Compliance dan resistensi thorak b) Apnea terjadi ketika faring mengalami kolaps
saat seseorang tidur. Patensi dari faring tersebut
Kenaikan berat badan sebanding dengan bergantung pada kerja otot dilator yang
meningkatnya kesulitan bernapas yang pada kasus mencegah penutupan saluran napas atas. Tonus
berat bisa menurunkan hingga 30 persen dari otot ini akan menghilang ketika tidur, yang
pernapasan normal. Walaupun terdapat akumulasi menyebabkan pemendekan dari saluran napas,
jaringan lemak di dalam dan sekitar dinding dada sehingga terjadi turbulensi aliran udara sehingga
yang berakibat tertahannya gerak dinding dada terdengarlah snoring. Mengorok atau snoring
(restriksi), namun pada beberapa penelitian biasanya terdengar lebih keras jika obstruksi
dikemukakan bahwa hal ini disebabkan peningkatan makin hebat. Ngorok ini juga diikuti periode
volume darah dalam paru-paru. Tertahannya gerak sunyi (silence) disaat tidak ada aliran udara yang
dinding dada juga berhubungan dengan penurunan masuk dan setelahnya akan terjadi gasping atau
FRC, terhimpitnya saluran napas dan kegagalan choking yang membangunkan pasien dari
pertukaran gas. Perubahan compliance dan resistensi tidurnya, bernapas beberapa kali, dan tidur
thorak terlihat dengan adanya napas cepat dan kembali (siklus ini berulang sepanjang waktu
tidur).
c) Efek samping : pada pagi hari, penderita OSA badan sesungguhnya > 175 persen berat badan ideal.
akan sering mengantuk, kehilangan konsentrasi, Apabila terdapat gejala OSA, maka sudah
masalah dalam memori atau ingatan dan bisa terpikirkan morfologi jalan napas bagian atas yang
terjadi kecelakaan saat menyetir atau bekerja. sedikit berbeda yang membuat pemakaian ballow
Terkadang penderita mengeluhkan pusing di pagi dan sungkup menjadi sulit, sehingga intubasi dalam
hari akibat retensi karbondioksida malam kesadaran penuh lebih disarankan.
harinya dan vasodilatasi serebral.
Pendekatan lain adalah penggunaan
d) Perubahan fisiologi : hipoksemia, hiperkapnia, laringoskop setelah pemberian lokal anestesi pada
vasokonstriksi pulmonal dan sistemik. faring. Intubasi sadar dengan fiberoptic dapat
Hipoksemia berulang dapat berujung pada dipilih ketika struktur laring tidak terlihat jelas.
polisitemia yang meningkatkan resiko penyakit Tidak disarankan melakukan intubasi blind melalui
jantung iskemia dan penyakit serebrovaskular. hidung mengingat kemungkinan epistaksis atau efek
Sedangkan vasokonstriksi pulmonal berujung samping lainnya. (9)
pada kegagalan ventrikel kanan (right ventricle
failure). Teknik teraman dan cepat untuk induksi
anestesi menggunakan succinylcholine dengan
Bila pada seseorang diketahui BMI > 30 diikuti pemberian oksigen yang adekuat
kg/m2 , ada riwayat hipertensi, apnea selama siklus sebelumnya.
tidur, lingkar leher > 16.5 cm, polisitemia,
hipoksemia, hiperkapnia, hipertrofi ventrikel kanan Pasien obesitas tidak dibolehkan untuk
atau abnormalitas EKG, maka perlu dilakukan bernapas spontan selama anestesi berlangsung,
diagnosis definitif dengan pemeriksaan mencegah terjadinya hipoventilasi, hipoksia dan
polysomnografi untuk memeriksa kemungkinan hiperkapnia. Posisi litotomi atau Tredelenburg
OSA.(12) dihindari mengingat pada posisi ini terjadi reduksi
volume paru. Ventilasi kontrol dengan fraksi oksigen
Implikasi anestesi tinggi dibutuhkan untuk mencapai tekanan oksigen
arterial yang adekuat, yang nantinya pemeriksaan
Premedikasi serial gas darah diperiksa untuk mengontrol hal ini.
