REGIONAL
Geomorfologi
Secara fisiografis daerah Jawa Tengah oleh Van Bemmellen (1949) dibagi menjadi 6
Berdasarkan pembagian fisiografi menurut Van Bemmellen (1949) ini, daerah penelitian
merupakan bagian dari zona Dataran Aluvial. Dataran Aluvial terletak di bagian utara dari zona
Pegunungan Serayu Utara. Dibagian selatan dari zona Dataran Aluvial yang berarah barat-timur
Stratigrafi
Geologi daerah penelitian merupakan bagian dari peta geologi Lembar Purwokerto
Tegal (Djuri dkk,. 1996), secara regional stratigrafi di daerah penelitian terbagi menjadi beberapa
formasi, yaitu satuan tertua adalah Formasi Rambatan berumur Miosen Tengah yang ditindih
secara selaras pada bagian atas oleh Formasi Halang berumur Miosen Akhir Pliosen Awal,
dengan tebal sekitar 800m. Diatasnya menindih secara selaras Formasi Tapak yang tersusun oleh
batupasir secara dominan, kadang-kadang terdapat napal dan batupasir gampingan, sedangkan
Anggota batugamping yang tersusun oleh lensa-lensa batu gamping berwarna kelabu kekuningan
dan Anggota breksi yang tersusun oleh breksi gunung api dan dibeberapa tempat terdapat urat
kalsit.
Terdiri dari serpih, napal dan batupasir gampingan. Napal berselang-seling dengan batupasir
gampingan berwarna kelabu muda. Banyak dijumpai lapisan tipis kalsit yang tegak lurus bidang
perlapisan. Banyak mengandung foraminifera kecil dengan ketebalan sekitar 300 meter.
Perselingan batupasir, batulempung, napal dan tuf dengan sisipan breksi. Bagian bawah
terdiri dari breksi dan napal dengan sisipan batupasir dan batulempung. Breksi, berwarna kelabu
buruk, terdiri dari napal, kepingan batulempung dan batupasir berukuran dari beberapa cm
sampai 30cm; massadasar batupasir atau batulempung gampingan. Napal, berwarna putih kelabu
sampai kuning kecoklatan; padat; bercampur tuf. Sisipan batupasir, berwarna kuning kecoklatan;
padat; berbutir sedang, menyudut tanggung; tebal lapisan antara 5-10cm. Sisipan batulempung,
Lebih keatas, terdapat perselingan antara batupasir dan napal dengan sisipan
batulempung, tuf dan kalkarenit. Batupasir, berwarna kelabu kekuningan; berbutir halus sampai
kasar, terpilah buruk, membundar tanggung meyudut tanggung; setempat tufan; padat;
kesarangan sedang. Tebal lapisan antara 5-10cm, tetapi ada juga yang mencapai 1m. Napal,
berwarna putih kekuningan; tufan dan repih (dapat diremas). Batas antara lapisan batupasir dan
napal setempat tegas, setempat berangsur. Sisipan batulempung, tuf dan kalkarenit berketabalan
5-30cm. Setempat bagian ini berupa breksi, padat, berkomponen kepingan batuan andesit,
Struktur sedimen yang dijumpai selain struktur nendatan (slump structures) juga lapisan
bersusun, perairan sejajar, konvolut, tikas beban dan tikas sering (flute cast).
Foraminifera plangton dijumpai pada napal baik dibagian bawah maupun dibagian atas
formasi ini. Foraminifera plangtonik dibagian bawah menunjukan umur N15-N16 atau akhir
Miosen Tengah awal Miosen Akhir (Safaruddin, 1982). Dibagian atas dijumpai foraminfera
plangtonik yang menunjukan umur N17-N18 atau Miosen Akhir Pliosen Awal (Safaruddin,
1982). Dengan demikian umur Formasi Halang adalah akhir Miosen Tengah sampai Pliosen
Awal (N15-N18). Berdasarkan temuan foraminifera bentos, seperti Gyroidina sp. Dan Eponiodes
sp. Disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan Formasi Halang adalah Batial atas dengan
kedalaman antara 200-500m (Safaruddin, 1982). Simandjuntak dan Surono (1982) berpendapat
bahwa lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal dan terbuka (neritik), sedangkan
Haryono (1981) menyimpulkannya sebagai endapan turbidit. Formasi Halang bersifat proksimal
(bagian bawah) dan distal (bagian atas), serta diendapkan dibagian dalam sampai luar kipas
dalam-laut (submarine-fan).
