Anda di halaman 1dari 17

Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam dan Basa

oleh: Kuntarti, Skp., M. Biomed #

Pendahuluan

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior)
dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh
lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total
berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion
yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua
pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada
kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion
hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam
cairan tubuh.

Komposisi Cairan Tubuh

Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan
laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur
individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak,
prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan
intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma
darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau
5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan
tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard,
liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel.
Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan
plasma.

Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka.
Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan
intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar
kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi
perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.

Perpindahan Substansi Antar Kompartmen

Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah
harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka
membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak
permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel
dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.

Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi,
sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.

Difusi

Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang
konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata.
Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai
dengan hukum Fick (Ficks law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.


2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.

Osmosis

Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air
dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul
substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu
larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda
konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.

Filtrasi

Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar
dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan
besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi
filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.

Transport aktif

Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang
konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi
(ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.

Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume
plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri
dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan
darah jangka panjang.

Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan
volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang
masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh
dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara
tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai
kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu
dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang
hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan
kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari
kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan
keseimbangan garam.

ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:

1. mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/
Glomerulus Filtration Rate (GFR).
2. mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal

Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-
Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+
meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin
menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi
peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine
sehingga mengembalikan volume darah kembali normal. 2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.

Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin
rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang
konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).

Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat
menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut
yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting
dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan
intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan
intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan
perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik
di kedua kompartmen ini.

pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:

Perubahan osmolaritas di nefron

Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas


yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh
secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik
di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat
permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler
peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus
menjadi hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa
osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi
hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi
bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di
duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung
pada ada tidaknya vasopresis (ADH).

Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)

peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang


osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis
posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen.
ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya
aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan
aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini
menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik
atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.

selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan


osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus
sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali
normal.

Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit


diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi
adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus
aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau
reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang
berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron,
dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika
terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan
meningkatkan eksresi volume natrium dan air.
perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor
lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur,
suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.

Keseimbangan Asam-Basa

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam


cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35.
Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H
terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan
kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:

1. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat.
2. katabolisme zat organik
3. disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada
metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini
akan berdisosiasi melepaskan ion H.

Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara
lain:

1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan
saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
3. mempengaruhi konsentrasi ion K

bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H
seperti nilai semula dengan cara:

1. mengaktifkan sistem dapar kimia


2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
3. mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan

Ada 4 sistem dapar:

1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk


perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan
asam karbonat
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika


dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan
pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan
kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan,
kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan
menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena
memiliki dapar fosfat dan amonia.

Ketidakseimbangan Asam-Basa

Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:

1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.


Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan
konsentrasi ion H.
2. Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H
menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi
paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis
uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat
sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi
asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi
karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis.
Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir
bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.

untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi


pernapasan dan ginjal sangat penting.

KESIMPULAN

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:


volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol
osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam
urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat
dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem
dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
Daftar Pustaka

Sherwood, Lauralee. (2004). Human Physiology: From cells to system. 5th ed.
California: Brooks/Cole-Thomson Learning, Inc.
Silverthorn, D.U. (2004). Human Physiology: An Integrated approach. 3th ed. San
Fransisco: Pearson Education.
www.perawatonline.com

KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH DAN ASAM - BASA

KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH DAN ASAM - BASA

Fungsi Cairan Tubuh

Pelarut universal

Senyawa bergerak lbh cepat dan mudah

Berperan dalam reaksi kimia

Glucose larut dalam blood dan masuk ke sel

Pengaturan suhu tubuh

Mampu menyerap panas dlm jumlah besar

Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas

Otot-otot selama excercise

Pelicin

Mengurangi gesekkan

Reaksi-reaksi kimia

Pemecahan karbohidrat

Membentuk protein

Pelindung
Cairan Cerebro-spinal, cairan amniotic

Keseimbangan Cairan Tubuh

Jumlah normal air pd tubuh manusia


Wanita dewasa muda : 50 - 55% Berat Badan
Pria dewasa muda : 55 - 60% Berat Badan
Bayi : 75% Berat Badan
Usia lanjut : 45% Berat Badan
Air penting untuk berbagai fungsi tubuh dan kadarnya harus tetap dijaga

Distribusi Cairan Tubuh

Pria dewasa Berat Badan 70 Kg.

