Anda di halaman 1dari 8

BURNOUT SYNDROM MAHASISWA PROFESI NERS BERDASARKAN ANALISIS

FAKTOR STRESSOR, RELATIONAL MEANING DAN COPING STRATEGY


(Burnout Syndrome in Nursing Students Based on Effect of Stressor, Relational Meaning and
Coping Strategy)

Hilda Mazarina Devi*, Nursalam*, Laily Hidayati*


*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115
Email: hilmazarina@yahoo.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Pada level program pendidikan profesi mahasiswa akan menghadapi berbagai stressor. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan stressor personal; stressor lingkungan; relational meaning dan coping
strategy terhadap burnout syndrom pada mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani pendidikan profesi. Metode:
Desain penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Populasi adalah mahasiswa reguler program
profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Besar sampel ditentukan dengan simple random sampling dan
61 orang termasuk dalam kriteria inklusi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji
regresi linier berganda dengan signifi kansi p < 0,05. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa total burnout syndrom
berhubungan signifikan terhadap relational meaning (p = 0,005, = 0,460). Kelelahan emosional berhubungan signifikan
terhadap relational meaning (p = 0,001, = 0,532) dan emotion focused coping (p = 0,035, = 0,298). Relational meaning
juga memiliki hubungan signifi kan terhadap depersonalisasi (p = 0,002, = 0,050). Kemudian penurunan pencapaian
prestasi diri berhubungan signifi kan terhadap stressor personal antara lain jumlah individu tinggal dalam sekamar (p =
0,016, = 0,344), total waktu belajar setiap hari (p = 0,036, = 0,366) dan stressor lingkungan yakni beban kerja (p =
0,039, = -0,349). Diskusi: Mahasiswa disarankan untuk menyiapkan diri menghadapi pendidikan profesi dan Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga disarankan untuk mengupayakan penguatan fungsi pembimbing akademik dalam
hal role model secara preceptorship demi menghindari risiko terjadinya burnout syndrom ketika mahasiswa keperawatan
menjalani pendidikan profesi.

Kata Kunci: stressor, relational meaning, coping strategy, burnout syndrom, mahasiswa keperawatan

ABSTRACT
Introduction: Professional education program is a program in which nursing students are transformed to become
professional nurses. At this level, nursing students will encounter various stressors. The purpose of this study was to
analyze the relationship between stressors, relational meaning and coping strategy on burnout syndrome in nursing
students who are undergoing professional education. Method: This was a correlational study using cross-sectional
approach. Population comprised regular student of nursing profession program at the Faculty of Nursing, Airlangga
University. Sample size was determined by simple random sampling and 61 persons were included in the inclusion criteria.
Data then analyzed using multiple linear regression test with significance level of < 0.05. Results: This study found
that total burnout syndrome was significantly related to relational meaning (p = 0.005, = 0.460). Emotional exhaustion
was significantly related to relational meaning (p= 0.001, = 0.532) and emotion focused coping (p = 0.035, =0.298).
Relational meaning was also significantly related to depersonalization (p = 0.002, = 0.050). Subsequently, the decline
in self-achievement was significantly related to personal stressors, i.e the number of room mates (p = 0.016, = 0.344),
total learning time/day (p = 0.036, =0.366) and environmental stressors (workload) (p = 0.039, = -0.349). Discussion:
It is suggested for students to prepare for professional education, and the Faculty of Nursing, Airlangga University, should
strengthen the function of academic counselors in terms of preceptorship role model in order to avoid the risk of burnout
syndrome when the nursing students undergoing professional education.

Keywords: stressor, relational meaning, coping strategy, burnout syndrome, nursing students

PENDAHULUAN keperawatan akan diberikan kesempatan


untuk beradaptasi pada peran sebagai perawat
Program studi S-1 Keperawatan adalah
profesional (Nursalam, 2011). Sehingga
suatu pendidikan yang bertujuan untuk
mahasiswa akan terpapar stressor yang
menghasilkan perawat yang profesional
sama dengan perawat yang bekerja di klinik.
melalui dua tahapan pendidikan yakni
Dalam proses pembelajaran inilah mahasiswa
tahapan pendidikan akademik dan profesi.
tidak jarang mengalami stres (Irawati,
Ketika menjalani program profesi mahasiswa

