Anda di halaman 1dari 118

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

LKj DITJEN
EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

KATA PENGANTAR

ii
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Sebagai bentuk dukungan kegiatan Reformasi Birokrasi di Lingkungan


Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE)
dalam menata sistem kerja kepemerintahan yang lebih baik (good governance), maka
seluruh kinerja yang telah dilakukan oleh unit-unit selama satu tahun anggaran
akan terangkum dan dilaporkan dalam bentuk Laporan Kinerja. Pelaporan kinerja
ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja dari unit – unit kerja
dalam 1 (satu) tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan
sasarannya.

Laporan Kinerja disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara


dan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 53/2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan laporan kinerja ini menampilkan
proses perencanaan kinerja, kegiatan dalam pencapaian target kinerja, dan monitoring
serta evaluasi pencapaian kinerja.

Dengan tersusunnya Laporan Kinerja Tahun 2018, diharapkan dapat menjadi


bahan masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan, serta
memberikan gambaran, informasi dan acuan bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada
periode selanjutnya sehingga berujung pada peningkatan kepercayaan masyarakat
terhadap Pemerintah, khususnya peningkatan kinerja Ditjen EBTKE.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi

RIDA MULYANA

i
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

RINGKASAN EKSEKUTIF
Kebijakan dan program Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan
Koservasi Energi (Ditjen EBTKE) difokuskan pada peningkatan penyediaan energi,
percepatan penyediaan akses energi modern, kontribusi pada program penurunan
GRK, kontribusi pada PNBP Nasional, dan penghematan devisa energi yang berasal
dari energi terbarukan. Hal ini diharapkan mampu memperkuat kemandirian dan
ketahanan energi nasional yang membawa multiplier effect sebagai penggerak
utama perekonomian nasional. Upaya pemberdayaan energi baru terbarukan sebagai
modal pembangunan tak lepas dari peran Direktorat Jenderal EBTKE, yang konkrit
diwujudkan melalui percepatan penyediaan akses masyarakat terhadap energi
modern, listrik dan bahan bakar.

Realisasi Capaian Kinerja Tahun 2018


Berdasarkan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2018, secara
keseluruhan, dari 19 target indikator kinerja yang harus dicapai, terdapat 10 indikator
kinerja yang mencapai lebih dari 100%; 4 indikator kinerja yang capaiannya antara
91-99%; 0 indikator kinerja yang capaiannya antara 81-90%; 0 indikator kinerja
yang capaiannya 61-80%, dan 5 indikator kinerja yang capaiannya di bawah 60%.
Berdasarkan self assessment, hasil dari pengukuran capaian kinerja organisasi yang
dihitung dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi yang ditetapkan
dari masing-masing indikator kinerja menunjukkan bahwa capaian Ditjen EBTKE
dikategorikan ‘’cukup berhasil’’ dengan nilai capaian sebesar 72,86%. Berikut ini
adalah tabel persentase capaian seluruh indikator kinerja Ditjen EBTKE.

Tabel 1. Data Capaian Kinerja Ditjen EBTKE Tahun 2018

% 81%
- 99 - 90
1%
0
%

4
9

60%
1 0 0% ke a t a s

ke b a w a h
10

ii
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Capaian Kinerja 100% Ke Atas


Terdapat 8 indikator kinerja yang capaiannya di atas
100%. Beberapa di antaranya adalah : (1) PNBP sub sektor
Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (326 %), (2)
Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang ditawarkan melalui
penugasan (100%), (3) Investasi di bidang Panas Bumi,
Bioenergi, dan Konservasi Energi berturut-turut sebesar
(100%; 101,4% dan 124,6%) , (4) Jumlah produksi uap panas
bumi, biofuel, dan biogas , masing-masing capaiannya
sebesar (103,7%;157,32%; dan 101,76%). (5) Intensitas Energi
Pimer (Penurunan Rata - rata 1% per tahun) (100,1%) dan (6)
Penurunan emisi CO2 (112,5%).

Capaian Kinerja 91% - 99%


Terdapat 4 indikator kinerja tahun 2018 yang capaiannya
antara 91% - 99%. Beberapa di antaranya adalah : (1) Jumlah
Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil
(remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan
pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan (99,78%),
(2) Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Panas
Bumi (95%), dan (3) Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit
Listrik Bioenergi (98,8%), dan (4) Persentase Pemanfaatan
BBN pada BBM PSO (96,9%)

Capaian Kinerja 60% Ke Bawah


Terdapat 5 capaian kinerja tahun 2018 yang capaiannya
di bawah 60%. Beberapa di antaranya adalah : (1) Investasi
Aneka EBT (33,77%), (2) Jumlah kapasitas pembangkit air,
surya, dan angin, masing-masing sebesar 19%, 2,93%, dan
56%.

iii
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

SINGKATAN :
B20 : Pencampuran 20% Biodiesel dengan 80% Bahan Bakar Minyak Jenis Solar
BBM : Bahan Bakar Minyak
BBN : Bahan Bakar Nabati
BU : Badan Usaha
COD : Commercial Operation Date
DAK : Dana Alokasi Khusus
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
EBT : Energi Baru Terbarukan
excess power : Pembelian Kelebihan Tenaga Listrik
HIP : Harga Indeks Pasar
IKU : Indikator Kinerja Utama
IPB : Izin Panas Bumi
IPP : Independent Power Producer
JutaKL : Juta Kilo Liter
Lintas EBTKE : Layanan dan Informasi EBTKE
LTSHE : Lampu Tenaga Surya Hemat Energi
MW : Megawatt
NGO : Non Governmnet Organization
off-grid : Sistem Terpisah Jaringan PLN/Menghasilkan Listrik Sendiri
on-grid : Terkoneksi Jaringan PLN
own-use : Penggunaan Listrik Sendiri
PJU-PV : Penerangan Jalan Umum menggunakan Photovoltaic
PK : Perjanjian Kinerja
PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air
PLTAL : Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
PLTB : Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
PLTBg : Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
PLTBm : Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
PLTM : Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
PLTMH : Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
PLTS : Pembangkit Listrik Tenaga Surya
PLTSa : Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
PODES : Potensi Desa
PPA : Power Purchase Agreement
PSO : Public Service Obligation/Kewajiban pelayanan publik
PSPE : Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi
RAN-GRK : Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
RAPBN : Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Renstra-KL : Rencana Strategis kementerian/lembaga
RKP : Rencana Kerja Pemerintah
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
SBM/Miliar Rp : Setara Barrel Minyak/Miliar Rupiah
SIPENAS : Sistem Informasi Persuratan Dinas
TBBM : Terminal Bahan Bakar Minyak
WKP : Wilayah Kerja Panas Bumi

iv
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

DAFTAR ISI
A. KATA PENGANTAR i
B. RINGKASAN EKSEKUTIF ii
C. SINGKATAN iv
D. DAFTAR ISI v

1. BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Dasar Hukum 5
1.3 Tugas Dan Fungsi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan
Konservasi Energi (EBTKE) 5
1.4 Profil Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi 6
1.5 Struktur Organisasi 6
1.6. Sumber Daya Manusia 8
1.7 Anggaran 11
1.8. Isu Strategis 12

2. BAB II RENCANA STRATEGIS 15


2.1. Rencana Strategis Direktorat Jenderal EBTKE 16
2.2. Indikator Kinerja Utama Berdasarkan Perjanjian Kinerja 18
2.3. Perjanjian Kinerja Ditjen EBTKE Tahun 2018 19
2.4. Reviu Perbedaan Target IKU dalam Dokumen PK dan Renstra 21

3. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 27

4. BAB IV PENUTUP 97

5. LAMPIRAN 103

v
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

vi
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

BAB I

PENDAHULUAN

1
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

1.1. Latar Belakang

Gambar 1.1
Sasaran Pengelolaan Energi #EnergiBerkeadilan

Kementerian ESDM mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan


sebagian urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral, termasuk juga dalam
pencapaian visi dan misi Nawacita yang terkait sektor ESDM dan juga beberapa hal terkait dengan
kedaulatan energi untuk bangsa. Oleh karena itu, Kementerian ESDM memiliki kewajiban untuk
mewujudkan “Energi Berkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat, Iklim Usaha dan Pertumbuhan
Ekonomi” demi terciptanya kedaulatan dan kemandirian energi. Dalam kaitannya dengan
tugas dan fungsi Kementerian ESDM khususnya Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan,
dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) menjadi bagian penting untuk mendorong pencapaian
kedaulatan energi melalui beberapa pilar wajib dilaksanakan, yaitu terkait:

1. Rasio Elektrifikasi
Rasio elektrifikasi menandakan tingkat perbandingan jumlah penduduk yang menikmati
listrik dengan jumlah total penduduk di suatu wilayah atau negara. Kontribusi rasio
elektrifikasi dari EBT berasal dari peningkatan kapasitas pembangkit, baik off grid dan on
grid serta penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi. Kedua program tersebut juga
menjadi prioritas Kementerian ESDM dalam rangka peningkatan rasio elektrifikasi nasional.
Pada akhir tahun 2017, rasio elektrifikasi secara nasional (EBT dan non-EBT) mencapai
94,91% dari terdapat 5,09% penduduk Indonesia belum menikmati listrik. Pada tahun 2018,

2
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan target rasio elektrifikasi sebesar 97,5%. Maka
dari itu diperlukan langkah nyata dari Ditjen EBTKE untuk terus berupaya merealisasikan
target rasio elektrifikasi nasional

2. Keberlanjutan
Dalam rangka menjaga keberlanjutan pasokan energi dengan menciptakan iklim bisnis yang
kondusif, Pemerintah khususnya Ditjen EBTKE berupaya untuk memastikan perjanjian jual
beli listrik (power purchase agreement/PPA) secara benar dan seimbang antara PLN dan IPP,
salah satu caranya yaitu dengan mendorong investor untuk membangun PLT EBT. Langkah
tersebut diharapkan agar harga EBT periode mendatang semakin kompetitif. Hingga tahun
2017, telah ditandatangani 70 kontrak IPP renewable dengan PT PLN (Persero), dengan
kapasitas 1.214 MW. Jumlah tersebut meningkat secara signifikan apabila dibandingkan
dengan capaian tahun 2016 dimana kontrak IPP renewable yang berhasil ditandatangani
hanya sebanyak 14 IPP dengan kapasitas sebanyak 116 MW. Tentunya hal ini merupakan
hasil yang menggembirakan di bidang pengembangan EBT. Apabila seluruh kontrak IPP
renewable terealisasi, tentunya akan memperbesar ketersediaan EBT untuk pemanfaatan
optimal.

70
1.214 MW

23
15 14 14
1.251 MW 5
528 MW 1.829 MW 116 MW
366 MW

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Gambar 1 .2
Kontrak EBT yang ditandatangani tahun 2013-2018
3. Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance
dan melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan
dan sumber daya manusia aparatur. Bias diartikan sebagai upaya Pemerintah (khususnya
badan publik) untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat melalui
peningkatan profesionalisme pegawai dan komitmen untuk mewujudkan tata kelola yang
baik (good governance). Beberapa area perubahan reformasi birokrasi di lingkungan Ditjen
EBTKE , diantaranya melalui:

3
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

a. Penyederhanaan perizinan
Sesuai amanat Presiden RI Joko Widodo untuk menata regulasi dan perizinan yang
tumpang tindih dan tidak relevan, maka penyederhanaan proses perizinan bidang
EBT mutlak dilakukan. Hal ini bertujuan agar memudahkan investor untuk berusaha
sehingga dapat menarik investasi bidang EBT, menciptakan lapangan kerja dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Semenjak tahun 2017 Ditjen EBTKE telah
menyederhanakan perizinan sebanyak ...

Jumlah tersebut ditargetkan terus bertambah sehingga masyarakat dapat segera


merasakan dampaknya.

b. Online system
Dalam hal penerapan good governance, Ditjen EBTKE berkomitmen untuk
menerapkan e-government yang berbasis penggunaan informasi dan teknologi
komunikasi, tujuannya untuk meningkatkan kualitas proses layanan kepada warga
masyarakat melalui sistem layanan online. Masyarakat diharapkan dapat menikmati
manfaat langsung dari layanan online secara transparan, pemangkasan biaya dan waktu
serta meminimalisir kemungkinan terjadinya praktik korupsi dalam pelayanan publik
yang dilakukan pemerintah.

Beberapa layanan online yang saat ini terdapat pada Ditjen EBTKE diantaranya: Sistem
Layanan dan Informasi EBTKE (Lintas EBTKE), Sistem Informasi Persuratan Dinas
(SIPENAS), Sistem Monitoring dan Pelaporan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi
(LTSHE), Dashboard EBTKE,dll. Saat ini aplikasi yang masih dalam pengembangan
yaitu aplikasi perizinan EBTKE yang memuat seluruh informasi perizinan di EBTKE.
Penerapan teknologi informasi di Ditjen EBTKE diharapkan dapat dimanfaatkan
untuk urusan perizinan, pengajuan, pelaporan dan pelayanan publik.

c. Good governance
Pembenahan dalam hal pelayanan terhadap masyarakat terus dilakukan Ditjen EBTKE
untuk membantu masyarakat dalam hal akses pelayanan.

4
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

1.2. Dasar Hukum


Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan R/B)
Nomor 53/2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri PAN RB Nomor 12/2015
tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
mengamanatkan Pengendalian dan Evaluasi sebagai wujud penguatan akuntabilitas kinerja dalam
rangka reformasi birokrasi.

Selain Permen PAN R/B, terdapat pula Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 17/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian ESDM dan Keputusan Inspektur
Jenderal Nomor 122.K/07.06/IJN/2016 tentang Petunjuk Teknis atas Reviu Laporan Kinerja
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang mengatur tentang kegiatan monitoring dengan
cara mengamati secara seksama suatu keadaan sehingga semua data masukan atau informasi yang
diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan
yang diperlukan terhadap tindakan selanjutnya.

Beberapa landasan tersebut yang mendasari Direktorat Jenderal EBTKE melakukan


Monitoring dan Evaluasi atas pelaksanaan program dan kegiatan yang mutlak dibutuhkan sebagai
sarana pemantauan kinerja secara periodik, berdasarkan realisasi atas indikator-indikator kinerja
dalam periode tahun berjalan.

1.3. Tugas Dan Fungsi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan,


dan Konservasi Energi (EBTKE)
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
teknis di bidang energi baru, terbarukan, dan konservasi energi. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan di Bidang Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi;
b) Pelaksanaan kebijakan di Bidang Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi;
c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di Bidang Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi;
d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di Bidang Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi
Energi; serta
e) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi
Energi.

5
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

1.4. Profil Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan,


dan Konservasi Energi
Terbentuknya Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen
EBTKE) Kementerian ESDM merupakan langkah penting bagi bangsa dalam upaya percepatan
pengembangan energi baru, terbarukan dan konservasi energi di Indonesia. Pembentukan Ditjen
EBTKE tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara yang berlaku sejak 14 April 2010. Salah satu pasal Perpres menyebutkan
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang energi baru, terbarukan dan
konservasi energi. Sejak awal pendiriannya, tampuk kepemimpinan Ditjen EBTKE sudah berganti
sebanyak tiga kali, adapun Direktur Jenderal yang pernah memimpin memimpin EBTKE, yaitu:
1. Luluk Sumiarso (24 Agustus 2010 s.d 31 Mei 2011)
2. Kardaya Warnika (22 Juli 2011 s.d 1 September 2012)
3. Rida Mulyana (25 Januari 2013 s.d sekarang)

Pembentukan Ditjen EBTKE merupakan salah satu terobosan penting mengingat urgensi
peranan EBTKE dalam bauran energi nasional. Ditjen EBTKE diharapkan dapat bertindak sebagai
pembuat dan pengawal kebijakan untuk mendorong pengembangan EBTKE. Pada tahun 2016
akhir, Ditjen EBTKE mendapat tambahan amanah baru untuk mewujudkan agenda program
prioritas Nawa Cita, khususnya butir ke-3, melalui pengembangan infrastruktur energi baru
terbarukan di daerah terpencil. Salah satu upaya dalam melaksanakan pengembangan infrastruktur
di wilayah terpencil yaitu melalui program Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi atau
lebih dikenal dengan LTSHE. Program ini merupakan upaya Pemerintah dalam membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI, yang
ditujukan bagi masyarakat yang belum mendapatkan akses listrik dalam kurun waktu tiga tahun
mendatang, dengan harapan agar kebutuhan listrik bagi warga negara yang tinggal di kawasan
perbatasan, daerah tertinggal, daerah terisolir dan pulau-pulau terluar (Daerah 3T) dapat terpenuhi
menuju pemerataan kesejahteraan.

1.5. Struktur Organisasi


Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, struktur
organisasi dari Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi terdiri dari:
a) Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi;
b) Direktorat Panas Bumi;
c) Direktorat Bioenergi;
d) Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan; dan

6
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

e) Direktorat Konservasi Energi.


f ) Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE
Adapun struktur organisasi Direktorat Jenderal EBTKE seperti terlihat pada gambar 1.2.

Gambar 1.3
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal EBTKE

Selama tahun 2018 terdapat rotasi pimpinan unit eselon II, diantaranya:
1. Direktur Panas Bumi semula dijabat Ir. Yunus Saefulhak, M.Sc. dengan masa jabatan 2 tahun
7 bulan yaitu sejak tanggal 29 Mei 2015 sampai dengan 8 Januari 2018, kini digantikan oleh
Ir. Ida Nuryatin Finahari M.Eng.
2. Direktur Bionergi semula dijabat oleh Drs. Sudjoko Harsono Adi, M.M. dengan masa 3
tahun yaitu sejak tanggal 19 Februari 2016 sampai dengan 15 Februari 2018, kini digantikan
oleh Andriah Feby Misna, S.T., M.T.
3. Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan dijabat oleh sebelumnya Ir. Maritje Hutapea dengan
masa 2 tahun 7 bulan yaitu sejak tanggal 07 Mei 2015 sampai dengan 8 Desember 2017, kini
digantikan oleh Harris, S.T., M.T.
4. Direktur Konservasi Energi dijabat yang sebelumnya dijabat Ir. Sugeng Mujiyanto, M.Sc.,
M.Env.Eng. Sc. dengan masa 5 bulan yaitu sejak tanggal 08 Januari 2018 sampai dengan 3
Mei 2018, kini digantikan oleh Dr. Ir. Hariyanto, M.T. Posisi tersebut diemban Beliau sejak
tanggal 19 Juli 2018 sampai sekarang.
5. Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE dijabat oleh Noor Arifin
Muhammad, S.T., M.Sie. sejak tanggal 30 Maret 2017 menggantikan Dr. Ir. Hendra
Iswahyudi, M.Si. yang telah menjabat selama 8 bulan yaitu sejak tanggal 20 Juli 2016 sampai
dengan 28 Februari 2017.

7
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

1.6. Sumber Daya Manusia


Untuk mengemban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, saat ini tahun 2018 Direktorat
Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi memiliki Kekuatan Pegawai sebagaimana
tabel 1.1 - 1.4:

Tabel 1.1
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi

Jenis Persentase
No Unit Jumlah
Pria Wanita (%)
1 Setditjen EBTKE 43 30 73 20,80
2 Dit. Panas Bumi 53 24 77 21,94
3 Dit. Bio Energi 26 24 50 14,25
4 Dit. Aneka EBT 33 26 59 16,81
5 Dit. Konservasi Energi 40 13 53 15,10
Dit. Renbang
6 34 5 39 11,11
Infrastruktur EBTKE
Jumlah Total 229 122 351 100 %

Tabel 1.2
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Menurut Usia

RANGE USIA
JUM
No. UNIT 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-60
LAH
P W P W P W P W P W P W P W P W
Setditjen Energi Baru,
1 0 0 9 3 9 12 8 3 7 5 3 4 3 2 4 1 73
Terbarukan dan KE
2 Dit Panas Bumi 0 0 9 7 16 8 11 3 5 1 2 0 5 5 5 0 77
3 Dit Bio Energi 0 0 2 3 8 11 4 3 3 2 3 3 3 2 3 0 50
Dit Aneka Energi Baru dan
4 0 0 8 9 6 8 5 2 4 0 5 5 1 1 4 1 59
Energi Terbarukan
5 Dit Konservasi Energi 0 0 8 4 14 2 5 3 4 2 3 1 3 1 3 0 53
Dit Renbang dan
6 0 1 4 1 11 2 6 0 4 0 4 1 2 0 3 0 39
Infrastruktur EBTKE
JUMLAH TOTAL 0 1 40 27 64 43 39 14 27 10 20 14 17 11 22 2 351

8
LKj Ditjen EBTKE | 2018
Tabel 1.3
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Menurut Pendidikan

TINGKAT PENDIDIKAN

Sarmud/Diploma S1 S2 S3
NO UNIT SD SLTP SLTA Spesialis JUM
1 LAH
Eksakta Sosial Eksakta Sosial Eksakta Sosial Eksakta Sosial

P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W
Setditjen
Energi Baru,
1 0 0 0 0 8 4 0 0 3 0 12 3 11 20 0 0 4 1 5 2 0 0 0 0 73
Terbarukan
dan KE

Dit Panas 0
2 0 0 0 0 3 1 0 0 0 1 36 17 2 3 0 9 2 2 0 0 0 1 0 77
Bumi

Dit Bio
3 0 0 0 0 4 1 0 0 0 0 11 12 5 5 0 0 2 4 4 1 0 1 0 0 50
Energi

Dit Aneka
Energi Baru
4 0 0 0 0 1 2 0 1 0 0 22 20 2 2 0 0 7 0 1 0 0 0 0 0 59
dan Energi
Terbarukan

Dit Konservasi
5 0 0 0 0 3 1 1 0 0 0 26 8 5 3 0 0 3 1 2 0 0 0 0 0 53
Energi

Dit Renbang
dan
6 0 0 0 0 7 0 1 0 1 1 15 3 6 1 0 0 3 0 1 0 0 0 0 0 39
Infrastruktur
EBTKE
JUMLAH TOTAL 0 0 0 0 26 9 2 1 4 2 122 63 31 34 0 0 28 8 15 4 0 1 1 0 351

LKj Ditjen EBTKE | 2018


DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

9
10
Tabel 1.4
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Menurut Golongan

LKj Ditjen EBTKE | 2018


GOLONGAN

I II III IV
UNIT JMLH
No.
KERJA TOT
I/a I/b I/c I/d II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d
JMLH JMLH JMLH JMLH
P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W
Setditjen
Energi Baru,
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 8 10 5 10 13 7 5 3 7 60 1 0 2 0 1 0 1 0 5 73
Terbarukan
dan KE
Dit Panas
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 9 22 9 6 3 9 2 70 4 0 2 1 0 0 0 0 7 77
Bumi
Dit Bio
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 5 3 10 11 2 3 4 4 42 1 2 2 1 0 0 0 0 6 50
Energi
Dit Aneka
Energi Baru
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 8 5 7 16 7 1 7 2 53 1 1 2 0 0 0 0 0 4 59
dan Energi
Terbarukan
Dit
5 Konservasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 11 1 16 6 4 1 6 2 47 1 1 2 0 0 0 0 0 4 53
Energi
Dit Renbang
6 dan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 7 10 2 7 2 4 1 4 0 30 1 0 1 0 0 0 0 0 2 39
Infrastruktur
JUMLAH TOTAL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 18 2 0 0 21 54 25 72 57 30 14 33 17 302 9 4 11 2 1 0 1 0 28 351
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

1.7 Anggaran
Dalam rangka pelaksanaan tugas mewujudkan tujuan dari kementerian ESDM, Direktorat
Jenderal EBTKE telah menetapkan program Pengelolaan Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi,
dengan anggaran tahun 2018 sebesar Rp 1.722.218.242.000. Anggaran tersebut yang diuraikan
menjadi kegiatan-kegiatan sebagaimana tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Tahun 2018. Anggaran belanja tahunan Direktorat Jenderal EBTKE pada umumnya
dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan program-program yang
memberikan dampak secara langsung kepada masyarakat. Oleh sebab itu, lebih dari 50% anggaran
Direktorat Jenderal EBTKE setiap tahunnya dibelanjakan untuk infrastruktur, demi memenuhi
kebutuhan masyarakat akan energi.

2,1 2,1
1,7
1,3 1,3 1,3

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Gambar 1.4
Pagu Direktorat Jenderal EBTKE Periode 2013-2018

Adapun rincian pagu anggaran Tahun 2018 dari masing-masing unit di lingkungan Direktorat
Jenderal EBTKE terlihat pada tabel 1.5.

Tabel 1.5
Pagu Anggaran Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2018

No. Unit Eselon II Pagu Anggaran (Rp)

1. Sekretariat Direktorat Jenderal EBTKE 94.799.232.000


2. Direktorat Panas Bumi 17.935.807.000
3. Direktorat Bioenergi 15.079.299.000
4. Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan 15.307.598.000
5. Direktorat Konservasi Energi 16.735.950.000
6. Direktorat Perencanaan dan pembangunan Infrastruktur 1.562.360.356.000
Total 1.722.218.242.000

11
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

1.8. Isu Strategis


Sebagai perwujudan dari agenda prioritas Presiden Jokowi yang termaktub dalam Nawa Cita,
khususunya Nawa Cita ketiga, yaitu: ‘’Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”, Kementerian ESDM khususnya Ditjen
EBTKE, berupaya berkontribusi dalam hal mewujudkan energi berkeadilan melalui beberapa
program.
Program yang memiliki dampak positif diantaranya penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat
Energi (LTSHE). LTSHE merupakan lampu tenaga surya yang praktis, mudah pemasangannya dan
relatif tidak memerlukan perawatan khusus, dapat beroperasi maksimum hingga 60 jam, sangat
cocok untuk rumah pedesaan yang secara geografis terisolir, dengan distribusi penduduk yang
tersebar. LTSHE didistribusikan secara gratis kepada masyarakat tertentu yang tempat tinggalnya
belum tersambung listrik dari jaringan PT PLN hingga 3 tahun ke depan, serta berada di kawasan
perbatasan dan daerah 3T (terpencil, terdepan, dan terluar). Pelaksanaan Program LTSHE
merupakan upaya Pemerintah untuk menerangi rumah-rumah di desa-desa terpencil.

