Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN dan wanita lebih dari 30 persen masuk dalam

golongan kelebihan berat badan atau obesitas.(2)


American Society of Anesthesiology (ASA)
mulai gencar dalam memberikan informasi yang Body Mass Index (BMI) menjadi indikator awal
jelas kepada masyarakat tentang hal-hal yang yang membantu professional untuk mencari tahu
menjadi pertimbangan sebelum mereka menghadapi perkiraan kelebihan berat badan seseorang yang
pisau bedah atau operasi. Masyarakat dahulu tidak nantinya dihubungkan dengan resiko terjangkit suatu
terlalu peduli akan bahaya yang dapat menjadi penyakit. Pada obesitas, seseorang mengkonsumsi
kesulitan tersendiri untuk anestesi, terkait akan kalori lebih dari yang dapat dibakar secara normal,
masalah kelebihan berat badan atau obesitas ini. dalam arti kata mereka makan banyak namun tidak
Begitu banyak komplikasi dari obesitas seperti diseimbangkan dengan aktivitas atau olahraga.
contoh : diabetes tipe dua, obstructive sleep apnea, Namun ada faktor lain yang juga menjadi
hipertensi atau penyakit kardiovaskular yang dapat predisposisi seseorang menjadi obesitas. Faktor-
memberikan implikasi signifikan pada pasien yang faktor tersebut diantaranya(3) :
akan menghadapi operasi dan tindakan anestesi. a. Genetik. Genetik memainkan peran sangat besar
Hambatan jalan napas akibat obstructive sleep terhadap kejadian obesitas. Pada suatu studi
apnea dapat menurunkan aliran udara masuk saat didapatkan kesimpulan umum yaitu ketika ibu
inspirasi bahkan terjadi reduksi pada inhalasi O2 biologis mengalami obesitas, maka kira-kira 75
ketika seseorang diberikan sedasi anestesi. Dokter persen anak-anaknya akan mengalami obesitas.
Martin Nitsun, asisten professor sekolah kedokteran Sedangkan jika ibu biologis memang kurus atau
Pritzker universitas Chicago menerangkan bahwa tidak mengalami obesitas, kira-kira 75 persen
faktor-faktor diatas memang timbul ketika anak-anaknya juga berbadan kurus. Maka
seseorang mengalami kelebihan berat badan(1). Pada mereka yang memang memiliki bakat genetik
obesitas terjadi perubahan anatomi yang membuat seperti ini sudah seharusnya lebih bisa menerima
manajemen jalan napas akan berbeda dengan keadaan yang sulit untuk diubah namun dapat
mereka tanpa keadaan obesitas. Tindakan intubasi dilakukan manajemen yang baik.
akan lebih sulit dan dibutuhkan peralatan dan teknik
khusus. Dokter anestesi harus siap dan antisipatif b. Usia. Ketika seseorang menginjak usia tua,
terhadap kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi. tubuh mengalami penurunan kemampuan untuk
metabolisme makanan atau kalori. Makanan
Maka sebelum pasien masuk ruang operasi, lebih lama diolah, diubah menjadi energi dan
ASA merekomendasikan dilakukannya preoperative pada akhirnya walaupun jumlah makanan yang
assesment yang meliputi anamnesis lengkap tentang dikonsumsi sejak orang tersebut usia 20 hingga
riwayat pasien, pemeriksaan fisik hingga usia tua tidak berubah namun sebenarnya ia tidak
pemeriksaan penunjang yang bermakna pada pasien memerlukan jumlah kalori yang sama. Hal ini
tersebut. Sehingga pada saat pelaksanaan operasi, terlihat jelas ketika mereka yang berusia 20-an
dokter anestesi dapat meminimalisir resiko yang mengkonsumsi banyak kalori namun seimbang
mungkin terjadi dan menurunkan tingkat terjadinya dengan aktivitas, pada mereka yang berusia
komplikasi. Motivasi akan pentingnya mengubah diatas 40-an dengan jumlah konsumsi kalori
gaya hidup hingga menurunkan berat badan secara yang sama malah bertambah bobotnya karena
bertahap juga menjadi tugas dokter yang menangani aktivitas dan metabolisme tubuh yang sudah
atau dokter anestesi sehingga diharapkan dengan menurun secara alamiah.
penurunan berat badan, komorbiditas dapat ditekan
semaksimal mungkin c. Gender. Wanita dikatakan mengalami tendensi
lebih sering menjadi overweight dibanding laki-
OBESITAS DAN MASALAH YANG DIHADAPI laki. Laki-laki memiliki kemampuan untuk
metabolisme saat istirahat yang berarti energi
Secara spesifik, yang dikatakan obesitas adalah juga digunakan saat itu. Sehingga laki-laki
merupakan suatu keadaan kelebihan jumlah lemak membutuhkan jauh lebih banyak kalori untuk
dalam tubuh, sedangkan overweight adalah menjaga keseimbangan metabolisme yang
kelebihan berat badan bukan hanya dari jumlah menghasilkan energi itu. Pada wanita, terutama
lemaknya namun juga termasuk otot, tulang, dan yang sudah mengalami menopause, rasio
total air dalam tubuh. Para ahli sepakat bahwa laki- metabolisme mereka justru akan menurun,
laki dengan jumlah lemak tubuh lebih dari 25 persen sehingga jelas mereka akan mengalami
penambahan berat badan setelah menopause.
d. Lingkungan. Walaupun genetik merupakan Energy X-ray Absorptiometry (DEXA) namun di
faktor utama pada obesitas, namun pada Indonesia sendiri belum dilakukan karena
beberapa kasus, lingkungan juga merupakan membutuhkan alat, tenaga dan tempat khusus.(2)
faktor signifikan. Yang termasuk faktor
lingkungan adalah gaya hidup seperti apa yang Secara sederhana, metode untuk estimasi jumlah
dimakan dan seberapa aktif seseorang. lemak atau body fat adalah dengan mengukur
ketebalan lapisan lemak yang berada dibawah
e. Aktivitas fisik. Seseorang yang aktivitas fisiknya lapisan kulit pada beberapa bagian tubuh. Karena
tinggi membutuhkan kalori untuk dibakar jauh dalam mengukur body fat dan berat badan pasti
lebih besar untuk menyeimbangkan kebutuhan seseorang itu sulit, maka selama beberapa dekade,
tubuhnya. Sebagai tambahan, aktivitas fisik para ahli hanya bergantung pada tabel berat badan
rupanya membantu seseorang dengan obesitas dan tinggi yang merupakan ukuran rata-rata pada
untuk menggunakan lemak sebagai sumber semua orang. Yang menjadi kendala selain tabel ini
energinya. Sehingga ketika lemak tersebut tidak menggunakan ukuran pasti adalah
dibakar, berkurang pula bobot tubuhnya. Dalam dikeluarkannya berbagai macam versi dengan
20 tahun terakhir diketahui bahwa mereka yang rentang berat badan dan tinggi yang juga berbeda-
obesitas memang mengurangi aktivitas fisiknya beda. Maka BMI saat ini masih menjadi patokan
dan berlebihan dalam urusan konsumsi kalori universal untuk mengetahui status gizi seseorang
atau makanan berlemak. (normal, obesitas, atau overweight).
f. Penyakit. Ada beberapa penyakit yang juga Body Mass Index (BMI) sangat sederhana dan
berhubungan dengan kejadian obesitas. digunakan untuk estimasi massa lemak pada
Diantaranya hipotiroidisme (kerja hormon tiroid seseorang. Pada abad ke-19, seorang ahli statistik
yang menurun sehingga metabolisme tubuh ikut dan antropometris Adolphe Quetelet
menurun), suatu penyakit pada otak yang mengembangkan pengukuran dengan cara ini. BMI
meningkatkan nafsu makan (agak jarang terjadi), merupakan refleksi dari persentase body fat
dan depresi. mayoritas orang dewasa pada populasi besar dan
universal. Walaupun begitu, tingkat akurasi BMI
g. Psikologis. Kebiasaan makan terkait dengan menurun jika digunakan pada pengukuran ibu hamil
faktor psikis pada seseorang. Banyak orang atau orang dengan body builder yang massa atau
melarikan diri dari rasa sedih, bosan, depresi bobot tubuhnya terpengaruh dari komposisi
atau marah dengan makan berlebihan. Rasa tambahan. (4)
bersalah, diskriminasi, malu, atau ditolak dari
BMI = [berat badan (kg)] / [tinggi (dalam meter)]
lingkungan sosial juga banyak berpengaruh pada 2
kondisi psikis seseorang yang berhubungan
dengan perubahan pola makan. Binge eating BMI Classification
adalah sebagai contoh dimana orang tersebut
Less than 18.5 underweight
makan berlebihan tanpa ia sadari dan pada
akhirnya ia akan mencari pengobatan serius 18.524.9 normal weight
karena masalah ini. Hampir 30 persen orang
25.029.9 is overweight
dengan binge eating terkait faktor psikis
menyerah dengan pergi ke dokter untuk mencari 30.034.9 is class I obesity
bantuan akan masalah ini. 35.039.9 class II obesity
h. Obat-obatan. Beberapa obat seperti steroid dan Over 40.0 class III obesity
anti-depresan memiliki efek samping Tabel 1 : BMI menurut WHO (1997) (4)
penambahan berat badan.
Beberapa modifikasi (WHO) (4) :
CARA PENGUKURAN
- BMI 35.0 atau lebih dengan adanya satu atau
Pengukuran berat badan seseorang secara tepat lebih kormobiditas dimasukkan kedalam kelas
agak sulit. Cara yang paling medekati akurat adalah III BMI.
mengukur orang tersebut dibawah air atau di dalam
chamber atau ruangan dengan isi air sehingga dapat - Untuk orang Asia, ukuran overweight adalah
diukur jumlah air yang terbuang dan air sebelumnya antara 23 dan 29.9, obesitas adalah BMI > 30.
untuk mengukur berat badan pasti. Dapat juga
digunakan alat X-ray untuk tes yang disebut Dual
Literatur ilmu bedah membagi kelas III obesitas di masyarakat namun tidak menjadi rekomendasi
menjadi beberapa kategori4 : American Heart Association.
- BMI > 40.0 dimasukan kedalam kategori c. Rendah kalori. Diet rendah kalori akan
obesitas berat (severe) menghasilkan defisit kalori dari sebelumnya
sekitar 500 1000 kalori. Artinya, dengan
- BMI 40.0 49.9 dimasukkan kedalam kategori mengubah asupan sehari-hari menjadi dominan
obesitas morbid protein dan limitasi karbohidrat juga lemak,
tubuh akan mengalami kelaparan dan imbasnya
- BMI > 50.0 dimasukkan kedalam kategori super
akan terjadi penurunan berat badan sekitar 1.5 -
obesitas.
2.5 kilogram. Diet jenis ini juga tidak menjadi
MASALAH YANG DIHADAPI rekomendasi mengingat efek sampingnya yaitu
kehilangan massa otot, peningkatan resiko
Kelebihan berat badan dihubungkan dengan penyakit Gout dan ketidakseimbangan elektrolit.
timbulnya berbagai macam penyakit atau masalah, Kalaupun diet ini mau dilakukan, harus ada
bisa berupa penyakit kardiovaskular dan respiratori pengawasan secara ketat dari dokter.(6)
(obstructive sleep apnea), diabetes mellitus tipe dua,
dislipidemia, stroke, penyakit kandung empedu, 2. Latihan atau olahraga. Kerja otot sangat
berbagai macam jenis kanker, sampai masalah tulang bergantung dari lemak dan glikogen dalam
yaitu osteoartritis. Obesitas akan menurunkan tubuh. Besarnya otot dipengaruhi dari aktivitas
ekspektansi hidup.(5) yang dilakukan, seperti berjalan, berlari,
bersepeda, dan aktivitas itu pula yang dapat
PENANGANAN SECARA UMUM menurunkan lemak dalam tubuh. Dengan latihan
yang benar dan rutin, lemak akan digunakan
Penanganan obesitas tergantung tingkatan sebagai energi. Dari suatu meta-analisa yang
obesitas menurut BMI, kondisi medis umum dan dilakukan oleh Cochrane Collaboration,
kesiapan untuk program secara khusus. Penanganan didapatkan dalam 43 kontrol yang diambil secara
ini termasuk diantaranya kombinasi diet, latihan atau random, dengan latihan saja sudah dapat
olahraga, modifikasi perilaku dan kadang juga menurunkan berat badan. Jika dikombinasikan
dibutuhkan obat penurun berat badan (weight-loss dengan diet, maka akan didaptkan penurunan
drugs). Dalam keadaan sangat parah kadang berat badan 1 kilogram. Dalam waktu 20 minggu
dibutuhkan bedah bariatric. Yang perlu diingat dengan latihan setara dengan militer tanpa diet,
bahwa penanganan obesitas membutuhkan waktu seorang obese akan kehilangan 12.5 kilogram
hampir seumur hidup. Adanya motivasi untuk beban tubuhnya.(6)
menurunkan berat badan hingga ideal cukup
membantu keberhasilan terapi.(6,7) 3. Medikamentosa. Orlistat (Xenical) dan
Sibutramine (Meridia) adalah obat yang
1. Diet. Program diet dapat menurunkan berat digunakan sebagai terapi untuk obesitas. Obat-
badan secara cepat, namun untuk obat ini bersifat ananoreksia yang sifatnya
mempertahankan berat badan ideal yang sudah menekan nafsu makan dan bekerja pada satu atau
dicapai sangat sulit. Rata-rata penurunan berat lebih neurotransmitter yang berperan mengatur
badan kurang lebih tiga kilogram atau tiga hal ini. Secara spesifik kerja obat ini adalah
persen dari jumlah total massa tubuh dalam meningkatkan sekresi neurotransmitter yaitu
sebulan sudah cukup baik. Empat kategori dalam dopamin, norepinefrin, serotonin, dan
program diet diantaranya : rendah lemak (low- menghambat ambilan atau kombinasi dari
fat),rendah karbohidrat (low- mekanisme neurotransmitter ini. Orlistat
carbohydrate),rendah kalori (low-calorie) dan digunakan untuk mengurangi absorpsi lemak
very low-calorie. intestinal dengan menghambat enzim lipase
a. Rendah lemak. Mengurangi presentase jumlah pankreas, sedangkan sibutramine bekerja
lemak yang dikonsumsi normalnya dapat langsung pada otak dengan menghambat
mengurangi hingga 3.2 kg berat badan per deaktivasi dari neurotransmitter yang telah
bulannya. disebutkan sebelumnya sehingga terjadi
penurunan nafsu makan.Rimonabant, jenis obat
b. Rendah karbohidrat. Atkins dan Protein Power ketiga, bekerja melalui blokade sistem
merupakan diet tinggi lemak dan protein namun endokanabinoid, namun jenis obat ini belum
rendah karbohidrat. Diet jenis ini sangat populer mendapatkan kesepakatan universal dalam
penggunaannya. Dalam jangka waktu yang lama, dapat digunakan amfetamin atau
penggunaan orlistat akan menurunkan berat methamphetamine.
badan sekitar 2.9 kg, sibutramine 4.2 kg dan
rimonabant 4.7 kg. Orlistat dan rimonabant juga 4. Pasien obesitas dengan BMI > 40 yang gagal
mengurangi insidensi diabetes karena efek dalam terapi yang sudah disebutkan diatas,
penurunan kolesterol. Metformin, obat diabetes, dengan atau tanpa terapi medikamentosa,
dapat memberikan efek penurunan berat badan dapat disarankan untuk dilakukan
yang ringan dan juga menurunkan resiko pembedahan bariatrik. Pasien juga harus
kardiovaskular.(6) mendapat penjelasan tentang komplikasi
yang dapat timbul sesudahnya.
4. Pembedahan. Pembedahan bariatrik adalah
intervensi lain yang digunakan dalam terapi 5. Sebelum dilakukan pembedahan bariatrik,
obesitas. Pembedahan ini digunakan hanya pada pasien harus dikonsulkan ke pusat
kasus pasien dengan obesitas berat / severe (BMI pembedahan dengan dokter bedah yang dapat
> 40) yang gagal dalam terapi diet, latihan melakukan prosedur ini dengan komplikasi
ataupun obat-obatan. Yang dilakukan adalah yang lebih sedikit.
dengan mengurangi volume dari gaster,
ANASTESI PADA PASIEN OBESITAS
meningkatkan kepuasan dalam nafsu makan,
dapat juga dilakukan pemendekan usus (gastric Dalam berbagai macam literatur, anestesi pada
bypass) sehingga terjadi penurunan absorpsi dari pasien obesitas tidak menjadi bahasan khusus. Akan
makanan. Pembedahan untuk kasus seperti ini tetapi, tata laksana anestesi pada pasien obesitas
berhubungan dengan efektifitas dari penurunan rupanya memiliki kendala yang patut diperhatikan.
berat badan jangka panjang dan penurunan Secara umum, ketika datang pasien obesitas kedalam
resiko kematian. Yang terlihat jelas adalah resiko ruang operasi, dokter anestesi sudah memikirkan
penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus dan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi
kanker menurun seara signifikan.(6) sebelum, selama dan sesudah tindakan anestesi.
Diantaranya adalah prediksi kesulitan intubasi,
5. Terapi kebiasaan.Terapi ini termasuk diantaranya
prevensi tromboemboli, prevensi komplikasi pasca
dengan mengubah pola makan (makan dengan
operasi seperti atelektasis, penggunaan obat anestesi
porsi kecil namun sering), mengurangi konsumsi
seperti analgesi yang dapat diberikan atau obat-obat
lemak dan kalori, meningkatkan aktivitas fisik
yang harus dihindari pemberiannya, maajemen
dan bergabung dengan kelompok yang bertujuan
pasien dengan obstructive sleep apnea, kriteria
sama dalam mendukung satu sama lain dan
pemindahan ke ICU dan penanganan mekanisme
diskusi hal-hal yang dapat membantu mereka
ventilasi yang harus dilakukan, juga terapi cairan,
mencapai target penurunan berat badan. (6)
eletrolit dan nutrisi. (7)
Protokol klinis dalam tatalaksana obesitas
Masalah utama pasien obesitas masih seputar
menurut American College of Physicians (6) :
gangguan pada sistem kardiovaskular, respirasi, dan
1. Pasien obesitas dengan BMI > 30 disarankan gastrointestinal. Masalah lain adalah pada ibu hamil
untuk melakukan diet, latihan dan terapi dengan atau tanpa obesitas dan anak-anak yang
kebiasaan, juga membuat rencana realistik sedari kecil sudah mengalami obesitas.
untuk mencapai target penurunan berat badan
SISTEM KARDIOVASKULAR PADA
yang ideal.
PENDERITA OBESITAS
2. Jika target ini tidak tercapai, dapat dilakukan
Gangguan pada sistem kardiovaskular
terapi dengan obat-obatan. Pasien harus
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien
dijelaskan efek samping dari obat-obatan
obesitas. Manifestasinya berupa penyakit iskemia,
sehingga mereka turut menjaga keamanan
hipertensi sampai gagal jantung. Scottish Health
dan efektivitas dari terapi yang sedang
Survey baru-baru ini menemukan prevalensi
dilakukan.
gangguan pada sistem kardiovaskular 37 persen
3. Obat-obat yang dapat digunakan terjadi pada mereka dengan BMI > 30, 21 persen
diantaranya : sibutramine, orlistat, pada BMI 25 30 dan 10 persen pada BMI < 25.
phentermine, diethylpropion, fluoxetine, Semua pasien obesitas yang akan dilakukan anestesi
bupropion. Dalam kasus obesitas parah, harus diinvestigasi lebih jauh pada premedikasi akan
adanya komplikasi kardiovaskular. Bahkan sudah
seharusnya mereka dirujuk ke ahli jantung untuk Fungsi jantung. Pada pasien obesitas, terjadi
monitor kesulitan yang mungkin berpengaruh pada disfungsi dari jantung yang dipercayai
tindakan anestesi yang akan dilakukan.(8) merupakan elanjutan dari penumpukan lemak
(8,9,10)
dalam sistem konduksi. Dalam suatu studi pada
Manifestasi gangguan sistem kardiovaskular : otopsi, ditemukan adanya penumpukan lemak
pada epikardium yang tidak disertai penumpukan
Hipertensi. Hipertensi ringan sedang terlihat
lemak pada miokardium, tampaknya keadaan ini
pada 50 60 persen pasien obesitas dan
mempengaruhi ventrikel kanan jantung yang
hipertensi berat pada 5 10 persen pasien.
pada akhirnya menyebabkan abnormalitas
Terdapat peningkatan tekanan sistolik sebesar 3
konduksi dan aritmia. Ada hubungan sejajar
4 mmHg dan diastolik 2 mmHg tiap kenaikan
antara bertambahnya berat jantung dengan
berat badan 10 kg. Adanya cairan pada
kenaikan berat badan seseorang. Yang dikatakan
ekstraseluler akan berakibat terjadinya
penambahan berat jantung merupakan
hipervolemia dan peningkatan cardiac output.
konsekuensi dari dilatasi dan hipertrofi eksentrik
Meskipun mekanisme pasti terjadinya hipertensi
dari ventrikel kiri yang mempengaruhi ventrikel
pada pasien obesitas masih belum diketahui,
kanan pula.
diduga ada pengaruh faktor genetik, hormonal,
renal dan hemodinamik yang berperan disini. Kardiomiopati. Obesitas berhubungan dengan
Hiperinsulinemia sebagai karakteristik pada kejadian bertambahnya volume darah dan
obesitas juga memberikan kontribusi dengan cardiac output akibat kenaikan bobot lemak 20
mengaktifkan sistem saraf simpatik yang 30 ml per kg. Dilatasi ventrikel dan
menyebabkan retensi sodium. Sebagai tambahan, bertambahnya volume sekuncup menyebabkan
resistansi insulin bertanggung jawab terhadap peningkatan cardiac output. Dilatasi ventrikel
aktivitas norepinefrin dan angiotensin II. terjadi akibat bertambahnya stress pada dinding
ventrikel kiri yang menyebabkan hipertrofi.
