Anda di halaman 1dari 6

1.

Gejala dan Tanda

Papil atrofi menyebabkan timbulnya gejala disfungsi penglihatan, berupa hilangnya


ketajaman penglihatan, lapang pandang, dan buta warna. Nervus optikus berfungsi untuk
menyalurkan informasi dari retina ke otak, sehingga jika megalami kerusakan maka akan
menyebabkan hilangnya penglihatan. Kerusakan yang halus tidak terlalu mempengaruhi
ketajaman penglihatan, namun menyebabkan hilangya kemampuan membedakan kontras
warna. Kerusakan yang parah dapat berujung pada kebutaan. Papil saraf optikus yang
berwarna pucat dan hilangnya reaksi pupil biasanya setara dengan penurunan penglihatan
kecuali pada lesi kompresi. Lesi kompresi dapat menyebabkan perubahan ketajaman
penglihatan sentral dan perubahan lapang pandang perifer yang luas jauh sebelum terjadi
perubahan fundus yang cukup parah (akson dapat mengalami disfungsi jauh sebelum
mengalami atrofi). 1,2

Perubahan fungsi penglihatan berlangsung sangat lambat dalam beberapa minggu atau
bulan. Sulit untuk menilai prognosis hanya berdasarkan temuan-temuan funduskopik. Bahkan
dengan pematangan kiasma eksperimental, perluasan degenerasi akson memerlukan waktu
dua bulan untuk meluas dari kiasma ke sel ganglion retina. Pengobatan dan hasil akhir
bervariasi bergantung pada penyebab.2

Neuropati optikus herediter menimbulkan kepucatan papil saraf optikus segmental


temporal bilateral dengan penurunan akson papilomakular. Penyumbatan arteri retina
sentralis menimbulkan penyempitan arteriol retina segmental dan penurunan lapisan serat
saraf dalam distribusi yang sama. Melemahnya pembuluh darah retina ditambah kepucatan
papil saraf optikus yang segmental atau difus, dengan atau tanpa cupping “glaukomatosa”
saraf optikus, dapat merupakan tanda akan timbulnya neuropati optikus iskemia. Eksudat
peripapilar adalah tanda utama papilitis dan kadang-kadang papiledema. Gliosis dan atrofi
peripapilar, lipatan korioretina, dan keriputnya limiting membrane interna juga mungkin
merupakan tanda-tanda awal munculnya edema papil saraf optikus.2

2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang1,3


Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan mata lengkap, yaitu pemeriksaan tajam
penglihatan, lapangan pandang, pemeriksaan penglihatan warna dan kontras, tekanan
intraokular, pemeriksaan defek pupil aferen, dan fundoskopi harus dilakukan. pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan radiologi.1
a. Pemeriksaan tajam penglihatan

Mengukur ketajaman penglihatan menggunakan snellen chart

Gambar Snellen chart

b. Funduskopi

Melihat perubahan karakteristik papil saraf optikus menggunakan oftalmoskop.

Gambar . Oftalmoskop (kiri) dan pemeriksaan funduskopi (kanan)

c. pemeriksaan penglihatan warna dan kontras

Menilai penglihatan warna dan sensitivitas terhadap kontras warna


Gambar 14. Tes Ishihara untuk menilai penglihatan warna

d. pemeriksaan lapangan pandang

Mengukur lapang pandang untuk menilai penglihatan perifer

Gambar Lapang pandang kedua mata


 Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengkonfirmasi adanya keracunan
melalui analisis darah dan urin. Pemeriksaan darah juga digunakan untuk uji DNA
guna mengidentifikasi mutasi genetik yang bertanggung jawab pada terjadinya
Leber’s hereditary aptic neuropathy.

 Pemeriksaan radiologi
- Magnetic Resonance Imaging, digunakan untuk mencari tumor, struktur yang
mungkin menekan saraf optikus, atau plak yang khas untuk multipel sklerosis
yang seringkali berkaitan dengan neuritis optikus, Leber’s hereditary aptic
neuropathy.
- Visual Evoked Potentials (VEP), digunakan untuk mengukur kecepatan
konduksi pada jalur penglihatan sensoris sehingga dapat mendeteksi kelainan
pada mata yang secara klinis tidak terpengaruh.
- Fluorescein angiography, digunakan untuk melihat gambaran detil pembuluh
darah di retina

Gambar gambaran fluorescein angiography pada stadium awal neuropati optikus


iskemik

- Optical Coherence Tomography (OCT)

3. Tatalaksana
Tujuan tatalaksananya adalah untuk mengintervensi terjadi atrofi papil atau
mempertahankan fungsi yang ada. Tatalaksana bergantung pada penyebab yang
mendasari kerusakan saraf optik. Misalnya kontrol tekanan intraokular pada glaukoma,
atasi inflamasi pada sarkoid, dan sebagainya.1

4. Pencegahan

Atrofi papil saraf optikus dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan mata teratur,

terutama bagi mereka yang mengalami penurunan penglihatan. Deteksi awal adanya

inflamasi atau masalah lain akan memperkecil kemungkinan terjadinya atrofi karena

intervensi yang dapat segera diambil. Sedangkan pada mereka yang secara genetik berisiko

menderita Leber’s hereditary aptic neuropathy, disarankan untuk mengkonsumsi vitamin C,

vitamin E, coenzyme Q10, atau anti oksidan lainnya; serta menghindari konsumsi tembakau

dan alkohol. Menghindari paparan terhadap zat beracun dan mencegah malnutrisi juga dapat

menjauhkan kemungkinan terjadinya neuritis optikus toksik atau nutrisional.4

5. Prognosis
Pada neuropati optikus toksik atau nutrisional, jika penyebabnya dapat diketahui dan

ditangani secara dini, penglihatan dapat kembali normal setelah beberapa bulan. Banyak

pasien dengan neuritis optikus pada akhirnya akan mengalami multipel sklerosis. Sebagian

besar pasien akan pulih penglihatannya secara bertahap setelah satu episode neuritis optikus,

bahkan tanpa pengobatan. Sedangkan kemungkinan perbaikan penglihatan pada Leber’s

hereditary aptic neuropathy sangat kecil.1,4

Deteksi dini adalah kunci karena kita tidak dapat menggantikan akson mati. Degenerasi

dan atrofi papil saraf optic merupakan keadaan yang bersifat irreversible dan perlu tindakan

pencegahan terhadap progresivitas kerusakan nervus optikus dan kemungkinan perbaikan

fungsi penglihatan tergantung dari penyebab.1,4


DAFTAR PUSTAKA
1. Lee AG, Feldman BH, Fitzgibbon EJ, Fantin A, Kedar S. Optic Atrophy. Amerian
Academy of Ophtalmology. 2015. Diunduh tanggal 17 Desember 2018.
http://eyewiki.aao.org/Optic_Atrophy#Clinical_diagnosis.
2. Vaughan DG, Taylor Asbury, dan Paul Riordan-Eva. Neuro-oftalmologi.
Oftalmologi Umum Edisi Ke-17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007.
3. Lanning B, Kline MD. Neuro Opthalmology . American Acedemy of Opthalmology

section 5.2009; p87

4. Gandhi R. Optic Artrophy Follow-up. Medscape. 2016. Diakses tanggal 17

Desember 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1217760-followup#showall

Anda mungkin juga menyukai