Breksi gunungapi dengan komponen basalt dan sebagian andesit, massadasar berupa
batupasir tuffan. Breksi, berwarna hitam kelabu; padat; setempat berlapis sejajar dan lapisan
bersusun. Komponen berukuran dari beberapa puluh mm hingga 60cm, terpilah buruk,
sebagian saja yang andesit. Dibeberapa tempat, dibagian dasar satuan ini terdapat komponen
Basal, pada sayatan tipis tampak bertekstur porforitik halus dengan fenokris piroksen,
plagioklas dan mineral bijih; bermasadasar mikrolit plagioklas, piroksen dan kaca. Sebagian
mineral telah terubah menjadi klorit. Massadasar batupasir tufan berukran pasir sedang sampai
kasar, menyudut hingga membundar tanggung. Secara mendatar, litologi satuan ini berupah
berwarna kelabu, kelabu tua sampai kelabu kehijauan; tidak begitu padat; berlapis antara 50cm
dan 2m; berbutir kasar-sedang, setempat mengandung komponen berukuran kerikil. Komponen
sedangkan bagian atas bersisipan batulempung, napal atau napal pasiran yang bersifat tufan dan
banyak ditemukan foraminifera kecil plangton, menunjukan umur Pliosen Awal atau N19
(Yudha, 1982). Fosil bentos yang dijumpai adalah Anomalia sp., Amphistegina sp,. Elphidium
sp. dan Eponides sp. yang menunjukan lingkungan pengendapan neritic dalam.
Endapan Lahar G. Slamet tersusun atas lahar, dengan bongkahan batuan gunungapi
bersusun andesit-basal, bergaris tengah 10-50 cm, dihasilkan oleh G. Slamet Tua. Sebenarnya
6. Aluvium (Qa)
Aluvium tersusun oleh kerikil, pasir, lanau dan lempung, sebagai endapan sungai dan
Pulau Jawa secara tektonik dipengaruhi oleh dua lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia
di bagian utara dan Lempeng Indo-Australia dibagian selatan. Pergerakan dinamis dari lempeng-
lempeng ini menghasilkan perubahan tatanan tektonik Jawa dari waktu ke waktu. Secara
berurutan, rejim tektonik Jawa mengalami perubahan yang dimulai dengan kompresi, kemudian
Pulunggono dan Martodjojo (1994) menjelaskan bahwa tektonik kompresi terjadi pada
Kapur Akhir-Eosen (80-52 juta tahun yang lalu), yang diakibatkan oleh penunjaman berarah
timurlaut-baratdaya dari lempeng Indo-Australia. Tektonik Kompresi kembali terjadi pada kala
Oligosen-Miosen Awal, akibat terbentuknya jalur penunjaman baru di selatan Jawa. Pada Eosen
Akhir-Miosen Awal pusat kegiatan magma berada di Pegunungan Serayu Selatan. Kegiatan
magma yang lebih muda yang berumur Miosen Akhir-Pliosen bergeser ke utara dengan dijumpai
singkapan batuan volkanik di daerah Karangkobar, Banjarnegara (Asikin, 1992). Pada kala
Perlipatan di daerah ini umumnya mempengaruhi batuan Neogen Muda, dengan arah
utama hampir barat-timur. Beberapa sumbu lipatan yang arahnya acak diduga merupakan lipatan
seretan akibat sesar-sesar regional. Sesar Utama berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-
baratdaya, dengan gerakan miring. Sesar lainnya berarah hampir utara selatan atau barat-timur.
Sesar naik yang arahnya barat-timur, dimana bongkah utara relatif sebagai hanging wall diduga
sebagai bagian dari sistem sesar naik busur belakang. Berdasarkan pola sebaran sesar dan
lipatannya, arah mampatan utama adalah utara selatan (Djurie dkk,. 1996).
Gambar 2. Konfigurasi Struktur Pulau Jawa dikutip dari Situmorang 1973