(7,9)
Pemeriksaan preoperatif pada penderita
obesitas diantaranya memeriksa kemampuan pasien Post anestesi
untuk bernapas dalam dan patensi dari jalan napas.
Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah Komplikasi pulmonal sering terjadi pada
lengkap, foto thoraks, gas darah, fungsi paru dan penderita obesitas. Pemeriksaan fungsi paru
oximetri. Mereka yang dicurigai OSA disarankan preoperatif tidak dapat memprediksi keadaan yang
melakukan tes polysomnografi. Pasien juga harus sama pascaoperatif. Hal ini karena pada pasien
diingatkan resiko spesifik dari anestesi, obesitas sensitivitas terhadap obat sedatif, analgesik
kemungkinan dilakukannya intubasi dalam opioid dan anestesi meningkat. Pemberian ventilasi
kesadaran penuh, pemberian ventilasi pascaoperasi pascaoperasi bermanfaat untuk eliminasi efek obat-
bahkan trakeostomi. (9) obat tersebut, selain dapat diberikan pada mereka
dengan penyakit kardio-respiratori yang telah
Durante anestesi diketahui sebelumnya, retensi karbondioksida, dan
mereka yang baru menjalani operasi dalam waktu
Induksi anestesi menjadi saat paling
lama atau mengalami pyrexia pasca operasi.(9)
berbahaya pada pasien obesitas. Resiko kesulitan
atau gagal intubasi karena adanya obstruksi saluran Ekstubasi hanya boleh dilakukan ketika
napas bagian atas dan menurunnya compliance pasien sadar penuh dan dipindahkan ke Recovery
pulmonal menjadi kekhususan tersendiri. Insuflasi Room dengan posisi duduk 45 derajat. Oksigen
gaster selama anestesi juga meningkatkan resiko tambahan segera diberikan dan dilatih untuk
regurgitasi atau aspirasi isi gaster.(9) bernapas seperti biasa. (9)
Pendekatan awal adalah pemilihan SISTEM GASTROINTESTINAL PADA
intubasi dalam kesadaran penuh atau tidur dalam PENDERITA OBESITAS
yang merupakan pilihan sulit. Hal itu banyak
dipengaruhi pengalaman dokter anestesi yang akan Kombinasi dari tekanan intraabdomen yang
melakukannya. Beberapa penulis menyarankan tinggi, tingginya volume dan rendahnya pH dalam
intubasi dengan kesadaran penuh terutama jika berat gaster, lambatnya pengosongan gaster dan tingginya
faktor resiko hiatus hernia dan gastro-esofageal gastrointestinal yang tiap penangannya juga
refluks dipercayai menempatkan pasien obesitas berbeda-beda. Maka bagi seorang dokter, perlu
pada resiko terjadinya aspirasi asam lambung diikuti pemahaman menyeluruh tentang apa yang harus
pneumonitis aspirasi. Zacchi melakukan studi yang dilakukan untuk keadaan seperti ini.