Dasar hukum program LTSHE yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2017 tentang Penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi Bagi Masyarakat Yang Belum
Mendapatkan Akses Listrik yang telah ditandatangani pada tanggal 12 April 2017. Perpres 47/2017
mengatur tentang ketentuan terkait penyediaan, pengawasan distribusi, peran Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah serta aturan terkait badan usaha pelaksana penyedia LTSHE. Peraturan
lainnya yang mendasari terselenggaranya program LTSHE yaitu Peraturan Menteri ESDM Nomor
5 Tahun 2018 (sebagai perubahan dari Permen 33 /2017) tentang Tata Cara Penyediaan Lampu
Tenaga Surya Hemat Energi bagi Masyarakat yang Belum Mendapatkan Akses Listrik. Dalam
peraturan tersebut dijelaskan tentang mekanisme pelaksanaan program LTSHE yang mekanisme
pelaksanaannya didasarkan pada usulan tertulis dari pemerintah daerah terkait kegiatan fisik
pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan dan ditujukan kepada Menteri c.q. Direktur
Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.

Sumber data penerima manfaat LTSHE awalnya menggunakan Data Potensi Desa (Podes)
yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik sebagai dasar penentuan pertama target penerima
manfaat LTSHE. Namun dalam perkembangannya, dilakukan pula pemutakhiran sumber data
penerima manfaat LTSHE yang dilakukan melalui koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan
survey ke setiap desa. Hasil akhir dari pendataan tersebut berupa tabel calon penerima LTSHE
dengan menyebutkan nama penerima, alamat, tanda identitas penerima dan Surat Pernyataan
Kesediaan Menerima Hibah dari masing-masing calon Penerima LTSHE yang diwakilkan oleh
camat, kepala desa/lurah setempat atau pejabat yang setara. Pemutakhiran data tersebut sesuai
dengan ketentuan yang tercantum pada Pasal 9 Permen ESDM Nomor 5 Tahun 2018, yaitu Badan
Usaha penyedia LTSHE bertanggungjawab atas verifikasi calon penerima LTSHE berdasarkan data
lokasi pelaksanaan.

12
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Program LTSHE merupakan program strategis yang terdapat pada Direktorat Perencanaan
Pembangunan dan Infrastruktur EBTKE. Program ini diharapkan dapat mendorong pengembangan
program desa mandiri energi, mendorong penyediaan energi yang berasal dari sumber energi baru
dan energi terbarukan, mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan infrastruktur
keenergian di wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan, kepulauan kecil dan terluar, pasca bencana,
dan/atau pasca konflik serta menjadi percontohan pengusahaan energi baru dan energi terbarukan.

Selain LTSHE, dibangunnya PLTB Sidrap dengan kapasitas 75 MW yang berlokasi di


Pabbaresseng, Desa Mattirotasi, Watang Pulu, Sidrap, Sulawesi Selatan, juga merupakan bentuk
keseriusan Pemerintah dalam mengoptimalkan penggunaan sumber listrik dari Energi Baru
Terbarukan Rencananya, listrik yang dihasilkan yang dihasilkan dapat mengaliri kurang lebih
67.000 s.d 72.000 pelanggan listrik, dan akan dialirkan ke pelanggan melalui jaringan PLN on-
grid.

Pada tahun 2018 diberlakukan upaya terobosan berupa Penugasan Pengembangan Wilayah
Kerja Panas Bumi kepada BUMN tanpa mekanisme lelang sesuai UU 21/2014. Adanya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi telah menghasilkan kerangka kerja baru dalam
pengembangan Panas Bumi di Indonesia, dimana pemberian izin pemanfaatan langsung hanya
memerlukan izin dari pemerintah pusat saja, tidak lagi memerlukan izin dari gubernur, bupati/
walikota wilayah setempat. Perubahan kerangka kerja yang baru telah menghasilkan mekanisme
penetapan WKP tahun 2018 melalui penawaran dan penugasan, tanpa lelang.

Campur tangan pemerintah atas pengadaan Biodiesel yang diperluas ke sektor non PSO
sebagai tindak lanjut atas pelaksanaan Permen ESDM no 41/2018 juga telah membantu dalam
peningkatan signifikan atas produksi biodiesel tahun 2018.

Pada bidang konservasi energi, pelaksanaan konservasi energi sangat berkaitan erat dengan
perilaku individu yang sangat dipengaruhi oleh budaya keluarga dan masyarakat sekitarnya. Maka
dari itu, Direktorat Jenderal EBTKE telah berupaya untuk meningkatkan kesadaran dengan
cara memberikan diseminasi secara massif, sistematis dan berkesinambungan terkait pentingnya
konservasi energi dan cara efektif dalam melakukan penghematan energi.

13
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

14
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

BAB II

RENCANA
STRATEGIS

15
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

2.1. Rencana Strategis Direktorat Jenderal EBTKE



Tahun 2018 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Menengah 2015-2019. Sebagai landasan operasional dari RPJMN dimaksud, Direktorat
Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) menetapkan Rencana
Strategis (Renstra) Ditjen EBTKE Tahun 2015-2019 yang penyusunannya dilakukan bersinergi
dengan RPJMN Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Perpres No. 2 Tahun 2015
yang telah ditandatangani tanggal 8 Januari 2015.

Renstra Ditjen EBTKE Tahun 2015-2019 selanjutnya menjadi pedoman dalam rangka
pencapaian sasaran pembangunan nasional di bidang energi baru terbarukan. Dalam renstra,
terdapat beberapa sasaran strategis yang ingin dicapai Ditjen EBTKE setiap tahunnya. Sasaran
strategis tersebut tertuang dalam Permen ESDM No.13/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2015-2019, diantaranya:
1. Meningkatkan diversifikasi energi
2. Meningkatkan efisiensi energi dan pengurangan emisi
3. Mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor ESDM
4. Meningkatkan investasi sektor ESDM
5. Meningkatkan akses dan infrastruktur energi

Berdasarkan dokumen RPJMN 2015-2019, fokus utama Ditjen EBTKE dalam upaya
mendukung rencana strategis Kementerian ESDM yaitu terkait dengan peningkatan bauran energi
baru dan terbarukan (EBT). Rencana tersebut diharapkan dapat membantu pengembangan dan
pengoptimalan pemanfaatan EBT, melalui : (i) bauran EBT sebesar 10-16 Persen; (ii) kapasitas
terpasang pembangkit listrik EBT (PLTP, PLTA dan PLTMH) sebesar 7,5 GW; (iii) pelaksanaan
pilot project reaktor daya PLTN dengan kapasitas sekitar 10 MW ; dan (iv) pelaksanaan pilot
project pembangkit listrik tenaga arus laut minimal 1 MW.

Faktanya, pemanfaatan EBT hingga kini masih belum maksimal. Berdasarkan catatan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), bauran pemanfaatan sumber energi
hingga saat ini masih dikuasai oleh energi fosil. Jika dilihat secara nasional, sumber energi dari
minyak bumi masih menjadi tumpuan utama masyarakat Indonesia dengan persentase sebesar 47
persen. Disusul kemudian batu bara dan gas bumi masing-masing telah termanfaatkan 24 persen.
Sisanya, yaitu sebanyak lima persen, EBT menyumbang porsinya dalam bauran pemanfaatan energi
nasional. Jika ditinjau, angka lima persen pun tergolong sedikit lantaran hanya 59 juta setara barel
minyak dalam setahun.

16
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Dilator belakangi atas kondisi tersebut, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional akhirnya mengeluarkan jurus baru yang diyakini
ampuh, yakni menggenjot pemanfaatan EBT, dan mengerem penggunaan sumber energi fosil. Dalam
kebijakan tersebut, target bauran EBT pada 2020 disebut sebesar 17 persen. Sedangkan, pada 2025
mendatang, pemanfaatan EBT diharapkan sampai 23 persen. Atas permasalahan tersebut, Ditjen
EBTKE telah merilis lima langkah pengembangan EBT. Pertama, dengan menambah kapasitas
pembangkit untuk produksi energi. Dalam beberapa tahun ke depan, pembangunan pembangkit
listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) akan digencarkan.
Langkah kedua, dengan menambah penyediaan akses terhadap energi modern bagi daerah terisolasi,
khususnya pembangunan energi perdesaan dengan mikrohidro, tenaga surya, biomassa, dan biogas.
Ketiga, dengan mengurangi biaya subsidi BBM, dimana substitusi PLTD dengan pembangkit EBT
dapat mengurangi subsidi. Sedangkan, langkah keempat dan kelima adalah mengurangi emisi gas
rumah kaca dan penghematan energi besar-besaran.

Terkait hal tersebut, terdapat Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja yang menjadi lingkup
tugas dan tanggung jawab Ditjen EBTKE, yang dalam pelaksanaannya sangat berkaitan dengan
tujuan dan sasaran strategis Kementerian ESDM, seperti tercantum pada tabel 2.1:

Tabel 2.1
Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Ditjen EBTKE 2015-2019

Tujuan: Terjaminnya Penyediaan Energi dan Bahan Baku Domestik


Sasaran: Meningkatkan Diversifikasi Energi
Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Kapasitas terpasang MW 13.137,4 13.997,9 15.459,0 16.996,2
pembangkit listrik EBT
a. PLTP
b. PLT Bioenergi MW 1.438,5 1.712,5 1976,0 2.609,5 3.194,5
c. PLTA dan MW 1.892,0 2.069,4 2.291,9 2.559,3 2.871,8
PLTMH MW 8.341,7 9.252,0 9.591,7 10.080,0 10.620,0
d. PLTS MW
e. PLT MW 76,9 92,1 118,6 180,0 260,3
Bayu/Hybrid MW 5,8 11,5 19,8 30,2 45,4
f. PLT Arus Laut MW 0,0 0,0 0,0 0
MW 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

2 Produksi biofuel Juta KL 4,07 6,48 6,71 6,96 7,21


a. Biodiesel Juta KL 3,91 6,31 6,53 6,77 7,02
b. Bioethanol Juta KL 0,16 0,17 0,18 0,19 0,19

Tujuan: Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Sektor ESDM


Sasaran: Mengoptimalkan Penerimaan Negara dari Sektor ESDM
3 Penerimaan Negara Triliun Rp 0,58 0,63 0,67 0,73 0,78 17
LKj Ditjen EBTKE | 2018
Sektor ESDM (Panas
Bumi)
Tujuan: Terwujudnya Peningkatan Investasi Sektor ESDM
2 Produksi biofuel Juta KL 4,07 6,48 6,71 6,96 7,21
a. Biodiesel Juta KL 3,91 6,31 6,53 6,77 7,02
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
b. Bioethanol Juta KL 0,16 0,17 0,18 0,19 0,19

Tujuan: Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Sektor ESDM


Sasaran: Mengoptimalkan Penerimaan Negara dari Sektor ESDM
3 Penerimaan Negara Triliun Rp 0,58 0,63 0,67 0,73 0,78
Sektor ESDM (Panas
Bumi)
Tujuan: Terwujudnya Peningkatan Investasi Sektor ESDM
Sasaran: Meningkatkan Investasi Sektor ESDM
4 Investasi Sektor ESDM Miliar US$ 4,500 3,302 3,903 5,805 3,707
(EBTKE)
a. Panas Bumi Miliar US$ 0,900 1,100 1,600 1.910 1,280
b. Bioenergi Miliar US$ 0,300 0,300 0,400 0,380 0,420
c. Aneka EBT Miliar US$ 3,300 1,900 1,900 3,500 2,000
d. Konservasi Miliar US$ 0,000 0,002 0,003 0,005 0,007
Energi
Tujuan: Penyediaan Energi dan Bahan Baku Domestik
Sasaran: Meningkatkan Efisiensi dan Pengurangan Emisi
5 Intensitas Energi SBM/Miliar 428,2 477,3 472,6 467,8 463,2
Rp
6 Penurunan Emisi CO2 Juta Ton 14,71 16,79 20,60 23,57 28,48

2.2. Indikator Kinerja Utama Berdasarkan Perjanjian Kinerja


Untuk mewujudkan sasaran strategis Kementerian ESDM, khususnya Ditjen EBTKE,
terdapat beberapa indikator kinerja utama yang digunakan sebagai acuan dalam
mencapai tujuan-tujuan nasional. Penetapan indikator kinerja utama Direktorat
Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tertuang di dalam Permen
ESDM No.22 tahun 2015 sebagaimana tercantum dalam tabel 2.2:

Tabel 2.2
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN SASARAN STRATEGIS


1. PNBP sub sektor Energi Baru, Triliun Rp. Terwujudnya Peran Penting sub
Terbarukan, dan Konservasi Energi sektor Energi Baru, Terbarukan,
dan Konservasi Energi
2. Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi Meningkatnya investasi sub
WKP
yang ditawarkan sektor Energi Baru, Terbarukan,
3. Investasi di bidang EBTKE Miliar US$ dan Konservasi Energi
a. Panas Bumi Miliar US$
b. Bioenergi Miliar US$
a. Aneka Energi Baru dan Terbarukan Miliar US$
d. Konservasi Energi Miliar US$

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN SASARAN STRATEGIS


4. Jumlah Produksi Meningkatnya kemampuan
18 pasokan energi untuk domestik
- Uap
LKj Ditjen panas
EBTKE bumi
| 2018 Juta Ton
- Biofuel Juta KL
- Biogas Ribu M3
a. Panas Bumi Miliar US$
b. Bioenergi Miliar US$
a. Aneka Energi Baru dan Terbarukan DIREKTORAT
Miliar US$ JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
d. Konservasi Energi Miliar US$

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN SASARAN STRATEGIS


4. Jumlah Produksi Meningkatnya kemampuan
- Uap panas bumi Juta Ton pasokan energi untuk domestik
- Biofuel Juta KL
- Biogas Ribu M3
5. Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah
Tangga di wilayah terpencil (remote) Kepala
dan atau daerah perbatasan yang Keluarga/Rumah
dilistriki dengan pembangkit berbasis Tangga
Energi Baru dan Terbarukan
6. Jumlah Kapasitas Terpasang Meningkatnya pembangunan
Pembangkit Listrik Energi Baru dan infrastruktur energi
Terbarukan:
a. Panas Bumi MW
b. Bioenergi
- untuk bahan bakar minyak juta KL
- untuk pembangkit listrik MW
c. Air MW
d. Surya MW
e. Angin MW
7. Intensitas Energi Pimer (Penurunan Meningkatkan efisiensi
SBM/ Miliar Rp
Rata - rata 1% per tahun) pemakaian dan pengelolaan
energi
8. Penurunan emisi CO2 Juta Ton
9. Persentase Pemanfaatan BBN pada Meningkatnya pengembangan
BBM PSO (usaha mikro, usaha berbagai sumber energi dalam
%
perikanan, usaha pertanian, rangka diversifikasi energi
transportasi dan pelayanan umum)
10. Persentase Pemanfaatan BBN pada
BBM non-PSO (transportasi, industri, %
dan komersial, pembangkit listrik)

2.3. Perjanjian Kinerja Ditjen EBTKE Tahun 2018



Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui
perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara
penerima dan pemberi amanah untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasar
pada sumber daya yang dimiliki oleh suatu intansi. Perjanjian Kinerja mengacu pada
Rencana Kinerja Tahunan serta menggambarkan target kinerja yang ingin dicapai
dalam satu tahun pelaksanaan anggaran. Keberhasilan Perjanjian Kinerja diukur
melalui instrumen yang disebut Indikator Kinerja. Indikator Kinerja memuat capaian-
capaian kinerja dalam satu tahun anggaran. Pengukuran capaian kinerja dilakukan
dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator
kinerja.

19
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Sesuai Peraturan Menteri ESDM No 13 Tahun 2015, target kinerja Direktorat


Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Tahun 2018 berisikan
penjabaran target yang tercantum pada Renstra Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (Renstra Kementerian ESDM) Tahun 2015-2019.

Format yang digunakan dalam Perjanjian Kinerja berisikan tentang sasaran


strategis, indikator kinerja utama organisasi serta target kinerja dan anggaran. Hal ini
mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53/2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Berdasarkan landasan tersebut, target kinerja yang tercantum pada Perjanjian


Kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Tahun
2018 sebagaimana tercantum dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3
Target Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2018

TARGET
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018
Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
dalam penerimaan negara
1. PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Triliun Rp . 0,7
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang ditawarkan :
2. a. Melalui Lelang 0
b. Melalui Penugasan 5
3. Investasi di bidang EBTKE
a. Panas Bumi Miliar US$ 1,21
b. Bioenergi Miliar US$ 0,072
c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan Miliar US$ 0,718
d. Konservasi Energi Miliar US$ 0,005
Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik
4. Jumlah P roduksi
- Uap panas bumi Juta Ton 97,84
- Biofuel Juta KL 3,92
- Biogas*) ribu M3 24.786
Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil
Kepala
5. (remote ) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan 250.013
Keluarga
pembangkit berbasis Energi Ba ru dan Terbarukan*)

TARGET
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018

20Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi


Jumlah
LKj Ditjen Kapasitas
EBTKE | 2018 Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan
6.
Terbarukan*):
a. Panas Bumi MW 2058,5
b. Bioenergi MW 1.881
- Biogas*) ribu M3 24.786
Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil
Kepala
5. (remote ) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan 250.013
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, Keluarga
TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
pembangkit berbasis Energi Ba ru dan Terbarukan*)

TARGET
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018

Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi


Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan
6.
Terbarukan*):
a. Panas Bumi MW 2058,5
b. Bioenergi MW 1.881
c. Air MW 167,02
d. Laut MW -
e. Surya MW 51,11
f. Angin MW 135
g. Nuklir MW -
Sasaran strategis: Meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi
SBM/ Milliar
7. Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata - rata 1% per tahun) 429
Rp
8. Penurunan emisi CO 2*) Juta ton 35,6
Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energi
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO (usaha mikro, usaha
9. % 20
perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelaya nan umum)
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non -PSO (transportasi,
10. % 15
industri, dan komersial, pembangkit listrik)
Keterangan: *) Perhitungan kumulatif

2.4. Reviu Perbedaan Target IKU dalam Dokumen PK dan


Renstra

Dalam perkembangannya, hasil reviu terhadap Perjanjian Kinerja Ditjen EBTKE


Tahun 2018 menunjukkan adanya perbedaan beberapa Indikator Kinerja Utama (IKU)
dalam Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) dengan target IKU yang tercantum dalam
Dokumen Renstra Eselon I. Perbedaan tersebut tidak saja meliputi penentuan angka
target namun juga nomenklatur. Beberapa hal yang menyebabkan perbedaan tersebut
dijelaskan dalam tabel 2.4.

21
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

23
LKJ 2018
Reviu Target IKU dalam Dokumen PK dan Renstra
Tabel 2.4

22
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

24
LKJ 2018

23
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

25
LKJ 2018

24
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

26
LKJ 2018

25
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

26
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

BAB III

Akuntabilitas
KINERJA

27
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

3.1 Capaian Kinerja Organisasi


Analisis capaian kinerja dilakukan terhadap capaian sasaran strategis dan sasaran program.
Analisis capaian sasaran program juga dilakukan sebagai pendukung capaian kinerja sasaran strategis
yang dilakukan terhadap indikator kinerja utama. Pengukuran capaian kinerja Direktorat Jenderal
Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tahun 2018 dilakukan dengan cara membandingkan
antara target dengan realisasi yang ditetapkan dari masing-masing indikator kinerja.
(Realisasi Kinerja)
Capaian kinerja = X 100%)
(Target Kinerja)
Penilaian setiap indikator kinerja menggunakan interprestasi penilaian dengan pengukuran skala
ordinal yaitu:
Tabel 3.1
Kategori Capaian Kinerja
Urutan Skala Ordinal Kategori
1. X ≥ 90 % Sangat Berhasil
2. 80 % ≤ X < 90 % Baik (Berhasil)
3. 60 % ≤ X < 80 % Cukup Berhasil
4. X < 60 % Tidak Berhasil

Untuk capaian masing-masing indikator kinerja sasaran disimpulkan berdasarkan “Metode


Rata-Rata Data Kelompok”. Penyimpulan capaian sasaran tersebut dijelaskan berikut ini:
Penyimpulan pada tingkat sasaran dilakukan dengan mengalikan jumlah indikator untuk setiap
kategori (sangat berhasil,berhasil, cukup berhasil dan kurang berhasil) yang ada disetiap kelompok
sasaran dengan nilai mean (rata-rata) skala ordinal dari setiap kategori, dibagi dengan jumlah
indikator yang ada di kelompok sasaran tersebut. Rumus menghitung capaian sasaran:
Jumlah indikator setiap katagori x Nilai mean setiap katagori
Capaian kinerja = X 100%)
Jumlah Indikator Sasaran

Nilai mean setiap kategori ditetapkan sebagai berikut :


Sangat Berhasil : 95,5
Berhasil : 85,5
Cukup Berhasil : 70,5
Kurang Berhasil : 40,5
Tidak Berhasil : 10,5

Hasil perkalian tersebut disimpulkan kembali berdasarkan skala pengukuran ordinal dengan
katagori sangat berhasil, berhasil,cukup berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil. Berdasarkan
penilaian sendiri (self assesment) didapatkan capaian Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE tahun
2018 cukup berhasil, karena dari 19 (sembilan belas) indikator kinerja, terdapat 1 (satu) indikator
kinerja yang skalanya kategori kurang berhasil dan 1 (satu) indikator kinerja yang skalanya kategori
tidak berhasil , selain itu semuanya berada pada skala ordinal ≥ 95,5%. Berikut ini rincian target
dan realisasi pencapaian kinerja Direktorat Jenderal EBTKE tahun 2018, berdasarkan perjanjian
kinerja tahun 2018, sebagaimana tercantum dalam tabel 3.1.

28
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.1
Capaian Kinerja
TARGET CAPAIAN
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
dalam penerimaan negara

1. PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, Triliun Rp. 0,7 2,28 326
dan Konservasi Energi
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang
ditawarkan :
2.
a. Melalui Lelang 0
b. Melalui Penugasan 5 5 100
3. Investasi di bidang EBTKE
a. Panas Bumi Miliar US$ 1,21 1,21 100
b. Bioenergi Miliar US$ 0,072 0,073 101,4
c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan Miliar US$ 0,718 0,2425 33,77
d. Konservasi Energi MiliarUS$ 0,005 0,00623 124,6
Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik
4. Jumlah Produksi
- Uap panas bumi Juta Ton 97,84 101,47* 103
- Biofuel Juta KL 3,92 6,16**) 153,32
- Biogas*) ribu M3 24.786 25.670 101,76
Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga
di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah Kepala
5. 250.013 249.453 99,78
perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit Keluarga
berbasis Energi Baru dan Terbarukan*)
Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi
Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit
6. Listrik Energi Baru dan Terbarukan*):
a. Panas Bumi MW 2058,5 1.948,5 95
b. Bioenergi MW 1.881 1858.5 98,80
c. Air MW 167,02 31,04 19
d. Laut MW -
e. Surya MW 51,11 1,5 2,93
f. Angin MW 135 75 56
g. Nuklir MW -
Sasaran strategis: Meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi
Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata-rata SBM/ Milliar
7. 429 428,6 100,1
1% per tahun) Rp
8. Penurunan emisi CO2*) Juta ton 35,6 43,8 112,5
Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energi
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO
9. (usaha mikro, usaha perikanan, usaha % 20 19,38 96,90
pertanian, transportasi dan pelayanan umum)
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM
10. non-PSO (transportasi, industri, dan % 15 7,66 51,07
komersial, pembangkit listrik)
Keterangan: *) Perhitungan kumulatif

29
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Jika dilihat dari rata-rata tengah dari 19 (Sembilan belas) indikator, dihasilkan capaian sasaran
Direktorat Jenderal EBTKE tahun 2018 adalah 72,86% atau dalam kategori “cukup berhasil”,
dengan dasar perhitungan sebagai berikut:

([1 x 95,5]+[1 x 95,5]+[4x 70,5]+[3 x 95,5]+[1 x 95,5]+[5 x 40,5]+[1 x 95,5]+[1 x 95,5]+[1 x 95,5]+[1 x 40,5])
Capaian Sasaran= = 72,86
19

Parameter ini diharapkan menjadi pendorong peningkatan kinerja pada tahun berikutnya. Analisis
dan rincian kegiatan atas capaian kinerja Direktorat Jenderal EBTKE (Ditjen EBTKE) tahun 2018,
disajikan pada penjelasan berikut ini.

SASARAN 1: TERWUJUDNYA PERAN PENTING SUB SEKTOR ENERGI BARU,


TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI DALAM PENERIMAAN NEGARA

Peran Ditjen EBTKE dalam rangka mewujudkan penerimaan negara yaitu berkaitan dengan
Jumlah Realisasi PNBP dari sektor Panas Bumi terhadap target APBN. Adapun capaian PNBP
Subsektor EBTKE terlihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2
Capaian PNBP Subsektor EBTKE

TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)

Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
dalam penerimaan negara
Sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Triliun
0,70 2,28 326
Energi Rp.

Tabel 3.3
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi PNBP Panas Bumi
Periode 2015-2018

INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018

Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
dalam penerimaan negara
Penerimaan Negara Bukan Pajak Renstra 0,58 0,63 0,67 0,73
Panas Bumi (Triliun Rp)
Perjanjian Kinerja 0,58 0,63 0,65 0,70
Realisasi 0,884 0,907 0,93 2,28

30
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Dari tabel 3.2 dapat disimpulkan bahwa penerimaan PNBP sampai dengan Triwulan IV Tahun
2018 adalah sebesar Rp 2.280 Milyar atau sebesar 326% dari target di tahun 2018 yaitu sebesar
0,70 Triliun Rupiah (Rp 700 Milyar), sedangkan tabel 3.3 menunjukkan perbandingan antara
target yang tercatat dalam Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Kinerja periode tahun 2015-
2018, dimana realisasi PNBP dari tahun ke tahun terus meningkat dan tahun 2018 dicatat sebagai
tahun terbaik dalam realisasi PNBP, meningkat signifikan sebesar 326%.

Gambar 3.1
Jumlah PNBP Periode 2014-2018

Tingginya capaian PNBP di Triwulan IV Tahun 2018 disebabkan karena:


- Rendahnya realisasi biaya operasi (Opex) akibat penundaan kegiatan pengeboran 3 sumur
make up di area Wayang Windu yang akan dilaksanakan pada Triwulan IV 2018 dan 2019;
- Adanya biaya claim insurance pengeboran pada area Wayang Windu;
- Penambahan penerimaan sebesar Rp. 631,88 Milliar yang berasal dari saldo cadangan sebesar
Rp. 628,81 Milliar dan penyetoran hasil audit PGE sebesar Rp. 3,07 Milliar.
- Meningkatnya Kurs dari target 14.300 menjadi 15.000;
- Adanya penugasan 8 WKP kepada PT PLN pada tahun 2018;
Di sisi lain dilakukan pencabutan IPB terhadap 3 WKP, yaitu WKP Cisolok, WKP Tampomas,
dan WKP Guci, sehingga tidak memberikan PNBP pada tahun 2018. Jumlah PNBP dari masing-
masing WKP dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut:

31
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.4
Rincian PNBP Panas Bumi

No WKP Pengembang PNBP 2018


1 Gn Salak Chevron GeothermaL Salak Rp359,023,391,827
2 Darajat Chevron Geothermal Indonesia Rp293,479,087,253
3 Wayang Windu Star Energy Wayang Windu Rp544,673,257,919
4 Ulubelu PT PGE Rp28,485,692,756
5 Lahendong PT PGE Rp21,067,345,743
6 Kamojang PT PGE Rp379,156,474,343
7 Gunung Ungaran PT PLN Rp898,666,180
8 Atadei PT PLN (Persero) Rp940,885,397
9 Cisolok PT Jabar Rekind Geothermal Rp0
10 Tampomas Wka Jabar Power Rp0
11 Gunung Rajabasa PT Supreme Energy Rajabasa Rp588,656,505
12 Jaboi PT Sabang Geothermal Energy Rp213,749,862
Liki Pinangawan
PT Supreme Energy Muaralaboh Rp1,722,544,034
13 Muaralaboh
14 Sokoria PT Sokoria Geothermal Indonesia Rp1,283,765,748
Sorik Marapi -
PT Sorik Marapi Geothermal Power Rp1,896,849,085
15 Roburan - Sampuraga
16 Rantau Dedap PT Supreme Energy Rantau Dadap Rp1,069,352,441
17 Blawan - Ijen PT Medco Cahaya Geothermal Rp1,888,405,242
18 Telaga Ngebel PT Bakrie Darmakarya Energi Rp967,869,507
19 Baturaden PT Sejahtera Alam Energi Rp743,661,342
20 Guci PT Spring Energy Sentosa Rp0
21 Kaldera Danau Banten PT Sintesa Banten Geothermal Rp3,142,315,972
22 Cibuni PT Kop Jasa Keahlian Teknosa Rp28,772,396
23 Mataloko PT PLN (Persero) Mataloko Rp60,083,976
24 Ulumbu PT PLN (Persero) Ulumbu Rp1,102,524,683
25 Songa Wayaua PT PLN (Persero) Rp1,282,861,050
Candi Umbul
PT Geo Dipa Energy (Persero) Rp1,087,144,825
26 Telomoyo
27 Arjuno Welirang PT Geo Dipa Energy (Persero) Rp641,732,091
28 Gn.Talang Bukit Kili PT Hitay Daya Energy Rp814,227,747
29 Way Ratai PT Enel Green Power Optima Way Ratai Rp2,175,019,440
30 Gn.Lawu PT Pertamina Geothermal Energy Lawu Rp1,938,165,413
31 Gn.Tangkuban Parahu PT PLN Rp1,348,300,836
32 Gn Sirung PT PLN Rp265,379,440
33 Kepahiang PT PLN Rp1,214,104,342
34 Danau Ranau PT PLN Rp156,683,682
35 Oka Ile Ange PT PLN Rp457,916,800
TOTAL PNBP Produksi dan Iuran Tetap Rp1,653,814,887,876
PBB Belum menghasilkan -Rp48,017,729,740
Hasil Audit BPKP Rp41,917,727,907
Pengembalian pencadangan PPN Reimbursement yang belum terealisasi Rp632,861,636,352
TOTAL PNBP 2018 Rp2,280,576,522,395.98

32
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

SASARAN 2 : MENINGKATNYA INVESTASI SUB SEKTOR ENERGI BARU, TERBARUKAN,


DAN KONSERVASI ENERGI

Peran Ditjen EBTKE dalam upaya meningkatkan investasi subsektor EBTKE menggunakan
parameter jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang ditawarkan. Pada tahun 2018, terdapat
lima Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang telah ditawarkan melalui skema Penugasan BUMN.
Capaian Jumlah WKP yang ditawarkan pada sektor Panas Bumi dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5
Capaian Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi Tahun 2018

TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan
WKP
Konservasi Energi:
a. Melalui Lelang 0 - -
b. Melalui Penugasan 5 5 100
Jumlah Wilayah yang dilakukan Penugasan Survei Wilayah
Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) - 8 -
PSPE

Pada tahun 2018 diberlakukan upaya terobosan berupa Penugasan Pengem-bangan Wilayah
Kerja Panas Bumi kepada BUMN tanpa mekanisme lelang sesuai UU 21/2014. Adanya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi telah menghasilkan kerangka kerja baru
dalam pengembangan Panas Bumi di Indonesia. Sebelumnya, berdasarkan undang-undang lama,
UU Nomor 27/2003 mengatur tentang izin pemanfaatan tidak langsung (izin untuk menghasilkan
listrik) dikeluarkan oleh Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan wilayah setempat,
namun pada UU 21/2014, kewenangan tersebut diubah, tidak lagi berdasarkan izin yang dikeluarkan
oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota, melainkan hanya memerlukan izin dari pemerintah pusat
saja. Dengan kerangka kerja baru berdasar UU 21/2014, selain lelang, dimungkinkan adanya
penugasan yang diberikan pemerintah kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan
Layanan Usaha (BLU). Hal itu berakibat pada pelaksanaan pengembangan WKP tahun 2018 tanpa
mekanisme lelang dengan jumlah capaian wilayah kerja panas bumi yang lebih rendah dibanding
capaian tahun 2017. Hal ini terjadi sebagai dampak atas pelaksanaan UU No 21/2014 tersebut.
Perbandingan hasil capaian tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.6.

33
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.6
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Jumlah WKP yang
ditawarkan Periode 2015-2018

INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2015 2016 2017 2018

Sasaran strategis: Meningkatnya investasi subsektor Energi, Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Wilayah Kerja Panas Renstra 5 8 8 8 1. Rincian Target PK Tahun 2017:5 WKP
Bumi yang dilelang dan 3 WKP ditugaskan
Perjanjian
ditawarkan/dilelang 5 8 8 5 2. Rincian Realisasi
Kinerja
- Tahun 2015: 5 WKP dilelang
(WKP)
- Tahun 2016: 8 WKP dilelang
- Tahun 2017: 10 WKP ditugaskan
- Tahun 2018: 5 WKP ditawarkan
3. Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi
(WKP) yang dilelangkan Tahun 2018
lebih rendah karena penerapan upaya
terobosan berupa Penugasan
Realisasi 5 8 10 5 Pengembangan Wilayah Kerja Panas
Bumi kepada BUMN tanpa mekanisme
lelang sesuai UU 21/2014.
4. Direktorat Panas Bumi mengusulkan
untuk merubah nomenklatur Indikator
Kinerja menjadi “Wilayah Kerja yang
Ditawarkan” untuk mengakomodir
skema Penugasan BUMN dan PSPE.

Inovasi lain yang dilakukan Ditjen EBTKE selain melakukan penawaran dan penugasan
WKP, yaitu dengan menerapkan skema pengembangan panas bumi yang baru, yaitu Penugasan
Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE).

Terkait hal tersebut, terdapat usulan perubahan nomenklatur pada Indikator Kinerja Utama (IKU)
tahun 2018 semula Wilayah Kerja Panas Bumi yang dilelangkan, menjadi “Wilayah Kerja yang
Ditawarkan”. Hal ini dilakukan dalam rangka mengakomodir skema Penugasan BUMN dan
Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE).
Proses penawaran WKP yang telah dilakukan tahun 2018, antara lain:
a. WKP Oka Ile Ange, Nusa Tenggara Timur (berdasarkan SK Menteri ESDM Nomor
1862K/30/MEM/2018 tanggal 7 Juni 2018);
b. WKP Gunung Sirung, Nusa Tenggara Timur (berdasarkan SK Menteri ESDM Nomor
1863K/30/MEM/2018 tanggal 7 Juni 2018);
c. WKP Danau Ranau, Lampung (berdasarkan SK Menteri ESDM Nomor 1864K/30/
MEM/2018 tangal 8 Juni 2018)
d. WKP Gunung Ciremai, melalui surat PT Geo Dipa Energi (Persero) No. 092/PST.00-
GDE/V/2018 tanggal 7 Mei 2018 menyampaikan permohonan untuk diberikan penugasan
pengusahaan panas bumi di WKP Gunung Ciremai dan evaluasi terhadap proposal
penugasan dan program kerja WKP Ciremai telah selesai dilaksanakan sehingga dapat

34
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

diberikan penugasan kepada PT Geo Dipa Energi (Persero). Direktur Utama PT Geo Dipa
Energi (Persero) melalui surat No. 287/PST.00-GDE/XI/2018 tanggal 23 November 2018
menyampaikan keputusan untuk menunda kesempatan penugasan WKP Gunung Ciremai
dikarenakan kebijakan harga listrik dari PT PLN (Persero) yang belum memungkinkan
dilakukan pengembangan.
e. WKP Wapsalit, melalui surat PT PLN (Persero) No. 1188/DAN.01.01/DIRUT/2018
tanggal 19 April 2018 menyampaikan permohonan untuk diberikan penugasan pengusahaan
panas bumi di WKP Sumani dan WKP Wapsalit. Direktur Utama PT PLN melalui Surat
No. 3535/DAN.01.01/DITREG-JBTBN/2018 tanggal 20 Desember 2018 menyampaikan
bahwa untuk saat ini PT PLN (Persero) belum dapat mengembangkan WKP Wapsalit dengan
pertimbangan:
1) Sistem panas bumi di WKP Wapsalit termasuk dalam sistem panas bumi non vulkanik;
2) Sistem panas bumi di WKP Wapsalit termasuk dalam medium entalphi dengan
perhitungan temperatur reservoir 180 – 198oC; dan
3) potensi sumber daya dengan perhitungan monte carlo sebesar 1,21 MW (P50).

Penerapan skema pengembangan panas bumi yang baru, yaitu Penugasan Survei Pendahuluan
dan Eksplorasi (PSPE) terseburt dinilai dapat mempercepat pengembangan panas bumi dan
menarik investasi ke dalam sektor panas bumi.
Pada tahun 2018, juga telah dilakukan delapan proses penawaran wilayah dan PSPE, dengan rincian
sebagai berikut:
1. PSPE melalui mekanisme Kontes, yaitu:
a. PT Hitay Bumi Energy untuk PSPE di Daerah Gunung Geureudong Provinsi Aceh
dengan SK Nomor 2/1/PSPB/PMA/2018 tanggal 6 Agustus 2018;
b. PT Sumbawa Timur Mining untuk PSPE di Daerah Hu’u Daha Provinsi Nusa Tenggara
Barat dengan SK Nomor 1/1/PSPB/PMA/2018 tanggal 6 Agustus 2018;
c. PT ORMAT Indonesia untuk PSPE di Daerah Klabat Wineru Provinsi Sulawesi Utara
dengan SK Nomor 3/1/PSPB/PMA/2018 tanggal 5 September 2018; dan
2. PSPE kepada pelaksana PSP yang wilayah penugasannya telah ditetapkan menjadi wilayah
kerja, yaitu:
a. PT EDC Indonesia untuk PSPE di Daerah Graho Nyabu Provinsi Jambi melalui
Keputusan Menteri ESDM Nomor 1866 K/30/MEM/2018 tanggal 21 Juni 2018;
b. PT Star Energy Geothermal Indonesia untuk PSPE di Daerah Hamiding Provinsi
Maluku Utara melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 1869 K/30/MEM/2018
tanggal 21 Juni 2018;
c. PT Hitay Tanjung Sakti Energy untuk PSPE di Daerah Tanjungsakti Provinsi Sumatera
Selatan dan Provinsi Bengkulu melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 1868 K/30/
MEM/2018 tanggal 21 Juni 2018;

35
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

d. PT Star Energy Geothermal Suoh Sekincau untuk PSPE di Daerah Sekincau Selatan
Provinsi Lampung melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 1870 K/30/MEM/2018
tanggal 21 Juni 2018;
e. PT Optima Nusantara Energi untuk PSPE di Daerah Simbolon Samosir Provinsi
Sumatera Utara melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 1867 K/30/MEM/2018
tanggal 21 Juni 2018

SASARAN 3: MENINGKATNYA INVESTASI SUB SEKTOR ENERGI BARU, TERBARUKAN,


DAN KONSERVASI ENERGI INVESTASI BIDANG EBTKE

Investasi yang dikembangkan bidang BETKE meliputi investasi dari sektor Panas Bumi, Bioenergi,
Aneka EBT dan Konservasi Energi. Capaian yang berhasil direalisasikan sepanjang tahun 2018
dapat terlihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7
Capaian Investasi Bidang EBTKE

TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)

Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Investasi di bidang EBTKE
a. Panas Bumi Miliar US$ 1,21 1,21 100
b. Bioenergi Miliar US$ 0,072 0,073 101,4
c. Aneka Energi Baru danTerbarukan Miliar US$
0,718 0,2425 33,77
d. Konservasi Energi Miliar US$ 0,005 0,00623 124,6

Tabel 3.7 menunjukkan bahwa pada tahun 2018, realisasi investasi di Bidang
EBTKE, telah mencapai 1,53 Milyar US$ atau setara dengan Rp 20,68 Triliun (kurs
= Rp 13.500), atau sebesar 76,39 % dari total target investasi subsektor EBTKE pada
tahun 2018 (2,005 Miliar US$). Sedangkan perbandingan capaian investasi subsektor
EBTKE periode 2015 hingga 2018 terlihat dalam tabel 3.8

36
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.8
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Capaian Investasi
Periode 2015-2018

INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2015 2016 2017 2018

Sasaran strategis: Meningkatnya investasi subsektor Energi, Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Investasi Bidang Renstra 0,94 1,14 1,61 1,91 PNBP Tahun 2018 lebih tinggi dari
Panas Bumi target Renstra semula karena:
Perjanjian
(Miliar US$) 0,94 0,96 1,1 1,21 - Rendahnya realisasi biaya operasi
Kinerja
(Opex) akibat penundaan kegiatan
pengeboran.
Realisasi 0,876 1,1133 1,152 1,21 - Terdapat beberapa WKP yang
ditugaskan kepada BUMN.
Peningkatan Kurs Dolar.
Investasi Renstra 0,28 0,31 0,35 0,38 angka investasi pada renstra
Bioenergi (Miliar ditetapkan pada tahun 2015 dengan
Perjanjian
US$) 0,28 0,31 0,595 0,072 angka kumulatif setiap tahunnya,
Kinerja
angka PK pada tahun 2015-2016
masih mengikuti angka renstra
namun pada 2017 angka PK
dinaikkan karena melihat capaian
Realisasi 0,439 0,419 0,749 0,073 tahun-tahun sebelumnya yang
melebihi angka renstra, sedangkan
untuk tahun 2018 angka PK tidak
kumulatif perhitungan berdasarkan
capaian per tahunnya.
Investasi Aneka Renstra 3,26 1,89 1,92 3,5 Menyesuaikan dengan RUPTL
EBT (Miliar PT PLN (Persero) 2018-2027
Perjanjian
US$) 3,26 0,1 0,197 0,718
Kinerja
Realisasi 0,92 0,056 0,06 0,2425
Investasi Bidang Renstra 0 0,00166 0,00273 0,00499 Investasi bidang konservasi energi
Konservasi Energi dimulai pada tahun 2016.
Perjanjian
(Miliar US$) 0 0,002 0,003 0,005
Kinerja
Realisasi 0 0,015 0,00358 0,00623

Secara umum, capaian investasi subsektor EBTKE tahun 2018 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, hanya saja pada sektor Aneka EBT hasilnya kurang
menggembirakan. Hal ini berkaitan erat dengan kendala-kendala yang dihadapi antara lain terkait:
perubahan regulasi/kebijakan di bidang EBT (harga patokan berdasarkan Permen ESDM 50/2017
menyebabkan pengembang sulit mencapai pemenuhan pembiayaan (financial close) dari pendana/
investor) dan ketersedian dana murah/soft loan di dalam negeri yang masih terbatas. Sebagai solusi
atas permasalahan tersebut, pemerintah berupaya lebih berperan dalam hal penetapan harga,
memberi kepastian kepada (calon) investor, dan mendorong pengembangan EBT pada wilayah
Indonesia Bagian Timur karena di wilayah tersebut harga pembangkitan listrik masih cukup tinggi.

37
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Panas Bumi
Realisasi investasi sektor Panas Bumi hingga akhir tahun 2018 adalah sebesar 1,21 Milliar US$(Rp
18 T) atau sebesar 100% dari target di tahun 2018. Besarnya realisasi investasi panas bumi banyak
dipengaruhi oleh progress pekerjaan dilapangan yang berjalan pada semester 2 sehingga alokasi
biaya proyek terbesar berada di akhir tahun. Adapun rincian investasi dari pengembang PLT Panas
Bumi tahun 2018 sebagaimana tabel 3.9.

Tabel 3.9
Rincian Investasi Pengembang PLT Panas Bumi Tahun 2018

No Jenis PLT Lokasi Nama Pengembang Nilai Investasi (USD)

1 Kab. Garut dan Kab. Bandung, Jawa PT. Pertamina Geothermal


PLTP 19.701.624
Barat Energy
Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Utara,
2 Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa PT. Pertamina Geothermal
PLTP 23.715.087
Tenggara, Kota Manado, Kota Energy
Tomohon, Sulawesi Utara
3 PT. Pertamina Geothermal
PLTP Kab. Tanggamus, Lampung 27.729.967
Energy
Kab. Muara Enim, Kab. OKU, Kab.
4 PT. Pertamina Geothermal
PLTP OKU Selatan, Kab. Lahat, Kab. Kaur 86.047.499
Energy
,Sumatera Selatan dan Bengkulu
Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab.
5 PT. Pertamina Geothermal
PLTP Majalengka, Kab. Sumedang, Kab. 10.743.494
Energy
Ciamis, Jawa Barat
Kab. Rejang Lebong, Kab. Lebong,
6 PT. Pertamina Geothermal
PLTP Kab. Musi Rawas, Kab. Musi Rawas 84.723.981
Energy
Utara, Bengkulu dan Sumatera Selatan
Kab. Kerinci, Kab. Pesisir Selatan,
7 Kota Sungai Penuh, Kab. Muko PT. Pertamina Geothermal
PLTP 5.981.778
Muko, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Energy
Barat
8 PT. Pertamina Geothermal
PLTP Kab. Karo, Sumatera Utara 73.624
Energy
9 PLTP Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara Sarulla Operation Ltd 302.951.955
10 Kab. Garut dan Kab. Bandung, Jawa Star Energy Geothermal Darajat
PLTP 39.551.000
Barat II Ltd
11 Kab. Sukabumi dan Kab. Bogor, Jawa Star Energy Geothermal Salak
PLTP 46.900.000
Barat Ltd
12 Star Energy Geothermal Wayang
PLTP Kab. Bandung, Jawa Barat 1.090.903
Windu, Ltd
Kab. Wonosobo, Kab. Banjarnegara,
13 PLTP Kab. Temanggung, Kab. Kendal, Kab. PT. Geo Dipa Energi 2.960.673
Batang, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah
14 PLTP Kab. Bandung, Jawa Barat PT. Geo Dipa Energi 131.071
15 PLTP Kab. Manggarai, NTT PT. PLN (Persero)
7.305.366

38
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

No Jenis PLT Lokasi Nama Pengembang Nilai Investasi (USD)

16 Kota Ambon dan Kab. Maluku


PLTP PT. PLN (Persero) 110.667
Tengah, Maluku
17 PLTP Kab. Bandung, Jawa Barat PT. KopJasa Keahlian Teknosa 401.137
Kab. Wonosobo, Kab. Banjarnegara,
18 PLTP Kab. Temanggung, Kab. Kendal, Kab. PT. Geo Dipa Energi 163.012
Batang, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah
19 Kab. Ponorogo dan Kab. Madiun, Jawa
PLTP PT. Bakrie Darmakarya Energi 5.114.193
Timur
20 PT. Sokoria Geothermal
PLTP Kab. Ende, NTT 31.878.317
Indonesia
21 PLTP Kota Sabang, Aceh PT. Sabang Geothermal Energy 5.707.000
22 Kab. Bondowoso, Kab. Banyuwangi,
PLTP PT. Medco Cahaya Geothermal 706.675
Kab. Situbondo ,Jawa Timur
23 Kab. Mandailing Natal PT. Sorik Marapi Geothermal
PLTP 173.849.958
,Sumatera Utara Power
24 Kab. Muara Enim, Kab. Lahat, Kota PT. Supreme Energy Rantau
PLTP 177.226.631
Pagar Alam, Sumatera Selatan Dedap
25 PLTP Raja Basa PT. Supreme Energy Rajabasa 3.730.943
26 PT. Supreme Energy Muara
PLTP Muara Laboh 107.343.186
Laboh
Kab. Banyumas, Kab. Tegal, Kab.
27 PLTP Brebes, Kab. Purbalingga dan Kab. PT. Sejahtera Alam Energi
43.406.109
Pemalang, Jawa Tengah
28 Kab. Serang dan Kab. Pandeglang,
PLTP PT. Sintesa Banten Geothermal
Banten 1.266.941
29 PLTP Kab. Lembata, NTT PT. PLN (Persero) 180.665
30 PLTP Kab. Solok, Sumatera Barat PT. Hitay Daya Energy 1.843.482
31 Kab. Subang, Kab. Bandung, Kab.
PLTP PT. PLN (Persero) 227.390
Purwakarta, Jawa Barat
32 PLTP Kab. Ngada, NTT PT. PLN (Persero) 122.421
33 Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh Tengah, PT. Pertamina Geothermal
PLTP 693.623
Kab. Aceh Utara, NAD Energy
34 Kab. Halmahera Selatan, Maluku
PLTP PT. PLN (Persero) 181.876
Utara
Kab. Pesawaran, Kab. Tanggamus,
35 PT. Enel Green Power Optima
PLTP Kab. Lampung Selatan, Kota Bandar
Way Ratai 1.005.043
Lampung, Lampung
Total Investasi 1.214.767.292

Bioenergi
Pada sektor Bioenergi, besaran investasi yang dicapai sepanjang tahun 2018 adalah sebesar US$
0,073 Miliar atau 101,4% dari target yang ditetapkan atau sebesar US$ 0,072 Miliar. Nilai investasi
ini berasal dari pengembangan PLT Bioenergi. Penyebab nilai investasi melampaui target yang telah
ditetapkan karena saat ini investasi Biodiesel telah berada pada kondisi over supply, dimana supply
atas kapasitas terpasang Biodiesel lebih besar secara signifikan daripada demand. Adapun rincian
dari investasi sektor Bioenergi tahun 2018 tercantum dalam tabel 3.10.

39
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.10
Rincian Investasi Pengembang PLT Bioenergi Tahun 2018

Jenis Kapasitas Nilai Investasi


No Lokasi (Provinsi) Nama Pengembang
PLT (MW) (USD)
1 PT Rezeki Perkasa
PLTBm Kalimantan Barat 10 8.712.341
Sejahtera Lestari
2 PLTBg Kalimantan Selatan PT Nagata Bio Energi 2 2.172.654
3 PT PN II (Kwala
PLTBg Sumatera Utara 1 2.113.610
Sawit)
4 PT PN II (Pagar
PLTBg Sumatera Utara 1 2.113.610
Merbau)
5 PT Energi Karya
PLTBm Bangka Belitung 6 10.170.000
Persada
6 PLTSA Jawa Timur PLTSA Benowo 9 36.345.500
7 PT Bangka Biogas
PLTBg Bangka Belitung 2 6.058.082
Synergy
8 PT Merauke Narada
PLTBm Papua 3,5 5.374.710
Energi
Total Investasi 73.060.507

Aneka EBT
Capaian investasi sektor Aneka EBT pada tahun 2018 adalah sebesar 0,2425 Milyar US$ dengan
rincian sebagaimana tercantum pada tabel 3.11.

Tabel 3.11
Rincian Investasi Pengembang PLT Aneka EBT Tahun 2018

Jenis PLT/ Nama Perusahaan Kapasitas Nilai Investasi


No Lokasi
Nama PLT Pengembang (MW) (USD)
Desa Matirotasi, Kec.
PLT Bayu/ PLTB UPC Sidrap Bayu
1 Watang Puluh, Kab. 75 182.899.481
Sidrap Energi
Sidendeng Rappang
PLT Mini Hidro/ Desa Pusaka Jaya, Kec. PT Pembangkitan
2 8,8 14.303.704
PLTM Pusaka 1 Pasir Kuda, Cianjur Pusaka Parahiyangan

PLT Mini Hidro/ Kec. Cisewu, Kab. PT Sinergi Solusi


3 6,46 24.170.929
PLTM Cilaki 1B Garut, Jawa Bar at Utama
Desa Nanggumba, Kec.
PLT Mini Hidro/ PT. Energi sakti
4 Pakat, Kab. Humbang 8 2.851.852
PLTM Pakkat Sentosa
Hasundutan
PLT Mini Hidro/
Sungai Ali Nengar, Desa PT. Gayo Lues
5 PLTM Nengar 1 2.740.741
Perlak, Kec. Tripe Jaya Mentalu
(excess power )
S. Saluran Irigasi Loda -
PLT Mini Hidro/
6 gung, Desa Jegu, Kec. Perum Jasa Tirta I 1,3 3.333.333
PLTM Lodagung
Sitojayan Kab. Blitar

40
LKj Ditjen EBTKE | 2018
Jenis PLT/ Nama Perusahaan Kapasitas Nilai Investasi
No Lokasi
Nama PLT Pengembang (MW) (USD)

PLT Mini Hidro/ Desa Jorong Bateh, Kec. PT. Pesisir Hodro
S. Saluran Irigasi Loda -
PLT Mini Hidro/
6 gung, Desa Jegu, Kec. Perum Jasa Tirta I 1,3 3.333.333
PLTM Lodagung
Sitojayan Kab. Blitar
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Jenis PLT/ Nama Perusahaan Kapasitas Nilai Investasi


No Lokasi
Nama PLT Pengembang (MW) (USD)

PLT Mini Hidro/ Desa Jorong Bateh, Kec. PT. Pesisir Hodro
7 4 10.451.477
PLTM Guntung Palupuh, Kab. Agam Energi
PLT Mini Hidro/ Desa Karang Bayar,
PT. Tirta Daya
8 PLTM Karang Kec. Lingsar, Kb. 1,3 1.719.519
Lombok
Bayan Lombok Barat
Total Investasi 242.471.036

Dalam tabel 3.11 terlihat bahwa investasi yang berhasil dicapai pada sektor Aneka EBT
tahun2018 yaitu sebesar US$ 0,2425 Miliar atau sekitar 33 % dari target investasi sebesar US$
0,718 Miliar. Saat ini kendala yang dihadapi investasi sektor Aneka EBT, karena:
a. Adanya kesulitan pembiayaan untuk financial close, dan
b. Beberapa IPP hingga saat ini belum mendapatkan pembiayaan

Upaya yang dilakukan Direktorat Aneka EBT dalam rangka memperbaiki nilai capaian
investasi tahun berikutnya yaitu dengan menyusun regulasi yang mewajibkan badan usaha/IPP
untuk melaporkan realisasi investasinya secara berkala serta meningkatkan monitoring implementasi
RUPTL. Adapun upaya yang masih terus dilakukan Direktorat Aneka EBT hingga saat ini untuk
memperbaiki capaian investasi tahun yaitu melakukan terobosan melalui mekanisme blended
finance untuk mempercepat financial close, dengan cara berkoordinasi dengan OJK dan lembaga
keuangan, donor keuangan, dan NGO.

Konservasi Energi
Peran Direktorat Konservasi Energi terkait investasi yaitu melalui program Investment Grade
Energy Audit (IGA). IGA merupakan upaya pendampingan teknis yang dilakukan oleh Direktorat
Konservasi Energi kepada pengguna atau produsen energi. Hasil dari pendampingan tersebut akan
menghasilkan suatu rekomendasi tentang hal-hal yang bisa berpotensi dalam hal penghematan
dan seberapa besar penghematannya. Biasanya salah satu rekomendasi yang diberikan Direktorat
Konservasi Energi yaitu terkait saran untuk perusahaan agar melakukan penggantian alat yang lebih
ramah energi. Dengan adanya penggunaan alat hemat energi, maka dapat dihitung berapa lama
investasi atas penggunaan alat hemat energi tersebut menghasilkan payback period, dan berapa
besar hasil penghematannya. Upaya ini bisa juga dikategorikan sebagai investasi jangka panjang
bagi perusahaan tersebut. Sehingga melalui program IGA, Direktorat Konservasi Energi berupaya
untuk mengidentifikasi secara detail peluang penghematan energi dalam rangka menghasilkan
langkah-langkah penghematan energi sebagai dasar teknis dan ekonomis dalam melaksanakan
upaya penghematan energi. Oleh karena itulah, keseluruhan investasi sektor Konservasi Energi
dilaksanakan oleh pihak swasta sedangkan peran Direktorat Konservasi lebih kepada menjalankan
fungsi pendampingan dan pemberi rekomendasi.

41
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Sepanjang tahun 2018, capaian investasi sektor Konservasi Energi mencapai US$ 0,00623
Milyar. Angka tersebut melampaui target yang ditetapkan sebesar US$ 0,005 Milyar (124,6%).
Adapun rincian investasi dari pengembang sektor Konservasi Energi tahun 2018 dapat dilihat
dalam tabel 3.12.
Tabel 3.12
Rincian Investasi Pengembang Konservasi Energi Tahun 2018

Nama Nilai Investasi Penghematan Nilai Investasi


No Jenis Kegiatan Lokasi
Pengembang (USD) Energi (Mwh) (Rupiah)
Pengantian boiller, Pengantian Lampu
1 LED & Timer AC, Pengantian PT. Astra
Jakarta 430 479.284.018
compressor, pemasangan Efficiency International 2.333.714
Painting Chiller, dll
2 Pemasangan mini kompresor untuk PT Pertamina
Jakarta 958.447 6,430 7.163.328.578
pemanfaatan Flare Gas PHE ONWJ
PT. Mitsubishi
3 Pengantian Turbine Generator Banten Chemical 514.179 8,448 9.411.072.000
Indonesia
Pengantian teknologi ramah lingkungan
dan lebih hemat energy berupa 2 unit
4 Jawa
Chiller dengan menggunakan refrigeran PT. Phapros 175.172 440 489.655.358
Tengah
hidrokarbon, semula menggunakan
refrigeran tetrafluoroethane(R134a).
Penggantian chiller hemat energi serta
5 PT Pulau Mas
penyesuaian jumlah transformator dari Jawa Barat 30.784 1,632 1.818.048.000
Texindo
kapasitas 3680 kVa menjadi 3050 kVa
6 Penambahan KapasitasWater Treatment PT Amerta
Jawa Barat 67.164 88 600.000.000
Proses (WTP) Indah Otsuka
Penggantian Chiller Compressor Screw
7 Type, Pemasangan Inverter Motor Exhaust PT Brigdstone
Jawa Barat 55.037 293,6 322.869.400
BOF BB 4 ,penambahanCondensor for Tire Indonesia
Sub Station dan pemasanganSolar Cell
8 Penggantian AClama dengan AC baru Banten PT Nikomas 8.582 4,4 19.804.469
9 Penggantian mesinSteam Upper
Banten PT Nikomas 37.313 17,78 82.931.062
Conditioning lama dengan baru
10 Pergantian 18 mesincarding lama dengan Jawa PT. APAC Inti
223.881 485,00 540.290.432
6 mesin carding baru Tengah Corpora
Penggantian Alat HE 124-C dengan
11 PT. Pupuk
material stainles steelsehingga tidak Jawa Barat 261.194 47.607,26 53.0334.487.983
Kujang
terjadi kebocoran
Pergantian AC Daikin 2 PK 16 Unit;
12 D.I. Universitas
2,5PK 1 Unit; 1,5 PK 1 Unit; 3/4 PK 1 14.552
Yogyakarta Gajah Mada
Unit
13 Pemasangan PJU Philips BRP371 D.I. Universitas
55.821
LED93/NW 90W 220-240 DM MP1 Yogyakarta Gajah Mada
14 Improvement Boiler Firing Controldan Multistrada
Jawa Barat 322.836
Sentralisasi Boiler di Boiler Plant 2 Arah Sarana
15 Penggantian Chiller di SC- 1dan aplikasi Multistrada
Jawa Barat
VSD control di Factory PumpSC-2 Arah Sarana 1.162.067
Gedung
16 Instalasi Inverter Jakarta Kementerian 10.448
Perindustrian
Total Investasi 6.231.190 73.961.771.300

SASARAN 4 : MENINGKATNYA KEMAMPUAN PASOKAN ENERGI UNTUK


DOMESTIK
Peningkatan pasokan energi domestik subsektor EBTKE terkait jumlah Produksi dari uap
Panas Bumi, produksi Biofuel dan produksi Biogas. Realisasi yang berhasil dicapai pada tahun
2018 tampak pada tabel 3.13.

42
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.13
Capaian Jumlah Produksi Uap Panas Bumi, Biofuel, dan Biogas

INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2018 REALISASI CAPAIAN (%)


Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik
Jumlah Produksi
- Uap panas bumi Juta Ton 97,84 101,47 103,7
- Biofuel Juta KL 3,92 6,17 157,39
- Biogas ribu M3 25.225 25.670 101,76

Sepanjang tahun 2015 hingga 2018, jumlah produksi uap panas bumi sempat mengalami
penuruanan namun meningkat kembali di periode tahun berikutnya. Namun pada produksi
biofuel, dan biogas, jumlah produksinya terus mengalami peningkatan. Rincian jumlah produksi
dari tahun 2015 hingga 2018 seperti tercantum pada tabel 3.14.

Tabel 3.14
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Jumlah Produksi EBT Periode 2015-2018

INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2015 2016 2017 2018
Sasaran strategis: kemampuan pasokan energi untuk domestik
Jumlah Produksi Uap Renstra 71,46 83,05 114,76 169,94 Jumlah Produksi Uap Panas Bumi Tahun
Panas Bumi (Juta 2018 berubah dari target Renstra
Perjanjian
Ton) 71,46 73,88 86,73 97,84 dikarenakan perubahan target kapasitas
Kinerja terpasang PLTP
Realisasi 79,67 74,26 92,11 101,47
Jumlah Produksi Renstra 4,07 6,48 6,71 6,96 angka produksi biofuel pada renstra
ditetapkan pada tahun 2015, angka PK
Biofuel (Juta KL) Perjanjian
4,07 6,48 4,2 3,92 pada tahun 2015-2016 masih mengikuti
Kinerja angka renstra namun pada 2017-2018
angka PK diturunkan karena melihat
realisasi capaian tahun-tahun sebelumnya
tidak mencapai PK. Pada periode Januari
– Juli 2015 produksi Biodiesel
mengalami penurunan sebesar 63%
dibandingkan periode yang sama Tahun
2014 karena adanya perubahan kebijakan
dalam mekanisme pemberian subsidi
harga BBM dimana subsidi Bahan Bakar
Nabati (BBN) jenis Biodiesel tidak
dimasukkan ke dalam subsidi tetap JBT
jenis Minyak Solar pada APBN Tahun
2015. Produksi Biodiesel mulai
Realisasi 1,67 3,58 3,41 6,17 mengalami peningkatan dengan total
volume produksi Biodiesel periode
Agustus s.d. Desember 2015 meningkat
sebesar 46% dibandingkan periode
Januari s.d. Juli 2015. Melalui dukungan
dana pembiayaan dari BPDPKS dan
mekanisme penunjukan langsung untuk
pengadaan Biodiesel sektor Non PSO
sejak November 2015, pada tahun 2016
produksi Biodiesel kembali mengalami
peningkatan dimana produksi Biodiesel
pada tahun 2016 meningkat sebesar
121% dibandingkan produksi Biodiesel
tahun 2015.

43
LKj Ditjen EBTKE | 2018

INDIKATOR Tahun
Keterangan
pada tahun 2016 meningkat sebesar
121% dibandingkan produksi Biodiesel
tahun 2015.

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2015 2016 2017 2018
Jumlah Produksi Renstra 18.615 22.995 27.375 32.120 angka produksi biogas pada renstra
ditetapkan pada tahun 2015 dengan
Biogas (ribu M3) Perjanjian
18.615 22.995 24.651 24.786 angka kumulatif setiap tahunnya, angka
Kinerja PK pada tahun 2015-2016 masih
mengikuti angka renstra namun pada
2017 - 2018 angka PK diturunkan
Realisasi 1.8953,3 22.800 24.786 25.670 karena melihat realisasi capaian tahun-
tahun sebelumnya yang tidak mencapai
angka renstra.

Dari tabel 3.14 dapat diketahui bahwa capaian produksi uap panas bumi, produksi bioenergi
dan produksi biofuel cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Penurunan produksi terutama
terjadi pada produksi uap panas bumi tahun 2016 yang hanya menghasilkan produksi uap sebesar
74,26 juta ton, dibandingkan dengan capaian tahun 2015 sebesar 79,67 juta ton. Namun perbaikan
produksi uap panas bumi mulai terlihat pada tahun 2017 dan 2018, berturut-turut mengalami
kenaikan dengan besaran 92,11 Juta Ton dan 101,47 Juta Ton.

Sama halnya dengan produksi uap panas bumi, penurunan jumlah produksi juga terjadi
pada produksi biofuel tahun 2018. Apabila dibandingkan dengan tahun 2017, semula produksi
biofuel berhasil tercatat 4,2 juta kL, turun menjadi 3,92 juta kL saja pada penutupan tahun 2018.
Namun dalam hal jumlah produksi biogas selama kurun tahun 2015-2019, jumlah produksinya
terus bertambah. Semenjak tahun 2015 hingga 2019, berturut-turut tercatat sebesar 22.800;
22.800;24.786, dan 25.670 M3. Adapun grafik perbandingan capaian produksi uap panas bumi,
produksi biofuel dan produksi biogas tertera pada gambar 3.3 hingga 3.5.

Biofuel
Renstra PK Realisasi

6,71 6,96
6,48 6,17

4,07 4,2 3,92


3,58 3,41

1,67

2015 2016 2017 2018


Gambar 3.3
Capaian Produksi Uap Panas Bumi Periode 2015-2018
Gambar 3.4
Capaian Produksi Biofuel Periode 2015-2018
44
LKj Ditjen EBTKE | 2018
2015 2016 2017 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.4
Capaian Produksi Biofuel Periode 2015-2018

Biogas
Renstra PK Realisasi

32120
27375
24651 24786
22995
24786 25670
18615 22800
18953,3

Gambar 3.4
2015 Capaian Produksi Biofuel Periode 2015-2018
2016 2017 2018

Gambar 3.5
Capaian Produksi Biogas Periode 2015-2018

2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian realisasi produksi uap panas bumi
tahun 2018, diantaranya:
Uap Panas Bumi
1. PLTP Lahendong
Realisasi produksi uap Panas Bumi Tahun 2018 adalah sebesar 101,47 Juta Ton at
a. Unit 1: derating akibat sistem kontrol turbin dioperasikan manual dan
sebesar 103,7% dari target di tahun 2018 sebesar 97,84 juta Ton. Pertambaha
gangguan cooling tower.
produksi uap dan listrik panas bumi ditandai dengan beroperasinya PLTP Karah
b. Unit 3: derating akibat gangguan suplai uap, SSC tinggi.
Unit 1 #30 MW pada 5 April 2018 dan PLTP Sarulla Unit 3 #110 MW pada 3 M
c. Unit 5: shutdown mulai tanggal 28 November karena gangguan generator.
2. PLTP Ulubelu LKJ 2018
d. Unit 2: major overhaul pada tanggal 16 Oktober – 30 November 2018.
e. Unit 3 dan 4: derating akibat gangguan pada sumur poduksi
3. PLTP Karaha: derating karena kekurangan suplai uap
4. PLTP Dieng: gangguan di sumur produksi
Gambar 3.5 yaitu sumur HCE 29 (casing collapse)
Capaian Produksi Biogas Periode 2015-2018
dan HCE 7 (penurunan produksi).
5. PLTP Patuha: gangguan scalling pada sumur PPL 7
6. PLTP Ulumbu Unit 1: gangguan sistem pelumasan turbin. 45
LKj Ditjen EBTKE | 2018
7. PLTP Sibayak: kerusakan turbin pada Unit 1 sejak 2015 dan unit 2 sejak 2013
8. PLTP Mataloko: tidak beroperasi akibat gangguan vibrasi rotor turbin dan
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Uap Panas Bumi


Realisasi produksi uap Panas Bumi Tahun 2018 adalah sebesar 101,47 Juta Ton atau sebesar 103,7%
dari target di tahun 2018 sebesar 97,84 juta Ton. Pertambahan produksi uap dan listrik panas bumi
ditandai dengan beroperasinya PLTP Karaha Unit 1 #30 MW pada 5 April 2018 dan PLTP Sarulla
Unit 3 #110 MW pada 3 Mei 2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian realisasi produksi
uap panas bumi tahun 2018, diantaranya:
1. PLTP Lahendong
a. Unit 1: derating akibat sistem kontrol turbin dioperasikan manual dan gangguan
cooling tower.
b. Unit 3: derating akibat gangguan suplai uap, SSC tinggi.
c. Unit 5: shutdown mulai tanggal 28 November karena gangguan generator.
2. PLTP Ulubelu
d. Unit 2: major overhaul pada tanggal 16 Oktober – 30 November 2018.
e. Unit 3 dan 4: derating akibat gangguan pada sumur poduksi
3. PLTP Karaha: derating karena kekurangan suplai uap
4. PLTP Dieng: gangguan di sumur produksi yaitu sumur HCE 29 (casing collapse)dan HCE
7 (penurunan produksi).
5. PLTP Patuha: gangguan scalling pada sumur PPL 7
6. PLTP Ulumbu Unit 1: gangguan sistem pelumasan turbin.
7. PLTP Sibayak: kerusakan turbin pada Unit 1 sejak 2015 dan unit 2 sejak 2013
8. PLTP Mataloko: tidak beroperasi akibat gangguan vibrasi rotor turbin dan bearing no. 2.

Walaupun terjadi beberapa kendala operasional pada beberapa PLTP, namun hal tersebut
tidak berpengaruh signifikan terhadap capaian produksi uap panas bumi tahun 2018 karena
produksi uap tersebut telah mencapai targetnya dengan prognosa realisasi hingga Desember 2018
sebesar 101,47 juta Ton. PLTP yang mengalami pertambahan produksi yaitu PLTP Sarulla Unit-
1 PLTP Sarulla Unit-1 (SIL: 110 MW), PLTP Sarulla Unit-2 (NIL 1: 110 MW), PLTP Sarulla
Unit-2&3 (NIL-1&2: 2 x 110 MW), dan PLTP Karaha Unit-1 (30 MW) tampak pada gambar 3.6
hingga 3.11.

46
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.6
PLTP Sarulla Unit-1 (SIL: 110 MW), Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara
(Sumber: SOL)

Gambar 3.7
PLTP Sarulla Unit-1 (SIL: 110 MW), Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
(Sumber: SOL)

47
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.8
PLTP Sarulla Unit-2 (NIL 1: 110 MW), Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
(Sumber: SOL)

Gambar 3.9
PLTP Sarulla Unit-2&3 (NIL-1&2: 2 x 110 MW), Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
(Sumber: SOL)

48
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.10
PLTP Karaha Unit-1 (30 MW), Jawa Barat.
(Sumber: Dok.EBTKE)

Gambar 3.11 PLTP Karaha Unit-1 (30 MW), Jawa Barat.


(Sumber: Dok.EBTKE)

49
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Biofuel
Biofuel merupakan salah satu jenis sumber daya energi yang dapat diperbaharui, yang
wujudnya dapat berupa padatan, cairan atau gas yang dihasilkan dari suatu bahan-bahan organik.
Biofuel bisa dihasilkan secara langsung dari sebuah tanaman atau secara tidak langsung dari limbah
industri, komersial, domestik atau pertanian.

Target produksi Biofuel yang termaktub dalam dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2018
adalah sebesar 3,92 Juta KL, sedangkan produksi Biofuel di tahun 2018 adalah sebesar 6,17 Juta
KL atau melampaui capaian sebesar 157,39% dari target tahun 2018.

Biofuel memiliki beberapa jenis, diantaranya: biodiesel, biogas, biofuel padat, dll. Namun
dari beberapa jenis biofuel yang telah disebutkan, hanya biodiesel yang merupakan jenis biofuel
yang perhitungannya turut dicantumkan dalam capaian kinerja Ditjen EBTKE tahun 2018.

Jika biofuel merupakan bahan bakar yang dihasilkan secara langsung dari sebuah tanaman
atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian, maka biodiesel
adalah bahan bakar pengganti minyak solar yang terbuat dari sumber daya hayati berupa minyak
lemak nabati atau lemak hewani. Bahan baku Biodiesel dikembangkan bergantung pada sumber
daya alam yang dimiliki suatu negara. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak
lemak nabati. Bahan baku biodiesel yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah kelapa
sawit, kelapa, jarak pagar, jarak, nyamplung, kemiri sunan dan lain-lain.

Saat ini bahan baku Biodiesel yang digunakan secara luas adalah kelapa sawit. Pemilihan
kelapa sawit sebagai bahan baku Biodiesel karena kelapa sawit memiliki ketersediaan bahan baku
paling besar dengan produksi CPO mencapai 38,17 juta ton pada tahun 2017 (data GAPKI, 2018).
Produksi CPO diperkirakan meningkat hingga 42 Juta ton pada tahun 2018. Selain itu kelapa
sawit memberikan salah satu yield terbesar dibandingkan bahan baku Biodiesel lainnya sehingga
memiliki nilai keekonomian yang lebih baik.

Sejak Tahun 2008 Pemerintah telah mendorong pengembangan dan pemanfaatan Bahan
Bakar Nabati (BBN) sebagai bagian energi terbarukan melalui program mandatori BBN dengan
ditetapkannya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 yang
mengalami perubahan beberapa kali, dan perubahan terakhir tercantum dalam Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2015.

Dengan adanya payung hukum Permen ESDM No 12/2015, program mandatori BBN
tentang produksi Biodiesel terus mengalami peningkatan sejak tahun 2009 hingga 2018.
Meskipun pada periode Januari – Juli 2015 produksi Biodiesel mengalami penurunan sebesar 63%
dibandingkan periode yang sama tahun 2014, namun sebagai bentuk pelaksanaan amanat Peraturan

50
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Presiden Nomor 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa
Sawit, maka pada tanggal 10 Juni 2015 dibentuklah Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa
Sawit (BPDPKS) yang bertugas untuk menghimpun dana melalui pungutan ekspor CPO dan
turunannya. Dengan kata lain, BPDPKS bertugas untuk mengelola dana perkebunan kelapa sawit
yang pendanaannya ditujukan untuk biodiesel.

Salah satu fungsi penghimpunan dana tersebut digunakan untuk pengembangan Biodiesel
melalui mekanisme pendanaan untuk menutup disparitas harga/ selisih kurang antara HIP Solar
dengan HIP Biodiesel. Mekanisme pendanaan tersebut mulai efektif berjalan sejak Bulan Agustus
2015 dan melalui dukungan dana pembiayaan dari BPDPKS serta mekanisme penunjukan langsung
untuk pengadaan Biodiesel sektor PSO sejak November 2015. Hasilnya, pada tahun 2016 produksi
Biodiesel kembali mengalami peningkatan dimana produksi Biodiesel meningkat sebesar 121%
dibandingkan produksi Biodiesel tahun 2015.

Pada tahun 2018 terbit Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana
Perkebunan Kelapa Sawit. Melalui peraturan tersebut, pemerintah memberi kesempatan untuk
sektor Non PSO agar bias diberikan insentif dana pembiayaan Biodiesel.

Tak hanya itu, pemerintah juga mengatur pengadaan Biodiesel diperluas ke sektor Non PSO
dengan alokasi periode September - Desember 2018 untuk sektor Non PSO sebesar 1.148.958 kL.
Pengaturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 41 Tahun 2018 tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel dalam Kerangka Pembiayaan
oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Hingga tahun 2018, mekanisme pengadaan
Biodiesel dalam kerangka pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit telah
berjalan cukup baik dan produksi Biodiesel pada tahun 2018 dapat melebihi target produksi
nasional sebesar 3,92 Juta kL. Angka capaian biodiesel tahun 2018 tercatat sebesar 6, 17 juta kL.
Angka tersebut diasumsikan sama dengan angka capaian biofuel, karena penyaluran yang berjalan
di Indonesia hanya pada sektor biodiesel, sehingga capaian biofuel diasumsikan sama dengan angka
capaian biodiesel.

Capaian penyaluran biodiesel tahun 2018 tercantum dalam tabel 3.15

51
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.15
Capaian Penyaluran Biodiesel Tahun 2018

Volume (KL) Persentase

Total Volume Produksi 2018 6.167.827 100%


Realiasi Penyaluran FAME 2018 5.570.999 90%
Distribusi PSO 2.749.858 45%
Distribusi Non PSO 995.544 16%
Distribusi Ekspor 1.825.596 30%
Stok akhir 2018 596.829 10%

Terkait dengan meningkatnya angka capaian biofuel tahun 2018, hal ini sebagai akibat dari
beberapa faktor sebagai berikut:
1. Distribusi dalam negeri yang mencapai lebih dari 4 juta kL dipengaruhi demand dari
pengadaan Biodiesel Sektor PSO dan Non PSO sebagai penyerap utama produksi Biodiesel.
2. Ekspor yang mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2017 yang jumlahnya mencapai lebih
dari 1,6 juta kL.
3. Perluasan penerapaan implementasi mandatori Biodiesel pada sektor Non PSO belum
optimal yang disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Persiapan BU BBN untuk transportasi dan logistik untuk distribusi Biodiesel
membuat penyaluran pada awal periode pengadaan Biodiesel berdampak domino pada
penyaluran berikutnya.
b. Keterbatasan sarana dan prasarana TBBM yang menghambat penyaluran.
c. Keterlambatan pengajuan penambahan alokasi pengadaan.
4. Karena adanya isu anti dumping membuat tujuan ekspor berubah menjadi China dan Asia.

Saat ini Pemerintah khususnya Direktorat Bioenergi telah melakukan berbagai upaya dalam rangka
meningkatan penggunaan Biofuel, diantaranya:
a) Melakukan Rail Test yang dilaksanakan antara Ditjen EBTKE bekerjasama dengan
stakeholder terkait, yaitu PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Kegiatan ini bertujuan untuk
menguji penggunaan B20 pada komponen dan sistem bahan bakar pada lokomotif dan
genset di lingkungan PT. KAI (Persero) selama 6 bulan dimulai sejak Februari 2018. Hasil
uji tersebut telah dievaluasi dan Ditjen EBTKE memberikan rekomendasi bahwa B20 dapat
diimplementasikan di lingkungan KAI.

52
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.12
Kegiatan Rail Test Penggunaan B20 di PT Kereta Api (Persero)

53
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.12
Kegiatan Rail Test Penggunaan B20 di PT
Kereta Api (Persero)

b) Penyusunan petunjuk teknis khusus


sektor tambang yang disusun oleh
Ditjen EBTKE bekerja sama dengan
beberapa stakeholder terkait, diantaranya:
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
Kementerian ESDM), LEMIGAS,
BPDPKS, BPPT, PT AKR Corporindo,
PT Pertamina (Persero), PT Kaltim Prima
Coal, PT Adaro, PT Komatsu Indonesia,
Caterpillar, PT PAMA Persada, PT SIS,
dan beberapa komunitas energi baru
terbarukan seperti IKABI, , APROBI ,
API,P3INU BBM, dan HINABI.

54
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.13
Petunjuk Teknis Khusus Sektor Tambang

c) Sosialisasi dan koordinasi terkait pemanfaatan B20 pada sektor Non PSO dan Alutsista TNI,
yang telah dilaksanakan antara Ditjen EBTKE dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Gambar 3.14
Sosialisasi Pemanfaatan B20 Non PSO dan Alutsista TNI

d) Ditjen EBTKE bersama dengan Lemigas telah melakukan kajian pemanfaatan Biodiesel
30% (B30) sebagai campuran bahan bakar minyak dan pengaruhnya terhadap komponen
saluran bahan bakar mesin diesel sebagai kajian awal pemanfaatan B30 dalam persiapan
implementasi B30 pada tahun 2020 sesuai amanat Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2015

55
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

serta telah mengadakan forum diskusi pemanfaatan B30 dengan melibatkan stakeholder
terkait dan OEM yang telah melakukan pengujian B30;
e) Meningkatkan pengawasan dan koordinasi khususnya dengan Ditjen Migas dan BU BBM
agar proses penyaluran Biodiesel dapat berjalan lancar, tepat waktu serta untuk mencegah
terjadinya kekosongan stok Biodiesel di TBBM;
f ) Dalam rangka meningkatkan pengawasan penyaluran Bahan Bakar Nabati jenis Biodiesel,
dilakukan pembahasan pengenaan sanksi/denda kepada BU BBM dan BU BBN yang
melaksanakan pengadaan BBN jenis Biodiesel dalam kerangka pembiayaan BPDPKS yang
tidak melakukan pencampuran BBN dalam BBM;
g) Ditjen EBTKE dengan pendanaan dari BPDP KS telah melaksanakan Sosialisasi Implementasi
Program Mandatori Biodiesel pada seluruh sektor di 5 (lima) lokasi (Batam, Palembang,
Surabaya, Makassar dan Balikpapan) dengan peserta dari Pemerintah Daerah, akademisi , BU
BBM, BU BBN, asosiasi, industri, sektor pertambangan dan transportasi.

Gambar 3.15
Sosialisasi Implementasi Program Mandatori Biodiesel

h) Ditjen EBTKE bersama dengan Lemigas telah melakukan Pengujian Biodiesel dan
Pengembangan Spesifikasi Biodiesel dalam Rangka Persiapan Implementasi Campuran
Biodiesel 30% (B30), sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor
12 Tahun 2015.

56
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.16
Pengujian Biodiesel dan Pengembangan Spesifikasi Biodiesel

Biogas
Capaian kinerja biogas tahun 2018 tercatat sebesar 25.670 ribu m3. Angka tersebut melampaui
target tahun 2018 sebesar 25.225 ribu m3. Adapun kontribusi angka capaian biogas berasal dari
biogas skala rumah tangga yg dibangun oleh Pemda, Swasta, serta APBN (DAK) dan biogas
komunal pada pondok pesantren.

SASARAN 5: MENINGKATNYA KEMAMPUAN PASOKAN ENERGI UNTUK DOMESTIK

Peran Ditjen EBTKE dalam hal peningkatan kemampuan pasokan energi domestik tidak
hanya dipenuhi berdasarkan hitungan jumlah produksi uap panas bumi, produksi biofuel ataupun
biogas, namun juga dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah
terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi
Baru dan Terbarukan. Sejak tahun 2017, Ditjen EBTKE memiliki program Pemasangan Lampu
Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) dalam rangka meningkatkan kemampuan pasokan energi
untuk domestik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Indikator suksesnya program tersebut
dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote)
dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan.
Direktorat Infrastruktur EBTKE merupakan unit yang bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan
program distribusi LTSHE.

Realisasi atas jumlah kepala keluarga/rumah tangga yang dilistriki basis EBT dapat dilihat
pada tabel 3.16.

57
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.16
Jumlah Kepala Keluarga/Rumah Tangga Terlistriki Pembangkit EBT

TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik
Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di Kepala
wilayah terpencil (remote) dan atau daerah Keluarga/
250.013 249,453 99,78
perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit Rumah
berbasis Energi Baru dan Terbarukan Tangga

Pada tahun anggaran 2018, target Kepala Keluarga/Rumah Tangga di wilayah terpencil
(remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan
Terbarukan sebanyak 250.013 KK/Rumah Tangga, jumlah tersebut terdiri dari 76.457 KK/rumah
tangga (program luncuran tahun 2017) dan 173.556 KK/Rumah Tangga (target 2018). Program
pemasangan LTSHE di tahun 2018 terbagi dalam beberapa paket yang tersebar di lima belas
Provinsi: Papua, Aceh, Bengkulu, Jambi, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.

58
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

59
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

60
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.17
Distribusi dan Pemasangan LTSHE

Fokus pemasangan LTSHE di semester I yaitu menyelesaikan program luncuran tahun 2017
dengan mendistribusikan dan memasang LTSHE untuk 76.457 KK/rumah tangga di 2 Provinsi,
yaitu Papua dan Papua Barat. Pada pelaksanaannya, realisasi pemasangan LTSHE triwulan I, rumah
tangga yang berhasil mendapat program pemasangan LTSHE sebanyak 76.457. Jumlah tersebut
merupakan capaian pemasangan LTSHE tahun anggaran 2017 yang meluncur ke tahun anggaran
2018. Rincian dari pemasangan LTSHE berdasarkan realisasi triwulan I, dapat dilihat pada tabel
3.17.

61
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.17
Rincian Pemasangan LTSHE Provinsi Papua dan Papua Barat

No Provinsi Kabupaten Jumlah Desa Jumlah KK

1 Papua 9 1007 71.051

2 Papua Barat 7 161 5.406

Jumlah 16 1168 76.457

Pada tahun 2018, program pemasangan LTSHE ditargetkan dilaksanakan di 15 Provinsi,


dengan target jumlah unit LTSHE yang akan dipasang sekitar 175.782 unit. Rincian Jumlah
Penerima LTSHE berdasarkan Provinsi dapat dilihat pada tabel 3.18.

Tabel 3.18
Jumlah Penerima LTSHE Tahun 2018

Jumlah Jumlah Jumlah


No Provinsi %
Kabupaten Desa Unit

1 PAPUA 10 1123 163.048 92,76%

2 ACEH 5 11 364 0,21%

3 BENGKULU 3 10 1.806 1,03%

4 JAMBI 2 3 669 0,38%

5 RIAU 1 1 246 0,14%

6 SUMATERA BARAT 1 2 1.074 0,61%

7 SUMATERA UTARA 9 36 3.070 1,75%

8 KALIMANTAN BARAT 3 15 2.438 1,39%

9 KALIMANTAN SELATAN 4 6 731 0,42%

10 KALIMANTAN TENGAH 1 1 34 0,02%

11 KALIMANTAN UTARA 1 7 238 0,14%

12 SULAWESI BARAT 1 1 254 0,14%

13 SULAWESI SELATAN 1 2 616 0,35%

14 SULAWESI TENGAH 1 1 486 0,28%

15 SULAWESI TENGGARA 5 11 708 0,40%

TOTAL 48 1.230 175.782 100%

62
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Berdasarkan tabel 4.9, jumlah unit LTSHE yang rencananya akan terpasang pada tahun 2018
sebanyak 175.782, tersebar di 15 Provinsi. Jumlah tersebut merujuk pada data calon penerima
LTSHE yang telah dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Pada alinea sebelumnya sudah dijelaskan bahwa realisasi pemasangan LTSHE triwulan I
adalah sebanyak 76.457 KK/rumah tangga, namun melewati semester I tahun 2018, realisasi
pemasangan LTSHE masih 0%. Hal ini disebabkan barang masih dalam proses produksi dan
penyedia barang masih dalam proses verifikasi data calon penerima LTSHE. Menyadari capaian
pemasangan LTSHE pada semester I belum memiliki progress apapun, Direktorat Jenderal
EBTKE c.q. Direktorat Infrastruktur melakukan beberapa upaya untuk mempercepat pelaksanaan
pemasangan LTSHE yaitu dengan cara menambah personil untuk proses produksi barang dan
proses verifikasi data calon penerima LTSHE serta menambah line dan shift produksi agar produksi
barang bisa lebih cepat.

Pada perkembangannya, data calon penerima LTSHE yang awalnya merujuk pada data
BPS kemudian diverifikasi ulang oleh penyedia. Verifikasi ulang tersebut juga telah mendapatkan
persetujuan dari Pemda setempat. Hasil dari verifikasi menunjukkan bahwa terjadi perubahan
dinamis terhadap data calon penerima LTSHE. Hasilnya, pada akhir perhitungan verifikasi ulang,
data calon penerima LTSHE yang berhasil terverifikasi hanya berjumlah 172.996 unit dari rencana
awal sebanyak 175.782 unit.

Maka dari itu total pemasangan LTSHE pada tahun 2018 berjumlah 172.996 unit dan
penyebarannya yang semula direncanakan di 15 provinsi, kemudian dilakukan penambahan
1 provinsi yaitu Nusa Tenggara Timur, sehingga total penyebaran 172.996 unit lampu LTSHE.
Adapun detail penyebaran 16 Provinsi antara lain yaitu Provinsi Papua, Provinsi Aceh, Provinsi
Bengkulu, Provinsi Jambi, Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi
Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan
Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi
Sulawesi Barat, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

63
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.18
Distribusi LTSHE Tahun 2018 di Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan

64
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.19
Distribusi LTSHE Tahun 2018 di Kabupaten Bengkalis dan Meranti
Hingga triwulan IV, realisasi pemasangan LTSHE telah mencapai 99,78% atau sebanyak
249.453 unit, jumlah tersebut terdiri dari 76.457 unit yang merupakan program luncuran tahun
2017 dan 172.996 unit (program tahun 2018). Dalam grafik, capaian capaian kinerja Direktorat
Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE seperti yang tercantum pada gambar 3.20.

Gambar 3.20
Capaian Jumlah KK Terlistriki di Wilayah Terpencil Tahun 2017-2018

65
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.21
Infografis Distribusi LTSHE tahun 2018

SASARAN 6: MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI


Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT
Peningkatan pembangunan infrastruktur Energi khususnya EBTKE, dihitung berdasarkan jumlah
kapasitas terpasang pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) yang berasal dari panas bumi,
bioenergi, air, surya, dan angin. Capaian jumlah kapasitas pembangkit tahun 2018 terlihat dalam
tabel 3.19.

Tabel 3.19
Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT

TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi
Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan:
a. Panas Bumi MW 2.058,5 1.948,5 95
b. Bioenergi MW 1.881 1858,5 98,80
c. Air MW 167,02 30,86 18,47
d. Laut MW - - -
e. Surya MW 51,11 1,5 2,93
f. Angin MW 135 75 56
g. Nuklir MW - - -

66
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tahun 2018, target penamnahan jumlah kapasitas terpasang pembangkit listrik energi baru
dan terbarukan kurang sesuai harapan, terutama PLT Air, PLT Surya dan PLT Angin. Mundurnya
COD beberapa pembangkit, kondisi sistem jaringan PLN (melebihi demand atau bahkan tidak
memiliki demand), permasalahan pembebasan lahan, ataupun bencana alam/force majeur,
merupakan kendala yang menyebabkan target kapasitas terpasang pembangkit EBT tidak sesuai
hasil yang diharapkan.

Perbandingan penambahan jumlah kapasitas terpasang pembangkit EBT dari tahun 2015
hingga 2019 dapat dilihat pada tabel 3.20

Tabel 3.20
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Jumlah Kapasitas Pembangkit
Periode 2015-2018

INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2018
2015 2016 2017

Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur


energi
Jumlah Kapasitas Renstra 1.438,5 1.712,5 1.976 2.609,5 Target Kapasitas terpasang PLTP
Terpasang Tahun 2018 lebih kecil dari target
Perjanjian
Pembangkit 1.438,5 1.657,5 1.858,5 2.058,5 Renstra dan RUEN karena:
Kinerja 1. Terdapat perubahan perkiraan
Listrik Panas
pertumbuhan demand listrik
Bumi (MW)
sesuai RUPTL PLN
2. Terdapat beberapa kendala
Realisasi 1.438,5 1.643,5 1.808,5 1.948,5 dalam pengembangan panas
bumi seperti: isu sosial,
tumpeng tindih lahan dengan
Kawasan konservasi & TRHS,
dan kendala teknis lainnya.
Jumlah Kapasitas Renstra 1.892 2.069,4 2.291,9 2.559,3 angka kapasitas terpasang pada
Terpasang renstra ditetapkan pada tahun
Perjanjian
Pembangkit 1.892 2.069,4 1.881 1.881 2015 dengan angka kumulatif
Kinerja setiap tahunnya, angka PK pada
Listrik Bioenergi
tahun 2015-2016 masih mengikuti
(MW)
angka renstra namun pada 2017 -
Realisasi 1.767,1 1.787,9 1.839,5 1.858,5 2018 angka PK diturunkan
karena melihat realisasi capaian
tahun-tahun sebelumnya yang
tidak mencapai angka renstra.
Jumlah Kapasitas Renstra 8.342 9.252 9.592 10.082 Alasan?? cek angka bener atau
Terpasang ga
Perjanjian
Pembangkit 8.340 8.346 112,55 167,02
Kinerja
Listrik Air (MW) Realisasi 5.332 5.335 43,77 31,04
Jumlah Kapasitas Renstra 76,9 92,1 1.18,6 180,0 Alasan????
Terpasang Perjanjian
Pembangkit 76,9 11,78 11,78 51,11
Kinerja
Listrik Surya
(MW) Realisasi 85,020 5,12 5,12 1,5
Jumlah Kapasitas
Terpasang
Pembangkit Renstra 5,8 11,5 6,62 2,42
Listrik Bayu
(MW)
Perjanjian
5,8 6,62 - 135
Kinerja
Realisasi 2,42 2,42 - 75

67
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Dari data tabel 3.19 dapat disimpulkan bahwa jumlah penambahan kapasitas pembangkit
panas bumi dan bioenergi meningkat dari tahun 2015 hingga 2018, namun penambahan kapasitas
tersebut tidak terjadi pada PLT air, surya, dan bayu. Walaupun demikian, jumlah kapasitas
pembangkit EBT tahun 2018 secara umum terus meningkat apabila dibandingkan dengan capaian
kapasitas pembangkit EBT tahun 2017.

Gambar 3.22
Infografis Kapasitas Pembangkit Periode 2014-2018

Panas Bumi
Jumlah kapasitas terpasang untuk PLT Panas Bumi dihitung dari jumlah kapasitas PLTP yang telah
mencapai COD. Sebelumnya pada tahun 2015 hingga 2017, capaian jumlah kapasitas terpasang
panas bumi berturut-turut sebesar 1.438,5; 1.643,5 dan 1.808,5 MW. Sedangkan pada tahun 2018,
capaian penambahan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 1.948,5 MW atau 95% terhadap
target yang ditentukan tahun 2018.

68
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.23
Capaian Kapasitas Terpasang PLTP Panas Bumi Periode 2015-2018

Rincian PLTP yang COD pada tahun 2018, diantaranya:


a. PLTP Karaha Bodas Unit 1 (30 MW), COD tanggal 5 April 2018; dan
b. PLTP Sarulla Unit 3 (110 MW), COD tanggal 3 Mei 2018

Sedangkan pada PLTP Sorik Marapi (50 MW), PLTP Lumut Balai Unit 1# 55 MW, dan
PLTP Sokoria 5 MW mengalami kemunduran COD hingga semester I Tahun 2019, hal ini
disebabkan adanya kendala pembangunan transmisi pada semester II Tahun 2018. Ketiga proyek
PLTP yang mengalami kendala ini ditargetkan akan COD pada Semester I tahun 2019.

Adapun rincian Kapasitas Terpasang PLT Panas Bumi sejak tahun 2009 -2018 terlihat pada
tabel 3.21.

69
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.21
Rincian Kapasitas Terpasang PLT Panas Bumi

Kapasitas Terpasang
No. PLTP
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Kamojang 200 200 200 200 200 200 235 235 235 235

2 Lahendong 60 60 80 80 80 80 80 120 120 120

3 Sibayak 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

4 G. Salak 375 375 377 377 377 377 377 377 377 377

5 Darajat 255 255 270 270 270 270 270 270 270 270

6 W. Windu 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227

7 Dieng 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

8 Ulubelu 0 0 0 110 110 110 110 165 220 220

9 Ulumbu 0 0 0 0 5 10 10 10 10 10

10 Mataloko 0 0 0 0 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

11 Patuha 0 0 0 0 0 55 55 55 55 55

12 Sarulla 0 0 0 0 0 0 0 110 220 330

13 Karaha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30

Total 1.189 1.189 1.226 1.336 1.343,5 1.403,5 1.438,5 1.643,5 1.808,5 1.948,5

Bioenergi
Realisasi jumlah kapasitas terpasang PLT Bioenergi hingga tahun 2018 yaitu sebesar 1.858,5 MW
(PLT on-grid 38,20 MW dan PLT off-grid 1820,30 MW) atau 98,80% dari target di tahun 2018
(1.881 MW) dengan rincian pembangkit yang telah COD pada tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel 4.12. Adapun pembagian PLT off-grid adalah pembangkit yang berstatus own-use dan excess
power sedangkan PLT on-grid adalah pembangkit yang dedicated untuk PT. PLN (Persero) atau
IPP.

Tidak tercapainya realisasi jumlah kapasitas terpasang sesuai target adalah 10 (sepuluh) PLT Bioenergi
yang telah melakukan PPA di Tahun 2017, hanya 3 unit PLT yang telah COD. Sedangkan untuk
PLT lainnya belum dapat melaksanakan COD dikarenakan mundurnya taget COD dan pada akhir
tahun 2018 direncanakan proses financial close dan konstruksi. Rincian Kapasitas Terpasang PLT
Bioenergi terdapat dalam tabel 3.22.

70
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.22
Rincian Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi

Kapasitas Status Tahun


No Jenis PLT Lokasi (Provinsi) Nama Pengembang
(MW) Kontrak COD
1 PT PLN's
PLTBm Gorontalo PT PLN 0.4 N/A
Own
2 PLTBm Bangka Belitung Listrindo Kencana 5 IPP 2012
3 PLTBm Bangka Belitung Belitung Energy 7 IPP 2012
4 PT Austindo Aufwind New
PLTBg Bangka Belitung 1.2 IPP 2014
Energy
5 PLTBm Kepulauan Riau Tanjung Batu 1 IPP 2017
6 PLTBm Sumatera Utara Growth Sumatera 1 9 Excess Power 2012
7 PLTBm Sumatera Utara Growth Sumatera 2 10 Excess Power 2012
8 PLTBm Sumatera Utara Growth Asia 10 Excess Power 2012
9 PLTBm Sumatera Utara Growth Asia 10 Excess Power 2012
10 PLTBm Riau Indah Kiat Pulp & Paper 3 Excess power N/A
11 PLTBm Jambi Rimba Palma 10 Excess power 2014
12 PLTBm Sumatera Utara Harkat Sejahtera 10 Excess power 2015
13 PLTBm Sumatera Utara PT Victorindo Alam Lestari 3 Excess power N/A
14 PLTBm Riau Meskom Agro Sarimas 10 Excess power 2012
15 PLTBg Kalimantan Selatan Maju Aneka Sawit 1 Excess power N/A
16 PLTBg Kalimantan Selatan Sukajadi Sawit 2.4 Excess power N/A
17 PLTBg Sumatera Selatan Mutiara Bunda 2 Excess power 2014
18 PLTBg Sumatera Selatan Sampurna 2 Excess power 2015
19 PLTBm Riau PT Riau Prima Energy 15 Excess power 2001
20 PLTBm Sumatera Utara PTPN III 1.8 Excess power N/A
21 PLTBg Sumatera Utara Siringo-ringo 1 Excess power 2016
22 PLTBm Riau PT Riau Prima Energy 10 Excess Power 2001
23 PLTBm Jambi Rimba Palma 2 10 Excess power 2016
24 PLTBm Sumatera Utara PT Harkat Sejahtera-2 20 Excess Power N/A*
25 PLTBg Bangka Belitung PT Gunung Pelawan Lestari 1.2 Excess Power 2017
26 PLTBm Riau PT Inhil Sarimas Kelapa 5 Excess Power N/A*
27 PLTBg Sumatera Utara PT United Kingdom 0.8 Excess Power 2017
28 PLTBm Jawa Timur PTPN X 2 Excess power N/A*
29 PLTBg Sumatera Selatan PT Mitra Puding Mas 2 Excess power 2017
30 PLTBg Sumatera Utara PT Saudara Sejati Luhur 1.4 Excess Power 2017
31 PLTBg Sumatera Utara PT Hari Sawit Jaya 1.4 Excess Power 2017
32 PLTBg Riau PT Bahana Nusa Interindo 1 Excess Power 2017
33 PLTBg Riau PT Sinar Agro Raya 1 Excess Power 2017

71
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

No Jenis PLT Lokasi (Provinsi) Nama Pengembang Kapasitas Status Tahun


(MW) Kontrak COD
34 PT Indomakmur Sawit
PLTBg Riau 1 Excess Power 2017
Berjaya
35 PT Inti Indosawit Subur
PLTBg Riau 0.4 Excess Power 2017
(Buatan-1)
36 PT Inti Indosawit Subur
PLTBg Riau 1 Excess Power 2017
(Ukui-1)
37 PT Gunung Madu
PLTBm Lampung 5 Excess Power 2017
Plantations
38 PLTSa Bali Navigat Organic 2 IPP 2009
39 PLTSa Jawa Barat Navigat Organic 12 IPP 2014
40 PLTSa Jawa Barat Navigat Organic 2 IPP 2014
41 PLTSa Jawa Timur PT Sumber Organik 1.6 IPP 2016
42 PT Rezeki Perkasa Sejahtera
PLTBm Kalimantan Barat 10 IPP 2018
Lestari
43 PLTBm Bangka Belitung PT Energi Karya Persada 6 IPP 2018
44 PLTBg Bangka Belitung PT Bangka Biogas Synergy 2 IPP 2018
45 PLTBg Kalimantan Selatan PT Sawit Graha Manunggal 1 Excess Power 2018
*Data di PLN

Gambar 3.24
PLTBm PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari
Sumber: web Bappenas, 2018

Gambar 3.25
PLTBg PTPN II

72
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Gambar 3.26
PLTSa Benowo
Sumber: antara foto dan enciety.co,2018

Gambar 3.27
PLTBg Bangka Biogas Synergy

Air
Pembangunan PLTM/H dibangun dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan IPP. Realisasi pembangunan PLTM/H yang dibangun melalui dana DAK
hingga triwulan IV tahun 2018 mencapai 0,18 MW, sedangkan untuk pembangunan
PLTMH IPP, capaian total kapasitas yang terbangun sebesar 30,86 MW. Jumlah
tersebut berasal dari 7 IPP PLTM/H yang mencapai COD tahun 2018, sebagaimana
rincian pada tabel 3.16. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kapasitas total
pembangunan PLTM/H adalah 31.04 MW.

73
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.23
Rincian Pembangunan PLTM/H

Kapasitas
No Nama Perusahaan Nama PLTM/H Nilai Investasi (Rp)
(MW)
1 PT Energi Sakti Sentosa PLTM Pakkat 8 38.500.000.000
2 PLTM Nengar (Excess
PT Gayo Lues Mentalu 1 37.000.000.000
Power)
3 Perum Jasa Tirta I PLTM Lodagung 1,3 45.000.000.000
4 PT Pembangkitan Pusaka
PLTM Pusaka 1 8,8 193.100.000.000
Parahiyangan
5 PT Pesisir Hidro Energi PLTM Guntung 4 141.094.936.509
6 PT Sinergi Solusi Utama PLTM Cilaki 1B 6,46 326.307.546.460
7 PT Tirta Daya Lombok PLTM Karang Bayan 1,3 23.213.510.223
Total Kapasitas 30,86 804.215.993.192

Gambar 3.28
PLTMH Surian 20 kWp di Nagari Surian Kec. Pantai Cermin Kab. Solok Provinsi Sumatera Barat
Dibangun melalui Dana Alokasi Khusus T.A. 2018

74
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Surya
Seperti hal nya pembangunan PLTM/H, dana yang digunakan untuk membangun Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) berasal dari dana APBN, DAK dan IPP. Target kapasitas terpasang
pembangkit listrik tenaga surya adalah sebesar 51,11 MW, namun sampai dengan triwulan IV
tahun 2018, belum ada IPP PLTS yang mencapai COD, sehingga capaian kapasitas pembangkit
listrik tenaga surya yang dibangun dari IPP masih nol.
Sedangkan capaian kapasitas untuk pembangkit listrik tenaga surya yang dibangun dari dana DAK
yaitu 1.5 MW, dengan rincian sebagaimana pada tabel 3.24:

Tabel 3.24
Rincian Pembangunan PLTS (DAK)
Lokasi Kapasitas Jumlah
Unit
Provinsi Kota/Kabupaten Kecamatan Desa (kW/kWp/m3) KK
Kab. Kepulauan
Kepulauan Riau Siantan Selatan Telaga 1,00 30,00 70,00
Anambas
Kab. Kepulauan
Kepulauan Riau Siantan Selatan Telaga 1,00 15,00 66,00
Anambas
Kepulauan Riau Kab. Bintan Mantang Mantang Besar 1,00 15,00 61,00
Kepulauan Riau Kab. Karimun Durai Desa Pulau Sandam 1,00 20,00 69,00
Kepulauan Riau Kota Batam Belakang Padang Desa Pulau Mecan 1,00 15,00 55,00
Desa Pulau
Kepulauan Riau Kab. Lingga Senayang 1,00 15,00 46,00
Nopong
Banten Kab. Serang Tirtayasa Desa Wargasara 1,00 50,00 400,00
Bali Kab. Karangasem Abang Datah 1,00 15,00 100,00
Nusa Tenggara
Kab. Sumbawa Labuhan Badas Labuhan Haji 1,00 15,00 70,00
Barat
Nusa Tenggara
Kab. Lombok Barat Sekotong Sekotong Tengah 1,00 15,00 90,00
Barat
Kalimantan Barat Kab. Melawi Sayan Nanga Raku 1,00 15,00 76,00
Kalimantan Barat Kab. Melawi Menukung Tanjung Beringin 1,00 15,00 76,00
Kalimantan Barat Kab. Melawi Menukung Mawang Mentatai 1,00 24,00 106,00
Kalimantan Barat Kab. Sanggau Jangkang Selampung 1,00 20,00 57,00
Kalimantan Barat Kab. Bengkayang Sanggau Ledo Danti 1,00 24,00 88,00
Kalimantan
Kab. Lamandau Lamandau Tanjung Beringin 1,00 40,00 139,00
Tengah
Kalimantan
Kab. Lamandau Lamandau Sungai Tuat 1,00 50,00 188,00
Tengah
Kalimantan
Kab. Lamandau Batang Kawa Ginih 1,00 20,00 78,00
Tengah
Kalimantan
Kab. Kapuas Timpah Tumbang Randang 1,00 50,00 204,00
Tengah
Kalimantan
Kab. Kapuas Kapuas Hulu Jakatan Pari 1,00 50,00 172,00
Tengah
Kalimantan Selatan Kab. Tabalong Muara Uya Sei Kumap 1,00 25,00 87,00
Long Pakaq Baru &
Kalimantan Timur Kab. Mahakam Ulu Long Pahangai 1,00 64,00 155,00
Delang Kerohong
Kalimantan Timur Kab. Mahakam Ulu Long Pahangai Long Pakaq 1,00 56,00 140,00
Kalimantan Timur Kab. Paser Muara Samu Tanjung Pinang 1,00 56,00 123,00

75
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Lokasi Kapasitas Jumlah


Unit
Provinsi Kota/Kabupaten Kecamatan Desa (kW/kWp/m3) KK
Tanjung Palas
Kalimantan Utara Kab. Bulungan Tanjung Buka 1,00 40,00 223,00
Tengah
Bokan
Sulawesi Tengah Kab. Banggai Laut Mbuang-Mbuang 1,00 30,00 123,00
Kepulauan
Bokan
Sulawesi Tengah Kab. Banggai Laut Sonit 1,00 30,00 180,00
Kepulauan
Kab. Konawe
Sulawesi Tenggara Laonti Batu Jaya 1,00 20,00 95,00
Selatan
Sulawesi Tenggara Kab. Buton Selatan Batu Atas Taduasa 1,00 65,00 250,00
Sulawesi Tenggara Kab. Wakatobi Kaledupa Selatan Lentea 1,00 60,00 186,00
Sulawesi Tenggara Kab. Wakatobi Tomia Runduma 1,00 55,00 144,00
Sulawesi Tenggara Kab. Konawe Soropia Saponda Darat 1,00 30,00 100,00
Kab. Konawe
Sulawesi Tenggara Laonti Namu 1,00 45,00 143,00
Selatan
Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka Timur Ueesi Watumendonga 1,00 15,00 50,00
Sulawesi Tenggara Kab. Muna Towea Bontu-bontu 1,00 40,00 163,00
Sulawesi Tenggara Kab. Muna Pasir Putih Kogholifano 1,00 40,00 195,00
Kep. Bala
Sulawesi Barat Kab. Mamuju Kep. Bala-Balakang 1,00 15,00 92,00
Balakang
Kep. Bala
Sulawesi Barat Kab. Mamuju Kep. Bala-Balakang 1,00 15,00 100,00
Balakang
Kep. Bala
Sulawesi Barat Kab. Mamuju Kep. Bala-Balakang 1,00 25,00 132,00
Balakang
Sulawesi Barat Kab. Mamuju Bonehau Kinatang 1,00 8,00 36,00
Kab. Maluku Barat
Maluku Damer Batumerah 1,00 30,00 225,00
Daya
Aru Selatan
Maluku Kab. Kepulauan Aru Erersin 1,00 30,00 72,00
Utara
Kab. Halmahera
Maluku Utara Kayoa Barat Bokimiake 1,00 50,00 131,00
Selatan
Kab. Halmahera Kepulauan
Maluku Utara Tawabi / Wiring 1,00 50,00 162,00
Selatan Joronga
Kab. Halmahera
Maluku Utara Maba Utara Lolasita 1,00 45,00 127,00
Timur
Kab. Halmahera
Maluku Utara Loloda Pumadada 1,00 45,00 159,00
Barat
Jumlah 46 1.500 5.804

Gambar 3.29
PLTS 15 kWp di Desa Sekotong Tengah Kec. Sekotong Kab. Lombok Barat Provinsi NTB yang
direvitalisasi menggunakan Dana Alokasi Khusus ESK TA 2018

76
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Angin
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang berhasil dicapai hingga triwulan IV
Tahun 2018 adalah sebesar 75 MW atau sebesar 56 % dari target di tahun 2018 (135 MW),
sebagaimana rincian pada tabel 3.25.

Tabel 3.25
Rincian Pembangunan PLTB

No Nama Perusahaan Nama PLTB Kapasitas Nilai Investasi (Rp)


(MW)
1 PT UPC Sidrap Bayu Energi PLTB Sidrap 75 2.469.143.000.000

PLTB Sidrap diresmikan Presiden Jokowi pada 2 Juli 2018. PLTB Sidrap terletak di Desa
Mattirotasi, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, memiliki 30 wind turbin generator
(WTG) atau kincir angin. Sebanyak 30 kincir angin tersebut diperkirakan dapat menghasilkan
listrik sebesar 75 Mega Watt (MW) dan diproyeksikan akan mampu mengaliri listrik kepada
150.000 rumah di wilayah Sulsel dengan daya listrik rata-rata 900 volt Ampere. Pembangkit ini
menggunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 40 persen dan akan menyerap
sekitar 4480 tenaga kerja.

Gambar 3.30
Infografis PLTB Sidrap 75 MW
Sumber: Biroklik, Kementerian ESDM

77
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

SASARAN 7 : MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN DAN PENGELOLAAN ENERGI

Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per Produksi Domestik
Bruto (PDB). Semakin rendah angka intensitas, maka semakin efisien penggunaan energi di sebuah
negara. Target penurunan intensitas energi tahun 2018 adalah 429 SBM/Miliar Rp, jumlah tersebut
menurun 1 % dari angka intensitas energi primer tahun 2017 yaitu sebesar 434 SBM/Miliar Rp.

Tentunya, capaian atas penurunan intensitas ini turut didukung oleh Direktorat Konservasi
Energi melalui berbagai kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan melalui program-program
yang terus menerus dikembangkan setiap tahun dalam rangka mendorong langkah -langkah
efisiensi energi.

Selain indikator penurunan rata-rata 1% intensitas energi primer per tahun, terdapat pula
indikator penurunan emisi CO2 yang ditujukan untuk mencapai sasaran strategis dalam rangka
meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi secara nasional.

Penurunan emisi CO2 merupakan salah satu bentuk kesepakatan Internasional dalam
menghadapi perubahan iklim, yang disikapi oleh Pemerintah Indonesia melalui komitmen untuk
menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% di tahun 2030 dengan usaha sendiri atau
sebesar 41% dengan bantuan internasional. Dari angka 29% tersebut, sektor energi mendapatkan
porsi penurunan emisi GRK sebesar 314 juta ton CO2. Hal inilah yang menjadi dasar perubahan
target bagi penurunan emisi GRK di Indonesia, dari sebelumnya sebesar 26% di tahun 2020.

Sebagai bentuk tindak lanjut atas komitmen tersebut, disusun pula kerangka kebijakan
dan acuan normatif Pemerintah dalam rangka mewujudkan komitmen nasional terkait dengan
perubahan iklim yaitu berupa dokumen Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
(RAN GRK).

Dokumen Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca merupakan dokumen
rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung
menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan nasional yang dituangkan
dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang merupakan pedoman perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi penurunan emisi Gas Rumah Kaca. Dalam Perpres Nomor
61 Tahun 2011 ini terdapat penjabaran target dan strategi penurunan emisi gas rumah kaca pada
lima sektor utama yang meliputi pertanian; kehutanan dan lahan gambut; energi dan transportasi;
industri; dan pengelolaan limbah.

78
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Saat ini, Direktorat Konservasi Energi masih terus berupaya intensif melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang mendukung implementasi penurunan emisi gas rumah kaca untuk memenuhi
komitmen pemerintah RI dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dimana target RAN GRK
sampai dengan 2020 adalah 30 Juta Ton CO2.
Pada tahun 2017 tercatat penurunan emisi CO2 yang sudah dicapai sebesar 33,9 Juta Ton
CO2, sedangkan di tahun 2018, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan target
penurunan sebesar 35,6 juta ton CO2.

Realisasi pencapaian penurunan emisi sepanjang tahun 2018 di sektor energi adalah sebesar
43,802 Juta Ton CO2 atau melebihi target yang ditetapkan. Perhitungan ini dihitung berdasarkan
metodologi MRV yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di mana
perhitungan data tersebut lag satu tahun, dimana capaian tersebut sudah melebihi target RAN-
GRK sebesar 30 Juta Ton CO2 pada 2020 dan juga melampaui target RENSTRA Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral sebesar 28,48 Juta Ton CO2 pada tahun 2019.

Dari uraian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa capaian target peningkatan
efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi terlihat pada tabel 3.26.

Tabel 3.26
Efisiensi Pemakaian dan Pengelolaan Energi

TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi
Intensitas Energi Pimer (Penurunan
SBM/Milliar Rp 429 428,608 107,84%
Rata - rata 1% per tahun)
Penurunan emisi CO 2 Juta ton 35,6 43,802 123.04 %

Capaian intensitas energi primer berbanding terbalik dengan targetnya, artinya semakin kecil
capaian intensitas energi primer, maka semakin positif targetnya. Sejak tahun 2015 hingga 2018
angka realisasi capaian intensitas energi primer menunjukkan hasil yang positif. Perbedaan angka
dalam dokumen Perjanjian Kinerja dengan target pada dokumen Renstra 2015-2019 menunjukkan
bahwa capaian intensitas energi tahun sebelumnya melebihi target yang telah ditetapkan, sehingga
target tahun setelahnya akan berubah dan dijadikan dasar dalam penentuan target.

Hal ini berdasarkan acuan yang terdapat pada regulasi di KEN yang menyatakan bahwa
intensitas energi berukurang setiap tahunnya sebesar 1%. Hingga saat ini capaian penurunan
intensitas energi selalu melebihi target, sehingga angka yang ditetapkan pada dokumen Perjanjian
Kinerja berpedoman pada angka capaian tahun sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan angka
pada Renstra 2015-2019 berbeda dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

79
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Penurunan rata-rata intensitas energi primer sebesar 1% per tahun, telah dicapai semenjak
tahun 2015 hingga 2018. Sebagai contoh perhitungan, target penurunan intensitas energi tahun
2018 adalah 429 SBM/Miliar Rp, jumlah tersebut menurun 1 % dari angka intensitas energi
primer tahun 2017 yaitu sebesar 434 SBM/Miliar Rp. Sehingga berdasarkan perhitungan tersebut,
pada tahun 2018 target penurunan intensitas energi ditetapkan sebesar 5 SBM/Miliar Rp. Dengan
kata lain, angka capaian penurunan intensitas energi primer pada tahun 2018 adalah sebesar
428,608 SBM/ Milyar Rp. Artinya, sepanjang tahun 2018, terdapat penurunan intensitas energi
primer sebesar 5,392 SBM/Miliar Rp. Jumlah ini melampaui target sebesar 107,84% dari target
yang ditentukan. Rincian atas realisasi intensitas energi primer dan penurunan emisi CO2 tampak
dalam tabel 3.26.

Tabel 3.27
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Intensitas Energi Primer dan Penurunan Emisi
CO2 Periode 2015-2018

INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2015 2016 2017 2018

Sasaran strategis: Meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi


Intensitas Energi Pimer Renstra 482,2 477,3 472,6 467,8 Mengacu pada regulasi di KEN
(Penurunan Rata - rata Perjanjian bahwa intensitas energi berukurang
1% per tahun) 482,2 477,3 434 429 sebesar 1% per tahun, sehingga
Kinerja
(SBM/Milliar Rp) apabila capaian tahun sebelumnya
melebihi target maka target tahun
setelahnya akan berubah, dan
sampai saat ini pencapaian selalu
Realisasi 501 440,30 434 428,6 melebihi target sehingga penurunan
intensitas energi juga melebihi
target.
Penurunan emisi CO2 Renstra 14,71 16,79 20,6 23,57 Dikarenakan capaian penurunan
(Juta Ton) Perjanjian emisi CO2 pada tahun 2015 sudah
14,71 16,79 33,6 35,6 melebihi target yang ditentukan
Kinerja
dalam RENSTRA pada tahun 2019,
Realisasi 23,2 29,02 33,9 43,8 sehingga target-target capaian di
tahun-tahun berikutnya berubah.

80
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Perbandingan target Perjanjian Kinerja, Target Renstra 2015-2019, dengan realisasi


capaian penurunan emisi CO2 dapat dilihat pada gambar 3.31 dan 3.32.

Penurunan Emisi CO2


Penurunan Emisi CO2
44
44
39
39
34
Juta Ton CO2

34
Juta Ton CO2

Renstra 2015-2019
29 Renstra 2015-2019
29 Perjanjian Kinerja
Perjanjian Kinerja
24 Realisasi
24 Realisasi
19
19
14
14 2015 2016 2017 2018
2015 2016 2017 2018
Gambar 3.31
Gambar
Grafik 3.31 3.31
Gambar
Penurunan Emisi CO2 Periode 2015-2018
GrafikGrafik
Penurunan Emisi CO2
Penurunan Periode
Emisi 2015-2018
CO2 Periode 2015-2018

Intensitas Energi Primer


Intensitas Energi Primer
510
510
500
500
490
490
480
SBM/Miliar Rp

480
SBM/Miliar Rp

470 Renstra 2015-2019


470 Renstra 2015-2019
460 Perjanjian Kinerja
460 Perjanjian Kinerja
450 Realisasi
450 Realisasi
440
440
430
430
420
420 2015 2016 2017 2018
2015 2016 2017 2018
Gambar 3.32
Gambar
Grafik Gambar 3.32 Primer Periode 2015-2018
3.32 Energi
Intensitas
Grafik
Grafik Intensitas
Intensitas EnergiPeriode
Energi Primer Primer Periode 2015-2018
2015-2018

81
LKj Ditjen EBTKE | 2018

SASARAN 8 : MENINGKATKAN PENGEMBANGAN BERBAGAI SUMBER ENERGI DA


SASARAN 8 : MENINGKATKAN PENGEMBANGAN BERBAGAI SUMBER ENERGI DALAM
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

SASARAN 8 : MENINGKATKAN PENGEMBANGAN BERBAGAI SUMBER ENERGI


DALAM RANGKA DIVERSIFIKASI ENERGI

Peningkatan pengembangan sumber energi dalam diversifikasi energi berfokus pada


Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada BBM PSO dan non PSO. Adapun capaian target
pemanfaatan bahan bakar nabati tahun 2018 tampak pada tabel 3.28.

Tabel 3.28
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati

TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)

Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energi
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO
(usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, % 20 19,38 96,90
transportasi dan pelayanan umum)
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non -
PSO (transportasi, industri, dan komersial, % 15 7,66 51,07
pembangkit listrik)

Dari tabel 3.28, dapat disimpulkan bahwa persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
(BBN) pada BBM sektor PSO dan PSO untuk transportasi dan industri tahun 2018 sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2015
adalah sebesar 20%, dan realisasi untuk sektor PSO sebesar 19,38% atau tercapai sebesar 96,9% dari
target, sedangkan untuk non PSO hanya tercapai 51,07%. Keberhasilan pemanfaatan Biodiesel
sektor PSO tak lepas dari dukungan dana dari BPDPKS dan mekanisme penunjukan langsung
untuk pengadaan Biodiesel sektor PSO yang telah berjalan sejak Agustus 2015.

Keberhasilan pencapaian kinerja di sektor PSO tersebut juga didukung dengan adanya
kegiatan uji jalan pemanfaatan B20 pada kendaraan bermotor pada tahun 2014 yang dilakukan
oleh Direktorat Jenderal EBTKE bersama seluruh stakeholder terkait, dimana berdasarkan hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan B20 pada kendaraan bermotor tidak memberikan
dampak negatif yang signifikan sehingga implementasi B20 pada tahun 2018 dapat berjalan dengan
baik. Demikian juga dengan hasil rail test di lingkungan PT KAI yang hasilnya menunjukkan
penggunaan B20 secara teknis tidak mempengaruhi kinerja mesin.

Di sisi lain, persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada BBM Non PSO
transportasi dan Industri tahun 2018 sebagaimana yang tercantum di dalam Perjanjian Kinerja
adalah sebesar 15%, realisasi sebesar 7,66% atau hanya tercapai sebesar 51,07% dari target.

Secara umum, pemanfaatan BBN baik PSO maupun non PSO sejak tahun 2015 hingga 2018,
realisasinya terlihat pada tabel 3.29.

82
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Tabel 3.29
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO
dan non PSO Periode 2015-2018

INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA
2015 2016 2017 2018

Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energi
Persentase Renstra 10 20 20 20 Realisasi pemanfaatan Biodiesel
Pemanfaatan BBN Perjanjian sektor PSO telah berjalan optimal
pada BBM PSO (usaha 10 20 20 20 dengan adanya dukungan dana dari
Kinerja
mikro, usaha BPDPKS dan mekanisme penunjukan
perikanan, usaha langsung untuk pengadaan Biodiesel
pertanian, transportasi sektor PSO yang telah berjalan sejak
dan pelayanan umum) Agustus 2015. Keberhasilan
pencapaian kinerja di sektor PSO
tersebut juga didukung dengan
Realisasi 4,92 18 18,85 19,38 adanya kegiatan uji jalan
pemanfaatan B20 pada kendaraan
bermotor, dimana berdasarkan hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan B20 pada kendaraan
bermotor tidak memberikan dampak
negatif yang signifikan.
Persentase Renstra 10 20 20 20 Pelaksanaan mandatori untuk BBN
Pemanfaatan BBN Perjanjian Non PSO masih belum optimal
pada BBM non-PSO 10 20 10 15 dikarenakan perluasan mandatori
Kinerja
(transportasi, industri, pemanfaatan B20 dalam kerangka
dan komersial, pembiayaan BPDPKS mulai efektif
pembangkit listrik) berjalan per September 2018. Selain
itu hasil uji BBN dalam BBM diambil
dari sampel di sektor Non PSO
sebelum pelaksanaan perluasan
mandatori pemanfaatan B20,
sehingga selain sektor pembangkit
(PLN) sebagian besar obyek sampling
Realisasi 6,87 9,5 10,98 7,66 belum melaksanakan mandatori B20.
Kendala lainnya dalam mencapai
target kinerja di sektor Non PSO
adalah masih adanya resistensi
maupun keraguan dari pengguna
akhir terhadap faktor teknis
khususnya aplikasi di kendaraan
berat (industri pertambangan),
marine industry, dan sektor industri
lain

Tabel 3.29 menunjukkan bahwa realisasi atas pemanfaatan BBN pada BBM PSO terus
mengalami peningkatan dari tahun 2015 hingga 2018. Namun hal tersebut tidak terjadi pada
pemanfaatan BBN pada sektor non PSO. Pelaksanaan mandatori untuk BBN Non PSO masih
belum optimal dikarenakan perluasan mandatori pemanfaatan B20 dalam kerangka pembiayaan
BPDPKS mulai efektif berjalan per September 2018. Selain itu hasil uji BBN dalam BBM diambil
dari sampel di sektor Non PSO sebelum pelaksanaan perluasan mandatori pemanfaatan B20,
sehingga selain sektor pembangkit (PLN) sebagian besar obyek sampling belum melaksanakan
mandatori B20.

83
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Kendala lainnya dalam mencapai target kinerja di sektor Non PSO adalah masih adanya
resistensi maupun keraguan dari pengguna akhir terhadap faktor teknis khususnya aplikasi di
kendaraan berat (industri pertambangan), marine industry, dan sektor industri lain.

3.2. Akuntabilitas Keuangan


3.2.1 Realisasi Anggaran
Kebijakan penyusunan anggaran pro-rakyat yang tedapat di Ditjen EBTKE diikuti dengan capaian
realisasi/penyerapan yang semakin membaik dari tahun ke tahun. Dalam 6 tahun terakhir, realisasi
anggaran Direktorat Jenderal EBTKE tertinggi berada di tahun 2018 mencapai 90% dari total Rp
1,7 Triliun.

Gambar 3.5
Realisasi Direktorat Jenderal EBTKE Periode 2013-2018

Total realisasi anggaran Ditjen EBTKE hingga akhir tahun 2018 (31 Desember 2018)
berdasarkan SPM yang telah terbit adalah sebesar Rp 1.562.096.439.692 atau sebesar
90,70% dari total anggaran di tahun 2018 yaitu sebesar Rp 1.722.218.242. Adapun
rincian realisasi dapat dilihat melalui tabel 3.28.

Tabel 3.30
Realisasi TA. 2018 per Direktorat

84
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Dari tabel 4.19 dapat disimpulkan bahwa rencana realisasi anggaran yang ditargetkan hingga akhir
tahun 2018 adalah 94,71% (Rp 1.631.112.896.999), sedangkan realisasi yang berhasil dicapai Ditjen
EBTKE per 31 Desember 2018 adalah sebesar 90,7%. Besaran tersebut memiliki deviasi 4,01%
dari target capaian tahun 2018. Adapun gambaran atas rencana, realisasi, dan target anggaran
selama tahun 2018 dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.36
S-Curve dan Rencana Realisasi Anggaran Tahun 2018 Ditjen EBTKE

85
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

3.2.2 Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Internal dan Eksternal

Pada pengawasan internal, saldo temuan Ditjen EBTKE per triwulan IV adalah sebesar Rp
9.9907.543.772, telah diusulkan penyelesaiannya ke PUPN sebesar Rp 358.565.671 dan saldo yang
masih dalam penyelesaian sebesar Rp 9.548.978.101. pada pengawasan eksternal, saldo temuan
Ditjen EBTKE per triwulan IV adalah sebesar Rp 25.266.712.120 dan telah ditindaklanjuti sebesar
Rp 24.636.525.132 sehingga saldo temuan saat ini adalah sebesar Rp 630.186.988

3.2.3 Analisis Efisiensi


Analisis efisiensi penggunaan input berupa sumber daya keuangan dilakukan terhadap
tiap indikator kinerja dengan cara membandingkan capaian indikator kinerja dengan capaian
penggunaan sumber daya. Efisiensi sumber daya terjadi manakala capaian indikator kinerja lebih
tinggi dari pada capaian penggunaan sumber daya. Rumus menghitung efisiensi seperti terlihat
pada gambar 3.33.

Gambar 3.33
Rumus Efisiensi
Sumber: Lampiran PMK Nomor 214/PMK.02/2017

86
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Secara umum capaian kinerja dan realisasi anggaran Direktorat Jenderal EBTKE dapat dilihat pada
tabel perhitungan sebagai berikut:

Efisiensi Sektor Panas Bumi:


Tabel 3.31
Perhitungan Efisiensi Sektor Panas Bumi

VOLUME ANGGARAN (JUTA RUPIAH)


NO IKU TARGET REALISASI Efisiensi per
PAGU(PAK) REALISASI(RAK) IKU
(TVK) (RVK)
Penerimaan Negara
1 Bukan Pajak (Triliun 0,7 2,28 Rp4.657.315.000 Rp4.650.226.981 69,34%
Rp)
Wilayah Kerja Panas
2 Bumi yang 5 5 Rp3.205.708.000 Rp3.202.034.722 0,11%
ditawarkan/dilelang
Investasi Bidang Panas
3 1,21 1,21 Rp3.382.397.000 Rp3.376.040.720 0,19%
Bumi (Miliar USD)

4 Produksi Uap Panas Rp2.620.400.000 Rp2.608.701.348 4,01%


97,84 101,47
Bumi (Juta ton)
Kapasitas Terpasang
5 2.058,5 1.948,5 Rp2.691.498.000 Rp2.686.888.830 -5,46%
PLTP (MW)

Contoh perhitungan efisiensi sektor Panas Bumi:


Efisiensi 1:

=( (( ))⁄(( )) )

= 69,34%

Efisiensi (E):

= 13,64 %

Nilai Efisiensi (NE):

= ( )

= ( )

= 84%

Berdasarkan perhitungan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dapat


Berdasarkan
diketahui nilaiperhitungan yangPanas
efisiensi Sektor telah Bumi
dijelaskan sebelumnya,
sebesar 84%. maka dapat dapat diketahui
nilai efisiensi Sektor Panas Bumi sebesar 84%.

87
LKj Ditjen EBTKE | 2018
Efisiensi Sektor Bioenergi:
Tabel 3.30
Perhitungan Efisiensi Sektor Bioenergi
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Efisiensi Sektor Bioenergi:


Tabel 3.32
Perhitungan Efisiensi Sektor Bioenergi
ANGGARAN (JUTA
VOLUME
RUPIAH) Efisiensi
No IKU
TARGET REALISASI REALISASI per IKU
PAGU (PAK)
(TVK) (RVK) (RAK)
Investasi di bidang
1 0,072 0,073 3.250.858.000 3.227.357.555
Bioenergi (Miliar USD)
Jumlah Produksi Biofuel
2 3,92 6,17 3.009.877.333 2.985.951.285
(Juta kL)
Jumlah Produksi Biogas
3 25.225 25.670 1.335.809.500 1.315.788.058
(Ribu M 3)
Jumlah Kapasitas
4 Terpasang Pembangkit 1881 1858,5 1.335.809.500 1.315.788.058
Listrik Bioenergi (MW)
Persentase Pemanfaatan
BBN pada BBM PSO
(usaha mikro, usaha
5 perikanan, usaha 20 19,38 2.510.972.007 2.507.394.345
pertanian, transportasi
dan pelayanan umum)
(%)
Persentase Pemanfaatan
BBN pada BBM non -PSO
6 (transportasi, industri, 15 7,66 2.510.972.007 2.507.394.345
dan komersial,
pembangkit listrik) (%)

Contoh perhitungan efisiensi sektor Panas Bumi:


Efisiensi 1:
Efisiensi (E) : - 10 %
Nilai efisiensi : 24,90 %
Berdasarkan tabel 3.30, dapat dapat diketahui nilai efisiensi Sektor Bioenergi sebesar 24,90%.

Efisiensi Sektor Aneka EBT


Tabel 3.33
Perhitungan Efisiensi Sektor Aneka EBT

VOLUME ANGGARAN (JUTA RUPIAH)


NO IKU TARGET REALISASI REALISASI Efisiensi
(TVK) (RVK) PAGU (PAK) (RAK) per IKU
Investasi di Bidang
1 Aneka EBT (Miliar 0,718 0,2425 Rp 4.715.887.000 Rp 4.674.191.364 -193,46%
US$)
Jumlah Kapasitas
Terpasang
2 353,13 107,54 Rp 2.447.471.000 Rp 2.422.352.365 -225%
Pembangkit EBT
(MW)

Efisiensi (E) : - 209,23%

88
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Nilai efisiensi : - 473,08 %


Berdasarkan tabel 3.31, dapat dapat diketahui nilai efisiensi Sektor Aneka EBT sebesar (-) 473,08%.
Tanda negatif pada nilai efisiensi menunjukkan bahwa anggaran yang terserap pada Direktorat
Aneka sudah optimal, namun realisasi kinerja kecil (kurang sesuai harapan).

Efisiensi Sektor Konservasi Energi:


Tabel 3.34
Perhitungan Efisiensi Sektor Konservasi Energi
VOLUME ANGGARAN (JUTA RUPIAH)
NO IKU TARGET REALISASI REALISASI Efisiensi
PAGU (PAK) per IKU
(TVK) (RVK) (RAK)
Intensitas Energi
Pimer (Penurunan
1 Rata - rata 1% per 467,8 429 Rp 1.544.164.000 Rp 1.527.298.348 7,28%
tahun) (SBM/ Miliar
Rp)
Penurunan emisi CO2
2 23,57 35,6 Rp 412.238.000 Rp 409.904.079 34,17%
(juta ton)
Investasi di Bidang
EBTKE sub bidang
3 0,005 0,00623 Rp 538.591.000 Rp 534.309.487 20,38%
Konservasi Energi
Miliar US$)

Efisiensi (E) : 52 %
Nilai efisiensi : 101,52 %
Berdasarkan tabel 3.32 , maka dapat dapat diketahui nilai efisiensi Sektor Konservasi
Energi sebesar 101,52 %.

Efisiensi Sektor Infrastruktur EBTKE:

Tabel 3.33
Perhitungan Efisiensi Sektor Infrastruktur EBTKE

VOLUME ANGGARAN (JUTA RUPIAH)


Efisiensi per
NO IKU TARGET REALISASI
PAGU (PAK) REALISASI (RAK) IKU
(TVK) (RVK)
Terpenuhinya jumlah
Kepala Keluarga (KK)/
Rumah Tangga di
wilayah terpencil
1 (remote) dan/atau 250.013 249.453 Rp 947.536.632.500 Rp 838.914.913.827 11,26%
daerah perbatasan yang
dilistriki dengan
pembangkit EBT (KK/
Rumah Tangga)

89
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Efisiensi (E) : 28,16 %


Nilai efisiensi : 78 %

Berdasarkan tabel 3.33, dapat dapat diketahui nilai efisiensi Direktorat Perencanaan dan
Pembangunan Infrastruktur EBTKE sebesar 78 %.

Jika disimpulkan, maka efisiensi dan nilai efisiensi rerata dari seluruh IKU yang terdapat pada
masing-masing unit di Ditjen EBTKE adalah:

Unit Direktorat Efisiensi Nilai Efisiensi


Panas Bumi 13,64 84
Bioenergi (-) 10 24,9
Aneka EBT (-) 209,23 (-) 473,08
Konservasi Energi 52 101,52
Infrastruktur EBT 28,16 78
Rerata (-) 125,43 (-) 184,66

Berdasarkan hasil perhitungan, efisiensi rerata EBTKE sebesar (-) 125,43%,


sedangkan nilai efisiensi rerata adalah sebesar (-)184,66%. Dapat kita lihat bahwa hasil
tersebut tidak sesuai dengan harapan, utamanya karena kegiatan yang berhubungan
dengan investasi dan penambahan kapasitas terpasang.

Dalam hal ini sepanjang tahun 2018 Ditjen EBTKE sebagai wakil Pemerintah
sudah turut aktif dan optimal mendukung penciptaan iklim investasi yang positif
dan berusaha maksimal untuk meningkatkan kapasitas terpasang. Beberapa kegiatan
yang telah dilakukan untuk mendukung investasi diantaranya pelaksanaa kegiatan
sosialisasi, FGD ,sharing session ataupun rapat koordinasi untuk membahas kondisi
serta perkembangan pembangunan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT)
dengan para stakeholder.

Investasi memiliki relevansi dengan kapasitas terpasang. Penamnbahan kapasitas


terpasang dari tahun 2015 terus meningkat, namun penambahannya masih belum
memenuhi target. Beberapa faktor yang turut menghambat capaian penambahan
kapasitas terpasang , antara lain dipengaruhi oleh mundurnya COD beberapa
pembangkit karena belum memasuki tahap konstruksi, sulitnya untuk mendapatkan
biaya pendanaan, dan masih banyaknya keraguan investor terhadap regulasi EBT.
Hal ini berakibat serius pada pembiayaan proyek oleh lembaga-lembaga keuangan
menjadi kurang menarik, sehingga pendanaan sulit untuk didapatkan.

90
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Menghadapi kondisi ekonomi dunia yang masih belum stabil, serta industri
di bidang energi sangat membutuhkan sumber daya finansial dalam jumlah besar
(capital intensive), maka dari itu ke depannya, Ditjen EBTKE harus menjamin dan
memastikan kepada investor agar bisnis yang dijalankan investor bisa berkelanjutan
dalam jangka waktu yang lama ke depan.

Selain itu, Ditjen EBTKE juga perlu mengoptimalkan pengembangan pembangkit


EBT yang memiliki potensi besar seperti PLTP, PLTA, PLTBM/PLTBG dan PLTS
dengan tetap memperhatikan supply-demand, kesiapan sistem dan keekonomian;
menyiapkan insentif; dan perlu adanya revisi regulasi secara tuntas sehingga dapat
menjawab keragu-raguan investor atas investasi EBT.

3.2.4 Analisis Efektivitas


Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Menpan R/B) Nomor 12/2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa semua laporan kinerja
harus menampilkan analisis efisiensi dan analisis efektifitas, maka dari itu perhitungan
nilai efisiensi capaian hasil dari Ditjen EBTKE tahun 2018 dan 2017 perlu dilakukan.
Rumus efektifitas capaian hasil adalah:

Gambar 3.34
Sumber: Lampiran PMK Nomor 214/PMK.02/2017

91
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Dimana,
Nilai Keterangan
>100% Sangat Efektif
81%-100% Efektif
61%-80% Cukup Efektif
dibawah 60% Tidak Efektif

Berdasarkan rumus , maka efektifitas masing-masing unit kerja yang ada pada Ditjen
EBTKE adalah sebagai berikut:

Efektivitas Sektor Panas Bumi


Tabel 3.34
Perhitungan Efektivitas Panas Bumi
2018 2017
No IKU TARGET REALISASI TARGET REALISASI
(TKU) (RKU) (TKU) (RKU)
Penerimaan Negara Bukan
1 0.7 2.28 0.65 0.93
Pajak (Triliun Rp)
Wilayah Kerja Panas Bumi
2 5 5 8 10
yang ditawarkan/dilelang
Investasi Bidang Panas Bumi
3 1.21 1.21 1.1 1.152
(Miliar USD)
Produksi Uap Panas Bumi
4 97.84 101.47 86.73 92.11
(Juta ton)
Kapasitas Terpasang PLTP
5 2058.5 1948.5 1858.5 1808.5
(MW)

Capaian Hasil (CH) tahun 2018 dan 2017 adalah:

CH 2018 = 144,82%

92 LKJ 2018 96
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Berdasarkan tabel 3.34, dapat dapat diketahui nilai efektivitas Sektor Panas Bumi
tahun 2017 adalah sebesar 115,26% dan nilai efektivitas tahun 2018 sebesar144,82%.

Efektivitas Bioenergi:
Tabel 3.35
Perhitungan Efektivitas Bioenergi

2018 2017
No IKU TARGET REALISASI TARGET REALISASI
(TKU) (RKU) (TKU) (RKU)
Investasi di bidang Bioenergi
1
(Miliar USD) 0,595 0,773 0,072 0,073
Jumlah Produksi Biofuel (Juta
2
kL) 4,2 3,42 3,92 6,17
Jumlah Produksi Biogas
3
(Ribu M3) 24.651 24.786 25.225 25.670
Jumlah Kapasitas Terpasang
4 Pembangkit Listrik Bioenergi
(MW) 1881 1839,5 1881 1858,5
Persentase Pemanfaatan BBN 20 18,85 20 19,38
pada BBM PSO (usaha mikro,
5 usaha perikanan, usaha
pertanian, transportasi dan
pelayanan umum) (%)
Persentase Pemanfaatan BBN 10 10,98 15 7,66
pada BBM non-PSO
6 (transportasi, industri, dan
komersial, pembangkit
listrik) (%)

CH tahun 2018= 102,29 %


CH tahun 2017 = 101,22 %
CH rerata = 101,75 %
Berdasarkan tabel 3.35, dapat dapat diketahui nilai efektivitas Sektor Bioenergi tahun
2017 adalah sebesar 101,22% dan nilai efektivitas tahun 2018 sebesar 102,29%, sedangkan
nilai efektivitas rerata sebesar 101,75%.

LKJ 2018 97 93
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Efektivitas Sektor Aneka EBT:


Tabel 3.36
Perhitungan Efektivitas Aneka EBT

2018 2017
No IKU TARGET REALISASI TARGET REALISASI
(TKU) (RKU) (TKU) (RKU)
Investasi di Bidang Aneka
1 0,718 0,2425 0,197 0,06
EBT (Milliar USD)
Jumlah Kapasitas Terpasang
2 Pembangkit EBT (MW) 353,13 107,54 124,33 48,89

CH tahun 2018 = 32,11 %


CH tahun 2017= 34,89 %
CH rerata = 33,5 %
Berdasarkan tabel 3.35, dapat dapat diketahui nilai efektivitas Sektor Aneka EBT tahun
2017 adalah sebesar 34,89 % dan nilai efektivitas tahun 2018 sebesar 32,11%, sedangkan
nilai efektivitas rerata sebesar 33,5 %.

Efektivitas Sektor Konservasi Energi:

Tabel 3.37
Perhitungan Efektivitas Konservasi Energi

2018 2017
No IKU TARGET REALISASI TARGET REALISASI
(TKU) (RKU) (TKU) (RKU)
Intensitas Energi Pimer
1 (Penurunan Rata - rata 1%
per tahun) (SBM/ Miliar Rp) 467,8 429 472,6 434
Penurunan emisi CO2 (juta
2 ton) 23,57 43,8 20,6 33,95
Investasi di Bidang EBTKE
3 sub bidang Konservasi Energi
(Miliar USD) 0,005 0,00623 0,003 0,00359

CH tahun 2018 = 139,82 %


CH tahun 2017= 131,12 %
CH rerata = 135,47 %
Berdasarkan tabel 3.37, dapat dapat diketahui nilai efektivitas Sektor Konservasi Energi
tahun 2017 adalah sebesar 131,12 % dan nilai efektivitas tahun 2018 sebesar 139,82%,
sedangkan nilai efektivitas rerata sebesar 135,47 %.

94 LKJ 2018 98
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Efektivitas Sektor Infrastruktur EBTKE:


Tabel 3.38
Perhitungan Efektivitas Sektor Infrastruktur EBTKE

2018 2017
No IKU TARGET REALISASI TARGET REALISASI
(TKU) (RKU) (TKU) (RKU)
Terpenuhinya Jumlah Kepala
Keluarga (KK)/Rumah
Tangga di Wilayah Terpencil
1 250.013 249.453 81.328 79.556
(Remote) dan/atau Daerah
Perbatasan yang Dilistriki
dengan Pembangkit EBT

CH tahun 2018 = 99,78 %


CH tahun 2017= 97,82 %
CH rerata = 98,8 %

Dari hasil perhitungan efektifitas masing-masing unit pada Direktorat Jenderal EBTKE,
maka capaian hasil efektifitas Ditjen EBTKE tahun 2017 dan 2018 adalah:

LKJ 2018 9995


LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Sehingga,
CH EBTKE tahun 2018= 103,76 %
CH EBTKE tahun 2017 = 96 %
CH rerata = 99,88 %
Karena target Ditjen EBTKE tahun 2018 rata-rata capaian kinerjanya bernilai lebih
dari 100%, dimana capaian kinerja tahun 2018 lebih baik daripada tahun 2017, maka
efektifitas penggunaan sumber daya terhadap target, dapat tercapai dengan kategori
sangat efektif.
Hasil capaian sangat efektif dapat diraih karena:
- Diberlakukan upaya terobosan berupa Penugasan Pengembangan Wilayah
Kerja Panas Bumi kepada BUMN tanpa mekanisme lelang sesuai UU 21/2014.
Sehingga Ditjen EBTKE melakukan penugasan terhadap 8 WKP kepada PT PLN
- Diterapkannya skema pengembangan panas bumi yang baru, yaitu Penugasan
Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE).
- Kapasitas terpasang Biodiesel lebih besar secara signifikan dari sisi supply
daripada demand, hal ini menyebabkan investasi biodiesel berada pada kondisi
over supply
- Adanya program IGA yang sangat membantu untuk mengidentifikasi secara detail
tentang peluang penghematan energi sebagai dasar teknis dan ekonomis dalam
perhitungan, sehingga tugas Ditjen EBTKE untuk melakukan pendampingan
dan pemberi rekomendasi dapat dilaksanakan secara optimal
- Dilaksanakannya program mandatori BBN yang ditetapkan melalui Permen
ESDM nomor nomor 32/2008 yang telah diubah menjadi Permen ESDM nomor
12/2015, dimana payung hukum tersebut pada akhirnya dapat mendorong
pengembangan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN).
- Adanya soft skill dan dedikasi seluruh pegawai berupa kemampuan untuk
membangun komunikasi yang baik antar stakeholder, melakukan perencanaan,
lelang, distribusi, hingga memastikan LTSHE sudah diterima rakyat Indonesia
yang berada pada daerah 3T, merupakan elemen yang sangat membantu dalam
mendukung suksesnya program LTSHE
- Pemerintah mendukung penuh dan ikut mengawal secara intensif terhadap
kemajuan pengembangan proyek PLTB Sidrap 75 MW yang merupakan
PLTB berskala utilitas pertama di Indonesia. Kemampuan pemerintah untuk
memberikan kepastian hukum bidang EBT harapannya dapat menarik banyak
investor pembangkit listrik EBT, yang pada akhirnya akan memicu iklim kompetisi
investasi yang baik sehingga harga listrik EBT akan semakin kompetitif.

96
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

BAB IV

PENUTUP

97
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

PENUTUP
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2018, secara keseluruhan,
dari 19 target indikator kinerja yang harus dicapai, terdapat 10 indikator kinerja yang mencapai
lebih dari 100%; 4 indikator kinerja yang capaiannya antara 91-99%; 0 indikator kinerja yang
capaiannya antara 81-90%; 0 indikator kinerja yang capaiannya 61-80%, dan 5 indikator kinerja
yang capaiannya di bawah 60%. Berdasarkan self assessment, hasil dari pengukuran capaian
kinerja organisasi yang dihitung dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi yang
ditetapkan dari masing-masing indikator kinerja menunjukkan bahwa capaian Ditjen EBTKE
dikategorikan ‘’cukup berhasil’’ dengan nilai capaian sebesar 72,86%. Secara ringkas hasil capaian
kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2017-2018 sebagaimana tercantum dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1
Ringkasan Capaian Kinerja Ditjen EBTKE Tahun 2017 dan 20188

NO INDIKATOR KINERJA 2017 2018

Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
dalam penerimaan negara
PNBP sub sektor Energi Baru, Target 0,65 0,7
1. Terbarukan, dan Konservasi Energi Realisasi 0,93 2,28
(Triliun Rp.) Persentase Capaian 153,8 326
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi

Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang


ditawarkan :
Target -
a. Melalui Lelang Realisasi -
2.
Persentase Capaian -
Target 8 5
b. Melalui Penugasan Realisasi 10 5
Persentase Capaian 125 100
Investasi di bidang EBTKE
Target 1,1 1,21
a. Panas Bumi (Miliar US$) Realisasi 1,152 1,21
Persentase Capaian 104,7 100
3. Target 0,595 0,072
b. Bioenergi(Miliar US$) Realisasi 0,749 0,073
Persentase Capaian 125,8 101,4
Target 0,197 0,718
c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan
Realisasi 0,06 0,2425
(Miliar US$)
Persentase Capaian 30,4 33,77
Target 0,003 0,005
d. Konservasi Energi (Miliar US$) Realisasi 0,00358 0,00623
Persentase Capaian 119,3 124,6

98
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

NO INDIKATOR KINERJA 2017 2018

Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik


Jumlah Produksi
Target 86,73 97,84
- Uap panas bumi`( Juta Ton) Realisasi 92,11 101,47*
4. Persentase Capaian 106,2 103,7
Target 4,2 3,92
- Biofuel (Juta KL) Realisasi 3,41 6,17**)
Persentase Capaian 81,2 157,32
Target 24.651 24.786
- Biogas*) (ribu M3) Realisasi 24.786 25.670
Persentase Capaian 100,5 101,76
Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Target 81.328 250.013
Tangga di wilayah terpencil (remote) dan Realisasi 79.556 249.453
5. atau daerah perbatasan yang dilistriki
dengan pembangkit berbasis Energi Baru Persentase Capaian 97,83 99,78
dan Terbarukan*) (Kepala Keluarga)
Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi
6. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit
Listrik Energi Baru dan Terbarukan*):
Target 1.858,5 2058,5
a. Panas Bumi (MW) Realisasi 1.808,5 1.948,5
Persentase Capaian 97,3 95
Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit
Listrik Energi Baru dan Terbarukan*):
Target 1.858,5 2058,5
a. Panas Bumi (MW) Realisasi 1.808,5 1.948,5
Persentase Capaian 97,3 95
Target 1.881 1.881
b. Bioenergi (MW) Realisasi 1.839,5 1.858,5
Persentase Capaian 97,8 98,80
6. Target 112,55 167,02
c. Air (MW) Realisasi 43,77 31,04
Persentase Capaian 38,8 19
Target - -
d. Laut (MW) Realisasi - -
Persentase Capaian - -
Target 11,78 51,11
e. Surya (MW) Realisasi 5,12 1,5
Persentase Capaian 43,4 2,93
Target - 135
f. Angin (MW) Realisasi - 75
Persentase Capaian - 56
Target - -
g. Nuklir (MW) Realisasi - -
Persentase Capaian - -

99
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

NO INDIKATOR KINERJA 2017 2018

Sasaran strategis: Meningkatkan efisiensi pemakai an dan pengelolaan energi


Target 434 429
Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata
7. Realisasi 434 428,6
- rata 1% per tahun) (SBM/ Milliar Rp)
Persentase Capaian 100 100,1
Target 33,6 35,6
8. Penurunan emisi CO2*) (Juta ton) Realisasi 33,9 43,8
Persentase Capaian 100,9 112,5
Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energi
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM Target 20 20
PSO (usaha mikro, usaha perikanan, Realisasi 18,85 19,38
9.
usaha pertanian, transportasi dan
Persentase Capaian 94,25 96,90
pelayanan umum) (%)
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM Target 10 15
10. non-PSO (transportasi, industri, dan Realisasi 10,98 7,66
komersial, pembangkit listrik) (%) Persentase Capaian 109,8 51,07

Self assesment tidak hanya dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan capaian kinerja,
namun juga untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari Ditjen EBTKE. Dalam hal
penilaian efisiensi dan efektifitas, nilai efisiensi rerata Ditjen EBTKE sebesar (-) 184,66% (inefisiensi).
Artinya bahwa penggunaan sumber daya anggaran masih sangat membutuhkan pembenahan dari
sisi perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi. Inefisiensi tersebut utamanya dialami oleh
kegiatan yang berhubungan dengan investasi dan penambahan kapasitas terpasang. Dalam hal ini
sepanjang tahun 2018 Ditjen EBTKE sebagai wakil Pemerintah sudah turut aktif dan optimal
mendukung penciptaan iklim investasi yang positif dan berusaha maksimal untuk meningkatkan
kapasitas terpasang, namun faktor-faktor eksternal yang pelaksanaannya tidak dapat dikendalikan
oleh Ditjen EBTKE seperti mundurnya COD beberapa pembangkit karena belum memasuki
tahap konstruksi, pembebasan lahan, sulitnya untuk mendapatkan biaya pendanaan, dan masih
banyaknya keraguan investor terhadap regulasi EBT, turut mengakibatkan terhambatnya target
capaian. Maka dari itu ke depannya, Ditjen EBTKE harus menjamin dan memastikan kepada
investor agar bisnis yang dijalankan investor bisa berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama ke
depan.

Selain itu, Ditjen EBTKE juga perlu mengoptimalkan pengembangan pembangkit EBT
yang memiliki potensi besar seperti PLTP, PLTA, PLTBM/PLTBG dan PLTS dengan tetap
memperhatikan supply-demand, kesiapan sistem dan keekonomian; menyiapkan insentif; dan
perlu adanya revisi regulasi secara tuntas sehingga dapat menjawab keragu-raguan investor atas
investasi EBT.

Meskipun nilai efisiensi tidak sesuai harapan, namun efektifitas penggunaan sumber daya
terhadap target kinerja Ditjen EBTKE tahun 2018 lebih baik daripada tahun 2017, jika capaian
hasil Ditjen EBTKE tahun 2017 sebesar 96%, maka paada tahun 2018 angka tersebut meningkat

100
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

menjadi 103,76%, dan nilai tengah dari capaian hasil tahun 2017 hingga 2018 yaitu 99,88%
dengan kategori sangat efektif. Keberhasilan tersebut dapat diraih karena:
- Diberlakukan upaya terobosan berupa Penugasan Pengembangan Wilayah Kerja Panas Bumi
kepada BUMN tanpa mekanisme lelang sesuai UU 21/2014. Sehingga Ditjen EBTKE
melakukan penugasan terhadap 8 WKP kepada PT PLN
- Diterapkannya skema pengembangan panas bumi yang baru, yaitu Penugasan Survei
Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE).
- Kapasitas terpasang Biodiesel lebih besar secara signifikan dari sisi supply daripada demand,
hal ini menyebabkan investasi biodiesel berada pada kondisi over supply
- Adanya program IGA yang sangat membantu untuk mengidentifikasi secara detail tentang
peluang penghematan energi sebagai dasar teknis dan ekonomis dalam perhitungan, sehingga
tugas Ditjen EBTKE untuk melakukan pendampingan dan pemberi rekomendasi dapat
dilaksanakan secara optimal
- Dilaksanakannya program mandatori BBN yang ditetapkan melalui Permen ESDM nomor
nomor 32/2008 yang telah diubah menjadi Permen ESDM nomor 12/2015, dimana payung
hukum tersebut pada akhirnya dapat mendorong pengembangan dan pemanfaatan Bahan
Bakar Nabati (BBN).
- Adanya soft skill dan dedikasi seluruh pegawai berupa kemampuan untuk membangun
komunikasi yang baik antar stakeholder, melakukan perencanaan, lelang, distribusi, hingga
memastikan LTSHE sudah diterima rakyat Indonesia yang berada pada daerah 3T, merupakan
elemen yang sangat membantu dalam mendukung suksesnya program LTSHE
- Pemerintah mendukung penuh dan ikut mengawal secara intensif terhadap kemajuan
pengembangan proyek PLTB Sidrap 75 MW yang merupakan PLTB berskala utilitas pertama
di Indonesia. Kemampuan pemerintah untuk memberikan kepastian hukum bidang EBT
harapannya dapat menarik banyak investor pembangkit listrik EBT, yang pada akhirnya
akan memicu iklim kompetisi investasi yang baik sehingga harga listrik EBT akan semakin
kompetitif.

101
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

LAMPIRAN

102
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

ƒ’ƒ‹ƒ‡‰—Žƒ•‹
ƒŽƒ ‡ŒƒŽƒƒ ˆ—‰•‹›ƒ •‡„ƒ‰ƒ‹ ”‡‰—Žƒ–‘”ǡ „‡„‡”ƒ’ƒ ’‡”ƒ–—”ƒ –‡ŽƒŠ †‹•—•— ‘Ž‡Š
‹–Œ‡Ǥ†ƒ’—•–ƒ–—•’‡”‡„ƒ‰ƒƒ–ƒ•”‡‰—Žƒ•‹•—„•‡–‘”‡”‰‹ƒ”—ǡ‡”„ƒ”—ƒǡ†ƒ
‘•‡”˜ƒ•‹‡”‰‹–‡”Ž‹Šƒ–’ƒ†ƒ–ƒ„‡Ž͵ǤʹͳǤ
ƒ„‡Ž͵Ǥʹͳ
ƒ’ƒ‹ƒ‡‰—Žƒ•‹†ƒ–ƒ–—•‡”‡„ƒ‰ƒ›ƒ
Judul Program Status Terakhir
Pokok Pikiran/Lingkup/ Obyek
No. Legislasi/ Latar Belakang dan Tujuan Sasaran
yang diatur
Regulasi

1. RPP tentang Latar Belakang: Pemerintah 1) Pelaksanaan Konservasi Energi - pembahahasan


Konservasi 1) Potensi penghematan energi yang termasuk K/L terkait, a. Umum pembahahasan
Energi (revisi signifikan di sisi penyediaan dan Pemerintah Daerah b. Penyelenggaraan internal
PP 70/2009) pemanfaatan energi dan Stakeholders di  Perencanaan - pembahasan
2) Pemenuhan terhadap target konservasi bidang Konservasi  Pelaksanaan terakhir tanggal 3
energi pada tahun 2025 yaitu: Energi  Monitoring dan Evaluasi Desember 2018 di
a. penurunan intensitas energi 1% per  Pembinaan dan bawah koordinasi
tahun; Pengawasan Direktorat
b. elastisitas energi di bawah 1; dan c. Pengelolaan Konservasi Energi
c. penurunan konsumsi energi sebesar  Penyediaan - Draft Masih di
17% dari BAU  Pengusahaan Direktorat
3) Pertimbangan dilakukan revisi antara  Pemanfaatan Konservasi Energi
lain:  Konservasi Sumber Daya
a. rentang waktu sudah lebih dari 5 Energi
tahun sehingga perlu dilakukan 2) Kemudahan, Insentif dan
penyesuaian dengan kondisi terkini Disinsentif
dan capaian target, serta harmonisasi 3) Sanksi Administrasi
dan sinkronisasi dengan regulasi K/L
terkait;
b. usulan stakeholder untuk
memperluas cakupan, adanya
insentif yang menarik, pembiayaan
efisiensi energi dan ESCO;
c. upaya meningkatkan kepatuhan
obyek terhadap regulasi;
d. belum terimplementasinya amanat
PP 70/ 2009 antara lain penyusunan
RIKEN, penyusunan kriteria
keberhasilan konservasi energi, serta
pemberian insentif dan disinsentif;
dan
e. menghindarkan multitafsir

Tujuan:
1) Mewujudkan regulasi konservasi energi
yang dapat berjalan secara efisien, efektif
dan capaiannya terukur;
2) Menjadi payung hukum kegiatan
konservasi energi yang bersifat lintas
sektoral; dan
3) Menjadi dasar hukum bagi K/L terkait
untuk menyusun regulasi turunan PP
Konservasi Energi sesuai
kewenangannya.
4) Memperkuat peran konservasi energi
yang memberikan multiple-benefit lintas
sektoral antara lain:
a. Mendukung ketahanan energi;
b. mendukung perlindungan
lingkungan;
c. meningkatkan produktivitas dan
daya saing;
d. mengurangi beban biaya energi;

103
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Judul Program Status Terakhir


Pokok Pikiran/Lingkup/ Obyek
No. Legislasi/ Latar Belakang dan Tujuan Sasaran
yang diatur
Regulasi

e.
mendukung efisiensi anggaran
Pemerintah; dan
5) membuka lapangan kerja baru.
Memperkuat peran konservasi energi
yang memberikan multiple-benefit lintas
sektoral antara lain:
a. Mendukung ketahanan energi;
b. mendukung perlindungan
lingkungan;
c. meningkatkan produktivitas dan
daya saing;
d. mengurangi beban biaya energi;
e. mendukung efisiensi anggaran
Pemerintah; dan
f. membuka lapangan kerja baru.
6) Meningkatkan awareness seluruh
pengguna energi bahwa konservasi
energi menjadi tanggung jawab bersama
sesuai peran/fungsi dan wewenang
masing-masing.
2. RPP tentang Latar Belakang: Pemerintah Daerah, 1) Kewenangan dalam - Telah dilakukan
Panas Bumi Melaksanakan ketentuan Pasal 15, Pasal 50 orang perseorangan penyelenggaraan pemanfaatan beberapa kali
untuk ayat (3), Pasal 58 dan Pasal 64 Undang- baik Korporasi langsung Panas Bumi pembahasan
Pemanfaatan Undang Nomor 21 tahun 2014 tentang berbadan hukum 2) Jenis Pemanfaatan Langsung antar
Langsung Panas Bumi atau tidak berbadan Panas Bumi kementerian
hukum 3) Energi Panas Bumi untuk terakhir tanggal
Tujuan: Pemanfaatan Langsung Panas 27 Desember
memberikan pedoman bagi pemerintah Bumi 2018
daerah untuk melaksanakan kewenangan 4) Izin Pemanfaatan Langsung - Draft telah
penyelenggaraan pengusahaan panas bumi Panas Bumi diparaf oleh
untuk pemanfaatan langsung 5) Pembinaan dan Pengawasan masing-masing
Pemanfaatan Langsung Panas Panitia Antar
Bumi kementerian.
6) Penerimaan Negara dari - draft telah
Kegiatan Pemanfaatan disampaikan ke
Langsung Panas Bumi Menteri Hukum
7) Harga energi panas bumi dan Ham melalui
untuk pemanfaatan langsung Surat Sekjen
KESDM Nomor
10919/30/SJN.H
/2018 tanggal
31 Desmber
2018
3. Revisi Permen Latar Belakang: Kementerian, 1) Pengusulan Kegiatan Fisik Telah terbit
ESDM Nomor Guna percepatan pembangunan kegiatan Lembaga Negara dan Pemanfaatan EBTKE Peraturan Menteri
39 Tahun 2017 fisik pemanfaatan energi baru dan energi Pemerintah Daerah 2) Tata cara serah terima ESDM Nomor 12
tentang terbarukan serta konservasi energi perlu Provinsi dan 3) Pengaturan terkait pengelola Tahun 2018
Pelaksanaan melibatkan lembaga negara dan Pemerintah Daerah atau penerima manfaat hasil tentang Perubahan
Kegiatan Fisik Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam Kabupaten /Kota kegiatan Fisik pemanfaatan Atas Peraturan
Pemanfaatan proses pengusulan penyediaan dan EBTKE Menteri ESDM
EBTKE pemanfaatan sumber energi baru dan Nomor 39 Tahun
energi terbarukan untuk pembangkitan 2017 tentang
tenaga listrik maupun untuk non tenaga Pelaksanaan
listrik Kegiatan Fisik
Pemanfaatan
Tujuan: Energi Baru dan
Untuk memberi kewenangan kepada Energi Terbarukan
Pemerintah Daerah kabupaten/kota untuk Serta Konservasi
mengusulkan Pelaksanaan Kegiatan Fisik Energi
Pemanfaatan Energi Baru dan Energi
Terbarukan serta Konservasi Energi

104
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Judul Program Status Terakhir


Pokok Pikiran/Lingkup/ Obyek
No. Legislasi/ Latar Belakang dan Tujuan Sasaran
yang diatur
Regulasi

4. Revisi Permen Latar Belakang: Masyarakat 1) Perencanaan wilayah Telah terbit


ESDM Nomor Guna kelancaran pelaksanaan penyediaan Indonesia yang pendistribusian dan Permen ESDM
33 Tahun 2017 LTSHE bagi masyarakat yang belum belum memperoleh pemasangan LTSHE Nomor 5 Tahun
tentang Tata mendapatkan akses listrik akses terhadap 2) Pengadaan, pendistribusian 2018 tentang
Cara energi listrik, dan pemasangan LTSHE Perubahan Atas
Penyediaan Tujuan: khususnya untuk 3) Penyerahan aset Peraturan Menteri
LTSHE Bagi Untuk meningkatkan kulaitas hidup penerangan/ 4) Pembinaan dan pengawasan ESDM Nomor 33
Masyarakat masyarakat Indonesia yang belum pencahayaan Tahun 2017
yang Belum memperoleh akses terhadap energi listrik, tentang Tata Cara
Mendapatkan khususnya untuk penerangan/ Penyediaan Lampu
Akses Lisrik pencahayaan Tenaga Surya
Hemat Energi Bagi
Masyarakat yang
Belum
Mendapatkan
Akses Listrik
5. Rancangan Latar Belakang: Pemerintah Daerah 1) Jenis Kegiatan Pembangunan Telah terbit
Permen ESDM mempercepat peningkatan rasio dalam menyusun dan instalasi pemanfaatan energi Permen ESDM
tentang elektrifikasi nasional dan mendorong mengusulkan terbarukan Nomor 36 Tahun
Petunjuk pengembangan energi terbarukan di program, serta 2) lembaga pengelola instalasi 2018 tentang
Operasional daerah, dan pencapaian kebijakan energi menggunakan DAK pemanfaatan energi Petunjuk
Pelaksanaan nasional, diperlukan dukungan penyediaan bidang Energi Skala terbarukan Operasional
Dana Alokasi energi berupa pembangunan instalasi Kecil Pelaksanaan Dana
Khusus Fisik pemanfaatan energi terbarukan dan Alokasi Khusus
Bidang Energi penyediaan instalasi tenaga listrik untuk Fisik Bidang Energi
Skala Kecil masyarakat tidak mampu yang Skala Kecil
dilaksanakan melalui kegiatan yang didanai
dari Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan
Bidang Energi Skala Kecil

Tujuan:
mengatur mengenai spesifikasi umum,
spesifikasi teknis, dan/atau mekanikal
elektrikal pelaksanaan pembangunan
instalasi pemanfaatan energi terbarukan
dan penyediaan instalasi tenaga listrik
untuk masyarakat tidak mampu yang
didanai dari Dana Alokasi Khusus Fisik
Penugasan Bidang Energi Skala Kecil
6. Rancangan Latar Belakang: 1) Pemerintah 1) Tingkat/nilai efisiensi energi - RPM telah
Permen ESDM 1) Banyaknya produk yang dipergunakan termasuk K/L peralatan pemanfaat energi; diharmonisasi oleh
tentang masyarakat dan memiliki potensi terkait dalam 2) Izin pencantuman SKEM dan Kemenkumham
Penerapan penghematan energi yang cukup besar; melakukan Label; pada tanggal 29
Standar 2) Sebagai tindak lanjut kebijakan pengawasan 3) prosedur uji laboratorium; November 2018
Kinerja Energi penyederhanaan Tata Niaga dengan Peralatan 4) pengawasan post border; dan - RPM disampaikan
Minimum dan mengubah kebijakan Pengawasan di Pemanfaat 5) Sanksi; kembali Ke EBTKE
Pencantuman Border menjadi Post Border Energi yang melalui Surat Biro
Label Hemat beredar; Peralatan pemanfaat energi yang Hukum Nomor
Energi untuk Tujuan: 2) Produsen/ diatur pada RPermen antara lain: 10869/06/SJH/
Peralatan 1) Bagi Masyarakat/Industri/ Manufaktur dan 1) Lampu Swaballast 2018 tanggal 31
Pemanfaat Konsumen: melindungi dan Importir 2) AC Desember 2018
Energi memberikan informasi kepada Peralatan 3) Kulkas
konsumen dalam memilih peralatan Pemanfaat 4) Penanak Nasi
yang hemat energi dan efisien, Energi; 5) Kipas Angin
konsumsi energi sedikit (efisien), 6) Motor Listrik (industri)
pengeluaran biaya listrik kecil.
2) Bagi Manufaktur/Importir:
persaingan yang sehat, mencegah
peralatan yang tidak efisien (abal-abal,
boros energi) beredar ke pasar
Indonesia.
3) Lingkungan:
lebih bersih, menurunkan emisi GRK
(pencapaian target NDC).

105
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Judul Program Status Terakhir


Pokok Pikiran/Lingkup/ Obyek
No. Legislasi/ Latar Belakang dan Tujuan Sasaran
yang diatur
Regulasi

4) Negara:
mengurangi investasi pembangunan
infrastruktur (pembangkit listrik,
berhemat lebih murah dibanding
membangun infrastruktur), ketahanan
energi, mengurangi pengurasan sumber
daya energi.

7. Rancangan Latar Belakang: 1) Pelaksana PSPE 1) Ketentuan Umum - telah


Permen ESDM Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 93, atau Pemegang 2) Penerapan K3LL dan beberapakali
Keselamatan Pasal 105, dan Pasal 117 Peraturan IPB dan KTPB Keteknikan Panas Bumi oleh pembahasana
dan Kesehatan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2017 tentang dalam Pelaksana PSPE atau Pemegang melibatkan
Kerja, Panas Bumi Untuk Pemanfaatan Tidak menyelenggara- IPB stakeholder dan
Perlindungan Langsung, perlu menetapkan Peraturan kan kegiatan PSPE 3) Penerapan K3LL dan Biro Hukum
dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral atau kegiatan IPB; Keteknikan Panas Bumi oleh KESDM
Pengelolaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan KTPB - RPM telah
Lingkungan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan 2) Perusahaan Usaha 4) Pengendalian Pencemaran disampaikan
Hidup, dan Hidup, dan Kaidah Teknis Panas Bumi Penunjang Panas dan/atau Kerusakan Kepada Bapak
Kaidah Teknis Untuk Pemanfaatan Tidak Langsung Bumi dalam Lingkungan Panas Bumi Menteri melalui
Panas Bumi penyelenggaraan 5) Penerapan K3LL dan Nota Dinas
Untuk usaha penunjang Keteknikan Panas Bumi oleh Dirjen EBTKE
Pemanfaatan Tujuan: Panas Bumi. Perusahaan Usaha Penunjang Nomor 01/06/
Tidak 1) penyederhanaan perizinan di bidang Panas Bumi DJE/2019
Langsung panas bumi dengan menghapus Surat 6) Jaminan Kelaikan Instalasi, tanggal 2 Januari
Keterangan Terdaftar (SKT), Surat Peralatan, dan Teknik Yang 2019.
Kelayakan Penggunaan Peralatan Dipergunakan
(SKPP), Surat Kelayakan Penggunaan 7) Sistem Penanganan Kejadian
Instalasi (SKPI), Welding Procedure Berbahaya dan atau
Spesification (WPS), dan Procedure Kecelakaan
Qualification Record (PQR). 8) Pembinaan dan Pengawasan
2) pedoman untuk menjamin K3LL dan Keteknikan Panas
keberlangsungan dan keberhasilan Bumi
operasi panas bumi mencakup aspek
keselamatan dan kesehatan kerja,
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan, dan penerapan kaidah
teknis yang baik dan benar dalam
pengusahaan panas bumi.
3) mengakomodasi penugasan Badan
Layanan Umum (BLU) dalam
melaksanakan usaha jasa penunjang
(services) di bidang Panas Bumi.
4) memperkenalkan penerapan Sistem
Manajemen K3LL (SMK3LL) Panas
Bumi.
5) penguatan peran pengembang panas
bumi dan usaha jasa penunjang dalam
penerapan K3LL Panas Bumi.
8. Rancangan Latar Belakang: Pemerintah, Mencabut: Telah terbit
Permen ESDM Penyederhanaan peraturan perundang- Pemerintah Daerah, 1) Permen ESDM Nomor 13 Peraturan Menteri
tentang undangan di bidang energi baru, serta seluruh Tahun 2012 tentang ESDM Nomor 9
Pencabutan terbarukan dan Konservasi energi. Stakeholders Penghematan Pemakaian Tahun 2018
Peraturan Subsektor EBTKE Tenaga Listrik tentang
Menteri Energi Tujuan: 2) Permen ESDM Nomor 19 Pencabutan
dan Sumber Mendorong minat investasi pada kegiatan Tahun 2015 tentang Peraturan Menteri
Daya Mineral usaha di bidang energi baru, terbarukan Pembelian Tenaga Listrik ESDM terkait
Terkait dan Konservasi energi dari PLTA dengan Kapasitas Kegiatan Usaha
Kegiatan di sampai dengan 10 MW Energi Baru,
Bidang Energi 3) Permen ESDM Nomor 14 Terbarukan dan
Baru, Tahun 2016 tentang Konservasi Energi

106
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Judul Program Status Terakhir


Pokok Pikiran/Lingkup/ Obyek
No. Legislasi/ Latar Belakang dan Tujuan Sasaran
yang diatur
Regulasi

Terbarukan Penyelenggaraan Usaha Jasa


dan Konservasi Konservasi Energi
Energi 4) Permen ESDM Nomor 19
Tahun 2016 tentang
Pembelian Tenaga Listrik
dari PLTS Fotovltaik oleh PT
PLN (Persero)
5) Permen ESDM Nomor 21
Tahun 2016 tentang
Pembelian Tenaga Listrik
dari PLTBm dan PLTBg oleh
PT PLN (Persero)
9. Rancangan Latar Belakang: 1) Pemegang IPB; 1) Perubahan pendelegasian Telah terbit
Permen ESDM 1) Terbitnya Permen ESDM Nomor 36 2) Pemegang Kuasa wewenang MESDM kepada Permen ESDM
tentang Tahun 2017 tentang PSP dan PSPE; Pengusahaan Kepala BKPM atas pemberian Nomor 30 Tahun
Perubahan 2) Kebijakan penyederhanaan perizinan Sumber Daya Penugasan Survei Pendahuluan 2018 tentang
Kedua atas dan non perizinan di bidang EBTKE; Pabum; Panas Bumi menjadi Perubahan Kedua
Permen ESDM Penugasan Survei Pendahuluan Atas Peraturan
No 35 Tahun Tujuan: 3) Pemegang Izin Menteri Energi dan
Pengusahaan dan Eksplorasi Panas Bumi
2014 tentang 1) Memberikan kepastian berusaha bagi 2) Penghapusan pendelegasian Sumber Daya
Pendelegasian Investor yang berminat mendapatkan Sumber Daya Mineral Nomor 35
Pabum; wewenang MESDM kepada
Wewenang Penugasan Survei Pendahuluan dan Kepala BKPM atas pemberian: Tahun 2014
Pemberian Izin Eksplorasi Panas Bumi untuk 4) Pemegang PSP; tentang
- Persetujuan Usaha
Usaha Pemanfaatan Tidak Langsung; 5) Badan Usaha Penunjang Panas Bumi Pendelegasian
Ketenagalistrik 2) Mendorong minat investasi pada Pelaksana PSPE. - Izin Penggunaan Gudang Wewenang
an Dalam kegiatan usaha di bidang Panas Bumi Bahan Peledak Panas Bumi Pemberian Izin
Rangka untuk Pemanfaatan Tidak Langsung. Usaha
Pelaksanaan Ketenagalistrikan
Pelayanan dalam rangka
Terpadu Satu Pelaksanaan
Pintu Kepada Pelayanan Terpadu
Kepala Badan Satu Pintu Kepala
Koordinasi Kepala Badan
Penanaman Koordinasi
Modal Penanaman Modal.
sebagaimana
telah diubah
dengan
Permen ESDM
Nomor 14
Tahun 2017
10. Rancangan Latar Belakang: 1) Pemerintah 1) Tata cara penyampaian Telah terbit
Permen ESDM Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 67 termasuk K/L dokumen penawaran, Peraturan Menteri
tentang dan Pasal 68 PP No 70 Tahun 2017; terkait; evaluasi dokumen ESDM Nomor 37
Penawaran 2) Pemerintah penawaran, sanggahan Tahun 2018
Wilayah Kerja Tujuan: Daerah; terhadap evaluasi dokumen tentang Penawaran
Panas Bumi, 1) Sebagai pedoman dan landasan hukum 3) Badan Usaha penawaran, serta penunjukan Wilayah Kerja
Penugasan bagi stakeholders yang mempunyai Pelaksana PSPE; langsung jika hanya terdapat 1 Panas Bumi,
Pengusahaan kemampuan pendanaan dalam 4) Investor yang (satu) peserta lelang; Pemberian Izin
Panas Bumi melakukan pengusahaan panas bumi dan berminat 2) Pelelangan Wilayah Kerja Panas Bumi dan
dan Penerbitan berminat mengikuti penawaran WKP; melakukan yang ditetapkan berdasarkan Penugasan
Izin Panas 2) Sebagai Landasan Hukum Penugasan pengusahaan hasil PSPE; Pengusahaan
Bumi Pengusahaan Panas Bumi kepada BUMN panas bumi dan 3) Persyaratan pendaftaran, Panas Bumi.
yang berlaku sebagai IPB, serta berminat Penempatan Komitmen
Penugasan Kegiatan Eksplorasi, mengikuti Eksplorasi, penempatan
Eksploitasi, dan/atau Pemanfaatan penawaran jaminan lelang;
kepada BLU WKP; 4) Pemberian IPB; dan
3) Sebagai landasan hukum pemberian IPB 5) BUMN; 5) Penugasan Pengusahaan
bagi Bdan Usaha yang telah dinyatakan 6) BLU. Panas Bumi kepada BUMN
sebagai pemenang lelang WKP yang berlaku sebagai IPB,
serta Penugasan Kegiatan
Eksplorasi, Eksploitasi,
dan/atau Pemanfaatan kepada
BLU

107
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Judul Program Status Terakhir


Pokok Pikiran/Lingkup/ Obyek
No. Legislasi/ Latar Belakang dan Tujuan Sasaran
yang diatur
Regulasi

11. Rancangan Latar Belakang: 1) Pemerintah 1) Kewenangan Ditjen EBTKE, Telah terbit
Permen ESDM Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25, termasuk K/L Badan Geologi dan Setjen Peraturan Menteri
tentang Pasal 33 ayat (3), Pasal 112 PP No 7 Tahun terkait; Kementerian ESDM sebagai ESDM Nomor 33
Pengelolaan 2017 2) Pemerintah Tim Pengelola Data dan Tahun 2018
dan Daerah; Informasi Panas Bumi; tentang
Pemanfaatan Tujuan: 3) Lembaga 2) Pemanfaatan Data dan Pengelolaan dan
Data dan 1) Sebagai pedoman bagi Ditjen EBTKE, Penelitian dan Informasi Panas Bumi; Pemanfaatan Data
Informasi Badan Geologi dan Setjen Kementerian Akademisi; 3) Kompensasi harga data atau dan Informasi
Panas Bumi ESDM dalam pengelolaan data dan 4) Pemegang IPB; pengeboran yang dilakukan Panas Bumi untuk
untuk informasi Panas Bumi sesuai dengan 5) Pemegang Kuasa oleh Pemerintah atau Pemanfaatan Tidak
Pemanfaatan kewenangannya; Pengusahaan penugasan penambahan data Langsung
Tidak 2) Sebagai pedoman bagi stakeholders Sumber Daya yang dilakukan oleh Badan
Langsung dalam pengelolaan dan penambahan Pabum; Layanan Umum atau BUMN;
data dan informasi Panas Bumi; 6) Pemegang Izin 4) Penyerahan Data dan
Pengusahaan Informasi Panas Bumi
Sumber Daya
Pabum;
7) BLU/BUMN
Penerima
Penugasan
8) Badan Usaha
Pelaksana PSPE.
12. Rancangan Latar Belakang: 1) Pemerintah 1) Penggunan Sistem PLTS Atap Telah terbit
Peraturan bahwa untuk percepatan peningkatan 2) PT PLN 2) Perhitungan Ekspor dan Impor Peraturan Menteri
Menteri ESDM pemanfaatan energi baru dan energi (Persero) Energi Listrik dari Sistem PLTS ESDM Nomor 49
tentang terbarukan dalam bauran energi nasional 3) Konsumen PT Atap Tahun 2018
Penggunaan serta peningkatan efisiensi energi sesuai PLN (Persero) 3) Pembangunan dan tentang
Sistem dengan target Kebijakan Energi Nasional 4) Pelanggan PLTS Pemasangan Sistem PLTS penggunaan sistem
Pembangkit Atap ATAP Pembangkit Listrik
Listrik Tenaga Tujuan: 5) Badan Usaha 4) Pelaporan Tenaga Surya
Surya Atap Untuk mendorong pemanfaatan energi Jasa Penunjang (PLTS) Atap oleh
oleh surya yang ramah lingkungan untuk Tenaga Listrik konsumen
Konsumen PT pembangkitan tenaga listrik menggunakan 6) Lembaga Perusahaan Listrik
Perusahaan sistem pembangkit listrik tenaga surya atap Inspeksi Teknik Negara (PLN).
Listrik Negara oleh konsumen PT Perusahaan Listrik Tenaga Listrik
(Persero) Negara (Persero) untuk kepentingan
sendiri;

13. Rancangan Latar belakang: 1) Pemerintah 1) Tujuan Pengaturan dan Telah terbit
Peraturan bahwa sehubungan dengan perubahan 2) Badan kewajiban pencampuran BBN Peraturan Menteri
Menteri ESDM pengaturan mengenai penggunaan dana Pengelola Jenis Biodiesel ESDM Nomor 41
tentang untuk kepentingan penyediaan dan Dana 2) Pengadaaan BBN Jens Tahun 2018
Penyediaan Perkebunan Biodiesel, Penetapan Badan tentang
pemanfaatan bahan bakar nabati jenis
dan Kelapa Sawit Usaha BBM, Penetapan Badan Penyediaan Dan
Pemanfaatan biodiesel 3) Badan Usaha Usaha BBN, Penetapan Aloksai Pemanfaatan
Bahan Bakar BBN Jenis BBN Jenis Biodiesel Bahan Bakar
Nabati Jenis Tujuan: Biodiesel 3) Dana Pembiayaan Biodiesel Nabati Jenis
Biodiesel a. mewujudkan percepatan pemenuhan 4) Badan Usaha dan Ketentuan Verifikasi Biodiesel Dalam
dalam BBM 4) Pengawasan Kerangka
penahapan kewajiban minimal
Kerangka 5) Institusi 5) Sanksi Administratif Pembiayaan Oleh
Pembiayaan pemanfaatan BBN Jenis Biodiesel; dan terkait Badan Pengelola
oleh Badan b. penyelenggaraan administrasi Dana Perkebunan
Pengelola Dana penyediaan dan penyaluran Dana Kelapa Sawit
Perkebunan
Pembiayaan Biodiesel secara tepat
Kelapa Sawit
sasaran, tepat waktu, dan tepat
manfaat.

108
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Judul Program Status Terakhir


Pokok Pikiran/Lingkup/ Obyek
No. Legislasi/ Latar Belakang dan Tujuan Sasaran
yang diatur
Regulasi

14. Rancangan Latar belakang: 1) Pemerintah 1) Penambahan Ketentuan Umum Telah terbit
Peraturan Penambahan ketentuan mengenai 2) PT PLN terkait Pembangkit Listrik Peraturan Menteri
Menteri ESDM pembelian tenaga listrik oleh PT (Persero) Tenaga Bahan Bakar Nabati ESDM Nomor 53
tentang Perusahaan Listrik Negara dari Pembangkit 3) Badan Usaha 2) Penambahan Bahan bakar Tahun 2018
Perubahan listrik yang memanfaatkan energi bahan 4) Pengembang nabati cair sebagai Sumber tentang Perubahan
Atas Peraturan bakar nabati cair dalam Peraturan Menteri Pembangkit Energi Terbarukan Atas Peraturan
Menteri ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 50 Listrik 3) Mekanisme Pembelian Tenaga Menteri ESDM
Nomor 50 Tahun 2017 5) Institusi terkait Listrik dari PLT BBN Nomor 50 Tahun
Tahun 2017 2017 tentang
tentang Tujuan : Pemanfaatan
Pemanfaatan Untuk meningkatkan pemanfaatan energi Sumber Energi
Sumber Energi terbarukan untuk kepentingan Terbarukan untuk
Terbarukan ketenagalistrikan nasional Penyediaan Tenaga
untuk Listrik
Penyediaan
Tenaga Listrik
15. Rancangan Latar Belakang : 1) Pemerintah 1) Memberlakukan SKKNI Bidang Rancangan
Peraturan Untuk pemenuhan dan peningkatan 2) Institusi Audit Energi sebagaimana Peraturan Menteri
Menteri ESDM kompetensi auditor energi yang berkualitas pendiidkan tercantum dalam Lampiran ESDM telah
tentang dan memiliki kemampuan teknis serta dan pelatihan Keputusan Menteri disampaikan
Pemberlakuan keterampilan khusus di bidang audit energi. 3) Dunia Ketenagakerjaan Nomor 53 kepada Bapak
Standar usaha/industri tahun 2018 Menteri ESDM
Kompetensi Tujuan : dn • Kategori Aktivitas : Profesional, melalui Nota Dinas
Kerja Nasional Meningkatkan kompetensi auditor energi penggunaan Ilmiah dan Teknis Dirjen EBTKE
Indonesia yang berkualitas dan memiliki kemampuan tenaga kerja  Golongan Pokok Aktifitas : Nomor
Kategori teknis serta keterampilan khusus di bidang 4) Institusi Profesional, Ilmiah, dan Teknis 414/06/DJE/2018
Aktivitas audit energi. penyelenggara Lainnya tanggal 26
Profesional, pengujian dan Sebagai acuan dalam penyusunan Desember 2018.
Ilmiah dan sertifikasi jenjang kualifikasi nasional,
Teknis penyelenggaraan pendidikan dan
Golongan pelatihan profesi, uji kompetensi
Pokok dan sertifikasi profesi Bidang
Aktivitas Audit Energi.
Profesional,
ilmiah dan 2) Pembinaan dan Pengawasan atas
Teknis Lainnya penerapan SKKNI Bidang Audit
Bidang Audit Energi dilaksanakan oleh Menteri
Energi dengan pelimpahan kewenangan
kepada Diretur Jenderal EBTKE.

3) Pada saat Peraturan Menteri ini


mulai berlaku, sertifikat
kompetensi auditor energi yang
telah diterbitkan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-
undangan sebelum Peraturan
Menteri ini, dinyatakan tetap
berlaku sampai dengan jangka
waktu sertifikat kompetensi
auditor energi berakhir.

109
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

110
LKj Ditjen EBTKE | 2018

Anda mungkin juga menyukai