1
(a) autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan keru- Pengobatan Insulin, diet, Diet, olah raga,
sakan sel-sel beta; dan (b) idiopatik, tanpa bukti olah raga tablet, insulin
adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya.3 Biochemical Kemungkinan Persisten peptida-C
kehilangan
II.4.2. Diabetes Melitus Tipe II / Onset maturitas
peptida-C
Diabetes tipe 2 dulu dikenal sebagai tipe
dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe
II.4.3. Diabetes Gestasional (GDM)
nondependen insulin. Obesitas sering dikaitkan
dengan penyakit ini.3 Diabetes gestasional (GDM) dikenali pertama
kah selama kehamilan dan memengaruhi 4% dari
Tabel 01: Perbedaan antara DM tipe 1 dengan DM
semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya GDM
tipe 2.1,4
adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat
Type 1 (insulin Type 2 (non-insulin keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu.
dependent) dependent) Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon
yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi
Nama lama DM Juvenil DM Dewasa glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan
diabetogenik. Pasien-pasien yang mempunyai
Epidemiologi Anak- Orang tua (biasanya predisposisi diabetes secara genetik mungkin akan
anak/remaja(bias berumur > 30 tahun) memerlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi
anya berumur < klinis diabetes pada kehamilan.3
30 tahun) Kriteria diagnosis biokimia diabetes
kehamilan yang dianjurkan adalah kriteria yang di-
Berat badan Biasanya kurus Sering ebesitas
usulkan oleh O'Sullivan dan Mahan (1973). Menurut
kriteria ini, GDM terjadi apabila dua atau lebih dari
nilai berikut ini ditemukan atau dilampaui sesudah
Heredity HLA-DR3 or Tidak ada hubungan pemberian 75 g glukosa oral: puasa, 105 mg/dl; I jam,
DR4 in > 90% HLA 190 mg/dl; 2 jam, 165 mg/dl; 3 jam, 145 mg/dl.
Pengenalan diabetes seperti ini penting karena
Patogenesis Penyakit Tidak berhubungan penderita berisiko tinggi terhadap morbiditas dan
Autoimmune : dengan autoimun mortalitas perinatal dan mempunyai frekuensi
Islet cell Insulin resistance kematian janin viabel yang lebih tinggi. kematian
autoantibodies janin viabel yang lebih tinggi. Kebanyakan
Insulitis perempuan hamil harus menjalani penapisan untuk
diabetes selama usia kehamilan 24 hingga 28
minggu.3
Klinikal Defisiensi Defisiensi Partial II.5. Patogenesis
Insulin insulin
Berhungan Berhubungan dengan II.5.1. Diabetes Melitus Tipe 1
dengan hyperosmolar
Pada diabetes tipe 1 timbul karena adanya
ketoacidosis
reaksi atoimin yang disebabkan adanya peradangan
2
pada sel- insulinitis. Ini menyebabkan timbulnya anti
bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell
Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi
(ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya
sel-. Insulinitis bisa disebabkan macam-macam
diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella,
CMV, herpes dan lain-lain. Yang diserang pada
insulinitis itu hanya sel-, biasanya sel- dan delta
tetap utuh.1
3
II.5.3. Diabetes Gestational penderita kehilangan jaringan lemak dan otot
sehingga menjadi kurus.1
Diabetes gestasional (GDM) dikenali pertama
kah selama kehamilan dan memengaruhi 4% dari 2. Banyak kencing (poliuria)
semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya GDM Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang
adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing
keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat
Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon mengganggu penderita, terutama pada waktu malam.
yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi Untuk mekanisme lihat gambar 05 dibawah ini.1
glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan
diabetogenik. Pasien-pasien yang mempunyai 3. Banyak minum (polidipsia)
predisposisi diabetes secara genetik mungkin akan
memerlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi Rasa haus amat sering dialami oleh penderita
karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing.
Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya
sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban
kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu
penderita minum banyak. Untuk lebih jelanya lihat
gambar 05 dibawah ini.1
4
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah II.7. Komplikasi
dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak II.7.1. Komplikasi Metabolik Akut
seluruhnya dapat dimanfaatkan, oleh karena itu
penderita selalu merasa lapar.1 Komplikasi metabolik diabetes disebabkan oleh
perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa
II.6.2. Gejala Tidak Khas plasma. Komplikasi metabolik yang paling serius
pada diabetes tipe 1 adalah:
1. Gangguan saraf tepi/kesemutan
A. Ketoasidosis Diabetik (DKA).
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan
terutama pada kaki di waktu malam, sehingga
Merupakan komplikasi metabolik yang paling
mengganggu tidur.1
serius pada DM tipe 1. Hal ini bisa juga terjadi pada
2. Gangguan penglihatan DM tipe 2. Hal ini terjadi karena kadar insulin sangat
menurun, dan pasien akan mengalami hal berikut: 7
Pada fase awal penyakit diabetes sering
dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong Hiperglikemia
penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali Hiperketonemia
agar ia tetap dapat melihat dengan baik.1 Asidosis metabolik
Hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan
3. Gatal/bisul lipogenesis ,peningkatan lipolisis dan peningkatan
oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di
keton (asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton).
daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti
Peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ke-
ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan
tosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan beban
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka
ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan
ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka
ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan diuresis
lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.1
osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan
4. Gangguan ereksi elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan
mengalami syok.3,7
Gangguan ereksi ini menjadi masalah Akhimya, akibat penurunan penggunaan
tersembunyi karena sering tidak secara terus terang oksigen otak, pasien akan mengalami koma dan
dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan meninggal. Koma dan kematian akibat DKA saat ini
budaya masyarakat yang masih merasa tabu jarang terjadi, karena pasien maupun tenaga kesehatan
membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut telah menyadari potensi bahaya komplikasi ini dan
kemampuan atau kejantanan seseorang.1 pengobatan DKA dapat dilakukan sedini mungkin.3
5
5. Ekstremitas Dingin/sianosis perifer koma dengan kejang. Penyebab tersering hipoglikemia
6. Kelelahan adalah obat-obatan hipoglikemik oral golongan
7. Takikardi sulfonilurea, khususnya glibenklamid. Hasil penelitian
8. Mual-muntah di RSCM 1990-1991 yang dilakukan Karsono dkk,
9. Kusmaul breathing memperllihatkan kekerapan episode hipoglikemia
10. Kaki kram sebanyak 15,5 kasus pertahun, dengan wanita lebih
11. Nafas bau aseton besar daripada pria, dan sebesar 65% berlatar belakang
12. Pandangan kabur DM. meskipun hipoglikemia sering pula terjadi pada
13. Hipotermia pengobatan dengan insulin, tetapi biasanya ringan.
14. Koma (10%) Kejadian ini sering timbul karena pasien tidak
memperlihatkan atau belum mengetahui pengaruh
B. Hiperglikemia, Hiperosmolar, Koma Nonketotik beberapa perubahan pada tubuhnya.1
(HHNK)
Penyebab Hipoglikemia
Komplikasi metabolik akut lain dari diabetes
yang sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2 yang 1. Makan kurang dari aturan yang ditentukan
lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin absolut,
2. Berat badan turun
namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Ciri-
ciri HHNK adalah sebagai berikut:3 3. Sesudah olah raga
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan 3) Stadium simpatik: keringat dingin pada muka
saraf yang disebabkan penurunan glukosa darah. Gejala terutama di hidung, bibir atau tangan, berdebar-
ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat berupa debar.
6
4) Stadium gangguan otak berat: koma dengan atau P.Z.I : 18 jam setelah suntikan
tanpa kejang.
