Anda di halaman 1dari 16

PEMANFAATAN HIDROGEN HIJAU

UNTUK MENDUKUNG ENERGI BARU


TERBARUKAN DI INDONESIA
Direktur Sumber Daya Energi, Mineral, dan Pertambangan
Kementerian PPN/Bappenas
November 2021

Sambutan Pembukaan pada “Green Hydrogen Talk”


EBT dalam Rencana Pembangunan
1 Nasional dan Capaiannya
Prioritas Nasional dalam RPJMN 2020-2024:
Indikator Utama Energi

PN 1 PN 2 PN 3 PN 4 PN 5 PN 6 PN 7
Pengembangan
Ketahanan Ekonomi Membangun Stabilitas
Wilayah untuk Pengembangan SDM Revolusi Mental dan Infrastruktur untuk
untuk Pertumbuhan Lingkungan Hidup, Polhukhankam dan
Pemerataan dan Berkualitas dan Berdaya Pembangunan Pembangunan Ekonomi
Berkualitas dan Ketahanan Bencana, Transformasi Pelayanan
Mengurangi Saing Kebudayaan dan Pelayanan Dasar
Berkeadilan dan Perubahan Iklim Publik
Kesenjangan

PP 1 PP 3
PP 4
Pemenuhan Kebutuhan Energi dengan Pembangunan Rendah Karbon
Energi dan Ketenagalistrikan
Mengutamakan Peningkatan EBT (pengurangan emisi GRK: 27,3% - 2024)

Target Catatan: PN - Prioritas Nasional;


Indikator Utama Sektor Energi PP - Program Prioritas
2020 2021 2022 2024
1. Porsi EBT dalam Bauran Energi Nasional (%) 11,2 14,5 15,7 ~23
2. Kapasitas terpasang pembangkit EBT (Giga Watt) – kumulatif 10,46 11,98 13,90 19,20
3. Pemanfaatan biofuel untuk domestik (Juta Kilo Liter) 8,46 9,2 10,4 17,4
4. Intensitas Energi Primer (Harga Konstan 2010) (SBM/Rp.Miliar) 139,5 138 136,6 133,8
5. Penurunan Intensitas Energi Final (Harga Konstan 2010) (SBM/Rp.Miliar) 0,9 0,9 0,9 0,8
6. TKDN Sektor Pembangkit EBT
a. Surya (%); Bioenergi (%) 40; 40 40; 40 40; 40 40; 40
b. Panas Bumi (%) 30 30 33 35 3
Skenario Dampak Kebijakan RPJMN
dan Pembangunan Rendah Karbon: Penurunan Emisi GRK
Target ET Hingga 2050 (MTOE) Emisi dan Reduksi Emisi – Sektor Energi
4,000,000 0.00%

3,500,000 -5.00%
2050
-10.00%
3,000,000
-15.00%

Giga Gr CO2/year
2040 2,500,000 -20.00%
2,000,000 -25.00%

2030 1,500,000 -30.00%


-35.00%
1,000,000
-40.00%
2025
500,000 -45.00%

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 - -50.00%

2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050
Geothermal Large Hydro Mini-Micro Hydro Bioenergy Solar Wind Others
Policy RPJMN Baseline Reduction
Sumber: RUEN Sumber: Laporan LCDI

• Komitmen transisi energi telah disebutkan di dalam RUEN dengan melakukan pengendalian pada rasio bauran
minyak dan batubara, serta peningkatan rasio bauran EBT dan gas bumi dalam energi primer. Dari total
potensi hingga 400 GW, sumber daya energi baru terbarukan yang ditargetkan cukup besar kontribusinya adalah
bioenergi, panas bumi, surya, dan hidro.
• Penerapan kebijakan Pembangunan Rendah Karbon pada sektor energi (EBT dan Efisiensi Energi) diperkirakan
menghasilkan penurunan emisi GRK di sektor energi sebesar 14,89% (2024), 15% (2030), dan 45% (2050);
• Angka penurunan emisi GRK menunjukkan bahwa peralihan (transisi) dari kebijakan energi fosil ke EBT dapat
memberikan manfaat (mengurangi kerugian) pada aspek lingkungan. 4
Capaian Porsi EBT
dalam Bauran Energi Primer Nasional
PORSI EBT DAL AM BAURAN ENERGI PRIMER
NASIONAL (PERSEN)