175
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 175182

2012). Stres yang berkelanjutan dan kronis hingga keenam serta adanya pendidikan
akan menimbulkan dampak negatif yang pre-klinik sebelum mahasiswa terjun dalam
dapat menyebabkan perubahan motivasi dan klinik.
memunculkan terjadinya burnout syndrome Terdapat beberapa kategori sumber
(Greenberg dalam Watson, 2008). stres (stressor) yang berkontribusi dalam
Pembelajaran klinik menjadi kegiatan terjadinya stres pada mahasiswa keperawatan,
yang sulit bagi mahasiswa terutama dengan antara lain stressor personal dan stressor
tekanan berbagai macam stressor personal lingkungan (Lazarus & Folkman, 1984).
yakni usia, jenis kelamin, IPK akademik, total Terdapat tiga bentuk Relational meaning
waktu belajar per hari dan total waktu klinik terhadap pemaknaan stres dalam diri individu
per pekannya (Baker, 2012). Tuntutan membina yakni persepsi bahaya (harm), ancaman
hubungan baik dengan pasien, perawat dan (threat) dan tantangan (challange) (Lazarus
pembimbing klinik serta teman sejawat & Folkman, 1984). Terdapat dua jenis koping
juga menjadi stressor sosial bagi mahasiswa yang digunakan oleh seorang individu dalam
profesi, hal ini kemudian masih ditambah menghadapi stres antara Problem Focused
dengan adanya tekanan stressor beban kerja Coping dan Emotion Focused Coping (Lazarus
tugas, ujian, kompetensi (Nelwati, 2013), & Folkman, 1984). Sehingga, berdasarkan
serta adanya kesenjangan harapan antara teori fenomena dan masalah diatas perlu dilakukan
yang didapatkan dalam pendidikan akademik analisa hubungan antara sumber stres
dengan kenyataan dalam dunia klinik. Terlebih (stressor), Relational meaning dan coping
apabila stressor tersebut tidak diikuti dengan strategy terhadap burnout syndrome pada
adanya proses penerimaan, pembentukan mahasiswa reguler Program Profesi Ners
persepsi dan pemilihan coping strategy yang Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
baik dapat memicu timbulnya kelelahan
kerja yang dikenal dengan burnout syndrome
(Mangkunegara, 2002). Tiga dimensi burnout BAHAN DAN METODE
syndrome menurut Maslach (2003) antara lain Desain pada penelitian correlational
adalah kelelahan emosional, depersonalisasi, dengan pendekatan cross sectional, dengan
ser ta dimensi penur unan pencapaian populasi dalam penelitian adalah semua
prestasi diri. Hal ini sejalan dengan konsep mahasiswa regular program profesi Ners
transactional theory (Lazarus & Folkman, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
1984). periode genap tahun akademik 2012/2013 (89
Dari hasil studi pendahuluan pada 15 mahasiswa). Pengambilan sample sebanyak
orang mahasiswa reguler Program Profesi Ners 61 responden dengan menggunakan simple
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga random sampling berdasarkan beberapa
pada tanggal 29 Maret 2013 dapat diketahui kriteria inklusi. Penelitian dilaksanakan pada
bahwa pada dimensi kelelahan emosional 2226 April 2013.
73,3% mahasiswa mengalami kelelahan Variabel independen penelitian antara
emosional di tingkat menengah dan berat. lain stressor personal yakni data demografi
Pada dimensi depersonalisasi sebanyak 86,7% (usia, jenis kelamin, IPK akademik, situasi
mahasiswa mengalami depersonalisasi tingkat tempat tinggal, total waktu belajar/hari
rendah dan sekitar 13,3% di tingkat menengah. dan total waktu profesi/minggu); stressor
Kemudian pada dimensi penurunan prestasi lingkungan (beban kerja dan hubungan
diri sebanyak 66,7% mengalami pada tingkat interpersonal); relational meaning dan coping
menengah hingga berat. strategy.
Beberapa upaya Fakultas Keperawatan Variabel dependen penelitian antara lain
Universitas Airlangga yang telah diupayakan burnout syndrom yang terdiri atas tiga dimensi
antara lain adanya program PBP (Program yakni kelelahan emosional, depersonalisasi
Belajar Praktik) yang telah dimulai sejak dan penurunan pencapaian prestasi diri.
pendidikan akademik pada semester ketiga Instrumen yang digunakan berupa kuesioner

