Anda di halaman 1dari 6

Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa.
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial
untuk terjadi infeksi.
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami
oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok.
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara
spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada
kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan
kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang
rendah.
3. Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio.

Manifestasi Klinis
1. Deformitas
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Edema
3. Ekimosis
4. Spasme otot
5. Tenderness
6. Nyeri
7. Kehilangan sensasi
8. Pergerakan abnormal.
9. Hilangnya darah
10. Krepitasi

Penatalaksaan
Perhatian harus lebih ditujukan pada pertolongan pertama ( Prinsip Advanced Trauma
Life Support (ATLS), untuk menilai kondisi klinis pasien, seperti kemungkinan terdapat
luka, komplikasi yang mungkin terjadi dan perlu tidaknya resusitasi.
Kita sebagai dokter harus memastikan bahwa jalan nafasnya baik, mengatasi perdarahan,
imobilisasi dan berusaha membuat pasien nyaman dan tidak panik.
Jika pasien mengalami fraktur tulang panjang, sebaiknya dilakukan traksi, untuk
mengurangi rasa nyeri saat bergerak.
Jika terjadi syok hemoragik, bisa dilakukan transfusi darah (cross-matching atau plasma
expanders and blood substitutes). Elektrolit, seperti larutan salin isotonis / larutan
rimmers laktat bisa digunakan via intravena tetapi tidak begitu bisa menggantikan
hilangnya darah. Transfusi dengan koloid atau whole blood biasanya hanya diperlukan
pada pasien yang kehilangan darah lebih dari 1 liter.
Uncomplicated Closed Fractures
1. Reduksi
hanya dilakukan jika memperbaiki keadaan. Karena jika tidak terjadi perubahan
posisi atau yang tidak terlalu bermakna, maka tidak perlu direduksi.
Metode:
1. Manipulasi tertutup, metode standar yang paling sering digunakan
2. Traksi mekanik dengan atau tanpa manipulasi
3. Operasi terbuka.

2. Imobilisasi
Indikasi:
1. mencegah perpindahan atau angulasi fragmen
2. mencegah gerakan yang mungkin mengganggu penyatuan
3. menghilangkan rasa sakit
Metode imobilisasi
1. gips atau bidai eksternal lain
2. traksi kontinyu
3. fiksasi eksternal
4. fiksasi internal.
3. Rehabilitasi
Bagian terpenting. Rehabilitasi harus dilakukan segera setelah fraktur terjadi.
Tujuannya ada dua: pertama, untuk mempertahankan fungsi dan kedua, untuk
mengembalikan fungsi normal.
Dua metode penting dari rehabilitasi adalah active use dan active exercises. Kecuali
dalam kasus-kasus cedera ringan, pasien harus, idealnya, berada di bawah
pengawasan fisioterapis selama pengobatan.
a. Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi,
misalnya pemasangan gips pada fraktur inkomplet dan fraktur tanpa kedudukan baik.
b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau
lokal.
c. Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.

Komplikasi
Syok
Emboli lemak
Sindrom kompartemen
Infeksi
Tromboemboli
DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)

Anda mungkin juga menyukai