3) Obat oral sedikit memberikan gejala saraf otonom
Keempat stadium hipoglikemia ini dapat ditemukan (parasimpatik dan simpatik), sedangkan akibat
pada pemakaian obat oral ataupun suntikan. Ada insulin sangat menonjol.
beberapa catatan perbedaan antara keduanya:1
Penatalaksanaan Hipoglikemia
1) Obat oral memberikan tanda hipoglikemia lebih
berat.
Gambar 06: Skema Penatalaksanaan Hipoglikemia.1
2) Obat oral tidak dapat dipastikan waktu
serangannya, sedangkan insulin bisa diperkirakan II.7.2. Komplikasi Kronik Jangka Panjang
pada puncak kerjanya, misalnya: A. Mikrovaskular / Neuropati7
Insulin reguler : 2-4 jam setelah suntikan - Retinopati, catarak penurunan penglihatan
- Nefropati gagal ginjal
Insulin NPH : 8-10 jam setelah suntikan - Neuropati perifer hilang rasa, malas bergerak
- Neuropati autonomik hipertensi, gastroparesis
- Kelainan pada kaki ulserasi, atropati
B. Makrovaskular7
7
Berbagai faktor yang berpengaruh pada pada penyandang DM yang diobati dengan insulin
terjadinya penyulit. Secara garis besar faktor yang konvensional dibanding dengan cara infus)
berpengaruh terhadap tingkat kejadian penyulit DM mendukung hipotesis metabolik ini.1
dapat di bagi menjadi:1
Hasil penelitian DCCT pada penyandang DM
Faktor genetik atau keturunan tipe 1 juga mendukung hipotesis ini. Pada penelitian
Faktor metabolik faktor glukosa darah dan multisenter jangka panjang tersebut, dapat dibuktikan
metabolit lain yang abnormal. bahwa pengobatan intensif dengan menggunakan cara
infus insulin dapat mencegah, menghambat timbulnya
A. Hipotesis Genetik maupun progresi penyulit kronik DM (retinopeti dan
Timbulnya kelainan pada pembuluh darah nefropati).1
penderita DM tidak berhubungan dengan Mengenai patogenesis terjadinya penyulit
abnormalitas metabolik pasien, tetapi memang sedikit kronik DM akibat hiperglikemia juga ada berbagai
banyak sudah ditentukan oleh faktor genetik, siapa- teori yang dianjurkan untuk mencoba
siapa yang cenderung timbul penyulit vaskular dan menerangkannya. Diantaranya yang terkenal adalah:1
siapa-siapa yang tidak. Kelompok ini ditunjang oleh
penelitian Siperstein yang mendapatkan adanya Teori Sorbitol
kelainan pada membran basal otot penderita DM
Hiperglikemia akan menyebabkan
(pada 90% penderita DM ) dan juga mendapatkan
penumpukkan glukosa pada sel dan jaringan tertentu
kelainan serupa pada 53% orang normal yang kedua
yang dapat mentransportasi glukosa kedalam sel tanpa
orang tuanya mengidap DM.1
insulin. sebagian diantaranya akan dimetabolisme
B. Hipotesis Metabolik melalui sorbitol dengan enzim aldose reduktase
menjadi fruktosa. Sorbitol yang tertumpuk pada
Terjadinya penyulit kronik DM adalah sebagai sel/jaringantersebut akan menyebabkan terjadinya
akibat kelainan metabolik yang ditemui pada penyulit kronik DM teori ini tidak dapat menerangkan
pengidap DM. Atas dasar hipotesis ini Kelly West
lebih setuju menganggap kelainan vaskular sebagai
manifestasi patologis DM daripada sebagai penyulit,
karena eratnya hubungan dengan kadar glukosa darah
yang abnormal. Sedang untuk mudahnya timbul
infeksi seperti misalnya tuberkulosis, disebut sebagai
komplikasi DM.1
8
Gambar 07: Sekematik jalur metabolisme glukosa oleh enzim aldos reductase (AR), dengan akibat
dalam lensa 90% akan melalui jalur peningkatan stress osmotik pada serat lensa yang
hexokinase pada keadaan normal. menampakan gejala awal seperti udema dan pecah.9
Namun pada orang-oran gdiabetik jalur
tersebut akan berubah melalui polyol
pathway yang akn di ubah menjadi Teori Glikasi.