176
Burnout Syndrom Mahasiswa Profesi Ners (Hilda Mazarina Devi, dkk.)

data demografi. Kuesioner stressor lingkungan teori Maslach (2003). Data yang diperoleh
(beban kerja dan hubungan interpersonal) yang kemudian dianalisis menggunakan uji Regresi
dikembangkan dari uraian pengelolaan Profesi Linier Berganda dengan derajat kemaknaan
Program Ners yang berpatokan pada Pedoman adalah p < 0,05.
Pendidikan Profesi Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga 2012/2013. Kuesioner
HASIL
ASNS (Assassement of tress in Nursing
Students) yang dikembangkan oleh Costa & Distribusi data demografi responden pada
Polak (2009) digunakan oleh peneliti sebagai penelitian ini didapatkan karakteristik responden
kuesioner Relational meaning. Dimensi menunjukkan bahwa dari 61 orang responden,
yakni kelelahan emosional, depersonalisasi mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak
dan penurunan pencapaian prestasi diri. 51 responden (83,6%) dan 10 responden (16,4%)
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas (86,9%)
data demografi. usia responden 22-23 tahun. Sebaran gerbong
Kuesioner stressor lingkungan (beban atau stase pendidikan profesi yang sedang dilalui
kerja dan hubungan interpersonal) yang oleh responden adalah sebanyak 15 orang (24,6%)
dikembangkan dari uraian pengelolaan profesi berada di stase keperawatan kritis, 13 orang
program Ners yang berpatokan pada pedoman (21,3%) sedang berada di stase keperawatan
pendidikan profesi Fakultas Keperawatan maternitas, 14 orang (23%) sedang berada di
Universitas Airlangga 2012/2013. Kuesioner stase keperawatan jiwa dan sisanya sebanyak
ASNS (Assassement of Stress in Nursing). 19 orang (31,1%) berada di stase keperawatan
Coping strateg y diu k ur dengan anak.
modifikasi kuesioner Ways of Coping strategy IPK akademik responden paling banyak
(Lazarus & Folkman, 1988). Kemudian adalah berada pada rentang 2,763,50 (sangat
burnout syndrom dalam penelitian ini memuaskan) sebanyak 39 orang (63,9%).
menggunakan kuesioner MBI berdasarkan Sebanyak 46 orang (75,4%) tinggal berpisah

Tabel 1. Karakteristik responden penelitian burnout syndrom mahasiswa profesi ners berdasarkan
analisis faktor stressor, relational meaning dan coping strategy pada mahasiswa reguler
program profesi ners fakultas keperawatan unair Surabaya per Desember - April 2013
(n = 61)

No Stressor Personal Parameter %


1 Usia 22 21 34,4 %
23 32 52,5 %
2 Jenis Kelamin Laki laki 10 16,4 %
Perempuan 51 83,6 %
3 IPK Akademik 2,763,50 (sangat memuaskan) 39 63,9%
3,504,0 (dengan pujian 14 23,0%
cumlaude)
4 Situasi Tempat Tinggal Bersama orang tua 15 15,6%
Berpisah dengan orang tua 46 75,4%
5 Jumlah Individu Sekamar 2 35 57,4%
>2 26 42,6%
6 Total Waktu Belajar/hari Tidak belajar 1,33 jam/hari 35 57,4%
1,342,66 jam/hari 19 31,1%
7 To t a l Wa k t u P r o f e s i / 2,674 jam/hari 7 11,5%
minggu 4550 jam/minggu 31 50,8%
5156 jam/minggu 10 16,4%
5762 jam/minggu 8 13,1%
> 63 jam/minggu 12 19,7%

177
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 175182

dengan orang tua selama masa pendidikan profesi yang dihabiskan mahasiswa dalam
profesi. Mayoritas responden sebanyak seminggu untuk melaksanakan semua kegiatan
35 orang (57,4%) tinggal bersama 2 individu yang berhubungan dengan pendidikan profesi
dalam sekamar. Sebanyak 35 orang (67,2%) mayoritas adalah sebanyak 4550 jam/minggu
menyatakan tidak memiliki waktu belajar dan yakni sebanyak 31 orang (50,8%).
atau menyediakan rentang hingga 1,33 jam Tugas (laporan pendahuluan, laporan
waktu untuk belajar tiap harinya. Total waktu kasus, seminar, PKRS dan asuhan keperawatan)
menjadi beban yang tinggi bagi 5 orang
Tabel 2. Beban kerja mahasiswa reguler mahasiswa keperawatan (8,1%). Ujian dan
program profesi ners fkp unair kompetensi klinik adalah beban kerja tingkat
Surabaya 2226 April 2013 (n = 61) sedang yang dipilih oleh rata-rata sebanyak
41 orang (66,8%). Dan beban kerja yang
Kategori dianggap oleh mahasiswa keperawatan menjadi
Beban beban kerja rendah adalah kesenjangan
No R S T
Kerja harapan antara teori dan praktik yakni oleh
sebanyak 26 orang (42,6%). Rata-rata terdapat
1 Ujian 11 45 5 4 orang responden (6,14%) yang menyatakan
(18%) (73,8%) (8,2%) bahwa keseluruhan parameter beban kerja
2 Tugas 23 36 2 selama pendidikan profesi sebagai beban kerja
(37,7%) (59%) (3,3%) dengan tingkat tinggi.
3 Kompetensi 6 50 5
Tidak ada responden yang menyatakan
Klinik (9,8%) (82%) (8,2%)
memiliki kemampuan hubungan interpersonal
4 Kesenjangan 26 32 3
Harapan (42,6%) (52,5%) (4,9%) yang rendah terhadap pasien, pembimbing
klinik: perawat dan pembimbing akademik
Rerata 16 41 4
serta teman dalam satu kelompok. Rata-
(26,2%) (66,8%) (6,14%)
rata sebanyak 51 orang (83,6%) memiliki
Ket: R = ringan; S = sedang; T = tinggi
kemampuan tingkat sedang dan terdapat rata-
rata 10 orang (16,8%) responden yang memiliki
kemampuan tinggi.
Tabel 3. Hubungan interpersonal mahasiswa
reguler program profesi ners fakultas
keperawatan UNAIR Surabaya per PEMBAHASAN
MaretApril 2013 (n = 61)
Usia pada mahasiswa keperawatan
Kategori memiliki hubungan yang tidak signifikan
Hubungan terhadap burnout syndrom secara keseluruhan
No R S T
Interpersonal maupun terhadap tiap dimensi dalam burnout
syndrom: kelelahan emosional, depersonalisasi
1 Pasien 0 53 8 dan penurunan pencapaian prestasi diri.
(0%) (86,9%) (13,1%) Berdasarkan teori perkembangan Hurlock
2 Pembimbing 0 46 15 (1980) maka responden penelitian tergolong
Klinik: (0%) (75,4%) (24,6%)
dalam rentang usia dewasa muda (early
Perawat
Ruangan dan adulthood). Seseorang yang berada dalam
Pembimbing rentang awal usia dewasa muda (usia 20
Akademik 40 tahun) memiliki perkembangan fisik dan
3 Teman satu 0 53 8 kondisi tubuh yang prima, berada di puncak
kelompok (0%) (86,9%) (13,1%) kesehatan dan kekuatan, energi dan daya
Rerata 0 51 10,3 tahan. Tidak terdapatnya hubungan signifikan
(0%) (83,6%) (16,8%) antara usia terhadap ketiga dimensi burnout
Ket: R = ringan; S = sedang; T = tinggi syndrom dapat disebabkan karena mayoritas
responden penelitian berada dalam rentang

178
Burnout Syndrom Mahasiswa Profesi Ners (Hilda Mazarina Devi, dkk.)

usia yang sama. Proses adaptasi terhadap terhadap burnout syndrom secara umum
stres akan berkembang sesuai dengan tingkat maupun terhadap burnout syndrom dimensi
kematangan emosional (Hurlock, 1980) dan kelelahan emosional dan depersonalisasi.
tingkat kematangan emosional amat ditentukan Lingkungan yang terlalu dipenuhi oleh
oleh usia, sehingga secara alamiah semakin banyak individu ataupun terlalu sedikit dapat
menambahnya usia mahasiswa keperawatan mempengaruhi pencapaian seorang mahasiswa
maka akan semakin baik kematangan dalam berprestasi. Hubungan positif yang
emosional dan mampu mengembangkan terjadi menunjukkan bahwa semakin sedikit
adaptasi terhadap kondisi burnout syndrome. jumlah individu sekamar maka akan semakin
Jenis kelamin pada mahasiswa terjadi peningkatan terhadap pencapaian
keperawatan tidak memiliki hubungan yang prestasi diri seorang mahasiswa. Terdapat
signifikan terhadap burnout syndrom secara hubungan signifikan antara jumlah individu
umum maupun terhadap tiap dimensi dalam sekamar dengan dimensi penu r u nan
burnout syndrom: kelelahan emosional, pencapaian prestasi diri menunjukkan bahwa
depersonalisasi dan penurunan pencapaian mahasiswa keperawatan akan memiliki
prestasi diri. Mayoritas responden penelitian kemampuan menciptakan lingkungan tempat
adalah berjenis kelamin wanita sebanyak 51 tinggal yang kondusif dengan jumlah individu
orang (83,6%). Wardhani (2006) menyatakan 2 orang dalam sekamar untuk menurunkan
frustasi perempuan lebih tinggi dibanding risiko terjadinya penurunan pencapaian
frustasi laki-laki. Tidak terdapatnya hubungan prestasi diri.
secara signifikan antara jenis kelamin dengan Total waktu belajar/hari pada mahasiswa
burnout syndrom secara umum maupun keperawatan memiliki hubungan yang
terhadap pada setiap dimensi dapat disebabkan signifikan terhadap burnout syndrome dimensi
ka rena dom i nasi ju m la h ma hasiswa penurunan pencapaian prestasi diri, namun
perempuan dibandingkan dengan jumlah tidak memiliki hubungan signifikan terhadap
mahasiswa laki-laki. Mahasiswa dengan jenis burnout syndrom secara umum dan terhadap
kelamin perempuan yang mendominasi tugas burnout syndrom dimensi kelelahan emosional
perawat diharapkan memiliki pertahanan diri dan penurunan pencapaian prestasi diri.
yang lebih baik dalam menghadapi bunrout Sebanyak 35 orang mahasiswa keperawatan
syndrom. (57,3%) tidak memiliki waktu belajar dan
Situasi tempat tinggal tidak memiliki hanya meluangkan 1,33 jam waktu per hari
hubungan yang signifikan terhadap burnout untuk melaksanakan pembelajaran.
syndrome secara umum maupun terhadap tiap Perilaku belajar seorang mahasiswa
dimensi dalam burnout syndrom (kelelahan memberikan pengaruh positif dan signifikan
emosional, depersonalisasi dan penurunan terhadap kondisi stress yang dialami selama
pencapaian prestasi diri). Tidak terdapatnya masa pendidikan (Berli, 2012). Hasil analisis
hubungan signifikan antara situasi tempat data menyebutkan bahwa hubungan yang
tinggal terhadap burnout syndrom dapat terjadi terjadi adalah hubungan positif yakni semakin
akibat seluruh responden adalah mahasiswa meningkat waktu belajar maka akan terjadi
yang telah menjalani 4 tahun pendidikan peningkatan pula terhadap pencapaian prestasi
akademik tinggal berpisah dengan orang seorang mahasiswa. Terdapat hubungan
tua sehingga telah mampu beradaptasi dan signifikan antara total waktu belajar/hari
membangun kemampuan sosial dengan baik terhadap penurunan pencapaian prestasi diri
terhadap kondisi tersebut ketika menjalani menunjukkan bahwa semakin banyak seorang
setahun pendidikan profesi setelah masa mahasiswa melakukan perilaku belajar dengan
pendidikan akademik. baik maka akan menghindarkan dirinya
Jumlah individu sekamar memiliki daripada burnout syndrom: penurunan
hubungan signifikan terhadap kejadian burnout pencapaian prestasi diri sehingga perlu adanya
syndrom : penurunan pencapaian prestasi diri, motivasi dan dukungan agar mahasiswa
namun tidak memiliki hubungan signifi kan meluangkan waktu belajar.

179
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 175182

Total waktu profesi/minggu pada melalui gerbong kritis dan mengalami kondisi
mahasiswa keperawatan tidak memiliki berlebihan dalam waktu profesi/minggu
hubungan yang signifikan terhadap burnout sehingga mahasiswa harus lebih menggunakan
syndrom secara umum maupun terhadap manajemen waktu dengan lebih baik.
tiap dimensi burnout syndrom (kelelahan B e b a n ke r ja p a d a m a h a si s wa
emosional, depersonalisasi dan penurunan keperawatan memiliki hubungan yang
pencapaian prest asi dir i). Mayor it as signifikan terhadap terjadinya burnout
mahasiswa reguler program profesi Ners syndrom dimensi penurunan pencapaian
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga prestasi diri, namun tidak memiliki hubungan
menyatakan bahwa menjalani kegiatan profesi signifikan terhadap burnout syndrom secara
selama 4550 jam per minggu. Jadwal dan umum maupun terhadap dimensi kelelahan
peraturan pendidikan profesi mahasiswa emosional dan depersonalisasi. Rata-rata
reguler di Fakultas Keperawatan Universitas 4 orang (6,1%) responden merasakan ujian,
Airlangga terhadap waktu untuk kegiatan di tugas dan asuhan keperawatan, kompetensi
lingkungan klinik telah terjadwal sebanyak 9 klinik, serta kesenjangan harapan antara teori
jam dalam tiap kali shift tiap harinya, sehingga dan praktik adalah beban kerja dengan level
apabila diakumulasi dalam 5 hari aktif maka tinggi dan sebanyak rata-rata 41 orang (66,8%)
normal jam praktik yang harus dilalui oleh menganggap sebagai beban kerja pada level
seorang mahasiswa keperawatan adalah sedang
sebanyak 45 jam tiap minggu. Beban kerja yang berlebihan menjadi
Berd a sa rk a n bu k u Kompeten si salah satu faktor penyebab burnout syndom
Keperawatan Medikal Bedah dan Kritis FKp sesuai dengan penelitian Irawati (2012).
Universitas Airlangga terdapat sedikitnya 14 Sebagai seorang mahasiswa sebaiknya
kompetensi keperawatan dan masing-masing mempersiapkan diri dalam menghadapi
terdapat 4 sub kompetensi klinik yang harus beban kerja yang dianggap berlebihan dengan
dilaksanakan saat melalui gerbong kritis melaksanakan manajemen waktu dengan
selama 4 minggu hal ini yang menyebabkan baik, sehingga risiko terjadinya penurunan
besarnya angka mahasiswa yang mengalami pencapaian prestasi diri dapat cegah dan
kelelahan emosional tingkat berat pada mahasiswa dapat menciptakan bentuk adaptasi
gerbong tersebut. Selain itu terdapat 30 orang yang lebih baik dalam menghadapi beban kerja
(49,2%) yang mengalami kelebihan waktu ketika menjalani pendidikan profesi.
dalam menjalani pendidikan profesi terutama Hu bu ng a n i nt e r p e r s o n a l p a d a
dalam menjalani praktik klinik diperkuat mahasiswa keperawatan tidak memiliki
hingga 63 jam per minggu bahkan lebih. hubungan secara signifikan terhadap burnout
Padahal berlebihannya waktu untuk kegiatan syndrom secara umum maupun terhadap
profesi dapat menimbulkan kejenuhan dan setiap dimensi dalam burnout syndrom
menjadi stressor yang amat berpengaruh (kelelahan emosional, depersonalisasi dan
sehingga secara klinis akan menimbulkan penurunan pencapaian prestasi diri). Terdapat
risiko munculnya burnout syndrom (Baker, rata-rata 51 orang responden (83,6%) yang
2012). menyatakan memiliki kemampuan sedang
Tidak ada hubungan antara total waktu dalam membangun hubungan interpersonal
klinik/minggu terhadap setiap dimensi burnout terhadap klien, pembimbing klinik (perawat
syndrom pada mahasiswa keperawatan dapat dan pembimbing akademik) serta terhadap
disebabkan karena adanya faktor lain yang teman dalam satu kelompok. Sebanyak rata-
berperan seperti kepribadian dan penghargaan rata 10 orang (16,8%) responden memiliki
(Irawati, 2012) dan peneliti tidak melaksanakan kemampuan tinggi dan tidak terdapat
penelitian pada kedua hal tersebut. responden (0%) yang menyatakan memiliki
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan rendah.
secara klinis mahasiswa keperawatan akan Kemampuan yang baik dalam membina
berisiko mengalami burnout syndrom apabila hubungan interpersonal dapat menjadi salah

180
Burnout Syndrom Mahasiswa Profesi Ners (Hilda Mazarina Devi, dkk.)

satu intervensi yang efektif dan sebagai koping sedangkan EFC menyebabkan seorang
yang efektif dari burnout (Huey, 2007). individu mengendalikan emosinya terlebih
Relational meaning pada mahasiswa dahulu sebelum melaksanakan penyelesaian
keperawatan memiliki hubungan yang terhadap stressor yang datang.
signifikan terhadap burnout syndrom secara Hasil penelitian menunjukkan memiliki
umum, serta memiliki hubungan yang koping yang terpusat kepada emosi akan dapat
signifikan terhadap burnout syndrom dimensi menyebabkan seorang mahasiswa akan mudah
kelelahan emosional dan depersonalisasi. mengalami burnout syndrom terutama pada
Sedangkan terhadap burnout syndrom dimensi kelelahan emosional, sehingga mahasiswa
penurunan pencapaian prestasi diri, relational harus melakukan pemilihan coping strategy
meaning tidak memiliki hubungan signifikan. secara bijaksana.
Mayoritas mahasiswa reguler mengalami
pemaknaan stres yang baik terhadap setiap
SIMPULAN DAN SARAN
kondisi dalam dunia pendidikan keperawatan.
Terlebih pada domain pendidikan profesi Simpulan
sebanyak 45 orang menyatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang
pendidikan profesi adalah tantangan bagi telah dilakukan pada Mahasiswa Reguler
mereka. Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Relational meaning diartikan sebagai Universitas Airlangga, maka dapat diambil
suatu pemaknaan terhadap stres, terdiri atas kesimpulan bahwa burnout syndrom secara
tiga komponen persepsi antara lain harm total memiliki hubungan signifikan terhadap
(bahaya), threat (ancaman) dan challange Relational Meaning. Jumlah individu sekamar
(tantangan) (Schwarzer, 2008). Pemaknaan dan total waktu belajar/hari menjadi stressor
terhadap stres yang negatif akan dapat personal yang memiliki hubungan signifikan
menimbulkan respons dan koping yang negatif terhadap burnout syndrom: penurunan
(Lazarus dalam Taylor, 1991). pencapaian prestasi diri. Beban kerja menjadi
Seorang mahasiswa keperawatan stressor lingkungan yang memiliki hubungan
diharapkan memiliki pemaknaan positif secara signifikan terhadap terjadinya burnout
terhadap setiap tekanan dan stres yang dialami syndrom: penurunan pencapaian prestasi
ketika menjalani pendidikan profesi, sehingga diri. Relational meaning signifikan terhadap
akan tercipta coping strategy yang tepat dan terjadinya burnout syndrom kelelahan
mengurangi risiko burnout syndrom ketika emosional dan depersonalisasi. Serta Coping
mahasiswa menjalani pendidikan profesi. strategy : emotion focused coping adalah
Coping strategy pada mahasiswa salah satu strategi koping yang berhubungan
keperawatan memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya burnout
signif ikan terhadap burnout syndrom syndrom dimensi kelelahan emosional.
dimensi kelelahan emosional terutama pada
penggunaan emotion focused coping (EFC), Saran
namun tidak memiliki hubungan yang
Berdasarkan simpulan yang telah
signifikan terhadap burnout syndrom secara
diuraikan diatas, selanjutnya peneliti
umum, serta burnout syndrom pada dimensi
mengemukakan beberapa saran bagi mahasiswa
depersonalisasi dan penurunan pencapaian
keperawatan yakni untuk mempersiapkan
prestasi diri. Sebanyak 35 orang responden
diri dengan baik dalam menghadapi stressor
menggunakan EFC sebagai coping strategy.
pada dunia pendidikan profesi. Bagi Fakultas
Pemilihan coping strategy pada seorang
Keperawatan Universitas Airlangga untuk
perawat tidak dipengaruhi oleh gender namun
menggunakan program PBP dan program
lebih kepada persepsi terhadap kemampuan
prapendidikan klinik dan memperkuat peran
dalam menyelesaikan masalah (Lestarianita,
pembimbing akademik sebagai role model
2007). PFC menyebabkan seorang individu
dalam model pembelajaran preceptorship
akan berfokus untuk menyelesaikan masalah,

