LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 iii
Kata Pengantar
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi Energi Tahun Anggaran
2016 ini disusun dalam rangka memenuhi Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instan Pemerintah (SAKIP), yang
merupakan wujud pertanggungjawaban atas
pelaksanaan tugas sesuai visi dan misi yang
dibebankan kepada Direktor Jenderal Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam kurun
waktu pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2016.
Tingkat pencapaian sasaran dan tujuan serta hasil dan manfaat yang diperoleh pada
tahun anggaran 2016 telah berorientasi pada pencapaian visi dan misi. Keberhasilan
tersebut akan menjadi tolak ukur untuk peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Energi
Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi di masa mendatang.
RIDA MULYANA
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 v
Ringkasan Eksekutif
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
(EBTKE) Tahun 2016, merupakan perwujudan akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan
fungsi Direktorat Jenderal EBTKE atas penggunaan anggarannya. Selain itu, Laporan
Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE merupakan wujud dari kinerja dalam pencapaian Visi
dan Misi Pembangunan Nasional untuk tahun 2015 s.d. 2019, sebagaimana yang
dijabarkan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal EBTKE yang mengacu pada
Rencana Strategis Kementerian ESDM tahun 2015 s.d. 2019.
Dalam mencapai Visi dan Misi Pembangunan Nasional dan mengacu pada tujuan strategis
Kementerian ESDM, Direktorat Jenderal EBTKE menetapkan tujuan strategis Direktorat
Jenderal EBTKE yang ingin diwujudkan selama periode 5 tahun (2015 s.d. 2019), yaitu : (i)
terjaminnya penyediaan energi dan bahan baku domestik; (ii) terwujudnya optimalisasi
penerimaan negara dari sektor ESDM; dan (iii) terwujudnya peningkatan investasi sektor
ESDM.
Untuk menunjang pencapaian tujuan strategis tersebut ditetapkan sasaran strategis yang
ingin dicapai setiap tahun. Penilaian terhadap keberhasilan atau kegagalan sasaran
strategis, diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Pengukuran capaian kinerja
Direktorat Jenderal EBTKE tahun anggaran 2016 dilakukan dengan cara membandingkan
antara target dengan realisasi masing-masing Indikator Kinerja Utama.
Target Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2016 tidak sama dengan
target Renstra Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Renstra Kementerian
ESDM) Tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan sesuai Peraturan Menteri ESDM No 13
Tahun 2015. Hal ini disebabkan antara lain:
1. Untuk target Investasi Panas Bumi, Jumlah Produksi Uap Panas Bumi, dan Jumlah
Kapasitas Pembangkit Listrik Panas Bumi tidak sesuai dengan target renstra karena
mengacu pada rapat rekonsiliasi target road map panas bumi dengan seluruh
pengembang panas bumi yang menyampaikan target COD dari masing-masing
PLTP, sehingga target dalam indikator kinerja disesuaikan dengan kondisi yang ada
di lapangan sesuai hasil rekonsiliasi tersebut.
2. Untuk target Investasi Aneka EBT, Jumlah Kepala Keluarga di Wilayah terpencil
(remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis
Energi Baru dan Terbarukan, serta Target Pembangkit Listrik Air, Surya dan Angin
tidak sesuai dengan Renstra karena target yang dicantumkan dalam Perjanjian
Kinerja tahun 2016 hanya yang berasal dari dana APBN di tahun 2016.
Dari keseluruhan target IKU Direktorat Jenderal EBTKE di tahun 2016, terdapat 12 (dua
belas) IKU yang mencapai target dan terdapat 12 (sebelas) IKU yang kurang dari target.
Capaian IKU yang masih dibawah target terus dilakukan evaluasi setiap triwulan tahun
berjalan dan action plan yang relevan dalam pencapaian IKU. Capaian kinerja Direktorat
Jenderal EBTKE 2016 dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Tabel
Capaian Kinerja Direktorat EBTKE Tahun 2016
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 vii
d. Laut MW - - -
f. Angin MW 0,85 0 0
g. Nuklir MW - - -
Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversiikasi
energi
Secara umum pencapaian kinerja dan realisasi anggaran Direktorat Jenderal EBTKE pada
tahun 2016 dapat dicapai, namun belum sepenuhnya sesuai dengan target yang
diharapkan. Terkait beberapa pencapaian yang belum maksimal, Direktorat Jenderal
EBTKE akan senantiasa terus berupaya dan bekerja lebih keras lagi untuk
meningkatkan dan menyempurnakannya di tahun yang akan datang.
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 ix
Daftar Isi
1. KATA PENGANTAR iii
2. RINGKASAN EKSEKUTIF v
3. DAFTAR ISI ix
4. DAFTAR TABEL x
5. DAFTAR GAMBAR xii
6. BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUGAS DAN FUNGSI 6
1.3 PROFIL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU,
TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI 7
1.4 STRUKTUR ORGANISASI 8
1.5 KEKUATAN PEGAWAI 13
Daftar Tabel
1. Tabel 1.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi Energi 13
2. Tabel 1.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi Energi Menurut Usia 14
3. Tabel 1.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi Energi Menurut Pendidikan 14
4. Tabel 1.4 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi Energi Menurut Masa Kerja 14
5. Tabel 2.1 Indikator Kinerja Utama (IKU)
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi 21
6. Tabel 2.2 Target dan Capaian Rencana Strategis Direktorat Jenderal EBTKE
Tahun 2015 s.d 2019 23
7. Tabel 3.1 Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran 2016 Ditjen Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi Energi 25
8. Tabel 3.2 Kegiatan dan Anggaran 2016 28
9. Tabel 4.1 Capaian Kinerja 29
10. Tabel 4.2 Capaian Sasaran Meningkatnya Kemampuan Pasokan
Energi untuk Domestik 31
11. Tabel 4.3 Realisasi Produksi Uap Panas Bumi tahun 2016 33
12. Tabel 4.4 Perbandingan Realisasi Produksi Uap Panas Bumi Tahun 2010 s.d 2016 33
13. Tabel 4.5 Produksi Biofuel (juta KL) 34
14. Tabel 4.6 Produksi Biodiesel Oleh Badan Usaha Bahan Bakar Nabati 36
15 Tabel 4.7 Realisasi Produksi Biogas Tahun 2016 39
16. Tabel 4.8 Sasaran Meningkatnya Pembangunan Insfrastruktur Energi 39
17. Tabel 4.9 Realisasi kapasitas terpasang PLTP tahun 2016 40
18. Tabel 4.10 Perbandingan Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tahun 2010 s.d 2016 41
19. Tabel 4.11 Realisasi Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi 41
20. Tabel 4.12 Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi Off Grid 42
21. Tabel 4.13 Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi Off Grid Swakelola 42
22. Tabel 4.14 Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi dengan Menggunakan Dana
APBN KESDM 42
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 xi
23. Tabel 4.15 Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi On Grid Jaringan Distribusi PLN 43
24. Tabel 4.16 Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2016 44
25. Tabel 4.17 Pembangunan PLTMH Tahun Anggaran 2016 44
26. Tabel 4.18 Perbandingan Kapasitas Terpasang PLTMH Dana APBN
Tahun 2010 s.d 2016 45
27. Tabel 4.19 Realisasi Kapasitas Terpasang PLTS 46
28. Tabel 4.20 Realisasi Kapasitas Terpasang PLT Bayu 46
29. Tabel 4.21 Sasaran Meningkatkan eisiensi pemakaian dan pengelolaan energi 50
30. Tabel 4.22 Hasil Potensi Penghematan Energi Kegiatan Audit Energi 2016 51
31. Tabel 4.23 Daftar Pemenang PEEN Tahun 2016 52
32. Tabel 4.24 Realisasi Penurunan Emisi CO2 55
33. Tabel 4.25 Capaian RAN-GRK Sektor Energi Tahun 2010 s.d 2014 55
34. Tabel 4.26 Teralisasi Pangsa Energi Baru Terbarukan Lainnya 56
35. Tabel 4.27 Teralisasi Persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN)
pada BBM PSO transportasi tahun ini 2016 59
36. Tabel 4.28 Persentase Realisasi Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN)
BBM Non PSO Transportasi Tahun 2016 60
37. Tabel 4.29 Sasaran Terwujudnya Peran Penting Sub Sektor EBTKE
dalam Penerimaan Negara 61
38. Tabel 4.30 Realisasi Sasaran Peningkatan Investasi Sektor Energi, Sub Sektor EBTKE 62
39 Tabel 4.31 Perbandingan jumlah WKP Panas Bumi 63
40. Tabel 4.32 Realisasi Investasi Panas Bumi Tahun 2016 64
41. Tabel 4.33 Realisasi Investasi Bioenergi Tahun 2016 64
42. Tabel 4.34 Realisasi Investasi Aneka Energi Baru, Terbarukan Tahun 2016 65
43. Tabel 4.35 Anggaran dan Realisasi APBN Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2016 66
44. Tabel 4.36 Anggaran dan Realisasi APBN Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2016 69
45. Tabel 4.37 Realisasi Investasi Panas Bumi Tahun 2016 71
46. Tabel 4.38 Realisasi Investasi Bioenergi Tahun 2016 72
47. Tabel 4.39 Realisasi Investasi Aneka Energi Baru Terbarukan Tahun 2016 73
48. Tabel 4.40 Matriks Nilai Investasi dari Pembangunan PLTMH dan PLTS 2016 73
49. Tabel 4.41 Realisasi Investasi Konservasi Energi Tahun 2016 74
50. Tabel 4.42 Anggaran dan Realisasi APBN Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2016 74
51. Tabel 4.43 Hasil Kegiatan Fisik Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2016 75
Daftar Gambar
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 1
BAB I PENDAHULUAN
Sumber daya energi sebagai kekayaan alam merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa
kepada rakyat dan bangsa Indonesia. Selain itu, sumber daya energi merupakan sumber
daya alam yang strategis dan sangat penting bagi hajat hidup rakyat banyak terutama
dalam peningkatan kegiatan ekonomi, kesempatan kerja, dan ketahanan nasional.
Atas pertimbangan tersebut maka sumber daya energi harus dikuasai negara dan
dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dengan profil penyediaan energi yang masih didominasi oleh energi fosil, secara
otomatis akan meningkatkan permintaan energi, hal ini akan berpengaruh pula pada
peningkatan beban subsidi energi karena sebagian dari energi masih ada yang disubsidi
oleh pemerintah. Umumnya, subsidi energi dapat didefinisikan sebagai bentuk tindakan
pemerintah yang bertujuan menurunkan biaya produksi energi, meningkatkan pendapatan
produsen energi atau mengurangi biaya yang dibayar oleh konsumen energi. Pemerintah
Indonesia menyubsidi BBM agar harga energi dapat dijangkau, khususnya oleh kalangan
berpendapatan rendah. Salah satu subsidi energi yang dilakukan pemerintah ialah subsidi
bahan bakar fosil.
Akan tetapi, terdapat resiko yang akan timbul berkaitan dengan penggunaan subsidi
energi. Harga energi yang disubsidi agar menjadi rendah dapat berdampak buruk
terhadap pelestarian energi. Selain itu, pemberian subsidi bahan bakar fosil merupakan
salah satu hambatan bagi masyarakat untuk beralih ke sumber energi yang lebih bersih.
Ketergantungan akan subsidi juga menyebabkan penggunaan energi yang boros di
masyarakat. Pada kenyataannya, tidak semua rakyat yang membutuhkan subsidi ini dapat
menikmati haknya. Konsumen energi terbesar adalah masyarakat golongan atas dan
masyarakat di daerah perkotaan (Survei Sosial Ekonomi Nasional 2009). Harga energi
yang murah menghilangkan urgensi untuk melakukan penghematan.
Tingginya laju konsumsi energi fosil mengakibatkan ketimpangan antara laju penggunaan
sumber daya fosil (minyak bumi, gas bumi, dan batubara) dengan kecepatan untuk
menemukan cadangan baru, sehingga diperkirakan dalam waktu yang tidak lama lagi
cadangan energi fosil akan habis, dan Indonesia akan sangat bergantung pada impor
energi.
Menimbang bahwa cadangan sumber daya energi tak terbarukan yang terbatas, maka
perlu adanya kegiatan diversifikasi atau penganekaragaman sumber daya energi agar
ketersediaan energi terjamin. Diversifikasi energi dilakukan melalui upaya pemanfaatan
Energi Baru Terbarukan (EBT), seperti panas bumi, tenaga air, energi surya, energi
angin, biomassa, dan energi nuklir. Dengan memanfaatkan EBT, ketergantungan akan
penggunaan bahan bakar fosil di dalam sistem penyediaan energi nasional dapat menurun.
Selain itu, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan penggunaan bahan bakar fosil
merupakan salah satu alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar fosil.
Menghadapi ancaman krisis energi, Pemerintah sudah sangat siap dengan regulasi, yaitu
Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang berisi
strategi untuk menjamin keamanan energi di Indonesia.
Kebijakan ini telah merumuskan bauran energi di tahun 2025 dengan mengurangi
konsumsi energi fosil dan menggantinya dengan energi baru terbarukan. Saat ini
pemerintah telah menetapkan arah Kebijakan Energi Nasional dengan mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) seperti
tercermin dalam Gambar 1.1 .
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 3
Minyak Bumi
25% EBT 23%
Gambar 1.1
Diagram Target Tahun 2025 Kebijakan Energi Nasional
Dalam konteks energi baru terbarukan, pengembangan energi lokal setempat penting
diimbangi dengan keberpihakan bagi pengembangan kapasitas industri dalam negeri
dengan pengembangan pola kemitraan antara pemerintah dan swasta, serta antara sumber
daya dalam negeri dengan dana, teknologi dan keahlian dari luar negeri. Tidak hanya itu,
perlu diupayakan penciptaan iklim investasi yang kondusif, ditunjang oleh kelengkapan
peraturan yang konsisten dan tegas dalam pelaksanaannya agar memberikan kepastian
hukum.
Lebih jauh lagi, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan penggunaan energi fosil
merupakan salah satu alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi energi fosil termasuk
minyak bumi. Pada kurun waktu 10 tahun terakhir ini, dunia mengalami perubahan
paradigma global. Perubahan tersebut terkait dengan adanya perhatian dan upaya global
untuk menanggulangi perubahan iklim yang diakibatkan oleh peningkatan gas rumah
kaca.