Cairan Intracellular (dalam sel)


Cairan Extracellular (luar sel)
Cairan Interstitial

(diantara & sekeliling sel)

Plasma Darah

Electrolytes

Cations (+)
Calcium, Ca++

Magnesium, Mg ++

Potassium, K +

Sodium, Na +

Anions (-)
Bicarbonate, HCO3-

Chloride, Cl-

Phosphate, HPO4--
Keseimbangan Cairan Tubuh
Asupan (intake) cairan harus seimbang dgn keluaran (out put) cairan
Sumber asupan cairan
Makanan dan minuman
proses metabolisme (karbohidrat)
Sumber keluaran cairan
Penguapan melalui paru (pernapasan)
Penguapan melalui kulit
Feces
Produksi urin

Pengaturan keseimbangan air

Produksi urine banyak dan encer jika asupan air meningkat


Produksi urine sedikit dan kental jika banyak kehilangan cairan

Pengaturan Reabsorpsi Air

dan Elektrolit

Pengaturan utama : hormon-hormon


Antidiuretic hormone (ADH) : mencegah peningkatan kehilangan air pd urine
Aldosterone : mengatur ion Natrium pd cairan extracellular.

- Dicetuskan oleh mekanisme rennin-angiotensin

Pengaturan Keseimbangan

Asam-Basa Darah

pH Darah : 7.35-7.45 untuk menjaga homeostasis


Alkalosis pH > 7.45
Acidosis pH <>
pH ditentukan oleh ion hidrogen (H+).
Ion H+ meningkat, pH menurun (alkalis)
Ion H+ menurun, pH meningkat (asidis)

Pengaturan Keseimbangan

Asam-Basa Darah

Sebagian besar keseimbangan asam-basa diatur oleh GINJAL


Sistem pengaturan lain :
Buffers darah
Pernapasan

Buffers Darah
yaitu : Raksi kimia utk mencegah perobahan konsentrasi ion hidrogen (H+) :
mengikat H+ saat pH turun
melepas H+ saat pH meningkat

3 sistem utama buffer kimia :


sistem buffer Bicarbonate
sistem buffer Phosphate
sistem buffer Protein

Sistem Buffer Bicarbonate

Merupakan senyawa asam carbonic (H2CO3) dan sodium bicarbonate (NaHCO3)


Asam kuat bereaksi dgn Ion Bicarbonate (HCO3) agar berubah menjadi asam lemah
Basa kuat dipisahkan Asam carbonic menjadi basa lemah dan air

Pengaturan sistem Pernapasan thd keseimbangan asam-basa

Carbon dioxide pd darah diobah menjadi ion bicarbonate dan dipindahkan oleh plasma
Peningkatan konsentrasi ion hydrogen menghasilkan banyak asam carbonic
ion hydrogen yang berlebihan dpt diturunkan dgn pelepasan carbon dioxide dari paru
Frekuensi pernapasan : meningkat dan menurun tergantung perobahan pH darah

Pengaturan Ginjal thd keseimbangan asam-basa

Ekskresi ion bicarbonate jika dibutuhkan


Merobah atau membuat ion bicarbonate jika dibutuhkan
pH Urine : 4.5-8.0

Keseimbangan Cairan
DEFINISI

Duapertiga dari berat badan adalah air.