181
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 175182

pada program PBP yang dilaksanakan ketika Lazarus, RS & Folkman S, 1988. Ways of
pendidikan akademik. Serta bagi perawat Coping Questionnaire. Consulting
untuk selalu dapat melakukan pemaknaan Psychologist, Inc
terhadap stres dengan baik dan positif serta Lazarus & Taylor, 1991. Emotion and
penggunaan coping strategy dengan tepat Adaptation. London: Oxford University
untuk menghindari risiko terjadinya burnout Press
syndrom sehingga tidak menurunkan kualitas Lestarianita, P, Fakhrurrozi, M., 2007.
Pengatasan Stres pada Perawat Pria
layanan keperawatan. Bagi peneliti selanjutnya
dan Wanita. Skripsi. Depok : Universitas
perlu dilakukan penelitian kembali mengenai
Gunadarma
stressor personal: kepribadian, komitmen
Mangkunegara, A., 2002. Perilaku Konsumen.
dan kepercayaan serta mengukur Relational Bandung: Penerbit Refika
meaning revisited terhadap burnout syndrom Masclah, C Jackson, S Leiter, M., 2003.
dengan teori adaptasi dari SC. Roy. Maslach Burnout Inventory Manual.
California: CPP.
Nelwati, McKenna, L Plummer, V., 2013.
KEPUSTAKAAN
Indonesian Student Nurses Perception
Baker, Mary L, 2012. Nursing Student Stress of Stress in Clinical Learning: A
and Demographic Factors. Thesis phenomenological Study. Journal of
Master, California State University, San Nursing Education and Practice, Vol.
Marcos 3, No. 5, 5665
Berli, 2012. Pengaruh Perilaku Belajar dan Nursalam, 2011, Manajemen Keperawatan
Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Kuliah Mahasiswa Akuntansi. Skripsi : Profesional Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Universitas Tarumanegara Salemba Medika
Costa, AL Polak, C., 2009. Construction and Putri, Rissa T., 2013. Hubungan antara
Validation of an Instrument for the Dukungan Sosial Orang Tua dengan
Assessement of Stress Among Nursing Motivasi Menyelesaikan. Jakarta:
Students. Rev Esc Enferm USP vol. 43, Universitas Bina Nusantara
hal. 1726 Schwarzer, R., 2008. Stress and Coping
Huey, S, 2007. Occupational Stress, Social Resources. Theory and Review. 128
Problem Solving and Burnout among Wardhani, DK., 2006. Pengaruh Faktor
Mental Health Professional in HIV/ Individu, Faktor Organisasi, dan
AIDS Care. Thesis. Drexel University Perbedaan Jenis Kelamin pada Perawat
Hurlock, Elizabeth, 1980. A Life Span terhadap Burnout di Rumah Sakit
Approach. 5th ed. McGraw-Hill, Inc. Haji Surabaya. Skripsi, Universitas
Irawati, E, 2012. Burnout Syndrom pada Airlangga, Surabaya
Mahasiswa Reguler Program Profesi Watson, R Deary, I Thompson, D LiG, 2008.
Ners Fakultas Keperawatan Universitas Study of Stress and Burnout in Nursing
Airlangga Berdasarkan Analisis Faktor Students in Hongkong: A questionnaire
Perilaku dan Lingkungan. Skripsi, survey. International Journal of Nursing
Universitas Airlangga, Surabaya Studies Vol 45, 15341542
Lazarus, RS Folkman, S., 1984. Stress,
Appraisal and Coping. Newyork:
Springer

182

Anda mungkin juga menyukai