LKj DITJEN
EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
KATA PENGANTAR
ii
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
RIDA MULYANA
i
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kebijakan dan program Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan
Koservasi Energi (Ditjen EBTKE) difokuskan pada peningkatan penyediaan energi,
percepatan penyediaan akses energi modern, kontribusi pada program penurunan
GRK, kontribusi pada PNBP Nasional, dan penghematan devisa energi yang berasal
dari energi terbarukan. Hal ini diharapkan mampu memperkuat kemandirian dan
ketahanan energi nasional yang membawa multiplier effect sebagai penggerak
utama perekonomian nasional. Upaya pemberdayaan energi baru terbarukan sebagai
modal pembangunan tak lepas dari peran Direktorat Jenderal EBTKE, yang konkrit
diwujudkan melalui percepatan penyediaan akses masyarakat terhadap energi
modern, listrik dan bahan bakar.
% 81%
- 99 - 90
1%
0
%
4
9
60%
1 0 0% ke a t a s
ke b a w a h
10
ii
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
iii
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
SINGKATAN :
B20 : Pencampuran 20% Biodiesel dengan 80% Bahan Bakar Minyak Jenis Solar
BBM : Bahan Bakar Minyak
BBN : Bahan Bakar Nabati
BU : Badan Usaha
COD : Commercial Operation Date
DAK : Dana Alokasi Khusus
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
EBT : Energi Baru Terbarukan
excess power : Pembelian Kelebihan Tenaga Listrik
HIP : Harga Indeks Pasar
IKU : Indikator Kinerja Utama
IPB : Izin Panas Bumi
IPP : Independent Power Producer
JutaKL : Juta Kilo Liter
Lintas EBTKE : Layanan dan Informasi EBTKE
LTSHE : Lampu Tenaga Surya Hemat Energi
MW : Megawatt
NGO : Non Governmnet Organization
off-grid : Sistem Terpisah Jaringan PLN/Menghasilkan Listrik Sendiri
on-grid : Terkoneksi Jaringan PLN
own-use : Penggunaan Listrik Sendiri
PJU-PV : Penerangan Jalan Umum menggunakan Photovoltaic
PK : Perjanjian Kinerja
PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air
PLTAL : Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
PLTB : Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
PLTBg : Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
PLTBm : Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
PLTM : Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
PLTMH : Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
PLTS : Pembangkit Listrik Tenaga Surya
PLTSa : Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
PODES : Potensi Desa
PPA : Power Purchase Agreement
PSO : Public Service Obligation/Kewajiban pelayanan publik
PSPE : Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi
RAN-GRK : Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
RAPBN : Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Renstra-KL : Rencana Strategis kementerian/lembaga
RKP : Rencana Kerja Pemerintah
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
SBM/Miliar Rp : Setara Barrel Minyak/Miliar Rupiah
SIPENAS : Sistem Informasi Persuratan Dinas
TBBM : Terminal Bahan Bakar Minyak
WKP : Wilayah Kerja Panas Bumi
iv
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
DAFTAR ISI
A. KATA PENGANTAR i
B. RINGKASAN EKSEKUTIF ii
C. SINGKATAN iv
D. DAFTAR ISI v
1. BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Dasar Hukum 5
1.3 Tugas Dan Fungsi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan
Konservasi Energi (EBTKE) 5
1.4 Profil Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi 6
1.5 Struktur Organisasi 6
1.6. Sumber Daya Manusia 8
1.7 Anggaran 11
1.8. Isu Strategis 12
5. LAMPIRAN 103
v
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
vi
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
BAB I
PENDAHULUAN
1
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 1.1
Sasaran Pengelolaan Energi #EnergiBerkeadilan
1. Rasio Elektrifikasi
Rasio elektrifikasi menandakan tingkat perbandingan jumlah penduduk yang menikmati
listrik dengan jumlah total penduduk di suatu wilayah atau negara. Kontribusi rasio
elektrifikasi dari EBT berasal dari peningkatan kapasitas pembangkit, baik off grid dan on
grid serta penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi. Kedua program tersebut juga
menjadi prioritas Kementerian ESDM dalam rangka peningkatan rasio elektrifikasi nasional.
Pada akhir tahun 2017, rasio elektrifikasi secara nasional (EBT dan non-EBT) mencapai
94,91% dari terdapat 5,09% penduduk Indonesia belum menikmati listrik. Pada tahun 2018,
2
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan target rasio elektrifikasi sebesar 97,5%. Maka
dari itu diperlukan langkah nyata dari Ditjen EBTKE untuk terus berupaya merealisasikan
target rasio elektrifikasi nasional
2. Keberlanjutan
Dalam rangka menjaga keberlanjutan pasokan energi dengan menciptakan iklim bisnis yang
kondusif, Pemerintah khususnya Ditjen EBTKE berupaya untuk memastikan perjanjian jual
beli listrik (power purchase agreement/PPA) secara benar dan seimbang antara PLN dan IPP,
salah satu caranya yaitu dengan mendorong investor untuk membangun PLT EBT. Langkah
tersebut diharapkan agar harga EBT periode mendatang semakin kompetitif. Hingga tahun
2017, telah ditandatangani 70 kontrak IPP renewable dengan PT PLN (Persero), dengan
kapasitas 1.214 MW. Jumlah tersebut meningkat secara signifikan apabila dibandingkan
dengan capaian tahun 2016 dimana kontrak IPP renewable yang berhasil ditandatangani
hanya sebanyak 14 IPP dengan kapasitas sebanyak 116 MW. Tentunya hal ini merupakan
hasil yang menggembirakan di bidang pengembangan EBT. Apabila seluruh kontrak IPP
renewable terealisasi, tentunya akan memperbesar ketersediaan EBT untuk pemanfaatan
optimal.
70
1.214 MW
23
15 14 14
1.251 MW 5
528 MW 1.829 MW 116 MW
366 MW
Gambar 1 .2
Kontrak EBT yang ditandatangani tahun 2013-2018
3. Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance
dan melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan
dan sumber daya manusia aparatur. Bias diartikan sebagai upaya Pemerintah (khususnya
badan publik) untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat melalui
peningkatan profesionalisme pegawai dan komitmen untuk mewujudkan tata kelola yang
baik (good governance). Beberapa area perubahan reformasi birokrasi di lingkungan Ditjen
EBTKE , diantaranya melalui:
3
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
a. Penyederhanaan perizinan
Sesuai amanat Presiden RI Joko Widodo untuk menata regulasi dan perizinan yang
tumpang tindih dan tidak relevan, maka penyederhanaan proses perizinan bidang
EBT mutlak dilakukan. Hal ini bertujuan agar memudahkan investor untuk berusaha
sehingga dapat menarik investasi bidang EBT, menciptakan lapangan kerja dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Semenjak tahun 2017 Ditjen EBTKE telah
menyederhanakan perizinan sebanyak ...
b. Online system
Dalam hal penerapan good governance, Ditjen EBTKE berkomitmen untuk
menerapkan e-government yang berbasis penggunaan informasi dan teknologi
komunikasi, tujuannya untuk meningkatkan kualitas proses layanan kepada warga
masyarakat melalui sistem layanan online. Masyarakat diharapkan dapat menikmati
manfaat langsung dari layanan online secara transparan, pemangkasan biaya dan waktu
serta meminimalisir kemungkinan terjadinya praktik korupsi dalam pelayanan publik
yang dilakukan pemerintah.
Beberapa layanan online yang saat ini terdapat pada Ditjen EBTKE diantaranya: Sistem
Layanan dan Informasi EBTKE (Lintas EBTKE), Sistem Informasi Persuratan Dinas
(SIPENAS), Sistem Monitoring dan Pelaporan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi
(LTSHE), Dashboard EBTKE,dll. Saat ini aplikasi yang masih dalam pengembangan
yaitu aplikasi perizinan EBTKE yang memuat seluruh informasi perizinan di EBTKE.
Penerapan teknologi informasi di Ditjen EBTKE diharapkan dapat dimanfaatkan
untuk urusan perizinan, pengajuan, pelaporan dan pelayanan publik.
c. Good governance
Pembenahan dalam hal pelayanan terhadap masyarakat terus dilakukan Ditjen EBTKE
untuk membantu masyarakat dalam hal akses pelayanan.
4
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Selain Permen PAN R/B, terdapat pula Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 17/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian ESDM dan Keputusan Inspektur
Jenderal Nomor 122.K/07.06/IJN/2016 tentang Petunjuk Teknis atas Reviu Laporan Kinerja
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang mengatur tentang kegiatan monitoring dengan
cara mengamati secara seksama suatu keadaan sehingga semua data masukan atau informasi yang
diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan
yang diperlukan terhadap tindakan selanjutnya.
5
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Pembentukan Ditjen EBTKE merupakan salah satu terobosan penting mengingat urgensi
peranan EBTKE dalam bauran energi nasional. Ditjen EBTKE diharapkan dapat bertindak sebagai
pembuat dan pengawal kebijakan untuk mendorong pengembangan EBTKE. Pada tahun 2016
akhir, Ditjen EBTKE mendapat tambahan amanah baru untuk mewujudkan agenda program
prioritas Nawa Cita, khususnya butir ke-3, melalui pengembangan infrastruktur energi baru
terbarukan di daerah terpencil. Salah satu upaya dalam melaksanakan pengembangan infrastruktur
di wilayah terpencil yaitu melalui program Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi atau
lebih dikenal dengan LTSHE. Program ini merupakan upaya Pemerintah dalam membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI, yang
ditujukan bagi masyarakat yang belum mendapatkan akses listrik dalam kurun waktu tiga tahun
mendatang, dengan harapan agar kebutuhan listrik bagi warga negara yang tinggal di kawasan
perbatasan, daerah tertinggal, daerah terisolir dan pulau-pulau terluar (Daerah 3T) dapat terpenuhi
menuju pemerataan kesejahteraan.
6
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 1.3
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal EBTKE
Selama tahun 2018 terdapat rotasi pimpinan unit eselon II, diantaranya:
1. Direktur Panas Bumi semula dijabat Ir. Yunus Saefulhak, M.Sc. dengan masa jabatan 2 tahun
7 bulan yaitu sejak tanggal 29 Mei 2015 sampai dengan 8 Januari 2018, kini digantikan oleh
Ir. Ida Nuryatin Finahari M.Eng.
2. Direktur Bionergi semula dijabat oleh Drs. Sudjoko Harsono Adi, M.M. dengan masa 3
tahun yaitu sejak tanggal 19 Februari 2016 sampai dengan 15 Februari 2018, kini digantikan
oleh Andriah Feby Misna, S.T., M.T.
3. Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan dijabat oleh sebelumnya Ir. Maritje Hutapea dengan
masa 2 tahun 7 bulan yaitu sejak tanggal 07 Mei 2015 sampai dengan 8 Desember 2017, kini
digantikan oleh Harris, S.T., M.T.
4. Direktur Konservasi Energi dijabat yang sebelumnya dijabat Ir. Sugeng Mujiyanto, M.Sc.,
M.Env.Eng. Sc. dengan masa 5 bulan yaitu sejak tanggal 08 Januari 2018 sampai dengan 3
Mei 2018, kini digantikan oleh Dr. Ir. Hariyanto, M.T. Posisi tersebut diemban Beliau sejak
tanggal 19 Juli 2018 sampai sekarang.
5. Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE dijabat oleh Noor Arifin
Muhammad, S.T., M.Sie. sejak tanggal 30 Maret 2017 menggantikan Dr. Ir. Hendra
Iswahyudi, M.Si. yang telah menjabat selama 8 bulan yaitu sejak tanggal 20 Juli 2016 sampai
dengan 28 Februari 2017.
7
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 1.1
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Jenis Persentase
No Unit Jumlah
Pria Wanita (%)
1 Setditjen EBTKE 43 30 73 20,80
2 Dit. Panas Bumi 53 24 77 21,94
3 Dit. Bio Energi 26 24 50 14,25
4 Dit. Aneka EBT 33 26 59 16,81
5 Dit. Konservasi Energi 40 13 53 15,10
Dit. Renbang
6 34 5 39 11,11
Infrastruktur EBTKE
Jumlah Total 229 122 351 100 %
Tabel 1.2
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Menurut Usia
RANGE USIA
JUM
No. UNIT 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-60
LAH
P W P W P W P W P W P W P W P W
Setditjen Energi Baru,
1 0 0 9 3 9 12 8 3 7 5 3 4 3 2 4 1 73
Terbarukan dan KE
2 Dit Panas Bumi 0 0 9 7 16 8 11 3 5 1 2 0 5 5 5 0 77
3 Dit Bio Energi 0 0 2 3 8 11 4 3 3 2 3 3 3 2 3 0 50
Dit Aneka Energi Baru dan
4 0 0 8 9 6 8 5 2 4 0 5 5 1 1 4 1 59
Energi Terbarukan
5 Dit Konservasi Energi 0 0 8 4 14 2 5 3 4 2 3 1 3 1 3 0 53
Dit Renbang dan
6 0 1 4 1 11 2 6 0 4 0 4 1 2 0 3 0 39
Infrastruktur EBTKE
JUMLAH TOTAL 0 1 40 27 64 43 39 14 27 10 20 14 17 11 22 2 351
8
LKj Ditjen EBTKE | 2018
Tabel 1.3
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Menurut Pendidikan
TINGKAT PENDIDIKAN
Sarmud/Diploma S1 S2 S3
NO UNIT SD SLTP SLTA Spesialis JUM
1 LAH
Eksakta Sosial Eksakta Sosial Eksakta Sosial Eksakta Sosial
P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W
Setditjen
Energi Baru,
1 0 0 0 0 8 4 0 0 3 0 12 3 11 20 0 0 4 1 5 2 0 0 0 0 73
Terbarukan
dan KE
Dit Panas 0
2 0 0 0 0 3 1 0 0 0 1 36 17 2 3 0 9 2 2 0 0 0 1 0 77
Bumi
Dit Bio
3 0 0 0 0 4 1 0 0 0 0 11 12 5 5 0 0 2 4 4 1 0 1 0 0 50
Energi
Dit Aneka
Energi Baru
4 0 0 0 0 1 2 0 1 0 0 22 20 2 2 0 0 7 0 1 0 0 0 0 0 59
dan Energi
Terbarukan
Dit Konservasi
5 0 0 0 0 3 1 1 0 0 0 26 8 5 3 0 0 3 1 2 0 0 0 0 0 53
Energi
Dit Renbang
dan
6 0 0 0 0 7 0 1 0 1 1 15 3 6 1 0 0 3 0 1 0 0 0 0 0 39
Infrastruktur
EBTKE
JUMLAH TOTAL 0 0 0 0 26 9 2 1 4 2 122 63 31 34 0 0 28 8 15 4 0 1 1 0 351
9
10
Tabel 1.4
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Menurut Golongan
I II III IV
UNIT JMLH
No.
KERJA TOT
I/a I/b I/c I/d II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d
JMLH JMLH JMLH JMLH
P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W
Setditjen
Energi Baru,
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 8 10 5 10 13 7 5 3 7 60 1 0 2 0 1 0 1 0 5 73
Terbarukan
dan KE
Dit Panas
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 9 22 9 6 3 9 2 70 4 0 2 1 0 0 0 0 7 77
Bumi
Dit Bio
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 5 3 10 11 2 3 4 4 42 1 2 2 1 0 0 0 0 6 50
Energi
Dit Aneka
Energi Baru
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 8 5 7 16 7 1 7 2 53 1 1 2 0 0 0 0 0 4 59
dan Energi
Terbarukan
Dit
5 Konservasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 11 1 16 6 4 1 6 2 47 1 1 2 0 0 0 0 0 4 53
Energi
Dit Renbang
6 dan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 7 10 2 7 2 4 1 4 0 30 1 0 1 0 0 0 0 0 2 39
Infrastruktur
JUMLAH TOTAL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 18 2 0 0 21 54 25 72 57 30 14 33 17 302 9 4 11 2 1 0 1 0 28 351
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
1.7 Anggaran
Dalam rangka pelaksanaan tugas mewujudkan tujuan dari kementerian ESDM, Direktorat
Jenderal EBTKE telah menetapkan program Pengelolaan Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi,
dengan anggaran tahun 2018 sebesar Rp 1.722.218.242.000. Anggaran tersebut yang diuraikan
menjadi kegiatan-kegiatan sebagaimana tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Tahun 2018. Anggaran belanja tahunan Direktorat Jenderal EBTKE pada umumnya
dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan program-program yang
memberikan dampak secara langsung kepada masyarakat. Oleh sebab itu, lebih dari 50% anggaran
Direktorat Jenderal EBTKE setiap tahunnya dibelanjakan untuk infrastruktur, demi memenuhi
kebutuhan masyarakat akan energi.