Menyadari hal tersebut, Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung
pengurangan emisi gas rumah kaca; antara lain melalui ratifikasi kesepakatan dunia
tentang perubahan iklim. Pada tahun 1994 Indonesia telah meratifikasi United Nation
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) melalui
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan UNFCCC, dan meratifikasi
Protocol Kyoto melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan
Protocol Kyoto.
Indonesia juga telah mengadopsi delapan tujuan yang tercantum dalam Millennium
Development Goals untuk turut mendorong pembangunan lingkungan yang berkelanjutan
melalui berbagai aksi untuk menghambat laju emisi gas rumah kaca dalam rangka mitigasi
perubahan iklim.
Selama ini peranan energi fosil masih mendominasi dalam pemanfaatan energi, sedangkan
peran energi baru terbarukan hanya sebagai alternatif. Oleh karena itu, diperlukan adanya
perubahan paradigma pengelolaan energi yang mengedepankan diversifikasi energi dan
konservasi energi sehingga peran energi baru, terbarukan akan lebih maksimal dan energi
fosil hanya berperan sebagai penyeimbang, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.2
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 5
Gambar 1.2
Perubahan paradigma pengelolaan energi
Pada gambar 1.2 nampak perubahan paradigma pengelolaan energi, awalnya energi fosil
dibutuhkan sebagai faktor penunjang utama kebutuhan energi, namun seiring dengan
berjalannya waktu peranan energi fosil bukan lagi sebagai sumber energi utama namun
tergantikan dengan peranan energi terbarukan.
Salah satu upaya untuk mewujudkan paradigma baru di sektor energi tersebut adalah
dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi.
Berdasarkan UU No.30 Tahun 2007 tentang Energi yang dimaksud energi baru adalah
energi yang berasal dari sumber energi baru dan yang dimaksud dengan energi terbarukan
adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan.
Sumber energi baru adalah sumber energi yang dapat dihasilkan oleh teknologi baru
baik yang berasal dari sumber energi terbarukan maupun sumber energi tak terbarukan,
antara lain nuklir, hidrogen, gas metana batu bara (coal bed methane), batu bara tercairkan
(liquified coal), gas alam yang berasal dari serpihan bebatuan (Shale gas) dan batu bara
(coal bed methane), batu bara tercairkan (liquified coal), gas alam yang berasal dari
serpihan bebatuan (Shale gas) dan batu bara tergaskan (gasified coal).
Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi
yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi,
sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.
Berdasarkan butir-butir di atas maka jenis energi yang ditangani Direktorat Jenderal
Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi adalah:
1. Panas bumi
2. Bioenergi: Bioenergi cair (BBN), Bioenergi Gas (Gas Bio), Bioenergi Padat (Pelet,
Briket).
3. Aneka Energi Baru dan Terbarukan: Tenaga Air , Tenaga Surya, Tenaga Angin,
Tenaga Samudera, Tenaga Hidrogen.
4. Coal Bed Methane (CBM), shale gas, nuklir, Batubara Tercairkan, Batubara Tergaskan.
Namun demikian, untuk butir (4) saat ini belum dapat ditangani oleh Direktorat Jenderal
Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi karena shale gas dan CBM sifat dasarnya
termasuk dalam klasifikasi minyak dan gas bumi, maka penanganannya lebih optimal bila
berada pada Direktorat Jenderal Migas. Sementara itu batubara tercairkan dan batubara
tergaskan, sifat dasarnya terklasifikasi dalam batubara, maka penanganannya ada di
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara.
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Energi Baru,
Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang energi baru, terbarukan, dan konservasi
energi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat Jenderal Energi
Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan di Bidang Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi;
b) Pelaksanaan kebijakan di Bidang Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi;
c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di Bidang Energi Baru,
Terbarukan dan Konservasi Energi;
d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di Bidang Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi; serta
e) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi.
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 7
Lahirnya Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen
EBTKE) Kementerian ESDM merupakan langkah penting bagi bangsa dalam upaya
percepatan pengembangan energi baru, terbarukan dan konservasi energi di Indonesia.
Awal berdiri Ditjen EBTKE dipimpin oleh, Luluk Sumiarso (24 Agustus 2010 s.d 31 Mei
2011). Periode selanjutnya kepemimpinan Ditjen EBTKE dijabat oleh Kardaya Warnika
(22 Juli 2011 s.d 1 September 2012) dan saat ini dijabat oleh Rida Mulyana (25 Januari
2013 s.d sekarang).
Peningkatan peranan EBTKE dalam bauran energi nasional sudah lama dirasakan
urgensinya. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk mendorong pengembangan
EBTKE ini. Pembentukan Ditjen EBTKE merupakan salah satu terobosan penting.
Selama ini, bidang EBTKE ditangani terpisah-pisah di beberapa Ditjen dalam lingkungan
Kementerian ESDM.
Sebelumnya, bidang EBTKE ditangani oleh salah satu direktorat di Ditjen Listrik dan
Pemanfaatan Energi, yaitu Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.
Jenis Energi Baru Terbarukan secara spesifik ditangani terpisah oleh Direktorat Jenderal
lainnya. Misalnya Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah di Ditjen Mineral Batu Bara dan
Panas Bumi. Sedangkan yang terkait Bahan Bakar Nabati, kebijakan niaganya ditangani
oleh Ditjen Migas.
Seiring semakin pentingnya peranan EBTKE, dirasa perlu membentuk organisasi pada
level Eselon I, dengan harapan sinergi pengelolaan bidang EBTKE dapat lebih terjalin
antar stakeholder sehingga peranan EBTKE pada tahun 2025 sebagaimana ditargetkan
dalam Perpres No. 5 tahun 2006 sebesar 17% dan saat ini telah dioptimalkan menjadi 23%
sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional
serta eleastisitas energi kurang dari 1 dapat tercapai. Tak lain, ini adalah panduan menuju
Indonesia Hijau.
Lahir di era Kabinet Indonesia Baru jilid II (KIB-II) ini, selanjutnya Direktorat Jenderal
Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi berperan penting untuk mendukung
kebijakan pada RPJMN 2010-2014, hal ini sesuai dengan Prioritas Nasional kedelapan
bahwa pembangunan ketahanan energi dan kemandirian energi diarahkan untuk
mencapai bauran energi yang dapat menjamin kelangsungan pasokan energi diseluruh
wilayah Indonesia, penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), efisiensi konsumsi dan
penghematan energi serta meningkatkan produksi dan pemanfaatan energi yang bersih
dan ekonomis.
Struktur organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebagai
berikut :
a) Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi;
b) Direktorat Panas Bumi;
c) Direktorat Bioenergi;
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 9
Secara rinci struktur organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi dapat dilihat pada Gambar 1.3 :
DIREKTORAT
JENDERAL ENERGI
BARU, TERBARUKAN,
DAN KONSERVASI
ENERGI
DADAN KUSDIANA
Sekretaris Direktorat Jenderal
DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT PERENCANAAN DAN
PANAS DIREKTORAT ANEKA ENERGI KONSERVASI PEMBANGUNAN
BUMI BIOENERGI BARU DAN ENERGI ENERGI INFRASTRUKTUR
TERBARUKAN EBTKE
YUNUS SAEFULHAK SUDJOKO HARSONO ADI MARITJE HUTAPEA FARIDA ZED HENDRA ISWAYUDI
Direktur Panas Bumi Direktur BioEnergi Direktur Aneka EBT Direktur Konservasi Energi Direktur Perencanaan dan
Pembangnan Infrastruktur
EBTKE
Gambar 1.3
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 11
pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama,
keteknikan dan lingkungan panas bumi; dan
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang program,
pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama,
keteknikan dan lingkungan panas bumi.
C. DIREKTORAT BIOENERGI
Direktorat Bioenergi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang bioenergi.
Dalam melaksanakan tugas Direktorat Bioenergi menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan
pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan
bioenergi;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan
pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan
bioenergi;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama,
serta keteknikan dan lingkungan bioenergi; dan
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program,
pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan
lingkungan bioenergi.
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 13
teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis dan kerja sama
konservasi energi;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyiapan program,
pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi
energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis dan kerja sama konservasi
energi;
5. Penyiapan evaluasi dan pelaporan di bidang di bidang penyiapan program,
pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi
energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis dan kerja sama konservasi
energi; dan
6. Penyiapan pelaksanaan pengendalian dan pengawasan di bidang di bidang
penyiapan program, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi,
penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis dan kerja
sama konservasi energi.
Tabel 1.1
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Jenis Persentase
No Unit Jumlah
Pria Wanita (%)
1 Setditjen EBTKE 48 25 73 21,04
2 Dit. Panas Bumi 57 22 79 22,77
3 Dit. Bio Energi 23 25 48 13,83
4 Dit. Aneka EBT 35 27 62 17,87
5 Dit. Konservasi Energi 40 17 57 16,43
6 Dit. Renbang 24 4 28 8,07
Infrastruktur EBTKE
Jumlah Total 227 120 347 100.00%
Tabel 1.2
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan,
dan Konservasi Energi Menurut Usia
RANGE USIA
NO UNIT 20-25 25-30 30-35 35-40 40-45 45-50 50-55 55-60 JUMLAH
P W P W P W P W P W P W P W P W
Setditjen Energi
1 Baru, Terbarukan 12 4 9 10 9 2 6 4 4 4 6 1 2 73
dan KE
5 Dit Konservasi 11 6 12 2 5 1 3 3 4 3 2 3 2 57
Energi
Tabel 1.3
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Menurut Pendidikan
TINGKAT PENDIDIKAN
Sarmud/Diploma S1 Spesialis S2 S3
NO UNIT SD SLTP SLTA Eksakta Sosial Eksakta Sosial 1 Eksakta Sosial Eksakta Sosial JML
P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W
Setditjen
1 Energi Baru, 1 7 2 4 13 3 12 17 5 5 3 1 73
Terbarukan
dan KE
Dit Panas
2 4 2 2 1 36 15 3 3 9 1 3 79
Bumi
3 Dit Bio 3 1 8 15 4 5 2 3 6 1 48
Energi
Dit Aneka
Energi Baru
4 3 2 1 1 19 20 2 3 8 1 2 62
dan Energi
Terbarukan
Dit
5 Konservasi 4 3 1 25 8 3 2 3 3 4 1 57
Energi
Dit Renbang
dan
6 5 1 11 3 3 1 2 1 1 28
Infrastruktur
EBTKE
JUMLAH TOTAL 0 0 1 0 26 10 3 1 6 1 112 64 27 30 0 0 28 8 22 5 1 1 1 0 347
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 1.4
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Menurut Golongan
GOLONGAN
I II III IV JMLH TOT
NO UNIT
KERJA I/a I/b I/c I/d II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d
JMLH JMLH JMLH JUMLAH
P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W
Setditjen
1 Energi Baru, 1 1 4 2 6 18 9 10 8 1 8 7 61 1 1 2 1 5 73
Terbarukan
dan KE
2 Dit Panas 0 0 20 14 18 5 6 1 7 2 73 2 4 6 79
Bumi
Dit Bio
3 0 1 1 2 9 14 2 5 4 2 3 3 42 1 1 1 1 4 48
Energi
Dit Aneka
Energi Baru
4 0 1 1 2 11 18 7 4 7 1 5 1 54 2 2 1 1 6 62
dan Energi
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 17
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 19
Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Kapasitas terpasang
pembangkit listrik MW 11.754,9 13.137,4 13.997,9 15.461,2 16.996,2
EBT
Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Penerimaan Negara
Sektor ESDM Triliun Rp 0,58 0,63 0,67 0,73 0,78
(Panas Bumi)
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 21
Tabel 2.1
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
4. Jumlah Produksi
- Uap panas bumi Juta Ton
Tabel 2.1
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 23
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
(Renstra Ditjen EBTKE) Tahun 2015 - 2019 ini merupakan penjabaran dari Renstra
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Renstra Kementerian ESDM) Tahun 2015-
2019 yang telah ditetapkan sesuai Peraturan Menteri ESDM No 13 Tahun 2015.
Tabel 2.2
Target dan Capaian Rencana Strategis
Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2015 2019
Persentase Pemanfaatan
BBN pada BBM non-PSO
14. (transportasi, industri, % 10,00 6,87 20,00 9,5 20,00 20,00 20,00
& komersial, pembangkit
listrik)
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 25
Tabel 3.1
Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran 2016 Ditjen Energi Baru, Terbarukan
dan Konservasi Energi
TARGET
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN
2016
Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan
Konservasi Energi dalam penerimaan negara
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
TARGET
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN
2016
Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik
4. Jumlah Produksi
b. Bioenergi MW 2.069,4
c. Air MW 6,12
d. Laut MW -
e. Surya MW 15,59
f. Angin MW 0,85
g. Nuklir MW -
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 27
TARGET
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN
2016
11. Penerbitan Standar Kinerja Energi
Minimum (SKEM)/label peralatan rumah Peralatan 3
tangga
Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversiikasi
energi
Target Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2016 tidak sama dengan
target Renstra Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Renstra Kementerian
ESDM) Tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan sesuai Peraturan Menteri ESDM No 13
Tahun 2015. Hal ini disebabkan antara lain:
1. Untuk target Investasi Panas Bumi, Jumlah Produksi Uap Panas Bumi, dan Jumlah
Kapasitas Pembangkit Listrik Panas Bumi tidak sesuai dengan target renstra karena
mengacu pada rapat rekonsiliasi target road map panas bumi dengan seluruh
pengembang panas bumi yang menyampaikan target COD dari masing-masing
PLTP, sehingga target dalam indikator kinerja disesuaikan dengan kondisi yang ada
di lapangan sesuai hasil rekonsiliasi tersebut.
2. Untuk target Investasi Aneka EBT, Jumlah Kepala Keluarga di Wilayah terpencil
(remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis
Energi Baru dan Terbarukan, serta Target Pembangkit Listrik Air, Surya dan Angin
tidak sesuai dengan Renstra karena target yang dicantumkan dalam Perjanjian
Kinerja tahun 2016 hanya yang berasal dari dana APBN di tahun 2016.
3. Terdapat penambahan 3 (tiga) Indikator Kinerja yang menjadi tanggung jawab
Direktorat Konservasi Energi antara lain : Peningkatan Jumlah Manajer Energi dan
Auditor Energi yang telah disertifikasi, Penerbitan Standar Kinerja Energi Minimum
(SKEM)/label peralatan rumah tangga, dan Pelaksanaan Investment Grade Audit
(IGA). Penambahan Indikator Kinerja dilakukan karena Indikator Kinerja yang
ditambah mewakili kegiatan yang ada di Direktorat Konservasi Energi.