Berat badan 75 kg mengandung sekitar 38,4 L air dalam tubuhnya, dimana:
- 23-27 L berada di dalam sel
- 7,7 L berada di rongga antar sel dan
- kurang dari 3,84 L atau sekitar 8% dari total air, berada dalam aliran darah.
Jumlah cairan yang relatif sedikit dalam aliran darah itu sangat penting untuk fungsi tubuh dan harus
terus dijaga agar tetap konstan.
Air yang berada diluar aliran darah berfungsi sebagai cadangan yang dapat mengisi maupun menyerap
kelebihan air dalam darah sesuai kebutuhan.
Air masuk ke dalam tubuh terutama melalui penyerapan dari saluran pencernaan.
Air meninggalkan tubuh terutama sebagai air kemih yang dikeluarkan dari ginjal.
Ginjal bisa mengeluarkan sampai beberapa liter air kemih dalam sehari atau dapat menahannya dengan
membuang kurang dari 0,5 L air kemih dalam sehari.

Sekitar 1 L air juga dibuang setiap harinya melalui penguapan dari kulit dan paru-paru.
Keringat yang berlebihan (misalnya karena latihan berat atau Cuaca panas), bisa meningkatkan jumlah
air yang hilang melalui penguapan.

Dalam keadaan normal, sedikit air dibuang melalui saluran pencernaan.


Pada muntah yang berkepanjangan atau diare yang berat, sebanyak 3,84 L air bisa hilang melalui saluran
pencernaan.

Bila asupan cairan sesuai dengan cairan yang hilang, cairan tubuh akan tetap seimbang.
Untuk menjaga keseimbangan cairan, orang sehat dengan fungsi ginjal yang normal dan tidak
berkeringat berlebihan, harus minum sedikitnya 1 L cairan/hari.
Untuk mencegah dehidrasi dan pembentukan batu ginjal, dianjurkan untuk minum cairan sebanyak 1,5-
2 L/hari.

Bila otak dan ginjal berfungsi dengan baik, tubuh dapat mengatasi perubahan yang ekstrim dalam
asupan cairan.
Seseorang biasanya dapat minum cairan yang cukup untuk menggantikan kehilangan air yang berlebihan
dan mempertahankan volume darah dan konsentrasi dari garam-garam mineral yang terlarut (elektrolit)
dalam darah.
Jika seseorang tidak dapat minum air yang cukup untuk menggantikan kehilangan air yang berlebihan
(seperti yang terjadi pada muntah berkelanjutan atau diare hebat), maka bisa mengalami dehidrasi.

Jumlah air dalam tubuh berkaitan erat dengan jumlah Elektrolit tubuh.
Konsentrasi natrium darah merupakan indikator yang baik dari jumlah cairan dalam tubuh.

Tubuh berusaha untuk mempertahankan jumlah total cairan tubuh sehingga kadar natrium darah tetap
stabil.
Jika kadar natrium terlalu tinggi, tubuh akan menahan air untuk melarutkan kelebihan natrium. Akan
timbul rasa haus dan lebih sedikit mengeluarkan air kemih.
Jika kadar natrium terlalu rendah, ginjal mengeluarkan lebih banyak air untuk mengembalikan kadar
natrium kembali ke normal.

sumber : Apotik online dan media informasi obat - penyakit :: m e d i c a s t o r e . c o m


Keseimbangan Cairan Tubuh & Terapi Cairan (Kristaloid, Koloid, etc)

TEORI KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH

Dalam tubuh kita mengenal istilah Total Body Water (TBW) atau berat total seluruh cairan
dalam tubuh kita. berat cairan dalam tubuh kita berkisar 60% dari berat badan kita. Hal ini
menunjukan komponen terbesar dalam tubuh kita adalah air, bukan otot. Perlu diketahui,
semakin kurus seseorang TBWnya akan semakin tinggi. Namun, bila orangnya gemuk, TBW
akan semakin rendah. Hal ini disebabkan orang gemuk berisi lebih banyak lemak, sehingga
TBWnya lebih rendah. Itu mengapa kebanyakan orang gemuk akan lebih mudah haus dan
mengalami dehidrasi.

