Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA..GEOLOGI..

REGIONAL

Geomorfologi

Secara fisiografis daerah Jawa Tengah oleh Van Bemmellen (1949) dibagi menjadi 6

(enam) zona fisiografi utama. Enam Fisiografi tersebut adalah :

1. Dataran Aluvial Jawa Utara


2. Zona Serayu Utara
3. Zona Depresi Jawa Tengah
4. Pegunungan Selatan Jawa
5. Pegunungan Serayu Selatan

Gambar 1. Fisiografi Jawa Tengah Modifikasi R.W. Van Bemmelen (1970)

Berdasarkan pembagian fisiografi menurut Van Bemmellen (1949) ini, daerah penelitian

merupakan bagian dari zona Dataran Aluvial. Dataran Aluvial terletak di bagian utara dari zona
Pegunungan Serayu Utara. Dibagian selatan dari zona Dataran Aluvial yang berarah barat-timur

dicirikan oleh bentuk anticlinorium kendeng.

Stratigrafi

Geologi daerah penelitian merupakan bagian dari peta geologi Lembar Purwokerto

Tegal (Djuri dkk,. 1996), secara regional stratigrafi di daerah penelitian terbagi menjadi beberapa

formasi, yaitu satuan tertua adalah Formasi Rambatan berumur Miosen Tengah yang ditindih

secara selaras pada bagian atas oleh Formasi Halang berumur Miosen Akhir Pliosen Awal,

dengan tebal sekitar 800m. Diatasnya menindih secara selaras Formasi Tapak yang tersusun oleh

batupasir secara dominan, kadang-kadang terdapat napal dan batupasir gampingan, sedangkan

Anggota batugamping yang tersusun oleh lensa-lensa batu gamping berwarna kelabu kekuningan

dan Anggota breksi yang tersusun oleh breksi gunung api dan dibeberapa tempat terdapat urat

kalsit.

1. Formasi Rambatan (Tmr)

Terdiri dari serpih, napal dan batupasir gampingan. Napal berselang-seling dengan batupasir

gampingan berwarna kelabu muda. Banyak dijumpai lapisan tipis kalsit yang tegak lurus bidang

perlapisan. Banyak mengandung foraminifera kecil dengan ketebalan sekitar 300 meter.

2. Formasi Halang (Tmph)

Perselingan batupasir, batulempung, napal dan tuf dengan sisipan breksi. Bagian bawah

terdiri dari breksi dan napal dengan sisipan batupasir dan batulempung. Breksi, berwarna kelabu

kehijauan; padat; komponen menyudut-menyudut tanggung, kemas terbuka, terpilah sangat

buruk, terdiri dari napal, kepingan batulempung dan batupasir berukuran dari beberapa cm
sampai 30cm; massadasar batupasir atau batulempung gampingan. Napal, berwarna putih kelabu

sampai kuning kecoklatan; padat; bercampur tuf. Sisipan batupasir, berwarna kuning kecoklatan;

padat; berbutir sedang, menyudut tanggung; tebal lapisan antara 5-10cm. Sisipan batulempung,

berwarna kelabu kekuningan; padat.

Lebih keatas, terdapat perselingan antara batupasir dan napal dengan sisipan

batulempung, tuf dan kalkarenit. Batupasir, berwarna kelabu kekuningan; berbutir halus sampai

kasar, terpilah buruk, membundar tanggung meyudut tanggung; setempat tufan; padat;

kesarangan sedang. Tebal lapisan antara 5-10cm, tetapi ada juga yang mencapai 1m. Napal,

berwarna putih kekuningan; tufan dan repih (dapat diremas). Batas antara lapisan batupasir dan

napal setempat tegas, setempat berangsur. Sisipan batulempung, tuf dan kalkarenit berketabalan

5-30cm. Setempat bagian ini berupa breksi, padat, berkomponen kepingan batuan andesit,

berukuran antara 1-30cm, terpilah buruk, menyudut-membundar tanggung, semenya

mengandung oksida besi.

Struktur sedimen yang dijumpai selain struktur nendatan (slump structures) juga lapisan

bersusun, perairan sejajar, konvolut, tikas beban dan tikas sering (flute cast).

Foraminifera plangton dijumpai pada napal baik dibagian bawah maupun dibagian atas

formasi ini. Foraminifera plangtonik dibagian bawah menunjukan umur N15-N16 atau akhir

Miosen Tengah awal Miosen Akhir (Safaruddin, 1982). Dibagian atas dijumpai foraminfera

plangtonik yang menunjukan umur N17-N18 atau Miosen Akhir Pliosen Awal (Safaruddin,

1982). Dengan demikian umur Formasi Halang adalah akhir Miosen Tengah sampai Pliosen

Awal (N15-N18). Berdasarkan temuan foraminifera bentos, seperti Gyroidina sp. Dan Eponiodes

sp. Disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan Formasi Halang adalah Batial atas dengan
kedalaman antara 200-500m (Safaruddin, 1982). Simandjuntak dan Surono (1982) berpendapat

bahwa lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal dan terbuka (neritik), sedangkan

Haryono (1981) menyimpulkannya sebagai endapan turbidit. Formasi Halang bersifat proksimal

(bagian bawah) dan distal (bagian atas), serta diendapkan dibagian dalam sampai luar kipas

dalam-laut (submarine-fan).

