Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

EPILEPSI

Oleh

Fanisa Dwi Felly Ramda 1310311164

Preseptor:

Dr. Syarif Indra, Sp.S

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

2017
BAB I

1. Pengertian Epilepsi
Kondisi yang ditandai oleh bangkitan kejang berulang berselang lebih dari 24

jam yang timbul tanpa provokasi. Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis yang

disebabkan oleh aktifitas listrik abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron di otak.
2. Epidemiologi
Epilepsi adalah salah satu kelainan neurologis serius yang sering terjadi. Di dunia

setiap tahun 44 orang dari 100.000 orang menderita epilepsi, dan sekitar 125.000 kasus

epilepsi baru tiap tahun. The National Sentinel Audit of Epilepsy-Related Deaths

melaporkan bahwa 1000 kematian tiap tahun di Amerika Serikat diakibatkan oleh

epilepsi.
3. Etiologi
1. Idiopatik :Tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologis dan

diperkirakan tidak mempunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan

dengan usia.
2. Kriptogenik: Dianggap simtomatik, tetapi penyebabnya belum diketahui, termasuk

disini Sindroma West, Sindroma Lennox-Gastaut, dan epilepsi mioklonik.


3. Simtomatik: Bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan atau lesi struktural pada

otak,misalnya cedera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang,

gangguan peredaran darah otak, toksisk (alkohol, obat), metabolik(hipoglikemia,

hipokalsemia, hiponatremia) kelainan neurodegeneratif.

4. Patofisiologi
Secara garis besar, epilepsi terjadi akibat ketidakseimbangan antara eksitatori

( glutamate dan aspartat) dengan inhibitori (GABA), serta abnormalitas control voltase

kanal membrane ion.


Epilepsi dapat dibagi menjadi 3 jenis:
1. Epilepsi Grand Mal
Ditandai dengan pelepasan muatan listrik yang berlebihan dari neuron di

seluruh area otak (dalam korteks serebri, bagian dalam serebrum) dan bahkan

di batang otak. Sering kali pasien menggigit atau mengunyah lidahnya dan

dapat mengakibatkan kesulitan bernapas. Kejang grand mal biasanya

berlangsung selama beberapa detik sampai 3-4 menit. Kejang ini juga ditandai

dengan keadaan depresi pasca kejang di seluruh system saraf,pasien tetap

dalam keadaan stupor selama satu sampai beberapa menit sesudah serangan

kejang berakhir dan kemudian seringkali tetap lelah dan tertidur selama

berjam-jam sesudahnya.
2. Epilepsi Petit Mal
Ditandai dengan keadaan tidak sadar, atau penurunan kesadaran selama 3

sampai 30 detik, dan selama waktu serangan, pasien merasakan kontraksi otot

seperti kedutan (twitch-like) yang biasanya terjadi di daerah kepala, terutama

pengedipan mata, selanjutnya diikuti dengan kembalnya kesadaran dan

timbulnya kembali aktifitas sebelumnya. Rangkaian kejadian keseluruhan ini

disebut absence syndrome atau absence epilepsy. Pasien mengalami serangan

seperti ini satu kali dalam beberapa bulan. Serangan epilepsy petit mal sering

pertama kali saat masa kanak-kanak akil baligh dan menghilang umur 30

tahun. Kadangkala serangan epilepsy petit mal dapat memicu timbulnya

serangan grand mal.


3. Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik region

setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada

serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal paling sering disebabkan oleh lesi

organic setempat atau adanya kelainan fungsional, seperti jaringan parut di

otak yang mendorong jaringanh neuron di dekatnya, adanya tumor yang

menekan daerah otak, rusaknya satu area pada jaringan otak, atau kelainan

sirkuit setempat yang diperoleh secara congenital.