60% air dalam tubuh kita, terbagi dalam 3 komponen utama. cairan intraselular, cairan
interstisium, dan cairan plasma, dengan komponen terbanyaknya yakni cairan intraselular.

Untuk memudahkan cairan plasma dan interstisium dipisahkan oleh membran kapiler. sedangkan
cairan interstisium dan intrasel dipisahkan oleh membran sel. Walaupun punya memiliki
kompartemen masing-masing, namun komposisi diantara ketiganya bisa berubah karena
pengaruh lain, sebagi contoh pasien yang diberikan terapi cairan secara berlebihan dapat terkena
edema paru di cairan ekstraselulernya. Hal ini akan dijelaskan di bawah.

Setelah berbicara mengenai pembagian cairan dalam tubuh kita, sekarang kita akan membahas
mengenai KOMPOSISI CAIRAN

Cairan Plasma. Cairan plasma mengandung Kation Na & K dimana jumlah ion Na lebih
banyak daripada K, sedangkan untuk anionnya adalah Cl. (transport pasif)
Cairan Interstisium. Mirip dengan plasma kok. (transport pasif)
Cairan Intrasel. Pada cairan ini jumlahnya terbalik, K lebih banyak daripada Na (transport
aktif)

Keseimbangan cairan dalam tubuh digambarkan sebagi berikut:


Misalnya dalam kondisi normal, tekanan hidrostatik di INTRAVASKULER = 40 mmHg
sedangkan di INTERSTISIUM = 30 mmHg. Hal ini berarti terdapat driving force sebesar 10
mmHg yang akan mendorong cairan dari intravaskular keluar menuju interstisium.
Namun bila kita masih melakukan rehidrasi pada pasien dengan kondisi normal seperti ini,
misalnya kita beri IV line Ringer Laktat 1000 ml dalam 30 menit maka akan meningkatkan
volume cairan intravaskular (tadinya 40, jadi 70 misalnya). Namun tekanan di interstisium tetap
30, sebab volumenya tidak bertambah. Sekarang driving forcenya meningkat, yang tadinya cuma
10 menjadi 40, sehingga cairan intravas keluar lebih banyak lagi ke interstisium dan terjadilah
penumpukan cairan di interstisium. Hal inilah yang menjelaskan kenapa bisa terjadi edema paru
pada pasien tertentu.

Sekarang mari kita bahas TEKANAN ONKOTIK


tekanan onkotik dipengaruhi oleh molekul besar, seperti albumin. Tekanan onkotik itu berfungsi
untuk mempertahankan cairan agar tetap berada di kompartemenya, sehingga pada kondisi
dimana tek.onkotik meningkat, tekanan onkotik ini akan menarik cairan untuk masuk. Hal ini
terlihat pada penambahan misalnya pada penambahan koloid/albumin yang akan menyebabkan
cairan intravaskular meningkat karena albumin ini akan meningkatkan tekanan onkotik sehingga
menarik cairan di kompartemen sebelahnya (dalam hal ini interstisium).

RESUSITASI CAIRAN.
Terapi cairan terdiri dari 2 fungsi, yaitu resusitasi (mengembalikan) dan maintenance
(mempertahankan). Resusitasi berarti memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu
singkat dengan tujuan merestorasi cairan. Jenis cairan yang dapat digunakan koloid atau
kristaloid . Cairan koloid dan kristaloid mengandung elektrolit yang sesuai dnegan osmolalitas
plasma, sehingga dapat diberikan dalam waktu cepat dengan jumlah yang banyak.

KAPAN perlu dilakukan resusitasi?


Pada percobaan bunuh diri dengan memotong arteri radialis yag kemudian menyebabkan
perdarahan hebat, pada pasien2 diare, kolera, dan pada masien muntah2 hebat. dimana pada
kondisi yang disebutkan terjadi kehilangan cairan yang banyak.