menunjukkan bahwa pada penderita obesitas tanpa
gejala gastro-esofageal refluks dan lintasan gastro- Dalam kaitan dengan anestesi, yang terpenting
esofageal ternyata struktur anatominya tidak berbeda adalah setiap pasien yang akan menjalani operasi
dengan orang normal (baik pada posisi duduk atau atau dilakukan anestesi, perlu dimonitor berat badan,
berbaring). Walaupun penderita obesitas memiliki kelainan-kelainan yang menyertai kondisi pasien
volume dalam gasternya 75 persen lebih besar dari atau kemungkinan kendala yang akan dihadapi saat
orang normal, melalui studi tersebut juga diketahui operasi atau pasca operasi. Pada premedikasi di
bahwa pengosongan gaster justru lebih cepat pada ruangan atau di OK, pasien dipersiapkan secara baik
penderita obesitas, terutama pada intake energi dan dilakukan pengamatan akan kelainan metabolik
tinggi seperti emulsi lemak. Karena adanya resiko yang mungkin ada. Jika harus diberikan terapi oral
aspirasi asam, maka ada keharusan diberikannya H2- atau lainnya, maka dapat dilakukan konsultasi
receptor antagonis, antasid dan prokinetik, juga dengan bagian lain. Proses pemindahan pasien juga
dilakukannya induksi yang cepat dengan tekanan harus diperhatikan. Durante operasi, pemilihan jenis
pada krikoid dan ekstubasi trakea ketika pasien sadar anestesi harus diperhatikan, apakah nantinya
penuh.(9,13) dilakukan intubasi sadar atau tidak, obat-obatan
yang boleh dan tidak boleh diberikan, posisi pasien
Keadaan pada penderita obesitas yang menjadi selama operasi tersebut dan pengamatan akan
perhatian sehubungan dengan sistem metabolik pasien. Pasca operasi tidak boleh
gastrointestinal, diantaranya (9,13) : dilupakan, mengingat kemungkinan banyaknya
kejadian penurunan keadaan pasien dibanding
Diabetes mellitus. Setiap penderita obesitas yang sebelum operasi. Premedikasi atau durante operasi
akan menjalani operasi, harus diperiksa gula atau durante anestesi tidak bisa meramalkan keadaan
darahnya, baik gula darah sewaktu atau dapat pasien setelahnya. Bahkan bisa terjadi efek samping
juga dilakukan tes toleransi glukosa. Respon lambat baik dari tindakan yang dilakukan maupun
katabolik selama operasi mungkin obat-obatan yang diberikan.(14)
mengindikasikan pemberian insulin pascaoperasi
untuk mengontrol konsentrasi glukosa dalam Diperlukan kerjasama yang baik, dari dokter
darah. Kegagalan dalam menjaga konsentrasi ini dan perawat anestesi, dokter penyakit dalam maupun
akan berakibat tingginya resiko infeksi pada luka dokter bedah sehingga keberhasilan kesemuanya
operasi dan infark miokard pada periode iskemia dapat tercapai.
miokard.
Hubungan obesitas dengan kejadian gangguan
Penyakit tromboembolik. Resiko trombosis vena siklus menstruasi
dalam pada penderita obesitas dapat disebabkan
karena imobilisasi yang lama. Polisitemia, Pada penelitian ini disimpulkan bahwa wanita yang
peningkatan tekanan intraabdomen dengan mengalami obesitasmemiliki risiko terjadi gangguan
peningkatan stasis vena terutama pada siklus menstruasi 1,89 kali lebih besardibandingkan
ekstremitas bawah, gagal jantung dan wanita dengan status gizi normal dan jenis gangguan
berkurangnya aktivitas fibrinolitik yang siklusmenstruasi yang paling banyak ditemukan
menyebabkan tingginya konsentrasi fibrinogen pada subjek yang mengalami obesitasyaitu
juga menjadi predisposisi terjadinya keadaan ini. oligomenore (30,8%). Hasil ini didukung oleh hasil
Oleh karena itu pada penderita obesitas harus penelitian yang telahdilakukan di Australia, yang
ada pengawasan terhadap keadaan-keadaan menyatakan bahwa kejadian oligomenore
tersebut. palingbanyak ditemukan pada kelompok subjek
yang mengalami obesitas (9,9%). Padapenelitian
KESIMPULAN tersebut juga menyimpulkan bahwa risiko gangguan
siklus menstruasi 2kali lebih besar terjadi pada
Obesitas menjadi kendala tersendiri bagi wanita yang mengalami obesitas
praktisi medis baik penanganan secara umum dibandingkandengan wanita dengan status gizi
maupun ketika dihadapkan dengan pertimbangan normal.