23%

19.5
Tren Meningkat Menuju tahun 2025

17.9
15.7
16

14.5
Tren Fluktuatif

13.4
11.33
11.2
9.18
10

8.61
6.67
6.13
5.42

5.32

4.97
4.96
4.24

3.92
3.77

Keterangan:
Realisasi Realisasi bersumber dari
Target HEESI (Handbook of Energy and Economic Statistics of
Indonesia) Tahun 2016 dan 2019;
TARGET RPJMN 2015-2019 TARGET RPJMN 2020-2024 Realisasi 2020 dan 2021 dari KESDM

➢ Porsi EBT dalam bauran energi primer nasional tahun 2005 hingga 2015 menunjukkan tren yang berfluktuasi. Fluktuasi
(naik-turun) porsi EBT tersebut dipengaruhi oleh perubahan dari porsi jenis energi lainnya (minyak bumi, batu bara,
dan gas bumi).
➢ Mulai tahun 2015 hingga 2021, capaian porsi EBT menunjukkan tren yang terus meningkat, meskipun masih belum
mencapai target yang ditetapkan dalam RPJMN.
5
Pengembangan
Pembangkit EBT
Perkembangan Kapasitas Pembakit EBT (MW) Potensi dan Pemanfaatan EBT (kelistrikan)
12,000

10,000

8,000

6,000

4,000

2,000
23,9 GW

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

PLTA PLTMH PLTM PLTP PLTS PLTB PLT Bioenergi

➢ Potensi EBT di Indonesia mencapai kurang lebih 417 GW, dengan tingkat utilisasi saat ini sekitar 10 GW di
sektor kelistrikan
➢ PLT EBT di dominasi oleh Hidro, Geothermal, dan Bioenergi

6
Pengembangan
Bahan Bakar Nabati

Produksi Biofuel (Juta KL)


12
Produksi Bahan Bakar
Nabati (BBN) dapat
10
10 melampaui target pada
8.4 tahun 2019, namun
8
6.71 6.96 8.4
tidak mengalami
6.48
7.37 peningkatan realisasi
pada tahun 2020
6
6.17
4.07
4
3.66 3.42

2
1.62

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Target Realisasi

Sumber: Kementerian ESDM, 2020

7
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Capaian Porsi EBT
FAKTOR EKSTERNAL PERK EM BANGAN BAURAN ENERGI PRI M ER NASI O NAL ( % )
4.24 5.42 5.32 4.97
Kontribusi sumber energi lainnya (Minyak 9.18 11.2
21.33
Bumi, Gas Bumi, dan Batu Bara) 25.11 21.85 22.77 18.51 19.16

yang dipengaruhi oleh kondisi atau kebijakan yang 19.37


25.76 30.14
berdampak pada pemanfaatan sumber energi lain 26.24 37.28
38.04
tersebut, seperti:
- Harga komoditas
- Kebijakan DMO (khususnya batu bara) 55.07
47.06
43.24 42.12
- Harga energi 35.03 31.6
- Subsidi energi
2005 2010 2014 2015 2019 2020
Minyak Bumi (%) Batu Bara (%) Gas Bumi (%) EBT (%)

FAKTOR INTERNAL Sumber: HEESI (Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia) Tahun 2016 dan 2019; Data KESDM, 2021

Aspek Kelembagaan & Aspek Pendanaan Aspek Regional Aspek Teknis


Regulasi Banyak tersedia pendanaan Daerah mendukung melalui Keterbatasan sistem grid
murah dari dunia RUED (Rencana Umum nasional, faktor
Ketidakpastian regulasi
internasional yang dapat Energi Daerah), namun intermitensi EBT dan
(harga, RUU EBT).
dimanfaatkan, namun akses terdapat keterbatasan kemampuan untuk
Ketidakpastian peran dan
pengembang pada dana- kewenangan daerah dalam menggantikan PLT fossil,
dukungan off-taker.
dana yang tersedia masih pengembangan EBT serta keterbatasan lahan.
sangat terbatas. sebagaimana UU 23/2014.
8
2 Potensi Pengembangan Hidrogen Hijau
Clustering EBTKE:
Terminologi UU 30/2007 tentang Energi

Elemen EBTKE
Energi Baru ▪ Batubara Tercairkan (Liquified Coal) ▪ Gas Metana Batubara (Coal Bed Methane)
▪ Batubara Tergaskan (Gasified Coal) ▪ Nuklir
▪ Hidrogen ▪ Metana yang lain

Energi Terbarukan
▪ Panas Bumi ▪ Surya
▪ Hidro ▪ Angin
▪ Bioenergi ▪ Laut

Konservasi Energi
Upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi
dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya (PP 70/2009 tentang
Konservasi Energi)

10
Jenis-Jenis
Energi Hidrogen
Hidrogen Abu-abu Hidrogen Biru Hidrogen Hijau Hidrogen Merah Muda Hidrogen Kuning

Memisahkan gas alam Memisahkan gas alam Memisahkan air menjadi Memisahkan air menjadi Memisahkan air menjadi
menjadi hidrogen dan menjadi hidrogen dan hidrogen dan O2 hidrogen dan O2 hidrogen dan O2
CO2 (Steam Reforming) CO2 (Steam Reforming) (elektrolisis) (elektrolisis) (elektrolisis)

Sumber energi Sumber energi Sumber energi Sumber energi hanya Sumber energi hanya
menggunakan energi menggunakan energi menggunakan kombinasi menggunakan energi menggunakan energi
fosil fosil energi dari EBT nuklir surya
CO2 dilepaskan ke CO2 disimpan atau
Tidak menghasilkan CO2 Tidak menghasilkan CO2 Tidak menghasilkan CO2
atmosfir digunakan kembali
Proses Menghasilkan Sumber energi
Tidak menghasilkan emisi
emisi Menghasilkan emisi

Sumber Gambar: https://www.petrofac.com/media/stories-and-opinion/the-difference-between-


green-hydrogen-and-blue-hydrogen/

11
Pengembangan Hidrogen
di Indonesia

Sumber: Kementerian
ESDM, 2021

➢ Pengembangan teknologi Hidrogen sebagai penyimpanan energi di Indonesia masih dalam tahap riset,
pilot project, dan belum pada skala komersial
➢ Pemerintah akan mendorong tumbuh dan berkembangnya industri hidrogen dari sumber energi terbarukan
dan penggunaan lain dengan merumuskan regulatory framework yang suportif (enabling). Dapat merujuk
pada standar internasional, praktik di negara lain, atau asosiasi di negara lain (ASME – the American Society
of Mechanical Engineers)
12
Inisiatif Pengembangan Green Hydrogen Saat Ini
Pilot Project PLT Hybrid: Kombinasi PLT EBT dan Hidrogen Skema Produksi Green Hydrogen oleh Pertamina
oleh HDF Energy Geothermal Energy
Renewstable Power Plant
mengkombinasikan PLT EBT +
Long-Term Hydrogen Storage
(Electrolyzer, Hydrogen Tanks,
dan Fuel Cell) + Highly
Responsive Li-ion Battery
sehingga dapat memasok
listrik dengan lebih stabil

Keunggulan

1. Menghasilkan listrik yang lebih stabil, firm, dan dispatchable Keunggulan


terhadap grid (mengurangi intermittency)
2. Dapat dianggap sebagai penyuplai baseload (dapat memenuhi ➢ Pasokan listrik yang stabil
peak demand apabila kapasitas penyimpanannya mencukupi) ➢ Tidak perlu air permukaan. Kondensat yang akan
digunakan (8500-9000 liter/hari/MW)
3. Mampu menyediakan grid service: frequency regulation dan
➢ Panas panas bumi dapat digunakan dalam proses
voltage support, island mode, blackstart mode, interkoneksi yang
pencairan/penyimpanan
mudah dengan dispatch center
➢ Memungkinkan "Energi Panas Bumi" untuk diangkut
4. Capacity factor hingga > 80% ➢ Oksigen dari proses produksi H2 dilepaskan ke atmosfer
5. Bebas emisi GRK saat dioperasikan ➢ Meningkatkan Peluang & Pekerjaan untuk Masyarakat
6. Kompetitif apabila dibandingkan dengan PLTD Lokal
13
Inisiatif Pengembangan Green Hydrogen
di Sumatera Utara dan Kalimantan Utara
Bappenas dan GGGI sedang melakukan diskusi pada tahap awal untuk studi pengembangan dan
akselerasi investasi Green Hydrogen dengan calon lokasi studi di Kalimantan Utara dan Sumatera Utara.

OPSI • Penyusunan kajian teknis dan pre-feasibility proyek Green Hydrogen


• Penyusunan kajian terkait regulasi untuk mendukung pengembangan hidrogen
RUANG LINGKUP • Identifikasi dan fasilitasi investor strategis yang memiliki minat dalam
STUDI pengembangan hidrogen

• Potensi EBT yang melimpah (Hydropower dan Geothermal). Sungai Kayan di


Kalimantan Utara memiliki potensi untuk pembangkit listrik tenaga hidro skala besar
(~10 GW) sebagai basis produksi listrik. Sumatera Utara memiliki potensi
PELUANG geothermal dan secara geografis dekat dengan pasar ekspor seperti Singapura,
INVESTASI Malaysia, dan Asia Timur
• Kehadiran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri berpotensi sebagai
pasar lokal untuk green hydrogen

• Pengurangan emisi GRK dalam rangka pencapaian komitmen NDC


DAMPAK • Berpeluang memperkuat neraca perdagangan Indonesia setelah dampak COVID-19
dengan tetap memprioritaskan pembangunan hijau
14
Beberapa Masukan
untuk Arah Pengembangan Hidrogen

Mendukung Pengembangan Mendukung Kemandirian Pilot Project Hidrogen untuk


Industri Dalam Negeri Energi Nasional Mendukung Kawasan
Industri atau KEK Hijau
Pengembangan energi berbasis Pengembangan hidrogen sebagai
hidrogen sebagai pembangkitan & pembangkitan dan penyimpanan Salah satu opsi pilot project yang
penyimpanan perlu didorong untuk energi dapat dimanfaatkan untuk dapat diinisiasi adalah pemanfaatan
dapat didukung dan mendukung menyuplai kebutuhan dalam negeri hidrogen untuk supply energi di
industri dalam negeri. Untuk itu, perlu dan juga ekspor energi. Pada skala kawasan industri hijau, atau
dipersiapkan rantai pasok industri komersial, pemanfaatan hydrogen mendukung penerapan prinsip-
dalam negeri yang dapat dilibatkan. harus mendukung kebutuhan prinsip industri hijau di KEK.
Untuk mendukung industri dalam energi/ketenagalistrikan dalam negeri
negeri, pengembangan hidrogen terlebih dahulu. Setelah itu, opsi
harus mempromosikan transfer ekspor energi dapat dilaksanakan.
pengetahuan dan teknologi kepada
industri dalam negeri. Kedua hal ini
mencakup industri bahan baku dan
tenaga kerja (baik pada level expert
maupun buruh).
15
TERIMA KASIH
Direktur Sumber Daya Energi, Mineral, dan Pertambangan
Kementerian PPN/Bappenas

Anda mungkin juga menyukai