Ada tipe lain epilepsy fokal yang disebut kejang psikomotor yang dapat

menyebabkan timbulnya : (1) Periode amnesia singkat, (2) serangan

kemarahan yang abnormal, (3)ansietas, rasa tak nyaman, atau rasa takut yang

timbul mendadak, dan atau (4) bicara inkoheren yang singkat atau bergumam

dari ungkapan yang bertele-tele (trite phrase). Kadangkala pasien tidak dapat

mengingat aktifitas yang telah dilakukan selama serangan, namun pada saat

lain ia menyadari segala sesuatu yang telah dilakukan tetapi tidak mampu

mengendalikannya.
4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis.
1. Anamnesis
A.pastikan bangkitan epilepsi
a. Tanyakan:
Gejala sebelum, selama dan pasca bangkitan
Keadaan pasien saat bangkitan:duduk, berdiri, berbaring, tidur,

atau berkemih
Gejala awitan :aura, gerakan , speech arrest
Pola atau bentuk yang tampak selama bangkitan

:tonik/klonik,vokalisasi,automatisme, lidah tergigit, pucat,

berkeringat, deviasi mata


Keadaan setelah kejadian:bingung, terjaga, nyeri kepala, tidur,

gaduh, gelisah
Faktor pencetus: alcohol, kurang tidur, hormonal
Jumlah pola bangkitan satu atau lebih atau terdapat perubahan pola

bangkitan
b. Penyakit lain yang mungkin dideritasekarang maupun riwayat penyakit

neurologic, psikiatrik, metabolic yang mungkin jadi penyebab


c. Usia awitan, durasi frekuensi bangkitan, interval terpanjang antar

bangkitan.
d. Riwayat terapi epilepsy sebelumnya dan respon terhadap terapi (dosis,

kadar OAE, kombinasi terapi)


e. Riwayat epilepsy dalam keluarga
f. Riwayat keluarga dengan penyakit neurologic lain ,penyakit psikiatri atau

sistemik
g. Riwayat pada saat dalam kandungan, kelahiran, dan perkembangan

bayi/anak
h. Riwayat kejang demam
i. Riwayat trauma kepala, infeksi ssp
B. Apabila benar bangkitan epilepsy, tentukan klasifikasi epilepsy
C. Tentukan etiologi, penting untuk prognosis dan respon terhadap OAE
2. Pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umumnya mengamati adanya tanda tanda dari gangguan yang

berhubungan dengan epilepsy, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan

congenital, kecanduan alcohol, atau obat terlarang. Kelainan kulit, kanker, deficit

neurologis fokal.
b. pemeriksaan neurologis
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan radiologis sangat tergantung dari interval

antara dilakukan pemeriksaan dengan bangkitan terakhir


1. Jika dilakukan pada beberapa menit atau jam setelah bangkitan maka akan

tampak tanda pasca iktal terutama tanda fokal seperti tanda todds paresis

(hemiparesis setelah kejang yang terjadi sesaat),trans aphasic syndrome

(afasia sesaat) yang tidak jarang menjadi petunjuk lokalisasi.


2. Jika dilakukan pada beberapa waktu setelah bangkitan terakhir berlalu, sulit

ditemukan adanya kelainan.


c. Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan di layanan sekunder yaitu EEG dan pemeriksaan pencitraan

otak.

3. Penegakkan diagnosis
a. Diagnosis klinis
Ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis.
b. Diagnosis Banding
Sinkop, Transient ischemic attack, dan gerakan involunter.
4. Komplikasi:-
5. Tatalaksana Komprehensif
Sebagai dokter layanan primer, bila pasien terdiagnosis sebagai epilepsy,

untuk penanganan awal pasien harus dirujuk ke dokter spesialis saraf.


1. OAE diberikan apabila:
Diagnosis Epilepsi sudah dipastikan
Pastikan faktor pencetus dapat dihindari (alcohol, stress, kurang

tidur, dan lain-lain)


Terdapat minimum 2 bangkitan dalam setahun.
Penyandang dan keluarga sudah menerima penjelasan terhadap

tujuan pengobatan
2. Terapi dimulai dengan monoterapi menggunakan OAE pilihan sesuai

dengan jenis bangkitan:


Fenitoin :Fokal, umum sekunder, tonik klonik
Karbamazepin: fokal, umum sekunder, tonik klonik, mioklonik
Fenobarbital: fokal, umum sekunder, tonik klonik.
Gabapentin: fokal,umum sekunder.
Asam valproad:fokal, umum sekunder, tonik klonik ,mioklonik
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien

Nama :Fandi Setiawan


Umur/tanggal lahir :30-12-1994/22 tahun
Kelamin :Laki-laki
No.RM :948294
Pekerjaan :Mahasiswa
Tanggal Pemeriksaan :28/01/2017
Status Perkawinan :Belum kawin
Negeri Asal :Padang
Agama :islam
Nama Ibu kandung :Dewi Lindawati
Suku :Minang
Alamat : jalan Minangkabau Komp KAI

Anamnesis:
Keluhan Utama:Kejang dan penurunan kesadaran
Riwayat penyakit sekarang:
-Kejang dan penurunan kesadaran sejak 5 hari yang lalu,
Kronologis:keempat anggota gerak kaku disertai mata mendelik ke atas, penurunan
kesadaran durasi sekitar 5 menit
-Pemicu: kelelahan, kurang tidur
-Kejang pernah 7 bulan yang lalu dibawa ke IGD DR. M Djamil Padang
Riwayat Penyakit dahulu:
- Riwayat kejang demam (-)
- Riwayat Trauma Kepala (-)
- Riwayat Tumor (-)
- Riwayat kejang berulang(+)

Riwayat penyakit keluarga:

Tidak ada keluarga menderita keluhan yang sama

Riwayat Pribadi dan social:

-pasien seorang mahasiswa, merokok(-), konsumsi alkohol (-)

Pemeriksaan Fisik

1. Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran :Kompos mentis kooperatif

Keadaan Gizi : baik

Tekanan darah :130/56

Nadi :40 kali/menit,kuat

Nafas :24 kali/menit

Suhu :36

Kulit dan kuku :tidak ditemukan kelainan

Kelenjer getah bening :tidak ada pembesaran

Torak

1 paru

Inspeksi :normochest,simetris

Palpasi :fremitus kiri=kanan


Perkusi :sonor

Auskultasi :vesikuler, ronki-,wheezing-

2. Jantung
Inspeksi :iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :iktus kordis teraba 2 jari medial linea midclavikula sinistra RIC 5
Perkusi :Batas Jantung dalam batas Normal
Auskultas :Bunyi jantung I dan ii, bising-

3. Abdomen
Inspeksi :distensi-
Palpasi :tidak ada pembesaran hepar dan lien
Perkusi :timpani
Auskultasi : BU (+) normal

4. Korpus Vertebre
Inspeksi :tidak dilakukan
Palpasi :tidak dilakukan
II Status neurologis
1. Tanda rangsang meningeal:
a. Kaku kuduk:-
b. Bruzinskii -
c. BruzinskiII :-
d. Kernig :-
2. Tanda peningkatan TIK
Pupil isokor, bulat, diameter 3mm/3mm, reflek cahaya+/+, kornea +/+
3.Pemeriksaan Nervus Kranialis
N I olfaktorius

Penciuman Kanan Kiri


Subjektif + +
Objektif + +

N II Optikus

Penglihatan Kanan Kiri


Tajam penglihatan + +
Lapangan pandang + +
Melihat warna + +
funduskopi + +

N III Okulomotor

Kanan Kiri
Bola mata ortho Ortho
Ptosis - -
Gerakan bulbus Segala arah Segala arah
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/endotalmus - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Reflek cahaya + +
Reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
akomodasi
Reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
konvergensi

N IV Troklear

Kanan Kiri
Gerakan ke bawah + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -

N VI Abdusen

Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N V Trigeminus

kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut + +
Menggerakkan + +
rahang
Menggigit + +
Mengunyah + +
Sensori
Divisi oftalmika
Reflek kornea
Sensibilitas
Divisi maksila
Reflek masseter
Semsibilitas
Divisi mandibula
Sensibilitas
N VII Fasialis

Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata + +
Fisura palpebra + +
Menggerakkan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibir/bersiul + +
Memperlihatkan gigi + +
Sensasi lidah 2/3 + +
Hiperakusis

N VIII Vestibularis
Tidak dilakukan

N IX Glosofaringeal

Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang + +
Reflek muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N X Vagus

