Anda di halaman 1dari 3

TTP Pacitan : Menderaskan Inovasi Lahan Kering Sub

Optimal dengan padi gogo

Jawa Timur memiliki luas baku lahan kering sekitar 1,35 juta ha, dan sekitar
333.500 ha diantaranya merupakan lahan kering kelas satu (Dinas Pertanian Propinsi Jawa
Timur, 2013). Dari total luasan tersebut, kabupaten Pacitan memiliki 103,315 ha lahan
kering yang ditopang oleh kondisi lahan sub-optimal, dengan jenis tanah miskin hara,
antara lain renzhina, kolovial atau podsolik. Pemerintah Kabupaten Pacitan menyediakan
lahan kering sub optimal, seluas 6,8 ha di BPP Pringkuku untuk pembangunan TTP Pacitan
sebagai pusat kegiatan, dengan cakupan kawasan terdiri dari tiga desa, yaitu Desa
Pringkuku, Desa Ngadirejan dan Glinggangan. Dalam upaya maksimasi penggunaan lahan
kering, dicapai melalui peningkatan produktivitas yang masih rendah, yaitu 3,7 ton/ha,
padahal kapasitas produksi yang sebenarnya dapat mencapai hingga 6,9 ton/ha. Hal ini
ditampilkan oleh hasil uji 30 varietas padi gogo di enam lokasi TTP Pacitan pada tanam
Oktober-Maret 2015 (Gamabar 1)

Gambar 1. Histogram produktivitas 30 varietas padigogo di lahan kering suboptimal TTP


Pacitan, 2015

Hasil gabah kering panen (GKP) tertinggi oleh Inpago-8IPB (6,95 t/ha), disusul oleh
Inpago 9 (6,21 t/ha), Inpago 10 (6,19 t/ha), Situ Gintung (6,07 t/hya) dan Merah Wangi
(6,88 t/ha) yang nyata berbeda dengan varietas. Jika dibandingkan dengan varietas lokal
yang biasa digunakan oleh petani, yaitu Segreng GK maka telah memperbaiki hasil panen,
berturut-turut 35,95% untuk Inpago-8IPB; 20,58% untuk Inpago 9; 20,19% untuk Inpago
10; 26,02% untuk Segreng-TG; 33,39% untuk Merah Wangi. Hasil panen jerami yang
tinggi (17,6 t/ha) juga ditampilkan oleh Inpago-8IPB. Kebutuhan jerami dalam setahun per
ekor sapi berkisar 3,5-5,5 t/ekor/tahun. Artinya, jerami Inpago-8IPB dapat mencukupi
kebutuhan pakan berupa jerami 3-4 ekor sapi dalam setahun. Pada Gambar 2 disajikan
tanaman disajikan pada Inpago 9 dan Inpago 10 yang ditanam terintegrasi dengan jeruk.
Gambar 2. Keragaan tanaman Inpago 9 dan Inpago 10 menjelang panen, 2015.

Pada pengujian inovesi ini diperoleh informasi kemajuan kelas umur, yaitu kelas ultra
genjah (75-85 HST) oleh padi gogo varietas Gajah Mungkur, kemudian kelas umur genjah
(95-105 HST) oleh Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, Inpago 8-IPB, Gogoniti 1, Mandel, Situ
Gintung, Galunggung.

Ada tiga hal penting yang saat ini sedang diterapkan oleh TTP Pacitan pasca
pengujian inovasi tersebut, yaitu (1) produksi benih Inpago 8, Inpago-8IPB, Inpago 9 dan
Inpago 10 sejumlah 100 ton untuk memenuhi kebutuhan lahan kering di Jawa Timur untuk
tanam Oktober-Maret 2017 dan membina kelompok-kelompok tani demfarm di kawasan
seluas 60 ha terintegrasi dengan jeruk Siem Madu yang bibitnya diperoleh dari Balitjestro;
(2) Pada lahan kering sub optimal yang cukup air (seperti kondisi iklim saat ini) maka
petani-petani disarankan dua kali tanam padi gogo menggunakan varietas Gajah Mungkur;
(3) selaras dengan budaya petani di wilayah lahan kering yang suka bertani gogo lokal
beras merah, maka ada dua varietas potensial, yaitu yaitu Gogo Niti-1 dan Merah Wangi
diajukan ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman untuk memperoleh sertifikat terdaftar.

Anda mungkin juga menyukai