Anda di halaman 1dari 8

PEMBANGUNAN JALAN TOL BALI MANDARA

I Gusti Agung Made Budhi Arsa (NIM 24012317)


e-mail : bugeh_oce@yahoo.com | agungmd.budhi@gmail.com

Makalah disampaikan untuk Matakuliah


SP6111 Teori-teori Pembangunan
Program Studi Pembangunan SAPPK ITB
Januari 2014

ABSTRAK
Jalan merupakan media transportasi darat yang utama dalam infrastruktur pembangunan suatu wilayah. Pertumbuhan
ekonomi yang terkait dengan kesejahteraan rakyat umumnya didahului dan didukung oleh infrastruktur yang
memadai, salah satunya adalah infrastruktur jalan. Pembangunan jalan tol di Bali merupakan suatu upaya untuk
mendukung masterplan program percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia (MP3EI) yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Merupakan jalan bebas hambatan pertama di pulau Bali, pembangunan infrastruktur ini menarik
untuk dibuat dalam sebuah makalah dengan menggunakan landasan teori pembangunan transport and development.
Akan terlihat bagaimana suatu pembangunan sarana transportasi mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui
minat investasi khususnya di sektor pariwisata yang menjadi andalan bagi pulau dewata ini.

1. Pendahuluan
Definisi jalan tol dapat diartikan sebagai suatu jalan alternatif bebas hambatan, yang berbayar sesuai
dengan tarifnya, untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu
tempat ke tempat lain. Tercatat di Badan Pusat Statistik Nasional, panjang jalan nasional yang mencapai
38.570 km dan panjang jalan secara keseluruhan di Indonesia adalah 496.607 km pada tahun 2010 bukan
merupakan suatu pencapaian yang dapat dibanggakan melainkan seharusnya menjadi suatu koreksi bagi
bangsa ini. Mengingat luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km2 yang mana merupakan negara terluas
di Asia Tenggara justru memiliki jalan terpendek di ASEAN. Terwujudnya salah satu mega proyek jalan
tol Bali Mandara di pulau Bali tidak terlepas karena usaha dan kerja keras pemerintah daerah dan pusat
yang telah bekerja sama dengan baik dalam rangka merealisasikan MP3EI di sektor pariwisata
Jika ditinjau lebih detail lagi, MP3EI terbagi menjadi 6 koridor, yaitu Sumatra, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Bali Nusa Tenggara, Papua-Maluku dengan 8 program utama, yaitu pertanian, pertambangan,
energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Terlihat
bahwa rencana pembangunan ekonomi nusantara disesuaikan dengan karakteristik masing-masing
wilayahnya. Keberhasilan Indonesia lolos dari krisis ekonomi global di tahun 2008 sepertinya menambah
motivasi republik ini untuk lebih cepat merealisasikan percepatan pertumbuhan ekonomi yang telah
ditetapkan dalam MP3EI pada tanggal 27 Mei 2011 lalu.

Gambar 1 : Pembagian Koridor dan Program Utama dalam MP3EI (sumber: situs Indonesian Investments)
2. Teori Transport and Development
Dalam sebuah negara, penyediaan transportasi sangat penting karena menjadi infrastruktur dasar
dalam pembangunannya. Jika digolongkan berdasarkan GDP, terdapat 2 kelompok besar yang cukup
signifikan dalam penyediaan transportasi, yaitu negara maju dengan level penyediaan transportasi yang
baik dan negara yang lebih miskin dengan rendahnya level penyediaan transportasi. Level penyediaan
transportasi tidak hanya dilihat dari panjang jalan yang telah dibangun, akan tetapi faktor
pemeliharaannya juga menjadi kunci penting. Transportasi memang merupakan elemen esensial dalam
pembangunan, tapi transportasi tidak selalu menjamin pembangunan. Melalui kegiatan preservasi,
perbaikan transportasi dapat dengan mudah digunakan untuk mengangkut barang dan orang dalam
volume yang lebih besar dan jarak yang lebih jauh dengan biaya murah. Dengan menyediakan
kemudahan dalam mobilitas dan aksesibilitas, perbaikan transportasi secara potensi mampu
mengembangkan kesempatan ekonomi dan sosial tapi mungkin tidak mampu diikuti oleh individu atau
komunitas yang tidak dapat memanfaatkannya. Tabel dibawah memperlihatkan bagaimana dampak
transportasi terhadap perekonomian.

