7,5 mEq/L harus diatasi berkaitan jelas dengan timbulnya limfoma
segera dengan kayesalate (1 g/kg dicampur lambung, terapi eliminasi H. Pylori dapat
50% sorbitol, per oral). Ini dapat terjadi dari menghasilkan remisi pada 1/3 lebih kasus
lisis sel tumor atau oliguria dari hiperurisemia limfoma lambung. Defek imunitas dan
yang berdampak aritmia jantung sehingga menurunnya regulasi imunitas berkaitan
perlu pemeriksaan EKG.3 dengan timbulnya limfoma non Hodgkin,
XII.PROGNOSIS termasuk AIDS, reseptor cangkok organ,
Penderita leukemia digolongkan menjadi sindrom defek imunitas kronis, penyakit
resiko tinggi dan biasa berdasarkan faktor autoimun.5,6
prognostic yang telah ditetapkan. Prognosis Patogenesis morbus Hodgkin mungkin
LLA semakin baik bila responsive terhadap kompleks dan masih banyak hal yang kurang
pengobatan dimana dalam pengobatan 1 jelas dalam bidang ini.
minggu sel blas sudah tidak tampak pada 2.3 Sistem Limfatik
darah tepid an sumsum tulang.Faktor lain yang Sistem limfatik adalah bagian dari
mempengaruhi peningkatan prognosis LLA sistem imun. Sistem limfatik terdiri dari:3,4
adalah jumlah leukosit awal < 50.000/mm3, 1)Pembuluh limfe
usia diantara 1 15 tahun, leukemia sel pre-B, Sistem limfatik memiliki jaringan
jenis kelamin perempuan dan LLA hyperploid terhadap pembuluh-pembuluh limfe.
(>50 kromosom). Faktor prognostic yang Pembuluh-pembuluh limfe tersebut yang
memperburuk prognosis pada LMA ialah kemudian akan bercabang-cabang ke semua
jumlah leukosit yang tinggi, sebanding dengan jaringan tubuh.
ukuran splenomegaly, adanya koagulopati, 2)Limfe
induksi remisi yang lambat, usia < 2 tahun dan Pembuluh-pembuluh limfe membawa
> 4 tahun dan leukemia monoblastik.2,3 cairan jernih yang disebut limfe. Limfe terdiri
dari sel-sel darah putih, khususnya limfosit
LIMFOMA MALIGNA seperti sel B dan sel T.
2.1 Definisi 3)Nodus Limfatikus
Limfoma Maligna adalah keganasan Pembuluh-pembuluh limfe terhubung ke
primer jaringan limfoid yang bersifat padat. sebuah massa kecil dan bundar dari jaringan
Penyakit ini dibagi dalam 2 golongan besar, yang disebut nodus limfatikus. Kumpulan dari
yaitu penyakit Hodgkin dan limfoma non nodus limfatikus ditemukan di leher, bawah
Hodgkin (LNH).1 ketiak, dada, perut, dan lipat paha. Nodus
2.2 Etiologi limfatikus dipenuhi sel-sel darah putih. Nodus
Limfoma merupakan golongan limfatikus menangkap dan membuang bakteri
gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya tidak atau zat-zat berbahaya lainnya yang berada di
diketahui, tetapi sering dikaitkan dengan virus, dalam limfe.
khususnya virus Epstein Barr yang ditemukan 4)Bagian sistem limfe lainnya
pada limfoma Burkitt. Terdapat kaitan jelas Bagian sistem limfe lainnya terdiri dari
antara limfoma Hodgkin dan infeksi virus tonsil, timus, dan limpa. Sistem limfatik juga
Epstein Barr. Pada kelompok terinfeksi HIV, ditemukan di bagian lain dari tubuh yaitu pada
insiden limfoma Hodgkin agak meningkat lambung, kulit, dan usus halus.
dibanding masyarakat umum, selain itu 2.4 Fisiologi dan peran sistim limfatik
manifestasi klinis limfoma Hodgkin yang
Sistim limfatik adalah suatu bagian di kelenjar getah bening, sebagai akibatnya
penting dari sistem kekebalan tubuh, kelenjar getah bening ini akan membengkak.7
membentengi tubuh terhadap infeksi dan Karena limfosit bersirkulasi ke seluruh
berbagai penyakit, termasuk kanker. Suatu tubuh, limfoma (kumpulan limfosit abnormal)
cairan yang disebut getah bening bersirkulasi juga dapat terbentuk di bagian tubuh lainnya
melalui pembuluh limfatik, dan membawa selain di kelenjar getah bening. Limpa dan
limfosit (sel darah putih) mengelilingi tubuh. sumsum tulang adalah tempat pembentukan
Pembuluh limfatik melewati kelenjar getah limfoma di luar kelenjar getah bening yang
bening. Kelenjar getah bening berisi sejumlah sering, tetapi pada beberapa orang limfoma
besar limfosit dan bertindak seperti penyaring, terbentuk di perut, hati atau yang jarang sekali
menangkap organisme yang menyebabkan di otak. Bahkan, suatu limfoma dapat
infeksi seperti bakteri dan virus. terbentuk di mana saja. Seringkali lebih dari
Kelenjar getah bening cenderung satu bagian tubuh terserang oleh penyakit ini.
bergerombol dalam suatu kelompok seperti LIMFOMA NON HODGKIN
pada sekelompok besar di ketiak, di leher dan 3.1 Definisi
lipat paha. Ketika suatu bagian tubuh terinfeksi Limfoma malignum non Hodgkin atau
atau bengkak, kelenjar getah bening terdekat limfoma non Hodgkin adalah suatu keganasan
sering membesar dan nyeri. Hal berikut ini primer jaringan limfoid yang bersifat padat.
terjadi, sebagai contoh, jika seseorang dengan Limfoma non Hodgkin merupakan penyakit
sakit leher mengalami pembengkakan yang heterogen, tergantung dari gambaran
kelenjar di leher, cairan limfatik dari klinik, imunofenotiping dan respons terhadap
tenggorokan mengalir ke dalam kelenjar getah terapi. Gambaran penyakit yang progresif lebih
bening di leher, dimana organisme penyebab sering didapatkan pada anak dibanding
infeksi dapat dihancurkan dan dicegah dewasa. Demikian pula gambaran
penyebarannya ke bagian tubuh lainnya.3,4 histopatologik difus sering didapatkan pada
2.4.1 Peran penting dari sel T dan sel B anak (90%) daripada gambaran noduler atau
Ada dua jenis utama sel limfosit: fotikuler pada dewasa.1 Lebih dari 45.000
Sel T pasien didiagnosis sebagai limfoma non
Sel B Hodgkin (LNH) setiap tahun di Amerika Serikat.
Seperti jenis sel darah lainnya, limfosit Limfoma non Hodgkin, khususnya limfoma
dibentuk dalam sumsum tulang. Kehidupannya susunan saraf pusat biasa ditemukan pada
dimulai dari sel imatur yang disebut sel induk. pasien dengan keadaan defisiensi imun dan
Pada awal masa kanak-kanak, sebagian yang mendapat obat-obat imunosupresif,
limfosit bermigrasi ke timus, suatu organ di seperti pada pasien dengan transplantasi
puncak dada, dimana mereka menjadi matur ginjal dan jantung.1,3,6
menjadi sel T. Sisanya tetap tinggal di sumsum 3.2 Epidemiologi
tulang dan menjadi matur disana sebagai sel Limfoma merupakan penyakit
B. Sel T dan sel B keduanya berperan penting keganasan yang sering ditemukan pada anak,
dalam mengenali dan menghancurkan hampir sepertiga dari keganasan pada anak
organisme penyebab infeksi seperti bakteri setelah leukemia dan keganasan susunan
dan virus. Dalam keadaan normal, kebanyakan syaraf pusat. Angka kejadian tertinggi pada
limfosit yang bersirkulasi dalam tubuh adalah umur 7-10 tahun dan jarang dijumpai pada
sel T. Mereka berperan untuk mengenali dan usia di bawah 2 tahun. Laki-laki lebih sering
menghancurkan sel tubuh yang abnormal bila dibandingkan dengan perempuan dengan
(sebagai contoh sel yang telah diinfeksi oleh perbandingan 2,5:1. Angka kejadiannya setiap
virus).3,4 tahun diperkirakan meningkat dan di AS 16,4
Sel B mengenali sel dan materi asing persejuta anak di bawah usia 14 tahun. Angka
(sebagai contoh, bakteri yang telah kejadian limfoma malignum di Indonesia
menginvasi tubuh). Jika sel ini bertemu dengan sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.1
protein asing (sebagai contoh, di permukaan 3.3 Gambaran Histologik
bakteri), mereka memproduksi antibodi, yang Anggapan pertama adalah bahwa status
kemudian melekat pada permukaan sel asing diferensiasi limfosit dapat dilihat dari ukuran
dan menyebabkan perusakannya3,7 dan konfigurasi intinya, sel-sel limfoid yang
Limfoma adalah suatu penyakit limfosit. kecil dan bulat dianggap sebagai sel-sel yang
Ia seperti kanker, dimana limfosit yang berdiferensiasi baik, dan sel-sel limfoid kecil
terserang berhenti beregulasi secara normal. yang tidak beraturan bentuknya dianggap
Dengan kata lain, limfosit dapat membelah sebagai limfosit yang berdiferensiasi buruk.
secara abnormal atau terlalu cepat, dan atau Anggapan kedua adalah sel-sel limfoid besar
tidak mati dengan cara sebagaimana dengan inti vesikular dan mempunyai
biasanya. Limfosit abnormal sering terkumpul banyak sitoplasma yang biasanya berwarna
pucat dianggap berasal dari golongan monosit adalah translokasi kromosomal abnormal yang
makrofag (histiosit). paling sering dihubungkan dengan LNH.
Klasifikasi histopatologik sangat Beberapa infeksi virus berperan dalam
komplek dan tumpang tindih dengan klasifikasi patogenesis LNH, seperti virus Epstein Barr
yang lain misalnya klasifikasi imunologik, yang merupakan penyebab paling seringa
sitogenetik maupun molekuler sehingga masih pada limfoma Burkitt,limfoma pada pasien
membingungkan. Klasifikasi yang banyak dengan imunocompremised dan penyakit
dipergunakan adalah dari Rappaport (R), Kiel Hodgkin.3,6
(K), Lukes dan Collins, WHO, dan Working 3.5 Faktor resiko limfoma non Hodgkin
Formulation (WF) (tabel II.1).1 Terdapat beberapa faktor resiko yang
Limfoma non Hodgkin pada anak seringkali diketahui berpengaruh pada LNH, walaupun
mempunyai gambaran yang difus dan demikian, faktor-faktor resiko ini tidak
dimasukkan dalam 3 kategori gambaran diperhitungkan melebihi bagian kecil dari
histologik sebagai berikut: jumlah seluruh kasus limfoma non Hodgkin.
1) Limfoblastik Burkitts (K) atau small non Pada kebanyakan pasien dengan limfoma non
cleaved (WF) Hodgkin, tidak ada penyebab penyakit yang
2) Limfoblastik (WF) non Burkitts (K) dapat ditemukan. Lebih jauh lagi, banyak
3) Imunoblastik dan sentroblastik (K) atau orang yang terpapar pada salah satu faktor
large cell (WF) resiko yang diketahui tidak menderita limfoma
Dua kelompok yang pertama paling banyak non Hodgkin.3 Beberapa faktor resiko tersebut
ditemukan yaitu mencapai 70-90% dari kasus seperti infeksi, imunosupresi,dan faktor
yang terdiagnosis. lingkungan.
3.3.1 Imunofenotiping1 3.5.1 Infeksi sebagai faktor risiko limfoma non
Dengan pemeriksaan ini akan lebih jauh Hodgkin
dapat mengetahui tentang Limfoma Non Beberapa infeksi virus telah
Hodgkin, khususnya dengan ditemukannya memperlihatkan adanya hubungan dengan
antibodi monoklonal yang dapat diidentifikasi peningkatan limfoma non Hodgkin. Hal ini
adanya antigen permukaan baik pada sel B mungkin berhubungan dengan kemampuan
maupun sel T juga pada tingkat pematangan virus dalam menginduksi stimulasi antigen
sel. Antibodi tersebut digolongkan dalam kronik dan disregulasi sitokin yang
cluster differentiation (CD). menyebabkan stimulasi, proliferasi, dan
Dengan pemeriksaan tersebut di atas limfoma limfomagenesis yang tidak terkontrol dari sel B
non Hodgkin pada anak dapat dikelompokkan dan sel T.3Beberapa virus tersebut antara lain:
ke dalam 3 kelompok: Human immunodeficiency virus (HIV/AIDS)
1)Proliferasi sel B yang ditandai dengan Human T cell leukemia-lymphoma virus-1
adanya imunoglobulin monoklonal di (HTLV-1)
permukaan sel. Epstein-Barr virus (EBV)
2)Proliferasi sel T Orang dengan HIV positif lebih mungkin
3)Proliferasi non T-non B mengidap limfoma non Hodgkin dari pada
Pembagian ini nampaknya hampir sama pada orang lainnya. Munculnya limfoma non
LLA. Hodgkin pada orang dengan HIV positif
3.3.2 Sitogenetik dan Biologi Molekuler1 mengindikasikan bahwa full-blown AIDS telah
Pemeriksaan sitogenetik dan biologi terjadi. 3
molekuler saat ini sangat berarti dalam Meningkatnya risiko kemungkinan
membantu kita mengetahui proses limfoma terjadi karena penekanan sistim kekebalan
non Hodgkin lebih mendalam tetapi belum yang disebabkan oleh infeksi HIV. AIDS-yang
dapat dipergunakan untuk tindakan terapi. berhubungan dengan limfoma non Hodgkin
Pada limfoma Burkitts sel tumor ditandai oleh memberikan gambaran tidak seperti umumnya
adanya translokasi pada lengan panjang atau timbul disisi yang tidak umum
kromosom 8, regio q 23-q 24 t (8;14) dibandingkan dengan jenis limfoma non
(q24;q32), beberapa versi lainnya t(2;8) Hodgkin.
