Oleh :
Muhammad Arijuanda
1005101050079
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2014
I. PENDAHULUAN
Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan
dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik meterial maupun
spiritual seperti yang dikemukakan oleh Arsyad (1989). Namun saat ini eksploitasi
Daerah Aliran Sungai (DAS) oleh manusia makin marak dan berkembang pesat,
kondisi hidrologis dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Selain itu, berbagai
aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan
industri, rumah tangga dan pertanian akan menghasilkan limbah yang memberikan
terjadinya perubahan penggunaan lahan (De la cretaz and Barten, 2007). Selain itu
kualitas air Daerah Aliran Sungai (DAS) yang melewati daerah kemukiman padat
pemukiman diwilayah Daerah Aliran sungai (DAS) (Coskun, et al, 2008). Selain itu
Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat diartikan sebagai kesatuan yang terdiri atas
unsur abiotik (tanah, udara, air) dan unsur biotik (vegetasi, binatang dan organisme
hidup lain nya) dan kegiatan manusia yang saling berinteraksi dan saling
Seperti yang dikemukakan oleh Asdak (1995), Daerah Aliran Sungai (DAS)
adalah daerah yang dibatasi oleh punggung-punggung gunung dimana air hujan yang
jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung tersebut dan akan dialirkan
melalui sungai-sungai kecil kesungai utama. Karena Daerah Aliran Sungai (DAS)
dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam pengembangan nya pun Daerah Aliran
Sungai (DAS) harus diperlakukan sebagai suatu sistem seperi yang dikemukakan oleh
Agus dkk (2007). Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangan
sebagai berikut:
Sungai (DAS).
3. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air.
Menurut Noordwijk dan Farida (2004), Salah satu fungsi utama Daerah Aliran
Sungai (DAS) adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik
terutama bagi orang daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian akan
mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
akan lebih dirasakan oleh masyarakat didaerah hilir. Persepsi umum yang
berkembang pada saat ini. Konversi hutan menjadi lahan pertanian mengakibatkan
penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air, mencegah banjir, longsor dan erosi
pada Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut. Hutan selalu dikaitkan dengan fungsi
positif terhadap tata air pada ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS).
Kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh kualitas pasokan air dari daerah
Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan dampak dari
buangan dari penggunaan lahan yang ada (Tafangenyasha dan Dzinomwa, 2005).
Perubahan pola pemamfaatan menjadi lahan pertanian, tegalan, dan pemukiman serta
aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan
industri, rumah tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah yang akan
Dewasa ini, masalah utama sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah
tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik terus menurun khususnya untuk air minum. Sebagai
sumber air minum masyarakat, maka harus memenuhi beberapa aspek yang meliputi
industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air
untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat
diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang
biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna)
(I-CLEAN, 2007).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama
adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia, sedangkan yang
kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (Sihotang, 2006).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu
parameter fisika seperti: Total Padatan Terlarut (TDS), Total Padatan Tersuspensi
(TSS), dan sebagainya), parameter kimia (pH, Oksigen Terlarut (DO), BOD, kadar
logam dan sebagainya), dan parameter biologi (Kandungan Bakteri Coliform, E-coli,
Berbagai aktivitas penggunaan lahan diwilayah DAS Krueng Aceh umum nya
dan sub DAS Krueng Jreu khusus nya seperti aktivitas pertanian, pemukiman, dan
lain sebagainya mempengaruhi kualitas air sungai setempat. Kecamatan Indrapuri dan
Kuta Cot Glie merupakan daerah yang berada dikawasan Daerah Aliran Sungai
(DAS) Krueng Aceh dan memiliki sungai Sub DAS Krueng Jreu. Sungai ini memiliki
arti yang sangat penting bagi masyarakat diwilayah tersebut untuk melakukan
aktivitas sehari-hari seperti mandi, mencuci, sumber air minum dan lain sebagainya.
kualitas air Sub DAS Krueng Jreu DAS Krueng Aceh berdasarkan parameter fisika,
1.4 Hipotesis
Adanya pengaruh penggunaan lahan terhadap kualitas air Sub DAS Krueng
Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Krueng Jreu Kecamatan Indrapuri dan
Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar untuk pengambilan sampel air. Untuk analisis
parameter fisika, kimia, serta biologi dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
2.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) GPS untuk menentukan
titik koordinat pengambilan sampel (2) abney level untuk melihat tingkat kemiringan
lereng (3) botol untuk menampung sampel air yang diambil dilapangan (4) alat tulis
2.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Peta jenis tanah, peta
lereng, dan peta penggunaan lahan masing-masing dengan skala 1 : 90.000 dan (2)
Data curah hujan Kabupaten Aceh Besar selama 10 tahun serta (3) bahan-bahan kimia
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif
taktis dan analisis sampel air dilaboratorium. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap
2.3.1 Persiapan
sebagai peta dasar, yaitu peta lokasi Sub DAS Krueng Jreu dan DAS Krueng Aceh,
peta jenis tanah, peta penggunaan lahan, peta lereng, peta tersebut di overlapping
sebagai acuan untuk penentuan SPL (Satuan Peta Lahan) dikawasan Sub DAS
biofisik Sub DAS Krueng Aceh meliputi letak dan luas DAS, jenis tanah,
luas DAS, jenis tanah, lereng, penggunaan lahan, di Sub DAS Krueng Jreu
dan data curah hujan (Tahun 2003-2012) Kabupaten Aceh Besar (BMKG
Blang Bintang).
Pada tahap ini kegiatan dilakukan meliputi survey dan pengambilan sampel
air untuk dianalisis dilaboratorium, yaitu seperti total padatan terlarut (TDS), total
padatan tersuspensi (TSS), derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), dan bakteri
coliform.
sesuai dengan jenis penggunaan lahan nya, jenis tanah dan lereng yang sudah di
kedalam air hal ini dilakukan untuk menghindari air dari kotoran-kotoran yang ada
dipermukaan air.
diamati seperti total padatan terlarut (TDS), total padatan tersuspensi (TSS), derajat
keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), dan bakteri coliform. Parameter fisika, kimia,
dan biologi air yang dapat diamati dilaboratorium dapat dilihat pada tabel 1.
Agus, F,. N. Sinukaban. A. N. Ginting. H. Santoso dan Sutadi. 2007. Bunga Rampai
Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Pengurus Pusat Masyarakat Konservasi
Tanah dan Air Indonesia 2004-2007. Jakarta.
Arsyad, S,. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Penelolaah Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Athena, S., Hendro. M, Anwar. M, Haryono. 2004. Kandungan Bakteri Total Colidan
E. Coli / fecal Coli Air Minum dari Depot Air Minum Isi Ulang di
Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
Coskun, H.G,. C. Arganei. and G. F Usta. 2008. Analysis of Land Use Change and
Urbanization in the Kaculcekmece Water Rasin (Istanbul, Turkey) with
Temporal Satelitte Data Using Remote Sensing and GIS Sensors. 8, 7213-
7223
De la cruz, A.I,.and P.K. Barten. 2007. Land Use Effects on Streamflow an water
Quality in the Northestern United States. CRC Press. Florida-USA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
I-CLEAN., 2007. pH.http://www.mysaltz.net. Diakses tanggal 26 Maret 2014.
Irianti, S., dan T.P, Sasimartoyo. 2006. Surveiland Kualitas Air Minum dari Sumber
Penyediaan Air Minum Masyarakat. Jurnal Teknik Lingkungan, Edisi
Khusus, Agustus 2006 (Priana Sudjono, F.J Nugroho dan W. Hadi Editor).
Buku 1 : 93-102. ITB Bandung.
Kusnaedi., 2002. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum. Penerbit
Swadaya . Jakarta.
Noordwijk, M. V., dan Farida. 2004. Analisis Debit Air Sungai Akibat?
(http://www.wordagoforestrycenter.org/sea/publications/file/journal/JA001904
PDF).
Sutrisno, T., dan E. Suciastuti. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cipta Rineka.
Jakarta.
Tafangenyasha, C., and T. Dzinomwa. 2005. Land-use Impact o River Water Quality
in Lowveld Sand River System in South-East Zimbabwe. Land-use and Water
Resource
WHO., 2004. Guidelines For Drinking Water Quality. Third Edition. Volume 1 :
Recomentadtion. Geneva.
Wiwoho., 2005. Model Identifikasi Daya Tampung Beban Cemaran Sungai dengan
Model QUAL2E. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.