Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

BENTUK SEDIAAN OBAT

OLEH:
Yulwhinar Cego Saputra
41150078
KELOMPOK 1

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2016
I. PARACETAMOL
A. Indikasi
seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri pasca operasi, nyeri sehubungan
dengan pilek, nyeri otot pasca-trauma.
inokulasi, vaksinasi, tonsilektomi.
Pada pasien kanker, parasetamol digunakan untuk mengatasi nyeri ringan
atau dapat diberikan dalam kombinasi dengan opioid (misalnya kodein).

B. Efek Samping
Ruam atau pembengkakan ini bisa menjadi tanda dari reaksi alergi
Hipotensi (tekanan darah rendah) ketika diberikan di rumah sakit dengan
infus.
Kerusakan hati dan ginjal, ketika diambil pada dosis lebih tinggi dari yang
direkomendasikan (overdosis)
Mual, sakit perut, dan kehilangan nafsu makan
Air seni berwarna gelap, tinja berwarna tanah liat
Jaundice (menguningnya kulit atau mata).

C. Bentuk Sediaan
Paracetamol drops 100 mg/ml oral drops
Paracetamol syrup 120 mg/5 ml syrup, dan 250 mg/5 ml syrup
Paracetamol Suppository 125 mg dan 250 mg
Paracetamol infusion 10 mg/ml
D. Dosis
1. Dewasa untuk Demam dan Nyeri:
Pedoman umum: 325-650 mg diminum setiap 4 sampai 6 jam atau
1000 mg setiap 6 sampai 8 jam.
Paling sering adalah Paracetamol 500mg tablet: 500 mg tablet oral
setiap 4 sampai 6 jam
2. Anak untuk Demam dan Nyeri:
Dibawah atau sama dengan 1 bulan: 10-15 mg/kg BB/dosis setiap 6
sampai 8 jam sesuai kebutuhan.
Diatas 1 bulan 12 tahun: 10 15 m /kg BB/dosis setiap 4 sampai 6
jam sesuai kebutuhan (maksimum: 5 dosis dalam 24 jam).

II. DIAZEPAM
A. Indikasi
1. Obat pilihan untuk mengobati ketergantungan benzodiazepine.
2. Efek antikonvulsan diazepam dapat membantu dalam pengobatan kejang
karena overdosis obat atau racun kimia seperti zat Sarin, VX, atau soman
(atau racun organofosfat lainnya), lindane, klorokuin, physostigmine,
atau piretroid).
3. Diazepam intravena atau lorazepam adalah obat lini pertama untuk status
epileptikus. Namun, lorazepam lebih dipilih karena memiliki keunggulan
seperti efektivitas yang lebih tinggi untuk mengakhiri kejang dan efek
antikonvulsan yang lebih lama.
4. Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala ansietas.
5. Sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena
inflamasi atau trauma; nipertdnisitairotot (kelaTrian motorik serebral,
paraplegia).
6. Digunakan juga untuk meringankan gejala-gejala pada penghentian
alkohol akut dan premidikasi anestesi.
B. Efek Samping
1. Obat ini meningkatkan risiko kejang jika digunakan terlalu sering pada
pasien pengidap epilepsi.
2. Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan toleransi,
ketergantungan, dan gejala putus obat pada pengurangan dosis.
3. Pada injeksi intravena terjadi bisa terjadi nyeri, dan tromboflebitis.
4. Mengantuk,ataksia. kelelahan Erupsi pada kulit. edema, mual dan
konstipasi, gejala-gejala ekstra pirimidal.
5. jaundice dan neutropenia. perubahan libido, sakit kepala, amnesia,
hipotensi. gangguan visual dan retensi urin, incontinence.
C. Bentuk Sediaan
1. Diazepam tablet 2 mg, 5 mg dan 10 mg,
2. Syrup 2 mg / 5 ml.
3. Cairan injeksi 2 mg / ml, dan 5 mg / ml,
4. Rektal enema 5 mg / 2.5 ml dan 10 mg / 2.5 ml.
D. Dosis
1. Ansietas 2-10 mg, 2-4 kali sehari
2. Terapi tambahan pada spasme otot rangka : 2 -10 mg. 3-4 kali sehari
dalam dosis bagi
3. Penghentian alkohol akut 10 mg. 3-4 kali sehari selama 24 jam pertama,
kemudian dikurangi menjadi 5 mg. 3 4 kali sehari
4. Premidikasi: dewasa: 10 mg: anak-anak diatas 2 tahun: 0,25 mg/kg
5. Usia lanjut dan pasien yang lemah : 2 2,5 mg, 1 2 kali sehari dapat
ditingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan.
6. Pada penderita dengan gangguan pulmoner kronik, penderita hati dan
ginjal kronik dosis dikuTarigT.
7. Anak-anak 0.12 0.8 mg/kg sehari dibagi dalam 3 atau 4 dosis.