Market consequences Extra-market consequences


1.For users of transport
Vehicle size, character Tourism
Transport operating cost Recreational amenity
Cost of time Improved safety
Financial position of transport firms Integration
Reliability, speed of transport Improved information
Commodities that can be carried
Freight flows volumes, directions
Passenger flows numbers, directions
Improved distribution channels
Commodity price changes

2.For non-users in zone of influence of transport facility


Changes in cost of public services Impact on community/region well-being
Changes in value of land Sequent occupancies - intensification
Changes in value of crops/natural resources Emergence of entrepreneurial capacity
Changes in rural land use
Changes in urban land use

3.Wider regional/national impact


New patterns of investment Changing pattern of internal/external
Changed employment opportunity linkage
Changed income levels/distribution Change relative significance of
Changed balance/term of trade settlement
Spread of money economy Demographic changes migration,
Changing patterns of public finance - structure
taxation, revenue, expenditure
Tabel 1 : Dampak transportasi terhadap perekonomian (sumber: The Companion to Development Studies)

Selain bermanfaat untuk pembangunan, penyediaan transportasi ternyata juga dapat menimbulkan
dampak negatif, diantaranya adalah :
Land value meningkat drastis, perbedaannya cukup signifikan jika dibanding dengan daerah dengan
infrastruktur transportasi yang kurang
Populasi meningkat akibat terjadi perpindahan penduduk sebagai dampak ketimpangan kondisi
ekonomi suatu daerah dengan daerah lain.
Permasalahan lingkungan hidup, pengembangan transportasi akan selalu diikuti oleh pembangunan
infrastruktur lainnya seperti gedung, pabrik, pemukiman dan kawasan komersial akan berdampak
pada tingginya polusi dan berkurangnya daerah hijau.
Oleh sebab itu maka dibutuhkan perencanaan yang baik dalam penyediaan transportasi. Adapun
pertimbangan dalam membuat rencana pengembangan transportasi diantaranya adalah :
When : pemilihan waktu yang tepat untuk mengembangkan sarana transportasi
Which : penentuan lokasi pengembangan transportasi yang strategis dan berpotensi.
What : menentukan teknologi yang digunakan
Who : pengambil keputusan serta pihak-pihak yang terlibat didalamnya

3. Studi Kasus
Menjadi jalan bebas hambatan pertama di pulau Bali, tol Bali Mandara sebenarnya sudah
direncanakan sejak tahun 2009. Berbagai pernyataan dan pertanyaan bermunculan meragukan
pembangunan jalan tol ini. Beberapa diantaranya adalah pertanyaan mengenai penting atau tidaknya jalan
tol dibangun di Bali, sistem pendaan yang terlalu membebani APBD, hingga teknologi yang akan
digunakan terkait adanya permasalahan mengenai adat istiadat masyarkat setempat. Kondisi ragam adat
dan budaya masyarakat Bali yang sangat konservatif menjadi isu yang sangat menjadi pertimbangan
pemilihan jenis konstruksi bangunan jalan tol yang harus dipilih oleh pemerintah dan kontraktor.
Keterbatasan dana APBD juga turut menunda realisasi pelaksanaannya pada saat itu.
Salah satu kesepakatan APEC ke-24 di Rusia pada bulan September 2012 lalu adalah akselerasi
investasi infrastuktur adalah strategi penting untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan di Asia
Pasifik. Namun seperti kesepakatan itu tidak berlaku secara langsung pada pembangunan jalan tol Bali
Mandara ini. Tidak adanya minat investor dalam pembangunan infrastruktur ini sebagai pendukung
pariwisata mendorong adanya konsorsium BUMN, mengingat tidak dimungkinkannya penggunaan
APBN dalam pembangunan jalan tol ini. Jasa Marga sebagai BUMN yang bergerak di bidang jalan tol
tentunya punya porsi kepemilikan yang lebih dibanding BUMN lain sebagai kontraktor yang ikut andil
dalam sinergi BUMN ini. Proyek yang menelan dana sebesar 2.5 Triliun Rupiah ini pun memiliki susunan
kepemilikan sebagai berikut, Jasa Marga sebesar 60%, PT Pelindo III sebesar 20%, PT Angkasa Pura I
sebesar 10%, PT Wijaya Karya Tbk (Wika) sebesar 5%, PT Adhi Karya Tbk sebesar 2%, PT Hutama
Karya Tbk sebesar 2%, dan PT Pengembangan Pariwisata Bali sebesar 1%. Dengan tarif tol sebesar Rp.
10.000 untuk golongan I (sedan, jip, pickup/truk kecil dan minibus) dan Rp. 4.000 untuk golongan VI
(kendaraan bermotor roda dua) dirasa sedikit lebih mahal jika dibandingkan beberapa jalan tol di pulau
jawa yang memiliki panjang lebih dari 12.7 km ini. Menelan total biaya 2.5 triliun rupiah, mega proyek
jalan Bali Mandara ini mampu diselesaikan dalam jangka waktu 14 bulan dan dinyatakan resmi
digunakan pada tanggal 23 September 2013 oleh Presiden Indonesia ke-5, Susilo Bambang Yudhoyono.