Program ini diuraikan menjadi kegiatan-kegiatan yang tertuang didalam DIPA 2016
dengan rincian sebagai tercantum dalam Tabel 3.2 Tahun 2016 Direktorat Jenderal
EBTKE melakukan penghematan anggaran melalui self blocking sesuai dengan Instruksi
Presiden No.8 Tahun 2016.
Tabel 3.2
Kegiatan dan Anggaran 2016
1 Pembinaan, Pengawasan
dan Pengusahaan 387.355.276.000 59.614.905.000 327.740.371.000
Bioenergi
2
Pembinaan, Pengawasan
dan Pengusahaan Aneka 1.302.284.940.000 409.847.779.000 892.437.161.000
Energi Baru Terbarukan
3 Perencanaan Energi,
Penerapan Konservasi
268.471.371.000 43.276.162.000 225.195.209.000
Energi dan Teknologi
Energi Bersih
4 Pembinaan, Pengawasan dan
32.836.924.000 7.615.527.000 25.221.397.000
Pengusahaan Panas Bumi
5 Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Ditjen Energi Baru 126.036.277.000 21.990.478.000 104.045.799.000
Terbarukan dan Konservasi
Energi
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 29
Secara umum dapat dikatakan bahwa sasaran strategis yang telah ditetapkan belum
semuanya tercapai sesuai target yang diharapkan, hal ini dapat terlihat dari hasil
pengukuran kinerja dan pencapaian sasaran. Rincian tingkat capaian kinerja masing-
masing indikator sebagaimana tercantum dalam tabel 4.1
Tabel 4.1
Capaian Kinerja
Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam
penerimaan negara
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
4. Jumlah Produksi
d. Laut MW - - -
f. Angin MW 0,85 0 0
g. Nuklir MW - - -
Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversiikasi energi
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 31
Analisa capaian penetapan kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi adalah sebagai berikut:
TUJUAN 1
TERJAMINNYA PASOKAN ENERGI DAN BAHAN BAKU DOMESTIK,
SUB SEKTOR ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu ada sasaran yang ditetapkan. Sasaran yang
ditetapkan pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik
2. Meningkatnya pembangunan infrastruktur energi
3. Meningkatnya efisiensi pemakaian dan pengolahan energy
4. Meningkatnya pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi
energi
SASARAN 1
MENINGKATNYA KEMAMPUAN PASOKAN ENERGI UNTUK DOMESTIK
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target,
realisasi dan capaian yang diuraikan dalam tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Capaian Sasaran Meningkatnya Kemampuan Pasokan Energi untuk Domestik
Target produksi uap panas bumi tahun 2016 ditetapkan sebesar 73,8 juta ton dan realisasi
hingga triwulan IV sebesar 79,7 juta ton atau capaian sebesar 108 %. Tambahan produksi
uap diperoleh dari beroperasinya PLTP Ulubelu Unit 3 (55 MW), PLTP Lahendong Unit 5
(20 MW), PLTP Lahendong Unit 6 (20 MW). Adapun beberapa kendala yang mengurangi
produksi uap panas bumi pada tahun 2016 adalah kerusakan turbin pada unit I dan II
PLTP Sibayak. Disamping itu, adanya kerusakan generator pada unit 3 & 4 PLTP Ulumbu
sejak Agustus 2014 menyebabkan produksi uap PLTP Ulumbu lebih rendah dari yang
direncanakan. Selain itu, adanya ganguan AVR pada PLTP Mataloko juga menyebabkan
produksi uap tidak dapat mencapai target. PLTP Karaha telah masuk dalam daftar rencana
produksi uap 2016, namun PLTP Karaha mengalami pemunduran jadwal COD yang semula
Desember 2016 menjadi Juni 2017 sehingga produksi uap dari PLTP Karaha masih 0.
Mundurnya jadwal COD PLTP Karaha disebabkan karena Hawkins sebagai sub kontraktor
tidak dapat melaksanakan kegiatan EPC sesuai dengan kontrak pekerjaan. Secara rinci
realisasi produksi uap panas bumi dapat dilihat pada Tabel 4.3.
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 33
Tabel 4.3
Realisasi Produksi Uap Panas Bumi tahun 2016
No. Area Alamat Realisasi Produksi
Uap PanasBumi (Ton) (%)
Tabel 4.4
Perbandingan Realisasi Produksi Uap Panas Bumi Tahun 2014 s.d 2016
Produksi(ton)
No. Area Alamat
2014 2015 2016
3. Sibayak -
PLTP Sibayak Sinabung, Sumut 183.978 365 0
Tanggamus,
4. PLTP Ulubelu 6.174.098 6.044.075 6.718.309
Lampung
Cibeureum
5. PLTP Salak Parabakti, Jabar 24.306.890 24.754.949 . 24.575.445
Kamojang
6. PLTP Darajat 13.856.258 13.916.103 13.952.107
Darajat, Jabar
7. PLTP Wayang Pangalengan,
Windu Jabar 13.143.323 7.850.235 13.612.639
Dataran Tinggi 205.097 1.769.566 1.392.685
8. PLTP Dieng Dieng, Jateng
9. PLTP Ulumbu Ulumbu, NTT 261.409 382.281 339.276
Ngada, Nusa
10. PLTP Mataloko Tenggara Timur 0 41.184 0
Biodiesel merupakan bahan bakar pengganti Solar yang terbuat dari sumberdaya hayati
yang berupa minyak lemak nabati atau lemak hewani. Bahan baku Biodiesel dikembangkan
bergantung pada sumber daya alam yang dimiliki suatu negara, Indonesia mempunyai
banyak sekali tanaman penghasil minyak lemak nabati, diantaranya adalah kelapa sawit,
kelapa, jarak pagar, jarak, nyamplung, kemiri sunan dan lain-lain. Saat ini, bahan baku
Biodiesel yang digunakan adalah kelapa sawit. Pemilihan kelapa sawit sebagai bahan baku
Biodiesel karena kelapa Sawit memiliki ketersediaan bahan baku paling besar dengan
perkiraan produksi CPO sekitar 30,95 juta ton pada tahun 2015 (Buku Statistik Kelapa
Sawit Indonesia, BPS). Selain itu kelapa sawit memberikan yield terbesar dibandingkan
bahan baku Biodiesel lainnya sehingga memiliki nilai keekonomian yang lebih baik
Sejak Tahun 2006 Pemerintah telah mendorong pengembangan dan pemanfaatan Bahan
Bakar Nabati (BBN) sebagai bagian energi terbarukan melalui program mandatori BBN
dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32
Tahun 2008 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri ESDM
Nomor 12 Tahun 2015. Dengan adanya program mandatori BBN produksi Biodiesel
terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2014. Namun demikian,
pada periode Januari Juli 2015 produksi Biodiesel mengalami penurunan sebesar 63%
dibandingkan periode yang sama Tahun 2014 karena adanya perubahan kebijakan dalam
mekanisme pemberian subsidi harga BBM dimana subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN)
jenis Biodiesel tidak dimasukkan ke dalam subsidi tetap JBT jenis Minyak Solar pada
APBN Tahun 2015.
Dalam upaya mengatasi hal tersebut sebagai amanat sebagai amanat Peraturan Presiden
Nomor 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa
Sawit, maka pada tanggal 10 Juni 2015 dibentuklah Badan Pengelola Dana Perkebunan
Kelapa Sawit (BPDPKS) yang bertugas untuk menghimpun dana melalui pungutan ekspor
CPO dan turunannya. Salah satu fungsi penghimpunan dana tersebut digunakan untuk
pengembangan Biodiesel melalui mekanisme pendanaan untuk menutup disparitas
harga antara HIP Solar dengan HIP Biodiesel. Mekanisme pendanaan tersebut mulai
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 35
efektif berjalan sejak Bulan Agustus 2015, dimana produksi Biodiesel mulai mengalami
peningkatan dengan total volume produksi Biodiesel periode Agustus s.d. Desember 2015
meningkat menjadi sebesar 981.468 KL atau sebesar 46% dibandingkan periode Januari
s.d. Juli 2015.
Melalui dukungan dana pembiayaan dari BPDPKS dan mekanisme penunjukan langsung
untuk pengadaan Biodiesel sektor Non PSO sejak November 2015, pada tahun 2016
produksi Biodiesel kembali mengalami peningkatan dimana produksi Biodiesel pada
tahun 2016 diperkirakan meningkat sebesar 117% dibandingkan produksi Biodiesel
tahun 2015. Namun demikian produksi Biodiesel tersebut belum dapat mencapai target
produksi Biofuel Tahun 2016 sebesar 6,48 Juta KL karena kendala sebagai berikut:
1. Penyerapan sektor Non PSO belum optimal karena tren disparitas harga Biodiesel
dengan Solar yang masih besar.
2. Masih adanya resistensi dari pengguna akhir sehingga implementasi mandatori
B20 belum dapat dilakukan secara menyeluruh. Saat ini masih terdapat permintaan
pasokan minyak solar murni dari konsumen akhir, sehubungan isu teknis terkait
operasional maupun maintenance penggunaan B20.
3. Penurunan kondisi pasar ekspor Biodiesel. Dengan adanya black campaign terkait
produk kelapa sawit menyebabkan komoditi ekspor CPO maupun produk turunan
termasuk biodiesel mengalami penurunan.
4. Pengawasan Implementasi Mandatori BBN belum berjalan optimal. Perlu adanya
prinsip kehati-hatian dalam penerapan sanksi/ denda bagi BU BBM yang tidak
melaksanakan kepatuhan pencampuran Biodiesel dalam BBM karena BBM
merupakan komoditi strategis yang dapat mempengaruhi kebutuhan bahan bakar
Nasional.
Upaya yang dilakukan :
1. Mengupayakan adanya pemberian insentif penggunaan BBN jenis Biodiesel
khususnya yang dicampur dengan BBM Non PSO melalui penerbitan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2016.
Kementerian ESDM telah mengusulkan kepada Ketua Komite Pengarah
BPDPKS terkait perluasan sektor pendanaan BPDPKS untuk sektor Non PSO
dengan mempertimbangkan kecukupan dana BPDPKS sehingga implementasi
mandatori B20 di sektor Non PSO lebih optimal serta perlunya kajian sumber
pendanaan baru sebagai bentuk penyediaan insentif untuk mandatori BBN
selain CPO Fund.
2. Penerbitan Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain,
diharapkan dengan bertambahnya jumlah Badan Usaha Bahan Bakar Nabati
Jenis Biodiesel dapat meningkatkan jumlah produksi Biodiesel. Saat ini
kapasitas terpasang Biodiesel sebesar 10,91 Juta KL.
3. Kajian teknis pemanfaatan B20 untuk marine industry, alat berat, alutsista TNI
serta campuran Biodiesel dalam Solar Premium (Solar Dex).
4. Penyusunan dan sosialisasi pedoman handling Biodiesel untuk meminimalisir
terjadinya masalah teknis pada konsumen akhir
5. Meningkatkan jumlah titik pengambilan sampel dan sebaran pengujian
persentase pencampuran Biodiesel melalui APBN dalam rangka peningkatan
pengawasan kepatuhan pelaksanaan pencampuran Biodiesel oleh seluruh
Badan Usaha BBM.
6. Penyusunan SOP serta juklak/ juknis pengawasan yang meliputi pengawasan
on desk dan pelaksanaan uji petik di lapangan.
Biogas telah dikenal di Indonesia sejak tahun 1980-an namun pemanfaatannya mulai
diterapkan pada awal tahun 1990 dalam skala kecil (untuk keperluan rumah tangga).
Keuntungan pemanfaatan biogas antara lain dapat menghasilkan bahan bakar gas
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga seperti memasak. Selain itu
pemanfaatan biogas memberikan dampak positif terhadap lingkungan yaitu mengurangi
emisi gas metan (CH4) ke atmosfer . Pada Tahun 2016, target produksi Biogas ditetapkan
sebesar 22.995 juta M/tahun dan terealisasi sebesar 22.800 juta M3/tahun atau sebesar
99,1% dari target tahun 2016.
Tabel 4.6
Produksi Biodiesel Oleh Badan Usaha Bahan Bakar Nabati
Capaian
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 37
a. Pengembangan biogas skala kecil untuk pemanfaatan rumah tangga dan komunal
dilaksanakan melalui kegiatan Implementasi Pemanfaatan Biogas Skala Rumah
Tangga bernama Program Biogas Rumah (Program BIRU). Program BIRU (Biogas
Rumah, atau Indonesia Domestic Biogas Programme) adalah program kerjasama
antara Pemerintah Indonesia c.q. Kementerian ESDM dengan Pemerintah Belanda
pada tahun 2009. Program BIRU diimplementasikan oleh Hivos dengan dukungan
teknis dari SNV, yang merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dari Belanda.
Pada tahun 2008 SNV melakukan Studi kelayakan yang menjadi dasar pelaksanaan
Program BIRU di Indonesia, yang menyatakan bahwa di Indonesia terdapat
potensi pengembangan biogas sampai dengan 1 juta unit biogas domestik. Dalam
perjalanannya, Program BIRU kemudian mendapatkan pendanaan dari Pemerintah
Norwegia hingga tahun 2015 dan selanjutnya mendapatkan pendanaan dari MCA-
Indonesia dan EnDev.
Selain pendanaan dari lembaga luar negeri, pemerintah melalui Dana Alokasi Khusus
(DAK) melakukan upaya untuk mendorong pengembangan biogas yang diprakarsai
oleh Pemerintah Daerah sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat yang
lebih mengetahui potensi dan kemampuan masyarakat untuk membangun biogas
rumah tangga. Kementerian ESDM, selaku pemerintah pusat telah memperluan
pembangunan biogas rumah tangga menjadi biogas komunal di lingkungan
pesantren dengan di 5 lokasi dengan kapasitas masing-masing 2x12 m3
ESDM Nomor 21 Tahun 2016 sebagai pengganti Peraturan Menteri ESDM Nomor 27
Tahun 2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik oleh PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero) dari Pembangkit Listrik Berbasis Biomasssa dan Pembangkit Listrik
Berbasis Biogas. Pemerintah mendorong setiap investor untuk berinvestasi di
bidang bioenergi melalui kebijakan dan regulasi Peraturan Menteri ESDM Nomor
21 Tahun 2016 sebagai pengganti Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pembelian Tenaga Listrik oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
dari Pembangkit Listrik Berbasis Biomasssa dan Pembangkit Listrik Berbasis
Biogas. Sampai saat ini tercatat telah ditetapkan sebanyak 15 Badan Usaha sebagai
pengembang PLTBm, PLTBg dan PLTSa dengan total kapasitas 101,5 MW dan total
investasi USD 110,59 juta
Melalui dana APBN, pada tahun 2016, Pemerintah telah melakukan pembangunan
4 unit PLTBg di 4 lokasi yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah dan 1 unit PLTBn dengan menggunakan bahan bakar CPO di Provinsi Bangka
Belitung dengan total kapasitas 9 MW.
Dalam rangka melistriki penduduk yang tinggal di wilayah perbatasan dan wilayah
terpencil, Ditjen EBTKE tahun anggaran 2016 menargetkan sebanyak 17.624 Kepala
Keluarga yang terlistriki yang berasal dari pembangkit energi terbarukan yaitu Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan
Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid. Dari target tersebut, yang dapat terealisasi sebanyak
15.796 Kepala Keluarga yang terlistriki yang berasal dari pembangkit berbasis Energi
Baru dan Terbarukan atau sebesar 90% dari rencana. Penduduk yang tidak mendapatkan
sambungan baru diakibatkan kegiatan pembangunan yang tidak dapat dilaksanakan
karena beberapa hal antara lain adanya paket yang gagal lelang dan tidak lengkapnya
dokumen perencanaan. Bagi penduduk yang belum mendapatkan sambungan baru, maka
akan kembali diprogramkan pada tahun anggaran 2017.
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 39
Tabel 4.7
Rincian Jumlah Kepala Keluarga Terlistrik oleh APBN Tahun 2016
SASARAN 2
MENINGKATNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI,
SUB SEKTOR ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target,
realisasi dan capaian sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.8 :
Tabel 4.8
Sasaran Meningkatnya Pembangunan Insfrastruktur Energi
TARGET CAPAIAN
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2016 (%)
Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi
1. Jumlah Kapasitas Terpasang
Pembangkit Listrik Energi Baru
dan Terbarukan:
d. Laut MW - - -
f. Angin MW 0,85 0 0
g. Nuklir MW - - -
Target Kapasitas Terpasang PLTP tahun 2016 adalah sebesar 1.657,5 MW, dan realisasi
sampai Triwulan IV sebesar 1.643,5 MW atau capaian 99,15%. Tambahan kapasitas
terpasang diperoleh dari:
PLTP Ulubelu Unit 3 (55 MW) yang telah COD pada 26 Juli 2016;
PLTP Lahendong Unit 5 (20 MW) yang telah COD pada 16 September 2016;
PLTP Lahendong Unit 6 (20 MW) yang telah COD pada 23 Desember 2016;
PLTP Ulubelu Unit 3, PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 telah diresmikan oleh Presiden
pada tanggal 27 Desember 2016 di PLTP Lahendong.
PLTP Sarulla Unit 1 (110 MW) yang telah memproduksi listrik sejak tanggal
28 Desember 2016.
Adapun capaian realisasi kapasitas terpasang PLTP tahun 2016 tercantum pada Tabel 4.9:
Tabel 4.9
Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tahun 2016
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 41
Tabel 4.10
Perbandingan Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tahun 2014 s.d 2016
Di tahun 2016 target Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi sebesar 2.069,4 MW dengan
realisasi sebesar 1787.9 MW, capaian sebesar 86,3 %.
Tabel 4.11
Realisasi Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi Tahun 2016
Tabel 4.12
Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi Off Grid
Wilayah Sumber Biomassa Kapasitas Off-Grid (MW)
*Hasil kajian dan survey yang dilakukan oleh pihak konsultan melalui dana APBN KESDM TA 2012 2013
Tabel 4.13
Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi Off Grid Swakelola
Tabel 4.14
Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi dengan Menggunakan Dana APBN KESDM
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 43
Tabel 4.15
Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi On Grid Jaringan Distribusi PLN
Jenis Kontrak
No Nama Perusahaan COD Jenis kontrak Lokasi Biomassa (MW)
1 PT Growth Sumatra 1 2006 Excess power Sumatera Utara Palm waste 9
2 PT Listrindo Kencana 2006 IPP Bangka Palmwaste 5
3 PT Indah Kiat Pulp & Paper 2006 Excess power Riau palm waste 3
4 PT Belitung Energy 2010 IPP Belitung Palm waste 7
5 PT Growth Sumatra 2 2010 Excess power Sumatera Utara Palm waste 10
6 PT Growth Asia 2011 Excess power Sumatera Utara Palmwaste 10
7 PT Navigat Organic 2011 IPP Bekasi MSW 12
8 PT Navigat Organic 2012 IPP Bali MSW 2
9 PT Growth Asia 2012 Excess power Sumatera Utara Palm waste 10
10 PT Navigat Organic 2013 IPP Bekasi MSW 2
11 PT Austindo ANE 2014 IPP Belitung POME 1,2
12 PT PLN 2014 PLN Gorontalo Tongkol Jagung 0,4
13 PT Rimba Palma 2014 Excess power Jambi Palm waste 10
14 PT Victorindo 2015 Excess Power Sumatera Utara Palm Waste 3
15 PT Harkat Sejahtera 2015 Excess power Sumatera Utara Palm waste 10
16 PT Sumber Organik 2015 IPP Surabaya MSW 1,6
17 PT Meskom Agro Sarimas 2015 Excess power Riau Palm waste 10
18 Maju Aneka Sawit 2015 Excess power Kalimantan selatan POME 1
19 Sukajadi Sawit 2015 Excess power Kalimantan selatan POME 2,4
20 Mutiara Bunda 2015 Excess power Sumatera Selatan POME 2
21 Sampurna 2015 Excess power Sumatera Selatan POME 2
22 PT Riau Prima Energy 2016 Excess power Riau Biomass 15
23 PTPN III 2016 Excess power Sumatera Utara Palm waste 1.8
24 Siringo-ringo 2016 Excess power Sumatera Utara POME 1
TOTAL KAPASITAS ONGRID 131,4
Sebagai upaya untuk terus meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan bioenergi dan
keberlanjutannya Pemerintah mendorong setiap investor untuk berinvestasi di bidang
bioenergi melalui kebijakan dan regulasi Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2016
sebagai pengganti Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pembelian
Tenaga Listrik oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dari Pembangkit Listrik
Berbasis Biomasssa dan Pembangkit Listrik Berbasis Biogas. Sampai saat ini tercatat telah
ditetapkan sebanyak 15 Badan Usaha sebagai pengembang PLTBm, PLTBg dan PLTSa
dengan total kapasitas 43,3 MW dan total investasi USD 110,59 juta.
Melalui dana APBN, pada tahun 2016, Pemerintah telah melakukan pembangunan 4 unit
PLTBg di 4 lokasi yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan 1
unit PLTBn dengan menggunakan bahan bakar CPO di Provinsi Bangka Belitung dengan
total kapasitas 9 MW.
Realisasi tersebut didapat dari 1,11 MW pembangunan PLTMH dan 1,7 MW pembangunan
PLTM multiyears melalui APBN Direktorat Jenderal EBTKE. Target tidak dapat tercapai
dikarenakan beberapa hal, diantaranya ketidaksesuaian kondisi lapangan dengan
perencanaan sehingga membutuhkan redesign, serta adanya penghematan anggaran
Direktorat Jenderal EBTKE.
Tabel 4.16
Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2016
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
(%)
Tabel 4.17
Pembangunan PLTMH Tahun Anggaran 2016
KAP. JUMLAH
NO PROPINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA UNIT
(KWP) SAMBUNGAN
Sipagabu &
1 Sumatera Utara Toba Samosir Nassau Liatondung 1 160 293
Nusa Tenggara
2 Timur Sumba Timur Lewa Tidahu Bidipraing 1 20 67
Rajuk
3 Kalimantan Utara Malinau Mentarang Semolon 1 22 33
Tulabolo
4 Gorontalo Bone Bolango Suwawa Timur Timur 1 35 110
Nusa Tenggara
7 Barat Bima Tambora Kawinda Toi 1 100 150
Kampar Kiri
8 Riau Kampar Hulu Sungai Santi 1 24 73
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 45
KAP. JUMLAH
NO PROPINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA UNIT
(KWP) SAMBUNGAN
Bonto
12 Sulawesi Selatan Sinjai Sinjai Borong Tangnga 1 76 40
Nusa Tenggara
17 Timur Sumba Timur Pahanga Lodu Kuruwaki 1 76 75
Papua Pegunungan
18 (Multiyears) Oksibil Oksibil 1
Bintan 1000
Papua
19 (Multiyears) Puncak Ilaga 1 700
Tabel 4.18
Perbandingan Kapasitas Terpasang PLTMH Dana APBN
Tahun 2011 s.d 2016
Pada Tahun Anggaran 2016, Pembangunan PLTMH dengan menggunakan dana APBN
Direktorat Jenderal EBTKE, terealisasi sebanyak 17 (tujuh belas) lokasi dengan kapasitas
total sebesar 1.114 kW yang tersebar di Provinsi Sumatera Utara (2 lokasi), Nusa Tenggara
Timur (3 lokasi), Kalimantan Utara (2 lokasi), Gorontalo, Sulawesi Selatan (3 lokasi),
Papua (2 lokasi), Nusa Tenggara Barat, Riau, Sumatera Barat dan Sulawesi Barat. Selain
itu, pada tahun 2016 juga mulai dibangun PLTM multiyears di 2 Lokasi di Provinsi Papua
yaitu di Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Puncak sebesar 1.700 kW.
Tabel 4.19
Realisasi Kapasitas Terpasang PLTS Tahun 2016
Tabel 4.20
Pembangunan PLTS Tahun Anggaran 2016
Total Total Jumlah
NO Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Jumlah
(KW) Sambungan
1 Lampung Tanggamus Semaka Margo Mulyo 1 50 239
Guring / Guring Atas
2 1 92
Lampung Tanggamus Pematang Sawa (Tejomoyo) 20
3 Lampung Tanggamus Pematang Sawa Karang Brak 1 75 270
Bengkunat
4 1 355
Lampung Pesisir Barat Belimbing Way Haru 75
Bengkunat
5 1 370
Lampung Pesisir Barat Belimbing Bandar Dalam 75
Bengkunat
6 1 185
Lampung Pesisir Barat Belimbing Siring Gading 30
Bengkunat
7 1 165
Lampung Pesisir Barat Belimbing Way Tias 30
Sumatera
8 1 141
Barat Kep. Mentawai Siberut Selatan Madobag 50
Sumatera
9 1 60
Barat Kep. Mentawai Pagai Selatan Singka (Korit Buah) 20
Sumatera Malakopa (Sabbiret
10 1 180
Barat Kep. Mentawai Pagai Selatan & Erupaboat) 30
Sumatera Matotonan (5
11 1 105
Barat Kep. Mentawai Siberut Selatan Dusun) 75
Sumatera
12 1 141
Barat Kep. Mentawai Siberut Barat Sigapokna 50
Simalegi (Muara
13 Sumatera Selatan & Muara 1 105
Barat Kep. Mentawai Siberut Barat Utara) 30
Sumatera
14 1 109
Barat Kep. Mentawai Pagai Selatan Makalo (Talok Pulai) 30
Sumatera
15 1 55
Barat Kep. Mentawai Siberut Barat Seiakoat 20
16 Bengkulu MukoMuko Lubuk Pinang Sumber Makmur 1 15 42
17 Bengkulu MukoMuko Malin Deman Gajah Makmur 1 50 220
18 Riau Kampar Kampar Kiri hulu Dua Sepakat 1 20 88
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 47
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 49
Tabel 4.21
Realisasi Kapasitas Terpasang PLT Bayu Tahun 2016
Capaian
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)
Kepulauan Riau
PLTS 1 Unit; 30 kWp; 158KK Kalimantan Utara:
PLTMH 2 Unit; 48 kW; 91 KK Gorontalo
Bangka Belitung: PLTS 3 Unit; 145 kWp; 507 KK PLTMH 1 Unit; 35kW; 110 KK
Sumatera Utara: PLTS 1 Unit; 15 kWp; 71 KK
PLTMH 2 Unit; 198 kW; 539 KK Kalimantan Tengah:
PLTS 7 Unit; 290 kWp; 1311 KK
Maluku Utara:
PLTS 2 Unit; 80 kW; 339 KK
Maluku:
Kalimantan Timur: PLTS 6 Unit; 260 kW; 676 KK
PLTS Bandara 1 Unit; 315 kWp;
Papua:
Sumatera Barat: PLTMH 2 Unit; 210 kW; 405 KK
PLTMH 1 Unit; 95 kW; 116 KK PLTM 2 Unit; 1700 kW
PLTS 9 Unit; 320 kWp; 990 KK PLTS 1 Unit; 385 kWp; 1286 KK
Bengkulu:
PLTS 2 Unit; 65 kWp; 262 KK
Lampung:
PLTS 7 Unit; 355 kWp; 1676 KK Nusa Tenggara Barat: Sulawesi Selatan:
PLTMH 1 Unit; 100 kW; 150 KK
PLTMH 3 Unit; 253 kW; 441 KK
PLTS Bandara 1 Unit; 200 kW
PLTS 6 Unit; 360 kW; 1615 KK
Sulawesi Barat: Nusa Tenggara Timur: Sulawesi Tenggara:
PLTMH 1 Unit; 15 kW; 95 KK PLTMH 3 Unit; 136 kW; 216 KK PLTS 15 Unit; 485 kWp; 2184 KK
PLTS 12 Unit; 305 kWp; 1542 KK
PLTS Bandara 2 Unit; 700 kWp
Gambar 4.1
Peta Sebaran Pembangunan Infrastruktur EBT Tahun Anggaran 2016
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 51
SASARAN 3
PENINGKATAN EFISIENSI PEMAKAIAN DAN PENGOLAHAN ENERGI
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja,target,
realisasi dan capaian yang diuraikan dalam Tabel 4.22:
Tabel 4.22
Sasaran Meningkatkan Efisiensi Pemakaian dan Pengelolaan Energi
Target penurunan intensitas energi primer tahun 2016 adalah tercapainya efisiensi
pemakaian energi primer dari 477,3 SBM/Miliar Rp, dan terealisasi sebesar 438 SBM/
Milyar Rp, terjadi penurunan sebesar 8,23 %. Sementara itu target penurunan intensitas
energi sebesar 1 % per tahun, sehingga capaian penurunan intensitas energi tahun 2016
telah melampaui 100%. . Data Intensitas Energi merupakan hasil olahan Direktorat
Konservasi Energi yang sumber data awalnya diperoleh dari Pusdatin Kementerian ESDM
di mana perhitungan data tersebut lag satu tahun.
Upaya penurunan intensitas energi primer ini dilakukan melalui Program Konservasi
Energi dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Audit Energi
Tujuan audit energi adalah untuk mengidentifikasi potensi penghematan energi
dan merekomendasikan langkah-langkah penghematan energi yang dapat
diimplementasikan pada pengguna energi (Industi dan bangunan gedung ).
a. Tahun 2016 ini telah dilaksanakan audit energi sebanyak 10 objek bangunan
pemerintah dengan total rekomendasi potensi penghematan energi pertahun
sebesar 3.201.329 kWh atau setara 3.5 Milyar Rupiah.
Tabel 4.23
Hasil Potensi Penghematan Energi Audit Energi Tahun 2016
Konsumsi Potensi Potensi Potensi
Penghematan Penghematan Penghematan Potensi Biaya
NO Nama Bangunan Energi Total Energi Emisi CO2 Biaya Investasi
(kWh/thn) (Rp/thn) kWh/thn (kgCO2) Rp/Tahun Tahun
1 Gedung Bank Sumsel Babel Palembang 3.915.280 4.428.181.680 1.208.411 1.197.535 1.293.761.354 4.556.858.000
2 RSUD Al Ichsan 1.638.088 2.353.056.645 194.771 173.541 229.877.300 417.620.000
3 RSUD Banten 1.157.586 1.517.328.486 245.847 219.050 293.033.074 510.472.000
4 Gedung Walikota Jaksel 3.004.095 3.397.631.445 811.416 722.972 903.414.758 2.320.488.000
5 Gedung Badiklat Kementerian ESDM 737.302 861.977.500 126.174 112.421 137.229.477 684.244.035
6 Gedung Setda Jawa Tengah 1.883.656 1.945.817.118 377.830 336.647 425.962.623 1.707.255.000
7 Gedung Asrama Putri UGM Ratna Ningsih 110.521 97.478.640 27.587 24.580 24.753.705 60.934.000
8 Gedung Asrama Putra UGM Bachiro 160.123 129.124.101 51.820 46.172 42.590.361 83.010.000
9 Gedung SAMSAT Ciledug 354.298 394.511.303 117.235 104.456 138.060.097 113.100.000
10 Hotel Swarnadwipa-Palembang 820.907 1.372.724.122 40.238 39.876 50.320.836 142.832.000
Total 13.781.856 16.497.831.040 3.201.329 2.977.249 3.539.003.585 10.596.813.035
b. Tahun 2015 ini telah dilaksanakan audit energi sebanyak 10 objek bangunan
pemerintah dengan total rekomendasi potensi penghematan energi pertahun
sebesar 4.109.533 kWh atau setara 4.8 Milyar Rupiah.
c. Sedangkan pada tahun 2014 telah dilaksanakan audit energi sebanyak 300 objek
terdiri 180 objek industri dan 120 objek bangunan dengan total rekomendasi
potensi penghematan energi pertahun sebesar 515 GWh atau setara 390 Milyar
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 53
e. Jumlah peserta audit energi dari tahun 2011 s.d 2016 sebanyak 842 objek
terdiri 517 objek industri dan 325 objek bangunan.
f. Investment Grade Audit (IGA) dilakukan sebagai bagian dari Kontrak Kinerja
Penghematan Energi (Energy Saving Performance Contract ESPC) untuk ESCO.
Tahun 2016 telah dilakukan IGA dengan pola kemitraan untuk 2 (dua) sektor
yaitu Industri makanan dan minuman dan bangunan gedung dengan jumlah
obyek sebanyak 5 objek.
2.
Peningkatan jumlah manajer dan auditor energi yang telah disertifikasi
Manajer Energi adalah seseorang yang diberikan tugas dan tanggung jawab untuk
melakukan manajemen energi berdasarkan kompetensi dan Auditor Energi adalah
seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit energi.
a. Persyaratan untuk menjadi Manajer dan Auditor Energi:
Syarat untuk menjadi Manajer Energi yang berkompeten
Pendidikan Minimal Diploma III Teknik atau MIPA
Masa kerja minimal 5 (lima) tahun untuk DIII, 3 (tiga) tahun untuk S1/S2/
S3
Mempunyai Pengalaman kerja terkait di bidang pengelolaan energi minimal
1(satu) tahun
Peserta Asesmen Kompetensi/Asesi harus menyatakan dirinya kompeten
sebagai calon pemegang sertifikat kompetensi Manajer Energi
c. Pada tahun 2016, tercatat capaian Manajer Energi yang bersertifikat sebanyak
79 orang dari target 50 orang (158%) dan auditor energi bersertifikat sebanyak
62 orang dari target 40 orang (155%).
d. Secara komulatif, dari tahun 2012 sampai tahun 2016 tercatat jumlah manajer
energi yang bersertifikat kompetensi sebanyak 306 orang (294 Industri dan 12
Bangunan) dan jumlah auditor energi sebanyak 213 orang (211 Industri dan 2
Bangunan).
3.
Labelisasi Hemat Energi
a. Saat ini Standar dan label hemat energi peralatan sudah diterapkan pada lampu
swabalast dan Piranti Pengkondisi Udara (AC) dengan terbitnya Peraturan
Menteri ESDM Nomor 18 tahun 2014 tentang Pembubuhan Label Tanda Hemat
Energi untuk Lampu Swabalast dan Permen 7 Tahun 2015 tentang Penerapan
Standard Kinerja Energi Minimum dan Pembubuhan Label Tanda Hemat Energi
untuk Piranti Pengkondisi Udara;
b. Implementasi penerapan pembubuhan label tanda hemat energi
1.1. Jumlah surat ijin untuk label tanda hemat energi untuk lampu swabalast
yang sudah diterbitkan 59 surat Ijin yaitu:
- 16 surat izin untuk produsen dan
- 43 surat izin untuk importir
1.2. Jumlah perusahaan yang sudah mendapatkan surat ijin untuk
mencantumkan Label Tanda Hemat Energi untuk lampu swabalast
adalah sebanyak 20 perusahaan, masing-masing 15 perusahaan importir
dan 5 perusahan produsen dalam negeri.
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 55
Tabel 4.24
Rekapitulasi Perusahaan yang mendapatkan izin Label Tanda Hemat Energi
Jumlah Jumlah
No Nama Perusahaan Keterangan
Merk Produk
1 PT. Panca Aditya Sejahtera 17 26.779.500 Produsen
2 PT. Lighting Solution 2 4.800.0 00 Produsen
3 PT. GE Ligthing Indonesia 2 4.120.000 Importir
4 PT. Luxen Makmur Sejahtera 1 206.000 Importir
5 PT. Samudra Karya Mulia 2 255.200 Importir
6 PT. Tjipto Langgeng Abadi 1 328.400 Importir
7 PT. Solarindo Kencana Makmur 1 688.000 Importir
8 PT. Visalux Elektrindo 3 16.487.000 Importir
9 PT. Osram Indonesia 1 1.564.000 Importir
10 PT. Gunawan Elektrindo 6 44.16 5.000 Importir
11 PT. Renesola Clean Energy 1 2.271.000 Importir
12 PT. Shukaku Insonesia 2 417.600 Importir
13 PT. Sinko Prima Alloy 1 59.000 Produsen
14 PT. Honoris Industry 1 1.105.781 Produsen
15 PT. Sinergy Niagatama Indonesia 2 1.152.000 Importir
16 PT. Nordex Lighting Indonesia 1 175.000 Importir
17 PT. Hikari 4 4.800.000 Produsen
PT. Panasonic Gobel Eco So lutions
18 8.959.220 Importir
Manufacturing Indonesia 1
19 PT. Bekat Indo -Opple Gemilang 1 440.000 Importir
20 PT. Philips Indonesia 1 50.253.200 Importir
Total 51 169.025.901
Tabel 4.26
Tabel 4 : Laboratorium Uji Lampu Swabalast
Kapasitas Waktu
Biaya Pengujian
No. Laboratorium Uji Pengujian Eikasi Pengujian
(Rp/model)
(lampu/bulan) (hari)
1 P3TKEBTKE - Jakarta 300 14 9.600.000
1.250.000 s.d.
2 B2TKE - BPPT Serpong 500 10
1.500.000
3 BARISTAND Surabaya 800 7 560.000
4 PT. SUCOFINDO Bekasi 2.280 7 - 10 1.650.000
625.000 s.d.
5 B4T - Bandung 600 10
900.000
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 57
Gambar 4.2
Pembangunan PJU Cerdas Tahun 2016 Tahap I
Gambar 4.3
Pembangunan PJU Cerdas Tahun 2016 Tahap II & III
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 59
7.
Kegiatan Penghargaan Efisiensi Energi Nasional (PEEN) 2016
a. Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penghargaan para
institusi pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor industri dan
bangunan gedung atas keberhasilan mereka dalam menerapkan prinsip-prinsip
efisiensi dan konservasi energi di lingkungannya. Kegiatan PEEN ini menjadi
tahap seleksi untuk mengikuti ASEAN Energy Award.
b. Pemenang PEEN 2016
Dalam proses penjurian telah ditetapkan pemenang PEEN 2016 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.27
Daftar Pemenang PEEN 2016
Gedung/Industri Kategori Prestasi
Green Ofice Park 6, BSD City Sub Kategori Gedung Baru Pemenang 1
Gedung GraPARI, Telkomsel
Gorontalo Sub Kategori Gedung Baru Pemenang 3
Tabel 4.28
Daftar Pemenang AEA 2016
Gedung/Industri Kategori Prestasi
Indonesia Convention and Sub Kategori Gedung Baru 1 st Runner Up
Exhibition (ICE BSD)
Green School Bali Sub Kategori Gedung Tropis Winner
Gedung Utama Kementerian PUPR Sub Kategori Gedung Hijau Winner
( Large Green Building )
Apartemen Scientia Residences Manajemen Energi pada Winner
Summarecon Industri (Kecil dan Menengah)
PT Phapros Tbk Semarang Manajemen Energi pada 1 st Runner Up
Indust ri (Kecil dan Menengah)
PT Petrokimia Gresik Inovasi Khusus Manajemen Winner
Energi di Industri
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 61
mencapai 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2020, dimana target RAN GRK
sampai dengan 2020 adalah 30 Juta Ton CO2.
Pada tahun 2016 penurunan emisi CO2 di targetkan sebesar 16,79 juta ton. Adapun capaian
penurunan emisi CO2 pada tahun 2015 sebesar 29,6 juta ton, dan terjadi penambahan
capaian emisi 2 juta ton pada tahun 2016 sehingga total capaian penurunan menjadi 31.6
juta ton (188 %). Perhitungan ini dihitung berdasarkan metodologi MRV yang dikeluarkan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di mana perhitungan data tersebut
lag satu tahun.
Tabel 4.29
Realisasi Penurunan Emisi CO2 Tahun 2016
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
PROGRAM/ Realisasi
Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi
NO AKSI MITIGASI (RAN/RAD-GRK) KEGIATAN Capaian Kegiatan Capaian Kegiatan Capaian Kegiatan Capaian Kegiatan Capaian Kegiatan Capaian Kegiatan Penurunan
Penurunan Emisi Penurunan Emisi Penurunan Emisi Penurunan Emisi Penurunan
(DIPA/DIPDA) (Jumlah & Unit) (Jumlah & Unit) (Jumlah & Unit) (Jumlah & Unit) (Jumlah & Unit)* Emisi (ton CO2e) (Jumlah & Unit)* Emisi (ton CO2e)
(ton CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e)
1 2 3 4A 4B 5A 5B 6A 6B 7A 7B 8A 8B 9A 9B
Penerapan mandatori manajemen
1 DIPA 4 Perusahaan 205.063,60 0 Perusahaan 196.690,27 0 Perusahaan 290.739,51 0 Perusahaan 300.370,85 31 Perusahaan 826.035,00 66 Perusahaan 2.152.031,30
energi untuk pengguna padat energi
Laporan Kinerja / LKj 2016
LK
j
Penyediaan dan pengelolaan energi
4
baru terbarukan dan konservasi energi
- PLTP Swasta 0 MW 0 0 MW 0 0 MW 0 5 MW 21.137,88 5 MW 34.311.50 5 MW 346.466,38
- PLTMH DIPA 0 MW 0 0 MW 0 1.327,00 MW 954,32 1.327 MW 951,51 1,6 MW 6.671,69 1,62 MW 7.111,21
- PLTM Swasta 0 MW 0 24,70 MW 122.923,01 74,9 MW 474.895,87 0 MW 474.895,87 91,4 MW 1.438.895,00 93,5 MW 1.894.478,00
- PLTS DIPA 0 MW 0 0 MW 0 0 MW 0 8,330 MW 5.973,64 8,690 MW 12.563,68 8,690 MW 10.909,87
- PLTBayu DIPA 0 MW 0 0 MW 0 0 MW 0 0 MW 0 0 MW 0 0 MW 0
- PLT Hybrid DIPA 0 MW 0 0 MW 0 0 MW 0 127,890 MW 91,71 192,360 MW 116,83 0,090 MW 116,87
- PLT Biomassa Swasta 23 MW 144.975,00 20,2 MW 244.522 21,0 MW 356.266 39,0 MW 589.246 104,6 MW 596.555 104,6 MW 596.555
- DME DIPA 50 Desa 12.245 42 Desa 23.176 0 Desa 23.176 33 Desa 31.096 0 Desa 31.096 0 Desa 31.096
5 Pemanfaatan Biogas DIPA 722.700 m3 1.156 1.377.422 m3 3.359 404.712 m3 4.006 2.052.030 m3 7.288 4.645.559 m3 27.487 4.645.559 m3 34.918
Penggunaan gas alam sebagai bahan
6 bakar angkutan umum perkotaan DIPA 4 MMSCFD 18.580 4 MMSCFD 37.160 4 MMSCFD 55.740 4 MMSCFD 74.320 4,22 MMSCFD 86.756 4 MMSCFD 109,826
SASARAN 4
MENINGKATNYA PENGEMBANGAN BERBAGAI SUMBER ENERGI
DALAM RANGKA DIVERSIFIKASI ENERGI
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target,
realisasi dan capaian yang diuraikan dalam Tabel 4.31:
Tabel 4.31
Sasaran Meningkatkan Pengembangan Berbagai Sumber Energi
Dalam Rangka Diversifikasi Energi
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN
2016 (%)
Sasaran strategis: Meningkatkan eisiensi pemakaian dan pengelolaan energi
1. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM
PSO (usaha mikro, usaha perikanan,
% 20 18 90
usaha pertanian, transportasi dan
pelayanan umum)
Keberhasilan pencapaian kinerja di sektor PSO tersebut juga didukung dengan adanya
kegiatan uji jalan pemanfaatan B20 pada kendaraan bermotor pada tahun 2014 yang
dilakukan oleh Direktorat Jenderal EBTKE bersama seluruh stakeholder terkait, dimana
berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan B20 pada kendaraan
bermotor tidak memberikan dampak negatif yang signifikan sehingga implementasi B20
pada tahun 2016 dapat berjalan dengan baik.
Realisasi Persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada BBM PSO transportasi
terhadap kebutuhan total tahun 2016 tercantum pada Tabel 4.32.
Tabel 4.32
Realisasi Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) Pada BBM PSO
Transportasi Tahun 2016
2. Persentase Pemanfaatan BBN Pada BBM Non PSO Transportasi dan Industri
Persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada BBM non PSO transportasi
dan Industri tahun 2016 sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2015 adalah sebesar 20%, realisasi sebesar
9,5% atau tercapai sebesar 48% dari target. Pelaksanaan mandatori untuk BBN Non PSO
masih belum optimal dikarenakan disparitas harga BBN dengan harga BBM jenis Solar
yang tinggi disertai dengan belum berjalannya prinsip equal treatment di masing-masing
Badan Usaha BBM.
Kendala lainnya dalam mencapai target kinerja di sektor Non PSO adalah masih adanya
resistensi maupun keraguan dari konsumen terhadap kualitas maupun performance
Biodiesel khususnya aplikasi di kendaraan berat (industri pertambangan), marine
industry, dll. Adapun realisasi pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) BBM-Non PSO
Transportasi dan Industri terhadap kebutuhan total tahun 2016 tercantum dalam Tabel
4.33 Dalam upaya melakukan pengawasan mandatori pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
(BBN) termasuk untuk sektor Non PSO, Direktorat Bioenergi melakukan kegiatan rutin
tahunan berupa monitoring dan evaluasi kualitas BBN yang beredar di dalam negeri serta
pengujian besaran kuantitas pencampuran Biodiesel dalam minyak solar di beberapa
Badan Usaha BBM.
Tabel 4.33
Realisasi Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) BBM Non PSO
Transportasi Tahun 2016
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 65
TUJUAN 2 :
TERWUJUDNYA OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA
DARI SEKTOR ESDM SUBSEKTOR EBTKE
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu ada sasaran yang ditetapkan pada tahun 2016,
yaitu:
Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan
dan Konservasi Energi dalam penerimaan negara
SASARAN :
TERWUJUDNYA PERAN PENTING SUB SEKTOR ENERGI BARU, TERBARUKAN
DAN KONSERVASI ENERGI DALAM PENERIMAAN NEGARA
TUJUAN 3 :
TERWUJUDNYA PENINGKATAN INVESTASI SUBSEKTOR ENERGI BARU,
TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu ada sasaran yang ditetapkan pada tahun 2016, yaitu:
Meningkatnya investasi subsektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target,
realisasi dan capaian yang diuraikan dalam tabel 4.35.
Tabel 4.35
Realisasi Sasaran Peningkatan Investasi Sektor Energi, Sub Sektor EBTKE
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 67
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 69
Pelelangan ini meleset dari target awal dimana kedelapan WKP akan selesai dilakukan
pelelangan pada Desember 2016 karena adanya beberapa pertimbangan dan kendala,
antara lain:
1. Terbitnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi yang
mengamanatkan bahwa seluruh kewenangan pengusahaan panas bumi untuk
pemanfaatan tidak langsung (listrik) ditarik seluruhnya menjadi kewenangan
Pemerintah, sehingga Pemerintah memerlukan penyesuaian berupa peraturan dan
prosedur pelelangan WKP;
2. Penetapan mengenai kriteria WKP yang akan dilelang;
3. Masih kurangnya koordinasi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
menentukan keanggotaan panitia pelelangan WKP; dan
4. Masih minimnya Badan Usaha yang bergerak di bidang pengusahaan panas bumi
secara total project.
Pada tahun 2016, Pemerintah masih melanjutkan pelelangan tahun 2015 yang belum
selesai dan hasil lelang tersebut adalah:
Adapun perbandingan jumlah WKP Panas Bumi yang telah ditetapkan per tahun dapat
dilihat pada tabel Tabel 4.36
Tabel 4.36
Perbandingan jumlah WKP Panas Bumi
Jumlah WKPPanasBumi 50 58 58 67 67 71
Penetapan WKP panas bumi merupakan wewenang pemerintah pusat dalam hal ini
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada tahun 2011 WKP yang ditetapkan
50 WKP, sedangkan tahun 2012 ditetapkan 8 WK, jadi Total Akumulasi sampai dengan
tahun 2012 terdapat 58 WKP, Sedangkan pada tahun 2013 realisasi 0 WKP, jadi total
Akumulasi WKP sampai dengan tahun 2013 adalah 58 WKP. Pada tahun 2014 terdapat
11 WKP baru yang ditetapkan, yaitu: WKP Songgoriti, WKP Gunung Gede Pangrango,
WKP Gunung Wilis, WKP Hamiding, WKP Telaga Ranu, WKP Graho Nyabu, WKP Gunung
Pandan, WKP Gunung Arjuno Welirang, WKP Talang Kili, WKP Gunung Geureundong,
dan WKP Gunung Galunggung. WKP Gunung Talang dan WKP Bukit Kili merupakan
WKP yang telah ditetapkan pada tahun-tahun sebelumnya, lalu dikembalikan kepada
Pemerintah dan ditetapkan kembali menjadi WKP dengan nama WKP Talang Kili. WKP
Gunung Geureundong, dan WKP Gunung Galunggung telah ditetapkan oleh Menteri ESDM
pada tanggal 29 Desember 2014, sehingga jumlah WKP yang ditetapkan oleh Pemerintah
secara kumulatif hingga Triwulan IV tahun 2014 adalah 67 WKP. Pada tahun 2015 telah
ditetapkan 3 WKP yaitu WKP Tanjung Sakti, WKP Lainea, dan WKP Ulumbu. Pada tahun
2016 terdapat 3 penetapan WKP baru yaitu WKP Sekincau, WKP Gunung Sirung, dan
WKP Wapsalit. WKP Sekincau merupakan WKP baru yang menghapus WKP sebelumnya
yaitu WKP Sekincau Selatan berdasarkan hasil PSP. Selain itu terdapat revisi perubahan
koordinat untuk WKP Gunung Ciremai yang telah ditanda tangani oleh Menteri ESDM.
Persebaran WKP Panas Bumi terdapat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4
Pengembangan 71 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP)
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 71
a. Panas Bumi
Target investasi panas bumi yang tercantum dalam Renstra KESDM berbeda dengan
target dalam indikator kinerja Direktorat Panas Bumi. Pada Renstra KESDM tercantum
bahwa target invetasi panas bumi sebesar 1,14 Miliar USD, sedangkan target dalam
indikator kinerja Direktorat Panas Bumi sebesar 0,96 MIliar USD. Hal ini mengacu pada
rapat rekonsiliasi target road map panas bumi dengan seluruh pengembang panas bumi
yang menyampaikan target COD dari masing-masing PLTP, dengan berkurangnya jumlah
PLTP yang COD di tahun 2016 maka berimplikasi pada penurunan investasi panas bumi
di tahun 2016.
Target Investasi di bidang Panas Bumi di tahun 2016 yaitu sebesar 0,96 Milliar USD,
sedangkan capaian realisasi investasi di bidang Panas Bumi di tahun 2016 yaitu sebesar
1,133 Milliar USD atau sebesar 118 % dari target. Capaian realisasi investasi panas bumi
dapat dilihat pada tabel 4.37
Tabel 4.37
Realisasi Investasi Panas Bumi Tahun 2016
Capaian
Indikator Kinerja Target Realisasi
(%)
Pada tahun 2016, realisasi investasi telah mencapai target yang ditetapkan. Hal ini
dikarenakan cukup banyaknya PLTP yang COD pada tahun 2016, sehingga mempengaruhi
tingginya investasi panas bumi. Realisasi investasi panas bumi tahun 2016 didominasi oleh
PT PGE (0,56 Milyar USD) dan Sarulla Operation Ltd. (0,49 Milyar USD) yang merupakan
investasi dari pembangunan PLTP Ulubelu Unit 3 (55 MW), PLTP Lahendong Unit 5 (20
MW) dan Unit 6 (20 MW), dan PLTP Sarulla (110 MW).
b. Bioenergi
Target Investasi di bidang Bioenergi di tahun 2016 yaitu sebesar 0,31 Milliar USD,
sedangkan capaian realisasi investasi di bidang Bioenergi di tahun 2016 yaitu sebesar
0.419 Milliar USD atau sebesar 133% dari target. Realisasi investasi bioenergi tercantum
pada tabel 4.38
Tabel 4.38
Realisasi Investasi Bioenergi Tahun 2016
Sebagai upaya untuk terus meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan bioenergi dan
keberlanjutannya Pemerintah mendorong setiap investor untuk berinvestasi di bidang
bioenergi melalui kebijakan dan regulasi Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2016
sebagai pengganti Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pembelian
Tenaga Listrik oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dari Pembangkit Listrik
Berbasis Biomasssa dan Pembangkit Listrik Berbasis Biogas. Sampai saat ini tercatat telah
ditetapkan sebanyak 15 Badan Usaha sebagai pengembang PLTBm, PLTBg dan PLTSa
dengan total kapasitas 43,3 MW dan total investasi USD 110,59 juta.
Ketersediaan bahan baku menjadi syarat utama dalam melakukan investasi di bidang
bioenergi, namun terkadang sumber bahan baku berbasis bioenergi yang berasal dari
sumber daya hayati tidak dikhususkan untuk menjadi bioenergi atau merupakan hasil
sampingan dari suatu unit usaha (byproduct). Oleh krena itu, sumber bahan baku
menentukan keberlanjutan proyek pengembangan di bidang bioenergi.
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 73
Sumber pendanaan khususnya yang berasal dari pinjaman, memerlukan jaminan dari
ketiga sektor diatas yang telah disebutkan sebelumnya. Dimana pihak penyedia pendanaan
memerlukan jaminan ketersediaan bahan baku, teknologi dan pengelolaan yang baik
dalam mengembangkan invetasi di bidang bioenergi. Oleh karena itu, untuk mendorong
pihak-pihak penyedia pendanaan pada tahap awal diperlukan peran besar pemerintah
dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Oleh karena itu, saat ini pemerintah
mendorong penciptaan iklim investasi yang kondusif melalui penetapan feed in tarrif
untuk pembangkit listrik berbasis bioenergi dan mandatori penggunaan BBN.
Tabel 4.39
Realisasi Investasi Aneka Energi Baru Terbarukan Tahun 2016
Investasi Bidang Aneka Energi Baru Terbarukan (Milliar USD) 0,1 0,056 56
Pada Tabel 4.40 menunjukkan angka realisasi investasi Aneka Energi Baru Terbarukan
tahun 2016. Capaian realisasi tersebut didapat dari investasi APBN Ditjen EBTKE. Nilai
Investasi dari pembangunan pembangkit berbasis EBT dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 4.40
Matriks Nilai Investasi dari Pembangunan PLTMH dan PLTS 2016
d. Konservasi Energi
Target investasi di bidang konservasi energi pada tahun 2016 adalah sebesar 0,00166
Miliar USD, dan realisasi investasi sebesar 0,003 Miliar USD atau capaian sebesar 180%
dari target yang sudah ditetapkan. Realisasi investasi di bidang konservasi energi ini
berasal dari investasi perusahaan di sektor industri yang ikut serta sebagai pilot company
di dalam kegiatan kerjasama Kementerian ESDM dan UNIDO. Investasi konservasi energi
yang dilakukan oleh perusahaan tersebut adalah dengan menerapkan steam system
optimization yaitu memasang kolom destilasi baru untuk menghemat uap. Adapun sumber
pendanaan dari investasi konservasi energi berasal dari capital expenditure (CAPEX)
perusahaan atau pinjaman dari Bank.. Realisasi investasi Konservasi Energi tercantum
pada tabel 4.41
Tabel 4.41
Realisasi Investasi Konservasi Energi Tahun 2016
Tabel 4.42
Anggaran dan Realisasi APBN Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2016
CAPAIAN SETELAH CAPAIAN SEBELUM
NO ESELON II PAGU AWAL SELFBLOCKING PAGU SETELAH SELF REALISASI SELF BLOCKING SELF BLOCKING
BLOCKING (%) (%)
1 2 3 4 5 6 7 = 6/5 8 = 6/3
1 Direktorat Bio Energi (4032) 387.355.276.000 59.614.905.000 327.740.371.000 319.236.442.375 97,41% 82,41%
2 Direktorat Aneka EBT (4033) 1.302.284.940.000 409.847.779.000 892.437.161.000 848.234.603.807 95,05% 65,13%
4 Direktorat Panas Bumi (4035) 32.836.924.000 7.615.527.000 25.221.397.000 25.080.616.944 99,44% 76,38%
Tahun 2016 Direktorat Jenderal EBTKE melakukan penghematan anggaran melalui self
blocking sesuai dengan Instruksi Presiden No.8 Tahun 2016. Setelah self blocking capaian
realisasi anggaran Direktorat Jenderal EBTKE sebesar 95,12%, sedangkan sebelum self
blocking realisasi anggaran adalah sebesar 70,75%. Pencapaian realisasi anggaran
Direktorat Jenderal EBTKE didukung oleh kegiatan Penugasan Langsung kepada BUMN
dalam membangun Infrastruktur EBTKE. Adapun hasil kegiatan fisik Direktorat Jenderal
EBTKE di tahun 2016 dapat dilihat melalui Tabel 4.43.
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 75
Tabel 4.43
Hasil Kegiatan Fisik Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2016
JUMLAH
NO KEGIATAN KAPASITAS Nilai Kontrak (Rp.) %
(UNIT)
1. Tenaga Surya 105 6.615 kW 618.732.115.064 51,7
- PLTS Terpusat 97 3.400 kW 513.461.473.642 42,9
- PLTS On-Grid 2 2.000 kW 62.396.115.602 5,2
- PLTS Bandara 4 1.215 kW 41.883.352.620 3,5
- Revitalisasi PLTS
2 2000 kW**) 991.173.200 0,1
(termasuk luncuran)
2. Tenaga Air 20 2.814 kW 141.373.902.480 11,8
- PLT Mikro Hidro 17 1.114 kW 90.780.308.286 7,6
- PLT Minihidro
2 1.700 kW 49.170.579.194 4,1
(Multiyears)
- Rev italisasi PLTMH 1 30 kW** 1.423.015.000 0,1
3. PLT Bioenergi 5 9.000 kW 218.574.917.000 18,3
- PLT Biogas POME 4 4.000 kW 120.745.917.000 10,1
- PLTD Crude Palm Oil 1 5.000 kW 97.829.000.000 8,2
4. Biogas 5 120 m3 5.891.209.367 0,5
- Biogas Komunal 5 120 m3 5.891.209.367 0,5
5. BBN Storage 14 5.400 KL 48.736.120.000 4,1
- BBN Storage dan
14 5.400 KL 48.736.120.000 4,1
Pendukungnya
Penerangan Jalan
6. 93 9.873 Titik 162.546.025.201 13,6
Umum
- PJU Cerdas (Tenaga
Surya) dan 93 (kota ) 9.873 Titik 162.546.025.201 13,6
Retroitting
130 unit
TOTAL 18.459 kW 1.195.854.289.112 100
PLT *)
Gambar..
Gambar 4.5
Klasifikasi Kegiatan Lelang Berdasarkan Metode Pengadaan
TOTAL
225,796,291,893
(51 Paket)
Lelang Umum
Penugasan
1,048,157,617,247
(73 Paket)
Lelang Umum
Lelang Umum
Penugasan
Penugasan
52.567.908.538
1,022,625,905,757
(36 Paket)
(46 Paket)
Dasar hukum yang digunakan dalam penunjukkan langsung kepada BUMN dalam
melakukan proyek APBN KESDM Tahun Anggaran 2016 adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagimana telah
diubah dua kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2015 dan juga
Keputusan Menteri
ESDM Nomor 536K/20/MEM/2016 tentang Penugasan kepada Badan
Usaha Milik Negara
dalam Pembangunan Infrastruktur Bidang Energi Baru, Terbarukan
dan Konservasi Energi Tahun Anggaran 2016 serta Keputusan Menteri ESDM Nomor
5675K/20/MEM/2016 tentang Penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara dalam
Pembangunan Infrastruktur Bidang Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Tahap Kedua Tahun Anggaran 2016.
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 77
1 Peraturan Pemerintah PP Nomor 28 Tahun Memberikan kepastian terkait besaran dan tata cara
tentang Besaran dan Tata 2016 Pemberian Bonus Produksi kepada pemerintah daerah
Cara Pemberian Bonus penghasil
Produksi Panas Bumi
2 Peraturan Menteri ESDM Permen ESDM Nomor sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah Provinsi dalam hal
tentang Petunjuk Teknis 03 Tahun 2016 koordinasi penyelenggaraan, pelaksanaan kegiatan dan
Penggunaan DAK Bidang anggaran, pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan
Energi Skala Kecil Tahun kegiatan yang dibiayai dari DAK Bidang Energi Skala Kecil
2016 Tahun Anggaran 2016.
4 Peraturan Menteri ESDM Permen ESDM Nomor Mengatur tingkat komponen dalam negeri dalam
tentang Pembelian Tenaga 19 Tahun 2016 penggunaan modul fotovoltaik, mekanisme penawaran
Listrik dari Pembangkit kuota kapasitas dan penetapanm harga pembelian harga
Listrik Tenaga Surya listrik dari PLTS Fotovoltsik oleh PT PLN (Persero)
Fotovoltaik oleh PT PLN
(Persero)
5 Peraturan Menteri ESDM Permen ESDM Nomor M endorong pemanfaatan biomassa dan biogas sebagai
tentang Pembelian Tenaga 21 Tahun 2016 bahan baku pembangkitan tenaga listrik dan pengaturan
Listrik dari Pembangkit mengenai pembelian tenaga listrik oleh PT Perusahaan
Listrik Tenaga Biomassa Listrik Negara (Persero) dari badan usaha
dan Pembangkit Listrik
Tenaga Biogas oleh PT PLN
(Persero)
6 Peraturan Menteri ESDM Permen ESDM Nomor Mengatur pengadaan bahan bakar nabati jenis biodiesel,
tentang Penyediaan dan 26 Tahun 2016 ketentuan veriikasi, pengawasan dan sanksi kepada
Pemanfataan Bahan Bakar Badan Usaha BBM
Nabati Jenis Biodiesel
dalam kerangka
pembiayaan oleh Badan
Pengelola Dana Perkebunan
Kelapa Sawit
7 Peraturan Menteri ESDM Permen ESDM Nomor Dalam rangka memberikan kepastian hukum dalam
tentang Tata Cara 44 Tahun 2016 penempatan dan pencairan komitmen eksplorasi Panas
Penempatan dan Pencairan Bumi dalam bentuk rekening bersama (escrow account)
Komitmen Eksplorasi Panas
Bumi
8 Peraturan ESDM tentang Permen ESDM Nomor Sebagai dasar hukum penyediaan energi berupa
Petunjuk Operasional 3 Tahun 2017 pembanguan instalasi pemanfaatan energi terbarukan
Pelaksanaan Dana Alokasi yang dilaksanakan melalui kegiatan yang didanai dari
Khusus Fisik Penugasan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skala
Bidang Energi Skala Kecil Kecil
RINTAH PU
E
ANG-UNDA M PERATURAN S N
DIRJE EBTK
ND N P
AT
PE
E
MENTERI ESDM
E
U
Undang-Undang
Keputusan Dirjen
No. 30 Tahun 2007 Peraturan EBTKE Nomor
tentang Energi Menteri ESDM Peraturan 979K/73/DJE/2013
No. 10 Tahun 2012 Menteri ESDM Tentang Kuota Kapasitas
Undang-Undang No. 30 Tentang Pelaksanaan No. 4 Tahun 2012 Tentang dan Lokasi PLTS Fotovoltaik
Tahun 2009 tentang Kegiatan Fisik Harga Pembelian Tenaga Listrik Tahun 2013
Ketenagalistrikan Pemanfaatan Energi Oleh PT PLN (Persero) Dari
Baru dan Energi Pembangkit Tenaga Listrik Yang
Terbarukan Menggunakan Energi Keputusan Dirjen
Terbarukan Skala Kecil Dan EBTKE Nomor
Peraturan Menengah Atau Kelebihan 1085K/73/DJE/2013
Menteri ESDM No.17 Tenaga Listrik Tentang Pembentukan
Tahun 2013 Tentang Peraturan Panitia, Sekretariat, dan
Menteri ESDM Nomor Keputusan Dirjen
Pembelian Tenaga Listrik Narasumber Pelelangan
12 Tahun 2014 Tentang EBTKE Nomor
Oleh PT Perusahaan Listrik Kuota Kapasitas PLTS
Pembelian Tenaga Listrik Peraturan 45K/73/DJE/2014 Tentang
Negara (Persero) dari Fotovoltaik Tahun
dari Pembangkit Listrik Menteri ESDM Perpanjangan Masa Kerja
Pembangkit Listrik Tenaga Anggaran 2013
Tenaga Air Oleh PT No.22 Tahun 2014 Panitia Pelelangan,
Surya Fotovoltaik Sekretariat, dan Narasumber
Perusahaan Listrik Tentang Perubahan Atas
Negara (Persero) Peraturan Menteri Energi Pelelangan Kuota Kapasitas
dan Sumber Daya Mineral PLTS Fotovoltaik
Nomor 12 Tahun 2014
Tentang Pembelian
Tenaga Listrik dari
Pembangkit Listrik
Tenaga Air Oleh PT
Perusahaan Listrik
Negara (Persero)
PERDIRJEN EBTKE
Peraturan Direktur Jenderal
EBTKE No.194K/82/DJE/2014
Tentang Pengelolaan Rekening
Bersama (Escrow Account) antara
Badan Usaha Pemenang Pelelangan
Kuota Kapasitas PLTS Fotovoltaik
atau Badan Usaha yang ditetapkan
sebagai Pengembang Sampah Kota
untuk Pembangkit Listrik Dengan
pohon
Direktorat Jenderal EBTKE
regulasi
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 79
DIREKTORAT BIOENERGI
RINTAH PU
E
M PERATURAN S DIRJEN
KEP Keputusan EBT
ANG-UNDAN
AT
PE
D MENTERI ESDM
KE
Menteri ESDM
N No. 0219 K/12/MEM/2010
U
PERDIRJEN
EBTKE
Kepdirjen EBTKE Kepdirjen EBTKE
No. 723 K/10/DJE/2013 No. 722 K/10/DJE/2013
Tentang Standar dan Mutu
(Spesifikasi) Bahan Bakar Tentang Standar dan Mutu
Nabati (Biofuel) Jenis (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati
Biodiesel Sebagai Bahan (Biofuel) Jenis Bioetanol Sebagai Kepdirjen EBTKE
Bakar Lain yang Dipasarkan No. 903 K/10/DJE/2013
di dalam Negeri Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan Tentang Standar dan Mutu
di dalam Negeri (Spesifikasi) Bahan Bakar
Nabati (Biofuel) Jenis Minyak
Kepdirjen EBTKE Nabati Murni untuk Bahan
No. 830 K/10/DJE/2013 Bakar Motor Diesel
Tentang Standar dan Mutu Putaran Sedang
(Spesifikasi) Bahan Bakar Kepdirjen EBTKE
pohon
Nabati Teresterifikasi No. 902 K/10/DJE/2013
Parsial untuk Motor Diesel Tentang Petunjuk Teknis Uji
Putaran Sedang Kadar Bahan Bakar Nabati
(BBN) Di Dalam Campuran
regulasi
Dengan Bahan Bakar
Minyak (BBM)
RINTAH PU
E
M PERATURAN S
ANG-UNDAN
AT
PE
D MENTERI ESDM
UN Undang-Undang G RDIRJEN EBTK
No. 21 Tahun 2014
tentang Panas Bumi
Peraturan Menteri Peraturan Menteri PE E
ESDM No. 11 Tahun 2008 ESDM No.02 Tahun
Undang-Undang No. 30 tentang Tata Cara Penetapan 2009 tentang Pedoman
Tahun 2007 tentang Energi Wilayah Kerja Pertambangan Penugasan Survei Peraturan Dirjen No. 774
Panas Bumi Pendahuluan Panas Bumi K/30/DJE/2014 tentang
Undang-Undang No. 30
Pedoman Penilaian Prestasi
Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan Peraturan Menteri Pengelolaan Bidang
Peraturan Menteri
ESDM No. 02 Tahun 2010 Keselamatan dan Kesehatan
ESDM No. 11 Tahun 2009 tentang Daftar Proyek - Proyek
tentang Pedoman Kerja Serta Lingkungan
Percepatan Pembangunan
Penyelenggaraan Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik yang Panas Bumi
AT
Terkait
Peraturan Peraturan Menteri
TA
PER
Kegiatan Usaha Panas Bumi Percepatan Pembangunan /2011 Tentang Tata Cara
Pemberian Jaminan Kelayakan
Peraturan Pemerintah Pembangkit Tenaga Listrik yang Usaha PT PLN (Persero) untuk
No. 70 Tahun 2010 tentang Menggunakan Energi Pembangunan Pembangkit Tenaga
Perubahan atas Peraturan Terbarukan, Batubara, dan Gas Listrik dengan Menggunakan Energi
Pemerintah No. 59 Tahun serta Transmisi Terkait Terbarukan, Batubara, dan Gas
2009 tentang Kegiatan yang Dilakukan Melalui Kerjasama
Usaha Panas Bumi dengan Pengembang Listrik Swasta
Peraturan Menteri
ESDM No. 22 Tahun 2012
URAN PRESI
tentang Penugasan kepada Peraturan Menteri
ESDM No. 14 Tahun 2013
T D
PT PLN (Persero) untuk
RA
Melakukan Pembelian Tenaga tentang Status Kepemilikan
Listrik oleh PT Perusahaan Aset Panas Bumi yang Berasal
EN
pohon
Menggunakan Energi
Terbarukan, Batubara, dan Gas
serta Transmisi Terkait
regulasi
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 81
KEPUTUSAN MENTERI
Keputusan Menteri ESDM No. 2013 K/30/MEM/2009 Tentang Penugasan Survei Pendahuluan Kepada Keputusan Menteri ESDM No. 2903 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
PT Optima Nusantara Energi di daerah Simbolon-Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Dairi, Bumi Kepada PT Hitay Renewable Energy di Daerah Pegunungan Bromo - Tengger, Kabupaten
Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, kabupaten Malang dan Kota Malang,
Kabupaten Humbang Hasudutan dan Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara Provinsi Jawa Timur.
Keputusan Menteri ESDM No. 2198 K/30/MEM/2010 Tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Keputusan Menteri ESDM No. 2902 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Bumi Kepada PT. PLN (Persero) di Daerah Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB
Bumi Kepada PT Hitay Green Energy di Daerah Gunung Talamau, Kabupaten Pasaman Barat dan
Keputusan Menteri ESDM No. 2199 K/30/MEM/2010 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat
Bumi Kepada PT PLN Geothermal di daerah Mataloko, Kabupaten Ngada, Provinsi NTT
Keputusan Menteri ESDM No. 2492 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Keputusan Menteri ESDM No.1151 K/30/MEM/2011 Tentang Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan
Bumi Kepada PT Bumi Lesugolo Energy di Daerah Lesugolo - Lowogeru, Kabupaten Ende, Provinsi NTT
Panas Bumi di Daerah Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan dan
Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung Keputusan Menteri ESDM No. 2491 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Bumi Kepada PT Energy Kinan Internasional di Daerah Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya
Keputusan Menteri ESDM No.3499 K/30/MEM/2012 Tentang Penetapan Wilayah Penugasan Survei
dan Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat
Pendahuluan Panas Bumi
Keputusan Menteri ESDM No. 1905 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Keputusan Menteri ESDM No.3124 K/30/MEM/2012 Tentang Penetapan Daerah Penghasil dan Dasar
Bumi Kepada PT Jasa Daya Chevron, di Daerah Gunung Geureudong, Kabupaten Aceh Tengah,
Perhitungan Bagian Daerah Penghasil Sumber Daya Alam Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi,
Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh
Pertambangan Panas Bumi, dan Pertambangan Umum (Pertambangan Mineral dan Batubara) untuk
Tahun 2013
Keputusan Menteri ESDM No. 0459 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Keputusan Menteri ESDM No.2849 K/30/MEM/2012 Tentang Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Bumi Kepada PT Star Energy Geothermal Indonesia di Daerah Gunung Hamiding, Kabupaten
Panas Bumi di Daerah Okale Angke, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT Halmahera Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara
Keputusan Menteri ESDM No. 0458 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Keputusan Menteri ESDM No. 2848 K/30/MEM/2012 Tentang Penetapan Wilayah Kerja Panas Bumi di
Bumi Kepada PT Tri Ariesta Dinamika di Daerah Pentadio, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone
Daerah Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB
Bolango dan Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo
Keputusan Menteri ESDM No.2847 K/30/MEM/2012 Tentang Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Keputusan Menteri ESDM No. 2779 K/30/MEM/2014 Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Panas
Panas Bumi di Daerah Kepahiang, Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Raja Lebong, Provinsi Bumi di Daerah Gunung Hamiding, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara
Bengkulu
Keputusan Menteri ESDM no. 2518 K/12/MEM/2012 Tentang Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Keputusan Menteri ESDM No. 2778K/30/MEM/2014 Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Panas
Panas Bumi di Daerah Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Bumi di Daerah Gunung Gede Pangrango, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten
Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur Cianjur, Provinsi Jawa Barat
Keputusan Menteri ESDM No. 2777 K/30/MEM/2014 Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Panas
Keputusan Mnteri ESDM No. 2300 K/30/MEM/2012 tentang Perubahan Kedua Keputusan Menteri
Bumi di daerah Talang - Bukit Kili, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat
ESDM No. 2965 K/80/MEM/2011 Tentabg Penetapan daerah Penghasil dan Dasar Perhitungan Bagian
Daerah Penghasil Pertambangan Umum, pertambangan Panas Bumi, Minyak Bumi dan Gas Bumi
untuk Tahun 2012 Keputusan Menteri ESDM No. 2776 K/30/MEM/2014 Penetapan Wilayah Kerja Panas Pertambangan
Panas Bumi di Daerah Songgoriti, Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, dan Kota Batu, Provinsi Jawa
Keputusan Menteri ESDM No. 2072 K/30/MEM/2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Timur
Menteri ESDM No. 1086 K/30/MEM/2012 Tentang Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Panas
Bumi di daerah Liki Pinawangan, Muaralaboh, Kabupaten Solok Selatan, provinsi Sumatera Barat Keputusan Menteri ESDM No.2775 K/30/MEM/2014 Penetapan Wilayah Kerja Pertambnagan Panas
Bumi di Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Ponorogo, dan
Keputusan Menteri ESDM No. 2071 K/30/MEM/2012 Tentang Penetapan Wilayah Penugasan Survei Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur
Pendahuluan Panas Bumi
Keputusan Menteri ESDM No. 2774 K/30/MEM/2014 Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Panas
Keputusan Menteri ESDM No. 0539 K/30/MEM/2012 tentang Perubahan Atas Keputusan menteri Bumi di Daerah Gunung Pandan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun,
ESDM No. 1534 K/30/MEM/2008 Tentang penetapan Wilayah Kerja Panas Bumi di Daerah Sokoria, Provinsi Jawa Timur
Kabupaten ENDE, Provinsi NTT
Keputusan Menteri ESDM No. 2773 K/30/MEM/2014 Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Panas
Keputusan Menteri ESDM No. 0998 K/36/MEM/2012 Tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi di Daerah Gunung Arjuno Welirang, Kabupaten Mojokerto, kabupaten pasuruan, kabupaten
Bumi Kepada PT Pertamina (Persero) di Daerah Gunung Gede Pangrango, KabupatenBogor, Kabupaten Malang, dan Kota Batu, Provinsi Jawa Timur
Sukabumi dan Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Keputusan Menteri ESDM No. 2192 K/30/MEM/2014 tentang Penegasan Pengusahaan Area Patuha
Keputusan Menteri ESDM No. 3325 K/30/MEM/2012 Tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Kepada PT Geo Dipa Energi (Persero) di Wilayah Kuasa Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
Bumi Kepada PT MRI Energy di daerah Gunung Wilis, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Pangalengan
Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, dan Kabupaten Trenggalek, Provinsi
Jawa Timur. Keputusan Menteri ESDM No. 201 K/30/DJE/2014 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri ESDM
No. 2902 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi Kepada PT Hitay Green
Keputusan menteri ESDM No. 3326 K/30/MEM/2012 Tentang Penugasan Survei pendahuluan Panas Energy di Daerah Gunung Talamau, Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Pasaman Provinsi
Bumi kepada PT Energy Development Corporation Indonesia di Daerah Graho Nyabu, Kabupaten Sumatera Barat
Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, dan Kabupaten Muko-Muko, Provinsi Bengkulu
Keputusan Menteri ESDM No. 202 K/30/DJE/2014 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri ESDM
Keputusan Menteri ESDM No. 3296 K/80/MEM/2013 Tentang Perubahan kedua Atas Keputusan No. 2904 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi Kepada PT Hitay
Menteri ESDM No. 3124 K/80/MEM/2012 tentang Penetapan Daerah Penghasil dan dasar Perhitungan Lawang Energy di Daerah Lawang, Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan
Bagian daerah penghasil Sumber Daya Alam Pertambangan Minyak Bumi dna gas Bumi, Pertambangan
Panas Bumi dan pertambangan Umum (Pertambangan Mineral dan Batu Bara) untuk Tahun 2013 Keputusan Menteri ESDM No. 203 K/30/DJE/2014 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri ESDM
No. 2905 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi Kepada PT Hitay Balai
Keputusan Menteri ESDM No. 2855 K/30/MEM/2013 tentang Penetapan Wilayah Penugasan Survei Kaba Energy di Daerah Gunung Tandikat dan Singgalang, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar
Pendahuluan Panas Bumi dan Kota Padang Panjang Provinsi Sumatera Barat
Keputusan Menteri ESDM No. 2907 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Keputusan Menteri ESDM No. 3193 K/30/MEM/2014 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Bumi Kepada PT Hitay Dingin Energy di Daerah Gunung Dingin, Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu Bumi kepada PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau di Daerah Sekincau Selatan. Kabupaten Lampung
Barat, Provinsi Lampung
Keputusan Menteri ESDM No. 2906 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Bumi Kepada PT. Hitay Tanjung Sakti Energy di Daerah Tanjung Sakti, Kabupaten Empat Lawan, Keputusan Menteri ESDM No. 3419 K/30/MEM/2014 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Kabupaten Lahat, dan Kota Pagaralam, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Bengkulu Selatan, Bumi kepada PT Hitay Rawas Energy di Daerah Krucil Tiris, Kabupaten Probolinggo, kabupaten
dan Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu Lumajang, dan Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur
Keputusan Menteri ESDM No. 2905 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Keputusan Menteri ESDM No. 3418 K/30/MEM/2014 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Bumi Kepada PT Hitay Balai Kaba Energy di Daerah Gunung Tandikat dan Singgalang, Bumi kepada PT Hitay Runcing Energy di Daerah Gunung Raung, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten
Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang Provinsi Sumatera Barat Kabupaten Agam, Jember, dan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur
Keputusan Menteri ESDM No. 2904 K/30/MEM/2013 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Keputusan Menteri ESDM No. 3418 K/30/MEM/2014 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas
Bumi Kepada PT Hitay Lawang Energy di Daerah Lawang, Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Bumi kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) di Daerah Ulumbu, Kabupaten Manggarai,
Selatan Provinsi NTT
RINTAH PU
E
M PERATURAN S
ANG-UNDAN UKSI PRESID
AT
PE
D R
UN Undang-Undang G
MENTERI ESDM STInstruksi Presiden No. 9 E
IN
N
No.30 Tahun 2007 Peraturan Menteri Tahun 1982 tentang
Peraturan Menteri Konservasi Energi
tentang Energi ESDM No. 27 Tahun 2005 ESDMNo. 38 Tahun 2005
Undang-Undang No. 30 tentang Tata Cara tentang Pemberlakuan Standar Instruksi Presiden No. 13
Tahun 2009 tentang Nasional Indonesia Tahun 2011 tentang
Pembubuhan Tanda SNI dan 04-6292.1-2003 Mengenai Penghematan Energi dan Air
Ketenagalistrikan Tanda Keselamatan Peranti Listrik Rumah Tangga dan
Sejenisnya -Keselamatan- Bagian Instruksi Presiden No. 10
UU Nomor 20 Tahun 2014 Tahun 2005 tentang
tentang Standardisasi 1 : Persyaratan Umum, Sebagai
Peraturan Menteri Standar Wajib Penghematan Energi
dan Penilaian
Kesesuaian ESDM No. 11 Tahun 2007 tentang
Pemberlakuan Standar Nasional Peraturan Menteri
Indonesia 04-6292.2.80-2006 Mengenai ESDM No. 13 Tahun 2010
RAN PEMERI
Piranti Listrik Rumah Tangga dan tentang Penetapan Dan
U N Sejenisnya- Keselamatan-Bagian 2-80: Pemberlakuan Standar
AT Peraturan Pemerintah
Kompetensi Manajer Energi
Persyaratan Khusus Untuk Kipas Angin, Bidang Industri
Sebagai Standar Wajib
TA
PER
KE
RI
Energi Nasional 2011 tentang SKKNI Nakertrans No. 323 Tahun Keputusan Menteri
2011 tentang SKKNI Manager No. 207 Tahun 2003 tentang
URAN PRESI
Manager Energi
Energi Pemberlakuan Standar Nasional
T D
RA
Indonesia 19-6659-2002 Mengenai
Peraturan Menteri Tanda Keselamatan- Pemanfaat
Peraturan Menteri
EN
PE
pohon
regulasi
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 83
TAHUN 2008
Peraturan Menteri
Esdm Nomor 25 Tahun
Peraturan Menteri
2013 Tentang Perubahan
Esdm Nomor 32 Tahun
2008 Tentang Penyediaan,
Atas Peraturan Menteri
Esdm Nomor 32 Tahun
TAHUN 2012
Pemanfaatan, Dan Tata
2008 Tentang Penyediaan,
Peraturan Menteri Niaga Bahan Bakar Nabati
Pemanfaatan, Dan Tata
Esdm No. 20 Tentang (Biofuel) Sebagai Bahan Peraturan Menteri
Niaga Bahan Bakar Nabati
Perubahan Kedua Atas Bakar Lain ESDM No. 10 Tentang
(Biofuel) Sebagai Bahan
Peraturan Menteri Esdm Nomor Bakar Lain Pelaksanaan Kegiatan
Peraturan Menteri
32 Tahun 2008 Tentang Fisik Pemanfaatan Energi
Esdm Nomor 12 Tahun 2015
Penyediaan, Pemanfaatan, Dan Baru Terbarukan
Tentang Perubahan Ketiga
Tata Niaga Bahan Bakar Nabati Atas Peraturan Menteri Esdm
(Biofuel) Sebagai Bahan Nomor 32 Tahun 2008 Peraturan Menteri
Bakar Lain Tentang Penyediaan, Peraturan Menteri ESDM No. 14 Tahun 2012
Pemanfaatan, Dan Tata Niaga ESDM No. 18 Tahun 2012 Tentang Manajemen
Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Tentang Perubahan Atas Energi
Sebagai Bahan Bakar Lain Peraturan Menteri Esdm
No 11 Tahun 2009
TAHUN 2014 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kegiatan
Usaha Panas Bumi
Peraturan Menteri
ESDM No. 17 Tentang
Pembelian Tenaga Listrik Dari
PLTP Dan Uap Panas Bumi
Untuk PLTP Oleh PT
TAHUN 2015
Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
Peraturan Menteri ESDM
Nomor 19 Tahun 2015 Tentang
Peraturan Menteri Tentang Pembelian Tenaga Listrik
Peraturan Menteri Dari Pembangkit Listrik Tenaga
ESDM No. 18 Tentang
ESDM Nomor 27 Tahun 2014 Air Dengan Kapasitas Sampai
Pembubuhan Label Tanda
Tentang Pembelian Tenaga Dengan 10 MW (Sepuluh
Hemat Energi Untuk Lampu
Listrik Dari Pembangkit Listrik Megawatt) Oleh PT Perusahaan
Swabalast
Tenaga Biomassa Dan Listrik Negara
Pembangkit Listrik Tenaga
Biogas Oleh PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero)
Peraturan Menteri ESDM
Nomor 29 Tahun 2015 Tentang
pohon
Penyediaan Dan Peemanfaatan
Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Jenis
Biodiesel Dalam Kerangka
Pembiayaan Oleh Badan
regulasi
Pengeloladana Perkebunan
Kelapa Sawit
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Laporan Kinerja / LKj 2016 85
BAB V PENUTUP
Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi
Energi Tahun Anggaran 2016 merupakan media perwujudan pertanggungjawaban atas
pencapaian pelaksanaan visi dan misi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan
Konservasi Energi menuju good governance dengan mengacu pada Rencana Strategis
Tahun 2015 s.d. 2019.
Penyusunan LKj ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri PAN
dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Secara umum pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam tahun 2016 telah
sesuai dengan yang ditargetkan, bahkan diantara sasaran strategis tersebut memperoleh
nilai capaian lebih dari 100 persen. Namun, masih ada beberapa sasaran strategis yang
masih belum mencapai target yang ditentukan. Secara ringkas hasil capaian kinerja Tahun
Anggaran 2016 adalah sebagaimana tercantum pada Tabel Capaian Kinerja:
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
4. Jumlah Produksi
d. Laut MW - - -
f. Angin MW 0,85 0 0
g. Nuklir MW - - -
LK
j DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI