Anda di halaman 1dari 5

Tugas Final B3

TUMPAHAN MINYAK MENTAH ( CRUDE OIL ) DI TAMAN


NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

DISUSUN OLEH :

ILHAMULLAH 140702025

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR RANIRY

BANDA ACEH

2017
TUMPAHAN MINYAK MENTAH ( CRUDE OIL ) DI TAMAN
NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

Kasus pencemaran minyak terjadi di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, di bulan
Februari 2006. Minyak mentah setebal hingga 20 cm menggenangi pantai dan mengepung
pulau-pulau sekitarnya. Cairan itu menggenang di sekitar empat pulau yang ada di Kepulauan
Seribu Selatan, yaitu Pulau Pari, Pulau Tikus, Pulau Burung, dan Pulau Payung. Pulau Pari
adalah pulau berpenduduk sekitar 150 kepala keluarga yang tergabung dalam satu rukun warga.
Pulau lain yang berpenghuni adalah Pulau Payung dengan jumlah penduduk sekitar 20 kepala
keluarga. Sedangkan Pulau Tikus dan Pulau Burung tidak berpenghuni. Padahal ada 179 Kepala
Keluarga menghuni Pulau Pari dan Pulau Payung. Menurut laporan BPLHD, ada empat sumber
pencemaran, yakni dari perusahaan China Oil Offshore Corporation South East Sumatera, British
Petroleum, Air Ballast, dan transportasi lalu lintas tanker yang mencapai 70 kapal per hari.

Secara akumulasi puluhan tahun terjadinya pencemaran minyak di Taman Nasional


Kepulauan Seribu, telah dapat dibuktikan dengan petunjuk dari penyu sisik sebagai salah satu
indikator kunci lingkungan hidup laut. Petunjuk kunci yang menunjukkan rusaknya ekosistem
Kepulauan Seribu, terjadi baru pertama kali pada tahun 2004 ini, yaitu bahwa rata-rata telur yang
diperoleh dari Pulau Peteloran Timur berjumlah 4.363 butir, tetapi pada tahun 2004 ini hanya
diperoleh 2.620 butir yang diantaranya 905 butir telur tidak berembrio, 110 butir telur berembrio
mati, dan 4 ekor tukik terlahir cacat yang akhirnya mati.

Komponen minyak tidak larut di dalam air akan mengapung pada permukaan air laut
yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan
terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Hal
ini mempunyai pengaruh yang luas terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di
perairan.

Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh terhadap reproduksi,


perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada plankton, bahkan dapat
mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan yang berakibat
menurunnya devisa negara.

Menurut saya, Treatments yang dapat dilakukan yaitu :

1. Dispersan kimiawi
Dengan memecah lapisan minyak menjadi tetasan kecil (droplet) maka hewan laut
yang terperangkap dapat diselamatkan merupakan prinsip kerja dispersan kimiawi dalam
menanggulangi pencemaran minyak di laut. Komponen terpenting dari dispersan kimiawi
tersebut adalah zat aktif permukaan atau surfaktan yang memiliki gugus hidrofil
(berikatan dengan air) sekaligus oleofil (berikatan dengan minyak) sehingga bisa
menurunkan tegangan permukaan. Gugus oleofil biasanya biasanya adalah rantai
hidrokarbon yang larut dalam minyak, sedangkan gugus hidrofil adalah kelompok ionik
yang larut dalam air. Agar dapat bekerja dengan efektif, maka dispersan harus
didistribusikan secara merata ke seluruh slick dengan menggunakan pelarut (carrying
agent) yang bisa menekan titik beku (freezing point) pada penggunaan dimana temperatur
permukaannya rendah.
Ketika sejumlah besar energi mengenai permukaan antara minyak dan air laut,
minyak akan terdispersi secara alami yang terjadi saat gelombang lautan dalam keadaan
sedang. Melalui penambahan dispersan kimiawi maka proses pendispersian akan
dipercepat melalui mekanisme seperti pada saat dibubuhkan pada minyak yang
mengapung di atas air laut, dispersan akan berada antara permukaan minyak dan air laut.
Selanjutnya, gugus oleofil pada dispersan akan berikatan dengan minyak dan gugus
hidrofil akan berikatan dengan air. Akhirnya, tegangan permukaan antara minyak dan air
laut berkurang sehingga membantu terbentuknya droplet. Kemungkinan droplet bisa
bergabung kembali bila minyak terdispersi secara alami. Akibatnya droplet terstabilisasi.
Juga, dispersan mampu mencegah pembentukan kembali slick. Kecepatan droplet
berkurang untuk kembali mengapung ke permukaan dikarenakan ukurannya mengecil.
Oleh karenanya, droplet akan tetap berada pada kolom air pada waktu yang cukup lama.
2. Penanganan Secara Fisika
a. Penanganan fisika dapat dilakukan dengan cara merelokasi yaitu
merelokalisasi tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas ( Oil Booms
), yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa ( Oil Skimmers ) ke
sebuah fasilitas penerima reservoar baik dalam bentuk tangki ataupun balon.

b. Sorbent
Sorbent mampu menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi
(penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak
ke dalam sorbent).
Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat
sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki
karakteristik hidrofobik,oleofobik dan mudah disebarkan di permukaan minyak,
diambil kembali dan digunakan ulang.
Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering,
serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa
poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).

3. Penanganan Secara Bioremediasi


Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik
polutan secara biologi dalam kondisi terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi
atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Kelebihan teknologi ini ditinjau
dari aspek komersil adalah relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif
lebih murah dan bersifat fleksibel. Teknik pengolahan limbah jenis B3 dengan
bioremediasi umumnya menggunakan mikroorganisme.
Mikroorganisme, terutama bakteri yang mampu mendegradasi senyawa yang
terdapat di dalam hidrokarbon minyak bumi disebut bakteri hidrokarbonoklastik. Bakteri
ini mampu men-degradasi senyawa hidrokarbon dengan memanfaatkan senyawa tersebut
sebagai sumber karbon dan energi yang diperlukan bagi pertumbuhannya.Bakteri
hidrokarbonoklastik diantaranya adalah Pseudomonas, Arthrobacter, Alcaligenes,
Brevibacterium, Brevibacillus , dan Bacillus. Bakteri-bakteri tersebut banyak tersebar di
alam, termasuk dalam perairan atau sedimen yang tercemar oleh minyak bumi atau
hidrokarbon. Kita hanya perlu mengisolasi bakteri hidrokarbonoklastik tersebut dari alam
dan mengkulturnya, selanjutnya kita bisa menggunakannya sebagai pengolah limbah
minyak bumi secara biologi dengan jalan bioremediasi.
Pendekatan umum yang dilakukan untuk meningkatkan kecepatan biodegradasi
adalah dengan cara:
a. Seeding, atau mengoptimalkan populasi dan aktivitas mikroba
b. Feeding, dengan memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi
(biostimulasi) dan aerasi (bioventing).

Referensi :

Sulistiyono, 2012, Dampak Tumpahan Minyak (Oil Spill) di Perairan Laut Pada
Kegiatan Industri Migas dan Metode Penaggulangannya, Forum Teknologi, Vol 3 No.1

Anda mungkin juga menyukai