Gambar 2 : Peta Jalan Tol Bali Mandara (sumber: dokumen Badan Pembinaan Jalan Tol 2013)
Selain untuk mendukung program pemerintah pusat tujuan utama lainnya dari pembangunan jalan tol
ini adalah untuk menguraikan kemacetan yang kerap terjadi di ruas jalan By Pass Ngurah Rai Denpasar
menuju titik-titik penting di daerah kota Denpasar, yaitu akses menuju bandara internasional Ngurah Rai
dan pelabuhan Tanjung Benoa yang merupakan pintu masuk menuju pulau Bali (Gambar 2). Data statistik
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dibawah memperlihatkan bahwa terjadi
peningkatan mobilitas keluar dan masuk penumpang yang menggunakan jasa penerbangan melalui bandara
ngurah rai meningkat setiap tahunnya. Begitu juga terhadap peningkatan jumlah kendaraan bermotor di
Pulau Bali khususnya kota Denpasar terus meningkat setiap tahunnya.

Tabel 2 : Data jumlah penerbangan dan penumpang keluar dan masuk Pulau Bali

Gambar 3 : Data statistik jumlah kendaraan bermotor di Bali


4. Analisa Teori Terhadap Studi Kasus
4.1 Perencanaan Transportasi
Merupakan salah satu pencapaian yang patut mendapat apresiasi mengingat momentum penyelesaian
proyeknya dapat menyesuaikan dengan beberapa event besar dunia yang dilaksanakan di pulau dewata ini
seperti Miss World, APEC SUMMIT 2013 dan Bali Democracy Forum ke-6. Proyek pembangunan jalan
tol ini juga merupakan proyek tercepat sepanjang sejarah pembangunan jalan tol di Indonesia. Durasi 14
bulan, dimulai pada bulan Juni 2012 dan selesai pada bulan Agustus 2013, dapat dilaksanakan karena
tidak adanya pembebasan lahan masyarkat yang digunakan untuk pembangunan ini. Ide pemilihan jalur
laut sebagai tempat pembangunan jalan tol ini juga merupakan suatu gagasan yang cukup cemerlang,
selain meminimalisir biaya pembebasan lahan yang sangat mahal juga merupakan suatu seni keindahan
tersendiri. Permasalahan lingkungan yang terkait dengan biota laut dan hutan mangrove juga dapat
diselesaikan dengan baik. Adanya Surat Keputusan Gubernur Bali nomor 1545/04-B/HK/2011 tentang
kelayakan lingkungan hidup rencana pembangunan jalan tol Nusa Dua-Benoa, mendorong kontraktor
untuk menggunakan bahan-bahan konstruksi yang ramah lingkungan, diantaranya dengan membangun
jalan kerja di sepanjang trase jalan tol, yang terbuat timbunan batu kapur, atau limestone dimana sifat
batuan sedimen limestone yang terdiri dari kalsium carbonate atau mineral calcite berasal dari organisme
laut, sehingga pembuatan jalan kerja menggunakan batu kapur ini tidak mengganggu habitat dan biota
laut. Setelah konstruksi selesai, timbunan batu kapur tersebut akan dikeruk kembali sehingga tidak akan
membendung atau mengganggu arus air laut yang melewati sela-sela tiang pancang jalan tol
tersebut.Penanaman seribu pohon mangrove pun dilakukan pada tanggal 10 Januari 2013 disekitar
bundaran Ngurah Rai. Benturan terhadap isu adat istiadat masyarkat Bali secara paralel dapat dihindari.
Perencanaan dalam pembangunan jalan tol ini sepertinya sudah memperhatikan kaidah dalam teori
transport and development karena hampir setiap faktor yang terlibat didalamnya menjadi perhatian dalam
menentukan keputusannya. Berikut sedikit ilustrasinya :
When : jalan tol ini sebenarnya sudah mulai diwacanakan sejak tahun 2004, dimana pada saat ini
berbagai kendala teknis dan non teknis menjadi penghambat terealisasinya mega proyek ini. Sehingga di
tahun 2009 sepertinya pemerintah provinsi bali ikut ambil bagian ketika pemerintah pusat sedang
mengatur kebijakan percepatan ekonomi atau yang dikenal dengan MP3EI. Perencanaan teknis terus
dilakukan hingga tahun 2012 realisasi pembangunannya terlaksana.
Which : pemilihan jalan bypass ngurah rai dan simpang dewa ruci sebagai tempat pembangunan jalan
tol bukan tidak beralasan. Selain rencana pengembangan bandara internasionalnya, akses di ruas jalan ini
sangat padat. Lalu lintas menuju dan dari arah bandara, pelabuhan alternatif benoa dan spot pariwisata
sanur dan nusa dua merupakan prioritas utama pemprov Bali untuk mengurangi kemacetan.
What : pembangunan jalan tol diatas laut ini merupakan keputusan yang efektif mengingat secara
teknis pembangunan jalan tol layang sangat tidak dimungkinkan dilaksanakan di pulau dewata ini karena
terbentur adat istiadat masyarakat setempat. Selain itu juga, keputasan itu mampu menghemat anggaran
untuk pembebasan lahan yang cukup signifikan.
Who : pemprov bali yang terkendala oleh pendanaan karena tidak mendapat dukungan dari APBN
tetap dapat merealisasikan proyek ini setelah melakukan kerjasama melalui konsorsium BUMN yang
sebagaian besar memang bergerak dibidang konstruksi bangunan dan jasa jalan tol.
Adanya pertimbangan jumlah pengendara sepeda motor yang cukup banyak membuat keputusan untuk
menyediakan jalur tol khusus kendaraan bermotor roda dua. Diharapkan dengan hadirnya jalan tol baru
ini, aktifitas pariwisata di pulau Bali tidak terhambat oleh kondisi lalu lintas yang padat.