2,1 2,1
1,7
1,3 1,3 1,3
Gambar 1.4
Pagu Direktorat Jenderal EBTKE Periode 2013-2018
Adapun rincian pagu anggaran Tahun 2018 dari masing-masing unit di lingkungan Direktorat
Jenderal EBTKE terlihat pada tabel 1.5.
Tabel 1.5
Pagu Anggaran Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2018
11
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Dasar hukum program LTSHE yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2017 tentang Penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi Bagi Masyarakat Yang Belum
Mendapatkan Akses Listrik yang telah ditandatangani pada tanggal 12 April 2017. Perpres 47/2017
mengatur tentang ketentuan terkait penyediaan, pengawasan distribusi, peran Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah serta aturan terkait badan usaha pelaksana penyedia LTSHE. Peraturan
lainnya yang mendasari terselenggaranya program LTSHE yaitu Peraturan Menteri ESDM Nomor
5 Tahun 2018 (sebagai perubahan dari Permen 33 /2017) tentang Tata Cara Penyediaan Lampu
Tenaga Surya Hemat Energi bagi Masyarakat yang Belum Mendapatkan Akses Listrik. Dalam
peraturan tersebut dijelaskan tentang mekanisme pelaksanaan program LTSHE yang mekanisme
pelaksanaannya didasarkan pada usulan tertulis dari pemerintah daerah terkait kegiatan fisik
pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan dan ditujukan kepada Menteri c.q. Direktur
Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.
Sumber data penerima manfaat LTSHE awalnya menggunakan Data Potensi Desa (Podes)
yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik sebagai dasar penentuan pertama target penerima
manfaat LTSHE. Namun dalam perkembangannya, dilakukan pula pemutakhiran sumber data
penerima manfaat LTSHE yang dilakukan melalui koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan
survey ke setiap desa. Hasil akhir dari pendataan tersebut berupa tabel calon penerima LTSHE
dengan menyebutkan nama penerima, alamat, tanda identitas penerima dan Surat Pernyataan
Kesediaan Menerima Hibah dari masing-masing calon Penerima LTSHE yang diwakilkan oleh
camat, kepala desa/lurah setempat atau pejabat yang setara. Pemutakhiran data tersebut sesuai
dengan ketentuan yang tercantum pada Pasal 9 Permen ESDM Nomor 5 Tahun 2018, yaitu Badan
Usaha penyedia LTSHE bertanggungjawab atas verifikasi calon penerima LTSHE berdasarkan data
lokasi pelaksanaan.
12
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Program LTSHE merupakan program strategis yang terdapat pada Direktorat Perencanaan
Pembangunan dan Infrastruktur EBTKE. Program ini diharapkan dapat mendorong pengembangan
program desa mandiri energi, mendorong penyediaan energi yang berasal dari sumber energi baru
dan energi terbarukan, mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan infrastruktur
keenergian di wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan, kepulauan kecil dan terluar, pasca bencana,
dan/atau pasca konflik serta menjadi percontohan pengusahaan energi baru dan energi terbarukan.
Pada tahun 2018 diberlakukan upaya terobosan berupa Penugasan Pengembangan Wilayah
Kerja Panas Bumi kepada BUMN tanpa mekanisme lelang sesuai UU 21/2014. Adanya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi telah menghasilkan kerangka kerja baru dalam
pengembangan Panas Bumi di Indonesia, dimana pemberian izin pemanfaatan langsung hanya
memerlukan izin dari pemerintah pusat saja, tidak lagi memerlukan izin dari gubernur, bupati/
walikota wilayah setempat. Perubahan kerangka kerja yang baru telah menghasilkan mekanisme
penetapan WKP tahun 2018 melalui penawaran dan penugasan, tanpa lelang.
Campur tangan pemerintah atas pengadaan Biodiesel yang diperluas ke sektor non PSO
sebagai tindak lanjut atas pelaksanaan Permen ESDM no 41/2018 juga telah membantu dalam
peningkatan signifikan atas produksi biodiesel tahun 2018.
Pada bidang konservasi energi, pelaksanaan konservasi energi sangat berkaitan erat dengan
perilaku individu yang sangat dipengaruhi oleh budaya keluarga dan masyarakat sekitarnya. Maka
dari itu, Direktorat Jenderal EBTKE telah berupaya untuk meningkatkan kesadaran dengan
cara memberikan diseminasi secara massif, sistematis dan berkesinambungan terkait pentingnya
konservasi energi dan cara efektif dalam melakukan penghematan energi.
13
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
14
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
BAB II
RENCANA
STRATEGIS
15
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Renstra Ditjen EBTKE Tahun 2015-2019 selanjutnya menjadi pedoman dalam rangka
pencapaian sasaran pembangunan nasional di bidang energi baru terbarukan. Dalam renstra,
terdapat beberapa sasaran strategis yang ingin dicapai Ditjen EBTKE setiap tahunnya. Sasaran
strategis tersebut tertuang dalam Permen ESDM No.13/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2015-2019, diantaranya:
1. Meningkatkan diversifikasi energi
2. Meningkatkan efisiensi energi dan pengurangan emisi
3. Mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor ESDM
4. Meningkatkan investasi sektor ESDM
5. Meningkatkan akses dan infrastruktur energi
Berdasarkan dokumen RPJMN 2015-2019, fokus utama Ditjen EBTKE dalam upaya
mendukung rencana strategis Kementerian ESDM yaitu terkait dengan peningkatan bauran energi
baru dan terbarukan (EBT). Rencana tersebut diharapkan dapat membantu pengembangan dan
pengoptimalan pemanfaatan EBT, melalui : (i) bauran EBT sebesar 10-16 Persen; (ii) kapasitas
terpasang pembangkit listrik EBT (PLTP, PLTA dan PLTMH) sebesar 7,5 GW; (iii) pelaksanaan
pilot project reaktor daya PLTN dengan kapasitas sekitar 10 MW ; dan (iv) pelaksanaan pilot
project pembangkit listrik tenaga arus laut minimal 1 MW.
Faktanya, pemanfaatan EBT hingga kini masih belum maksimal. Berdasarkan catatan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), bauran pemanfaatan sumber energi
hingga saat ini masih dikuasai oleh energi fosil. Jika dilihat secara nasional, sumber energi dari
minyak bumi masih menjadi tumpuan utama masyarakat Indonesia dengan persentase sebesar 47
persen. Disusul kemudian batu bara dan gas bumi masing-masing telah termanfaatkan 24 persen.
Sisanya, yaitu sebanyak lima persen, EBT menyumbang porsinya dalam bauran pemanfaatan energi
nasional. Jika ditinjau, angka lima persen pun tergolong sedikit lantaran hanya 59 juta setara barel
minyak dalam setahun.
16
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Dilator belakangi atas kondisi tersebut, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional akhirnya mengeluarkan jurus baru yang diyakini
ampuh, yakni menggenjot pemanfaatan EBT, dan mengerem penggunaan sumber energi fosil. Dalam
kebijakan tersebut, target bauran EBT pada 2020 disebut sebesar 17 persen. Sedangkan, pada 2025
mendatang, pemanfaatan EBT diharapkan sampai 23 persen. Atas permasalahan tersebut, Ditjen
EBTKE telah merilis lima langkah pengembangan EBT. Pertama, dengan menambah kapasitas
pembangkit untuk produksi energi. Dalam beberapa tahun ke depan, pembangunan pembangkit
listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) akan digencarkan.
Langkah kedua, dengan menambah penyediaan akses terhadap energi modern bagi daerah terisolasi,
khususnya pembangunan energi perdesaan dengan mikrohidro, tenaga surya, biomassa, dan biogas.
Ketiga, dengan mengurangi biaya subsidi BBM, dimana substitusi PLTD dengan pembangkit EBT
dapat mengurangi subsidi. Sedangkan, langkah keempat dan kelima adalah mengurangi emisi gas
rumah kaca dan penghematan energi besar-besaran.
Terkait hal tersebut, terdapat Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja yang menjadi lingkup
tugas dan tanggung jawab Ditjen EBTKE, yang dalam pelaksanaannya sangat berkaitan dengan
tujuan dan sasaran strategis Kementerian ESDM, seperti tercantum pada tabel 2.1:
Tabel 2.1
Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Ditjen EBTKE 2015-2019
Tabel 2.2
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
19
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 2.3
Target Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2018
TARGET
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018
Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
dalam penerimaan negara
1. PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Triliun Rp . 0,7
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang ditawarkan :
2. a. Melalui Lelang 0
b. Melalui Penugasan 5
3. Investasi di bidang EBTKE
a. Panas Bumi Miliar US$ 1,21
b. Bioenergi Miliar US$ 0,072
c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan Miliar US$ 0,718
d. Konservasi Energi Miliar US$ 0,005
Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik
4. Jumlah P roduksi
- Uap panas bumi Juta Ton 97,84
- Biofuel Juta KL 3,92
- Biogas*) ribu M3 24.786
Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil
Kepala
5. (remote ) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan 250.013
Keluarga
pembangkit berbasis Energi Ba ru dan Terbarukan*)
TARGET
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018
TARGET
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018
21
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
23
LKJ 2018
Reviu Target IKU dalam Dokumen PK dan Renstra
Tabel 2.4
22
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
24
LKJ 2018
23
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
25
LKJ 2018
24
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
26
LKJ 2018
25
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
26
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
BAB III
Akuntabilitas
KINERJA
27
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Hasil perkalian tersebut disimpulkan kembali berdasarkan skala pengukuran ordinal dengan
katagori sangat berhasil, berhasil,cukup berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil. Berdasarkan
penilaian sendiri (self assesment) didapatkan capaian Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE tahun
2018 cukup berhasil, karena dari 19 (sembilan belas) indikator kinerja, terdapat 1 (satu) indikator
kinerja yang skalanya kategori kurang berhasil dan 1 (satu) indikator kinerja yang skalanya kategori
tidak berhasil , selain itu semuanya berada pada skala ordinal ≥ 95,5%. Berikut ini rincian target
dan realisasi pencapaian kinerja Direktorat Jenderal EBTKE tahun 2018, berdasarkan perjanjian
kinerja tahun 2018, sebagaimana tercantum dalam tabel 3.1.
28
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.1
Capaian Kinerja
TARGET CAPAIAN
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
dalam penerimaan negara
1. PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, Triliun Rp. 0,7 2,28 326
dan Konservasi Energi
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang
ditawarkan :
2.
a. Melalui Lelang 0
b. Melalui Penugasan 5 5 100
3. Investasi di bidang EBTKE
a. Panas Bumi Miliar US$ 1,21 1,21 100
b. Bioenergi Miliar US$ 0,072 0,073 101,4
c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan Miliar US$ 0,718 0,2425 33,77
d. Konservasi Energi MiliarUS$ 0,005 0,00623 124,6
Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik
4. Jumlah Produksi
- Uap panas bumi Juta Ton 97,84 101,47* 103
- Biofuel Juta KL 3,92 6,16**) 153,32
- Biogas*) ribu M3 24.786 25.670 101,76
Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga
di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah Kepala
5. 250.013 249.453 99,78
perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit Keluarga
berbasis Energi Baru dan Terbarukan*)
Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi
Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit
6. Listrik Energi Baru dan Terbarukan*):
a. Panas Bumi MW 2058,5 1.948,5 95
b. Bioenergi MW 1.881 1858.5 98,80
c. Air MW 167,02 31,04 19
d. Laut MW -
e. Surya MW 51,11 1,5 2,93
f. Angin MW 135 75 56
g. Nuklir MW -
Sasaran strategis: Meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi
Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata-rata SBM/ Milliar
7. 429 428,6 100,1
1% per tahun) Rp
8. Penurunan emisi CO2*) Juta ton 35,6 43,8 112,5
Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energi
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO
9. (usaha mikro, usaha perikanan, usaha % 20 19,38 96,90
pertanian, transportasi dan pelayanan umum)
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM
10. non-PSO (transportasi, industri, dan % 15 7,66 51,07
komersial, pembangkit listrik)
Keterangan: *) Perhitungan kumulatif
29
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Jika dilihat dari rata-rata tengah dari 19 (Sembilan belas) indikator, dihasilkan capaian sasaran
Direktorat Jenderal EBTKE tahun 2018 adalah 72,86% atau dalam kategori “cukup berhasil”,
dengan dasar perhitungan sebagai berikut:
([1 x 95,5]+[1 x 95,5]+[4x 70,5]+[3 x 95,5]+[1 x 95,5]+[5 x 40,5]+[1 x 95,5]+[1 x 95,5]+[1 x 95,5]+[1 x 40,5])
Capaian Sasaran= = 72,86
19
Parameter ini diharapkan menjadi pendorong peningkatan kinerja pada tahun berikutnya. Analisis
dan rincian kegiatan atas capaian kinerja Direktorat Jenderal EBTKE (Ditjen EBTKE) tahun 2018,
disajikan pada penjelasan berikut ini.
Peran Ditjen EBTKE dalam rangka mewujudkan penerimaan negara yaitu berkaitan dengan
Jumlah Realisasi PNBP dari sektor Panas Bumi terhadap target APBN. Adapun capaian PNBP
Subsektor EBTKE terlihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Capaian PNBP Subsektor EBTKE
TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
dalam penerimaan negara
Sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Triliun
0,70 2,28 326
Energi Rp.
Tabel 3.3
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi PNBP Panas Bumi
Periode 2015-2018
Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
dalam penerimaan negara
Penerimaan Negara Bukan Pajak Renstra 0,58 0,63 0,67 0,73
Panas Bumi (Triliun Rp)
Perjanjian Kinerja 0,58 0,63 0,65 0,70
Realisasi 0,884 0,907 0,93 2,28
30
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Dari tabel 3.2 dapat disimpulkan bahwa penerimaan PNBP sampai dengan Triwulan IV Tahun
2018 adalah sebesar Rp 2.280 Milyar atau sebesar 326% dari target di tahun 2018 yaitu sebesar
0,70 Triliun Rupiah (Rp 700 Milyar), sedangkan tabel 3.3 menunjukkan perbandingan antara
target yang tercatat dalam Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Kinerja periode tahun 2015-
2018, dimana realisasi PNBP dari tahun ke tahun terus meningkat dan tahun 2018 dicatat sebagai
tahun terbaik dalam realisasi PNBP, meningkat signifikan sebesar 326%.
Gambar 3.1
Jumlah PNBP Periode 2014-2018
31
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.4
Rincian PNBP Panas Bumi
32
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Peran Ditjen EBTKE dalam upaya meningkatkan investasi subsektor EBTKE menggunakan
parameter jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang ditawarkan. Pada tahun 2018, terdapat
lima Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang telah ditawarkan melalui skema Penugasan BUMN.
