EPILEPSI
Oleh
Preseptor:
2017
BAB I
1. Pengertian Epilepsi
Kondisi yang ditandai oleh bangkitan kejang berulang berselang lebih dari 24
jam yang timbul tanpa provokasi. Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis yang
disebabkan oleh aktifitas listrik abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron di otak.
2. Epidemiologi
Epilepsi adalah salah satu kelainan neurologis serius yang sering terjadi. Di dunia
setiap tahun 44 orang dari 100.000 orang menderita epilepsi, dan sekitar 125.000 kasus
epilepsi baru tiap tahun. The National Sentinel Audit of Epilepsy-Related Deaths
melaporkan bahwa 1000 kematian tiap tahun di Amerika Serikat diakibatkan oleh
epilepsi.
3. Etiologi
1. Idiopatik :Tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologis dan
dengan usia.
2. Kriptogenik: Dianggap simtomatik, tetapi penyebabnya belum diketahui, termasuk
otak,misalnya cedera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang,
4. Patofisiologi
Secara garis besar, epilepsi terjadi akibat ketidakseimbangan antara eksitatori
( glutamate dan aspartat) dengan inhibitori (GABA), serta abnormalitas control voltase
seluruh area otak (dalam korteks serebri, bagian dalam serebrum) dan bahkan
di batang otak. Sering kali pasien menggigit atau mengunyah lidahnya dan
berlangsung selama beberapa detik sampai 3-4 menit. Kejang ini juga ditandai
dalam keadaan stupor selama satu sampai beberapa menit sesudah serangan
kejang berakhir dan kemudian seringkali tetap lelah dan tertidur selama
berjam-jam sesudahnya.
2. Epilepsi Petit Mal
Ditandai dengan keadaan tidak sadar, atau penurunan kesadaran selama 3
sampai 30 detik, dan selama waktu serangan, pasien merasakan kontraksi otot
seperti ini satu kali dalam beberapa bulan. Serangan epilepsy petit mal sering
pertama kali saat masa kanak-kanak akil baligh dan menghilang umur 30
setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada
serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal paling sering disebabkan oleh lesi
menekan daerah otak, rusaknya satu area pada jaringan otak, atau kelainan
kemarahan yang abnormal, (3)ansietas, rasa tak nyaman, atau rasa takut yang
timbul mendadak, dan atau (4) bicara inkoheren yang singkat atau bergumam
dari ungkapan yang bertele-tele (trite phrase). Kadangkala pasien tidak dapat
mengingat aktifitas yang telah dilakukan selama serangan, namun pada saat
lain ia menyadari segala sesuatu yang telah dilakukan tetapi tidak mampu
mengendalikannya.
4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis.
1. Anamnesis
A.pastikan bangkitan epilepsi
a. Tanyakan:
Gejala sebelum, selama dan pasca bangkitan
Keadaan pasien saat bangkitan:duduk, berdiri, berbaring, tidur,
atau berkemih
Gejala awitan :aura, gerakan , speech arrest
Pola atau bentuk yang tampak selama bangkitan
gaduh, gelisah
Faktor pencetus: alcohol, kurang tidur, hormonal
Jumlah pola bangkitan satu atau lebih atau terdapat perubahan pola
bangkitan
b. Penyakit lain yang mungkin dideritasekarang maupun riwayat penyakit
bangkitan.
d. Riwayat terapi epilepsy sebelumnya dan respon terhadap terapi (dosis,
sistemik
g. Riwayat pada saat dalam kandungan, kelahiran, dan perkembangan
bayi/anak
h. Riwayat kejang demam
i. Riwayat trauma kepala, infeksi ssp
B. Apabila benar bangkitan epilepsy, tentukan klasifikasi epilepsy
C. Tentukan etiologi, penting untuk prognosis dan respon terhadap OAE
2. Pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umumnya mengamati adanya tanda tanda dari gangguan yang
berhubungan dengan epilepsy, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan
congenital, kecanduan alcohol, atau obat terlarang. Kelainan kulit, kanker, deficit
neurologis fokal.
b. pemeriksaan neurologis
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan radiologis sangat tergantung dari interval
tampak tanda pasca iktal terutama tanda fokal seperti tanda todds paresis
otak.
3. Penegakkan diagnosis
a. Diagnosis klinis
Ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis.
b. Diagnosis Banding
Sinkop, Transient ischemic attack, dan gerakan involunter.