sorbitol.8
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan
Enzim Aldos Reductase (AR) mengkatalis terjadinya proses glikasi pada semua protein, terutama
glukosa glukosa menjadi sorbitol melalui polyol yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses
pathway, proses berhubungan dengan perkembangan glikosilasi pada protein membran basal dapat
dari katarak diabetik. Akumulasi intraselular dari menerangkan semua kejadian komplikasi DM baik
sorbitol akan menjadikan perubahan osmotik yang penyulit mikro maupun makrovaskular DM.1
berakibat pada jaringan lensa hidrofik menjadi
degenerasi dan menghasilkan katarak diabetik.9 Mengingat bahwa kalau penyulit kronik sudah
Pada lensa, sorbitol lebih cepat dirubah timbul sulit untuk memperbaikinya kembali, diagnosis
menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dan penyulit kronik sangat diperlukan. Pada semua
dehidrogenase/polyol dehydrogenase. Peningkatan penyandang DM harus diperiksa dan dicari adanya
akumulasi sorbitol menciptakan efek hiperosmotik penyulit kronik ini secara berkala.1
yang mengakibatkan pada pemasukan cairan di II.8. Diagnosis Diabetes Melitus
gradient osmotik. Temuan ini membantu untuk
menemukan tentang osmotic hypothesis pada II.8.1. Anamnesis
susunan katarak diabetik, menekankan bahwa
Diabetes melitus bisa timbul akut berupa
peningkatan cairan intraselular adalah respon dari
ketoasidosis diabetik, koma hiperglikemia, disertai
AR-mediated accumulation polyols yang
efek osmotik diuretik dari hiperglikemia (poliuria,
mengakibatkan udem pada lensa. Penelitian
polidipsi, nokturia), efek samping diabetes pada organ
menunjukkan stress osmotik pada lensa menyebabkan
akhir (IHD, retinopati, penyakit vaskular perifer,
akumulasi sorbitol yang merangsang kematian sel
neuropati perifer), atau komplikasi akibat
epitel lensa. 9
meningkatnya keretanan terhadap infeksi (misalnya
Akumulasi sorbitol merangsang stress pada ISK, ruam kandiada). Keadaan ini juga bisa
retikulum endoplasma (RE), sebagai tempat yang ditemukan secara tidak sengaja saat melakukan
utama pensintesis protein, penyebab utama penghasil pemeriksaan darah atau urin.10 Maka hal di atas harus
radikal bebas. Stress pada RE bisa juga disebabkan ditanyakan secara lengkap!
dari lonjakan kadar glukosa yang mengawali respon
banjir protein (UPR) yang menghasilkan spesifik Riwayat Penyakit Dahulu
oksigen reaktif (ROS) dan menyebabkan stress Apakah pasien diketahui mengidap diabetes?
oksidatif yang merusak serat lensa.9 Jika ya, bagaimana manifestasinya dan apa obat yang
Kesimpulan, bermacam-macam hipotesis yang didapat? Bagaimana pemantauan untuk kontrol:
mendukung tetang mekanisme terbentuknya katarak frekuensi pemeriksaan pemeriksaan urin, tes darah,
diabetik produksi polyols yang berasal dari glukosa HbA1C, buku catatan, kesadaran akan hipoglikemia?
Tanyakan mengenai komplikasi sebelumnya.10
9
- Riwayat masuk rumah sakit karena
hipoglikemia/hipergikemia.
- Penyakit vaskular: iskemia jantung (MI, angina,
CCF), penyakit vaskular perifer (klaudikasio,
nyeri saat beristirahat, ulkus, perawatan kaki,
impotensi), neuropati perifer, neuropati otonom
(gejala gastroparesis muntah, kembung, diare).
- Retinopati, ketajaman penglihatan, terapi laser.