Iskemia jantung. Obesitas merupakan faktor
Adanya hipertrofi eksentrik dari ventrikel kiri ini
resiko terjadinya penyakit iskemia jantung,
akan menurunkan compliance dan fungsi
terutama pada mereka dengan pusat distribusi
diastolik ventrikel kiri. Pada keadaan ini akan
lemak pada bagian sentral. Faktor lain seperti
terjadi gangguan pengisian ventrikel, elevasi dari
hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterolemia
LVEDP dan udem paru. Kapasitas dilatasi untuk
dan rendahnya HDL (High Density Lipoprotein)
ventrikel memilik batasan, sehingga jika terjadi
menambah beratnya resiko penyakit ini. Hal
penebalan dinding ventrikel kiri maka terjadi
yang menarik, 40 persen pasien obesitas dengan
kegagalan ventrikel untuk diastolik atau sistolik
angina tidak memperlihatkan adanya penyakit
yang juga berpengaruh pada ritme jantung.
jantung koroner, namun angina itu sendiri
merupakan gejala langsung dari obesitas. Gejala klinis (8,9,10)
Volume darah. Total volume darah pada pasien Pada penderita obesitas, kadang tidak ditemukan
obesitas bertambah akan tetapi bila dibandingkan gejala akibat gangguan kardiovaskular, hal ini bisa
dengan pasien non-obese, pertambahannya lebih dikarenakan mereka mengurangi gerakan atau
rendah karena dominasi darah tersebut aktivitas fisik sehingga tertutupi semua gejala yang
terdistibusi ke organ-organ penuh lemak. Aliran dapat timbul. Seperti misalnya, gejala angina atau
darah dari limpa juga bertambah sekitar 20 dispnoe mungkin hanya terjadi sesekali ketika
persen sedangkan aliran darah dari otak dan ren mereka bergerak lebih aktif dari biasanya. Banyak
normal atau tidak bertambah. dari penderita obesitas sengaja tidur dengan posisi
duduk sehingga menyangkal adanya orthopneu atau
Aritmia jantung. Ada berbagai macam faktor
dispnoe paroksismal nokturnal. Tapi penderita
presipitasi yang menyebabkan aritmia pada
obesitas dapat kita minta untuk berjalan di dalam
pasien obesitas, diantaranya : hipoksia,
ruangan maka akan terlihat berkurangnya
hiperkapnia, ketidakseimbangan elektrolit akibat
pergerakan atau ketika diminta untuk tidur dengan
terapi dengan diuretik, penyakit jantung koroner,
posisi supinasi maka akan timbul orthopneu bahkan
bertambahnya konsentrasi katekolamin dalam
bisa berujung pada henti jantung. Penderita obesitas
sirkulasi, obstructive sleep apnea, hipertrofi
harus diperiksa lebih mendetail akan adanya
miokard dan penumpukan lemak dalam sistem
gangguan jantung, hipertensi, atau gagal jantung.
konduksi.
Tanda gagal jantung juga dapat dilihat dari kenaikan
tekanan vena jugular, penambahan bunyi jantung,
gangguan pada paru, hepatomegali atau ditemukan Opioid dan obat sedatif dapat menyebabkan
udem perifer. depresi pernapasan pada orang obesitas. Rute
pemberian obat secara intramuskular dan subkutan
Pemeriksaan dihindari mengingat absorbsinya yang belum jelas.
Semua penderita obesitas diberikan profilaksis
Untuk mengetahui kelainan yg terjadi pada jantung,
terhadap aspirasi asam walaupun mereka tidak
dapat dilakukan pemeriksaan preoperatif dengan
mengeluhkan adanya refluks atau perasaan dada
EKG (elektrogardiogram) atau Echocardiograph.
terbakar (heartburn). Kombinasi H2-bloker (ranitidin
Adanya deviasi axis, atau aritmia dapat terlihat pada
150mg peroral) dan prokinetik (metoklopramid
kedua gambaran tersebut. Foto thoraks dapat
10mg peroral) diberikan 12 jam dan 2 jam sebelum
memberikan gambaran kardiomegali yang jelas
operasi untuk menurunkan resiko pneumonitis akibat
namun kadang tampak normal. Echocardiograph
aspirasi. Beberapa dokter anestesi bahkan mencoba
mungkin sulit dilakukan namun memberikan
memberikan 30ml dari 0.3 M sitrat segera sebelum
informasi yang berguna bagi kita. Konsul kepada
dilakukan induksi sebagai tambahan.(9)
ahli jantung dilakukan sebagai tindak awal dan
optimalisasi keadaan pasien preoperatif. (9,10) Obat jantung dan steroid tetap diberikan
sampai menjelang operasi, walaupun ada yang
Implikasi anestesi
merekomendasikan penghentian angiotensin
Pada keadaan dimana terjadi gangguan converting enzyme inhibitors sehari sebelum
napas, masalah pada ventrikel mungkin tertutupi dilakukan operasi karena efek hipotensi yang
atau lolos dari pengamatan melalui pemeriksaan mungkin timbul. Pasien obesitas dengan diabetes
secara klinis. Namun adanya penambahan berat diberikan regimen dextrosa-insulin dalam prosedur
badan secara cepat yang ditemukan pada singkat mengingat kebutuhan insulin yang
premedikasi dapat mengindikasikan adanya meningkat pascaoperasi.(9)
kegagalan jantung walaupun orang tersebut memang
Karena pasien obesitas seringkali sulit
sudah memiliki bobot yang berat. Durante operasi,
mobilisasi terutama pascaoperasi dan meningkatkan
kegagalan ventrikel untuk memenuhi kebutuhan
resiko terjadinya trombosis vena dalam, maka dapat
(disfungsi dari diastolik ventrikel) dapat terjadi
diberikan heparin dosis rendah secara subkutan dan
karena berbagai macam alasan, seperti pengaruh dari
tetap dilanjutkan sampai pasien tersebut dapat
agen anestesi yang sebelumnya diberikan atau
mobilisasi total. Cara lain : penggunaan legging atau
hipertensi pulmonal yang dipresipitasi keadaan
stoking kompresi.(9)
hipoksia atau hiperkapnia. Maka seorang dokter
anestesi harus bersikap preventif terhadap hal Pada grup ini juga sering terjadi infeksi luka
tersebut dengan mempersiapkan inotropik dan pascaoperasi. Maka dapat diberikan antibiotik
vasodilator untuk mengembalikan keadaan menjadi profilaksis namun pemberiannya juga harus di
normal kembali.(9) diskusikan dengan ahli bedah yang menangani.