Kanan Kiri
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Simetris Simetris
Menelan + +
Artikulasi + +
Suara + +
Nadi Regular, kuat angkat Regular,kuat angkat

N XiI assesorius

Kanan Kiri
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri + +
Mengangkat bahu + +

N XII Hipoglosus

Kanan Kiri
Keduduksn lidah dalam Simetris Simetris
Kedududkan lidah dijulurkan Simetris Simetris
Tremor - -
Fasikulata - -
Atrofi - -

D. pemeriksaan koordinasi dan keseimbangan


Tidak dilakukan

E.Pemeriksaan fungsi motorik

A.Badan Respirasi + +
Duduk + +
B. Berdiri dan Gerakan spontan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
berjalan
Tremor Tidak dilakukukan Tidak dilakukan
Atetosis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mioklonik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Khorea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mioklonik tidak dilakukan Tidak dilakukan
Khorea
C.ekstremitas Superior inferior
kanan Kiri kanan Kiri
Gerakan aktif Aktif aktif Aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Trofi eutrofi Eutrifi eutrofi Eutrofi
Tonus eutonus eutonus eutonus Eutonus

F. pemeriksaan sensibilitas

Sensibilitas taktil +
Sensibilitas nyeri +
Sensibilitas sendi dan posisi +
Sensibilitas termis +
Sensibilitas getar +
Stereognosis +
Pengenalan rabaan +

G. Pemeriksaan reflek

1 Fisiologis Kanan Kiri Kanan kiri


Kornea + + Bisep ++ ++
Babinski Trisep ++ ++
Laring APR ++ ++
Maseter KPR ++ ++
2 patologi
Lengan
Hoffman - - Babinski - -
tromner
Chadoks - -
- Openheim
Gordon - -
Scaffer - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -
3. Fungsi otonom
Miksi :+
Defekasi :+
Sekresi keringat :+

4.Fungsi luhur

Kesadaran Tanda demensia


Reaksi bicara + Reflek glabela
Reaksi intelek + Reflek snout
Reaksi emosi + Reflek menghisap
Reflek memeganreflek
palmomental

Pemeriksaan EEG
Hasil: EEG abnormal dengan gelombang tajam yang tersebar di fase intermiten
Diagnosis: Diagnosis klinis: kejang tonik seluruh tubuh
Generallised seizure
Terapi:
Hindari faktor pencetus
Fenitoin 2x1 100mg
Asam folat 5 mg 2x1
Control I kali dalam 6 bulan untuk meninjau kemajuan terapi OAE
BAB III

DISKUSI
Seorang padien laki-laki usia 22 tahun datang ke poliklinik saraf DR M Djamil

padang dengan keluhan kejang berulang. Pasien memiliki riwayat kejang 7 bulan yang

lalu disertai penurunan kesadaran dan dibawa ke IDG DR m Djamil.pasien tidak punya

riwayat kejang demam, tidak konsumsi alcohol. Tidak ada riwayat trauma kepala, riwayat

tumor dan tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama.
Berdasarkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan neurologis pada

pasien.tidak ditemukan penyakit lain pada diri pasien.Pasien disarankan iuntuk

melakukan pemeriksaan EKG. Didapatkan hasil EEG abnormal dengan gelombang tajam

yang tersebar di fase intermiten yang menggambarkan epilepsy umum /generalized

seizure
Pada pasien diterapi khusus dengan fenitoin 2x1 100mg untuk anti kejang dan

asam folat 2x1 5 mg.Pasien diminta untuk control 1 kali 6 bulan untuk kontrol kemajuan

pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
1.IKATAN DOKTER INDONESIA. Panduan praktek klinik bagi dokter tahun
2014.Jakarta.
2.Guyton AC,Hall JE, 2007. Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran edisi
kesebelas, Singapore: Elsevier
3.Amir D, Basjiruddin A,2008.Buku ajar ilmu penyakit saraf (neurologi),Padang, ISBN
4. Mukhopadhyay ,HK, Kandar ,CC, Das ,SK,Gupta ,BK,Ghosh ,L.(2012)Epilepsy and
its management. Journal of PharmaSciTech,1(2):20-26.

Anda mungkin juga menyukai