- Hiperkolesterolemia, hipertrigliserida.
- Disfungsi ginjal (proteinuria, mikroalbuminuria).
- Hipertensi tetapi.
- Diet/berat badan/olahraga.
Riwayat Pengobatan10
- Apakah pasien sedang menjalani terapi diabetes:
diet saja, obat-obatan hipoglikemia oral, atau
insulin?
- Tanyakan mengenai obat yang bersifat
diabetogenik (misalnya kortikosteroid,
siklosporin)?
- Tanyakan riwayat merokok atau penggunaan
alkohol?
- Apakah pasien memiliki alergi?
Riwayat Keluarga dan Sosial10
- Adakah riwayat diabetes melitus dalam keluarga?
- Apakah diabetes mempengaruhi kehidupan?
- Siapa yang memberikan suntikan insulin/tes gula
darah, dan sebagainya
(pasangan/pasien/perawat)?
10
5. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat Kadar Plasma < 110 110-125 126
atau BB lahir bayi > 4000 gram glukosa Vena
6. Kolesterol HDL 35 mg/dl dan atau TG 250 darah
mg/dl puasa Plasma < 90 90-109 110
(mg/dl) Kapiler
Pemeriksaan penyaring berguna untuk
menjaring pasien DM, TGT dan GDPT, sehingga
dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka.
Pasien dengan TGT dan GDPT merupakan tahap Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus dan
sementara menuju DM. setelah 5-10 tahun kemudian Gangguan Toleransi Glukosa1,2
1/3 kelompok TGT akan berkembang menjadi DM. 1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma
1/3 tetap TGT dan 1/3 lainya kembali normal. Adanya vena) 200 mg/dl
TGT sering berkaitan dengan resistensi insulin. pada 2. Kadar glukosa darah puasa (plasma
kelompok TGT ini resiko terjadinya aterosklerosis vena) 126 mg/dl
lebih tinggi dibandingkan kelompok normal. TGT 3. Kadar glukosa plasma 200 mg/dl
sering berkaitan dengan penyakit kardiovaskular, pada 2 jam sesudah diberi beban
hipertensi dan dislipidemia. Peran aktif para pengelola glukosa 75 gram pada TTGO.
kesehatan sangat diperlukan agar deteksi DM dapat
ditegakkan sedini mungkindan penegahan primer dan
skunder dapat segera diterapkan.1
II.8.4. Langkah-langkah Untuk Menegakkan
Pemeriksaan penyaring dapat dialakukan Diagnosis DM dan Gangguan Toleransi Glukosa
melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
Diangnosi klinis DM umumnya akan
atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat
dipikirkan bila ada keluhan DM berupa poliuria,
diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO)
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang
standar.1
tidka dapat dijelaskan sebabny. Keluhan lain yang
mungkin dikemukakan pasien adalah lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita.
Jika keluahan khas pemeriksaan glukosa darah
Tabel 03: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
sewaktu 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM.1
diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa
Bukan Belum DM darah puasa 126 mg/dl juga digunakan untuk
DM pasti patokan diagnosis DM.1
DM
Untuk keluhan khas DM, hasil pemeriksaan
Kadar Plasma < 110 110-199 200
glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal,
glukosa Vena
belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.
darah
Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat
sewaktu Plasma <90 90-199 200
sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah
(mg/dl) Kapiler
puasa 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu 200
mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi
11
glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah penyulit, baik makroangipati, mikroangiopati maupun
pasca pembebanan 200 mg/dl.1 neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan
morbidilitas dan mortalitas DM.1
1. Perencanaan makanan
2. Latihan jasmani
3. Obat berkhasiat hipoglikemik
4. Penyuluhan (edukasi)
5. Pemeriksaan glukosa mandiri
A. Perencanaan Makan
- Karbohidrat : 60-70%
Gambar 09: Langkah-langkah diagnostik DM dan - Protein : 10-13%
gangguan toleransi glukosa.1,11 - Lemak : 20-25%
II.9. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Jumlah kalori disesuaikan dengan
II.9.1. Non-farmakologi pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani untuk mencapai dan
Dalam mengelola DM untuk jangka pendek 1
mempertahankan berat bdan idaman.
tujuannya adalah menghilangkan keluhan/gejala DM
dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Untuk Untuk penentuan status gizi, dipakai body
jangka mass index (BMI) = indeks massa tubuh (IMT).
Keterangan:
panjangnya
GDP: Glukosa Darah Puasa lebih jauh
lagi, yaitu BMI = IMT = BB (kg)
GDS: Glukosa Darah Sewaktu
mencegah TB (m)2
GDPT: Glukosa Darah Puasa Terganggu
13
Continuous adalah latihan harus untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus tanpa penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
henti. Contoh : bila dipilih jogging 30 menit , maka keadaan sehat optimal, dan menyesuaikan keadaan
selama 30 menit pasien melakukan jogging tanpa psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik.
istirahat. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
perawatan pasien diabetes.1
Rhytmic adalah latihan olah raga harus dipilih
yang berirama,yaitu otot-otot berkontraksi dan Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai
relaksasi secara teratur.Contoh: jalan kaki, jogging, dengan memberikan penyuluhan kesehatan antara
berlari, berenang, bersepeda, mendayung. lain:1
14
dan mekanisme kerjanya. Beberapa informasi baru menjadi lebih rendah. Selanjutnya kadar glukosa
mengenai obat golongan ini ada, terutama mengenai darah siang hari dapat diatur dengan pemberian
efek farmakologis pada pemakaian jangka lama dan sulfonilurea seperti biasanya.1
pemakaiannya secara kombinasi dengan insulin.1
Kombinasi sulfonilurea dan insulin ini
Golongan obat ini bekerja dengan ternyata lebih baik daripada insulin saja dan dosis
menstimulasi sel- pankreas untuk melepaskan insulin insulin yang diperlukan pun ternyata lebih rendah.
yang tersimpan. Karena itu tentu saja hanya dapat Selain itu pasien lebih bisa menerima cara
bermanfaat pada pasien yang masih mempunyai pengelolaan kombinasi daripada pengelolaan dengan
kemampuan untuk mensekresikan insulin. Golongan suntikan yang lebih sering.1
obat ini tidak dapat dipakai pada DM tipe 1. Efek
ekstra prankreas yaitu memperbaiki sensitivitas B. Glinid
insulin ada, tetapi tidak penting karena ternyata obat Glinid merupakan obat generasi baru yang
ini tidak bermanfaat pada pasien yang insulinopenik.1 cara kerjnya sama dengan sulfonilurea, dengan
Mekanisme kerja obat golongan sulfonilurea: meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan
ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid
1. Menstimulasi penglepasan insulin yang (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
tersimpan (stored insulin) fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah
2. Menurunkan ambang sekresi insulin pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat
3. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat melalui hati.1
rangsangan glukosa
C. Biguanid
Obat golongan ini semuanya mempunyai cara
kerja yang serupa, berbeda dalam hal masa kerja, Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai
degradasi dan aktivitas metabolitnya. Semuanya dapat adalah metformin. Metformin menurunkan glukosa
menyebabkan hipoglikemia yang mungkin dapat fatal. darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin
Untuk mengurangi kemungkinan hipoglikemia, pada tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta
apalagi pada orang tua dipilih obat yang masa juga pada efeknya menurunkan produksi glukosa hati.
kerjanya paling pendek. Obat sulfonilurea dengan Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel
masa kerja panjang sebaiknya tidak dipakai pada usia usus sehingga menurunkan glukosa darah dan juga
lanjut.1 disangka menghambat absorbsi glukosa dari usus
pada keadaan sesudah makan.1
Kombinasi Sulfonilurea dengan Insulin
Metformin menurunkan kadar glukosa darah
Pemakaian kombinasi kedua obat ini tetapi tidak menyebabkan penurunan sampai di bawah
didasarkan bahwa rerata kadar glukosa darah normal. Karena itu tidak disebut sebagai obat
sepanjangn hari terutama ditentukan oleh kadar hipoglikemik, tetapi obat antihiperglikemik. Pada
glukosa darah puasnya. Umumnya kenaikan kadar pemakaian kombinasi dengan sulfonilurea,
glukosa darah sesudah makan kurang lebih sama, hipoglikemia dapat terjadi akibat pengaruh
tidak tergantung dari kadar glukosa darah puasanya. sulfonilureanya. Pada pemakaian tunggal, metformin
Dengan memberikan dosis insulin kerja sedang dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20%.
malam hari, produksi glukosa hati malam hari dapat Kadar insulin plasma basal juga turun. Metformin
dikurangi sehingga kadar glukosa darah puasa dapat
15
tidak menyebabkan kenaikan berat badan seperti pada terbagi insulin kerja menengah dua kali sehari dan
pemakaian sulfonilurea.1 kemudian diberikan campuran insulin kerja cepat
dimana perlu sesuai dengan respons kadar glukosa
D. Tiazolidindion darahnya. Umumnya dapat juga pasien langsung
Tiazolidindion adalah golongan obat baru diberikan insulin campuran kerja cepat dan menengah
yang mempunyai efek farmakologis meningkatkan dua kali sehari.1
sensitivitas insulin. dapat diberikan secara oral. Kombinasi insulin kerja sedang yang
Golongan obat ini bekerja meningkatkan glukosa diberikan malam hari sebelum tidur dengan
disposal pada sel dan mengurangi produksi glukosa di sulfonilurea tampaknya memberikan hasil yang lebih
hati.1 baik daripada dengan insulin saja, baik satu kali
Golongan obat baru ini diharapkan dapat lebih ataupun dengan insulin campuran. Keuntungannya
tepat kerjanya pada sasaran kelainan yaitu resistensi pasien tidak harus dirawat dan kepatuhan pasien tentu
insulin dan dapat pula dipakai untuk mengatasi lebih besar.1
berbagai manifestasi resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak
menyebabkan kelelahan sel- pankreas.1 Tabel 04: Jenis-jenis Obat-obatan Hipoglikemia
16
ol XL -
Diamir 80- glukosidase:
con 240 30 10- 1-3 Acarbose
MR 20 (50-100mg)
Gliquidon (30 1 1
(30mg) mg) Kombinasi Glucov 250/1 25 6- 1-4
Glimepirid Pedab 30- Metformin ance .25- 0- 24
(1mg, 2mg, Glikam 120 - Dengan 1000/ 1.2
3mg, 4mg) el Glibenklamid 5 5
Glicab 6 - (250/1.25 mg,
Glucod 500/2.5mg)
ex
Gluren
orrn Kombinasi Obat Hipoglikemia Oral
Golongan
tiazolindion/ Actos 15-30 15 24 1
Glitazon:
Pioglitazone
(15mg-30mg)
17
Faktor nutrisi berlebihan
Faktor lain, obat-obatan, hormon
18
Tindakan yang di lakukan untuk usaha Jangka panjang : mencegah penyulit
pencegahan primer meliputi: penyuluhan mengenai DM baik mikroangiopati, makroangiopati
perlunya pengaturan gaya hidup sehat sedini mungkin maupun retinopati.
dengan memberikan pedoman sebagai berikut:1
Saran untuk mencapai sasaran kadar glukosa
Mempertahankan pola makan sehari-hari yang darah yang terkendali baik telah berulangkali
sehat dan seimbang yaitu: dikemukakan dan telah berulang kali pula dibicarakan
- Meningkatkan konsumsi sayur dan buah dan ditekankan kembali oleh para pengelola kesehatan
- Membatasi makanan tinggi lemak dan pada setiap kesempatan pertemuan dengan penderita
karbohidrat sederhana DM.1
- Mempertahankan berat badan normal/idaman
sesuai dengan umur dan tinggi badan Secara garis besar sarana tersebut
adalah:1
Melakukan kegiatan jasmani yang cukup
- Perencanaan makan yang baik dan seimbang
sesuai dengan umur dan kemampuan
untuk mendapatkan berat badan idaman sesuai
Menghindari obat yang bersifat diabetogenik
dengan umur dan jenis kelamin.
- Kegiatan jasamani yang cukup sesuai umur dan
II.10.2. Usaha Pencegahan Sekunder kondisi pasien.
- Obat-obatan, baik berbagai macam obat yang
Usaha pencegahan sekunder dimulai dengan diminum maupun obat suntik insulin.
usaha mendeteksi diri penderita DM. karena itu - Penyuluhan untuk menjelaskan pada pasien
dianjurkan untuk setiap kesemapatan terutama untuk mengenai DM dan penyulitnya agar kemudian
meraka yang mempunyai resiko tinggi agar dilakukan didapatkan pengertian yang baik dan
pemeriksaan penyaring glukosa darah. Dengan keikutsertaan pasien dalam usaha untuk
demikian mereka yang mempunyai resiko tinggi DM mengendalikan kadar glukosa darahnya.
dapat terjaring untuk diperiksa dan kemudian yang
dicurigai DM akan dapat ditindak lanjuti, sampai II.10.3. Uasah Pencegahan Tersier
diyakini benar mereka mengidap DM. Bagi mereka
Usaha pencegahan tersier dilalakukan untuk
dapat ditegakkan diagnosis dini DM kemudian dapat
mencegah lebih lanjut terjadinya kecacatan kalau
dikelola dengan baik guna mencegah penyulit lebih
penyulit sudah terjadi. Kecacatan yang mungkin
lanjut.1
timbul akibat penyulit DM adalah:1
Pengelolaan untuk mencegah terjadinya
Pembuluh darah otak : stroke
penyulit dikerjakan bersama bersama oleh dokter dan
dan segala gejala sisanya
para petugas kesehatan. Peran dokter dalam
mendapatkan hasil pengendalian glukosa darah yang Pembuluh darah mata :
baik sangat menonjol. Walapun demikian, hasil kebutaan
pengelolaan yang baik tidak akan dapat dicapai tanpa
keikutsetaan aktif para penderita DM.1 Pembuluh darah ginjal : gagal
ginjal kronik
Tujuan pengelolaan DM1
Jangka pendek : menghilangkan Pembuluh darah tungkai bawah :
keluhan dan gejala DM. amputasi tungkai bawah
19
Untuk mencegah terjadinya kecacatan tentu Paru - pemeriksaan berkala foto dada
saja harus dimulai dengan deteksi dini penyulit DM setiap 1-2 tahun atau kalau keluhan batuk
agar kemudian penyulit dapat dikelola dengan baik di kronik.
samping tentu saja pengelolaan untuk mengendalikan Jantung - pemeriksaan berkala EKG/uji
kadar glukosa darah.1 latihan jantung secara berkala setiap tahun
atau kalau ada keluhan nyeri dada.
Pemeriksaan pemantauan yang diperlukan
Ginjal - pemeriksaan berkala urin
untuk penyulit ini adalah:
untuk mendeteksi adanya protein dalam urin.
Mata - pemeriksaan mata/fundus
secara berkala setiap 6-12 bulan.
Kaki - pemeriksaan kaki secara berkala dan penyuluhan mengenai cara perawatan kaki yang
sebaik-baiknya untuk mencegah kemungkinan timbulnya kaki diabetik dan kecacatan yang mungkin
kemudian ditimbulkan.
- Angioplasti
Retina - Fotokoagulasi
Dengan berbagai usaha pencegahan tersebut para penderita DM diharapkan dapat hidup sehat bersama
DM seperti orang sehat atau normal, terutama dalam kaitannya dengan penyulit manahun DM.1
20