4.2 Transportasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Salah satu literatur mengenai teori pembangunan yang bersumber dari The Eddington Transport
Study disebutkan bahwa pembangunan infrastruktur jalan seharusnya mampu memberikan nilai lebih
diantaranya adalah :
1. Improved bussiness efficiency
Distribusi barang dan jasa menjadi lebih efisien dan efektif. Hal ini terbukti benar adanya ketika
dilakukan wawancara singkat terhadap pelaku usaha bisnis yang mendukung industri pariwisata.
Salah seorang distributor bahan makanan mengatakan bahwa uang mungkin lebih mudah
didapat, tapi waktu tidak dapat dibeli dengan uang. Dengan adanya jalan tol ini, proses distribusi
barang menjadi lebih cepat. Bahan bakar yang dihabiskan selama menunggu kemacetan dapat
dialihkan untuk membayar tarif tol. Kejenuhan supir akibat menunggu lalu lintas lancar yang
berdampak pada kondisi fisik pun dapat diminimalisasi sehingga produktifitasnya meningkat.
CV. Mitra Jaya melalui pemiliknya mengakui bahwa sebelum dibangun tol proses distribusi
barang untuk wilayah nusa dua dan sekitarnya maksmimal hanya mampu dilakukan 2 kali dalam
sehari, namun saat ini bisa mencapai 4 hingga 5 kali dalam sehari.
2. Investment and inovation
Menarik minat investor untuk berinventasi dan berinovasi. Reklamasi daratan memang bukan
merupakan hal yang baru di Bali, akan tetapi untuk dapat mereklamasi pulau dibutuhkan biaya
yang tidak sedikit. Merangkul investor merupakan solusi terbaik untuk melaksanakannya.Setelah
dibangunnya jalan tol Bali Mandara ini, PT. TWDI berniat melakukan investasi besar untuk
mereklamasi tanjung benoa. Peta rencana lokasi reklamasi ini terlihat pada gambar dibawah :

Keterangan :
1. Bandara Internasional Ngurah
Rai
2. Pelabuhan Benoa
3. Pulau Serangan (sudah
direklamasi)
4. Rencana Pulau Baru (reklamasi
Tanjung Benoa)
5. Teluk Benoa

Gambar 4 : Peta rencana reklamasi Tanjung Benoa Bali (sumber : http://nakbalibelog.wordpress.com)

Rencana reklamasi ini selain merupakan dampak dari beberapa pembangunan yang ada lainnya, seperti
pengembangan bandara ngurah rai yang hampir bersamaan dengan pembangunan jalan tol ini, juga
berpengaruh terhadap pembangunan wilayah provinsi Bali secara keselurahan. Hal ini sesuai dengan teori
transport and development yang menyebutkan bahwa jika perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
sarana transportasi dilakukan dengan baik, maka akan muncul suatu pembangunan yang berkelanjutan
lainnya. Gambar dibawah memberikan ilustrasi mengenai siklus dampak pembangunan yang terjadi
terkait dengan pembangunan jalan tol ini.
Rencana
Reklamasi
Tanjung Benoa

Pengembangan
Pembangunan
Bandara
Jalan Tol Bali
Ngurah-Rai

Development

Gambar 5 : Dampak simultan pembangunan jalan tol Bali Mandara


4.3 Dampak Pembangunan Jalan Tol
4.3.1 Dampak Positif
Esensi pembangunan berkelanjutan diantaranya adalah memenuhi kebutuhan saat ini
tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan di masa mendatang. Berupaya sebagai awal
pembangunan berkelanjutan di sektor pariwisata, pembangunan jalan tol harus memiliki
dampak positif yang dapat dirasakan saat ini sehingga membawa suasana kondusif dalam
perkembangannya. Beberapa dampak positif pada pembangunan jalan tol dibawah sesuai
dengan tabel dampak pembangunan yang dituliskan diatas, diantaranya adalah :
Penyerapan sekitar 3000 tenaga kerja pada saat proses pembangunannya
Keuntungan bagi industri/pelaku usaha konstruksi bangunan
Mengurai kemacetan (waktu tempuh sebelumnya 1-2 jam menjadi hanya 15 menit)
Menjadi acuan awal rencana pembangunan jalan tol lainnya (Jalan Tol Kuta-Soka-
Seririt)
Sinergi BUMN mencerminkan pembangunan tidak terhambat oleh pendanaan
Memberi nilai lebih sebagai kota tujuan wisata (landmark baru Pulau Bali)
4.3.2 Dampak Negatif
Selain dampak positif yang dapat dirasakan, terdapat beberapa dampak negatif juga yang
bermuncul sebagai efek samping dari perkembangan suatu wilayah. Berikut beberapa
dampak negatif yang timbul akibat pembangunan jalan tol ini :
Potensi kapatalisme tinggi, bertentangan dengan adat budaya
Budaya masyarakat setempat yang terancam keberlangsungannya adalah sistem
penghormatan seseorang berdasarkan kasta. Adanya kapitalisme yang muncul, jika
tidak dikendalikan menyebabkan penghormatan terhadap seseorang dinilai dari harta
yang dimilikinya. Padahal seperti yang diketahui bersama bahwa strata tertinggi yang
ada dalam sistem sosial kasta di Bali adalah pemimpin upacara adat (kaum
Brahmana). Jika penghormatan terhadap pemimpin memudar, tidak menutup
kemungkinan adat istiadat masyarakat setempat perlahan-lahan memundar dan
hilang.
Tarif tol yang relatif tinggi akibat investasi tidak berasal dari APBN murni
Tidak adanya subsidi dari pemerintah membuat investor menginginkan keuntungan
yang maksimal dalam proses bisnisnya.
Jumlah kendaraan pribadi meningkat
Peningkatan kemudahan untuk mengakses daerah yang ingin dijangkau membuat
setiap orang memiliki tuntunan lebih, diantaranya kenyamanan yang bisa diperoleh
dengan memiliki kendaraan pribadi.
Memicu terjadinya urbanisasi yang tinggi
Merupakan dampak regional/nasional akibat kesenjangan yang muncul yang
disebabkan kurangnya pemerataan pembangunan.