4. Komplikasi:-
5. Tatalaksana Komprehensif
Sebagai dokter layanan primer, bila pasien terdiagnosis sebagai epilepsy,
tujuan pengobatan
2. Terapi dimulai dengan monoterapi menggunakan OAE pilihan sesuai
Anamnesis:
Keluhan Utama:Kejang dan penurunan kesadaran
Riwayat penyakit sekarang:
-Kejang dan penurunan kesadaran sejak 5 hari yang lalu,
Kronologis:keempat anggota gerak kaku disertai mata mendelik ke atas, penurunan
kesadaran durasi sekitar 5 menit
-Pemicu: kelelahan, kurang tidur
-Kejang pernah 7 bulan yang lalu dibawa ke IGD DR. M Djamil Padang
Riwayat Penyakit dahulu:
- Riwayat kejang demam (-)
- Riwayat Trauma Kepala (-)
- Riwayat Tumor (-)
- Riwayat kejang berulang(+)
Pemeriksaan Fisik
1. Umum
Suhu :36
Torak
1 paru
Inspeksi :normochest,simetris
2. Jantung
Inspeksi :iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :iktus kordis teraba 2 jari medial linea midclavikula sinistra RIC 5
Perkusi :Batas Jantung dalam batas Normal
Auskultas :Bunyi jantung I dan ii, bising-
3. Abdomen
Inspeksi :distensi-
Palpasi :tidak ada pembesaran hepar dan lien
Perkusi :timpani
Auskultasi : BU (+) normal
4. Korpus Vertebre
Inspeksi :tidak dilakukan
Palpasi :tidak dilakukan
II Status neurologis
1. Tanda rangsang meningeal:
a. Kaku kuduk:-
b. Bruzinskii -
c. BruzinskiII :-
d. Kernig :-
2. Tanda peningkatan TIK
Pupil isokor, bulat, diameter 3mm/3mm, reflek cahaya+/+, kornea +/+
3.Pemeriksaan Nervus Kranialis
N I olfaktorius
N II Optikus
N III Okulomotor
Kanan Kiri
Bola mata ortho Ortho
Ptosis - -
Gerakan bulbus Segala arah Segala arah
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/endotalmus - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Reflek cahaya + +
Reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
akomodasi
Reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
konvergensi
N IV Troklear
Kanan Kiri
Gerakan ke bawah + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N VI Abdusen
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N V Trigeminus
kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut + +
Menggerakkan + +
rahang
Menggigit + +
Mengunyah + +
Sensori
Divisi oftalmika
Reflek kornea
Sensibilitas
Divisi maksila
Reflek masseter
Semsibilitas
Divisi mandibula
Sensibilitas
N VII Fasialis
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata + +
Fisura palpebra + +
Menggerakkan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibir/bersiul + +
Memperlihatkan gigi + +
Sensasi lidah 2/3 + +
Hiperakusis
N VIII Vestibularis
Tidak dilakukan
N IX Glosofaringeal
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang + +
Reflek muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N X Vagus
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Simetris Simetris
Menelan + +
Artikulasi + +
Suara + +
Nadi Regular, kuat angkat Regular,kuat angkat
N XiI assesorius
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri + +
Mengangkat bahu + +
N XII Hipoglosus
Kanan Kiri
Keduduksn lidah dalam Simetris Simetris
Kedududkan lidah dijulurkan Simetris Simetris
Tremor - -
Fasikulata - -
Atrofi - -
A.Badan Respirasi + +
Duduk + +
B. Berdiri dan Gerakan spontan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
berjalan
Tremor Tidak dilakukukan Tidak dilakukan
Atetosis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mioklonik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Khorea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mioklonik tidak dilakukan Tidak dilakukan
Khorea
C.ekstremitas Superior inferior
kanan Kiri kanan Kiri
Gerakan aktif Aktif aktif Aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Trofi eutrofi Eutrifi eutrofi Eutrofi
Tonus eutonus eutonus eutonus Eutonus
F. pemeriksaan sensibilitas
Sensibilitas taktil +
Sensibilitas nyeri +
Sensibilitas sendi dan posisi +
Sensibilitas termis +
Sensibilitas getar +
Stereognosis +
Pengenalan rabaan +
G. Pemeriksaan reflek
4.Fungsi luhur
Pemeriksaan EEG
Hasil: EEG abnormal dengan gelombang tajam yang tersebar di fase intermiten
Diagnosis: Diagnosis klinis: kejang tonik seluruh tubuh
Generallised seizure
Terapi:
Hindari faktor pencetus
Fenitoin 2x1 100mg
Asam folat 5 mg 2x1
Control I kali dalam 6 bulan untuk meninjau kemajuan terapi OAE
BAB III
DISKUSI
Seorang padien laki-laki usia 22 tahun datang ke poliklinik saraf DR M Djamil
padang dengan keluhan kejang berulang. Pasien memiliki riwayat kejang 7 bulan yang
lalu disertai penurunan kesadaran dan dibawa ke IDG DR m Djamil.pasien tidak punya
riwayat kejang demam, tidak konsumsi alcohol. Tidak ada riwayat trauma kepala, riwayat
tumor dan tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama.
Berdasarkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan neurologis pada
melakukan pemeriksaan EKG. Didapatkan hasil EEG abnormal dengan gelombang tajam
seizure
Pada pasien diterapi khusus dengan fenitoin 2x1 100mg untuk anti kejang dan
asam folat 2x1 5 mg.Pasien diminta untuk control 1 kali 6 bulan untuk kontrol kemajuan
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
1.IKATAN DOKTER INDONESIA. Panduan praktek klinik bagi dokter tahun
2014.Jakarta.
2.Guyton AC,Hall JE, 2007. Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran edisi
kesebelas, Singapore: Elsevier
3.Amir D, Basjiruddin A,2008.Buku ajar ilmu penyakit saraf (neurologi),Padang, ISBN
4. Mukhopadhyay ,HK, Kandar ,CC, Das ,SK,Gupta ,BK,Ghosh ,L.(2012)Epilepsy and
its management. Journal of PharmaSciTech,1(2):20-26.