4.1. Pengantar
Dalam persamaan neraca energi dalam suatu system diperlukan harga entalpi dan energi dalam dimana
harga ini merupakan sifat makroskopik sistem yang ditentukan pada keadaan awal dan akhir suatu
proses. Ada pertanyaan yang harus dijawab ketika menyelesaikan persoalan neraca energi iaitu:
Air adalah zat yang paling sempurna diketahui dan telah ditabelkan fungsi entalpi dan energi
dalam. Air dapat dalam fase padat, cair atau uap dan pada kondisi tertentu diperoleh dalam
kesetimbangan. Tabel uap dapat disajikan dalam tiga model yaitu tabel temperatur uap jenuh, tabel
tekanan uap jenuh dan tabel uap lewat jenuh (superheated).
Penyelesaian:
a. Pada suhu 80oC, P uap jenuh = 0,4736, entalpi spesifik = 334,9 kJ/kg. Entalpi 1 kg adalah 334,9 kJ
b. Pada 1 bar uap jenuh, entalpi spesifik uap jenuh 2675,4 kJ/kg, spesifik volume 1,694 m3/kg.
Entalpi 10 kg uap = 26.754 kJ
c. Volume adalah variabel keadaan independen, cari volume spesifik 2,20 pada tabel uap,
diperoleh suhu januh 92oC
d. Pada 20 bar, temperatur jenuhnya = 212,4oC (Tabel uap), pada soal disebut suhu uap 500oC,
maka derajat lewat jenuh = 500 212,4 = 287,6oC. Untuk menentukan entalpi spesifik buka
tabel uap lewat jenuh, 20 bar dan 500oC diperoleh entalpi spesifik 3467 kJ/kg, maka entalpi 100
kg adalah 346.700 kJ
Bila data yang diinginkan berada pada antara dua buah harga di tabel, maka data yang diinginkan harus
diinterpolasi. Contoh lihat tabel berikut:
yi y L xi x L
y U
y L
xU x L
xi x L
atau: yi y L ( yU y L )
xU x L
Contoh soal 4.2.
Tentukan entalpi spesifik dan volume spesifik uap pada 5 bar dan 320oC.
Penyelesaian:
Pada 5 bar, temperatur jenuh 151,8oC (tabel uap), pada kondisi di atas, uap keadaan lewat jeuh. Dari
tabel uap lewat jenuh data yang diperoleh adalah untuk suhu 300 dan 350oC, untuk mengestimasi V dan
H digunakan intrpolasi.
suhu H V
300 3065 0.522
320 Hi Vi
350 3168 0.571
Vi = 0,542 m3/kg
Kualitas Uap
Dalam proses teknik kimia sering dijumpai campuran uap dan cairan. Ini berarti bahwa campuran dalam
keadaan jenuh.
Fraksi uap jenuh dalam campuran uap cair disebut kualitas uap (X).
Sifat-sifat campuran uap dan cair dapat dihitung menurut rumus berikut:
Contoh 4.3.
Hitung P, V, H dan U untuk uap basah pada 230oC dan kualitas 0,4
Penyelesaian:
Contoh 4.4.
Bejana 0,3 m3 berisi 10 kg air pada P 60 bar. Hitung T, X dan H campuran air-uap.
Penyelesaian:
Pada 60 bar, diperoleh Vuap = 0,001319 dan Vair = 0,034, maka dapat dihitung kualitas uap
Jadi uap sebanyak 92,3% dan cairan = 7,7%. Entalpi campuran adalaH:
Dalam sistem tertutup, usaha dapat dinyatakan dalam kompresi atau ekspansi, sehingga persamaan
dapat ditulis dalam bentuk:
Contoh 4.5.
1 kg uap pada 1 bar, diisi ke dalam silinder dengan luas penampang 1,69 m3, anggap tutup mudah
berberak dan tidak ada kebocoran. Silinder dipanaskan secara eksternal sehigga suhu bertambah dari
100 menjadi 300oC. Anggap tidak ada panas hilang ke lingkungan, hitung banyaknya panas yang
diperlukan untuk proses ini.
Penyelesaian:
Pada kasus ini energi kinetik = 0, ada perubahan ketinggian karena ekspansi tutup silinder.
Untuk tabel uap lewat jenuh, pada 100oC dan 1 bar, entalpi uap 2676 kJ/kgdan spesifik volume 1,69
m3/kg semetara pada 300oC dan 1 bar, speseifik entapi = 3074 J/kg dan volume spesifik = 2,64 m 3/kg.