Contoh cairan koloid: hidroksi, gelatin, albumin 5%, hesteril


Contoh cairan kristaloid: RL, Ringer asetat, Normal Saline atau NaCl 0,9%.

MAINTENANCE
Fungsi maintenance ini mirip dnegan fungsi untuk mempertahankan homeostasis. Misalnya
dnegan menggunakan elektrolit komposisi lengkap (Na, Cl, K, Mg, Zn), atau cairan bernutrisi
seperti dextrose, xylitol, asam amino, lipid dll.
Contoh cairan yang digunakan adalah KNMY, KNIB, KN 3A,triofulsin dll.

Sederhananya, untuk membedakan cairan untuk resusitasi dan untuk maintenance kita bisa
melihat komposisi cairan itu. Bila mengandung glukosa, protein, dan lipidnya berarti digunakan
untuk MAINTENANCE, sedangkan bila berisi albumin, NaCl, berarti untuk RESUSITASI
Pada aplikasinya bila ada pasien shock, kita lakukan dahulu resusitasi cairan (misalnya dengan
RL). Bila pasien sudah dalam kondisi stabil, kita segera mengganti cairan RL dengan cairan
untuk maintenance seperti triofulsin. Bila pasien tiba-tiba shock lagi, kita dapat mengganti lagi
dengan RL.

Sekarang kita akan membahas lebih dalam jenis cairan..


KRISTALOID
Untuk memberikan cairan ini kita harus memperhatikan osmolalitas. Kelebihan dari cairan
kristaloid adalah tidak ada efek samping. Mudah dieliminasi tubuh dan murah.

DEXTROSE 5%
Dextrose 5% adalah cairan yang tidak mempunyai elektrolit, Na nya 0, Cl nya juga 0, oleh
karena itu cairna ini tidak boleh dipergunakan untuk resusitasi, karena justru dapat menyebabkan
swelling. Namun cairan ini dapat digunakan untuk maintenance.

KOLOID
Cairan koloid mengandung berat molekul yang tinggi sehingga dapat bertahan lebih lama di
intravaskular (albumin 5% dapat bertahan 24 jam). Cairan jenis ini dapat mempertahankan
volume intravaskular lebih lama dibandingkan cairan kristaloid. .
Intinya semakin tinggi BM semakin lama di intravaskular. Namun tidak berarti kita lantas
memberikan cairan yang tinggi BM sebab efek samping dari BM yang tinggi dapat berupa renal
failure atau perdarahan tiba-tiba.

Pertanyaan terakhir. Mana yang lebih baik? Kristaloid tidak berefek smaping, murah tapi tidak
bertahan lama? ataukah cairan koloid yang mampu bertahan lebih lama di intravaskular?
Menurut dosen saya, sebenernya mereka berdua sama aja, perdebatan mengenai ini blum selesai
hingga sampe sekarang. Ada yang pro kristaloid, ada yang pro koloid, dan ada jga yang pro
kombinasi keduanya.

Cairan Tubuh dan Keseimbangan Asam Basa

Cairan tubuh merupakan cairan yang terdapat di dalam tubuh manusia atau
hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Contoh cairan tubuh adalah: Darah dan plasma
darah, Sitosol, Cairan serebrospinal, Korpus vitreum maupun humor vitreous, Serumen,
Humor aqueous, Cairan limfa, Cairan pleura, Cairan amnion

Fungsi Air / CairanTubuh :

Pelarut universal :
o Senyawa bergerak lbh cepat dan mudah
o Berperan dalam reaksi kimia contoh : Glucose larut dalam darah dan masuk ke sel
Pengaturan suhu tubuh
o Mampu menyerap panas dlm jumlah besar
o Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas, contoh : Otot-otot selama
excercise
Pelicin : Mengurangi gesekkan
Reaksi-reaksi kimia : Pemecahan karbohidrat & pembentukan protein
Pelindung : Cairan Cerebro-spinal, cairan amnion

Keseimbangan Cairan Tubuh

Cairan tubuh menempati +/- 60 % BB tubuh


o Wanita dewasa muda : 50 55% Berat Badan
o Pria dewasa muda : 55 60% Berat Badan
o Bayi : 75% Berat Badan
o Usia lanjut : 45% Berat Badan
Air penting untuk berbagai fungsi tubuh dan kadarnya harus tetap dijaga

Distribusi Cairan Tubuh

Cairan Intracellular (dalam sel) = 40 %


Cairan Extracellular (luar sel) = 20 %
o Cairan Interstitial (diantara & sekeliling sel) = 15 %
o Plasma Darah = 5 %
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :
o albumin
o bahan pembeku darah
o immunoglobin (antibodi)
o hormon
o berbagai jenis protein
o berbagai jenis garam

Elektrolit

Kations (+)
o Calcium, Ca++
o Magnesium, Mg ++
o Potassium, K +
o Sodium, Na +
Anions (-)
o Bicarbonate, HCO3-
o Chloride, Cl-
o Phosphate, HPO4

Keseimbangan Cairan Tubuh

Asupan (intake) cairan harus seimbang dgn keluaran (out put) cairan
Sumber asupan cairan
o Makanan dan minuman
o proses metabolisme (karbohidrat)
Sumber keluaran cairan
o Penguapan melalui paru (pernapasan)
o Penguapan melalui kulit
o Feces
o Produksi urin

Pengaturan keseimbangan air

Produksi urine banyak dan encer jika asupan air meningkat


Produksi urine sedikit dan kental jika banyak kehilangan cairan

Pengaturan Reabsorpsi Air & Elektrolit

Pengaturan utama : hormon-hormon


o Antidiuretic hormone (ADH) : mencegah peningkatan kehilangan air pada urine
o Aldosterone : mengatur ion Natrium pada cairan extracellur
Dicetuskan oleh mekanisme rennin-angiotensin

Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa Darah

pH Darah : 7.35-7.45 untuk menjaga homeostasis


o Alkalosis jika pH > 7.45
o Acidosis jika pH < 7,45
pH ditentukan oleh ion hidrogen (H+).
o Ion H+ meningkat, pH menurun (alkalis)
o Ion H+ menurun, pH meningkat (asidosis)
Sebagian besar keseimbangan asam-basa diatur oleh GINJAL
Sistem pengaturan lain : Buffers darah & Pernapasan

Buffers Darah

yaitu : Raksi kimia utk mencegah perobahan konsentrasi ion hidrogen (H+) :
o mengikat H+ saat pH turun
o melepas H+ saat pH meningkat
3 sistem utama buffer kimia :
o sistem buffer Bicarbonate
o sistem buffer Phosphate
o sistem buffer Protein

Sistem Buffer Bicarbonate

Merupakan senyawa asam carbonic (H2CO3) dan sodium bicarbonate (NaHCO3)


Asam kuat bereaksi dgn Ion Bicarbonate (HCO3) agar berubah menjadi asam lemah
Basa kuat dipisahkan Asam carbonic menjadi basa lemah dan air

Pengaturan sistem Pernapasan thd keseimbangan asam-basa

Carbon dioxide pd darah diubah menjadi ion bicarbonate dan dipindahkan oleh plasma
Peningkatan konsentrasi ion hydrogen menghasilkan banyak asam carbonic
ion hydrogen yang berlebihan dapat diturunkan dengan pelepasan carbon dioxide dari paru
Frekuensi pernapasan : meningkat dan menurun tergantung perubahan pH darah

Pengaturan Ginjal terhadap keseimbangan asam-basa

Ekskresi ion bicarbonate jika dibutuhkan


Merobah atau membuat ion bicarbonate jika dibutuhkan
pH Urine : 4.5 8.0

Anda mungkin juga menyukai