BAB I
PENDAHULUAN
penanaman modal asing, hak cipta, dan budaya yang juga berdampak
dewasa saja yang menjadi perokok aktif, namun begitu pula dengan usia
dini. Pada kurun 1995-2001, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 0,5 %
anak-anak di bawah usia 10 tahun telah menjadi perokok aktif. Pada kurun
1
Naskah akademik rancangan undang-undang tentang pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan
2
kelompok ini. Lalu, pada 2001-2004, jumlah perokok aktif di grup ini
menjadi 58,9 %. Total jeneral, menurut BPS, anak-anak dan remaja yang
Tabel 1
2002
Jumlah
No Negara
(Milyar batang)
3. Rusia 375,000
4. Jepang 299,085
5. Indonesia 181,985
2
Riky Ferdianto, Takluk di Balik Mitos Tembakau, Tanya Kenapa, Koran Tempo, Edisi
01 Desember 2008.
3
Ibid
4
www.litbang.depkes.go.id/.../media/.../ch.1-march.ino_SB1.mar04.pdf, diakses pada
tanggal 20 Januari 2010, pukul 23.25 WIB.
3
6. Jerman 148,400
7. Turki 116,000
8. Brasilia 108,200
9. Italia 102,357
pengkonsumsi rokok tidak berubah pada tahun 2004, setelah China (1.790
milyar batang), USA (499 milyar batang), Rusia (380 milyar batang),
Jepang (216 milyar batang) dan Indonesia (204 milyar batang), sehingga
milyar batang atau 56% dari konsumsi dunia.5 Sebanyak 70% penduduk
tembakau pasif atau yang lebih dikenal dengan perokok pasif. Ironisnya,
laporan dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2008 justru
5
Roadmap Industri Pengolahan Tembakau, Direktorat Industri Agro dan Kimia
Departemen Perindustrian, Jakarta, 2009.
6
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/11/13/01044963/segera.ratifikasi.konvensi.peng
endalian.tembakau. diakses pada tanggal 20 januari 2010.
4
bahwa merokok adalah haram bagi anak-anak, ibu hamil, dan dilakukan di
sebagai bahan dasar rokok menjadi masalah sendiri, karena zat utama
Faktanya, dalam sebatang rokok yang dibakar terpapar kurang lebih 4000
bahan kimia beracun yang berbahaya bagi tubuh manusia. 9 Zat kimia
Menurut estimasi WHO, pada 2020 dampak tembakau di negara maju mulai menurun.
Pada 1996 mencapai 32%, namun pada 2001 hanya 28%. Akan tetapi, di negara-negara
berkembang trend konsumsi tembakau malah mengalami kenaikan, yaitu 68% pada 1996, menjadi
72% pada 2001. Wajar, jika hampir 50% (sekitar 4,2 juta jiwa) kematian akibat tembakau pada
2020 terjadi di wilayah Asia, khususnya di negara berkembang, seperti Indonesia, Majalah
Tarbawi, Edisi 104 Th. 7/Shafar 1426H/17 Maret 2005.
7
http://islamlib.com/id/artikel/mui-dan-fatwa-pengharaman-merokok/. Diakses pada
tanggal 20 januari 2010.
Causa hukum (`illat al-hukm) pengharaman rokok menurut ulama MUI, adalah karena
merokok termasuk perbuatan yang mencelakakan diri sendiri. Rokok mengandung zat yang
merusak tubuh.
8
Naskah akademik rancangan undang-undang tentang pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan.
9
Ernest Caldwell. Berhenti Merokok. Ctk.Kedua,Pustaka Populer,
Yogyakarta,2001,Hlm.7
Beberapa senyawa penting namun berbahaya adalah litidin, rubidin, formalin, asam
karbolik, metalimin, akreolin, colidin, viridin, arsen, asam formik, nikotin, hidrogen sulfida, pirel,
furfurol, benzopiren, metil alkohol, asam hidrosianik, karodin, amonia, metana, karbon
monoksida, dan piridin.
Benzopirin dan lutidin berasal dari tar tembakau. Tar adalah substansi hidrokarbon yang
bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Sebuah penelitian terhadap tikus menyebutkan
5
seperti nikotin yang merupakan zat adiktif, dan tar yang bersifat
membunuh 560 orang di dunia. Jadi selama satu tahun terdapat 4,9 juta
bahwa hewan tersebut terkena kanker setelah mendapat perlakuan tar tembakau. Zat inilah yang
dikenal sebagai penyebab kanker paru-paru dan kandung kemih. Colidin menyebabkan
kelumpuhan dan lambat laun mengakibatkan kematian. Asam Karbolik dan asam hidrosianik,
keduanya merupakan racun yang berbahaya. Asam hidrosianik sangat populer digunakan para
penulis cerita detektif. Racun tersebut mampu membunuh manusia dalam hitungan menit. Di
beberapa negara bagian Amerika Serikat, asam hidrosianik dalam bentuk gas digunakan untuk
eksekusi bagi penjahat.