Dengan menggunakan neraca di atas dapat dihitung:
dimana P = konstan.
jadi total energi yang ditransfer ke sistem sebagai panas (398 kJ), sekitar (95 kJ) dikonsumsi oleh
sistem dalam usaha ekspansi. Energi dalam sistem naik yaitu:
Contoh 4.6.
1 kg uap pada 100oC dan 1 bar di isi dalam suatu bejana bertekanan. Berapa panas yang diperlukan
untuk menaikkan suhu uap dalam bejana menjadi 300oC, dan berapa tekanan akhir.
Penyelesaian:
Anggapan:
Pada 100oC dan 1 bar, Vspesifik-uap = 1,69 m3/kg, karena sistem tertutup maka volume spasifik akhir
proses tetap yaitu:
Jelas disini pada 300oC, uap akan menjadi lewat jenuh. 1 bar dan 300oC volume spesifik = 2,64
m3/kg, sementara pada 5 bar dan 300oC volume spesifik = 0,522 m3/kg. Keadaan akhir antara dua harga
tersebut, denga menggunakan rumus interplasi diperoleh:
Sehingga:
Harga entalpi dan energi dalam pada persamaan neraca energi secara aktual adalah herga entalpi dan
energi dalam absolut. Sedangkan harga entalpi dan energi dalam dalam tabel adalah harga relatif
dengan asumsi nilai energi dalam pada triple point adalah nol.
dimana:
Gunakan entalpi relatif dalam peneracaan, sebab energi dalam keadaan referensi dapat diganti dalam
persamaan neraca. Bila = r + o disubsitusi ke persamaan hukum pertama termodinamika, maka
diperoleh:
= m(2r- 1r)
Jadi neraca energi dapat ditulis dalam bentuk energi dalam absolut dan relatif. Namun dalam
penggunaan harga entalpi dan energi dalam harus referensi yang sama.
Bila tidak menggunakan referensi yang sama, maka harusdilakukan koreksi. Misalnya suatu tabel energi
dalam mempunyai referensi a, sementara tabel lain energi dalam untuk zat yang sama mempunyai
referensi b. Untuk merubah entalpi realtif ke a , (U-Ua) dan entalpi realtif b, (U-Ub) dapat dirumuskan:
Contoh 4.7.
Hitung panas yang diperlukan untuk menaikkan 1 kg uap pada 385 bar dari 500 menjadi 816 oC.
Diketahui entalpi spesifik pada suhu 816oC relatif terhadap uap jenuh pada 1,01325 bar (1 atm).
Penyelesaian:
Pada tekanan konstan : . Entalpi pada kondisi awal, dihitung dengan mengintrpolasi data
tabel uap lewat jenuh:
Entalpi ini relatif terhadap air pada triple point. Untuk merubah entalpi 1130 kJ/kg ke referensi triple
point, maka digunakan rumus koreksi :
Kuantitas menunjukkan entalpi uap 1 atm relatif terhadap triple point. Dari tabel uap
jenuh, diperoleh harganya 2676,0 kJ/kg. Sehingga :
Akhirnya,
4.3. Aplikasi Neraca Energi pada Sistem Terbuka
Secara umum bentuk neraca energi untuk sistem terbuka yang melibatkan aliran masuk dan keluar
adalah :
d. Pastikan semua sumber data entalpi untuk semua komponen mempunyai referensi yang
sama.
Uap pada 200oC dan 7 bar masuk ke dalam nozel horizontal pada laju 60 m/det. Uap keluar pada laju
600 m/det dan tekanan berkurang 1,4 bar. Hitung suhu dan kualitas uap.
Penyelesaian:
- Tidak ada ekspansi atau kompressi yang berarti sistem tidak melakukan usaha dW/dt = 0.
atau
Pada 200oC dan 7 bar uap keadaan lewat jenuh dan setelah diinterpolasi entalpi pesifiknya = 2843,8
kJ/kg. Sehingga dapat dihitung entalpi uap keluar nozel.
Untuk menentukan status uap keluar pada tekanan 1,4 bar, perlu dicek tabel uap jenuh. Pada keadaan
jenuh entalpi uap pada 1,4 bar adalah 2690,3 kJ/kg dan entalpi air = 455,4 kJ/kg. Telah dihitung entalpi
keluar adalah 2665,6 kJ/kg, nilai entalpi antara uap dan air jenuh, ini berarti status uap keluar adalah
campuran aup dan air (kondensat) pada suhu 109,3oC. Maka kualitas uap dapat dihitung:
Contoh 4.9.
Dalam sistem uap penggerak turbin (lihat gambar berikut), uap jenuh pada 145 psia dengan kecepatan
100 ft/det dilewatkan melalui superheater dengan laju pemanasan 300 BTU/lbm. Uap lewat jenuh ini
diekspansikan melalui turbin untuk memutar sumbu 50 HP dan akhirnya uap dilewatkan melalui difuser
pada tekanan 15 psia dan kecepatan 1 ft/det. Perbedaan tinggi input dan aoutput adalah 200 ft. Hitung
suhu dan kualitas uap keluar, asumsikan laju alir uap 300 lb/jam.
Penyelesaian:
Neraca energi:
Karena perhitungan dalam satuan siatem American Engieering (AE), maka semua perhitungan harus
disesuaikan.
Pada tekanan 15 psia atau 1,03 bar, entalpi spesifik uap jenuh lebih besar dari harga yang diperoleh, ini
bermakna uap dalam keadaan basah. Setelah diinterpolasi diperoleh entalpi spesifik uap dan air jenuh
pada 1,03 bar masing-masing 2767,7 dan 421,4 kJ/kg. Maka dapat dihitung kualitas uap.
Kalau diperhatikan dari dua contoh di atas, ternyata harga energi potensial dan kinetik sangat kecil.
Keadaan ini akan sering dijumpai dalam aplikasi proses kimia dimana kebanyakan unit proses terdiri dari
tanki yang tetap volume. Untuk kasus ini dW/dt = 0 sehingga untuk neraca energi keadaan tunak dapat
ditulis menjadi:
Ini adalah persamaan dasar untuk semua perubahan kandungan energi proses yang terjadi sebagai hasil
perpindahan panas ke atau dari sistem. Dengan mengasumsikan basis waktu mislnya 1 jam, maka
persamaan diatas dapat ditulis menjadi:
Bentuk persamaan ini identik dengan persamaan yang diturunkan untuk sistem tekanan tetap tertutup.
Contoh 4.10:
Uap digunakan untuk memanaskan 300 kg/jam air proses pada tekanan 5 bar dari 50oC sampai 150oC
menggunakan penukar panas double pipe. Uap pada tekanan 10 bar dan jenuh. Diperoleh kondensat
jenuh. Hitung laju alir uap yang diperlukan.
Penyelesaian:
Perlu diperhatikan, tidak ada pencampuran antara uap pemanas dengan air yang dipanaskan. Untuk
memudahkan pemahaman perpindahan panas dalam sistem ini digambarkan seperti berikut ini:
Sistm dibatasi oleh garis putus-putus, dan sistem diisolasi sehingga tidak ada panas yang hilang (dQ/dt =
0). Tidak ada perubahan energi kinetik dan potensial serta sistem tidakmelakukan kerja. Maka neraca
energi untuk sistem seperti ini adalah:
Selanjutnya:
Pada 10 bar entalpi uap dan air jenuh masing-masing 2776,2 dan 762,6 kJ/kg. Entalpi air pada 5 bar dan
50oC, dan 150oC masing-masing 209,7 kJ/kg dan 632,2 kJ/kg.
Tidak semua entalpi zat diperoleh dalam bentuk tabel, oleh sebab itu perlu dilakukan perhitungan bagi
zat tersebut. Perbedaan entalpi pada umumnya dibagi dalam bentuk:
perbedaan entalpi karena perubahan suhu pada tekanan dan fase tetap
perbedaan entalpi karena perubahan tekanan pada suhu dan fase tetap.
Perbedaan entalpi karena perubahan fase pada suhu dan tekanan tetap.
Misalnya ingin menghitung perbedaan entalpi sistem komponen tunggal seperti pada gambar berikut:
Entalpi sebagai fungsi keadaan merupakan perbedaan entapi antara keadaan awal dengan akhir tidak
tergantun jalur (jalan) perubahan suhu dan tekanan.
dimana :
Kapasitas Panas.
H
Q H H2 H2 dT
T
T 1 p
H
T
p
disebut kapasitas panas pada tekanan konstan yang sering ditulis sebagai cp.
U
Q dT
T
T1 v
U
T
v
disebut kapasitas panas pada volume konstan yang ditulis sebagai cv.
Kapasitas panas adalah fungsi suhu dan tekanan. Pada gas ideal pengaruh tekanan pada kapasitas panas
dianggap kecil. Data kapasitas panas dapat diperoleh dalam bentuk tabel (App 3 dan 6) atau grafik (lihat
grafik).
Untuk gas hubungan antara cp dan T ditunjukkan dalam bentuk polinom:
Cp = a + bT + cT2 + dT3+eT4
Kapasistas panas campuran yang kompleks harus ditentukan langsung dari pengukuran secara
eksperimen. Namun dapat juga ditentukan dengan prediksi dengan mempertimbangkan komposisi
komponen campuran.
Cp = wjcpj
Contoh 4.11
Hitung kapasitas panas batubara dengan komposisi (%berat) 54% karbon tetap, 21% zat mudah
menguap, 5% abu dan 20% air pada suhu 100oF.
Penyelesaian:
Penggunaan data kapasitas panas tergantung pada interval suhu yang digunakan. Untuk suhu dengan
interval lebih dari 50K, maka gunakan cp sebagai fungsi polynomial.
Bila interval suhu kurang dari 50K, gunakan cp rata dengan menghitung korelasi titik tengah dalam
interval suhu.
Contoh 4.12
Hitung perubahan entalpi 1 mol uap benzen pada 1 atm untuk peruban suhu dari 800oF ke 1000oF,
gunakan a. integral penuh, b. asumsi cp rata-rata dan c. pendekatan sampai suku kedua.
Penyelesaian:
a. Untuk benzen:
b. Menggunakan cp rata-rata:
sehingga:
c. Menggunakan integral dua suku:
pada kaedah dua suku ada error sebanyak 20%, sedang menggunakan cp rata-rata mempunyai error
0,1% dibanding cp polynomial.
Contoh 4.13
Aliran oksigen pada 1 bar dengan laju 100 kgmol/jam dipanaskan dari 25oC sampai 200oC dalam alat
penukar panas yang diisolasi dengan cara mengkondensasi uap jenuh 1,5 bar. Hitung konsumsi uap.
Penyelesaian:
Perbedaan entalpi aliran oksigen untuk memanaskan dari suhu 25 sampai 200oC adalah:
Subsitusi semua harga yang telah diketahui ke persamaan neraca energi diperoleh:
Total panas yang diperlukan adalah:
Panas perubahan fase adalah panas yang diperlukan untuk merubah fase suatu zat pada suhu dan
tekanan tetap.
Untuk menentukan panas laten sebaiknya digunakan berdasarkan pengukuran langsung berdasarkan
eksperimen. Namun hal ini tidak mungkin karena pengukuran langsung membutuhkan biaya mahal dan
tidak praktis. Oleh sebab itu penentuan panas laten dapat dilakukan dengan cara estimasi.
Bila suatu zat telah diketahui panas laten suatu zat pada suhu To adalah H, maka dapat diperkirakan
panas laten zat tersebut pada suhu T1 dengan rumus:
harga
dan
rumus ini cukup tepat bila digunakan untuk daerah tekanan rendah dan suhu moderat.
Penyelesaian:
Rumus estimasi:
Sehingga diperoleh:
Fungsi entalpi detentukan dengan menggunakan pendekatan dari tabel lewat jenuh:
sehingga:
Untuk menghindari kesulitan dalam mengestimasi dalam suku integral, maka koreaksi suhu terhadap
panas penguapan sering menggunakan rumus empiris Watson:
Contoh 4.15:
Gunakan korrelasi Watson untuk memperkirakan panas penguapan 110oC dengan n = 0,38
Penyelesaian:
Maka diperoleh:
Untuk mengestimasi panas laten suatu zat pada suhu tertentu harus diperhatikan seluruh perubahan
yang terjadi berdasarkan fase referensi awal. Misalnya untuk mengestimasi 1 kg uap pada suhu 200oC
dan 1 atm relatif terhadap entalpi referensi 1 kg air pada -10oC dan 1 atm, untuk maksud tersebut harus
dihitung semua perubahan entalpi pada antara kedua keadaan tersebut.
Kapasitas panas digunakan untuk menghitung entalpi fase tetap, sehingga rumus menjadi:
Contoh 4.16
Aliran oksigen seperti contoh 4.13 dipanaskan oleh penukar panas dengan uap benzen lewat jenuh pada
5,5 bar dan 250oC. Tentukan laju alir benzen dengan menganggap keluar dari penukar panas cairan
jenuh.
Penyelesaian:
sehingga:
untuk mengevaluasi entalpi benzen, diperlukan menentukan suhu jenuh uap benzen pada tekanan 5,5
bar. Gunakan rumus Antonie:
pada 5,5 bar akan diperoleh TVL = 420,18 K atau 147oC. Dari lampiran diperoleh titik didih normal benzen
80,1oC dan panas penguapan normal 7,35263 kcal/mol. Untuk mendapatkan panas penguapan pada
suhu 147oC digunakan rumus Watson:
sehingga: