Pendahuluan
1
BAB II
Tinjauan Pustaka
1. Definisi Episiotomi
2. Tujuan Episiotomi
Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi bedah yang lurus, sebagai pengganti
robekan tak teratur yang mungkin terjadi. Episiotomi dapat mencegah vagina robek
secara spontan, karena jika robeknya tidak teratur maka menjahitnya akan sulit dan hasil
jahitannya pun tidak rapi, tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu dalam
mendorong bayinya keluar3.
2
4. Tindakan Episiotomi
Pertama pegang gunting epis yang tajam dengan satu tangan, kemudian letakkan
jari telunjuk dan jari tengah di antaraa kepala bayi dan perineum searah dengan
rencana sayatan. Setelah itu, tunggu fase acme (puncak his). Kemudian selipkan
gunting dalam keadaan terbuka di antara jari telunjuk dan tengah. Gunting perineum,
dimulai dari fourchet (komissura posterior) 45 derajat ke lateral kiri atau kanan2.
5. Indikasi Episiotomi
Untuk persalinan dengan tindakan atau instrument (persalinan dengan cunam,
ekstraksi dan vakum); untuk mencegah robekan perineum yang kaku atau
diperkirakan tidak mampu beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan, dan untuk
mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada kasus letak / presentasi
abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di belakang) dengan menyediakan tempat
yang luas untuk persalinan yang aman2.
3
b. Episiotomi mediolateral, digunakan secara luas pada obstetri operatif karena aman.
Sayatan di sini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah
belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri,
tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya.Panjang sayatan kira-kira 4 cm.
Sayatan di sini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura
perinea tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang
banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka
lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai
hasilnya harus simetris3,4.
c. Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut
arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena
banyak menimbulkan komplikasi. Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana
terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan
yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu penderita4.
4
8. Penyembuhan Luka Episiotomi
Proses penyembuhan terjadi dalam tiga fase, yaitu:
a. Fase 1: Segera setelah cedera, respons peradangan menyebabkan peningkatan
aliran darah ke area luka, meningkatkan cairan dalam jaringan,serta akumulasi
leukosit dan fibrosit. Leukosit akan memproduksi enzim proteolitik yang memakan
jaringan yang mengalami cedera.
b. Fase 2: Setelah beberapa hari kemudian, fibroblast akan membentuk benang
benang kolagen pada tempat cedera.
c. Fase 3: Pada akhirnya jumlah kolagen yang cukup akan melapisi jaringan yang
rusak kemudian menutup luka3.
Proses penyembuhan sangat dihubungani oleh usia, berat badan, status nutrisi,
dehidrasi, aliran darah yang adekuat ke area luka, dan status imunologinya.
Penyembuhan luka sayatan episiotomi yang sempurna tergantung kepada beberapa
hal. Tidak adanya infeksi pada vagina sangat mempermudah penyembuhan.
Keterampilan menjahit juga sangat diperlukan agar otot-otot yang tersayat diatur
kembali sesuai dengan fungsinya atau jalurnya dan juga dihindari sedikit mungkin
pembuluh darah agar tidak tersayat. Jika sel saraf terpotong, pembuluh darah tidak
akan terbentuk lagi4.
5
10. Tujuan Perawatan Luka Perineum
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan
dengan penyembuhan jaringan
Tujuan perawatan luka adalah :
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membran mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan
4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat 5,6.
6
12. Perawatan Luka Perineum
Benang yang digunakan pada penjahitan luka episiotomi tidak perlu dibuka
kembali sebab akan menyerap dengan sendirinya. Normalnya akan mengalami
penyembuhan sekitar 6 minggu. Sebelum itu pasien sebaiknya tidak melakukan
hubungan seksua ataupun kegaitan yang dapat mengakibatkan terlepasnya jahitan
pada luka post episiotomi.
Cara Perawatannya :
1. Mengatasi nyeri
a. Dengan menggunakan kantung es setelah melahirkan yang diletekkan
pada perineum atau ketika pasien sedang beristirahat ,maksimal
selama 15 menit
b. Dengan menggunakan obat obatan, seperti paracetamol. Ibuprofen
ataupun aspiran tidak digunakan terutama pada ibu yang menyusui.
c. Cegah agar daerah perineum tidak meregang terutama ketika duduk,
misalnya dengan menggunakan bantal
d. Dengan menggunakan sitz bath. Bisa dengan menggukan air hangat
( 24 jam post partum) atau air dingin. Bisa dilakukan beberapa kali
dalam sehari, dengan durasi 20 menit.
e. Ketika buang air kecil gunakan air mengalir pada daerah penjahitan
dan sesudahnya untuk mencegah infeksi dan mengurangi nyeri
f. Mengurangi resiko konstipasi dengan cara minum air putih yang
cukup sebanyak 8 gelas per hari atau lebih terutama jika sedang
menyusui. Kemudian konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayuran
dan buah buahan.Jika konstipasi tidak membaik, bisa dengan
menggunakan pencahar9,10.