Capaian Jumlah WKP yang ditawarkan pada sektor Panas Bumi dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5
Capaian Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi Tahun 2018
TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan
WKP
Konservasi Energi:
a. Melalui Lelang 0 - -
b. Melalui Penugasan 5 5 100
Jumlah Wilayah yang dilakukan Penugasan Survei Wilayah
Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) - 8 -
PSPE
Pada tahun 2018 diberlakukan upaya terobosan berupa Penugasan Pengem-bangan Wilayah
Kerja Panas Bumi kepada BUMN tanpa mekanisme lelang sesuai UU 21/2014. Adanya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi telah menghasilkan kerangka kerja baru
dalam pengembangan Panas Bumi di Indonesia. Sebelumnya, berdasarkan undang-undang lama,
UU Nomor 27/2003 mengatur tentang izin pemanfaatan tidak langsung (izin untuk menghasilkan
listrik) dikeluarkan oleh Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan wilayah setempat,
namun pada UU 21/2014, kewenangan tersebut diubah, tidak lagi berdasarkan izin yang dikeluarkan
oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota, melainkan hanya memerlukan izin dari pemerintah pusat
saja. Dengan kerangka kerja baru berdasar UU 21/2014, selain lelang, dimungkinkan adanya
penugasan yang diberikan pemerintah kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan
Layanan Usaha (BLU). Hal itu berakibat pada pelaksanaan pengembangan WKP tahun 2018 tanpa
mekanisme lelang dengan jumlah capaian wilayah kerja panas bumi yang lebih rendah dibanding
capaian tahun 2017. Hal ini terjadi sebagai dampak atas pelaksanaan UU No 21/2014 tersebut.
Perbandingan hasil capaian tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.6.
33
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.6
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Jumlah WKP yang
ditawarkan Periode 2015-2018
INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2015 2016 2017 2018
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi subsektor Energi, Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Wilayah Kerja Panas Renstra 5 8 8 8 1. Rincian Target PK Tahun 2017:5 WKP
Bumi yang dilelang dan 3 WKP ditugaskan
Perjanjian
ditawarkan/dilelang 5 8 8 5 2. Rincian Realisasi
Kinerja
- Tahun 2015: 5 WKP dilelang
(WKP)
- Tahun 2016: 8 WKP dilelang
- Tahun 2017: 10 WKP ditugaskan
- Tahun 2018: 5 WKP ditawarkan
3. Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi
(WKP) yang dilelangkan Tahun 2018
lebih rendah karena penerapan upaya
terobosan berupa Penugasan
Realisasi 5 8 10 5 Pengembangan Wilayah Kerja Panas
Bumi kepada BUMN tanpa mekanisme
lelang sesuai UU 21/2014.
4. Direktorat Panas Bumi mengusulkan
untuk merubah nomenklatur Indikator
Kinerja menjadi “Wilayah Kerja yang
Ditawarkan” untuk mengakomodir
skema Penugasan BUMN dan PSPE.
Inovasi lain yang dilakukan Ditjen EBTKE selain melakukan penawaran dan penugasan
WKP, yaitu dengan menerapkan skema pengembangan panas bumi yang baru, yaitu Penugasan
Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE).
Terkait hal tersebut, terdapat usulan perubahan nomenklatur pada Indikator Kinerja Utama (IKU)
tahun 2018 semula Wilayah Kerja Panas Bumi yang dilelangkan, menjadi “Wilayah Kerja yang
Ditawarkan”. Hal ini dilakukan dalam rangka mengakomodir skema Penugasan BUMN dan
Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE).
Proses penawaran WKP yang telah dilakukan tahun 2018, antara lain:
a. WKP Oka Ile Ange, Nusa Tenggara Timur (berdasarkan SK Menteri ESDM Nomor
1862K/30/MEM/2018 tanggal 7 Juni 2018);
b. WKP Gunung Sirung, Nusa Tenggara Timur (berdasarkan SK Menteri ESDM Nomor
1863K/30/MEM/2018 tanggal 7 Juni 2018);
c. WKP Danau Ranau, Lampung (berdasarkan SK Menteri ESDM Nomor 1864K/30/
MEM/2018 tangal 8 Juni 2018)
d. WKP Gunung Ciremai, melalui surat PT Geo Dipa Energi (Persero) No. 092/PST.00-
GDE/V/2018 tanggal 7 Mei 2018 menyampaikan permohonan untuk diberikan penugasan
pengusahaan panas bumi di WKP Gunung Ciremai dan evaluasi terhadap proposal
penugasan dan program kerja WKP Ciremai telah selesai dilaksanakan sehingga dapat
34
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
diberikan penugasan kepada PT Geo Dipa Energi (Persero). Direktur Utama PT Geo Dipa
Energi (Persero) melalui surat No. 287/PST.00-GDE/XI/2018 tanggal 23 November 2018
menyampaikan keputusan untuk menunda kesempatan penugasan WKP Gunung Ciremai
dikarenakan kebijakan harga listrik dari PT PLN (Persero) yang belum memungkinkan
dilakukan pengembangan.
e. WKP Wapsalit, melalui surat PT PLN (Persero) No. 1188/DAN.01.01/DIRUT/2018
tanggal 19 April 2018 menyampaikan permohonan untuk diberikan penugasan pengusahaan
panas bumi di WKP Sumani dan WKP Wapsalit. Direktur Utama PT PLN melalui Surat
No. 3535/DAN.01.01/DITREG-JBTBN/2018 tanggal 20 Desember 2018 menyampaikan
bahwa untuk saat ini PT PLN (Persero) belum dapat mengembangkan WKP Wapsalit dengan
pertimbangan:
1) Sistem panas bumi di WKP Wapsalit termasuk dalam sistem panas bumi non vulkanik;
2) Sistem panas bumi di WKP Wapsalit termasuk dalam medium entalphi dengan
perhitungan temperatur reservoir 180 – 198oC; dan
3) potensi sumber daya dengan perhitungan monte carlo sebesar 1,21 MW (P50).
Penerapan skema pengembangan panas bumi yang baru, yaitu Penugasan Survei Pendahuluan
dan Eksplorasi (PSPE) terseburt dinilai dapat mempercepat pengembangan panas bumi dan
menarik investasi ke dalam sektor panas bumi.
Pada tahun 2018, juga telah dilakukan delapan proses penawaran wilayah dan PSPE, dengan rincian
sebagai berikut:
1. PSPE melalui mekanisme Kontes, yaitu:
a. PT Hitay Bumi Energy untuk PSPE di Daerah Gunung Geureudong Provinsi Aceh
dengan SK Nomor 2/1/PSPB/PMA/2018 tanggal 6 Agustus 2018;
b. PT Sumbawa Timur Mining untuk PSPE di Daerah Hu’u Daha Provinsi Nusa Tenggara
Barat dengan SK Nomor 1/1/PSPB/PMA/2018 tanggal 6 Agustus 2018;
c. PT ORMAT Indonesia untuk PSPE di Daerah Klabat Wineru Provinsi Sulawesi Utara
dengan SK Nomor 3/1/PSPB/PMA/2018 tanggal 5 September 2018; dan
2. PSPE kepada pelaksana PSP yang wilayah penugasannya telah ditetapkan menjadi wilayah
kerja, yaitu:
a. PT EDC Indonesia untuk PSPE di Daerah Graho Nyabu Provinsi Jambi melalui
Keputusan Menteri ESDM Nomor 1866 K/30/MEM/2018 tanggal 21 Juni 2018;
b. PT Star Energy Geothermal Indonesia untuk PSPE di Daerah Hamiding Provinsi
Maluku Utara melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 1869 K/30/MEM/2018
tanggal 21 Juni 2018;
c. PT Hitay Tanjung Sakti Energy untuk PSPE di Daerah Tanjungsakti Provinsi Sumatera
Selatan dan Provinsi Bengkulu melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 1868 K/30/
MEM/2018 tanggal 21 Juni 2018;
35
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
d. PT Star Energy Geothermal Suoh Sekincau untuk PSPE di Daerah Sekincau Selatan
Provinsi Lampung melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 1870 K/30/MEM/2018
tanggal 21 Juni 2018;
e. PT Optima Nusantara Energi untuk PSPE di Daerah Simbolon Samosir Provinsi
Sumatera Utara melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 1867 K/30/MEM/2018
tanggal 21 Juni 2018
Investasi yang dikembangkan bidang BETKE meliputi investasi dari sektor Panas Bumi, Bioenergi,
Aneka EBT dan Konservasi Energi. Capaian yang berhasil direalisasikan sepanjang tahun 2018
dapat terlihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7
Capaian Investasi Bidang EBTKE
TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Investasi di bidang EBTKE
a. Panas Bumi Miliar US$ 1,21 1,21 100
b. Bioenergi Miliar US$ 0,072 0,073 101,4
c. Aneka Energi Baru danTerbarukan Miliar US$
0,718 0,2425 33,77
d. Konservasi Energi Miliar US$ 0,005 0,00623 124,6
Tabel 3.7 menunjukkan bahwa pada tahun 2018, realisasi investasi di Bidang
EBTKE, telah mencapai 1,53 Milyar US$ atau setara dengan Rp 20,68 Triliun (kurs
= Rp 13.500), atau sebesar 76,39 % dari total target investasi subsektor EBTKE pada
tahun 2018 (2,005 Miliar US$). Sedangkan perbandingan capaian investasi subsektor
EBTKE periode 2015 hingga 2018 terlihat dalam tabel 3.8
36
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.8
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Capaian Investasi
Periode 2015-2018
INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2015 2016 2017 2018
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi subsektor Energi, Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Investasi Bidang Renstra 0,94 1,14 1,61 1,91 PNBP Tahun 2018 lebih tinggi dari
Panas Bumi target Renstra semula karena:
Perjanjian
(Miliar US$) 0,94 0,96 1,1 1,21 - Rendahnya realisasi biaya operasi
Kinerja
(Opex) akibat penundaan kegiatan
pengeboran.
Realisasi 0,876 1,1133 1,152 1,21 - Terdapat beberapa WKP yang
ditugaskan kepada BUMN.
Peningkatan Kurs Dolar.
Investasi Renstra 0,28 0,31 0,35 0,38 angka investasi pada renstra
Bioenergi (Miliar ditetapkan pada tahun 2015 dengan
Perjanjian
US$) 0,28 0,31 0,595 0,072 angka kumulatif setiap tahunnya,
Kinerja
angka PK pada tahun 2015-2016
masih mengikuti angka renstra
namun pada 2017 angka PK
dinaikkan karena melihat capaian
Realisasi 0,439 0,419 0,749 0,073 tahun-tahun sebelumnya yang
melebihi angka renstra, sedangkan
untuk tahun 2018 angka PK tidak
kumulatif perhitungan berdasarkan
capaian per tahunnya.
Investasi Aneka Renstra 3,26 1,89 1,92 3,5 Menyesuaikan dengan RUPTL
EBT (Miliar PT PLN (Persero) 2018-2027
Perjanjian
US$) 3,26 0,1 0,197 0,718
Kinerja
Realisasi 0,92 0,056 0,06 0,2425
Investasi Bidang Renstra 0 0,00166 0,00273 0,00499 Investasi bidang konservasi energi
Konservasi Energi dimulai pada tahun 2016.
Perjanjian
(Miliar US$) 0 0,002 0,003 0,005
Kinerja
Realisasi 0 0,015 0,00358 0,00623
Secara umum, capaian investasi subsektor EBTKE tahun 2018 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, hanya saja pada sektor Aneka EBT hasilnya kurang
menggembirakan. Hal ini berkaitan erat dengan kendala-kendala yang dihadapi antara lain terkait:
perubahan regulasi/kebijakan di bidang EBT (harga patokan berdasarkan Permen ESDM 50/2017
menyebabkan pengembang sulit mencapai pemenuhan pembiayaan (financial close) dari pendana/
investor) dan ketersedian dana murah/soft loan di dalam negeri yang masih terbatas. Sebagai solusi
atas permasalahan tersebut, pemerintah berupaya lebih berperan dalam hal penetapan harga,
memberi kepastian kepada (calon) investor, dan mendorong pengembangan EBT pada wilayah
Indonesia Bagian Timur karena di wilayah tersebut harga pembangkitan listrik masih cukup tinggi.
37
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Panas Bumi
Realisasi investasi sektor Panas Bumi hingga akhir tahun 2018 adalah sebesar 1,21 Milliar US$(Rp
18 T) atau sebesar 100% dari target di tahun 2018. Besarnya realisasi investasi panas bumi banyak
dipengaruhi oleh progress pekerjaan dilapangan yang berjalan pada semester 2 sehingga alokasi
biaya proyek terbesar berada di akhir tahun. Adapun rincian investasi dari pengembang PLT Panas
Bumi tahun 2018 sebagaimana tabel 3.9.
Tabel 3.9
Rincian Investasi Pengembang PLT Panas Bumi Tahun 2018
38
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Bioenergi
Pada sektor Bioenergi, besaran investasi yang dicapai sepanjang tahun 2018 adalah sebesar US$
0,073 Miliar atau 101,4% dari target yang ditetapkan atau sebesar US$ 0,072 Miliar. Nilai investasi
ini berasal dari pengembangan PLT Bioenergi. Penyebab nilai investasi melampaui target yang telah
ditetapkan karena saat ini investasi Biodiesel telah berada pada kondisi over supply, dimana supply
atas kapasitas terpasang Biodiesel lebih besar secara signifikan daripada demand. Adapun rincian
dari investasi sektor Bioenergi tahun 2018 tercantum dalam tabel 3.10.
39
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.10
Rincian Investasi Pengembang PLT Bioenergi Tahun 2018
Aneka EBT
Capaian investasi sektor Aneka EBT pada tahun 2018 adalah sebesar 0,2425 Milyar US$ dengan
rincian sebagaimana tercantum pada tabel 3.11.
Tabel 3.11
Rincian Investasi Pengembang PLT Aneka EBT Tahun 2018
40
LKj Ditjen EBTKE | 2018
Jenis PLT/ Nama Perusahaan Kapasitas Nilai Investasi
No Lokasi
Nama PLT Pengembang (MW) (USD)
PLT Mini Hidro/ Desa Jorong Bateh, Kec. PT. Pesisir Hodro
S. Saluran Irigasi Loda -
PLT Mini Hidro/
6 gung, Desa Jegu, Kec. Perum Jasa Tirta I 1,3 3.333.333
PLTM Lodagung
Sitojayan Kab. Blitar
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
PLT Mini Hidro/ Desa Jorong Bateh, Kec. PT. Pesisir Hodro
7 4 10.451.477
PLTM Guntung Palupuh, Kab. Agam Energi
PLT Mini Hidro/ Desa Karang Bayar,
PT. Tirta Daya
8 PLTM Karang Kec. Lingsar, Kb. 1,3 1.719.519
Lombok
Bayan Lombok Barat
Total Investasi 242.471.036
Dalam tabel 3.11 terlihat bahwa investasi yang berhasil dicapai pada sektor Aneka EBT
tahun2018 yaitu sebesar US$ 0,2425 Miliar atau sekitar 33 % dari target investasi sebesar US$
0,718 Miliar. Saat ini kendala yang dihadapi investasi sektor Aneka EBT, karena:
a. Adanya kesulitan pembiayaan untuk financial close, dan
b. Beberapa IPP hingga saat ini belum mendapatkan pembiayaan
Upaya yang dilakukan Direktorat Aneka EBT dalam rangka memperbaiki nilai capaian
investasi tahun berikutnya yaitu dengan menyusun regulasi yang mewajibkan badan usaha/IPP
untuk melaporkan realisasi investasinya secara berkala serta meningkatkan monitoring implementasi
RUPTL. Adapun upaya yang masih terus dilakukan Direktorat Aneka EBT hingga saat ini untuk
memperbaiki capaian investasi tahun yaitu melakukan terobosan melalui mekanisme blended
finance untuk mempercepat financial close, dengan cara berkoordinasi dengan OJK dan lembaga
keuangan, donor keuangan, dan NGO.
Konservasi Energi
Peran Direktorat Konservasi Energi terkait investasi yaitu melalui program Investment Grade
Energy Audit (IGA). IGA merupakan upaya pendampingan teknis yang dilakukan oleh Direktorat
Konservasi Energi kepada pengguna atau produsen energi. Hasil dari pendampingan tersebut akan
menghasilkan suatu rekomendasi tentang hal-hal yang bisa berpotensi dalam hal penghematan
dan seberapa besar penghematannya. Biasanya salah satu rekomendasi yang diberikan Direktorat
Konservasi Energi yaitu terkait saran untuk perusahaan agar melakukan penggantian alat yang lebih
ramah energi. Dengan adanya penggunaan alat hemat energi, maka dapat dihitung berapa lama
investasi atas penggunaan alat hemat energi tersebut menghasilkan payback period, dan berapa
besar hasil penghematannya. Upaya ini bisa juga dikategorikan sebagai investasi jangka panjang
bagi perusahaan tersebut. Sehingga melalui program IGA, Direktorat Konservasi Energi berupaya
untuk mengidentifikasi secara detail peluang penghematan energi dalam rangka menghasilkan
langkah-langkah penghematan energi sebagai dasar teknis dan ekonomis dalam melaksanakan
upaya penghematan energi. Oleh karena itulah, keseluruhan investasi sektor Konservasi Energi
dilaksanakan oleh pihak swasta sedangkan peran Direktorat Konservasi lebih kepada menjalankan
fungsi pendampingan dan pemberi rekomendasi.
41
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Sepanjang tahun 2018, capaian investasi sektor Konservasi Energi mencapai US$ 0,00623
Milyar. Angka tersebut melampaui target yang ditetapkan sebesar US$ 0,005 Milyar (124,6%).
Adapun rincian investasi dari pengembang sektor Konservasi Energi tahun 2018 dapat dilihat
dalam tabel 3.12.
Tabel 3.12
Rincian Investasi Pengembang Konservasi Energi Tahun 2018
42
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.13
Capaian Jumlah Produksi Uap Panas Bumi, Biofuel, dan Biogas
Sepanjang tahun 2015 hingga 2018, jumlah produksi uap panas bumi sempat mengalami
penuruanan namun meningkat kembali di periode tahun berikutnya. Namun pada produksi
biofuel, dan biogas, jumlah produksinya terus mengalami peningkatan. Rincian jumlah produksi
dari tahun 2015 hingga 2018 seperti tercantum pada tabel 3.14.
Tabel 3.14
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Jumlah Produksi EBT Periode 2015-2018
INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2015 2016 2017 2018
Sasaran strategis: kemampuan pasokan energi untuk domestik
Jumlah Produksi Uap Renstra 71,46 83,05 114,76 169,94 Jumlah Produksi Uap Panas Bumi Tahun
Panas Bumi (Juta 2018 berubah dari target Renstra
Perjanjian
Ton) 71,46 73,88 86,73 97,84 dikarenakan perubahan target kapasitas
Kinerja terpasang PLTP
Realisasi 79,67 74,26 92,11 101,47
Jumlah Produksi Renstra 4,07 6,48 6,71 6,96 angka produksi biofuel pada renstra
ditetapkan pada tahun 2015, angka PK
Biofuel (Juta KL) Perjanjian
4,07 6,48 4,2 3,92 pada tahun 2015-2016 masih mengikuti
Kinerja angka renstra namun pada 2017-2018
angka PK diturunkan karena melihat
realisasi capaian tahun-tahun sebelumnya
tidak mencapai PK. Pada periode Januari
– Juli 2015 produksi Biodiesel
mengalami penurunan sebesar 63%
dibandingkan periode yang sama Tahun
2014 karena adanya perubahan kebijakan
dalam mekanisme pemberian subsidi
harga BBM dimana subsidi Bahan Bakar
Nabati (BBN) jenis Biodiesel tidak
dimasukkan ke dalam subsidi tetap JBT
jenis Minyak Solar pada APBN Tahun
2015. Produksi Biodiesel mulai
Realisasi 1,67 3,58 3,41 6,17 mengalami peningkatan dengan total
volume produksi Biodiesel periode
Agustus s.d. Desember 2015 meningkat
sebesar 46% dibandingkan periode
Januari s.d. Juli 2015. Melalui dukungan
dana pembiayaan dari BPDPKS dan
mekanisme penunjukan langsung untuk
pengadaan Biodiesel sektor Non PSO
sejak November 2015, pada tahun 2016
produksi Biodiesel kembali mengalami
peningkatan dimana produksi Biodiesel
pada tahun 2016 meningkat sebesar
121% dibandingkan produksi Biodiesel
tahun 2015.
43
LKj Ditjen EBTKE | 2018
INDIKATOR Tahun
Keterangan
pada tahun 2016 meningkat sebesar
121% dibandingkan produksi Biodiesel
tahun 2015.
INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2015 2016 2017 2018
Jumlah Produksi Renstra 18.615 22.995 27.375 32.120 angka produksi biogas pada renstra
ditetapkan pada tahun 2015 dengan
Biogas (ribu M3) Perjanjian
18.615 22.995 24.651 24.786 angka kumulatif setiap tahunnya, angka
Kinerja PK pada tahun 2015-2016 masih
mengikuti angka renstra namun pada
2017 - 2018 angka PK diturunkan
Realisasi 1.8953,3 22.800 24.786 25.670 karena melihat realisasi capaian tahun-
tahun sebelumnya yang tidak mencapai
angka renstra.
Dari tabel 3.14 dapat diketahui bahwa capaian produksi uap panas bumi, produksi bioenergi
dan produksi biofuel cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Penurunan produksi terutama
terjadi pada produksi uap panas bumi tahun 2016 yang hanya menghasilkan produksi uap sebesar
74,26 juta ton, dibandingkan dengan capaian tahun 2015 sebesar 79,67 juta ton. Namun perbaikan
produksi uap panas bumi mulai terlihat pada tahun 2017 dan 2018, berturut-turut mengalami
kenaikan dengan besaran 92,11 Juta Ton dan 101,47 Juta Ton.
Sama halnya dengan produksi uap panas bumi, penurunan jumlah produksi juga terjadi
pada produksi biofuel tahun 2018. Apabila dibandingkan dengan tahun 2017, semula produksi
biofuel berhasil tercatat 4,2 juta kL, turun menjadi 3,92 juta kL saja pada penutupan tahun 2018.
Namun dalam hal jumlah produksi biogas selama kurun tahun 2015-2019, jumlah produksinya
terus bertambah. Semenjak tahun 2015 hingga 2019, berturut-turut tercatat sebesar 22.800;
22.800;24.786, dan 25.670 M3. Adapun grafik perbandingan capaian produksi uap panas bumi,
produksi biofuel dan produksi biogas tertera pada gambar 3.3 hingga 3.5.
Biofuel
Renstra PK Realisasi
6,71 6,96
6,48 6,17
1,67
Biogas
Renstra PK Realisasi
32120
27375
24651 24786
22995
24786 25670
18615 22800
18953,3
Gambar 3.4
2015 Capaian Produksi Biofuel Periode 2015-2018
2016 2017 2018
Gambar 3.5
Capaian Produksi Biogas Periode 2015-2018
2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian realisasi produksi uap panas bumi
tahun 2018, diantaranya:
Uap Panas Bumi
1. PLTP Lahendong
Realisasi produksi uap Panas Bumi Tahun 2018 adalah sebesar 101,47 Juta Ton at
a. Unit 1: derating akibat sistem kontrol turbin dioperasikan manual dan
sebesar 103,7% dari target di tahun 2018 sebesar 97,84 juta Ton. Pertambaha
gangguan cooling tower.
produksi uap dan listrik panas bumi ditandai dengan beroperasinya PLTP Karah
b. Unit 3: derating akibat gangguan suplai uap, SSC tinggi.
Unit 1 #30 MW pada 5 April 2018 dan PLTP Sarulla Unit 3 #110 MW pada 3 M
c. Unit 5: shutdown mulai tanggal 28 November karena gangguan generator.
2. PLTP Ulubelu LKJ 2018
d. Unit 2: major overhaul pada tanggal 16 Oktober – 30 November 2018.
e. Unit 3 dan 4: derating akibat gangguan pada sumur poduksi
3. PLTP Karaha: derating karena kekurangan suplai uap
4. PLTP Dieng: gangguan di sumur produksi
Gambar 3.5 yaitu sumur HCE 29 (casing collapse)
Capaian Produksi Biogas Periode 2015-2018
dan HCE 7 (penurunan produksi).
5. PLTP Patuha: gangguan scalling pada sumur PPL 7
6. PLTP Ulumbu Unit 1: gangguan sistem pelumasan turbin. 45
LKj Ditjen EBTKE | 2018
7. PLTP Sibayak: kerusakan turbin pada Unit 1 sejak 2015 dan unit 2 sejak 2013
8. PLTP Mataloko: tidak beroperasi akibat gangguan vibrasi rotor turbin dan
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Walaupun terjadi beberapa kendala operasional pada beberapa PLTP, namun hal tersebut
tidak berpengaruh signifikan terhadap capaian produksi uap panas bumi tahun 2018 karena
produksi uap tersebut telah mencapai targetnya dengan prognosa realisasi hingga Desember 2018
sebesar 101,47 juta Ton. PLTP yang mengalami pertambahan produksi yaitu PLTP Sarulla Unit-
1 PLTP Sarulla Unit-1 (SIL: 110 MW), PLTP Sarulla Unit-2 (NIL 1: 110 MW), PLTP Sarulla
Unit-2&3 (NIL-1&2: 2 x 110 MW), dan PLTP Karaha Unit-1 (30 MW) tampak pada gambar 3.6
hingga 3.11.
46
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.6
PLTP Sarulla Unit-1 (SIL: 110 MW), Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara
(Sumber: SOL)
Gambar 3.7
PLTP Sarulla Unit-1 (SIL: 110 MW), Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
(Sumber: SOL)
47
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.8
PLTP Sarulla Unit-2 (NIL 1: 110 MW), Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
(Sumber: SOL)
Gambar 3.9
PLTP Sarulla Unit-2&3 (NIL-1&2: 2 x 110 MW), Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
(Sumber: SOL)
48
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.10
PLTP Karaha Unit-1 (30 MW), Jawa Barat.
(Sumber: Dok.EBTKE)
49
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Biofuel
Biofuel merupakan salah satu jenis sumber daya energi yang dapat diperbaharui, yang
wujudnya dapat berupa padatan, cairan atau gas yang dihasilkan dari suatu bahan-bahan organik.
Biofuel bisa dihasilkan secara langsung dari sebuah tanaman atau secara tidak langsung dari limbah
industri, komersial, domestik atau pertanian.
Target produksi Biofuel yang termaktub dalam dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2018
adalah sebesar 3,92 Juta KL, sedangkan produksi Biofuel di tahun 2018 adalah sebesar 6,17 Juta
KL atau melampaui capaian sebesar 157,39% dari target tahun 2018.
Biofuel memiliki beberapa jenis, diantaranya: biodiesel, biogas, biofuel padat, dll. Namun
dari beberapa jenis biofuel yang telah disebutkan, hanya biodiesel yang merupakan jenis biofuel
yang perhitungannya turut dicantumkan dalam capaian kinerja Ditjen EBTKE tahun 2018.
Jika biofuel merupakan bahan bakar yang dihasilkan secara langsung dari sebuah tanaman
atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian, maka biodiesel
adalah bahan bakar pengganti minyak solar yang terbuat dari sumber daya hayati berupa minyak
lemak nabati atau lemak hewani. Bahan baku Biodiesel dikembangkan bergantung pada sumber
daya alam yang dimiliki suatu negara. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak
lemak nabati. Bahan baku biodiesel yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah kelapa
sawit, kelapa, jarak pagar, jarak, nyamplung, kemiri sunan dan lain-lain.
Saat ini bahan baku Biodiesel yang digunakan secara luas adalah kelapa sawit. Pemilihan
kelapa sawit sebagai bahan baku Biodiesel karena kelapa sawit memiliki ketersediaan bahan baku
paling besar dengan produksi CPO mencapai 38,17 juta ton pada tahun 2017 (data GAPKI, 2018).
Produksi CPO diperkirakan meningkat hingga 42 Juta ton pada tahun 2018. Selain itu kelapa
sawit memberikan salah satu yield terbesar dibandingkan bahan baku Biodiesel lainnya sehingga
memiliki nilai keekonomian yang lebih baik.
Sejak Tahun 2008 Pemerintah telah mendorong pengembangan dan pemanfaatan Bahan
Bakar Nabati (BBN) sebagai bagian energi terbarukan melalui program mandatori BBN dengan
ditetapkannya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 yang
mengalami perubahan beberapa kali, dan perubahan terakhir tercantum dalam Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2015.
Dengan adanya payung hukum Permen ESDM No 12/2015, program mandatori BBN
tentang produksi Biodiesel terus mengalami peningkatan sejak tahun 2009 hingga 2018.
Meskipun pada periode Januari – Juli 2015 produksi Biodiesel mengalami penurunan sebesar 63%
dibandingkan periode yang sama tahun 2014, namun sebagai bentuk pelaksanaan amanat Peraturan
50
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Presiden Nomor 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa
Sawit, maka pada tanggal 10 Juni 2015 dibentuklah Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa
Sawit (BPDPKS) yang bertugas untuk menghimpun dana melalui pungutan ekspor CPO dan
turunannya. Dengan kata lain, BPDPKS bertugas untuk mengelola dana perkebunan kelapa sawit
yang pendanaannya ditujukan untuk biodiesel.
Salah satu fungsi penghimpunan dana tersebut digunakan untuk pengembangan Biodiesel
melalui mekanisme pendanaan untuk menutup disparitas harga/ selisih kurang antara HIP Solar
dengan HIP Biodiesel. Mekanisme pendanaan tersebut mulai efektif berjalan sejak Bulan Agustus
2015 dan melalui dukungan dana pembiayaan dari BPDPKS serta mekanisme penunjukan langsung
untuk pengadaan Biodiesel sektor PSO sejak November 2015. Hasilnya, pada tahun 2016 produksi
Biodiesel kembali mengalami peningkatan dimana produksi Biodiesel meningkat sebesar 121%
dibandingkan produksi Biodiesel tahun 2015.
Pada tahun 2018 terbit Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana
Perkebunan Kelapa Sawit. Melalui peraturan tersebut, pemerintah memberi kesempatan untuk
sektor Non PSO agar bias diberikan insentif dana pembiayaan Biodiesel.
Tak hanya itu, pemerintah juga mengatur pengadaan Biodiesel diperluas ke sektor Non PSO
dengan alokasi periode September - Desember 2018 untuk sektor Non PSO sebesar 1.148.958 kL.
Pengaturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 41 Tahun 2018 tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel dalam Kerangka Pembiayaan
oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Hingga tahun 2018, mekanisme pengadaan
Biodiesel dalam kerangka pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit telah
berjalan cukup baik dan produksi Biodiesel pada tahun 2018 dapat melebihi target produksi
nasional sebesar 3,92 Juta kL. Angka capaian biodiesel tahun 2018 tercatat sebesar 6, 17 juta kL.
Angka tersebut diasumsikan sama dengan angka capaian biofuel, karena penyaluran yang berjalan
di Indonesia hanya pada sektor biodiesel, sehingga capaian biofuel diasumsikan sama dengan angka
capaian biodiesel.
51
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.15
Capaian Penyaluran Biodiesel Tahun 2018
Terkait dengan meningkatnya angka capaian biofuel tahun 2018, hal ini sebagai akibat dari
beberapa faktor sebagai berikut:
1. Distribusi dalam negeri yang mencapai lebih dari 4 juta kL dipengaruhi demand dari
pengadaan Biodiesel Sektor PSO dan Non PSO sebagai penyerap utama produksi Biodiesel.
2. Ekspor yang mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2017 yang jumlahnya mencapai lebih
dari 1,6 juta kL.
3. Perluasan penerapaan implementasi mandatori Biodiesel pada sektor Non PSO belum
optimal yang disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Persiapan BU BBN untuk transportasi dan logistik untuk distribusi Biodiesel
membuat penyaluran pada awal periode pengadaan Biodiesel berdampak domino pada
penyaluran berikutnya.
b. Keterbatasan sarana dan prasarana TBBM yang menghambat penyaluran.
c. Keterlambatan pengajuan penambahan alokasi pengadaan.
4. Karena adanya isu anti dumping membuat tujuan ekspor berubah menjadi China dan Asia.
Saat ini Pemerintah khususnya Direktorat Bioenergi telah melakukan berbagai upaya dalam rangka
meningkatan penggunaan Biofuel, diantaranya:
a) Melakukan Rail Test yang dilaksanakan antara Ditjen EBTKE bekerjasama dengan
stakeholder terkait, yaitu PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Kegiatan ini bertujuan untuk
menguji penggunaan B20 pada komponen dan sistem bahan bakar pada lokomotif dan
genset di lingkungan PT. KAI (Persero) selama 6 bulan dimulai sejak Februari 2018. Hasil
uji tersebut telah dievaluasi dan Ditjen EBTKE memberikan rekomendasi bahwa B20 dapat
diimplementasikan di lingkungan KAI.
52
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.12
Kegiatan Rail Test Penggunaan B20 di PT Kereta Api (Persero)
53
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.12
Kegiatan Rail Test Penggunaan B20 di PT
Kereta Api (Persero)
54
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.13
Petunjuk Teknis Khusus Sektor Tambang
c) Sosialisasi dan koordinasi terkait pemanfaatan B20 pada sektor Non PSO dan Alutsista TNI,
yang telah dilaksanakan antara Ditjen EBTKE dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Gambar 3.14
Sosialisasi Pemanfaatan B20 Non PSO dan Alutsista TNI
d) Ditjen EBTKE bersama dengan Lemigas telah melakukan kajian pemanfaatan Biodiesel
30% (B30) sebagai campuran bahan bakar minyak dan pengaruhnya terhadap komponen
saluran bahan bakar mesin diesel sebagai kajian awal pemanfaatan B30 dalam persiapan
implementasi B30 pada tahun 2020 sesuai amanat Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2015
55
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
serta telah mengadakan forum diskusi pemanfaatan B30 dengan melibatkan stakeholder
terkait dan OEM yang telah melakukan pengujian B30;
e) Meningkatkan pengawasan dan koordinasi khususnya dengan Ditjen Migas dan BU BBM
agar proses penyaluran Biodiesel dapat berjalan lancar, tepat waktu serta untuk mencegah
terjadinya kekosongan stok Biodiesel di TBBM;
f ) Dalam rangka meningkatkan pengawasan penyaluran Bahan Bakar Nabati jenis Biodiesel,
dilakukan pembahasan pengenaan sanksi/denda kepada BU BBM dan BU BBN yang
melaksanakan pengadaan BBN jenis Biodiesel dalam kerangka pembiayaan BPDPKS yang
tidak melakukan pencampuran BBN dalam BBM;
g) Ditjen EBTKE dengan pendanaan dari BPDP KS telah melaksanakan Sosialisasi Implementasi
Program Mandatori Biodiesel pada seluruh sektor di 5 (lima) lokasi (Batam, Palembang,
Surabaya, Makassar dan Balikpapan) dengan peserta dari Pemerintah Daerah, akademisi , BU
BBM, BU BBN, asosiasi, industri, sektor pertambangan dan transportasi.
Gambar 3.15
Sosialisasi Implementasi Program Mandatori Biodiesel
h) Ditjen EBTKE bersama dengan Lemigas telah melakukan Pengujian Biodiesel dan
Pengembangan Spesifikasi Biodiesel dalam Rangka Persiapan Implementasi Campuran
Biodiesel 30% (B30), sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor
12 Tahun 2015.
56
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.16
Pengujian Biodiesel dan Pengembangan Spesifikasi Biodiesel
Biogas
Capaian kinerja biogas tahun 2018 tercatat sebesar 25.670 ribu m3. Angka tersebut melampaui
target tahun 2018 sebesar 25.225 ribu m3. Adapun kontribusi angka capaian biogas berasal dari
biogas skala rumah tangga yg dibangun oleh Pemda, Swasta, serta APBN (DAK) dan biogas
komunal pada pondok pesantren.
Peran Ditjen EBTKE dalam hal peningkatan kemampuan pasokan energi domestik tidak
hanya dipenuhi berdasarkan hitungan jumlah produksi uap panas bumi, produksi biofuel ataupun
biogas, namun juga dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah
terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi
Baru dan Terbarukan. Sejak tahun 2017, Ditjen EBTKE memiliki program Pemasangan Lampu
Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) dalam rangka meningkatkan kemampuan pasokan energi
untuk domestik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Indikator suksesnya program tersebut
dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote)
dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan.
Direktorat Infrastruktur EBTKE merupakan unit yang bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan
program distribusi LTSHE.
Realisasi atas jumlah kepala keluarga/rumah tangga yang dilistriki basis EBT dapat dilihat
pada tabel 3.16.
57
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.16
Jumlah Kepala Keluarga/Rumah Tangga Terlistriki Pembangkit EBT
TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik
Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di Kepala
wilayah terpencil (remote) dan atau daerah Keluarga/
250.013 249,453 99,78
perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit Rumah
berbasis Energi Baru dan Terbarukan Tangga
Pada tahun anggaran 2018, target Kepala Keluarga/Rumah Tangga di wilayah terpencil
(remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan
Terbarukan sebanyak 250.013 KK/Rumah Tangga, jumlah tersebut terdiri dari 76.457 KK/rumah
tangga (program luncuran tahun 2017) dan 173.556 KK/Rumah Tangga (target 2018). Program
pemasangan LTSHE di tahun 2018 terbagi dalam beberapa paket yang tersebar di lima belas
Provinsi: Papua, Aceh, Bengkulu, Jambi, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
58
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
59
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
60
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.17
Distribusi dan Pemasangan LTSHE
Fokus pemasangan LTSHE di semester I yaitu menyelesaikan program luncuran tahun 2017
dengan mendistribusikan dan memasang LTSHE untuk 76.457 KK/rumah tangga di 2 Provinsi,
yaitu Papua dan Papua Barat. Pada pelaksanaannya, realisasi pemasangan LTSHE triwulan I, rumah
tangga yang berhasil mendapat program pemasangan LTSHE sebanyak 76.457. Jumlah tersebut
merupakan capaian pemasangan LTSHE tahun anggaran 2017 yang meluncur ke tahun anggaran
2018. Rincian dari pemasangan LTSHE berdasarkan realisasi triwulan I, dapat dilihat pada tabel
3.17.
61
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.17
Rincian Pemasangan LTSHE Provinsi Papua dan Papua Barat
Tabel 3.18
Jumlah Penerima LTSHE Tahun 2018
62
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Berdasarkan tabel 4.9, jumlah unit LTSHE yang rencananya akan terpasang pada tahun 2018
sebanyak 175.782, tersebar di 15 Provinsi. Jumlah tersebut merujuk pada data calon penerima
LTSHE yang telah dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Pada alinea sebelumnya sudah dijelaskan bahwa realisasi pemasangan LTSHE triwulan I
adalah sebanyak 76.457 KK/rumah tangga, namun melewati semester I tahun 2018, realisasi
pemasangan LTSHE masih 0%. Hal ini disebabkan barang masih dalam proses produksi dan
penyedia barang masih dalam proses verifikasi data calon penerima LTSHE. Menyadari capaian
pemasangan LTSHE pada semester I belum memiliki progress apapun, Direktorat Jenderal
EBTKE c.q. Direktorat Infrastruktur melakukan beberapa upaya untuk mempercepat pelaksanaan
pemasangan LTSHE yaitu dengan cara menambah personil untuk proses produksi barang dan
proses verifikasi data calon penerima LTSHE serta menambah line dan shift produksi agar produksi
barang bisa lebih cepat.
Pada perkembangannya, data calon penerima LTSHE yang awalnya merujuk pada data
BPS kemudian diverifikasi ulang oleh penyedia. Verifikasi ulang tersebut juga telah mendapatkan
persetujuan dari Pemda setempat. Hasil dari verifikasi menunjukkan bahwa terjadi perubahan
dinamis terhadap data calon penerima LTSHE. Hasilnya, pada akhir perhitungan verifikasi ulang,
data calon penerima LTSHE yang berhasil terverifikasi hanya berjumlah 172.996 unit dari rencana
awal sebanyak 175.782 unit.
Maka dari itu total pemasangan LTSHE pada tahun 2018 berjumlah 172.996 unit dan
penyebarannya yang semula direncanakan di 15 provinsi, kemudian dilakukan penambahan
1 provinsi yaitu Nusa Tenggara Timur, sehingga total penyebaran 172.996 unit lampu LTSHE.
Adapun detail penyebaran 16 Provinsi antara lain yaitu Provinsi Papua, Provinsi Aceh, Provinsi
Bengkulu, Provinsi Jambi, Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi
Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan
Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi
Sulawesi Barat, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
63
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.18
Distribusi LTSHE Tahun 2018 di Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan
64
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.19
Distribusi LTSHE Tahun 2018 di Kabupaten Bengkalis dan Meranti
Hingga triwulan IV, realisasi pemasangan LTSHE telah mencapai 99,78% atau sebanyak
249.453 unit, jumlah tersebut terdiri dari 76.457 unit yang merupakan program luncuran tahun
2017 dan 172.996 unit (program tahun 2018). Dalam grafik, capaian capaian kinerja Direktorat
Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE seperti yang tercantum pada gambar 3.20.
Gambar 3.20
Capaian Jumlah KK Terlistriki di Wilayah Terpencil Tahun 2017-2018
65
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.21
Infografis Distribusi LTSHE tahun 2018
Tabel 3.19
Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT
TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi
Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan:
a. Panas Bumi MW 2.058,5 1.948,5 95
b. Bioenergi MW 1.881 1858,5 98,80
c. Air MW 167,02 30,86 18,47
d. Laut MW - - -
e. Surya MW 51,11 1,5 2,93
f. Angin MW 135 75 56
g. Nuklir MW - - -
66
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tahun 2018, target penamnahan jumlah kapasitas terpasang pembangkit listrik energi baru
dan terbarukan kurang sesuai harapan, terutama PLT Air, PLT Surya dan PLT Angin. Mundurnya
COD beberapa pembangkit, kondisi sistem jaringan PLN (melebihi demand atau bahkan tidak
memiliki demand), permasalahan pembebasan lahan, ataupun bencana alam/force majeur,
merupakan kendala yang menyebabkan target kapasitas terpasang pembangkit EBT tidak sesuai
hasil yang diharapkan.
Perbandingan penambahan jumlah kapasitas terpasang pembangkit EBT dari tahun 2015
hingga 2019 dapat dilihat pada tabel 3.20
Tabel 3.20
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Jumlah Kapasitas Pembangkit
Periode 2015-2018
INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2018
2015 2016 2017
67
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Dari data tabel 3.19 dapat disimpulkan bahwa jumlah penambahan kapasitas pembangkit
panas bumi dan bioenergi meningkat dari tahun 2015 hingga 2018, namun penambahan kapasitas
tersebut tidak terjadi pada PLT air, surya, dan bayu. Walaupun demikian, jumlah kapasitas
pembangkit EBT tahun 2018 secara umum terus meningkat apabila dibandingkan dengan capaian
kapasitas pembangkit EBT tahun 2017.
Gambar 3.22
Infografis Kapasitas Pembangkit Periode 2014-2018
Panas Bumi
Jumlah kapasitas terpasang untuk PLT Panas Bumi dihitung dari jumlah kapasitas PLTP yang telah
mencapai COD. Sebelumnya pada tahun 2015 hingga 2017, capaian jumlah kapasitas terpasang
panas bumi berturut-turut sebesar 1.438,5; 1.643,5 dan 1.808,5 MW. Sedangkan pada tahun 2018,
capaian penambahan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 1.948,5 MW atau 95% terhadap
target yang ditentukan tahun 2018.
68
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.23
Capaian Kapasitas Terpasang PLTP Panas Bumi Periode 2015-2018
Sedangkan pada PLTP Sorik Marapi (50 MW), PLTP Lumut Balai Unit 1# 55 MW, dan
PLTP Sokoria 5 MW mengalami kemunduran COD hingga semester I Tahun 2019, hal ini
disebabkan adanya kendala pembangunan transmisi pada semester II Tahun 2018. Ketiga proyek
PLTP yang mengalami kendala ini ditargetkan akan COD pada Semester I tahun 2019.
Adapun rincian Kapasitas Terpasang PLT Panas Bumi sejak tahun 2009 -2018 terlihat pada
tabel 3.21.
69
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.21
Rincian Kapasitas Terpasang PLT Panas Bumi
Kapasitas Terpasang
No. PLTP
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Kamojang 200 200 200 200 200 200 235 235 235 235
3 Sibayak 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
4 G. Salak 375 375 377 377 377 377 377 377 377 377
5 Darajat 255 255 270 270 270 270 270 270 270 270
6 W. Windu 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227
7 Dieng 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
9 Ulumbu 0 0 0 0 5 10 10 10 10 10
11 Patuha 0 0 0 0 0 55 55 55 55 55
13 Karaha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30
Total 1.189 1.189 1.226 1.336 1.343,5 1.403,5 1.438,5 1.643,5 1.808,5 1.948,5
Bioenergi
Realisasi jumlah kapasitas terpasang PLT Bioenergi hingga tahun 2018 yaitu sebesar 1.858,5 MW
(PLT on-grid 38,20 MW dan PLT off-grid 1820,30 MW) atau 98,80% dari target di tahun 2018
(1.881 MW) dengan rincian pembangkit yang telah COD pada tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel 4.12. Adapun pembagian PLT off-grid adalah pembangkit yang berstatus own-use dan excess
power sedangkan PLT on-grid adalah pembangkit yang dedicated untuk PT. PLN (Persero) atau
IPP.
Tidak tercapainya realisasi jumlah kapasitas terpasang sesuai target adalah 10 (sepuluh) PLT Bioenergi
yang telah melakukan PPA di Tahun 2017, hanya 3 unit PLT yang telah COD. Sedangkan untuk
PLT lainnya belum dapat melaksanakan COD dikarenakan mundurnya taget COD dan pada akhir
tahun 2018 direncanakan proses financial close dan konstruksi. Rincian Kapasitas Terpasang PLT
Bioenergi terdapat dalam tabel 3.22.
70
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.22
Rincian Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi
71
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.24
PLTBm PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari
Sumber: web Bappenas, 2018
Gambar 3.25
PLTBg PTPN II
72
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.26
PLTSa Benowo
Sumber: antara foto dan enciety.co,2018
Gambar 3.27
PLTBg Bangka Biogas Synergy
Air
Pembangunan PLTM/H dibangun dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan IPP. Realisasi pembangunan PLTM/H yang dibangun melalui dana DAK
hingga triwulan IV tahun 2018 mencapai 0,18 MW, sedangkan untuk pembangunan
PLTMH IPP, capaian total kapasitas yang terbangun sebesar 30,86 MW. Jumlah
tersebut berasal dari 7 IPP PLTM/H yang mencapai COD tahun 2018, sebagaimana
rincian pada tabel 3.16. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kapasitas total
pembangunan PLTM/H adalah 31.04 MW.
73
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.23
Rincian Pembangunan PLTM/H
Kapasitas
No Nama Perusahaan Nama PLTM/H Nilai Investasi (Rp)
(MW)
1 PT Energi Sakti Sentosa PLTM Pakkat 8 38.500.000.000
2 PLTM Nengar (Excess
PT Gayo Lues Mentalu 1 37.000.000.000
Power)
3 Perum Jasa Tirta I PLTM Lodagung 1,3 45.000.000.000
4 PT Pembangkitan Pusaka
PLTM Pusaka 1 8,8 193.100.000.000
Parahiyangan
5 PT Pesisir Hidro Energi PLTM Guntung 4 141.094.936.509
6 PT Sinergi Solusi Utama PLTM Cilaki 1B 6,46 326.307.546.460
7 PT Tirta Daya Lombok PLTM Karang Bayan 1,3 23.213.510.223
Total Kapasitas 30,86 804.215.993.192
Gambar 3.28
PLTMH Surian 20 kWp di Nagari Surian Kec. Pantai Cermin Kab. Solok Provinsi Sumatera Barat
Dibangun melalui Dana Alokasi Khusus T.A. 2018
74
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Surya
Seperti hal nya pembangunan PLTM/H, dana yang digunakan untuk membangun Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) berasal dari dana APBN, DAK dan IPP. Target kapasitas terpasang
pembangkit listrik tenaga surya adalah sebesar 51,11 MW, namun sampai dengan triwulan IV
tahun 2018, belum ada IPP PLTS yang mencapai COD, sehingga capaian kapasitas pembangkit
listrik tenaga surya yang dibangun dari IPP masih nol.
Sedangkan capaian kapasitas untuk pembangkit listrik tenaga surya yang dibangun dari dana DAK
yaitu 1.5 MW, dengan rincian sebagaimana pada tabel 3.24:
Tabel 3.24
Rincian Pembangunan PLTS (DAK)
Lokasi Kapasitas Jumlah
Unit
Provinsi Kota/Kabupaten Kecamatan Desa (kW/kWp/m3) KK
Kab. Kepulauan
Kepulauan Riau Siantan Selatan Telaga 1,00 30,00 70,00
Anambas
Kab. Kepulauan
Kepulauan Riau Siantan Selatan Telaga 1,00 15,00 66,00
Anambas
Kepulauan Riau Kab. Bintan Mantang Mantang Besar 1,00 15,00 61,00
Kepulauan Riau Kab. Karimun Durai Desa Pulau Sandam 1,00 20,00 69,00
Kepulauan Riau Kota Batam Belakang Padang Desa Pulau Mecan 1,00 15,00 55,00
Desa Pulau
Kepulauan Riau Kab. Lingga Senayang 1,00 15,00 46,00
Nopong
Banten Kab. Serang Tirtayasa Desa Wargasara 1,00 50,00 400,00
Bali Kab. Karangasem Abang Datah 1,00 15,00 100,00
Nusa Tenggara
Kab. Sumbawa Labuhan Badas Labuhan Haji 1,00 15,00 70,00
Barat
Nusa Tenggara
Kab. Lombok Barat Sekotong Sekotong Tengah 1,00 15,00 90,00
Barat
Kalimantan Barat Kab. Melawi Sayan Nanga Raku 1,00 15,00 76,00
Kalimantan Barat Kab. Melawi Menukung Tanjung Beringin 1,00 15,00 76,00
Kalimantan Barat Kab. Melawi Menukung Mawang Mentatai 1,00 24,00 106,00
Kalimantan Barat Kab. Sanggau Jangkang Selampung 1,00 20,00 57,00
Kalimantan Barat Kab. Bengkayang Sanggau Ledo Danti 1,00 24,00 88,00
Kalimantan
Kab. Lamandau Lamandau Tanjung Beringin 1,00 40,00 139,00
Tengah
Kalimantan
Kab. Lamandau Lamandau Sungai Tuat 1,00 50,00 188,00
Tengah
Kalimantan
Kab. Lamandau Batang Kawa Ginih 1,00 20,00 78,00
Tengah
Kalimantan
Kab. Kapuas Timpah Tumbang Randang 1,00 50,00 204,00
Tengah
Kalimantan
Kab. Kapuas Kapuas Hulu Jakatan Pari 1,00 50,00 172,00
Tengah
Kalimantan Selatan Kab. Tabalong Muara Uya Sei Kumap 1,00 25,00 87,00
Long Pakaq Baru &
Kalimantan Timur Kab. Mahakam Ulu Long Pahangai 1,00 64,00 155,00
Delang Kerohong
Kalimantan Timur Kab. Mahakam Ulu Long Pahangai Long Pakaq 1,00 56,00 140,00
Kalimantan Timur Kab. Paser Muara Samu Tanjung Pinang 1,00 56,00 123,00
75
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Gambar 3.29
PLTS 15 kWp di Desa Sekotong Tengah Kec. Sekotong Kab. Lombok Barat Provinsi NTB yang
direvitalisasi menggunakan Dana Alokasi Khusus ESK TA 2018
76
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Angin
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang berhasil dicapai hingga triwulan IV
Tahun 2018 adalah sebesar 75 MW atau sebesar 56 % dari target di tahun 2018 (135 MW),
sebagaimana rincian pada tabel 3.25.
Tabel 3.25
Rincian Pembangunan PLTB
PLTB Sidrap diresmikan Presiden Jokowi pada 2 Juli 2018. PLTB Sidrap terletak di Desa
Mattirotasi, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, memiliki 30 wind turbin generator
(WTG) atau kincir angin. Sebanyak 30 kincir angin tersebut diperkirakan dapat menghasilkan
listrik sebesar 75 Mega Watt (MW) dan diproyeksikan akan mampu mengaliri listrik kepada
150.000 rumah di wilayah Sulsel dengan daya listrik rata-rata 900 volt Ampere. Pembangkit ini
menggunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 40 persen dan akan menyerap
sekitar 4480 tenaga kerja.
Gambar 3.30
Infografis PLTB Sidrap 75 MW
Sumber: Biroklik, Kementerian ESDM
77
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per Produksi Domestik
Bruto (PDB). Semakin rendah angka intensitas, maka semakin efisien penggunaan energi di sebuah
negara. Target penurunan intensitas energi tahun 2018 adalah 429 SBM/Miliar Rp, jumlah tersebut
menurun 1 % dari angka intensitas energi primer tahun 2017 yaitu sebesar 434 SBM/Miliar Rp.
Tentunya, capaian atas penurunan intensitas ini turut didukung oleh Direktorat Konservasi
Energi melalui berbagai kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan melalui program-program
yang terus menerus dikembangkan setiap tahun dalam rangka mendorong langkah -langkah
efisiensi energi.
Selain indikator penurunan rata-rata 1% intensitas energi primer per tahun, terdapat pula
indikator penurunan emisi CO2 yang ditujukan untuk mencapai sasaran strategis dalam rangka
meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi secara nasional.
Penurunan emisi CO2 merupakan salah satu bentuk kesepakatan Internasional dalam
menghadapi perubahan iklim, yang disikapi oleh Pemerintah Indonesia melalui komitmen untuk
menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% di tahun 2030 dengan usaha sendiri atau
sebesar 41% dengan bantuan internasional. Dari angka 29% tersebut, sektor energi mendapatkan
porsi penurunan emisi GRK sebesar 314 juta ton CO2. Hal inilah yang menjadi dasar perubahan
target bagi penurunan emisi GRK di Indonesia, dari sebelumnya sebesar 26% di tahun 2020.
Sebagai bentuk tindak lanjut atas komitmen tersebut, disusun pula kerangka kebijakan
dan acuan normatif Pemerintah dalam rangka mewujudkan komitmen nasional terkait dengan
perubahan iklim yaitu berupa dokumen Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
(RAN GRK).
Dokumen Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca merupakan dokumen
rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung
menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan nasional yang dituangkan
dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang merupakan pedoman perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi penurunan emisi Gas Rumah Kaca. Dalam Perpres Nomor
61 Tahun 2011 ini terdapat penjabaran target dan strategi penurunan emisi gas rumah kaca pada
lima sektor utama yang meliputi pertanian; kehutanan dan lahan gambut; energi dan transportasi;
industri; dan pengelolaan limbah.
78
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Saat ini, Direktorat Konservasi Energi masih terus berupaya intensif melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang mendukung implementasi penurunan emisi gas rumah kaca untuk memenuhi
komitmen pemerintah RI dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dimana target RAN GRK
sampai dengan 2020 adalah 30 Juta Ton CO2.
Pada tahun 2017 tercatat penurunan emisi CO2 yang sudah dicapai sebesar 33,9 Juta Ton
CO2, sedangkan di tahun 2018, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan target
penurunan sebesar 35,6 juta ton CO2.
Realisasi pencapaian penurunan emisi sepanjang tahun 2018 di sektor energi adalah sebesar
43,802 Juta Ton CO2 atau melebihi target yang ditetapkan. Perhitungan ini dihitung berdasarkan
metodologi MRV yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di mana
perhitungan data tersebut lag satu tahun, dimana capaian tersebut sudah melebihi target RAN-
GRK sebesar 30 Juta Ton CO2 pada 2020 dan juga melampaui target RENSTRA Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral sebesar 28,48 Juta Ton CO2 pada tahun 2019.
Dari uraian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa capaian target peningkatan
efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi terlihat pada tabel 3.26.
Tabel 3.26
Efisiensi Pemakaian dan Pengelolaan Energi
TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi
Intensitas Energi Pimer (Penurunan
SBM/Milliar Rp 429 428,608 107,84%
Rata - rata 1% per tahun)
Penurunan emisi CO 2 Juta ton 35,6 43,802 123.04 %
Capaian intensitas energi primer berbanding terbalik dengan targetnya, artinya semakin kecil
capaian intensitas energi primer, maka semakin positif targetnya. Sejak tahun 2015 hingga 2018
angka realisasi capaian intensitas energi primer menunjukkan hasil yang positif. Perbedaan angka
dalam dokumen Perjanjian Kinerja dengan target pada dokumen Renstra 2015-2019 menunjukkan
bahwa capaian intensitas energi tahun sebelumnya melebihi target yang telah ditetapkan, sehingga
target tahun setelahnya akan berubah dan dijadikan dasar dalam penentuan target.
Hal ini berdasarkan acuan yang terdapat pada regulasi di KEN yang menyatakan bahwa
intensitas energi berukurang setiap tahunnya sebesar 1%. Hingga saat ini capaian penurunan
intensitas energi selalu melebihi target, sehingga angka yang ditetapkan pada dokumen Perjanjian
Kinerja berpedoman pada angka capaian tahun sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan angka
pada Renstra 2015-2019 berbeda dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
79
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Penurunan rata-rata intensitas energi primer sebesar 1% per tahun, telah dicapai semenjak
tahun 2015 hingga 2018. Sebagai contoh perhitungan, target penurunan intensitas energi tahun
2018 adalah 429 SBM/Miliar Rp, jumlah tersebut menurun 1 % dari angka intensitas energi
primer tahun 2017 yaitu sebesar 434 SBM/Miliar Rp. Sehingga berdasarkan perhitungan tersebut,
pada tahun 2018 target penurunan intensitas energi ditetapkan sebesar 5 SBM/Miliar Rp. Dengan
kata lain, angka capaian penurunan intensitas energi primer pada tahun 2018 adalah sebesar
428,608 SBM/ Milyar Rp. Artinya, sepanjang tahun 2018, terdapat penurunan intensitas energi
primer sebesar 5,392 SBM/Miliar Rp. Jumlah ini melampaui target sebesar 107,84% dari target
yang ditentukan. Rincian atas realisasi intensitas energi primer dan penurunan emisi CO2 tampak
dalam tabel 3.26.
Tabel 3.27
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Intensitas Energi Primer dan Penurunan Emisi
CO2 Periode 2015-2018
INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA 2015 2016 2017 2018
80
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
34
Juta Ton CO2
Renstra 2015-2019
29 Renstra 2015-2019
29 Perjanjian Kinerja
Perjanjian Kinerja
24 Realisasi
24 Realisasi
19
19
14
14 2015 2016 2017 2018
2015 2016 2017 2018
Gambar 3.31
Gambar
Grafik 3.31 3.31
Gambar
Penurunan Emisi CO2 Periode 2015-2018
GrafikGrafik
Penurunan Emisi CO2
Penurunan Periode
Emisi 2015-2018
CO2 Periode 2015-2018
480
SBM/Miliar Rp
81
LKj Ditjen EBTKE | 2018
Tabel 3.28
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI
2018 (%)
Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energi
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO
(usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, % 20 19,38 96,90
transportasi dan pelayanan umum)
Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non -
PSO (transportasi, industri, dan komersial, % 15 7,66 51,07
pembangkit listrik)
Dari tabel 3.28, dapat disimpulkan bahwa persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
(BBN) pada BBM sektor PSO dan PSO untuk transportasi dan industri tahun 2018 sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2015
adalah sebesar 20%, dan realisasi untuk sektor PSO sebesar 19,38% atau tercapai sebesar 96,9% dari
target, sedangkan untuk non PSO hanya tercapai 51,07%. Keberhasilan pemanfaatan Biodiesel
sektor PSO tak lepas dari dukungan dana dari BPDPKS dan mekanisme penunjukan langsung
untuk pengadaan Biodiesel sektor PSO yang telah berjalan sejak Agustus 2015.
Keberhasilan pencapaian kinerja di sektor PSO tersebut juga didukung dengan adanya
kegiatan uji jalan pemanfaatan B20 pada kendaraan bermotor pada tahun 2014 yang dilakukan
oleh Direktorat Jenderal EBTKE bersama seluruh stakeholder terkait, dimana berdasarkan hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan B20 pada kendaraan bermotor tidak memberikan
dampak negatif yang signifikan sehingga implementasi B20 pada tahun 2018 dapat berjalan dengan
baik. Demikian juga dengan hasil rail test di lingkungan PT KAI yang hasilnya menunjukkan
penggunaan B20 secara teknis tidak mempengaruhi kinerja mesin.
Di sisi lain, persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada BBM Non PSO
transportasi dan Industri tahun 2018 sebagaimana yang tercantum di dalam Perjanjian Kinerja
adalah sebesar 15%, realisasi sebesar 7,66% atau hanya tercapai sebesar 51,07% dari target.
Secara umum, pemanfaatan BBN baik PSO maupun non PSO sejak tahun 2015 hingga 2018,
realisasinya terlihat pada tabel 3.29.
82
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tabel 3.29
Perbandingan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Realisasi Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO
dan non PSO Periode 2015-2018
INDIKATOR Tahun
Keterangan
KINERJA
2015 2016 2017 2018
Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energi
Persentase Renstra 10 20 20 20 Realisasi pemanfaatan Biodiesel
Pemanfaatan BBN Perjanjian sektor PSO telah berjalan optimal
pada BBM PSO (usaha 10 20 20 20 dengan adanya dukungan dana dari
Kinerja
mikro, usaha BPDPKS dan mekanisme penunjukan
perikanan, usaha langsung untuk pengadaan Biodiesel
pertanian, transportasi sektor PSO yang telah berjalan sejak
dan pelayanan umum) Agustus 2015. Keberhasilan
pencapaian kinerja di sektor PSO
tersebut juga didukung dengan
Realisasi 4,92 18 18,85 19,38 adanya kegiatan uji jalan
pemanfaatan B20 pada kendaraan
bermotor, dimana berdasarkan hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan B20 pada kendaraan
bermotor tidak memberikan dampak
negatif yang signifikan.
Persentase Renstra 10 20 20 20 Pelaksanaan mandatori untuk BBN
Pemanfaatan BBN Perjanjian Non PSO masih belum optimal
pada BBM non-PSO 10 20 10 15 dikarenakan perluasan mandatori
Kinerja
(transportasi, industri, pemanfaatan B20 dalam kerangka
dan komersial, pembiayaan BPDPKS mulai efektif
pembangkit listrik) berjalan per September 2018. Selain
itu hasil uji BBN dalam BBM diambil
dari sampel di sektor Non PSO
sebelum pelaksanaan perluasan
mandatori pemanfaatan B20,
sehingga selain sektor pembangkit
(PLN) sebagian besar obyek sampling
Realisasi 6,87 9,5 10,98 7,66 belum melaksanakan mandatori B20.
Kendala lainnya dalam mencapai
target kinerja di sektor Non PSO
adalah masih adanya resistensi
maupun keraguan dari pengguna
akhir terhadap faktor teknis
khususnya aplikasi di kendaraan
berat (industri pertambangan),
marine industry, dan sektor industri
lain
Tabel 3.29 menunjukkan bahwa realisasi atas pemanfaatan BBN pada BBM PSO terus
mengalami peningkatan dari tahun 2015 hingga 2018. Namun hal tersebut tidak terjadi pada
pemanfaatan BBN pada sektor non PSO. Pelaksanaan mandatori untuk BBN Non PSO masih
belum optimal dikarenakan perluasan mandatori pemanfaatan B20 dalam kerangka pembiayaan
BPDPKS mulai efektif berjalan per September 2018. Selain itu hasil uji BBN dalam BBM diambil
dari sampel di sektor Non PSO sebelum pelaksanaan perluasan mandatori pemanfaatan B20,
sehingga selain sektor pembangkit (PLN) sebagian besar obyek sampling belum melaksanakan
mandatori B20.
83
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Kendala lainnya dalam mencapai target kinerja di sektor Non PSO adalah masih adanya
resistensi maupun keraguan dari pengguna akhir terhadap faktor teknis khususnya aplikasi di
kendaraan berat (industri pertambangan), marine industry, dan sektor industri lain.
Gambar 3.5
Realisasi Direktorat Jenderal EBTKE Periode 2013-2018
Total realisasi anggaran Ditjen EBTKE hingga akhir tahun 2018 (31 Desember 2018)
berdasarkan SPM yang telah terbit adalah sebesar Rp 1.562.096.439.692 atau sebesar
90,70% dari total anggaran di tahun 2018 yaitu sebesar Rp 1.722.218.242. Adapun
rincian realisasi dapat dilihat melalui tabel 3.28.
Tabel 3.30
Realisasi TA. 2018 per Direktorat
84
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Dari tabel 4.19 dapat disimpulkan bahwa rencana realisasi anggaran yang ditargetkan hingga akhir
tahun 2018 adalah 94,71% (Rp 1.631.112.896.999), sedangkan realisasi yang berhasil dicapai Ditjen
EBTKE per 31 Desember 2018 adalah sebesar 90,7%. Besaran tersebut memiliki deviasi 4,01%
dari target capaian tahun 2018. Adapun gambaran atas rencana, realisasi, dan target anggaran
selama tahun 2018 dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.36
S-Curve dan Rencana Realisasi Anggaran Tahun 2018 Ditjen EBTKE
85
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Pada pengawasan internal, saldo temuan Ditjen EBTKE per triwulan IV adalah sebesar Rp
9.9907.543.772, telah diusulkan penyelesaiannya ke PUPN sebesar Rp 358.565.671 dan saldo yang
masih dalam penyelesaian sebesar Rp 9.548.978.101. pada pengawasan eksternal, saldo temuan
Ditjen EBTKE per triwulan IV adalah sebesar Rp 25.266.712.120 dan telah ditindaklanjuti sebesar
Rp 24.636.525.132 sehingga saldo temuan saat ini adalah sebesar Rp 630.186.988
Gambar 3.33
Rumus Efisiensi
Sumber: Lampiran PMK Nomor 214/PMK.02/2017
86
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Secara umum capaian kinerja dan realisasi anggaran Direktorat Jenderal EBTKE dapat dilihat pada
tabel perhitungan sebagai berikut:
=( (( ))⁄(( )) )
= 69,34%
Efisiensi (E):
= 13,64 %
= ( )
= ( )
= 84%
87
LKj Ditjen EBTKE | 2018
Efisiensi Sektor Bioenergi:
Tabel 3.30
Perhitungan Efisiensi Sektor Bioenergi
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
88
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Efisiensi (E) : 52 %
Nilai efisiensi : 101,52 %
Berdasarkan tabel 3.32 , maka dapat dapat diketahui nilai efisiensi Sektor Konservasi
Energi sebesar 101,52 %.
Tabel 3.33
Perhitungan Efisiensi Sektor Infrastruktur EBTKE
89
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Berdasarkan tabel 3.33, dapat dapat diketahui nilai efisiensi Direktorat Perencanaan dan
Pembangunan Infrastruktur EBTKE sebesar 78 %.
Jika disimpulkan, maka efisiensi dan nilai efisiensi rerata dari seluruh IKU yang terdapat pada
masing-masing unit di Ditjen EBTKE adalah:
Dalam hal ini sepanjang tahun 2018 Ditjen EBTKE sebagai wakil Pemerintah
sudah turut aktif dan optimal mendukung penciptaan iklim investasi yang positif
dan berusaha maksimal untuk meningkatkan kapasitas terpasang. Beberapa kegiatan
yang telah dilakukan untuk mendukung investasi diantaranya pelaksanaa kegiatan
sosialisasi, FGD ,sharing session ataupun rapat koordinasi untuk membahas kondisi
serta perkembangan pembangunan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT)
dengan para stakeholder.
90
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Menghadapi kondisi ekonomi dunia yang masih belum stabil, serta industri
di bidang energi sangat membutuhkan sumber daya finansial dalam jumlah besar
(capital intensive), maka dari itu ke depannya, Ditjen EBTKE harus menjamin dan
memastikan kepada investor agar bisnis yang dijalankan investor bisa berkelanjutan
dalam jangka waktu yang lama ke depan.
Gambar 3.34
Sumber: Lampiran PMK Nomor 214/PMK.02/2017
91
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Dimana,
Nilai Keterangan
>100% Sangat Efektif
81%-100% Efektif
61%-80% Cukup Efektif
dibawah 60% Tidak Efektif
Berdasarkan rumus , maka efektifitas masing-masing unit kerja yang ada pada Ditjen
EBTKE adalah sebagai berikut:
CH 2018 = 144,82%
92 LKJ 2018 96
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Berdasarkan tabel 3.34, dapat dapat diketahui nilai efektivitas Sektor Panas Bumi
tahun 2017 adalah sebesar 115,26% dan nilai efektivitas tahun 2018 sebesar144,82%.
Efektivitas Bioenergi:
Tabel 3.35
Perhitungan Efektivitas Bioenergi
2018 2017
No IKU TARGET REALISASI TARGET REALISASI
(TKU) (RKU) (TKU) (RKU)
Investasi di bidang Bioenergi
1
(Miliar USD) 0,595 0,773 0,072 0,073
Jumlah Produksi Biofuel (Juta
2
kL) 4,2 3,42 3,92 6,17
Jumlah Produksi Biogas
3
(Ribu M3) 24.651 24.786 25.225 25.670
Jumlah Kapasitas Terpasang
4 Pembangkit Listrik Bioenergi
(MW) 1881 1839,5 1881 1858,5
Persentase Pemanfaatan BBN 20 18,85 20 19,38
pada BBM PSO (usaha mikro,
5 usaha perikanan, usaha
pertanian, transportasi dan
pelayanan umum) (%)
Persentase Pemanfaatan BBN 10 10,98 15 7,66
pada BBM non-PSO
6 (transportasi, industri, dan
komersial, pembangkit
listrik) (%)
LKJ 2018 97 93
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
2018 2017
No IKU TARGET REALISASI TARGET REALISASI
(TKU) (RKU) (TKU) (RKU)
Investasi di Bidang Aneka
1 0,718 0,2425 0,197 0,06
EBT (Milliar USD)
Jumlah Kapasitas Terpasang
2 Pembangkit EBT (MW) 353,13 107,54 124,33 48,89
Tabel 3.37
Perhitungan Efektivitas Konservasi Energi
2018 2017
No IKU TARGET REALISASI TARGET REALISASI
(TKU) (RKU) (TKU) (RKU)
Intensitas Energi Pimer
1 (Penurunan Rata - rata 1%
per tahun) (SBM/ Miliar Rp) 467,8 429 472,6 434
Penurunan emisi CO2 (juta
2 ton) 23,57 43,8 20,6 33,95
Investasi di Bidang EBTKE
3 sub bidang Konservasi Energi
(Miliar USD) 0,005 0,00623 0,003 0,00359
94 LKJ 2018 98
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
2018 2017
No IKU TARGET REALISASI TARGET REALISASI
(TKU) (RKU) (TKU) (RKU)
Terpenuhinya Jumlah Kepala
Keluarga (KK)/Rumah
Tangga di Wilayah Terpencil
1 250.013 249.453 81.328 79.556
(Remote) dan/atau Daerah
Perbatasan yang Dilistriki
dengan Pembangkit EBT
Dari hasil perhitungan efektifitas masing-masing unit pada Direktorat Jenderal EBTKE,
maka capaian hasil efektifitas Ditjen EBTKE tahun 2017 dan 2018 adalah:
Sehingga,
CH EBTKE tahun 2018= 103,76 %
CH EBTKE tahun 2017 = 96 %
CH rerata = 99,88 %
Karena target Ditjen EBTKE tahun 2018 rata-rata capaian kinerjanya bernilai lebih
dari 100%, dimana capaian kinerja tahun 2018 lebih baik daripada tahun 2017, maka
efektifitas penggunaan sumber daya terhadap target, dapat tercapai dengan kategori
sangat efektif.
Hasil capaian sangat efektif dapat diraih karena:
- Diberlakukan upaya terobosan berupa Penugasan Pengembangan Wilayah
Kerja Panas Bumi kepada BUMN tanpa mekanisme lelang sesuai UU 21/2014.
Sehingga Ditjen EBTKE melakukan penugasan terhadap 8 WKP kepada PT PLN
- Diterapkannya skema pengembangan panas bumi yang baru, yaitu Penugasan
Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE).
- Kapasitas terpasang Biodiesel lebih besar secara signifikan dari sisi supply
daripada demand, hal ini menyebabkan investasi biodiesel berada pada kondisi
over supply
- Adanya program IGA yang sangat membantu untuk mengidentifikasi secara detail
tentang peluang penghematan energi sebagai dasar teknis dan ekonomis dalam
perhitungan, sehingga tugas Ditjen EBTKE untuk melakukan pendampingan
dan pemberi rekomendasi dapat dilaksanakan secara optimal
- Dilaksanakannya program mandatori BBN yang ditetapkan melalui Permen
ESDM nomor nomor 32/2008 yang telah diubah menjadi Permen ESDM nomor
12/2015, dimana payung hukum tersebut pada akhirnya dapat mendorong
pengembangan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN).
- Adanya soft skill dan dedikasi seluruh pegawai berupa kemampuan untuk
membangun komunikasi yang baik antar stakeholder, melakukan perencanaan,
lelang, distribusi, hingga memastikan LTSHE sudah diterima rakyat Indonesia
yang berada pada daerah 3T, merupakan elemen yang sangat membantu dalam
mendukung suksesnya program LTSHE
- Pemerintah mendukung penuh dan ikut mengawal secara intensif terhadap
kemajuan pengembangan proyek PLTB Sidrap 75 MW yang merupakan
PLTB berskala utilitas pertama di Indonesia. Kemampuan pemerintah untuk
memberikan kepastian hukum bidang EBT harapannya dapat menarik banyak
investor pembangkit listrik EBT, yang pada akhirnya akan memicu iklim kompetisi
investasi yang baik sehingga harga listrik EBT akan semakin kompetitif.
96
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
BAB IV
PENUTUP
97
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
PENUTUP
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2018, secara keseluruhan,
dari 19 target indikator kinerja yang harus dicapai, terdapat 10 indikator kinerja yang mencapai
lebih dari 100%; 4 indikator kinerja yang capaiannya antara 91-99%; 0 indikator kinerja yang
capaiannya antara 81-90%; 0 indikator kinerja yang capaiannya 61-80%, dan 5 indikator kinerja
yang capaiannya di bawah 60%. Berdasarkan self assessment, hasil dari pengukuran capaian
kinerja organisasi yang dihitung dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi yang
ditetapkan dari masing-masing indikator kinerja menunjukkan bahwa capaian Ditjen EBTKE
dikategorikan ‘’cukup berhasil’’ dengan nilai capaian sebesar 72,86%. Secara ringkas hasil capaian
kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2017-2018 sebagaimana tercantum dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Ringkasan Capaian Kinerja Ditjen EBTKE Tahun 2017 dan 20188
Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
dalam penerimaan negara
PNBP sub sektor Energi Baru, Target 0,65 0,7
1. Terbarukan, dan Konservasi Energi Realisasi 0,93 2,28
(Triliun Rp.) Persentase Capaian 153,8 326
Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
98
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
99
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Self assesment tidak hanya dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan capaian kinerja,
namun juga untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari Ditjen EBTKE. Dalam hal
penilaian efisiensi dan efektifitas, nilai efisiensi rerata Ditjen EBTKE sebesar (-) 184,66% (inefisiensi).
Artinya bahwa penggunaan sumber daya anggaran masih sangat membutuhkan pembenahan dari
sisi perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi. Inefisiensi tersebut utamanya dialami oleh
kegiatan yang berhubungan dengan investasi dan penambahan kapasitas terpasang. Dalam hal ini
sepanjang tahun 2018 Ditjen EBTKE sebagai wakil Pemerintah sudah turut aktif dan optimal
mendukung penciptaan iklim investasi yang positif dan berusaha maksimal untuk meningkatkan
kapasitas terpasang, namun faktor-faktor eksternal yang pelaksanaannya tidak dapat dikendalikan
oleh Ditjen EBTKE seperti mundurnya COD beberapa pembangkit karena belum memasuki
tahap konstruksi, pembebasan lahan, sulitnya untuk mendapatkan biaya pendanaan, dan masih
banyaknya keraguan investor terhadap regulasi EBT, turut mengakibatkan terhambatnya target
capaian. Maka dari itu ke depannya, Ditjen EBTKE harus menjamin dan memastikan kepada
investor agar bisnis yang dijalankan investor bisa berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama ke
depan.
Selain itu, Ditjen EBTKE juga perlu mengoptimalkan pengembangan pembangkit EBT
yang memiliki potensi besar seperti PLTP, PLTA, PLTBM/PLTBG dan PLTS dengan tetap
memperhatikan supply-demand, kesiapan sistem dan keekonomian; menyiapkan insentif; dan
perlu adanya revisi regulasi secara tuntas sehingga dapat menjawab keragu-raguan investor atas
investasi EBT.
Meskipun nilai efisiensi tidak sesuai harapan, namun efektifitas penggunaan sumber daya
terhadap target kinerja Ditjen EBTKE tahun 2018 lebih baik daripada tahun 2017, jika capaian
hasil Ditjen EBTKE tahun 2017 sebesar 96%, maka paada tahun 2018 angka tersebut meningkat
100
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
menjadi 103,76%, dan nilai tengah dari capaian hasil tahun 2017 hingga 2018 yaitu 99,88%
dengan kategori sangat efektif. Keberhasilan tersebut dapat diraih karena:
- Diberlakukan upaya terobosan berupa Penugasan Pengembangan Wilayah Kerja Panas Bumi
kepada BUMN tanpa mekanisme lelang sesuai UU 21/2014. Sehingga Ditjen EBTKE
melakukan penugasan terhadap 8 WKP kepada PT PLN
- Diterapkannya skema pengembangan panas bumi yang baru, yaitu Penugasan Survei
Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE).
- Kapasitas terpasang Biodiesel lebih besar secara signifikan dari sisi supply daripada demand,
hal ini menyebabkan investasi biodiesel berada pada kondisi over supply
- Adanya program IGA yang sangat membantu untuk mengidentifikasi secara detail tentang
peluang penghematan energi sebagai dasar teknis dan ekonomis dalam perhitungan, sehingga
tugas Ditjen EBTKE untuk melakukan pendampingan dan pemberi rekomendasi dapat
dilaksanakan secara optimal
- Dilaksanakannya program mandatori BBN yang ditetapkan melalui Permen ESDM nomor
nomor 32/2008 yang telah diubah menjadi Permen ESDM nomor 12/2015, dimana payung
hukum tersebut pada akhirnya dapat mendorong pengembangan dan pemanfaatan Bahan
Bakar Nabati (BBN).
- Adanya soft skill dan dedikasi seluruh pegawai berupa kemampuan untuk membangun
komunikasi yang baik antar stakeholder, melakukan perencanaan, lelang, distribusi, hingga
memastikan LTSHE sudah diterima rakyat Indonesia yang berada pada daerah 3T, merupakan
elemen yang sangat membantu dalam mendukung suksesnya program LTSHE
- Pemerintah mendukung penuh dan ikut mengawal secara intensif terhadap kemajuan
pengembangan proyek PLTB Sidrap 75 MW yang merupakan PLTB berskala utilitas pertama
di Indonesia. Kemampuan pemerintah untuk memberikan kepastian hukum bidang EBT
harapannya dapat menarik banyak investor pembangkit listrik EBT, yang pada akhirnya
akan memicu iklim kompetisi investasi yang baik sehingga harga listrik EBT akan semakin
kompetitif.