3. Anggota Breksi Formasi Halang (Tmphb)

Breksi gunungapi dengan komponen basalt dan sebagian andesit, massadasar berupa

batupasir tuffan. Breksi, berwarna hitam kelabu; padat; setempat berlapis sejajar dan lapisan

bersusun. Komponen berukuran dari beberapa puluh mm hingga 60cm, terpilah buruk,

menyudut-menyudut tanggung, kemas terbuka-tertutup, umumnya bersusunan basal dan hanya

sebagian saja yang andesit. Dibeberapa tempat, dibagian dasar satuan ini terdapat komponen

batugamping dan napal.

Basal, pada sayatan tipis tampak bertekstur porforitik halus dengan fenokris piroksen,

plagioklas dan mineral bijih; bermasadasar mikrolit plagioklas, piroksen dan kaca. Sebagian

mineral telah terubah menjadi klorit. Massadasar batupasir tufan berukran pasir sedang sampai

kasar, menyudut hingga membundar tanggung. Secara mendatar, litologi satuan ini berupah

menjadi konglomerat yang berselingan dengan batupasir dan napal.

4. Formasi Tapak (Tpt)

Batupasir bersisipan napal dan breksi, mengandung cangkang moluska. Batupasir,

berwarna kelabu, kelabu tua sampai kelabu kehijauan; tidak begitu padat; berlapis antara 50cm

dan 2m; berbutir kasar-sedang, setempat mengandung komponen berukuran kerikil. Komponen

terdiri dari rombakan batuan gunungapi, batulempung dan sedikit batugamping.


Bagian bawah satuan ini berupa batupasir berbutir kasar dengan sisipan breksi;

sedangkan bagian atas bersisipan batulempung, napal atau napal pasiran yang bersifat tufan dan

berwarna kelabu kehijauan.

Beberapa lapisan batupasir mengandung cangkang moluska; sedangkan pada napal

banyak ditemukan foraminifera kecil plangton, menunjukan umur Pliosen Awal atau N19

(Yudha, 1982). Fosil bentos yang dijumpai adalah Anomalia sp., Amphistegina sp,. Elphidium

sp. dan Eponides sp. yang menunjukan lingkungan pengendapan neritic dalam.

5. Endapan Lahar G. Slamet (Qls)

Endapan Lahar G. Slamet tersusun atas lahar, dengan bongkahan batuan gunungapi

bersusun andesit-basal, bergaris tengah 10-50 cm, dihasilkan oleh G. Slamet Tua. Sebenarnya

meliputi daerah datar.

6. Aluvium (Qa)

Aluvium tersusun oleh kerikil, pasir, lanau dan lempung, sebagai endapan sungai dan

pantai. Tanda titik-titik menunjukan undak sungai. Tebal hingga 150m.

Tabel 1. Kesebandingan Stratigrafi Regional Daerah Penelitian


Struktur Geologi

Pulau Jawa secara tektonik dipengaruhi oleh dua lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia

di bagian utara dan Lempeng Indo-Australia dibagian selatan. Pergerakan dinamis dari lempeng-

lempeng ini menghasilkan perubahan tatanan tektonik Jawa dari waktu ke waktu. Secara

berurutan, rejim tektonik Jawa mengalami perubahan yang dimulai dengan kompresi, kemudian

mengalami regangan dan kembali mengalami kompresi.

Pulunggono dan Martodjojo (1994) menjelaskan bahwa tektonik kompresi terjadi pada

Kapur Akhir-Eosen (80-52 juta tahun yang lalu), yang diakibatkan oleh penunjaman berarah

timurlaut-baratdaya dari lempeng Indo-Australia. Tektonik Kompresi kembali terjadi pada kala

Oligosen-Miosen Awal, akibat terbentuknya jalur penunjaman baru di selatan Jawa. Pada Eosen

Akhir-Miosen Awal pusat kegiatan magma berada di Pegunungan Serayu Selatan. Kegiatan

magma yang lebih muda yang berumur Miosen Akhir-Pliosen bergeser ke utara dengan dijumpai

singkapan batuan volkanik di daerah Karangkobar, Banjarnegara (Asikin, 1992). Pada kala

Miosen Tengah-Pliosen Awal, posisi tektonik daerah penelitian (cekungan banyumas)

merupakan bagian dari cekungan depan busur.

Perlipatan di daerah ini umumnya mempengaruhi batuan Neogen Muda, dengan arah

utama hampir barat-timur. Beberapa sumbu lipatan yang arahnya acak diduga merupakan lipatan

seretan akibat sesar-sesar regional. Sesar Utama berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-

baratdaya, dengan gerakan miring. Sesar lainnya berarah hampir utara selatan atau barat-timur.

Sesar naik yang arahnya barat-timur, dimana bongkah utara relatif sebagai hanging wall diduga

sebagai bagian dari sistem sesar naik busur belakang. Berdasarkan pola sebaran sesar dan

lipatannya, arah mampatan utama adalah utara selatan (Djurie dkk,. 1996).
Gambar 2. Konfigurasi Struktur Pulau Jawa dikutip dari Situmorang 1973

Anda mungkin juga menyukai