Ketika induksi anestesi atau intubasi Posisi dan pemindahan
dilakukan pada penderita obesitas, performa jantung
akan mulai menurun. Dalam suatu penelitian, Kebanyakan meja operasi dirancang hanya
ditemukan pada penderita obesitas yang menjalani untuk pasien dengan berat badan mencapai 120
operasi abdomen, performa jantung menurun 17 -33 140 kg. Berat badan melebihi kapasitas tersebut,
persen setelah induksi dan intubasi dilakukan, membutuhkan meja operasi dengan rancangan
keadaan ini menetap pasca operasi dengan index khusus atau menggunakan dua meja operasi ukuran
jantung 13 -23 persen menurun dibandingkan biasa yang disusun bersebelahan. Pasien dilakukan
preoperatif. Hal ini tidak terjadi pada orang normal anestesi setelah ia nyaman berada di meja operasi
dimana performa jantung setelah diberikan induksi tersebut. Kompresi vena cava inferior harus
anestesi atau intubasi sempat menurun namun dihindari dengan cara memposisikan pasien secara
kembali normal pascaoperasi.(9) lateral ke kiri dari meja operasi atau meletakan
sanggahan dibawah pasien. Terkadang pasien juga
Pengamatan terhadap tekanan arteri, gas dapat diposisikan secara lateral decubitus untuk
darah dan tekanan vena sentral dapat dilakukan mengurangi jumlah tekanan pada dada. (9)
sebagai acuan terhadap keadaan jantung selama obat
anestesi bekerja. Pasien dipindahkan dari ruangan ke ruang
operasi memakai tempat tidur yang mereka gunakan.
Premedikasi
Kadang dibutuhkan banyak tenaga dalam proses Analgesia pasca epidural anastesi
pemindahan tersebut. dengan opioid atau anestesi lokal memberikan
analgesi yang efektif dan aman pada pasien obesitas.
Analgesia regional Intravena epidural lebih disukai karena rendahnya
efek mengantuk, mual, depresi napas, bahkan
Penggunaan anestesi regional pada
mempercepat motilitas usus dan cepat kembalinya
pasien obesitas memungkinkan tidak perlunya
fungsi pernapasan ke titik normal sehingga
dilakukan intubasi dan menurunkan resiko aspirasi
mengurangi waktu rawat di rumah sakit. Namun,
asam. Pada operasi thorakal dan abdominal,
penggunaan opioid intravena tidak dianjurkan
biasanya dipilih anestesi epidural dengan kombinasi
karena adanya efek lambat dari analgesia tersebut
anestesi umum. Hal ini lebih bermanfaat
terhadap fungsi pernapasan, dengan kata lain depresi
dibandingkan hanya digunakan anestesi umum,
pernapasan baru muncul setelah beberapa waktu. (9)
termasuk mengurangi penggunaan opioid dan obat
anestesi inhalasi, komplikasi pulmonal pascaoperasi, Oral analgesik seperti Non-Steroid Anti
peningkatan efek obat analgesik pascaoperasi, dan Inflammation Drugs (NSAID) atau paracetamol
manfaat lainnya. (9,10) dapat diberikan sebagai tambahan.
Secara teknik, anestesi regional pada SISTEM RESPIRASI PADA PENDERITA
pasien obesitas menantang karena sulitnya OBESITAS
menentukan batasan pasti tulang, kulit dan lemak.
Blok saraf perifer lebih mudah dan aman dilakukan Patofisiologi pernapasan pada penderita obesitas (9,10)
dengan bantuan stimulator saraf dan jarum insulasi.
Anestesi spinal dan epidural lebih mudah dilakukan Volume paru-paru
pada posisi berdiri dan menggunakan jarum yang
Penurunan kapasitas residu fungsional
panjang. Dengan bantuan ultrasound dapat
(Functional Residual Capacity atau FRC), volume
diidentifikasi ruang epidural dan menuntun jarum
ekspirasi cadangan (Expiratory Reserve Volume atau
Tuohy dalam posisi yang benar. Ada beberapa dokter
ERV) dan kapasitas total dari paru-paru merupakan
anestesi yang lebih menyukai kateter epidural telah
masalah yang dihadapi penderita obesitas seiring
terpasang sehari sebelum operasi untuk menghemat
dengan peningkatan berat badan. Kapasitas residu
waktu esok harinya dan memudahkan pemberian
fungsional menurun akibat penyempitan saluran
profilaksis heparin pada pagi hari waktu operasi.
napas, ketidakseimbangan perfusi dan ventilasi,
Anestesi lokal yang dibutuhkan pada saat melakukan
shunt dari kanan ke kiri, dan hipoksemia arteri.
anestesi spinal atau epidural diturunkan hingga 80
Pemberian anestesi dikatakan menurunkan FRC
persen mengingat terdapatnya infiltrasi lemak dan
sebesar 50 persen pada penderita obesitas,
meningkatnya volume darah yang disebabkan
sedangkan pada orang normal terjadi penurunan
tekanan intraabdomen menyempitkan ruang
FRC sebesar 20 persen. Sderberg dan kolega dalam
epidural. Hal ini perlu diwaspadai karena dapat
suatu studi menemukan adanya shunt intrapulmonal
menyebabkan blokade yang lebih tinggi atau
dari 10 25 persen penderita obesitas yang
menyebarnya anestesi lokal tersebut. Blokade diatas
dilakukan anestesi dan 2 5 persen pada orang
thorakal V akan menyebabkan gangguan respirasi
normal. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dapat
dan blokade otonom pada sistem kardiovaskular.
diberikan oksigen dengan volume tidal yang besar
Dalam keadaan ini, dibutuhkan penggantian anestesi
( 15 20 ml / kg ) walaupun hanya ditemukan
menjadi anestesi umum dengan peralatan yang
kenaikan saturasi oksigen yang minimal. Namun
cukup dan bantuan orang lain untuk penanganan
berbeda halnya dengan tekanan positif pada akhir
adekuat. (9,11)
ekspirasi (Positive End-Expiratory Pressure atau
Analgesia sistemik PEEP) yang meningkat pada FRC dan tekanan
oksigen arterial. Defek pada pertukaran gas dan
Penggunaan analgesia opioid tidak penambahan shunt preoperatif terlihat ketika
dianjurkan pada pasien obesitas terutama dengan dilakukan induksi anestesi dan intubasi.
rute intramuskular. Jika diberlakukan rute intravena, Penambahan PEEP meningkatkan osigenasi namun
maka dapat diberlakukan Patient-Controlled menurunkan cardiac output dan distribusi oksigen.
Analgesia System (PCAs). Dengan cara ini,
efektivitas analgesia bisa tercapai walaupun pernah Karena kurangnya FRC, pada penderita
terdapat laporan depresi pernapasan. Harus diamati obesitas terjadi kegagalan toleransi ketika terjadi
juga saturasi O2 dan pulse oximetry.(9) apnoe, selain itu terjadi desaturasi oksigen segera
setelah induksi anestesi. Hal ini karena kecilnya
reservoir oksigen dan meningkatnya pemakaian dangkal, frekuensi yang meningkat dan
oksigen. Biasanya FRC berkurang sebagai berkurangnya kapasitas paru.
konsekuensi reduksi dari ERV dengan tidal volume
dalam batas yang normal. Bagaimanapun juga, pada Efisiensi pernapasan
beberapa penderita obesitas, tidal volume yang
Kombinasi dari tekanan intraabdomen,
tinggi menandai terperangkapnya gas di dalam paru-
reduksi dari compliance, dan meningkatnya
paru dan menyertai penyakit saluran napas
kebutuhan metabolik dengan gerakan otot dada,
obstruktif. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik
menghasilkan gerak inefisien dari otot dada tersebut,
dan kapasitas vital paksa biasanya tidak terpengaruh
sehingga pada orang tersebut terjadi usaha bernapas
namun enam sampai tujuh persen mengalami
lebih berat. Penderita obesitas dengan normokapnia
perbaikan seiring penurunan berat badan.
pada waktu istirahat menunjukkan 30 persen
Ambilan oksigen dan pelepasan peningkatan usaha bernapas dan terkadang terjadi
karbondioksida hipoventilasi. Hipoventilasi ini menjadi empat kali
lebih berat pada waktu istirahat.
