Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

NERACA ENERGI UNTUK SISTEM TANPA REAKSI

4.1. Pengantar

Dalam persamaan neraca energi dalam suatu system diperlukan harga entalpi dan energi dalam dimana
harga ini merupakan sifat makroskopik sistem yang ditentukan pada keadaan awal dan akhir suatu
proses. Ada pertanyaan yang harus dijawab ketika menyelesaikan persoalan neraca energi iaitu:

- Apakah sifat makroskopis H dan U adalah fungsi ?


- Bila H dan U merupakan fungsi yang selalau diperoleh, bagaimana menggunakannya?
- Bagaimana saling ubah perhitungan antara H dan U ?
Saling ubah antara suhu, tekanan, komposisi fase, entalpi dan energi dalam pada umumnya rumit.
Dalam peneracaan energi ada beberapa anggapan yaitu:

1. Fase sistem selalu diketahui


2. Pengaruh tekanan pada H dan U dibaikan.
3. Semua campuran adalah ideal.

4.2. Neraca Energi menggunakan Data Tabel Termodinamika

Air adalah zat yang paling sempurna diketahui dan telah ditabelkan fungsi entalpi dan energi
dalam. Air dapat dalam fase padat, cair atau uap dan pada kondisi tertentu diperoleh dalam
kesetimbangan. Tabel uap dapat disajikan dalam tiga model yaitu tabel temperatur uap jenuh, tabel
tekanan uap jenuh dan tabel uap lewat jenuh (superheated).

Contoh Soal 4.1

a. Hitung entalpi 1 kg air jenuh 80oC dan tentukan tekanan uap.


b. Hitung entalpi 10 kg uap jenuh 1,0 bar dan tentukan volume spasifik
c. Hitung energi dalam 1 kg uap jenuh pada volume spasifik 2,20 m3/kg
d. Hitung entalpi 100 kg uap pada 20 bar dan 500oC, dan hitung derajat superheatednya

Penyelesaian:

Buka tabel uap :

a. Pada suhu 80oC, P uap jenuh = 0,4736, entalpi spesifik = 334,9 kJ/kg. Entalpi 1 kg adalah 334,9 kJ
b. Pada 1 bar uap jenuh, entalpi spesifik uap jenuh 2675,4 kJ/kg, spesifik volume 1,694 m3/kg.
Entalpi 10 kg uap = 26.754 kJ
c. Volume adalah variabel keadaan independen, cari volume spesifik 2,20 pada tabel uap,
diperoleh suhu januh 92oC
d. Pada 20 bar, temperatur jenuhnya = 212,4oC (Tabel uap), pada soal disebut suhu uap 500oC,
maka derajat lewat jenuh = 500 212,4 = 287,6oC. Untuk menentukan entalpi spesifik buka
tabel uap lewat jenuh, 20 bar dan 500oC diperoleh entalpi spesifik 3467 kJ/kg, maka entalpi 100
kg adalah 346.700 kJ

Bila data yang diinginkan berada pada antara dua buah harga di tabel, maka data yang diinginkan harus
diinterpolasi. Contoh lihat tabel berikut:

P(bar) Simbol interpolasi H (kJ/kg) Simbol interpolasi


U
100 x 2727,7 yU
103 xi ? yi
105 xL 2718,7 yL

Rumus interpolasi adalah:

yi y L xi x L

y U
y L
xU x L

xi x L
atau: yi y L ( yU y L )
xU x L
Contoh soal 4.2.

Tentukan entalpi spesifik dan volume spesifik uap pada 5 bar dan 320oC.

Penyelesaian:

Pada 5 bar, temperatur jenuh 151,8oC (tabel uap), pada kondisi di atas, uap keadaan lewat jeuh. Dari
tabel uap lewat jenuh data yang diperoleh adalah untuk suhu 300 dan 350oC, untuk mengestimasi V dan
H digunakan intrpolasi.

suhu H V
300 3065 0.522
320 Hi Vi
350 3168 0.571

Dengan menggunakan rumus interpolasi maka diperoleh:

Hi = 3106,2 kJ/kg (gunakan Excel)

Vi = 0,542 m3/kg

Kualitas Uap

Dalam proses teknik kimia sering dijumpai campuran uap dan cairan. Ini berarti bahwa campuran dalam
keadaan jenuh.

Fraksi uap jenuh dalam campuran uap cair disebut kualitas uap (X).

Bila X = 0 berarti semua cairan

X = 1 berarti semua uap

Sifat-sifat campuran uap dan cair dapat dihitung menurut rumus berikut:
Contoh 4.3.

Hitung P, V, H dan U untuk uap basah pada 230oC dan kualitas 0,4

Penyelesaian:

Dari tabel uap jenuh diperoleh:

Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh:

Contoh 4.4.

Bejana 0,3 m3 berisi 10 kg air pada P 60 bar. Hitung T, X dan H campuran air-uap.

Penyelesaian:

Volume spesifik isi bejana adalah: 0,3 m3/10 kg = 0,03 m3/kg.

Pada 60 bar, diperoleh Vuap = 0,001319 dan Vair = 0,034, maka dapat dihitung kualitas uap
Jadi uap sebanyak 92,3% dan cairan = 7,7%. Entalpi campuran adalaH:

4.3. Alikasi Neraca Energi dalam Sistem Tertutup

Persamaan neraca energi dapat ditulis dalam bentuk:

Sering energi kinetik dan potensial diabaikan, maka persamaan menjadi:

Dalam sistem tertutup, usaha dapat dinyatakan dalam kompresi atau ekspansi, sehingga persamaan
dapat ditulis dalam bentuk:

Bila P konstan, maka dan entalpi dapat ditulis dalam bentuk .

Contoh 4.5.

1 kg uap pada 1 bar, diisi ke dalam silinder dengan luas penampang 1,69 m3, anggap tutup mudah
berberak dan tidak ada kebocoran. Silinder dipanaskan secara eksternal sehigga suhu bertambah dari
100 menjadi 300oC. Anggap tidak ada panas hilang ke lingkungan, hitung banyaknya panas yang
diperlukan untuk proses ini.
Penyelesaian:

Untuk sistem tertutup berlaku :

Pada kasus ini energi kinetik = 0, ada perubahan ketinggian karena ekspansi tutup silinder.

Untuk tabel uap lewat jenuh, pada 100oC dan 1 bar, entalpi uap 2676 kJ/kgdan spesifik volume 1,69
m3/kg semetara pada 300oC dan 1 bar, speseifik entapi = 3074 J/kg dan volume spesifik = 2,64 m 3/kg.
Dengan menggunakan neraca di atas dapat dihitung:

Pusat ketinggian massa silinder adalah z = L/2 = V/A, diperoleh:

Jelas disini bahwa energi potensial tidak signifikan.


Selama proses sistem melakukan usaha ekspansi, maka usaha dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:

dimana P = konstan.

jadi total energi yang ditransfer ke sistem sebagai panas (398 kJ), sekitar (95 kJ) dikonsumsi oleh
sistem dalam usaha ekspansi. Energi dalam sistem naik yaitu:

Contoh 4.6.

1 kg uap pada 100oC dan 1 bar di isi dalam suatu bejana bertekanan. Berapa panas yang diperlukan
untuk menaikkan suhu uap dalam bejana menjadi 300oC, dan berapa tekanan akhir.

Penyelesaian:

Anggapan:

- tidak ada uap yang hilang

- proses volume konstan (tak ada perubahan volume bejana)

- tidak ada panas yang hilang ke lingkungan


Dengan anggapan tersebut neraca energi dapat ditulis:

Karena volume tetap, maka persamaan dapat ditulis:

Pada 100oC dan 1 bar, Vspesifik-uap = 1,69 m3/kg, karena sistem tertutup maka volume spasifik akhir
proses tetap yaitu:
Jelas disini pada 300oC, uap akan menjadi lewat jenuh. 1 bar dan 300oC volume spesifik = 2,64
m3/kg, sementara pada 5 bar dan 300oC volume spesifik = 0,522 m3/kg. Keadaan akhir antara dua harga
tersebut, denga menggunakan rumus interplasi diperoleh:

Sehingga:

Harga Energi Absolut dan Relatif

Harga entalpi dan energi dalam pada persamaan neraca energi secara aktual adalah herga entalpi dan
energi dalam absolut. Sedangkan harga entalpi dan energi dalam dalam tabel adalah harga relatif
dengan asumsi nilai energi dalam pada triple point adalah nol.

dimana:

adalah energi dalam absolut dan

Po) adalah energi dalam relatif terhadap


keadaan referensi

Gunakan entalpi relatif dalam peneracaan, sebab energi dalam keadaan referensi dapat diganti dalam
persamaan neraca. Bila = r + o disubsitusi ke persamaan hukum pertama termodinamika, maka
diperoleh:

Q W = m(2- 1)= m[(2r+ o)-( 1r+ o)]

= m(2r- 1r)
Jadi neraca energi dapat ditulis dalam bentuk energi dalam absolut dan relatif. Namun dalam
penggunaan harga entalpi dan energi dalam harus referensi yang sama.