anestesi yang akan dilakukan. Hal ini karena pada
pasien obesitas, tiga masalah utamanya adalah Persen lemak tubuh merupakan indikator yang
masalah kardiovaskular, respirasi dan digunakan untukmenentukan status obesitas pada
subjek penelitian ini. Persen lemak tubuh Hubungan stress dengan kejadian gangguan
yaituperbandingan lemak tubuh dari total berat siklus menstruasi
badan dalam bentuk persentase. Padawanita yang
memiliki persen lemak tubuh tinggi (kategori Secara keseluruhan kejadian gangguan siklus
obesitas) terjadipeningkatan produksi menstruasi berdasarkanfaktor stress paling tinggi
androstenedion yang merupakan androgen yang terjadi pada subjek yang mengalami
berfungsisebagai prekursor hormon reproduksi. Di stress (23,3%)dibandingkan dengan subjek yang
dalam tubuh, androgen digunakan tidak mengalami stress (20%). Berdasarkan
untukmemproduksi estrogen dengan bantuan enzim penelitian ini juga disimpulkan bahwa subjek yang
aromatase. Proses aromatisasiandrogen menjadi mengalami stress memilikirisiko gangguan siklus
estrogen ini terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan menstruasi 2 kali lebih besar dibandingkan dengan
lemak.Dengan demikian, semakin banyak persentase subjekyang tidak mengalami stress . Hasil ini sesuai
jaringan lemak tubuh, semakinbanyak pula estrogen dengan penelitian yang telahdilakukan sebelumnya
yang terbentuk yang kemudian dapat mengganggu yang menyatakan bahwa pada wanita yang
keseimbangan hormon di dalam tubuh sehingga mempunyaipekerjaan dengan tingkat stress tinggi
menyebabkan gangguan siklusmenstruasi. beresiko 2 kali lebih besar untukmengalami
gangguan siklus menstruasi dibandingkan dengan
Gangguan siklus menstruasi tersebut disebabkan subjek yangmempunyai tingkat stress ringan.
karena adanya gangguanumpan balik dengan kadar
estrogen yang selalu tinggi sehingga kadar Berdasarkan hasil pengukuran stress , diketahui
FollicleStimulating Hormone (FSH) tidak mencapai berbagai jenis stress yangdirasakan oleh subjek,
puncak. Dengan demikianpertumbuhan folikel antara lain sebanyak 18 subjek (81,8%) merasa
terhenti sehingga tidak terjadi ovulasi. Keadaan mudahmarah akan hal yang sepele. Selain itu juga
iniberdampak pada perpanjangan siklus menstruasi sebanyak 5 subjek (22,7%) merasatidak sabaran
(oligomenore) ataupunkehilangan siklus menstruasi dalam menghadapi suatu penundaan dalam kegiatan
(amenore). Risiko kejadian gangguan siklus yang sedangdikerjakan. Sebanyak 8 subjek (36,4%)
menstruasi pada wanita yang mengalamiobesitas merasa sulit untuk rileks atau bersantaidan 4 subjek
dapat diturunkan dengan mengikuti program (18,2%) subjek sering merasa gelisah.Berdasarkan
penurunan berat badan.Penurunan berat badan dapat stress , kejadian polimenore dan amenore cukup
mempengaruhi siklus menstruasi karena banyakditemukan pada subjek yang mengalami
penurunanpersen lemak tubuh akan terjadi seiring stress. Hal ini dapat terjadi karena stress merupakan
dengan penurunan berat badan. Padaumumnya, suatu keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan
penurunan berat badan sebesar 10% pada wanita kadar hormone corticotropin-releasing hormone
obesitasmenunjukkan adanya perbaikan profil (CRH) dan glucocorticoid sehinggamenghambat
hormon dalam tubuh yang mempengaruhigangguan sekresi Gonadotropin-Releasing-Hormone (GnRH)
siklus menstruasi sehingga dapat menurunkan risiko olehhipotalamus. Hal ini menyebabkan fluktuasi
kejadian gangguansiklus menstruasi, memperbaiki kadar FSH dan Lutenizing-Hormone (LH) sehingga
proses ovulasi, dan memperbaiki tingkatkesuburan. lama proses pada masa proliferasi dan
Penurunan berat badan sebesar 5-10% dari berat sekresimengalamipemendekan ataupun
awal dalam waktusekurangnya 4 minggu dapat pemanjangan. Pemendekan ataupun pemanjangan
menurunkan hiperandrogenism (kadar keduamasa tersebut dapat menyebabkan terjadinya
hormonandrogen yang berlebih) pada wanita yang pemendekan ataupun pemanjangansiklus menstruasi
mengalami obesitas. sehingga menyebabkan gangguan pada panjang
masa siklusmenstruasi.
Fungsi sistem reproduksi, selain dapat ditingkatkan
dengan carapenurunan berat badan tetapi juga dapa Hubungan obesitas dengan kejadian gangguan
ditingkatkan dengan cara memperbaikikualitas siklus menstruasi setelahdikontrol dengan stress
asupan makanan. Jenis makanan yang dapat Berdasarkan hasil penelitian ini, obesitas dan stress
meningkatkan fungsi sistemreproduksi yaitu merupakan faktoryang dapat menyebabkan
makanan yang banyak mengandung asam folat, zat terjadinya gangguan siklus menstruasi. Namun,
besi, vitaminC, vitamin E, vitamin B6, seng, setelahdikontrol dengan stress, obesitas memiliki
alumunium, dan kalsium. Jenis bahan makananyang pengaruh yang lebih rendah dalammenyebabkan
dianjurkan antara lain kacang-kacangan, sayuran gangguan siklus menstruasi dibandingkan dengan
hijau, buah-buahan,daging, dan juga ikan laut. stress. Tingginya kejadian stress pada subjek yang
mengalami obesitas dapat disebabkan
karenatingginya gangguan psikologis dan penurunan
kualitas hidup pada wanitaobesitas. Selain itu,
perbedaan perlakuan yang diterima dari masyarakat
jugadapat menyebabkan tingginya tingkat
stress pada wanita obesitas. Stressmerupakan suatu
keadaan yang mengganggu homeostatis.
Statusreproduktif merupakan cerminan keadaan
psikologis seseorang. Apabila terjadipeningkatan
paparan stress, fungsi reproduksi secara otomatis
akan mengalamipenurunan untuk mempertahankan
homeostatis tubuh. Sistemstressdiatur oleh
Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) axis dan
sistem autonomic. Mediatorutama system stress
antara lain Corticotropin-releasing-hormone
(CRH),glucocorticoids, dan beta-endhorphin . CRH
memiliki reseptor di
berbagai jaringan seperti ovarium, endotelium, hipot
alamus, dan jaringan inflammatory .Peningkatan
produksi CRH dan kortisol menyebabkan
pembatasan sekresi GnRHdan secara konsekuen
turut menurunkan ovulasi. Penurunan ovulasi ini
akanmempengaruhi lama masa proliferasi dan
sekresi sehingga berpengaruh pada lamasiklus
menstruasi subjek. Pada wanita yang mengalami
obesitas, penurunan stress dapat dilakukandengan
cara melakukan program penurunan berat badan.
Penurunan berat badanini selain menurunkan persen
lemak tubuh juga dapat meningkatkan
tingkatkepercayaan diri pada wanita obesitas.
Semakin meningkatnya kepercayaan diripada wanita
obese ini berperan dalam mengurangi salah satu
factor stress yangdiakibatkan oleh rendahnya
kepercayaan diri. Sedangkan penurunan stress
yangdialami oleh subjek dengan status gizi normal
dapat dilakukan denganmenurunkan paparan faktos
stress pada subjek sehingga dapat mengurangi
tingkat stress subjek. Beberapa teknik yang dapat
menurunkan tingkat stress antara lainakupuntur,
yoga, atau meditasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Obesity and Anesthesia, Yes There is a
Connection. [cite 2010 June 10] Available
from : www.health.am/ab/more/obesity-and-
anesthesia-yes-there-is-a-connection.
2. Understanding Cholelithiasis. [cite 2010 June
10] Available from :
http://win.nidkk.nih.gov/publications/underst
anding.htm.