101
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
LAMPIRAN
102
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
ǡ
Ǥǡǡ
͵ǤʹͳǤ
͵Ǥʹͳ
Judul Program Status Terakhir
Pokok Pikiran/Lingkup/ Obyek
No. Legislasi/ Latar Belakang dan Tujuan Sasaran
yang diatur
Regulasi
Tujuan:
1) Mewujudkan regulasi konservasi energi
yang dapat berjalan secara efisien, efektif
dan capaiannya terukur;
2) Menjadi payung hukum kegiatan
konservasi energi yang bersifat lintas
sektoral; dan
3) Menjadi dasar hukum bagi K/L terkait
untuk menyusun regulasi turunan PP
Konservasi Energi sesuai
kewenangannya.
4) Memperkuat peran konservasi energi
yang memberikan multiple-benefit lintas
sektoral antara lain:
a. Mendukung ketahanan energi;
b. mendukung perlindungan
lingkungan;
c. meningkatkan produktivitas dan
daya saing;
d. mengurangi beban biaya energi;
103
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
e.
mendukung efisiensi anggaran
Pemerintah; dan
5) membuka lapangan kerja baru.
Memperkuat peran konservasi energi
yang memberikan multiple-benefit lintas
sektoral antara lain:
a. Mendukung ketahanan energi;
b. mendukung perlindungan
lingkungan;
c. meningkatkan produktivitas dan
daya saing;
d. mengurangi beban biaya energi;
e. mendukung efisiensi anggaran
Pemerintah; dan
f. membuka lapangan kerja baru.
6) Meningkatkan awareness seluruh
pengguna energi bahwa konservasi
energi menjadi tanggung jawab bersama
sesuai peran/fungsi dan wewenang
masing-masing.
2. RPP tentang Latar Belakang: Pemerintah Daerah, 1) Kewenangan dalam - Telah dilakukan
Panas Bumi Melaksanakan ketentuan Pasal 15, Pasal 50 orang perseorangan penyelenggaraan pemanfaatan beberapa kali
untuk ayat (3), Pasal 58 dan Pasal 64 Undang- baik Korporasi langsung Panas Bumi pembahasan
Pemanfaatan Undang Nomor 21 tahun 2014 tentang berbadan hukum 2) Jenis Pemanfaatan Langsung antar
Langsung Panas Bumi atau tidak berbadan Panas Bumi kementerian
hukum 3) Energi Panas Bumi untuk terakhir tanggal
Tujuan: Pemanfaatan Langsung Panas 27 Desember
memberikan pedoman bagi pemerintah Bumi 2018
daerah untuk melaksanakan kewenangan 4) Izin Pemanfaatan Langsung - Draft telah
penyelenggaraan pengusahaan panas bumi Panas Bumi diparaf oleh
untuk pemanfaatan langsung 5) Pembinaan dan Pengawasan masing-masing
Pemanfaatan Langsung Panas Panitia Antar
Bumi kementerian.
6) Penerimaan Negara dari - draft telah
Kegiatan Pemanfaatan disampaikan ke
Langsung Panas Bumi Menteri Hukum
7) Harga energi panas bumi dan Ham melalui
untuk pemanfaatan langsung Surat Sekjen
KESDM Nomor
10919/30/SJN.H
/2018 tanggal
31 Desmber
2018
3. Revisi Permen Latar Belakang: Kementerian, 1) Pengusulan Kegiatan Fisik Telah terbit
ESDM Nomor Guna percepatan pembangunan kegiatan Lembaga Negara dan Pemanfaatan EBTKE Peraturan Menteri
39 Tahun 2017 fisik pemanfaatan energi baru dan energi Pemerintah Daerah 2) Tata cara serah terima ESDM Nomor 12
tentang terbarukan serta konservasi energi perlu Provinsi dan 3) Pengaturan terkait pengelola Tahun 2018
Pelaksanaan melibatkan lembaga negara dan Pemerintah Daerah atau penerima manfaat hasil tentang Perubahan
Kegiatan Fisik Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam Kabupaten /Kota kegiatan Fisik pemanfaatan Atas Peraturan
Pemanfaatan proses pengusulan penyediaan dan EBTKE Menteri ESDM
EBTKE pemanfaatan sumber energi baru dan Nomor 39 Tahun
energi terbarukan untuk pembangkitan 2017 tentang
tenaga listrik maupun untuk non tenaga Pelaksanaan
listrik Kegiatan Fisik
Pemanfaatan
Tujuan: Energi Baru dan
Untuk memberi kewenangan kepada Energi Terbarukan
Pemerintah Daerah kabupaten/kota untuk Serta Konservasi
mengusulkan Pelaksanaan Kegiatan Fisik Energi
Pemanfaatan Energi Baru dan Energi
Terbarukan serta Konservasi Energi
104
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Tujuan:
mengatur mengenai spesifikasi umum,
spesifikasi teknis, dan/atau mekanikal
elektrikal pelaksanaan pembangunan
instalasi pemanfaatan energi terbarukan
dan penyediaan instalasi tenaga listrik
untuk masyarakat tidak mampu yang
didanai dari Dana Alokasi Khusus Fisik
Penugasan Bidang Energi Skala Kecil
6. Rancangan Latar Belakang: 1) Pemerintah 1) Tingkat/nilai efisiensi energi - RPM telah
Permen ESDM 1) Banyaknya produk yang dipergunakan termasuk K/L peralatan pemanfaat energi; diharmonisasi oleh
tentang masyarakat dan memiliki potensi terkait dalam 2) Izin pencantuman SKEM dan Kemenkumham
Penerapan penghematan energi yang cukup besar; melakukan Label; pada tanggal 29
Standar 2) Sebagai tindak lanjut kebijakan pengawasan 3) prosedur uji laboratorium; November 2018
Kinerja Energi penyederhanaan Tata Niaga dengan Peralatan 4) pengawasan post border; dan - RPM disampaikan
Minimum dan mengubah kebijakan Pengawasan di Pemanfaat 5) Sanksi; kembali Ke EBTKE
Pencantuman Border menjadi Post Border Energi yang melalui Surat Biro
Label Hemat beredar; Peralatan pemanfaat energi yang Hukum Nomor
Energi untuk Tujuan: 2) Produsen/ diatur pada RPermen antara lain: 10869/06/SJH/
Peralatan 1) Bagi Masyarakat/Industri/ Manufaktur dan 1) Lampu Swaballast 2018 tanggal 31
Pemanfaat Konsumen: melindungi dan Importir 2) AC Desember 2018
Energi memberikan informasi kepada Peralatan 3) Kulkas
konsumen dalam memilih peralatan Pemanfaat 4) Penanak Nasi
yang hemat energi dan efisien, Energi; 5) Kipas Angin
konsumsi energi sedikit (efisien), 6) Motor Listrik (industri)
pengeluaran biaya listrik kecil.
2) Bagi Manufaktur/Importir:
persaingan yang sehat, mencegah
peralatan yang tidak efisien (abal-abal,
boros energi) beredar ke pasar
Indonesia.
3) Lingkungan:
lebih bersih, menurunkan emisi GRK
(pencapaian target NDC).
105
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
4) Negara:
mengurangi investasi pembangunan
infrastruktur (pembangkit listrik,
berhemat lebih murah dibanding
membangun infrastruktur), ketahanan
energi, mengurangi pengurasan sumber
daya energi.
106
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
107
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
11. Rancangan Latar Belakang: 1) Pemerintah 1) Kewenangan Ditjen EBTKE, Telah terbit
Permen ESDM Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25, termasuk K/L Badan Geologi dan Setjen Peraturan Menteri
tentang Pasal 33 ayat (3), Pasal 112 PP No 7 Tahun terkait; Kementerian ESDM sebagai ESDM Nomor 33
Pengelolaan 2017 2) Pemerintah Tim Pengelola Data dan Tahun 2018
dan Daerah; Informasi Panas Bumi; tentang
Pemanfaatan Tujuan: 3) Lembaga 2) Pemanfaatan Data dan Pengelolaan dan
Data dan 1) Sebagai pedoman bagi Ditjen EBTKE, Penelitian dan Informasi Panas Bumi; Pemanfaatan Data
Informasi Badan Geologi dan Setjen Kementerian Akademisi; 3) Kompensasi harga data atau dan Informasi
Panas Bumi ESDM dalam pengelolaan data dan 4) Pemegang IPB; pengeboran yang dilakukan Panas Bumi untuk
untuk informasi Panas Bumi sesuai dengan 5) Pemegang Kuasa oleh Pemerintah atau Pemanfaatan Tidak
Pemanfaatan kewenangannya; Pengusahaan penugasan penambahan data Langsung
Tidak 2) Sebagai pedoman bagi stakeholders Sumber Daya yang dilakukan oleh Badan
Langsung dalam pengelolaan dan penambahan Pabum; Layanan Umum atau BUMN;
data dan informasi Panas Bumi; 6) Pemegang Izin 4) Penyerahan Data dan
Pengusahaan Informasi Panas Bumi
Sumber Daya
Pabum;
7) BLU/BUMN
Penerima
Penugasan
8) Badan Usaha
Pelaksana PSPE.
12. Rancangan Latar Belakang: 1) Pemerintah 1) Penggunan Sistem PLTS Atap Telah terbit
Peraturan bahwa untuk percepatan peningkatan 2) PT PLN 2) Perhitungan Ekspor dan Impor Peraturan Menteri
Menteri ESDM pemanfaatan energi baru dan energi (Persero) Energi Listrik dari Sistem PLTS ESDM Nomor 49
tentang terbarukan dalam bauran energi nasional 3) Konsumen PT Atap Tahun 2018
Penggunaan serta peningkatan efisiensi energi sesuai PLN (Persero) 3) Pembangunan dan tentang
Sistem dengan target Kebijakan Energi Nasional 4) Pelanggan PLTS Pemasangan Sistem PLTS penggunaan sistem
Pembangkit Atap ATAP Pembangkit Listrik
Listrik Tenaga Tujuan: 5) Badan Usaha 4) Pelaporan Tenaga Surya
Surya Atap Untuk mendorong pemanfaatan energi Jasa Penunjang (PLTS) Atap oleh
oleh surya yang ramah lingkungan untuk Tenaga Listrik konsumen
Konsumen PT pembangkitan tenaga listrik menggunakan 6) Lembaga Perusahaan Listrik
Perusahaan sistem pembangkit listrik tenaga surya atap Inspeksi Teknik Negara (PLN).
Listrik Negara oleh konsumen PT Perusahaan Listrik Tenaga Listrik
(Persero) Negara (Persero) untuk kepentingan
sendiri;
13. Rancangan Latar belakang: 1) Pemerintah 1) Tujuan Pengaturan dan Telah terbit
Peraturan bahwa sehubungan dengan perubahan 2) Badan kewajiban pencampuran BBN Peraturan Menteri
Menteri ESDM pengaturan mengenai penggunaan dana Pengelola Jenis Biodiesel ESDM Nomor 41
tentang untuk kepentingan penyediaan dan Dana 2) Pengadaaan BBN Jens Tahun 2018
Penyediaan Perkebunan Biodiesel, Penetapan Badan tentang
pemanfaatan bahan bakar nabati jenis
dan Kelapa Sawit Usaha BBM, Penetapan Badan Penyediaan Dan
Pemanfaatan biodiesel 3) Badan Usaha Usaha BBN, Penetapan Aloksai Pemanfaatan
Bahan Bakar BBN Jenis BBN Jenis Biodiesel Bahan Bakar
Nabati Jenis Tujuan: Biodiesel 3) Dana Pembiayaan Biodiesel Nabati Jenis
Biodiesel a. mewujudkan percepatan pemenuhan 4) Badan Usaha dan Ketentuan Verifikasi Biodiesel Dalam
dalam BBM 4) Pengawasan Kerangka
penahapan kewajiban minimal
Kerangka 5) Institusi 5) Sanksi Administratif Pembiayaan Oleh
Pembiayaan pemanfaatan BBN Jenis Biodiesel; dan terkait Badan Pengelola
oleh Badan b. penyelenggaraan administrasi Dana Perkebunan
Pengelola Dana penyediaan dan penyaluran Dana Kelapa Sawit
Perkebunan
Pembiayaan Biodiesel secara tepat
Kelapa Sawit
sasaran, tepat waktu, dan tepat
manfaat.
108
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
14. Rancangan Latar belakang: 1) Pemerintah 1) Penambahan Ketentuan Umum Telah terbit
Peraturan Penambahan ketentuan mengenai 2) PT PLN terkait Pembangkit Listrik Peraturan Menteri
Menteri ESDM pembelian tenaga listrik oleh PT (Persero) Tenaga Bahan Bakar Nabati ESDM Nomor 53
tentang Perusahaan Listrik Negara dari Pembangkit 3) Badan Usaha 2) Penambahan Bahan bakar Tahun 2018
Perubahan listrik yang memanfaatkan energi bahan 4) Pengembang nabati cair sebagai Sumber tentang Perubahan
Atas Peraturan bakar nabati cair dalam Peraturan Menteri Pembangkit Energi Terbarukan Atas Peraturan
Menteri ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 50 Listrik 3) Mekanisme Pembelian Tenaga Menteri ESDM
Nomor 50 Tahun 2017 5) Institusi terkait Listrik dari PLT BBN Nomor 50 Tahun
Tahun 2017 2017 tentang
tentang Tujuan : Pemanfaatan
Pemanfaatan Untuk meningkatkan pemanfaatan energi Sumber Energi
Sumber Energi terbarukan untuk kepentingan Terbarukan untuk
Terbarukan ketenagalistrikan nasional Penyediaan Tenaga
untuk Listrik
Penyediaan
Tenaga Listrik
15. Rancangan Latar Belakang : 1) Pemerintah 1) Memberlakukan SKKNI Bidang Rancangan
Peraturan Untuk pemenuhan dan peningkatan 2) Institusi Audit Energi sebagaimana Peraturan Menteri
Menteri ESDM kompetensi auditor energi yang berkualitas pendiidkan tercantum dalam Lampiran ESDM telah
tentang dan memiliki kemampuan teknis serta dan pelatihan Keputusan Menteri disampaikan
Pemberlakuan keterampilan khusus di bidang audit energi. 3) Dunia Ketenagakerjaan Nomor 53 kepada Bapak
Standar usaha/industri tahun 2018 Menteri ESDM
Kompetensi Tujuan : dn • Kategori Aktivitas : Profesional, melalui Nota Dinas
Kerja Nasional Meningkatkan kompetensi auditor energi penggunaan Ilmiah dan Teknis Dirjen EBTKE
Indonesia yang berkualitas dan memiliki kemampuan tenaga kerja Golongan Pokok Aktifitas : Nomor
Kategori teknis serta keterampilan khusus di bidang 4) Institusi Profesional, Ilmiah, dan Teknis 414/06/DJE/2018
Aktivitas audit energi. penyelenggara Lainnya tanggal 26
Profesional, pengujian dan Sebagai acuan dalam penyusunan Desember 2018.
Ilmiah dan sertifikasi jenjang kualifikasi nasional,
Teknis penyelenggaraan pendidikan dan
Golongan pelatihan profesi, uji kompetensi
Pokok dan sertifikasi profesi Bidang
Aktivitas Audit Energi.
Profesional,
ilmiah dan 2) Pembinaan dan Pengawasan atas
Teknis Lainnya penerapan SKKNI Bidang Audit
Bidang Audit Energi dilaksanakan oleh Menteri
Energi dengan pelimpahan kewenangan
kepada Diretur Jenderal EBTKE.
109
LKj Ditjen EBTKE | 2018
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
110
LKj Ditjen EBTKE | 2018