(p12;p24) dan t(8;2) (q24;q11). Virus Epstein-Barr adalah virus yang
3.4 Etiologi dan Patogenesis umum, menyerang kebanyakan orang pada
Penyebab pasti limfoma non Hodgkin suatu waktu tertentu dalam masa hidupnya,
tidak diketahui, namun LNH dapat disebabkan dan mengakibatkan infeksi singkat atau
oleh abnomalitas sitogenik, seperti translokasi demam glandular. Akan tetapi, dalam sejumlah
kromosom dan infeksi virus. Translokasi kecil kasus ekstrim, ia dikaitkan dengan
kromosom dan perubahan molekular sangat Limfoma Burkitt dan bentuk limfoma non
berperan penting dalam patogenesis limfoma, Hodgkin yang berhubungan dengan
dan berhubungan dengan histologi dan imunosupresi. 2,3
imunofenotiping. Translokasi t(14;18)(q32;q21)
Human T-cell leukaemia-lymphoma kelihatan sebagai benjolan, biasanya di leher,
virus-1 (HTLV-1), aslinya berasal dari Jepang ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis
dan Karibia, juga suatu penyebab yang sangat pasien juga mungkin mempunyai gejala lain
jarang dari limfoma non Hodgkin, terdapat dari limfoma non Hodgkin. Limfoma non
suatu jarak antara infeksi virus dan timbulnya Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering
penyakit. 2,3 tanpa menyebabkan stadium banyak
Infeksi bakterial lebih jarang dikaitkan dengan diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat
limfoma non Hodgkin dibandingkan dengan pertama terdiagnosis.3
infeksi virus. Akan tetapi, infeksi dengan 3.7 Manifestasi Klinik
Helicobacter pylori, yang dapat menyebabkan Limfoma non Hodgkin mempunyai
tukak lambung dan menyerang lambung, gambaran klinis oleh massa abdominal dan
dihubungkan dengan bentuk limfoma yang intrathorakal (massa mediastinum) yang sering
jarang yang dikenal sebagai limfoma MALT, kali disertai dengan adanya efusi pleura. Pada
yang biasanya timbul di lambung. Antibiotik anak yang lebih besar massa mediastinal ini
untuk mengeradikasi infeksi bakteri sering seringkali (25-35%) ditemukan khususnya
menyembuhkan kondisi ini, jika diberikan pada limfoma limfoblastik sel T. Gejala yang
cukup dini. 2,3 menonjol adalah nyeri, disfagia, sesak napas,
3.5.2 Imunosupresi sebagai faktor risiko untuk pembengkakan daerah leher, muka, dan
limfoma non Hodgkin sekitar leher akibat adanya obstruksi vena
Orang dengan imunosupresi, dimana cava superior. Pembengkakan kelenjar limfe
sistim pertahanannya menurun, menghadapi (limfadenopati) di sebelah atas diafragma
peningkatan risiko terserang limfoma non meliputi leher, supraklavikula atau aksiler,
Hodgkin. Hal ini mungkin karena kontrol tetapi jarang sekali retroperitoneal. Adanya
multiplikasi sel B tergantung pada fungsi pembesaran kelenjar limpa dan hati
normal sel T. Jika fungsi sel T menjadi menunjukkan adanya keterlibatan sumsum
abnormal, seperti pada kasus orang dengan tulang dan seringkali pasien menunjukkan
imunosupresi, sel B dapat berlipat ganda gejala-gejala leukemia limfoblastik akut, jarang
melalui suatu cara yang tidak terkontrol, sekali melibatkan gejala susunan saraf pusat,
meningkatkan peluang untuk terserang kadang-kadang disertai pembesaran
penyakit ini. 2,3 testis.1,2,3
Salah satu sebab utama imunosupresi Limfoma limfoblastik merupakan bentuk
adalah obat yang diberikan untuk mencegah yang berkembang secara progresif, dengan
penolakan dari organ yang ditransplantasikan gejala yang timbul dalam waktu singkat
atau transplantasi sumsum tulang. Pasien yang kurang dari satu bulan. Gambaran
mendapatkan transplantasi organ mempunyai laboratorium biasanya masih dalam batas
peningkatan risiko menderita limfoma non normal, dengan kadar LDH dan asam urat yang
Hodgkin. 2,3 meningkat sebagai akibat adanya tumor lisis
3.6 Perjalanan alamiah penyakit maupun adanya nekrosis jaringan.1
Limfoma non Hodgkin indolen kadang- Gejala awal yang dapat dikenali adalah
kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin pembesaran kelenjar getah bening di suatu
tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai tempat (misalnya leher atau selangkangan)
dengan namanya, limfoma non Hodgkin atau di seluruh tubuh. Kelenjar membesar
indolen tumbuh sangat lambat. Secara tipikal secara perlahan dan biasanya tidak
ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala, menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran
dan mereka sering tetap tidak terdeteksi untuk kelenjar getah bening di tonsil (amandel)
beberapa saat. Tentunya, mereka sering menyebabkan gangguan menelan.
ditemukan secara kebetulan, seperti ketika Pembesaran kelenjar getah bening jauh di
pasien mengunjungi dokter untuk sebab dalam dada atau perut bisa menekan berbagai
lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin organ dan menyebabkan: 1,2,3
menemukan pembesaran kelenjar getah -gangguan pernapasan
bening pada pemeriksaan fisik rutin. - berkurangnya nafsu makan
Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti - sembelit berat
pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X, dada, - nyeri perut
mungkin menunjukkan sesuatu yang - pembengkakan tungkai.
abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan Jika limfoma menyebar ke dalam darah
ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin. bisa terjadi leukemia. Limfoma dan leukemia
Akan tetapi, beberapa pasien limfoma non memiliki banyak kemiripan. Limfoma non-
Hodgkin indolen berobat ke dokter karena Hodgkin lebih mungkin menyebar ke sumsum
gejalanya.3 tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada
Gejala yang paling sering adalah anak-anak, gejala awalnya adalah masuknya
pembesaran kelenjar getah bening, yang sel-sel limfoma ke dalam sumsum tulang,
darah, kulit, usus, otak dan tulang belakang; a)Limfoblastik sel B ditandai oleh:
bukan pembesaran kelenjar getah bening. Ditemukannya imunoglobulin monoklonal sel
Masuknya sel limfoma ini menyebabkan B pada permukaan sel dan pertanda sel B
anemia, ruam kulit dan gejala neurologis lainnya misalnya: CD 19-24
(misalnya kelemahan dan sensasi yang Translokasi (8;14), t(2;8), atau t(8;22)
abnormal). Biasanya yang membesar adalah Gambaran histologis: Burkitts dan B
kelenjar getah bening di dalam, yang limfoblastik (K) atau undifferentiated atau
menyebabkan: small non cleaved (W)
pengumpulan cairan di sekitar paru-paru Gambaran L3 pada klasifikasi F AB
sehingga timbul sesak napas Primernya ada di intra abdominal
penekanan usus sehingga terjadi b)Limfoblastik sel T ditandai oleh:
penurunan nafsu makan atau muntah Petanda sel T positif (misal CD 3, 5-8)
penyumbatan kelenjar getah bening Gambaran histologi: limfoblastik
sehingga terjadi penumpukan cairan. Gambaran L1 atau L2 pada klasifikasi FAB
Reaksi positif dengan asam fosfat
Primer pada kelenjar timus
Pemeriksaan lain yang diperlukan
adalah pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan fungsi hati dan funsi ginjal, cairan
3.8 Stadium Limfoma Non Hodgkin serebrospinal, asam urat, LDH, USG abdomen,
Penentuan stadium sangat penting untuk bone scan.
diagnosis, adanya keterlibatan beberapa 3.10 Tata Laksana
jaringan limfoid serta implikasinya pada Limfoma non Hodgkin khususnya
pengobatan. Penentuan stadium yang paling limfoma limfoblastik sel T seringkali disertai
banyak digunakan adalah dari St. Jude dengan berbagai komplikasi, untuk itu
Childrens Research Hospital (Tabel II.2).1 dibutuhkan pengelolaan secepatnya. Sebelum
Tabel 3.8.1 Skema Stadium LNH dari St.Jude pengobatan dengan kemoterapi harus
Childrens Research Hospital.1 diperhatikan terlebih dahulu problem jalan
I- Tumor tunggal ekstranodal atau tumor napas, pembuluh darah dan gangguan
di daerah tunggal nodal, kecuali di metabolik yang ada.1
daerah mediastinum atau abdomen Pemberian alopurinol, hidrasi yang
II- Tumor tunggal (ekstranodal) dengan cukup, dan alkalinisasi urin perlu segera
keterlibatan kelenjar regional pada satu sisi diberikan pada pasien dengan tumor yang
diafragma pada dua atau lebih area nodul cukup luas untuk mencegah terjadinya
Dua tumor (ekstranodal) dengan atau nefropati akibat lisis tumor yang seringkali
tanpa keterlibatan kelenjar regional terjadi pada limfoma limfoblastik sel T.1 Terapi
Tumor lebih dari satu, tetapi masih satu yang dilakukan biasanya melalui pendekatan
sisi dengan diafragma multidisiplin.Terapi yang dapat dilakukan
Tumor primer pada gastrointestinal adalah:2,3
(ileosaekal) dengan atau tanpa 1.Derajat Keganasan Rendah (DKR)/indolen:
keterlibatan kelenjar mesenterium Pada prinsipnya simtomatik:
III- Tumor lebih dari dua (ekstranodal) pada - Kemoterapi: obat tunggal atau ganda (per
kedua sisi diafragma oral), jika dianggap perlu: COP
Tumor dua atau lebih pada satu sisi (Cyclophosphamide, Oncovin, dan Prednisone)
diafragma - Radioterapi: LNH sangat radiosensitif.
Tumor primer di daerah intrathorakal Radioterapi ini dapat dilakukan untuk lokal dan
(mediastinal, pleura, timus) paliatif.
Tumor meluas pada intraabdominal yang Radioterapi: Low Dose TOI + Involved Field
tidak dapat direseksi Radiotherapy
Tumor pada paraspinal atau epidural 2. Derajat Keganasan Menengah (DKM) /
IV- Tumor meluas dan penyebaran ke agresif limfoma:
sumsum tulang atau susunan saraf pusat -Stadium I: Kemoterapi (CHOP/CHVMP/BU) +
3.9 Diagnosis radioterapi CHOP (Cyclophosphamide,
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik Hydroxydouhomycin,Oncovin, Prednisone)
sangat penting, diagnosis ditegakkan dengan - Stadium II - IV: kemoterapi parenteral
biopsi, pemeriksaan sitologis cairan efusi kombinasi, radioterapi berperan untuk tujuan
maupun aspirasi sumsum tulang, bila paliasi.
dimungkinkan dengan pemeriksaan imunologik 3. Derajat Keganasan Tinggi (DKT)
dan sitogenik untuk membedakan antara sel B DKT Limfoblastik (LNH-Limfoblastik)
atau sel T. Kriteria untuk masing-masing - Selalu diberikan pengobatan seperti
kelompok tersebut adalah:1 Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
- Re-evaluasi hasil pengobatan dilakukan pada: Sistemik lupus eritematosus (SLE)
a. Setelah siklus kemoterapi keempat adalah penyakit otoimun yang mengakibatkan
b. Setelah siklus pengobatan lengkap kerusakan organ, jaringan, dan sel yang
Pasien dengan limfoma non Hodgkin dimediasi karena kompleks imun dan
agresif dapat didiagnosis pada stadium dini autoantibodi yang berikatan dengan antigen
(stadium I atau II). Ini disebabkan karena jaringan.2
mereka umumnya menyadari pertumbuhan 2.2 Epidemiologi
yang cepat dari kelenjar getah bening yang Sistemik lupus eritematosus terutama
terkena dan karenanya mengunjungi dokter menyerang wanita muda dengan insiden
dan cepat dirujuk untuk pengobatan oleh puncak pada usia 15-40 tahun selama masa
dokter spesialis.5 reproduksi dengan ratio wanita: laki-laki 5:1.