III. AMOKSISILIN
A. Indikasi
1. Amoksisilin (Amoxicillin) juga digunakan untuk mencegah endokarditis
yang disebabkan bakteri pada orang-orang berisiko tinggi saat perawatan
gigi, untuk mencegah infeksi oleh Streptococcus pneumoniae dan infeksi
bakteri lainnya.
2. Efek Samping Amoksisilin juga bermanfaat untuk pengobatan gonore
akut tanpa komplikasi oleh N. gonorrhoeae.
B. Efek Samping
1. Efek samping amoksisilin (Amoxicillin) yang biasanya muncul adalah
mual, muntah, ruam, dan antibiotik kolitis.
2. Selain itu juga diare.
3. Efek samping yang jarang seperti perubahan mental, sakit kepala ringan,
insomnia, kebingungan, kecemasan, kepekaan terhadap cahaya dan suara,
dan berpikir tidak jelas.
C. Bentuk Sediaan
1. Tablet 250 mg, 500 mg
2. Tetes (drops) 100 mg/ml
3. Syrup 125 mg/ml, 250 mg/ml
D. Dosis
1. Dewasa, remaja, dan anak-anak (berat> = 40 kg): 500 mg setiap 12 jam
atau 250 mg setiap 8 jam.
2. Anak-anak dan bayi> 3 bulan (berat <40 kg): 20 mg / kg / hari, diberikan
dalam dosis sama setiap 8 jam atau 25 mg / kg / hari diberikan dalam
dosis sama setiap 12 jam.
3. Neonatus dan bayi <= 3 bulan: dosis maksimum yang disarankan adalah
30 mg / kg / hari, diberikan dalam dosis sama setiap 12 jam.

IV. KETOCONAZOLE
A. Indikasi
1. Ketoconazole merupakan obat anti jamur yang termasuk golongan azole.
Obat jenis ini menghambat pertumbuhan jamur dengan menghambat
enzim pertumbuhan pada jamur. Obat golongan azole ini umumnya
dipakai untuk mengatasi infeksi jamur C.albicans, C.tropicalis,
C.parapsilosis, C.glabrata, C.neoformans, golongan blastomyces,
golongan histoplasma, Coccidioides, dan jamur lainnya.
2. Ketoconazole umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi jamur pada
kulit badan, pada lipatan kulit, pada kaki, untuk mengatasi panu, dan juga
sering dipakai untuk mengatasi ketombe.
3. Ketoconazole memiliki aktivitas sebagai antiandrogen dan efek
antiglukokortikoid, yang telah digunakan sebagai pengobatan lini kedua
untuk kanker prostat dan untuk menekan sintesis glukokortikoid dalam
pengobatan cushing sindrom. Namun, dalam pengobatan kanker prostat,
digunakan bersamaan dengan glukokortikoid untuk mencegah
insufisiensi adrenal. Keamanan dan efektivitasnya untuk indikasi ini
belum dapat dipastikan sehingga penggunaan tidak disetujui oleh FDA.
B. Efek Samping
1. Pemakaian ketoconazole ditemukan dapat menyebabkan gangguan hati
dan dapat menyebabkan gangguan irama jantung bila digabung dengan
obat obatan tertentu.
2. Efek samping yang mungkin terjadi bervariasi dari rasa melayang hingga
pingsan, kesemutan, mual, muntah, demam, hilangnya nafsu makan,
depresi, nyeri kepala.
3. Penggunaan dosis ketoconazole lebih dari 400 mg perhari secara oral
akan meningkatkan resiko supresi hormon kelenjar anak ginjal.
4. Efek samping yang lebih jarang misalnya pusing, sakit kepala, ruam,
urtikaria, pruritus, trombositopenia, parestesia, fotofobia, , alopesia,
ginaekomastia dan oligospermia.
C. Bentuk Sediaan
1. Tablet 200 mg
2. Krim 200 mg
3. Larutan 10 mg, 20 mg
D. Dosis
1. Dewasa : 200 mg/hari. Durasi pengobatan untuk 14 hari. Jika setelah 14
hari respons tidak memuaskan, lanjutkan pengobatan hingga setidaknya 1
minggu setelah gejala hilang dan kultur menjadi negatif. Dosis
maksimum : 400 mg / hari.
2. Anak : 3 mg / kg bb / hari. Obat diberikan sebagai dosis tunggal atau
dalam dosis terbagi.
3. Kandidiasis vaginal resisten yang kronis : 400 mg / hari. Pengobatan
dilakukan 5 hari.
4. Obat diberikan bersama makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Wirata, I Wayan. 2006. Farmasiana. Yogyakarta: Universita Gadjah Mada press


Anonim. 2013. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 12, 2012/2013.Jakarta:
Penerbit Asli (MIMS Pharmacy Guide).

Anda mungkin juga menyukai