Metil alkohol menimbulkan kebutaan, sementara karbon monoksida mengikat oksigen di
dalam darah sehingga darah tidak bisa menyuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Formalin
sering digunakan untuk membalsem mayat, sementara arsenik adalah sejenis racun yang dipakai
untuk membunuh tikus.
Gas Amonia, gas inilah yang menyengat lidah, mengakibatkan terbentuknya lapisan
berwarna kuning pada permukaan lidah, dan menggangu kelenjar pengecap dan perasa yang ada
pada permukaan lidah. Gas amonia juga dapat memperbanyak keluarnya air liur, merangsang
batuk, membuka peluang terserang pilek secara berulang-ulang serta radang pada mulut,
kerongkongan dan farinks.
10
Sugeng D. Triswanto. Stop Smoking. Ctk. Pertama. Progresif, Yogyakarta, 2007.
Hlm.33.
6
ketiga PP ini, sebagian dari masalah tembakau (dan rokok) memang telah
tegas. Hal ini dapat dimaklumi karena bentuk instrumen hukumnya adalah
dan sentra-sentra produksi rokok. Dalam tahun 2005 jumlah IHT (Rokok)
rokok mencapai 220,3 milyar batang dan 218,7 milyar batang. Produk
11
Naskah akademik rancangan undang-undang tentang pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan.
Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992:
(1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak
mengganggu dan membahayakan kesehatan keluarga, perorangan, masyarakat, dan
lingkungannya;
(2) Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi
standar dan/ atau persyaratan yang ditentukan;
(3) Ketentuan mengenai penggunaan bahan yang megandung zat adiktif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
7
hasil olahan tembakau seperti rokok (rokok putih dan rokok kretek), cerutu
dan tembakau iris (shag). Khusus untuk industri rokok, peranan dari
(Golongan II), golongan kecil (Golongan IIIA dan Golongan IIIB) tahun
Tabel 2
Jml. Jml.
(Juta (Milyar
Gol. Produksi Pabrik % %
Batang) Rupiah)
(Batang)
Milyar
juta
Keterangan :
12
Roadmap Industri Pengolahan Tembakau, Direktorat Industri Agro dan Kimia
Departemen Perindustrian, Jakarta, 2009.
KLB yakni rokok daun/ klobot, KLM yakni kelembak menyan, sedangkan TIS yakni
tembakau iris.
8
karena mengolah sumber daya alam, menyerap tenaga kerja cukup besar
baik langsung maupun tidak langsung (±10 juta orang) dan sumbangannya
dalam penerimaan negara (cukai) tahun 2006 Rp. 42,03 triliyun sedangkan
45,71 triliun di tahun 2008 menjadi 48,24 triliun di tahun 2009. 15 Hal
melalui cukai.
dari 90 persen dari total 51,2 triliun rupiah yang merupakan jumlah
tempat umum tertuang pada pasal 13. Bunyi pasal 13 tersebut adalah:
1. Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara
dilarang merokok.
merokok.
dengan ketentuan:
berlaku.
18
Larangan Merokok di Jakarta, Kapan Daerah Lain Menyusul? www.desentralisasi-
kesehatan.net. Diakses pada tanggal 17 Februari 2010.
11
cukup berat, yakni denda maksimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
daerah tertinggi alias nomor satu dalam hal persentase perok. Perda
yang bebas asap rokok. Ada banyak tempat antara lain rumah sakit,
19
Ditetapkan, Larangan Merokok di Tempat Umum.
http://www.suaramerdeka.com/harian/0707/11/ked01.htm. Diakses pada tanggal 17 Februari 2010.
20
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/penduduk-indonesia-terbesar-ketiga-
pengguna-rokok. Diakses pada tanggal 10 Februari 2010.
12
juga mengatur Kawasan Tanpa Rokok (KTR)21. Upaya lain yang juga
21
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/penduduk-indonesia-terbesar-ketiga-
pengguna-rokok. Diakses pada tanggal 10 Februari 2010.
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) meliputi gedung perkantoran, sarana ibadah, dan pusat
perbelanjaan.
22
http://www.gatra.com/versi_cetak.php?id=127040. Diakses pada tanggal 3 november
2009.
23
Aksesi merupakan suatu tindakan formal yang dilakukan oleh negara dalam tingkat
internasional untuk menyatakan terikat atau menjadi pihak dalam suatu perjanjian.
13
B. Rumusan Masalah
terhadap kesehatan?
24
Naskah akademik rancangan undang-undang tentang pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan.
14
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
tembakau.
D. Tinjauan Pustaka
terdiri dari:25
pidana;
25
Al. Wisnubroto, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan
Komputer, UAJY, Yogyakarta, 1999, Hlm.11
15
hukum pidana.
26
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Ctk. Ketiga, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2005, Hlm.223
27
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana Kajian Kebijakan
Kriminalisasi dan Dekriminalisasi, Ctk. Kedua, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, Hlm.14.
Sebagaimana dikutip dari Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat: Kajian
terhadap Pembaharuan Hukum Pidana, Penerbit Sinar Baru, Bandung, 1983, Hlm.16
28
Jimly Asshiddiqie. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam
UUD 1945. Ctk. Kedua, FH UII Press, Yogyakarta,2005. Hlm.170
16
Undang (RUU) dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. DPD
sama dalam satu Masa Sidang yang dibicarakan adalah RUU dari
mewakili Presiden.
Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja, Komisi atau Badan Legislasi
Paripurna.
undang yang sangat panjang seperti itu, setidaknya ada inisiatif dari
merokok.
penentuan:29
kepada si pelanggar.
29
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Ctk. Ketiga, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2005, Hlm.29
30
Ifdhal Kasim, Ke Arah Mana Pembaruan KUHP? Tinjauan Kritis atas RUU KUHP,
artikel pada Position Paper Advokasi RUU KUHP Seri # 7, ELSAM, 2005, Hlm.4
20
individual (civil liberties). Hal ini dapat kita lihat pada kebijakan
overcriminalization.
akan dicapai;
31
Barda Nawawi Arief, Op.Cit., Hlm.31
32
Ibid.,
21
b. Sanksi Pidana
33
Naskah akademik rancangan undang-undang tentang pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan
23
34
M. Sholehudin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana Ide Dasar Double Track System &
Implementasinya, Ctk. Kedua, Rajawali Press, Jakarta, 2007, Hlm.5
35
Andi Hamzah. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia Ctk. Kedua, Pradnya
Paramita, Jakarta,1993. Hlm.24
36
Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Ctk. Kedua,
Alumni, Bandung, 1992. Hlm.155
24
coercively, it is threatner).
denda;
hakim.
guna, serta sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu
37
Barda Nawawi Arief, Op.Cit., Hlm.23
26
melemahkan badan.38
keharamannya.39
beliau wafat. Tidak ada satu orang pun di antara para ulama masa itu
38
Abdul Karim Muhammad Nashr. Rokok Haram. Ctk.Kedua, Citra Risalah, Yogyakarta,
2009, Hlm.9
39
Ibid, Hlm.11, sebagaimana disarikan dari Al-Qalyubi wa ‘Umairah ‘ala Syarhil
‘Allamah Jalaliddin al-Mahalli ‘ala Minhajith-Thalibin Lisy-Syaikh Muhyiddin An-Nawawi, Juz 1,
Hlm. 69
40
Ibid, Hlm.12
27
atau bius tidak lama. Jika dapat dipastikan tembakau tidak merusak
’Sesungguhnya sesuatu yang halal telah jelas serta yang haram juga
41
Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab
membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.
28
daging, jika baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, jika ia rusak maka
E. Definisi Operasional
42
Ibid, Hlm.17
29
sigaret kretek mesin, sigaret putih mesin, sigaret kretek tangan, sigaret
kretek tangan filter, sigaret putih tangan, sigaret putih tangan filter, sigaret
kelembak menyan, cerutu, rokok daun (klobot), tembakau iris, dan hasil
43
Barda Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru).Ctk Kesatu, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2008. Hlm.301
44
Ibid, Hlm.302.
45
Draf Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Pengendalian Dampak
Produk Tembakau terhadap Kesehatan, Pasal 1 angka 1.
30
tangan, sigaret kretek tangan filter, sigaret putih tangan, sigaret putih
tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya yang semula tidak
kriminal).
F. Metode Penelitian
1. Fokus penelitian
Objek yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah kebijakan yang
2. Narasumber
Undang).
3. Metode Pendekatan
4. Bahan hukum
1) Kamus Hukum
Internet
secara bebas.
dan Dra. Hj. Ida Fauziyah. Untuk Prof. Dr. Ali Mustafa Ya’kub,
kesimpulan.46
46
Rony Hanitijio Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Juri Metri. Ghalia,
Jakarta, 1998, Hlm.82.