Bila tidak menggunakan referensi yang sama, maka harusdilakukan koreksi. Misalnya suatu tabel energi
dalam mempunyai referensi a, sementara tabel lain energi dalam untuk zat yang sama mempunyai
referensi b. Untuk merubah entalpi realtif ke a , (U-Ua) dan entalpi realtif b, (U-Ub) dapat dirumuskan:

(U-Ub)= (U-Ua)- (Ub Ua)

Contoh 4.7.

Hitung panas yang diperlukan untuk menaikkan 1 kg uap pada 385 bar dari 500 menjadi 816 oC.
Diketahui entalpi spesifik pada suhu 816oC relatif terhadap uap jenuh pada 1,01325 bar (1 atm).

Penyelesaian:

Pada tekanan konstan : . Entalpi pada kondisi awal, dihitung dengan mengintrpolasi data
tabel uap lewat jenuh:

Entalpi ini relatif terhadap air pada triple point. Untuk merubah entalpi 1130 kJ/kg ke referensi triple
point, maka digunakan rumus koreksi :

Kuantitas menunjukkan entalpi uap 1 atm relatif terhadap triple point. Dari tabel uap
jenuh, diperoleh harganya 2676,0 kJ/kg. Sehingga :

Akhirnya,
4.3. Aplikasi Neraca Energi pada Sistem Terbuka

Secara umum bentuk neraca energi untuk sistem terbuka yang melibatkan aliran masuk dan keluar
adalah :

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam penggunaan persamaan ini:

a. Jelas definisi batasan sistem.

b. Hati-hati menetapkan suku-suku yang dapat diabaikan dalam penyelesaian masalah.

c. Periksa semua panas dan usaha yang terlibat dalam sistem.

d. Pastikan semua sumber data entalpi untuk semua komponen mempunyai referensi yang
sama.

Contoh Soal 4.8

Uap pada 200oC dan 7 bar masuk ke dalam nozel horizontal pada laju 60 m/det. Uap keluar pada laju
600 m/det dan tekanan berkurang 1,4 bar. Hitung suhu dan kualitas uap.

Penyelesaian:

Fungsi Nozel: meningkatkan energi kinetik fluida dengan mengurangi tekanan.

Sistem dianggap seperti gambar berikut:


Persamaan neraca energi dapat ditulis:

Pada sistem ini berlaku:

- Proses dianggap adiabatik: dQ/dt = 0

- Tidak ada ekspansi atau kompressi yang berarti sistem tidak melakukan usaha dW/dt = 0.

- tidak ada perubahan ketinggian umpan dan keluaran, z1 = z2

- Jumlah zat masuk = jumlah zat keluar

Berdasarkan hal ini, maka persamaan dapat ditulis menjadi:

atau

Pada 200oC dan 7 bar uap keadaan lewat jenuh dan setelah diinterpolasi entalpi pesifiknya = 2843,8
kJ/kg. Sehingga dapat dihitung entalpi uap keluar nozel.

Untuk menentukan status uap keluar pada tekanan 1,4 bar, perlu dicek tabel uap jenuh. Pada keadaan
jenuh entalpi uap pada 1,4 bar adalah 2690,3 kJ/kg dan entalpi air = 455,4 kJ/kg. Telah dihitung entalpi
keluar adalah 2665,6 kJ/kg, nilai entalpi antara uap dan air jenuh, ini berarti status uap keluar adalah
campuran aup dan air (kondensat) pada suhu 109,3oC. Maka kualitas uap dapat dihitung:

X = 0,989 sehingga diperoleh fraksi kondesat sebanyak 1 0,989 = 0,011.

Contoh 4.9.

Dalam sistem uap penggerak turbin (lihat gambar berikut), uap jenuh pada 145 psia dengan kecepatan
100 ft/det dilewatkan melalui superheater dengan laju pemanasan 300 BTU/lbm. Uap lewat jenuh ini
diekspansikan melalui turbin untuk memutar sumbu 50 HP dan akhirnya uap dilewatkan melalui difuser
pada tekanan 15 psia dan kecepatan 1 ft/det. Perbedaan tinggi input dan aoutput adalah 200 ft. Hitung
suhu dan kualitas uap keluar, asumsikan laju alir uap 300 lb/jam.

Penyelesaian:
Neraca energi:

Karena perhitungan dalam satuan siatem American Engieering (AE), maka semua perhitungan harus
disesuaikan.

dalam hal ini F1 = F2, maka persamaan dapat ditulis menjadi:


Untuk mengevaluasi entalpi spesifik pada kondisi inlet, harus dikonversi 145 psia ke satuan SI, yaitu 10
bar dimana entalpi spasifiknya 2776,2 kJ/kg. Kemudian konversikan ke satuan AE diperoleh:

Sehingga persamaan neraca energi menjadi:

Pada tekanan 15 psia atau 1,03 bar, entalpi spesifik uap jenuh lebih besar dari harga yang diperoleh, ini
bermakna uap dalam keadaan basah. Setelah diinterpolasi diperoleh entalpi spesifik uap dan air jenuh
pada 1,03 bar masing-masing 2767,7 dan 421,4 kJ/kg. Maka dapat dihitung kualitas uap.

Suhu keluar dapat dihitung berdapasrkan rumus interpolasi yaitu 100,5oC.

Kalau diperhatikan dari dua contoh di atas, ternyata harga energi potensial dan kinetik sangat kecil.
Keadaan ini akan sering dijumpai dalam aplikasi proses kimia dimana kebanyakan unit proses terdiri dari
tanki yang tetap volume. Untuk kasus ini dW/dt = 0 sehingga untuk neraca energi keadaan tunak dapat
ditulis menjadi:

Ini adalah persamaan dasar untuk semua perubahan kandungan energi proses yang terjadi sebagai hasil
perpindahan panas ke atau dari sistem. Dengan mengasumsikan basis waktu mislnya 1 jam, maka
persamaan diatas dapat ditulis menjadi:
Bentuk persamaan ini identik dengan persamaan yang diturunkan untuk sistem tekanan tetap tertutup.

Contoh 4.10:

Uap digunakan untuk memanaskan 300 kg/jam air proses pada tekanan 5 bar dari 50oC sampai 150oC
menggunakan penukar panas double pipe. Uap pada tekanan 10 bar dan jenuh. Diperoleh kondensat
jenuh. Hitung laju alir uap yang diperlukan.

Penyelesaian:

Perlu diperhatikan, tidak ada pencampuran antara uap pemanas dengan air yang dipanaskan. Untuk
memudahkan pemahaman perpindahan panas dalam sistem ini digambarkan seperti berikut ini:
Sistm dibatasi oleh garis putus-putus, dan sistem diisolasi sehingga tidak ada panas yang hilang (dQ/dt =
0). Tidak ada perubahan energi kinetik dan potensial serta sistem tidakmelakukan kerja. Maka neraca
energi untuk sistem seperti ini adalah:

Kedua aliran tidak bercampur sehingga :

Selanjutnya:

Pada 10 bar entalpi uap dan air jenuh masing-masing 2776,2 dan 762,6 kJ/kg. Entalpi air pada 5 bar dan
50oC, dan 150oC masing-masing 209,7 kJ/kg dan 632,2 kJ/kg.

Subsitusi semua harga yang diketahui ke persamaan diperoleh:

Neraca energi pada sisi air adalah:


Sedang pada sis uap neraca energinya adalah:

4.4. Neraca Energi tanpa Tabel Termodinamika

Tidak semua entalpi zat diperoleh dalam bentuk tabel, oleh sebab itu perlu dilakukan perhitungan bagi
zat tersebut. Perbedaan entalpi pada umumnya dibagi dalam bentuk:

perbedaan entalpi karena perubahan suhu pada tekanan dan fase tetap

perbedaan entalpi karena perubahan tekanan pada suhu dan fase tetap.

Perbedaan entalpi karena perubahan fase pada suhu dan tekanan tetap.

Misalnya ingin menghitung perbedaan entalpi sistem komponen tunggal seperti pada gambar berikut:

T3, P3, fase b

T2, P2, fase a

T2, P2, fase b

T1, P1, fase a

Entalpi sebagai fungsi keadaan merupakan perbedaan entapi antara keadaan awal dengan akhir tidak
tergantun jalur (jalan) perubahan suhu dan tekanan.

Untuk sistem pada gambar diatas perbedaan entalpi dapat ditulis:

Hb(T3,P3)- Ha(T1,P1)= Hb(T3,P3)- Hb(T2,P3)+ Hb(T2,P3)

- Hb(T2,P2)+ Hb(T2,P2)- Ha(T2,P2)+ Ha(T2,P2)- Ha(T1,P2) + Ha(T1,P2)- Ha(T1,P1)

dimana :

Hb(T3,P3)- Hb(T2,P3) = perbedaan entalpi karena perubahan suhu pada


tekanan dan fase tetap.

Hb(T2,P3)-Hb(T2,P2) = koreksi entalpi karena perubahan tekanan pada suhu


dan fase tetap.
Hb(T2,P2)- Ha(T2,P2) = perbedaan entalpi karena perubahan fase pada suhu
dan tekanan tetap.

Ha(T2,P2)- Ha(T1,P2) = perbedaan etalpi karena perubahan suhu pada suhu


dan fase tetap.

Ha(T1,P2)- Ha(T1,P1) = korekasi entalpi karena perubahan tekanan pada


suhu dan fase tetap.

Kapasitas Panas.

Kapasitas panas didefinisikan dari persamaan:


T 2


H
Q H H2 H2 dT
T
T 1 p


H

T
p
disebut kapasitas panas pada tekanan konstan yang sering ditulis sebagai cp.

Untuk sistem tertutup pada volume konstan berlaku:


T 2


U
Q dT
T
T1 v


U

T
v
disebut kapasitas panas pada volume konstan yang ditulis sebagai cv.

Hubungan antara cp dan cv adalah: cp = cv + R

Dimana : R = konstanta gas.

Kapasitas panas adalah fungsi suhu dan tekanan. Pada gas ideal pengaruh tekanan pada kapasitas panas
dianggap kecil. Data kapasitas panas dapat diperoleh dalam bentuk tabel (App 3 dan 6) atau grafik (lihat
grafik).
Untuk gas hubungan antara cp dan T ditunjukkan dalam bentuk polinom:

Cp = a + bT + cT2 + dT3+eT4

Kapasistas panas campuran yang kompleks harus ditentukan langsung dari pengukuran secara
eksperimen. Namun dapat juga ditentukan dengan prediksi dengan mempertimbangkan komposisi
komponen campuran.

Cp = wjcpj

Contoh 4.11

Hitung kapasitas panas batubara dengan komposisi (%berat) 54% karbon tetap, 21% zat mudah
menguap, 5% abu dan 20% air pada suhu 100oF.

Penyelesaian:

Cp (Btu/lbm.oF) zat tersebut pada suhu 100oF adalah:

Karbon tetap Zat volatile Abu air

0,189 0,135 0,188 1


Cp= 0,54(0,189) + 0,21(0,135) + 0,05(0,188) + 0,2(1) = 0,424 Btu/lbm.oF

Penggunaan data kapasitas panas tergantung pada interval suhu yang digunakan. Untuk suhu dengan
interval lebih dari 50K, maka gunakan cp sebagai fungsi polynomial.

Bila interval suhu kurang dari 50K, gunakan cp rata dengan menghitung korelasi titik tengah dalam
interval suhu.

Contoh 4.12

Hitung perubahan entalpi 1 mol uap benzen pada 1 atm untuk peruban suhu dari 800oF ke 1000oF,
gunakan a. integral penuh, b. asumsi cp rata-rata dan c. pendekatan sampai suku kedua.

Penyelesaian:

a. Untuk benzen:

dengan menggunakan integral diperoleh:

b. Menggunakan cp rata-rata:

Suhu rata-rata = (800+1000)/2 = 900oF

sehingga:
c. Menggunakan integral dua suku:

pada kaedah dua suku ada error sebanyak 20%, sedang menggunakan cp rata-rata mempunyai error
0,1% dibanding cp polynomial.

Contoh 4.13

Aliran oksigen pada 1 bar dengan laju 100 kgmol/jam dipanaskan dari 25oC sampai 200oC dalam alat
penukar panas yang diisolasi dengan cara mengkondensasi uap jenuh 1,5 bar. Hitung konsumsi uap.

Penyelesaian:

Lihat contoh 4.10.

Neraca energi belaku:

Neraca energi menjadi:

Entalpi yang dilepas uap dapat dilihat pada tabel uap:

Perbedaan entalpi aliran oksigen untuk memanaskan dari suhu 25 sampai 200oC adalah:

Subsitusi semua harga yang telah diketahui ke persamaan neraca energi diperoleh:
Total panas yang diperlukan adalah:

4.5. Panas Perubahan Fase (Panas Laten), H

Panas perubahan fase adalah panas yang diperlukan untuk merubah fase suatu zat pada suhu dan
tekanan tetap.

Untuk menentukan panas laten sebaiknya digunakan berdasarkan pengukuran langsung berdasarkan
eksperimen. Namun hal ini tidak mungkin karena pengukuran langsung membutuhkan biaya mahal dan
tidak praktis. Oleh sebab itu penentuan panas laten dapat dilakukan dengan cara estimasi.

Bila suatu zat telah diketahui panas laten suatu zat pada suhu To adalah H, maka dapat diperkirakan
panas laten zat tersebut pada suhu T1 dengan rumus:

untuk = cairan dan = padatan

harga

maka panas laten diestimasi dengan rumus berikut:

dengan cara yang sama bila = uap dan = cairan harga

dan

sehingga panas laten dapat diestimasi dengan menggunakan rumus:

rumus ini cukup tepat bila digunakan untuk daerah tekanan rendah dan suhu moderat.

Contoh soal 4.14:


Diketahui panas penguapan air pada 90oC, perkirakan panas penguapan air pada suhu 110oC
menggunakan rumus estimasi dan pasti.

Penyelesaian:

Rumus estimasi:

Kapasitas panas rata-rata air dan uap:

Sehingga diperoleh:

Dari tabel uap (110oC) diperoleh = 2230 kJ/kg

Gunakan rumus berikut:

Dari tabel uap diperoleh:

Fungsi entalpi detentukan dengan menggunakan pendekatan dari tabel lewat jenuh:

dengan cara yang sama:

sehingga:
Untuk menghindari kesulitan dalam mengestimasi dalam suku integral, maka koreaksi suhu terhadap
panas penguapan sering menggunakan rumus empiris Watson:

Contoh 4.15:

Gunakan korrelasi Watson untuk memperkirakan panas penguapan 110oC dengan n = 0,38

Penyelesaian:

Tc air = 374,15oC, HvL = 2282 kj/kg pada 90oC

Maka diperoleh:

Untuk mengestimasi panas laten suatu zat pada suhu tertentu harus diperhatikan seluruh perubahan
yang terjadi berdasarkan fase referensi awal. Misalnya untuk mengestimasi 1 kg uap pada suhu 200oC
dan 1 atm relatif terhadap entalpi referensi 1 kg air pada -10oC dan 1 atm, untuk maksud tersebut harus
dihitung semua perubahan entalpi pada antara kedua keadaan tersebut.

100oC, 1 atm (l)


200oC, 1 atm (v)

0oC, 1 atm (s) 100oC, 1 atm (v)

0oC, 1 atm (l)

-10oC, 1 atm (s)


Sehingga untuk memeperkirakan entalpi pada 110oC, 1 atm dapat dirumuskan:

Kapasitas panas digunakan untuk menghitung entalpi fase tetap, sehingga rumus menjadi:

Contoh 4.16

Aliran oksigen seperti contoh 4.13 dipanaskan oleh penukar panas dengan uap benzen lewat jenuh pada
5,5 bar dan 250oC. Tentukan laju alir benzen dengan menganggap keluar dari penukar panas cairan
jenuh.

Penyelesaian:

Neraca pada penukar panas adalah:

Dari neraca zat diperoleh:

sehingga:

untuk mengevaluasi entalpi benzen, diperlukan menentukan suhu jenuh uap benzen pada tekanan 5,5
bar. Gunakan rumus Antonie:
pada 5,5 bar akan diperoleh TVL = 420,18 K atau 147oC. Dari lampiran diperoleh titik didih normal benzen
80,1oC dan panas penguapan normal 7,35263 kcal/mol. Untuk mendapatkan panas penguapan pada
suhu 147oC digunakan rumus Watson:

Korelasi kapasitas panas benzen adalah:

Cp dalam cal/mol dan T dalam K. Anggap pengaruh tekanan diabaikan, maka :

dari contoh 4.13

sehingga:

Anda mungkin juga menyukai