4.4 Solusi Dampak Negatif


Idealisme pembangunan yang sempurna memang sulit untuk diraih, akan tetapi yang memungkinkan
adalah mengurangi dampak negatif yang muncul ataupun melakukan tindakan preventif terhadap
kemungkinan dampak negatif yang muncul di masa mendatang. Berikut beberapa upaya yang dapat
dilakukan pemerintah daerah untuk menyeimbangkan dampak negatif yang ada :
Penetapan relugasi yang ketat terhadap investasi di bidang pariwisata
Selain untuk melindungi usaha menegah dan kecil lokal, penetapan regulasi investasi di bidang
pariwisata juga dirasa penting untuk menjaga suasana kondusif budaya yang ada. Investasi asing tidak
semata-mata hanya berdampak ekonomi saja, aspek sosial juga harus menjadi pertimbangan
pemerintah dalam menyetujuinya.
Pembatasan jumlah kendaraan dengan peraturan daerah
Adanya peraturan mengenai batas tahun minimal kendaraan yang diperbolehkan masuk ke pulau Bali
merupakan tindakan awal yang cukup baik dilakukan oleh pemerintah provinsi Bali.
Pengembangan transportasi umum
Pemerintah provinsi harusnya belajar dari beberapa wilayah lainnya di nusantara, seperti Jakarta dan
sekitarnya yang sudah mulai mengembangkan transportasi umum yang memadai selain
pengembangan pembangunan jalan yang kurang lagi efektif untuk dilakukan karena keterbatasan
lahan.
Peningkatan kualitas public services dari return values investment
Dalam teori transport and development disebutkan bahwa beberapa hal yang sering dikorbankan oleh
pembangunan infrastruktur transportasi adalah public services. Pemerintah daerah yang berfokus
menyediakan alokasi pendapatan wilayahnya hanya untuk infrastruktur fisik sering melupakan
kesejahteraan masyarakatnya diluar dari dampak langsung terhadap pembangunan tersebut.
Seharusnya terdapat beberapa persen dari nilai balik investasi untuk menyelenggarakan program yang
menguntungkan rakyat kecil, seperti bebas biaya sekolah hingga tingkat perguruan tinggi bagi mereka
yang berprestasi tetapi secara ekonomi tidak memadai ataupun bebas biaya pengobatan untuk mereka
yang telah lanjut usia.

5. Kesimpulan
Pembangunan Jalan Tol Bali Mandara merupakan program pemerintah daerah untuk mendukung
program MP3EI di sektor pariwisata dengan pembenahan transportasi darat. Pembangunan jalan tol Bali
Mandara menjadi awal pembangunan transportasi modern di pulau Bali. Hal tersebut terbukti melalui
adanya masterplan pembangunan jalan tol lainnya yang menghubungkan Bali wilayah selatan dengan bali
wilayah barat dan utara. Dampak positif di sektor ekonomi dapat dirasakan langsung dengan
pembangunan ini. Kebijakan pemerintah dibutuhkan untuk mengurangi dampak negatif pembangunan
jalan tol ini. Teori transport and development yang digunakan hampir dapat mengungkap semua
paradigm yang ada akan tetapi tidak semua sesuai pada studi kasus ini, dampak negatif kenaikan harga
lahan tidak terjadi secara signifikan karena pembangunan jalan tol dilakukan diatas laut merupakan salah
satunya.
Terealisasinya proyek jalan tol ini membuktikan bahwa jika aktor-aktor yang terkait didalamnya
mampu bersinergi dengan baik, maka pembiayaan dana proyek bukan merupakan isu yang menjadi jalan
buntu terciptanya pembangunan. Perencanaan pembangunan yang baik mampu menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan lebih jauh lagi akan mendorong banyak dampak positif serta
mengurangi permasalahan sosial yang biasa muncul di masyarakat.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Nasional (2013), Data Statistik Panjang Jalan di Indonesia, http://www.bps.go.id
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2013), Data Statistik Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jumlah
Penerbangan Pesawat dan Penumpang, http://bali.bps.go.id
Budhi Arsa, I Gusti Agung Made (2013), Reklamasi Tanjung Benoa, Paper Tugas Ujian Akhir Semester
Matakuliah Etika Pembangunan, Program Studi Pembangunan SAPPK ITB.
Desai, Vandana and Potter, Robert B. (2002). The Companion to Development Studies. United States of
America: Oxford University Press Inc.
Indonesian-Investments (2013), Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia's Economic
Development, http://www.indonesianinvestment.com
Mary, Siti Rakhma, MP3EI, Mendorong Pertumbuhan dengan Mempercepat Kehancuran, Program
Hukum dan Resolusi Konflik HuMa
The Eddington Transport Study (2006). The Case for Action : Sir Rod Eddingtons Advice to
Government, Norwich: St. Clements House

Anda mungkin juga menyukai