Pengobatan yang biasa diberikan untuk Dalam 30 tahun terakhir, SLE telah menjadi
pasien dengan limfoma non Hodgkin agresif salah satu penyakit rematik utama di dunia.
stadium dini adalah beberapa jadwal Prevalensi SLE di berbagai negara sangat
kemoterapi, kombinasi, dengan lebih dari satu bervariasi. Prevalensi pada berbagai populasi
obat kemoterapi yang diberikan, biasanya antara 2,9/100.000 400/100.000. SLE lebih
bersama dengan steroid, seperti prednisolon sering ditemukan pada ras tertentu seperti
(contohnya, CHOP). Di kebanyakan negara, bangsa negro, China, dan mungkin juga
diberikan antibodi monoklonal rituximab dalam Filipina. Terdapat juga tendensi familial.
kombinasi dengan kemoterapi CHOP sebagai Prevalensi SLE di Amerika 15-50 per 100.000
terapi standar. Antibodi monoklonal penduduk dengan etnis terbanyak yakni
meningkatkan efektivitas pengobatan Amerika Afrika. Faktor ekonomi dan geografi
bermakna, tanpa meningkatkan efek tidak mempengaruhi distribusi penyakit. 1,2
samping.2,3,6 Beberapa data di Indonesia dari pasien
Radioterapi terkadang diberikan setelah yang dirawat di Departemen Ilmu Penyakit
kemoterapi. Jarang kedua pengobatan Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
diberikan pada saat yang sama. Radioterapi Indonesia ditemukan 37,7 % kasus pada tahun
ditujukan secara spesifik terhadap kelenjar 1998-1990. Di Rumah Sakit Umum Daerah
getah bening yang terkena. Pengobatan Arifin Achmad sendiri belum ada data
stadium dini (stadium I dan II) limfoma non mengenai prevalensi SLE.1
Hodgkin agresif dapat mencapai kesembuhan
atau remisi pada sekitar 80% pasien. Beberapa 2.3 Etiopatogenesis
pasien tidak memberikan respon terhadap Etiologi dan pathogenesis SLE belum
terapi standar. Pada pasien-pasien ini, dan diketahui dengan jelas. Meskipun demikian,
pada mereka yang mengalami kekambuhan, terdapat banyak bukti bahwa patogenesis SLE
diperlukan pengobatan lebih lanjut. 2,3,6 bersifat multifaktor, dan ini mencakup
Pasien yang didiagnosis dengan limfoma pengaruh faktor genetik, lingkungan dan
non Hodgkin agresif pada stadium lanjut hormonal terhadap respon imun. Faktor
(stadium III atau IV) diberi kemoterapi genetik memegang peranan penting dalam
kombinasi dengan ataupun tanpa antibodi kerentanan serta ekspresi penyakit. Sekitar 10-
monoklonal. Meski demikian, kemoterapi 20% pasien SLE mempunya kerabat dekat
kadang-kadang diberikan lebih lama daripada yang juga menderita SLE. Angka terdapatnya
pada penyakit stadium awal dan mungkin juga SLE pada kembar identik 24-69% lebih tinggi
diberikan radioterapi. Secara keseluruhan, dari saudara kembar non identik 2-9%.1
antara 40% dan 70% pasien dengan limfoma Penelitian terakhir yang menunjukkan
non Hodgkin agresif dapat disembuhkan beberapa gen berikut HLA_DR 2 dan HLA-DR 3
dengan pengobatan pertama. 2,3,6 berperan dalam mengkode unsur sistem imun.
3.11 Prognosis Gen lain yang ikut berperan seperti gen yang
Banyak pasien yang dapat mencapai mengkode sel reseptor T, imunoglobulin, dan
respons sempurna, sebagian diantaranya sitokin. Sistem neuroendokrin ikut berperan
dengan limfoma sel besar difus, dapat berada melalui pengaruhnya terhadap sistem imun.
dalam keadaan bebas gejala dalam periode Penelitian menunjukkan bahwa sistem
waktu yang lama dan dapat pula neuroendokrin dengan sistem imun saling
disembuhkan. Pemberian regimen kombinasi mempunyai hubungan timbal balik. Beberapa
kemoterapi agresif berisi doksorubisin penelitian berhasil menunjukkan bahwa
mempunyai respons sempurna yang tinggi hormon prolaktin dapat merangsang respon
berkisar 40-80%.2,6 imun.1
Adanya satu atau beberapa faktor
SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS (SLE) pemicu pada individu yang mempunyai
2.1 Definisi predisposisi genetik akan menghasilkan tenaga
pendorong abnormal pada sel CD4
mengakibatkan hilangnya toleransi sel T nyeri kepala, gangguan gerakan, mielopati,
terhadap self antigen. Akibatnya muncullah sel kejang, penurunan kesadaran akut,
T autoreaktif yang menyebabkan induksi dan kecemasan, disfungsi kognitif, gangguan
ekspansi sel B, baik yang memproduksi mood, psikosis. Manifestasi sistem saraf perifer
autoantibodi maupun yang berupa sel memori. berupa polineuropati perifer akut, gejala
Wujud pemicu ini masih belum jelas. Sebagian autonom, mononeuropati, miastenia gravis,
diduga hormon seks, sinar UV, infeksi. 1 neuropati kranial, pleksopati. 3
Pada SLE autoantibodi terbentuk Manifestasi muskuloskeletal. Manifestasi
ditujukan terhadap antigen yang terutama yang satu ini merupakan manifestasi yang
terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran paling sering mengungkap terjadi SLE pada
ini meliputi DNA, protein histon dan non histon. pasien. Atralgia dan mialgia merupakan gejala
Kebanyakan di antaranya adalah dalam tersering. Keluhan ini sering kali dianggap
keadaan alamiah terdapat dalam bentuk mirip dengan artritis reumatoid dan bisa
agregat protein dan kompleks protein RNA. Ciri disertai dengan faktor reumatoid positif.
khas autoantigen ini mereka tidak tissue Perbedaannya SLE biasanya tidak
spesific dan merupakan komponen integrasi menyebabkan deformitas, durasi kejadian
dari semua jenis sel. 1 hanya beberapa menit.1,3
Antibodi ini secara bersama-sama Manifestasi kulit. Gejala yang terjadi berikut
disebut ANA (anti nuclear antibodi). Dengan berupa rash malar dan diskoid. Sering
antigen spesifik, ANA membentuk kompleks dicetuskan oleh fotosensitivitas. Bisa terjadi
imun yang beredar di sirkulasi. Klirens alopesia. Manifestasi oral berupa terbentuknya
kompleks imun menurun, meningkatnya ulkus atau kandidiasis, mata dan vagina
kelarutan kompleks imun, gangguan kering. Perhatikan gambar 1 berikut malar rash
pemrosesan kompleks imun dalam hati, dan dan gambar 2 alopesia berat akibat SLE.3,4
penurunan uptake kompleks imun pada limpa Manifestasi hematologi. Berupa anemia
terjadi pada SLE. Sehingga kompleks imun normokrom normositer,trombositopenia,
tersebut deposit ke luar sistem fagosit leukopenia. Anemia yang terjadi bisa terjadi
mononuklear. Endapannya di berbagai organ akibat SLE maupun akibat manifestasi renal
mengakibatkan aktivasi komplemen sehingga pada SLE sehingga mengakibatkan terjadinya
terjadi peradangan. Organ tersebut bisa anemia. Limfopenia < 1500/uL terjadi pada
berupa ginjal, sendi, pleura, pleksus koroideus, 80% kasus. 3,5
kulit, dll. 1 Manifestasi paru. berupa pneumositis,
2.4 Manifestasi klinis emboli paru, hipertensi pul,onal, perdarahan
Gejala konstitusi. Seperti fatigue, paru, pleuritis. Pleuritis memiliki gejala nyeri
penurunan berat badan, demam yang sifatnya dada, batuk, sesak napas. Efusi pleura juga
tidak mengancam jiwa. Penurunan berat badan bisa terjadi dengan hasil cairan berupa
yang terjadi dapat dibarengi dengan gejala eksudat. Shrinking lung syndrome merupakan
gastrointestinal. Demam dapat lebih dari 400C sistemik yang terjadi akibat atelektasis paru
tanpa leukositosis. Menggigil (-). 1,3 basal yang terjadi akibat disfungsi
Manifestasi renal. Komplikasi ini diafragma.3-5
mengancam jiwa dan terjadi pada 30% pasien Manifestasi gastrointestinal. Gejala
dengan SLE. Nefritis terjadi pada beberapa tersering berupa dispepsia, yang bisa terjadi
tahun awal SLE. Gejala awal bisa asimtomatik, baik akibat penyakit SLE itu sendiri atau efek
sehingga pemeriksaan urinalisis dan tekanan samping pengobatannya. Hepatosplenomegali
darah penting. Karakteristik manifestasi renal (+). Terjadinya vaskulitis mesenterika
berupa proteinuria >500 mg/urin 24 jam, merupakan komplikasi paling mengancam
sedimen eritrosit. Klasifikasi glomerulonefritis nyawa karena dapat menyebabkan terjadinya
akibat SLE terdiri dari beberapa kelas. 3 perforasi sehingga memerlukan
1.Minimal mesangial lupus nefritis penatalaksanaan berupa laparotomi. 3-5
2.Mesangial proliferatif lupus nefritis Manifestasi vaskuler. Fenomena
3.Fokal lupus nefritis raynaud, livedo reticularis yang merupakan
4.Difus lupus nefritis abnormalitas mikrovaskuler pada ekstremitas,
5.Membranosa lupus nefritis trombosis merupakan komplikasi yang terjadi.
6.Sklerosis lupus nefritis Gambar berikut 3 menunjukkan livedo
Manifestasi neuropsikiatrik. Terdapat 19 reticularis. 3-6
manifestasi lupus neuropsikiatrik yang bisa 2.5 Diagnosis
dibuktikan hanya dengan biopsi. Gejala yang Kriteria diagnosis yang digunakan adalah dari
dirasakan berupa nyeri kepala, kejang, depresi, American College of Rheumatology 1997 yang
psikosis, neuropati perifer. Manifestasi sistem terdiri dari 11 kriteria, dikatakan pasien
saraf pusat berupa aseptik meningitis, tersebut SLE jika ditemukan 4 dari 11 kriteria
penyakit serebrovaskuler, sindrom demielinasi,
yang ada. Berikut ini adalah 11 kriteria Penyuluhan dan edukasi penting diberikan
tersebut.1,7 pada pasien dengan SLE yang baru
No Kriteria Batasan terdiagnosis. Berikut adalah beberapa hal
1Rash malar penting dalam edukasi SLE:1
Eritema, datar atau timbul di atas eminensia Penjelasan tentang apa itu lupus dan
malar dan bisa meluas ke lipatan nasolabial penyebabnya
2Discoid rash Masalah terkait fisik misalnya penggunaan
Bercak kemerahan dengan keratosis bersisik kortikosteroid untuk tatalaksana SLE bisa
dan sumbatan folikel. Pada SLE lanjut menyebabkan osteoporosis sehingga perlu
ditemukan parut atrofi dibarengi dengan latihan jasmani, istirahat,
3Fotosensitivitas diet, dan mengatasi infeksi secepatnya serta
Ruam kulit akibat reaksi abnormal terhadap menggunakan kontrasepsi
sinar matahari Menggunakan payung, lengan panjang atau
4Ulkus oral krem sinar matahari jika terpapar matahari
Ulserasi oral atau nasofaring yang tidak nyeri Memberikan edukasi mengenai terapi yang
5Artritis nonerosif akan diberikan. Pasien dengan SLE
Melibatkan 2 atau lebih sendi perifer dengan mengancam nyawa diberikan terapi agresif
karakteristik efusi, nyeri, dan bengkak yakni imunosupresan dan kortikosteroid dosis
6Pleuritis atau perikarditis tinggi, sedangkan yang tidak mengancam
a.Pleuritis: nyeri pleuritik, ditemukannya nyawa diberikan terapi konservatif.