Ambilan oksigen dan pelepasan
karbondioksida meningkat sebagai hasil dari Kelainan yang terjadi
aktivitas metabolik pada jumlah lemak yang
Gangguan pernapasan yang paling sering
berlebihan dan bertambahnya simpanan pada
terjadi pada penderita obesitas adalah Obstructive
jaringan. Aktivitas metabolik basal (Basal Metabolic
Sleep Apnea (OSA). Predisposisi terjadinya OSA
Activity atau BMA) berhubungan dengan luasnya
antara lain : laki-laki, usia pertengahan, obesitas dan
permukaan tubuh. Pemberian ventilasi beberapa
konsumsi alkohol (saat senja) atau penggunaan
menit akan meningkatkan oksigen hingga terjadi
sedatif (saat malam). OSA memiliki karakteristik (12):
normokapnia. Walaupun pada beberapa penderita
obesitas dapat berlanjut respon normal keadaan a) Episode apnea atau hipopnea yang lebih sering
hipoksemia dan hiperkapnia yang terjadi. Pada saat terjadi saat tidur dan yang membangunkan
olahraga, penggunaan oksigen ini akan meningkat pasien tiba-tiba. Episode ini digambarkan
tajam dan menandai adanya effisiensi yang buruk sebagai obstruktif apnea selama 10 detik atau
dari otot pernapasan dibandingkan pada orang lebih yang menyebabkan penutupan total dari
normal. saluran bernapas dan adanya usaha keras untuk
tetap bernapas. Hipopnea tergambarkan sebagai
Pertukaran gas
reduksi dari 50 persen aliran udara yang adekuat
Preoperatif, penderita obesitas biasanya yang berujung pada penurunan empat persen
hanya mengalami sedikit defek pada pertukaran gas saturasi oksigen pada arterial. Frekuensi episode
dengan reduksi pada PaO2, meningkatnya perbedaan apnea atau hipopnea tercatat lebih dari lima kali
oksigen alveolar dengan arterial, dan fraksi shunt. per jam atau lebih dari 30 kali tiap malam. Yang
Induksi anestesi akan memperburuk keadaan ini, perlu diperhatikan adalah sekuele dari keadaan
maka diperlukan fraksi oksigen jumlah besar untuk ini berupa : hipoksia, hiperkapnia, hipertensi
memenuhi tahanan oksigen arterial. sistemik atau pulmonal dan aritmia.

Compliance dan resistensi thorak b) Apnea terjadi ketika faring mengalami kolaps
saat seseorang tidur. Patensi dari faring tersebut
Kenaikan berat badan sebanding dengan bergantung pada kerja otot dilator yang
meningkatnya kesulitan bernapas yang pada kasus mencegah penutupan saluran napas atas. Tonus
berat bisa menurunkan hingga 30 persen dari otot ini akan menghilang ketika tidur, yang
pernapasan normal. Walaupun terdapat akumulasi menyebabkan pemendekan dari saluran napas,
jaringan lemak di dalam dan sekitar dinding dada sehingga terjadi turbulensi aliran udara sehingga
yang berakibat tertahannya gerak dinding dada terdengarlah snoring. Mengorok atau snoring
(restriksi), namun pada beberapa penelitian biasanya terdengar lebih keras jika obstruksi
dikemukakan bahwa hal ini disebabkan peningkatan makin hebat. Ngorok ini juga diikuti periode
volume darah dalam paru-paru. Tertahannya gerak sunyi (silence) disaat tidak ada aliran udara yang
dinding dada juga berhubungan dengan penurunan masuk dan setelahnya akan terjadi gasping atau
FRC, terhimpitnya saluran napas dan kegagalan choking yang membangunkan pasien dari
pertukaran gas. Perubahan compliance dan resistensi tidurnya, bernapas beberapa kali, dan tidur
thorak terlihat dengan adanya napas cepat dan kembali (siklus ini berulang sepanjang waktu
tidur).
c) Efek samping : pada pagi hari, penderita OSA badan sesungguhnya > 175 persen berat badan ideal.
akan sering mengantuk, kehilangan konsentrasi, Apabila terdapat gejala OSA, maka sudah
masalah dalam memori atau ingatan dan bisa terpikirkan morfologi jalan napas bagian atas yang
terjadi kecelakaan saat menyetir atau bekerja. sedikit berbeda yang membuat pemakaian ballow
Terkadang penderita mengeluhkan pusing di pagi dan sungkup menjadi sulit, sehingga intubasi dalam
hari akibat retensi karbondioksida malam kesadaran penuh lebih disarankan.
harinya dan vasodilatasi serebral.
Pendekatan lain adalah penggunaan
d) Perubahan fisiologi : hipoksemia, hiperkapnia, laringoskop setelah pemberian lokal anestesi pada
vasokonstriksi pulmonal dan sistemik. faring. Intubasi sadar dengan fiberoptic dapat
Hipoksemia berulang dapat berujung pada dipilih ketika struktur laring tidak terlihat jelas.
polisitemia yang meningkatkan resiko penyakit Tidak disarankan melakukan intubasi blind melalui
jantung iskemia dan penyakit serebrovaskular. hidung mengingat kemungkinan epistaksis atau efek
Sedangkan vasokonstriksi pulmonal berujung samping lainnya. (9)
pada kegagalan ventrikel kanan (right ventricle
failure). Teknik teraman dan cepat untuk induksi
anestesi menggunakan succinylcholine dengan
Bila pada seseorang diketahui BMI > 30 diikuti pemberian oksigen yang adekuat
kg/m2 , ada riwayat hipertensi, apnea selama siklus sebelumnya.
tidur, lingkar leher > 16.5 cm, polisitemia,
hipoksemia, hiperkapnia, hipertrofi ventrikel kanan Pasien obesitas tidak dibolehkan untuk
atau abnormalitas EKG, maka perlu dilakukan bernapas spontan selama anestesi berlangsung,
diagnosis definitif dengan pemeriksaan mencegah terjadinya hipoventilasi, hipoksia dan
polysomnografi untuk memeriksa kemungkinan hiperkapnia. Posisi litotomi atau Tredelenburg
OSA.(12) dihindari mengingat pada posisi ini terjadi reduksi
volume paru. Ventilasi kontrol dengan fraksi oksigen
Implikasi anestesi tinggi dibutuhkan untuk mencapai tekanan oksigen
arterial yang adekuat, yang nantinya pemeriksaan
Premedikasi serial gas darah diperiksa untuk mengontrol hal ini.
(7,9)
Pemeriksaan preoperatif pada penderita
obesitas diantaranya memeriksa kemampuan pasien Post anestesi
untuk bernapas dalam dan patensi dari jalan napas.
Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah Komplikasi pulmonal sering terjadi pada
lengkap, foto thoraks, gas darah, fungsi paru dan penderita obesitas. Pemeriksaan fungsi paru
oximetri. Mereka yang dicurigai OSA disarankan preoperatif tidak dapat memprediksi keadaan yang
melakukan tes polysomnografi. Pasien juga harus sama pascaoperatif. Hal ini karena pada pasien
diingatkan resiko spesifik dari anestesi, obesitas sensitivitas terhadap obat sedatif, analgesik
kemungkinan dilakukannya intubasi dalam opioid dan anestesi meningkat. Pemberian ventilasi
kesadaran penuh, pemberian ventilasi pascaoperasi pascaoperasi bermanfaat untuk eliminasi efek obat-
bahkan trakeostomi. (9) obat tersebut, selain dapat diberikan pada mereka
dengan penyakit kardio-respiratori yang telah
Durante anestesi diketahui sebelumnya, retensi karbondioksida, dan
mereka yang baru menjalani operasi dalam waktu
Induksi anestesi menjadi saat paling
lama atau mengalami pyrexia pasca operasi.(9)
berbahaya pada pasien obesitas. Resiko kesulitan
atau gagal intubasi karena adanya obstruksi saluran Ekstubasi hanya boleh dilakukan ketika
napas bagian atas dan menurunnya compliance pasien sadar penuh dan dipindahkan ke Recovery
pulmonal menjadi kekhususan tersendiri. Insuflasi Room dengan posisi duduk 45 derajat. Oksigen
gaster selama anestesi juga meningkatkan resiko tambahan segera diberikan dan dilatih untuk
regurgitasi atau aspirasi isi gaster.(9) bernapas seperti biasa. (9)
Pendekatan awal adalah pemilihan SISTEM GASTROINTESTINAL PADA
intubasi dalam kesadaran penuh atau tidur dalam PENDERITA OBESITAS
yang merupakan pilihan sulit. Hal itu banyak
dipengaruhi pengalaman dokter anestesi yang akan Kombinasi dari tekanan intraabdomen yang
melakukannya. Beberapa penulis menyarankan tinggi, tingginya volume dan rendahnya pH dalam
intubasi dengan kesadaran penuh terutama jika berat gaster, lambatnya pengosongan gaster dan tingginya
faktor resiko hiatus hernia dan gastro-esofageal gastrointestinal yang tiap penangannya juga
refluks dipercayai menempatkan pasien obesitas berbeda-beda. Maka bagi seorang dokter, perlu
pada resiko terjadinya aspirasi asam lambung diikuti pemahaman menyeluruh tentang apa yang harus
pneumonitis aspirasi. Zacchi melakukan studi yang dilakukan untuk keadaan seperti ini.
menunjukkan bahwa pada penderita obesitas tanpa
gejala gastro-esofageal refluks dan lintasan gastro- Dalam kaitan dengan anestesi, yang terpenting
esofageal ternyata struktur anatominya tidak berbeda adalah setiap pasien yang akan menjalani operasi
dengan orang normal (baik pada posisi duduk atau atau dilakukan anestesi, perlu dimonitor berat badan,
berbaring). Walaupun penderita obesitas memiliki kelainan-kelainan yang menyertai kondisi pasien
volume dalam gasternya 75 persen lebih besar dari atau kemungkinan kendala yang akan dihadapi saat
orang normal, melalui studi tersebut juga diketahui operasi atau pasca operasi. Pada premedikasi di
bahwa pengosongan gaster justru lebih cepat pada ruangan atau di OK, pasien dipersiapkan secara baik
penderita obesitas, terutama pada intake energi dan dilakukan pengamatan akan kelainan metabolik
tinggi seperti emulsi lemak. Karena adanya resiko yang mungkin ada. Jika harus diberikan terapi oral
aspirasi asam, maka ada keharusan diberikannya H2- atau lainnya, maka dapat dilakukan konsultasi
receptor antagonis, antasid dan prokinetik, juga dengan bagian lain. Proses pemindahan pasien juga
dilakukannya induksi yang cepat dengan tekanan harus diperhatikan. Durante operasi, pemilihan jenis
pada krikoid dan ekstubasi trakea ketika pasien sadar anestesi harus diperhatikan, apakah nantinya
penuh.(9,13) dilakukan intubasi sadar atau tidak, obat-obatan
yang boleh dan tidak boleh diberikan, posisi pasien
Keadaan pada penderita obesitas yang menjadi selama operasi tersebut dan pengamatan akan
perhatian sehubungan dengan sistem metabolik pasien. Pasca operasi tidak boleh
gastrointestinal, diantaranya (9,13) : dilupakan, mengingat kemungkinan banyaknya
kejadian penurunan keadaan pasien dibanding
Diabetes mellitus. Setiap penderita obesitas yang sebelum operasi. Premedikasi atau durante operasi
akan menjalani operasi, harus diperiksa gula atau durante anestesi tidak bisa meramalkan keadaan
darahnya, baik gula darah sewaktu atau dapat pasien setelahnya. Bahkan bisa terjadi efek samping
juga dilakukan tes toleransi glukosa. Respon lambat baik dari tindakan yang dilakukan maupun
katabolik selama operasi mungkin obat-obatan yang diberikan.(14)
mengindikasikan pemberian insulin pascaoperasi
untuk mengontrol konsentrasi glukosa dalam Diperlukan kerjasama yang baik, dari dokter
darah. Kegagalan dalam menjaga konsentrasi ini dan perawat anestesi, dokter penyakit dalam maupun
akan berakibat tingginya resiko infeksi pada luka dokter bedah sehingga keberhasilan kesemuanya
operasi dan infark miokard pada periode iskemia dapat tercapai.
miokard.
Hubungan obesitas dengan kejadian gangguan
Penyakit tromboembolik. Resiko trombosis vena siklus menstruasi
dalam pada penderita obesitas dapat disebabkan
karena imobilisasi yang lama. Polisitemia, Pada penelitian ini disimpulkan bahwa wanita yang
peningkatan tekanan intraabdomen dengan mengalami obesitasmemiliki risiko terjadi gangguan
peningkatan stasis vena terutama pada siklus menstruasi 1,89 kali lebih besardibandingkan
ekstremitas bawah, gagal jantung dan wanita dengan status gizi normal dan jenis gangguan
berkurangnya aktivitas fibrinolitik yang siklusmenstruasi yang paling banyak ditemukan
menyebabkan tingginya konsentrasi fibrinogen pada subjek yang mengalami obesitasyaitu
juga menjadi predisposisi terjadinya keadaan ini. oligomenore (30,8%). Hasil ini didukung oleh hasil
Oleh karena itu pada penderita obesitas harus penelitian yang telahdilakukan di Australia, yang
ada pengawasan terhadap keadaan-keadaan menyatakan bahwa kejadian oligomenore
tersebut. palingbanyak ditemukan pada kelompok subjek
yang mengalami obesitas (9,9%). Padapenelitian
KESIMPULAN tersebut juga menyimpulkan bahwa risiko gangguan
siklus menstruasi 2kali lebih besar terjadi pada
Obesitas menjadi kendala tersendiri bagi wanita yang mengalami obesitas
praktisi medis baik penanganan secara umum dibandingkandengan wanita dengan status gizi
maupun ketika dihadapkan dengan pertimbangan normal.
anestesi yang akan dilakukan. Hal ini karena pada
pasien obesitas, tiga masalah utamanya adalah Persen lemak tubuh merupakan indikator yang
masalah kardiovaskular, respirasi dan digunakan untukmenentukan status obesitas pada
subjek penelitian ini. Persen lemak tubuh Hubungan stress dengan kejadian gangguan
yaituperbandingan lemak tubuh dari total berat siklus menstruasi
badan dalam bentuk persentase. Padawanita yang
memiliki persen lemak tubuh tinggi (kategori Secara keseluruhan kejadian gangguan siklus
obesitas) terjadipeningkatan produksi menstruasi berdasarkanfaktor stress paling tinggi
androstenedion yang merupakan androgen yang terjadi pada subjek yang mengalami
berfungsisebagai prekursor hormon reproduksi. Di stress (23,3%)dibandingkan dengan subjek yang
dalam tubuh, androgen digunakan tidak mengalami stress (20%). Berdasarkan
untukmemproduksi estrogen dengan bantuan enzim penelitian ini juga disimpulkan bahwa subjek yang
aromatase. Proses aromatisasiandrogen menjadi mengalami stress memilikirisiko gangguan siklus
estrogen ini terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan menstruasi 2 kali lebih besar dibandingkan dengan
lemak.Dengan demikian, semakin banyak persentase subjekyang tidak mengalami stress . Hasil ini sesuai
jaringan lemak tubuh, semakinbanyak pula estrogen dengan penelitian yang telahdilakukan sebelumnya
yang terbentuk yang kemudian dapat mengganggu yang menyatakan bahwa pada wanita yang
keseimbangan hormon di dalam tubuh sehingga mempunyaipekerjaan dengan tingkat stress tinggi
menyebabkan gangguan siklusmenstruasi. beresiko 2 kali lebih besar untukmengalami
gangguan siklus menstruasi dibandingkan dengan
Gangguan siklus menstruasi tersebut disebabkan subjek yangmempunyai tingkat stress ringan.
karena adanya gangguanumpan balik dengan kadar
estrogen yang selalu tinggi sehingga kadar Berdasarkan hasil pengukuran stress , diketahui
FollicleStimulating Hormone (FSH) tidak mencapai berbagai jenis stress yangdirasakan oleh subjek,
puncak. Dengan demikianpertumbuhan folikel antara lain sebanyak 18 subjek (81,8%) merasa
terhenti sehingga tidak terjadi ovulasi. Keadaan mudahmarah akan hal yang sepele. Selain itu juga
iniberdampak pada perpanjangan siklus menstruasi sebanyak 5 subjek (22,7%) merasatidak sabaran
(oligomenore) ataupunkehilangan siklus menstruasi dalam menghadapi suatu penundaan dalam kegiatan
(amenore). Risiko kejadian gangguan siklus yang sedangdikerjakan. Sebanyak 8 subjek (36,4%)
menstruasi pada wanita yang mengalamiobesitas merasa sulit untuk rileks atau bersantaidan 4 subjek
dapat diturunkan dengan mengikuti program (18,2%) subjek sering merasa gelisah.Berdasarkan
penurunan berat badan.Penurunan berat badan dapat stress , kejadian polimenore dan amenore cukup
mempengaruhi siklus menstruasi karena banyakditemukan pada subjek yang mengalami
penurunanpersen lemak tubuh akan terjadi seiring stress. Hal ini dapat terjadi karena stress merupakan
dengan penurunan berat badan. Padaumumnya, suatu keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan
penurunan berat badan sebesar 10% pada wanita kadar hormone corticotropin-releasing hormone
obesitasmenunjukkan adanya perbaikan profil (CRH) dan glucocorticoid sehinggamenghambat
hormon dalam tubuh yang mempengaruhigangguan sekresi Gonadotropin-Releasing-Hormone (GnRH)
siklus menstruasi sehingga dapat menurunkan risiko olehhipotalamus. Hal ini menyebabkan fluktuasi
kejadian gangguansiklus menstruasi, memperbaiki kadar FSH dan Lutenizing-Hormone (LH) sehingga
proses ovulasi, dan memperbaiki tingkatkesuburan. lama proses pada masa proliferasi dan
Penurunan berat badan sebesar 5-10% dari berat sekresimengalamipemendekan ataupun
awal dalam waktusekurangnya 4 minggu dapat pemanjangan. Pemendekan ataupun pemanjangan
menurunkan hiperandrogenism (kadar keduamasa tersebut dapat menyebabkan terjadinya
hormonandrogen yang berlebih) pada wanita yang pemendekan ataupun pemanjangansiklus menstruasi
mengalami obesitas. sehingga menyebabkan gangguan pada panjang
masa siklusmenstruasi.
Fungsi sistem reproduksi, selain dapat ditingkatkan
dengan carapenurunan berat badan tetapi juga dapa Hubungan obesitas dengan kejadian gangguan
ditingkatkan dengan cara memperbaikikualitas siklus menstruasi setelahdikontrol dengan stress
asupan makanan. Jenis makanan yang dapat Berdasarkan hasil penelitian ini, obesitas dan stress
meningkatkan fungsi sistemreproduksi yaitu merupakan faktoryang dapat menyebabkan
makanan yang banyak mengandung asam folat, zat terjadinya gangguan siklus menstruasi. Namun,
besi, vitaminC, vitamin E, vitamin B6, seng, setelahdikontrol dengan stress, obesitas memiliki
alumunium, dan kalsium. Jenis bahan makananyang pengaruh yang lebih rendah dalammenyebabkan
dianjurkan antara lain kacang-kacangan, sayuran gangguan siklus menstruasi dibandingkan dengan
hijau, buah-buahan,daging, dan juga ikan laut. stress. Tingginya kejadian stress pada subjek yang
mengalami obesitas dapat disebabkan
karenatingginya gangguan psikologis dan penurunan
kualitas hidup pada wanitaobesitas. Selain itu,
perbedaan perlakuan yang diterima dari masyarakat
jugadapat menyebabkan tingginya tingkat
stress pada wanita obesitas. Stressmerupakan suatu
keadaan yang mengganggu homeostatis.
Statusreproduktif merupakan cerminan keadaan
psikologis seseorang. Apabila terjadipeningkatan
paparan stress, fungsi reproduksi secara otomatis
akan mengalamipenurunan untuk mempertahankan
homeostatis tubuh. Sistemstressdiatur oleh
Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) axis dan
sistem autonomic. Mediatorutama system stress
antara lain Corticotropin-releasing-hormone
(CRH),glucocorticoids, dan beta-endhorphin . CRH
memiliki reseptor di
berbagai jaringan seperti ovarium, endotelium, hipot
alamus, dan jaringan inflammatory .Peningkatan
produksi CRH dan kortisol menyebabkan
pembatasan sekresi GnRHdan secara konsekuen
turut menurunkan ovulasi. Penurunan ovulasi ini
akanmempengaruhi lama masa proliferasi dan
sekresi sehingga berpengaruh pada lamasiklus
menstruasi subjek. Pada wanita yang mengalami
obesitas, penurunan stress dapat dilakukandengan
cara melakukan program penurunan berat badan.
Penurunan berat badanini selain menurunkan persen
lemak tubuh juga dapat meningkatkan
tingkatkepercayaan diri pada wanita obesitas.
Semakin meningkatnya kepercayaan diripada wanita
obese ini berperan dalam mengurangi salah satu
factor stress yangdiakibatkan oleh rendahnya
kepercayaan diri. Sedangkan penurunan stress
yangdialami oleh subjek dengan status gizi normal
dapat dilakukan denganmenurunkan paparan faktos
stress pada subjek sehingga dapat mengurangi
tingkat stress subjek. Beberapa teknik yang dapat
menurunkan tingkat stress antara lainakupuntur,
yoga, atau meditasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Obesity and Anesthesia, Yes There is a
Connection. [cite 2010 June 10] Available
from : www.health.am/ab/more/obesity-and-
anesthesia-yes-there-is-a-connection.
2. Understanding Cholelithiasis. [cite 2010 June
10] Available from :
http://win.nidkk.nih.gov/publications/underst
anding.htm.

Anda mungkin juga menyukai