pleuritik rub atau efusi pleura 2.6.2. Terapi farmakologi
b.Perikarditis: EKG dan pericardial friction rub 2.6.2.1. Sistemik lupus eritematosus ringan
7Gangguan renal Artritis, artalgia, mialgia. Keluhan ringan
a.Proteinuria persisten > 0,5 gr per hari atau diberikan analgetik atau NSAID. Jika tidak
kualifikasi >+++ membaik dipertimbangkan pemberian
b.Sedimen eritrosit, granular, tubular atau hidroksiklorokuin 400mg/hari. Jika dalam 6
campuran bulan tidak berefek juga maka stop. Dapat
8Gangguan neurologis diberikan kortikosteroid dosis rendah 15mg
a.Kejang- tidak disebabkan oleh gangguan tiap pagi. Atau metrotreksat 7,5-15
metabolik maupun obat-obatan seperti uremia, mg/minggu. Atau bisa dipertimbangkan
ketoasidosis, ketidakseimbangan elektrolit pemberian cox-2 inhibitor.1,7
b.Psikosis- tanpa disebabkan obat maupun Lupus kutaneus. Menggunakan
kelainan metabolik di atas sunscreen untuk melindungi tubuh sehingga
9Gangguan hematologi mengurangi gejala fotosensitivitas. Sunscreen
a.Anemia hemolitik dengan retikulositosis topikal berupa krem, minyak, lotio atau gel
b.Leukopenia < 4000/uL yang mengandung PABA, ester, benzofenon,
c.Limfopenia < 1500/uL salisilat dan sinamat. Sunscreen dipakai ulang
d.Trombositopenia< 100,000/uL setelah mandi atau berkeringat. Dermatitis
10Gangguan imunologi lupus diberikan kortikosteroid topikal krem,
a.antiDNA meningkat salep atau injeksi. Antimalaria juga dapat
b.anti Sm meningkat digunakan karena memiliki efek sunblock dan
c.antibodi antifosfolipid: IgG IgM antikardiolipin sunscreen. 1,7
meningkat, tes koagulasi lupus (+) dengan Fatiq dan keluhan sistemik. Tidak
metode standar, hasil (+) palsu dan dibuktikan memerlukan terapi spesifik. Cukup menambah
dengan pemeriksaan imobilisasi T.pallidum 6 waktu istirahat dan menunjukkan empati. 1,7
bulan kemudian atau fluoresensi absorsi Serositis. Nyeri dada dan abdomen
antibodi merupakan tanda serositis. Keadaan ini diatasi
11Antibodi antinuklear (ANA) dengan NSAID, antimalaria atau glukokortikoid
Titer ANA meningkat dari normal dosis 15 mg/hari. Pada keadaan berat
2.6 Penatalaksanaan memerlukan kostikosteroid sistemik. 1,7
Tidak ada kata sembuh untuk SLE, 2.6.2.2. Sistemik lupus eritematosus yang
remisi komplit pun jarang terjadi. Oleh karena mengancam jiwa
itu perlu diperhatikan untuk mengendalikan Keterlibatan organ dapat menyebabkan
serangan akut dan mengatur stratefi sehingga kerusakan yang ireversibel. Contohnya pasien
dapat mensupresi terjadinya kerusakan target dengan lupus nefritis dapat menjadi gagal
organ. Tatalaksana diberikan sesuai ginjal kronik. Pasien dengan manifestasi
manifestasi klinis yang terjadi dan dibagi kardiak bisa menyebabkan gagal jantung,
dalam kelompok yang mengancam nyawa dan insufisiensi katup jantung, atau tamponade
tidak mengancam nyawa.2,3 perikardial. Anemia berat atau trombositopenia
2.6.1. Terapi non farmakologis bisa mengancam nyawa. Keadaan yang
demikian memerlukan campur tangan Studi di Eropa pada 1000 pasien SLE
spesialisasi SLE.7 menunjukkan 92% dengan terapi optimal
Berikut ini adalah contoh manifestasi memiliki survival rate 10 tahun, dan menurun
yang mengancam nyawa dari SLE7 88% pada pasien dengan nefropati. Usia rata-
Jantung: vaskulitis/ vaskulopati koroner, rata kematian 44 tahun, dan usia tertua untuk
endokarditis, miokarditis, perikardial kematian 81 tahun. Penyebab kematian
tamponade, hipertensi maligna terbesar adalah lupus nefritis.3
Hematologi: anemia hemolitik, neutropenia <
1000/uL, trombositopenia < 50000/uL, POLIMIALGIA REUMATIKA
trombotik trombositopenia purpura, trombosis PATOFISIOLOGI
vena atau arterial Penyebab Polimialgia Reumatika tidak
Neurologis: kejang, penurunan kesadaran diketahui. Penyakit ini terutama terdapat
akut-koma, stroke, mielopati tranversal, diantara orang kulit putih (kaukasia). Endapan
mononeuritis, polineuritis, optik neuritis, immunoglobulin dalam dinding arteri
psikosis, sindrom demielinasi temporalis yang mengalami inflamasi juga
Otot: miositis menunjukkan suatu proses autoimun.
Pulmo: hipertensi pulmonal, perdarahan MANIFESTASI KLINIS
pulmo, pneumositis, emboli/infark paru, Polimialgia Reumatika ditandai oleh:
shringking lung, fibrosis interstisial gangguan rasa nyaman yang hebat pada
Gastrointestinal: vaskulitis mesenterika, otot-otot proksimal disertai pembengkakan
pankreatitis ringan sendi.
Renal: nefritis persisten, glomerulonefritis Keluhan rasa pegal yang hebat pada otot-otot
progresif, sindroma nefrotik leher, bahu, dan pelvis.
Kulit: vaskulitis, ruam dengan ulserasi difus Kekakuan pada pagi hari dan sesudah periode
Konstitusional: demam tinggi tanpa infeksi tanpa aktivitas
yang jelas Demam ringan,
Glukokortikoid. Prednison oral 1-1,5 Penurunan berat badan
mg/kg/hari atau metilprednisolon bolus 1gram Malaise
selama 3-5 hari yang dilanjutkan dengan Anoreksia
prednison oral. Respon terapi dilihat selama 6 Depresi
minggu pertama, jika respon baik maka dosis Arteritis sel raksasa kadang-kadang
steroid diturunkan 5-10% tiap minggu. Setelah menyertai Polimialgia Reumatika dan dapat
sampai dosis 30 mg/hari diberikan penurunan menyebabkan sakit kepala, perubahan
2,5 mg/minggu, jika sudah sampai dosis 10-15 penglihatan serta klaudikasio rahang.
mg/hari, turunkan dosis 1mg/minggu. Jika EVALUASI DIAGNOSTIC
terjadi eksaserbasi berikan dosis efektif, lalu Diagnosis Polimialgia Reumatika sulit
turunkan lagi.1,7 ditegakkan karena kurangnya spesifisitas hasil
Imunosupresan. Imunosupresan ini tes. Laju endap darah yang sangat tinggi
diberikan jika hanya tidak respon dengan merupakan tes skrining tetapi tidak pasti.
terapi steroid, setelah 4 minggu pemberian. Penegakan diagnosis Polimialgia Reumatika
Contoh imunosupresan yang bisa diberikan sangat bergantung pada keterampilan serta
berupa siklofosfamid, azatioprin, metotreksat, pengalaman dokter yang mendiagnosisnya.
klorambusil, siklosporin. Pilihan obat PENATALAKSANAAN
tergantung keadaan. Untuk artritis berat Polimialgia reumatika (tanpa arteritis sel
pilihannya adalah metotreksat. Nefritis lupus raksasa) diobati dengan kortikostroid dosis
diberikan siklofosfamid atau azatioprin. sedang. Preparat NSAID kadang-kadang
Siklofosfamid bolus 0,5-1 gr/m2 dalam 250 cc digunakan untuk penyakit yang ringan. Bagi
NS selama 1 jam diikuti pemberian cairan 2-3 penderita arteritis sel raksasa, terapi yang
L/24 jam. Jika ada nefritis, dosis siklofosfamid segera dimulai dan kepatuhan yang ketat pada
hanya 500-750 mg/m2. Pemberiannya selama program kortikosteroid sangat penting untuk
6 bulan, kemudian dalam 3 bulan selama 2 menghindari komplikasi kebutaan.
tahun. Azatioprin oral 1-3 mg/kg/hari selama 6- Pengkajian keperawatan difokuskan
12 bulan. Siklosporin 3-6 mg/kg/hari untuk pada nyeri tekan muskuluskletal, kelemahan
nefritis SLE. Metotreksat 7,5-20 mg/minggu dan penurunan fungsi. Perhatian yang cermat
terbagi 3 dosis oral atau injeksi. 1,7 harus ditujukan pada pengkajian kepala
Terapi lain seperti imunoglobulin 300- (penglihatan, sakit kepala, klaudikasio rahang).
400 mg/kg/hari selama 5 hari berturut-turut Asuhan keperawatan pada penderita
untuk mencegah kekambuhan masih dalam Polimialgia Reumatika dilaksanakan
proses penelitian. Selain itu, plasmaferesis berdasarkan rencana asuhan dasar bagi
juga masih dalam penelitian. 1,7 penderita penyakit reumatik. Masalah yang
2.8 Prognosis paling sering ditemukan pada penderita
Polimialgia reumatika adalah rasa nyeri dan keturunan memegang peranan pada penyakit
tidak memadainya pengetahuan tentang ini.
program pengobatan 2.Jenis kelamin
tidak ada perbedaan rasio antara anak
DEMAM REUMATIK perempuan dan laki-laki. jenis kelamin hanya
DEFINISI berpengaruh pada jenis kelainan katup,
Demam reumatik adalah suatu proses dimana stenosis mitral lebih sering pada anak
radang akut yang didahului oleh infeksi kuman perempuan dan insufisiensi aorta lebih sering
streptokokkus beta hemolitikus grup A seperti pada anak laki-laki.Korea jauh lebih sering
tonsillitis, faringitis, atau otitis media dan ditemukan pada wanita daripada pria
mempunyai ciri khas cenderung kambuh. 3.Golongan etnik dan ras
Penyakit ini merupakan komplikasi pada Demam rematik serangan pertama
penyakit ISPA yang tidak diobati dan ditandai maupun ulangan dinegara barat lebih sering
oleh salah satu atau lebih manifestasi klinis didapatkan pada orang kulit hitam
dari karditis, poliarteritis migrans, korea,nodul dibandingkan orang kulit putih tetapi data ini
subkutan dan eritema marginatum harus dinilai hati-hati sebab mungkin
Demam reumatik merupakan penyakit lingkungan yang berbeda juga ikut
vaskular kolagen multisistem yang terjadi berperan..Hal lain yang perlu diperhatikan
setelah infeksi streptokokkus grup A pada dalam faktor ini adalah bahwa dinegara barat
individu yang mempunyai predisposisi genetic umumnya stenosis mitral terjadi bertahun-
pada penyakit ini. Keterlibatan kardiovaskular tahun setelah serangan penyakit jantung
pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi rematik, sementara di India stenosis organik
endokardium dan miokardium melalui proses berat terjadi 6 bulan sampai 2 tahun setelah
autimun yang menyebabkan kerusakan serangan pertama, dimana hal ini juga terjadi
jaringan. di Indonesia.
Demam reumatik dapat menyerang 4.Usia
banyak jaringan konektif tubuh, terutama merupakan faktor terpenting pada
jantung, sendi, system saraf pusat, kulit dan timbulnya demam rematik. Paling sering
jaringan subkutan. Semua orang dapat terjadi pada usia 5-15 tahun dengan rata-rata
terserang demam reumatik, tapi biasanya puncaknya pada usia 8 tahun. Distribusi umur
terjadi pada anak kecil 5-15 tahun. Penyakit ini ini sesuai dengan insidens infeksi
jarang tetapi merupakan penyakit yang dapat Streptococcus pada anak usia sekolah
mengancam kehidupan, 5.Status gizi
Efek pada demam reumatik adalah keadaan gizi anak serta adanya
dapat merusak jantung secara lambat. Lebih penyakit lain belum dapat ditentukan apakah
dari setengah kasus, bekas luka pada katup merupakan factor predisposisi untuk timbulnya
jantung, sehingga menyebabkan jantung demam remetik.tetapi diketahui pasien
bekerja lebih keras untuk memompa darah.. dengan penyakit anemia sel sabit jarang
ETIOLOGI menderita demam rematik.
Demam reumatik, seperti halnya FAKTOR LINGKUNGAN
penyakit lain merupakan akibat interaksi 1.Keadaan Sosial Ekonomi Yang Buruk
individu, penyebab penyakit dan faktor Dalam hal ini termasuk sanitasi
lingkungan.Penyakit ini berhubungan erat lingkungan yang buruk, rumah berpenghuni
dengan ISPA oleh streptococcus beta padat, rendahnya tingkat pendidikan,
hemoliticus Grup A.Infeksi streptokokus pandapatan yang rendah, dan faktor lainnya
sebelumnya hampir selalu ditunjukkan secara dimana hal-hal tersebut banyak ditemukan
imunologik pada stadium akut demam rematik pada negara-negara berkembang.
dengan reumatik dengan naiknya titer 2.Iklim Dan Geografi
antibody terhadap antigen streptokokus Demam rematik adalah penyakit
FAKTOR PREDISPOSISI(3) kosmopolit. Angka kejadian demam rematik
Factor predisposisi yang berpengaruh lebih banyak pada daerah beriklim sedang
pada timbulnya demam rematik dapat dibagi 3.Cuaca
menjadi factor Individu dan faktor lingkungan. Perubahan cuaca mendadak sering
(4) mengakibatkan infeksi saluran nafas bagian
Faktor Individu atas meningkat, sehingga kemungkinan
1.Faktor genetik terjadinya demam rematik pun meningkat
penyakit demam rematik sering PATOGENESIS
ditemukan dalam satu keluarga, terutama Meski pengetahuan mengenai penyakit
anak kembar. Meskipun mekanisme ini serta penelitian terhadap kuman
penurunannya belum diketahui dengan pasti Streptococcus hemolyticus grup A sudah
namun berdasarkan data yang didapat berkembang pesat namun sampai saat ini
patogenesis secara pasti masih belum dapat klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala
diketahui. Pada umumnya para ahli peradangan umumdan manifestasi spesifik
mengatakan bahwa demam rematik adalah demam rematik. Gejala peradangan umum
penyakit autoimun. :biasanya pasien mengalami demam yang
Streptokokus menghasilkan tidak kurang tidak tinggi, tanpa pola demam tertentu. Anak
dari 20 produk ekstrasel, produk-produk menjadi lesu, anoreksia, lekas tersinggung dan
tersebut merangsang timbulnya antibodi. berat badan menurun. Anak tampak pucat
Demam rematik diduga merupakan akibat karena anemia akibat tertekannya eritropoesis,
kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap bertambahnya volume plasma serta
beberapa produk ekstrasel dari streptokokus, memendeknya umur eritrosit. Dapat pula
Karena merupakan antigen, tubuh akan terjadi epistaksis, yang bila banyak dapat
membentuk antibody untuk menetralisirnya. menambah derajat anemia. Atralgia, rasa sakit
Kaplan mengemukakan hipotesis tentang disekitar sendi selama beberapa hari atau
adanya reaksi silang antibody terhadap beberapa minggu juga sering didapatkan, rasa
streptokokus dengan otot jantung yang sakit akan bertambah dengan latihan
mempunyai susunan antigen mirip dengan fisik.pada pemeriksaan lab terdapat tanda
streptokokus. Hal inilah yang menyebabkan peradangan akut berupa C- reactive protein
reaksi autoimun. dan leukositosis serta meningginya LED. Titer
Demam rematik biasanya menyerang ASTO meninggi pada kira-kira 80% kasus. Pada
jaringan otot miokardium, endokardium dan EKG terjadi pemanjangan interval P-R.
pericardium, terutama pada katup mitral dan 4. Stadium IV
katup aorta. Secara histopatologis, infeksi Stadium ini disebut stadium inaktif. Pada
demam rematik ditandai dengan adanya stadium ini pasien demam rematik tanpa
proses aschoff bodies yang khas. Daun katup kelainan jantung, atau pasien penyakit jantung
dan korda tendinea akan mengalami edema, reumatik tanpa gejala sisa katup, tidak
proses fibrosis, penebalan, vegetasi dan menunjukkan gejala. Pada pasien penyakit
mungkin kalsifikasi. jantung reumatik dengan gejala sisa selain
Proses-proses tersebut menunjukan katup jantung, gejala yang timbul sesuai
bahwa demam rematik memang merupakan dengan jenis serta beratnya penyakit.
suatu penyakit autoimun, dimana reaksi silang MANIFESTASI KLINIS(1,2,3,4 )
yang terjadi antara streptokokus dengan Gejala mayor dari demam rematik
jaringan tubuh tertentu dapat menyebabkan adalah poliartritis, karditis, korea, eritema
kerusakan jaringan secara imunologik. marginatum,dan nodul subkutan. Gejala mayor
Perjalanan penyakitnya dibagi menjadi 4 ini dapat muncul sendiri atau bersama setalah
stadium : masa laten sampai lima minggu setelah terjadi
1.Stadium I infeksi streptokokus. Selain gejala mayor ada
Stadium ini berupa infeksi saluran nafas pula gejala minor yang ditandai dengan
bagian atas oleh kuman beta streptococcus demam, atralgia serta hasil pemeriksaan
hemolyticus grup A. seperti infeksi saluran penunjang yang menunjukan adanya reaksi
nafas pada umumnya, gejala yang terjadi peradangan akut dan hasil elektrokardiogram
termasuk demam, batuk, rasa sakit waktu yang menunjukan adanya interval PR yang
menelan, tidak jarang disertai muntah dan memanjang.
bahkan pada anak kecil dapat terjadi diare. Arthritis
Pada pemeriksaan fisis sering didapatkan Poliartritis migrains merupakan gejala
eksudat ditonsil yang menyertai tanda yang paling umum pada demam rematik.
peradangan lainnya. Kelenjar getah bening Umumnya terjadi demam dan sendi-sendi
submandibular sering kali membesar. Infeksi besar.Lutut, pergelamgam kaki, siku,
ini biasanya berlang 2-4 hari, dan dapat pergelangan tangan merupakan tempat-
sembuh sendiri tanpa pengobatan. tempat yang sering terkena. Pada persendian
2.Stadium II akan nampak kemerahan, teraba hangat, dan
Stadium ini disebut juga periode laten, nyeri. Kadang rasa nyeri ini mengakibatkan
merupakan masa antara infeksi streptokok pasien menolak untuk menggerakan anggota
dengan permulaan gejala demam rematik. badannya sehingga nampak seperti terjadi
Biasanya periode ini berlangsung antara 1-3 kelumpuhan. Karakteristik dari arthritis ini
minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 adalah sifatnya yang berpindah-pindah dengan
minggu atau bahkan berbulan-bulan menunjukan tanda-tanda penyembuhan pada
kemudian. satu sendi sebelum muncul pada sendi
3.Stadium III lainnya. Karakteristik lainnya adalah arthritis
Ini merupakan stadium fase akut pada demam rematik ini memberikan respon
demam rematik,saat timbulnya berbagai yang baik terhadap pemberian salisilat. Pasien
manifestasi klinis demam rematik. Manifestasi umumnya menunjukan penyembuhan yang
cepat dan total setelah pemberian aspirin. Keadaan ini dapat berlangsung dalam
Arthritis pada demam rematik jarang bertahan beberapa minggu atau bulan.kelainan ini tidak
lebih dari 48 sampai 72 jam setelah pemberian dipengaruhi oleh obat-obat antiinflamasi.
terapi salisilat. Nodul subkutan
Karditis Nodul subkutan biasanya berukuran
Karditis merupakan proses peradangan kecil, tidak terasa sakit, keras, mudah
aktif yang mengenai endokardium, miokardium digerakan. Biasanya ditemukan pada bagian
atau perikardium, dapat mengenai salah satu ekstensor dari persendian terutama siku, lutut,
maupun ketiga-tiganya(pankarditis) Karditis pergelangan tangan dan kaki. Nodul ini
merupakan gajala mayor terpenting karena seringkali tidak diketahui oleh pasien dan baru
hanya karditislah yang meninggalkan gejala dketahui pada pemeriksaan fisik. Nodul
sisa.. Gejala dini karditis adalah adnya rasa biasanya muncul beberapa minggu setelah
lelah, pucat, tidak bergairah, dan anak tampak serangan demam rematik dan sering dianggap
sakit meski belum ada gejala spesifik. Pada sebagai tanda prognosis buruk, sebab sering
pemeriksaan fisik dapat ditemukan bunyi kali diserati dengan karditis berat.
jantung satu melemah, terdengar adanya Selain gejala-gejala mayor tersebut, gejala-
bising jantung. Bising ini dapat berupa bising gejala minor seperti demam, atralgia, nyeri
didaerah apeks, bising middiastol, atau bising didaerah abdominal, takikardi dan epistaksis
diastolic basal. Perikarditis muncul diawali rasa bisa menunjang gejala mayor dalam
nyeri didaerah umbilicus akibat penjalaran menegakan diagnosis.
nyeri didaerah diafragma. Selain itu dapat DIAGNOSIS(1,2,3)
ditemukan juga friction rub, efusi pericardium Demam reumatik dapat mengenai
dan kelainan pada EKG.gambaran EKG yang sejumlah organ dan jaringan sendiri-sendiri
paling sering ditemukan pada penderita adalah atau bersama-sama. Tidak ada satu
pemanjangan interval PR. manifestasi, atau uji laboratorium yang cukup
Pemeriksaan radiology dengan khas untuk diagnostic, kecuali korea
membuat foto toraks menunjukan adanya Sydenham murni, dank karena diagnosis harus
pembesaran ventrikel kiri, atau gambaran didasarkan pada kombinasi beberapa
jantung yang membesar dan disertai efusi penemuan. Makin banyak jumlah manifestasi
pericardium. klinis, makin kuat diagnosis.
Tanda penting karditis rematik adalah bising Pada tahun 1944 Dr. T Duckett Jones
jantung organic yang sebelumnya tidak mengusulkan kriteria diagnostic yang
ditemukan atau adanya perubahan karakter didasarkan pada kombinasi manifestasi klinis
dari bising jantung yang sudah ada, dan penemuan laboratorium sesuai dengan
pembesaran jantung, gagal jantung kongestif kegunaan diagnosisnya. Tanda-tanda klinis
dan friction rub pericardial atau tanda-tanda yang paling berguna ditunjuk sebagai criteria
efusi. mayor. Istilah mayor berhubungan dengan
Korea kepentingan diagnostic dan bukannya dengan
Korea adalah gerakan yang cepat, frekuensi, atau keparahan dan manifestasi
bilateral, tanpa tujuan dan sukar dikendalikan, tertentu. Tanda-tanda dan gejala lain,
sering kali disertai dengan kelemahan otot, walaupun kurang khas masih dapat berguna.
sering terdapat pada anak perempuan.Sering Tanda-tanda dan gejala ini dimasukkan dalam
dijumpai pada satu anak berkali-kali tanpa criteria minor.Kriteria Jones direvisi tiga kali
disertai manifestasi klinis lainnya. oleh American Heart Association.
Manifestasinya berupa gerakan yang Kriteria Jones
involunter, tanpa tujuan, inkoordinasi
muscular, fasikulasi otot lidah, kontraksi Manifestasi Mayor Manifstasi Minor
irregular dari otot-otot tangan apabila pasien Arthritis Klinis:
diminta menggenggam jari pemeriksa. Tanda Carditis Demam
yang khas pada pemeriksaan fisik adalah Korea Sydenham Arthralgia
refleks patella, tungkai akan perlahan-lahan Nodulus Subkutan Riwayat demam
kembali pada posisi semula setelah patella Erytema marginatum. rumatik.
terpukul. Laboratorium:
Eritema marginatum Reaktans fase akut
Eritema marginatum adalah bercak- Laju Endap
bercak merah muda yang bagian tengahnya Darah (KED) naik
pucat sedangkan tepinya berbatas tegas, Protein C reaktif
berbentuk bulat atau bergelombang tanpa positif
indurasi, dan tidak gatal. Bila ditekan Leukositosis
warnanya akan menjadi pucat. Lesi ini tidak Pemanjangan interval
pernah ditemukan pada daerah wajah. PR pada EKG.
Bukti adanya infeksi streptokok sekunder, penyuluhan, tindakan intervensi
Kenaikan titer antibody antistreptokkkus atau operasi.
:ASTO dll Eradikasi kuman streptokok dilakukan
Usapan farings positif untuk streptokokkus dengan pemberian penisilin prokain 600.000
beta hemolitikus grup .Demam skarlatina yang unit IM selama 10 hari. Untuk Negara
baru berkembang WHO menganjurkan penggunaan
Dasar Diagnosis (1) : penisilin benzatin 1,2 juta unit IM. Bila alergi
1.Highly probable (sangat mungkin) terhadap penisilin digunakan eritromisin 20
2 mayor atau 1 mayor + 2 minor mg/kg bb dua kali sehari selama 10 hari.235
Disertai bukti infeksi Streptococcus beta Untuk pemberian obat antiradang
hemolyticus grup A tergantung dari berat ringannya dan ada
ASTO meningkat tidaknya karditis. Obat yang dipakai secara
Kultur (+) luas adalah salisilat dan steroid karena
2. Doubtful diagnosis (meragukan) keduanya efektif mengurangi gejala demam,
2 mayor kelainan sendi, serta fase reaksi akut. Steroid
1 mayor + 2 minor umumnya lebih cepat dalam memperbaiki
Tidak terdapat bukti infeksi Streptokokkus keadaan umum anak, nafsu makan akan
beta hemolitikus grup A bertambah dan laju endap darah cepat
ASTO meningkat menurun. Prednisone hanya digunakan pada
Kultur (+) karditis dengan kardiomegali atau dengan
3.Exception (perkecualian) gagal jantung.
Diagnosis DRA dapat ditegakkan bila hanya Pengobatan suportif dapat berupa diet
ditemukan tinggi kalori dan protein, vitamin dan
Korea pengobatan terhadap komplikasi yang muncul.
Karditis yang datangnya diam-diam atau Pada penderita dengan gagal jantung, diet
terlambat. Riwayat demam karditis biasanya disesuaikan dengan diet gagal jantung.
samar atau tidak ada sama sekali, tetapi Profilaksis sekunder diperlukan untuk
selama periode beberapa bulan timbul gejala mencegah serangan ulang demam rematik.
umum seperti rasa tidak enak badan, lesu Obat yang diberikan adalah penisilin benzatin
anoreksia, dengan penampakan sakit kronik 1,2 juta unit setiap bulan. Bila penderita
Pasien sering dengan gagal jantung dan menolak untuk disuntik maka dapat diganti
pemeriksaan fisik dan penunjang menunjukkan dengan penisilin oral 2 X 200.000 unit/hari.
adanya penyakit jantung valvular. Bila terdapat alergi terhadap penisilin maka
Demam rematik kumat. Diduga pada pasien dapat diganti dengan sulfadiazine 1000
penyakit jantung reumatik yang tidak minum mg/hari untuk anak diatas 12 tahun dan 500
obat anti radang selama paling sedikit dua mg/hari untuk anak 12 tahun kebawah. Lama
bulan, terdapat satu kriteria mayor atau minor, pemberian tergantung pada ada tidaknya dan
disertai bukti adanya infeksi streptokokus beratnya karditis.
sebelumnya. Penyuluhan perlu diberikan kepada penderita
DIAGNOSIS BANDING dan orang tuanya terutama penjelasan
Diagnosis banding demam rematik mengenai keadaan penderita dan ketaatan
umumnya terdiri dari penyakit-penyakit menjalani pengobatan profilaksis sekunder.
dengan demam dan arthritis atau karditis. Tindakan operasi umumnya diperlukan
Penyakit-penyakit seperti juvenile rheumatoid pada penderita demam rematik yang
arthritis, systemic lupus erythematosus atau meninggalkan gejala sisa berupa penyakit
penyakit jaringan ikat campuran dan penyakit jantung rematik. Umumnya dilakukan pada
serum harus dipertimbangkan orang dewasa, pada anak indikasi bedah
kemungkinannya jika ditemukan pasien biasanya adalah kardiomegali berat yang
dengan gejala utama arthritis. Perlu menetap dan mengganggu kehidupan normal,
diperhatikan adanya infeksi piogen pada sendi kardiomegali progresif, serta gagal jantung
yang sering disertai demam serta reaksi fase yang tidak dapat diatasi dengan terapi medik.
akut bisa terjadi kenaikan yang bermakna titer Criteria indikasi lainnya tergantung dari lesi
ASTO akibat infeksi streptokokus sebelumnya yang ada, serta kemampuan pelaksana
yang sebenarnya tidak menyebabkan demam operasi.
rematik sehingga seolah-olah criteria jones A. pengobatan demam rematik
sudah terpenuhi. Antibiotic. Dosis. cara.
PENATALAKSANAAN (1,3) Benzathine Penicillin G: 600,000 U untuk
Dasar pengobatan demam rematik pasien BB 27 kg.
terdiri dari : istirahat berupa tirah baring, 1,2000,000 u untuk pasien BB > 27 kg.
eradikasi kuman streptokok, penggunaan obat A single dose. IM.
antiradang, pengobatan suportif, profilaksis
Penicillin V (phenoxymethyl peni): anak: phenomena yang sama dengan yang terjadi
250 mg 2-3 kali sehari, selama 10 hari. pada Pharao itu. Richet dan Portier,
dewasa: 500 mg 2-3 kali sehari, selama 10 hari menginjeksi anjing dengan ekstrak anemon
Oral. laut, setelah beberapa lama diinjeksi ulang
Erythromycin: jika alergi penisilin anak: dengan ekstrak yang sama . Hasilnya anjing
40 mg/kg/hari 2-4 kali sehari.selama 10 hari itu mendadak mati. Phenomena ini mereka
dewasa: 250 mg 4x1 selama 10 hari. Oral. sebut aldquo; Anaphylaxis. Atas kerjanya ini,
Clindamycin:anak: 40 mg/kg/hari selama 10 Richet dianugerahi Nobel pada tahun 1913.
hari Patofisiologi
umum: 300 mg selama 10 hari. Oral. Oleh Coomb dan Gell (1963), anafilaksis
B. Prophylaxis. dikelompokkan dalam hipersensitivitas tipe 1
Antibiotic. Dosis. cara. atau reaksi tipesegera (Immediate type
Benzathine Penicillin G: 1,200,000U setiap 4 reaction).
minggu atau 3 minggu IM. Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
Penicillin V: 250 mg 2 kali sehari. Oral. Fase Sensitisasi Yaitu waktu yang
Erythromycin: 250 mg 2 kali sehari. dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai
Oral. diikatnya oleh reseptor spesifik pada
KOMPLIKASI DEMAM REUMATIK permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang
Endocardium (endocarditis). masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau
Myocardium (myocarditis). saluran makan di tangkap oleh Makrofag.
Pericardium (pericarditis). Makrofag segera mempresen-tasikan antigen
PROGNOSIS tersebut kepada Limfosit T, dimana ia akan
Pada demam rematik hanya kelainan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang
jantung yang dapat menetap, meninggalkan menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi
sequel. Kelainan sendi bagaimanapun juga sel Plasma (Plasmosit).
beratnya, selalu akan sembuh sempurna tanpa Sel plasma memproduksi Immunoglobulin E (Ig
gejala sisa.Juga tidak akan ada kelainan syaraf E) spesifik untuk antigen tersebut. Ig E ini
yang menetap, kecuali episode serangan korea kemudian terikat pada receptor permukaan sel
berulang. Jadi prognosis pasien terutama Mast (Mastosit) dan basofil.
ditentukan oleh kelainan jantung pada fase Fase Aktivasi Yaitu waktu selama
akut dan gejala sisi kelainan jantungnya. terjadinya pemaparan ulang dengan antigen
Prognosis lebih buruk pada pasien yang yang sama. Mastosit dan Basofil melepaskan
berumur dibawah 6 tahun, atau bila pemberian isinya yang berupa granula yang menimbulkan
profilaksis sekunder tidak adekuat sehingga reaksi pada paparan ulang . Pada kesempatan
terdapat kemungkinan terjadinya reaktivasi lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh.
penyakit. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E
spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera
SYOK ANAFILAKTIK yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain
Definisi histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa
Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut
dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis dengan istilah Preformed mediators.
berarti Menghilangkan perlindungan. Ikatan antigen-antibodi merangsang
Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan degradasi asam arakidonat dari membran sel
efek pada beberapa sistem organ terutama yang akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan
kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro Prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa
intestinal yang merupakan reaksi imunologis waktu setelah degranulasi yang disebut Newly
yang didahului dengan terpaparnya alergen formed mediators. Fase Efektor Adalah waktu
yang sebelumnya sudah tersensitisasi. Syok terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis)
anafilaktik adalah reaksi anafilaksis yang sebagai efek mediator yang dilepas mastosit
disertai hipotensi dengan atau tanpa atau basofil dengan aktivitas farmakologik
penurunan kesadaran. Reaksi Anafilaktoid pada organ organ tertentu. Histamin
adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi memberikan efek bronkokonstriksi,
tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. meningkatkan permeabilitas kapiler yang
Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya nantinya menyebabkan edema, sekresi mukus
diterapi sebagai anafilaksis. dan vasodilatasi. Serotonin meningkatkan
Sejarah permeabilitas vaskuler dan Bradikinin
Tahun 2641 SM, seorang Pharao menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet
meninggal mendadak Raja Menes meninggal activating factor (PAF) berefek bronchospasme
tidak seberapa lama setelah disengat tawon dan meningkatkan permeabilitas vaskuler,
(wasp). Tahun 1902, dua ilmuwan Perancis agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa
yang bekerja di Mediterania menemukan faktor kemotaktik menarik eosinofil dan
neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan edema periorbita, perioral, rhinitis Thorax
menyebabkan bronchokonstriksi, demikian aritmia sampai arrest Pulmo Bronkospasme,
juga dengan Leukotrien. stridor, rhonki dan wheezing, Abdomen : Nyeri
Alergen Terr menyebutkan beberapa tekan, BU meningkat Ekstremitas : Urticaria,
golongan alergen yang dapat menimbulkan Edema ekstremitas Pemeriksaan Tambahan
reaksi anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, Hematologi : Hitung sel meningkat
bisa atau racun serangga dan alergen lain Hemokonsentrasi, trombositopenia
yang tidak bisa di golongkan. eosinophilia naik/ normal / turun. X foto :
Allergen penyebab Anafilaksis Makanan Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis
Krustasea: Lobster, udang dan kepiting karena mukus plug, EKG : Gangguan konduksi,
Moluska : kerang Ikan Kacang-kacangan dan atrial dan ventrikular disritmia, Kimia
biji-bijian Buah beri Putih telur Susu meningkat, sereum triptaase meningkat
Obat Hormon : Insulin, PTH, ACTH, Vaso-presin, Diagnosis banding:
Relaxin - Syok bentuk lain
Enzim : Tripsin,Chymotripsin, Penicillinase, As- - Asma akut
paraginase Vaksin dan Darah - Edema paru dan emboli paru
Toxoid : ATS, ADS, SABU Ekstrak alergen untuk - Aritmia jantung
uji kulit Dextran - Kejang
Antibiotika: Penicillin, Streptomisin, - Keracunan obat akut
Cephalosporin, Tetrasiklin, Ciprofloxacin, - Urticaria
Amphotericin B, Nitrofurantoin. - Reaksi vaso-vagal
Agent diagnostik-kontras: Vitamin B1, Asam Penatalaksanaan dan Management syok
folat Agent anafilaktik
anestesi: Lidocain, Procain, - Hentikan obat/identifikasi obat yang diduga
Lain-lain: Barbiturat, Diazepam, Phenitoin, menyebabkan reaksi anafilaksis
Protamine, Aminopyrine, Acetil cystein , - Torniquet, pasang torniquet di bagian
Codein, Morfin, Asam salisilat dan HCT Bisa proksimal daerah masuknya obat atau
serangga Lebah Madu, Jaket kuning, Semut api sengatan hewan
Tawon (Wasp). Lain-lain Lateks, Karet, longgarkan 1-2 menitn tiap 10 menit.
Glikoprotein seminal fluid - Posisi, tidurkan dengan posisi Trandelenberg,
kaki lebih tinggi dari kepala (posisi shock)
Gejala klinis dengan alas keras.
Anafilaksis merupakan reaksi sistemik, - Bebaskan airway, bila obstruksi intubasi-
gejala yang timbul juga menyeluruh. cricotyrotomi-tracheostomi
Gejala permulaan: Sakit Kepala, Pusing, Gatal - Berikan oksigen, melalui hidung atau mulut
dan perasaan panas Sistem Organ Gejala Kulit 5-10 liter /menit bila tidak bia persiapkandari
Eritema, urticaria, angoedema, conjunctivitis, mulut kemulut
pallor dan kadang cyanosis Respirasi - Pasang cathether intra vena (infus) dengan
Bronkospasme, rhinitis, edema paru dan batuk, cairan elektrolit seimbang atau Nacl fisiologis,
nafas cepatdan pendek, terasa tercekik karena 0,5-1liter dalam 30 menit (dosis dewasa)
edema epiglotis, stridor, serak, suara hilang, monitoring dengan Tensi dan produksi urine
wheezing, dan obstruksi komplit. - Pertahankan tekanan darah sistole
Cardiovaskular Hipotensi, diaphoresis, kabur >100mmHg diberikan 2-3L/m2 luas tubuh /24
pandangan, sincope, aritmia dan hipoksia jam
Gastrintestinal Mual, muntah, cramp perut, Bila<> 100 mmHg 500 cc/ 1 Jam
diare, disfagia, inkontinensia urin SSP, - Bila perlu pasang CVP
Parestesia, konvulsi dan kom Sendi Arthralgia Medikamentosa I.
Haematologi darah, trombositopenia, DIC Adrenalin 1:1000, 0,3 0,5 ml SC/IM
Diagnosis lengan atas , paha, sekitar lesi pada venom,
Anamnesis Mendapatkan zat penyebab Dapat diulang 2-3 x dengan selang waktu 15-
anafilaksis (injeksi, minum obat, disengat 30 menit, Pemberian IV pada stadium
hewan, makan sesuatu atau setelah test kulit ) terminal /pemberian dengan dosis1 ml gagal ,
Timbul biduran mendadak, gatal dikulit, suara 1:1000 dilarutkan dalam 9 ml garam faali
parau sesak ,sekarnafas, lemas, pusing, diberikan 1-2 ml selama 5-20 menit (anak 0,1
mual,muntah sakit perut setelah terpapar cc/kg BB)
sesuatu. Medikamentosa II.
Fisik diagnostik Keadaan umum : baik Diphenhidramin IV pelan (+ 20 detik )
sampai buruk Kesadaran Composmentis ,IM atau PO (1-2 mg/kg BB) sampai 50 mg
sampai Koma Tensi : Hipotensi, dosis tunggal, PO dapat dilanjutkan tiap 6 jam
Nadi:Tachycardi, Nafas : Kepala dan leher : selama 48 jam, bila tetap sesak + hipotensi
cyanosis, dispneu, conjunctivitis, lacrimasi,
segera rujuk, (anak :1-2 mg /kgBB/ IV) maximal bronkospasme persistent)
200mg IV - Infus cairan (pedoman hematokrit dan
Medikamentosa III. produksi urine) Berat
Aminophilin, bila ada spasme bronchus - Monitor pernafasan dan hemodinamika
beri 4-6 mg/ kg BB dilarutkan dalam 10 ml - Cairan, Obat Inotropik positif, Obat vasoaktif
garam faali atau D5, IV selama 20 menit tergantung hemodinamik
dilanjutkan 0,2 1,2 mg/kg/jam IV. - Bila perlu dan memungkin- rujuk untuk
Corticosteroid 5-20 mg/kg BB dilanjutkan 2-5 mendapat perawatan intensif RJPO Basic dan
mg/kg selama 4-6 jam, pemberian selama 72 Advanced Life Support (RJPO) -----------Arrest
jam .Hidrocortison IV, beri cimetidin 300mg Nafas dan Jantung.
setelah 3-5 menit Monitoring
Observasi ketat selama 24 jam, 6jam ARTRITIS REUMATOID
berturut-turut tiap 2 jam sampai keadaan I.PENDAHULUAN
fungsi membaik Artritis reumatoid adalah penyakit multisistem
- Klinis : keadaan umum, kesadaran, vital sign, kronis yang penyebabnya tidak diketahui.
produksi urine dan keluhan Terdapat berbagai manifestasi sistemik pada
- Darah : Gas darah penyakit ini, karakteristiknya adalah
- EKG Komplikasi (Penyulit) Kematian karena peradangan yang menetap pada cairan sendi
edema laring , gagal nafas, syok dan cardiac (sinovitis), biasanya menyerang area sekitar
arrest. Kerusakan otak permanen karena syok sendi dengan distribusi yang simetris. 1,2,3
dan gangguan cardiovaskuler. Urtikaria dan Potensi dari inflamasi yang terjadi pada cairan
angoioedema menetap sampai beberapa sendi dapat menyebabkan kerusakan kartilago,
bulan, Myocard infark, aborsi dan gagal ginjal erosi pada tulang, dan perubahan yang lebih
juga lanjut pada integritas sendi sebagai tanda khas
pernah dilaporkan. pada penyakit ini. Walaupun berpotensi
Prevensi (Pencegahan) merusak, artritis reumatoid cukup bervariasi.
- Mencegah reaksi ulang Beberapa penderita hanya menunjukkan
- Anamnesa penyakit alergi px sebelum terapi penyakit oligoartikular yang ringan dengan
diberikan (obat,makanan,atopik) durasi yang singkat disertai dengan kerusakan
- Lakukan skin test bila perlu sendi yang minimal, sedangkan pada
- Encerkan obat bila pemberian dengan penderita yang lain dapat menunjukkan
SC/ID/IM/IV dan observasi selama pemberian poliartritis progresif yang ditandai kerusakan
- Catat obat px pada status yang fungsional.1
menyebabkan alergi Beberapa penelitian mengatakan bahwa
- Hindari obat-obat yang sering menyebabkan artritis reumatoid mengalami penuruanan
syok anafilaktik. dalam hal frekuensi dan tingkat keberatannya.
- Desensitisasi alergen spesifik Sebagian besar, tanda dari artritis reumatoid
- Edukasi px supaya menghindari makanan adalah homogen, dan pola dari perubahan
atau obat yang menyebabkan alergi sendi dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor
- Bersiaga selalu bila melakukan injeksi dengan genetik. Artriris reumatoid dihubungkan
emergency kit Prognosis Bila penanganan dengan penyakit ekstra-artikular yang secara
cepat, konsisten lebih sedikit terjadi pada orang Asia
klinis masih ringan dapat membaik dan dan Afrika dibanding dengan orang Kaukasia.4
tertolong II.EPIDEMIOLOGI
Algoritme Management Penderita Syok Artritis reumatoid merupakan penyakit
Anafilaktik Ringan: yang jarang pada laki-laki dibawah umur 30
- Baringkan dalam posisi syok, Alas keras tahun. Insiden penyakit ini memuncak pada
- Bebaskan jalan nafas umur 60-70 tahun. Pada wanita, prevalensi
- Tentukan penyebab dan lokasi masuknya penyakit ini meningkat dari pertengahan abad
- Jika masuk lewat ekstremitas, pasang ke-20 dan konstan pada level umur 45-65
torniquet tahun dengan masa puncak 65-75 tahun.4
- Injeksi Adrenalin 1:1000 0,25 cc (0,25mg) Prevalensi dari artritis reumatoid mendekati
SC Sedang 0,8 % dari populasi (kisaran 0,3 - 2,1%), wanita
- Monitor pernafasan dan hemodinamik terkena tiga kali lebih sering dibandingkan
- Suplemen Oksigen dengan laki-laki. Prevalensi penyakit ini
- Injeksi Adrenalin 1:1000- 0,25cc(0,25mg) meningkat dengan umur, dan jenis kelamin,
IM(Sedang) atau 1:10.000 perbedaannya dikurangi pada kelompok usia
2,5-5cc (0,25-0,5mg) IV(Berat), Berikan tua. Penyakit ini menyerang orang-orang di
sublingual atau trans trakheal bila vena kolaps seluruh dunia dari berbagai suku bangsa.
- Aminofilin 5-6mg/kgBB IV(bolus), diikuti 0,4- Onset dari penyakit ini sering pada dekade ke-
0,9mg/kgBB/menit perdrip (untuk empat dan ke-lima dari kehidupan. 1,5,6
Faktor resiko genetik tidak sepenuhnya struktur sendi. Kartilago tidak diperdarahi
dihitung pada insiden terjadinya artritis tetapi menerima nutrisi dari cairan sinovial.
reumatoid, hanya menyatakan bahwa faktor b.Ligamentum kapsuler
lingkungan juga berperan penting pada Sendi dikelilingi dan ditutupi oleh jaringan
penyebab dari penyakit ini. Hal ini ditekankan fibrosa yang mengikat tulang-tulang yang
pada penelitian epidemiologi di Afrika yang berkaitan. Jaringan tersebut cukup regang
mengindikasikan cuaca dan urbanisasi sehingga pergerakan dapat dilakukan tapi juga
merupakan pengaruh utama pada insiden dan cukup kuat untuk dapat melindungi dari jejas.
tingkat keberatan dari artritis reumatoid pada c.Membran sinovial
kelompok dengan latar belakang genetik yang Membran sinovial disusun oleh sel epitel dan
serupa.1 berfungsi:
III. ETIOLOGI -Melapisi kapsul
Penyebab artritis reumatoid masih belum -Menutupi bagian tulang di dalam sendi yang
diketahui. Dikatakan bahwa artritis reumatoid tidak ditutupi oleh kartilago sendi
mungkin merupakan manifestasi dari respon -Menutupi seluruh struktur intrakapsuler yang
terhadap agen infeksius pada orang-orang tidak menyokong berat tubuh
yang rentan secara genetik. Karena distibusi d.Cairan sinovial
artritis reumatoid yang luas, hal ini Cairan sinovial merupakan cairan kental
menimbulkan hipotesis bahwa jika dengan konsistensi menyerupai putih telur dan
penyebabnya adalah agen infeksius, maka disekresikan oleh membran sinovial kedalam
organisme tersebut haruslah tersebar secara kavitas sinovial, dan berfungsi:
luas. Beberapa kemungkinan agen penyebab -Menyediakan nutrisi untuk struktur di dalam
tersebut diantaranya termasuk mikoplasma, kavitas sinovial
virus Epstein-Barr (EBV), sitomegalovirus, -Mengandung fagosit yang mengeliminasi
parvovirus, dan virus rubella, tapi berdasarkan mikroba dan debris seluler
bukti-bukti, penyebab ini ataupun agen -Berfungsi sebagai lubrikan
infeksius yang lain yang menyebabkan artritis -Mempertahankan stabilitas sendi
reumatoid tidak muncul pada penderita artritis -Mencegah terpisahnya kedua ujung tulang
reumatoid.1 yang berlengketan, seperti sedikit air yang
Walupun etiologi dari artritis reumatoid belum terdapat diantara dua permukaan kaca
diketahui, namun nampaknya multifaktorial. e.Struktur intrakapsular lainnya
Terdapat kerentanan genetik yang jelas, dan Beberapa sendi memiliki struktur-struktur yang
penelitian pada orang kembar terdapat di dalam kapsul, tetapi berada di luar
mengindikasikan indeks sekitar 15-20%. membran sinovial yang membantu
Sebanyak 70% dari pasien artrirtis reumatoid mempertahankan stabilitas, contohnya
ditemukan human leucocyte antigen-DR4 bantalan lemak dan meniskus pada sendi lutut.
(HLA-DR4), sedangkan faktor lingkungan Jika struktur tersebut tidak menyokong berat
seperti merokok dan agen infeksius dikatakan tubuh, biasanya struktur tersebut tidak
memiliki peranan penting pada etiologi, namun ditutupi oleh membran sinovial
kontribusinya sampai saat ini belum f.Struktur ekstrakapsular
terdefinisikan.1,5,7 -Ligamentum, yang bergabung dengan kapsul
IV.ANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI memberikan stabilitas lebih lagi pada
Sendi sinovial memiliki karakteristik kebanyakan sendi
sedemikian rupa sehingga memungkinkan -Otot atau tendon, juga menyediakan
jangkauan gerakan yang luas. Sendi sinovial stabilitas. Selain itu otot dan tendon juga
diklasifikasikan berdasarkan jangkauan meregang melintasi sendi ketika terjadi
gerakan atau berdasarkan bentuk bagian sendi pergerakan. Jika otot berkontraksi, otot
dari tulang yang terlibat.8 tersebut akan memendek dan menarik dua
Setiap jenis sendi sinovial memiliki tulang sehingga semakin berdekatan.
karakteristik yang sama, yaitu:8 g.Suplai darah dan persarafan
a.Kartilago hialin Saraf dan pembuluh darah yang melintasi
Bagian tulang yang bersentuhan pasti sendi biasanya bertugas menyuplai kapsul dan
dilindungi oleh kartilago hialin yang otot yang menggerakkannya.
menyediakan permukaan yang lembut dan V.PATOFISIOLOGI
cukup kuat untuk menyerap gaya tekan serta Artritis reumatoid adalah proses
menahan berat tubuh. Lapisan kartilago inflamasi kompleks yang merupakan hasil
memiliki ketebalan 7 mm pada orang muda reaksi dari berbagai populasi sel imun dengan
dan semakin tipis dan rentan terhadap aktivasi dan proliferasi dari fibroblas sinovial.
tekanan seiring dengan pertambahan usia. Hal Respon inflamasi ini menyerang cairan sinovial
ini menyebabkan bertambahnya tekanan pada pada persendian, bursa dan tendon, serta
jaringan lain di seluruh tubuh. Orang-orang
yang menderita penyakit ini menunjukkan 1.Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah,
tanda-tanda klinik yang bermacam-macam dan anoreksia, berat badan menurun dan demam.
distribusinya pada muskuloskeletal. Dalam Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya
jaringan sinovial, proses inflamasi terjadi 2.Poliartritis simetris, terutama pada sendi
secara jelas, menimbulkan edema dan perifer: termasuk sendi-sendi di tangan,
proliferasi kapiler dan sel mesenkim. Pada namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
jaringan sendi dan cairan sinovial, terjadi interfalang distal. Hampir semua sendi
akumulasi dari leukosit yang menghasilkan diartrodial dapat terserang.
enzim lisosom dan proinflamasi lain, serta 3.Kekakuan pagi hari, selama lebih dari satu
mediator-mediator toksik. Kemudian, dengan jam: dapat bersifat generalisata tetapi
teraktivasinya sel-sel imun dan fibroblas terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
sinovial, mediator ini dapat merusak kartilago berbeda dengan kekakuan sendi pada
persendian yang bedekatan. Jika proses ini osteoartritis, yang biasanya hanya
terus berlanjut dan tidak dikendalikan, berlangsung selama beberapa menit dan
permukaan sendi akan hancur, dan secara selalu kurang dari satu jam
bertahap terjadi fibrosis pada jaringan fibrosa 4.Artritis erosif: merupakan ciri khas dari
kapsul persendian dan jaringan sendi atau penyakit ini pada gambaran radiologik.
terlihat ankilosis pada tulang.9 Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan
Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua erosi di tepi tulang.
cara. Pertama adalah destruksi akibat proses 5.Deformitas: kerusakan struktur penunjang
pencernaan oleh karena produksi protease, sendi meningkat dengan perjalanan penyakit.
kolagenase dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi
Enzim-enzim ini memecah kartilago, ligamen, sendi metakarpofalangeal, deformitas
tendon dan tulang pada sendi, serta boutonniere dan leher angsa adalah beberapa
dilepaskan bersama dengan radikal oksigen deformitas tangan yang sering dijumpai. Pada
dan metabolit asam arakidonat oleh leukosit kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
polimorfonuklear dalam cairan sinovial. Proses metatarsal yang timbul sekunder dan
ini diduga adalah bagian dari respon autoimun subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar
terhadap antigen yang diproduksi secara lokal. juga dapat terserang dan mengalami
Kedua adalah, destruksi jaringan juga terjadi pengurangan kemampuan bergerak terutama
melalui kerja panus reumatoid. Panus dalam melakukan gerak ekstensi.
merupakan jaringan granulasi vaskular yang 6.Nodul-nodul rheumatoid adalah massa
terbentuk dari sinovium yang meradang dan subkutan yang ditemukan pada sekitar
kemudian meluas ke sendi. Disepanjang sepertiga orang dewasa pasien artritis
pinggir panus, terjadi destruksi kolagen dan reumatoid. Lokasi yang paling sering dari
proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel di deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi
dalam panus tersebut.10 siku) atau sepanjang permukaan ekstensor
Hiperplasia sinovial dan formasi ke dalam dari lengan. Walaupun demikan, nodul-nodul
panus merupakan patogenesis artritis ini dapat juga timbul pada tempat lainnya.
reumatoid yang fundamental. Proses ini Adanya nodul-nodul ini biasanya merupakan
dimediasi oleh produksi dari berbagai sitokin, petunjuk dari suatu penyakit yang aktif dan
contohnya tumor necrosis factor (TNF-) dan lebih berat.
interleukin-1 (IL-1) oleh antigen presenting 7.Manifestasi ekstra-artikular; artritis
cells dan sel T. TNF- dan IL-1 juga memiliki reumatoid juga dapat menyerang organ-organ
peranan penting dalam destruksi tulang.5,7 lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-
VI. DIAGNOSIS paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah
Diagnosis dari artritis reumatoid dengan dapat rusak.
anamnesis dan pemeriksaan yang Dibawah ini merupakan tabel revisi kriteria
dikorelasikan dengan data laboratorium dan untuk klasifikasi dari artritis reumatoid dari
pemeriksaan radiologi. Karakteristik pasien, American Rheumatism Association tahun 1987
termasuk umur, jenis kelamin dan etnis, Tabel 1: 1987 Revised American Rheumatism
sangat penting, karena hal tersebut Association Criteria for the Classification of
berhubungan dengan resiko dan tingkat Rheumatoid Arthritis
keberatan dari penyakit.2 [dikutip dari kepustakaan 2]
VI.1 Gambaran Klinis Kriteria Definisi
Ada beberapa gambaran klinis yang
lazim ditemukan pada penderita artritis 1.
Kekakuan pagi hari pada sendi atau
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus Kekakuan pagi
disekitar sendi, lamanya setidaknya 1 jam
timbul sekaligus pada saat yang bersamaan hari
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran
klinis yang bervariasi.10
Beberapa hasil uji laboratoirum dipakai untuk
Setidaknya tiga area sendi secara membantu menegakkan diagnosis artritis
bersama-sama dengan peradangan pada reumatoid. Sekitar 85% pasien artritis
2. jaringan lunak atau cairan sendi. 14 reumatoid memiliki autoantibodi di dalam
Artritis pada tiga kemungkinan area yang terkena, kanan serumnya yang dikenal sebagai faktor
atau lebih maupun kiri proksimal interfalangs (PIP), reumatoid. Autoantibodi ini adalah
area sendi metakarpofalangs (MCP), pergelangan imunoglobulin M (IgM) yang beraksi terhadap
tangan, siku, lutut, pergelangan kaki, dan perubahan imunoglobulin G (IgG). Keberadaan
sendi metatarsofalangs (MTP) dari faktor reumatoid bukan merupakan hal
yang spesifik pada penderita artritis
3. Setidaknya satu sendi bengkak pada reumatoid. Faktor reumatoid ditemukan sekitar
Artritis pada pergelangan tangan, sendi MCP atau sendi 5% pada serum orang normal, insiden ini
sendi tangan PIP meningkat dengan pertambahan usia,
sebanyak 10-20% pada orang normal usia
4. Secara bersama-sama terjadi pada area diatas 65 tahun positif memiliki faktro
Artritis simetris sendi yang sama pada kedua bagian tubuh reumatoid dalam titer yang rendah.1,10
Laju endap darah (LED) eritrosit adalah suatu
5. Adanya nodul subkutaneus melewati indeks peradangan yang tidak spesifik. Pasien
Nodul-nodul tulang atau permukaan regio ekstensor dengan artritis reumatoid nilainya dapat tinggi
reumatoid atau regio juksta-artikular (100 mm/jam atau lebih tinggi lagi). Hal ini
Menunjukkan adanya jumlah abnormal berarti bahwa LED dapat dipakai untuk
6. pada serum faktor reumatoid dengan memantau aktivitas penyakit.10
Serum faktor berbagai metode yang mana hasilnya Anemia normositik normokrom sering
reumatoid positif jika < 5% pada subyek kontrol didapatkan pada penderita dengan artritis
yang normal rematoid yang aktif melalui pengaruhnya pada
Perubahan radiografik tipikal pada artritis sumsum tulang. Anemia ini tidak berespon
7. reumatoid pada radiografik tangan dan pada pengobatan anemia yang biasa dan
Perubahan pergelangan tangan posteroanterior, dapat membuat seseorang merasa
radiografik dimana termasuk erosi atau dekalsifikasi kelelahan.1.10
terlokalisasi yang tegas pada tulang. Analisis cairan sinovial menunjukkan keadaan
Untuk klasifikasi, pasien dikatakan menderita atrtritis inflamasi pada sendi, walaupun tidak ada
reumatoid jika pasien memenuhi setidaknya 4 dari 7 kriteria satupun temuan pada cairan sinovial spesifik
diatas. Kriteria 1 - 4 harus sudah berlangsung sekurang- untuk artritis reumatoid. Cairan sinovial
kurangnya 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis klinis, biasanya keruh, dengan kekentalan yang
tidak dikeluarkan pada kriteria ini. menurun, peningkatan kandungan protein, dan
konsentrasi glukosa yang mengalami sedikit
VI.2 Pemeriksaan Fisis penurunan atau normal. Hitung sel leukosit
Pemeriksaan fisis pada pasien dengan (WBC) meningkat mencapai 2000/L dengan
artritis reumatoid adalah penilaian standar lebih dari 75% leukosit PMN, hal ini merupakan
untuk peradangan pada sendi, kelemahan dan karakteristik peradangan pada artritis,
keterbatasan gerak. Selain itu, pada walaupun demikian, temuan ini tidak
pemeriksaan fisis juga menunjukkan adanya mendiagnosis artritis reumatoid.1
gejala-gejala ekstra-artikular seperti skleritis, VI.4 Pemeriksaan Radiologi
nodul-nodul, garukan perikardial, efusi pleura, VI.4.1 Foto Polos
splenomegali, dan ulkus kulit pada ekstremitas Pada tahap awal penyakit, biasanya tidak
bawah.2 ditemukan kelainan pada pemeriksaan
Pada artritis reumatoid yang lanjut, tangan radiologis kecuali pembengkakan jaringan
pasien dapat menunjukkan deformitas lunak. Tetapi, setelah sendi mengalami
boutonnierre dimana terjadi hiperekstensi dari kerusakan yang lebih berat, dapat terlihat
sendi distal interfalangs (DIP) dan fleksi pada penyempitan ruang sendi karena hilangnya
sendi proksimal interfalangs (PIP). Deformitas rawan sendi. Juga dapat terjadi erosi tulang
yang lain merupakan kebalikan dari deformitas pada tepi sendi dan penurunan densitas
boutonniere, yaitu deformitas swan-neck, tulang. Perubahan-perubahan ini biasanya
dimana juga terjadi hiperekstensi dari sendi irreversibel.10
PIP dan fleksi dari sendi DIP. Jika sendi Tanda pada foto polos awal dari artritis
metakarpofalangs telah seutuhnya rusak, reumatoid adalah peradangan periartikular
sangat mungkin untuk menggantinya dengan jaringan lunak bentuk fusiformis yang
protesa silikon.11 disebabkan oleh efusi sendi dan inflamasi
VI.3 Pemeriksaan Laboratorium hiperplastik sinovial. Nodul reumatoid
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang merupakan massa jaringan lunak yang
spesifik untuk mendiagnosis artritis reumatoid. biasanya tampak diatas permukaan ekstensor
pada aspek ulnar pergelangan tangan atau Diagnosis awal dan penanganan awal
pada olekranon, namun adakalanya terlihat merupakan manajemen utama pada artritis
diatas prominensia tubuh, tendon, atau titik reumatoid. Dengan adanya laporan mengenai
tekanan. Karakteristik nodul ini berkembang sensitivitas MRI dalam mendeteksi erosi dan
sekitar 20% pada penderita artritis reumatoid sinovitis, serta spesifitas yang nyata untuk
dan tidak terjadi pada penyakit lain, sehingga perubahan edema tulang, hal itu menandakan
membantu dalam menegakkan diagnosis.6 bahwa MRI merupakan penolong untuk
VI.4.2 CT Scan mendiagnosis awal penyakit artritis reumatoid.
Computer tomography (CT) memiliki peranan MRI juga memberikan gambaran yang berbeda
yang minimal dalam mendiagnosis artritis pada abnormalitas dari artritis reumatoid,
reumatoid. Walaupun demikian, CT scan sebagai contoh, erosi tulang, edema tulang,
berguna dalam memperlihatkan patologi dari sinovitis, dan tenosinovitis.15
tulang, erosi pada sendi-sendi kecil di tangan VIII. PENATALAKSANAAN
yang sangat baik dievaluasi dengan kombinasi Tujuan terapi dari artritis reumatoid adalah (1)
dari foto polos dan MRI.14 mengurangi nyeri, (2) mengurangi inflamasi,
CT scan jarang digunakan karena lebih rendah (3) menjaga struktur persendian, (4)
dari MRI dan memiliki kerugian dalam hal mempertahankan fungsi sendi, dan (5)
radiasi. CT scan digunakan sebatas untuk mengontrol perkembangan sistemik.1,10
mengindikasikan letak destruksi tulang dan Adapun penatalaksanaan dari artritis
stabilitas tertinggi tulang secara tepat, seperti reumatoid adalah sebagai berikut:
pada pengaturan pre-operatif atau pada tulang 1.Obat-obatan
belakang.5 a.Non-steroid anti-inflammatoy drugs (NSAID)
VI.4.3 Ultrasonografi (USG) Kelompok obat ini mengurangi peradangan
Sonografi dengan resolusi tinggi serta dengan menghalangi proses produksi mediator
pemeriksaan dengan frekuensi tinggi peradangan. Tepatnya, obat ini menghambat
digunakan untuk mengevaluasi sendi-sendi sintetase prostaglandin atau siklooksigenase.
kecil pada artritis reumatoid. Efusi dari sendi Enzim-enzim ini mengubah asam lemak
adalah hipoekhoik, sedangkan hipertrofi pada sistemik andogen, yaitu asam arakidonat
sinovium lebih ekhogenik. Nodul-nodul menjadi prostaglandin, prostasiklin,
reumatoid terlihat sebagai cairan yang tromboksan dan radikal-radikal oksigen. Obat
memenuhi area kavitas dengan pinggiran yang standar yang sudah dipakai sejak lama dalam
tajam. Erosi tulang dapat terlihat sebagai kelompok ini adalah aspirin.10
irregularitas pada korteks hiperekhoik. Selain aspirin, NSAID yang lain juga dapat
Komplikasi dari arthritis reumatoid, seperti menyembuhkan artritis reumatoid. Produksi
tenosinovitis dan ruptur tendon, juga dapat dari prostaglandin, prostasiklin, dan
divisualisasikan dengan menggunakan tromboksan ini memberikan efek analgesik,
ultrasonografi. Hal ini sangat berguna pada anti-inflamasi, dan anti-piretik.1
sendi MCP dan IP. Tulang karpal dan sendi b.Disease-modifying antirheumatic drugs
karpometakarpal tidak tervisualisasi dengan (DMARD)
baik karena konfigurasinya yang tidak rata dan Kelompok obat-obatan ini termasuk
lokasinya yang dalam.14 metotrexat, senyawa emas, D-penicilamine,
Sonografi telah digunakan dalam antimalaria, dan sulfasalazine. Walaupun tidak
mendiagnosis artritis reumatoid dengan tujuan memiliki kesamaan kimia dan farmakologis,
meningkatkan standar yang tepat untuk pada prakteknya, obat-obat ini memberikan
radiografi konvensional. Ultrasonografi, beberapa karakteristik.1
terkhusus dengan menambahkan amplitude Pemberian obat ini baru menjadi indikasi
color doppler (ACD) Imaging, juga apabila NSAID tidak dapat mengendalikan
menyediakan informasi klinis yang berguna artritis reumatoid. Beberapa obat-obatan yang
untuk dugaan artritis reumatoid. ACD imaging telah disebutkan sebelumnya tidak disetujui
telah diaplikasikan untuk artritis reumatoid oleh U.S Food and Drugs Administration untuk
dengan tujuan mengevaluasi manifestasi dari dipakai sebagai obat artritis reumatoid. Tujuan
hiperemia pada peradangan jaringan sendi. pengobatan dengan obat-obat kerja lambat ini
Hiperemia sinovial merupakan ciri patofisiologi adalah untuk mengendalikan manifestasi klinis
yang fundamental untuk artritis reumatoid.14 dan menghentikan atau memperlambat
VI.4.4 MRI kemajuan penyakit.10
Magnetic Resonance Imaging (MRI) 2.Terapi glukokortikoid
menyediakan gambaran yang baik dengan Terapi glukokortikoid sistemik dapat
penggambaran yang jelas dari perubahan memberikan efek untuk terapi simptomatik
jaringan lunak, kerusakan kartilago, dan erosi pada penderita artritis reumatoid. Prednison
tulang-tulang yang dihubungkan dengan dosis rendah (7,5 mg/hari) telah menjadi terapi
artritis reumatoid.14 suportif yang berguna untuk mengontrol
gejala. Walaupun demikian, bukti-bukti terbaru dini mencakup disabilitas, durasi dan tingkat
mengatakan bahwa terapi glukokortikoid dosis keparahan penyakit, penggunaan
rendah dapat memperlambat progresifitas glukokortikoid, umur onset, serta rendahnya
erosi tulang.1 status sosio-ekonomi dan pendidikan.1
3.Operasi
Operasi memiliki peranan penting dalam
penanganan penderita artritis reumatoid
dengan kerusakan sendi yang parah. Meskipun
artroplasti dan penggantian total sendi dapat
dilakukan pada beberapa sendi, prosedur yang
paling sukses adalah operasi pada pinggul,
lutut, dan bahu. Tujuan realistik dari prosedur
ini adalah mengurangi nyeri dan mengurangi
disabilitas.1
IX. PROGNOSIS
Beberapa tampakan klinis pada pasien artritis
reumatoid nampaknya memiliki nilai
prognostik. Remisi dari aktivitas penyakit
cenderung lebih banyak terjadi pada tahun
pertama. Jika aktivitas penyakit berlangsung
lebih dari satu tahun biasanya prognosis
buruk. Wanita kulit putih cenderung memiliki
sinovitis yang lebih persisten dan lebih erosif
dibanding pria.1
Harapan hidup rata-rata orang dengan artritis
reumatoid memendek 3-7 tahun dari orang
normal. Peningkatan angka mortalitas
tampaknya terbatas pada pasien dengan
penyakit sendi yang lebih berat, sehubungan
dengan infeksi dan perdarahan gasrointestinal.
Faktor yang dihubungkan dengan kematian

Anda mungkin juga menyukai