7
2. Mendukung proses penyembuhan
Menjaga daerah jahitan kering dan bersih. Selalu bersihkan daerah
vulva setalah buang air kecil dengan air yang bersih dan keringkan
dengan handuk yang bersih
Lakukan latihan kegel, dapat menguatkan otot dasar panggul yang
menyukong kandung kemih, uterus, dan rectum yang dapat
mengurangi inkotinensia pada wanita
Eksposur dengan udara luar
Ganti pembalut tiap 2 4 jam
Tidak berhubungan seksual sebelum 6 7 minggu
Selama 10 hari pertama minta pasien untuk menginspeksi daerah
perineumnya. Terutama jika ada sekret pada daerah jahitan yang
berbau kurang sedap, lukanya terbuka, ada kemerahan, dan
pembengkakan, atau terlihat pus9,10.
8
untuk injeksi : 500mg,1g,2g,10g,20g,100g, 300g. Dosisnya 0.5-1 g IV q6-8hr
for 24 hours11.
c. Amoxicillin/clavulanate
golongan penicilin, bekerjan dengan menghambat pembentukan dinding sel.
Sedangkan klavulanat menghambat produksi beta laktamase oleh bakteri.
Sediannya :
Oral suspension
(125mg/31.25mg)/5mL
(200mg/28.5mg)/5mL
(250mg/62.5mg)/5mL
(400mg/57mg)/5mL
(600mg/42.9mg)/5mL
Tablet
250mg/125mg
500mg/125mg
875mg/125mg
Dosisnya 500/125 mg PO q12hr or 250/125 mg PO q8hr selama 10 hari11.
9
menghambat proses penyembuhan. Sirkulasi darah pada luka menjadi tidak
lancar.
b) Luka terlihat sedikit bengkak dan merah
Pada proses penyembuhan luka tubuh secara alami akan memproduksi zat
zat yang merupakan reaksi perlawanan terhadap kuman. Sehingga dalam
proses penyembuhan luka kadang terjadi sedikit pembengkakan dan
kemerahan. Asalkan luka bersih ibu tak perlu cemas. Bengkak dan merah ini
bersifat sementara7.
10
dan diikuti oleh vasodilatasi venula.Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan
vasokontriksinya karena norepinefrin dirusak oleh enzim intraseluler. Sehingga
histamin dilepaskan yang dapat meningkatkan permebialitas kapiler. Ketika
mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein,
elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskuler selama 2 sampai 3 hari,
menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri. Sel-sel basal pada pinggir
luka mengalami mitosis dan menghasilkan sel-sel anak yang bermigrasi. Dengan
aktivitas ini, enzim proteolitik disekresikan dan menghancurkan bagian dasar bekuan
darah. Celah antara kedua sisi luka secara progresif terisi, dan sisinya pada akhirnya
saling bertemu dalam 24 sampai 48 jam8,9.
b. Fase proliferatif
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang
bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka, kuncup ini
berkembang menjadi kapiler yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi
yang baru. Fibroblas melakukan sintesis kolagen dan mukopolisakarida. Banyak
vitamin, terutama vitamin C sangat membantu proses metabolisme yang terlibat
dalam penyembuhan luka8,9.
c. Fase maturasi
Jaringan parut tampak lebih besar, sampai fibrin kolagen menyusun kedalam posisi
yang lebih padat. Hal ini sejalan dengan dehidrasi yang mengurangi jaringan parut
tetapi meningkatkan kekuatannya8,9.
Proses penyembuhan luka :
Luka dapat sembuh melalui proses utama (primary intention) yang terjadi ketika tepi
luka disatukan (approximated) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit, terjadi
penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang yang kosong. Oleh karena itu,
dibutuhkan jaringan granulasi yang minimal dan kontraksi sedikit berperan.
Penyembuhan yang kedua yaitu melalui proses sekunder (secondary intention)
terdapat defisit jaringan yang membutuhkan waktu yang lebih lama8,9.
11
Faktor Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka :
a. Lingkungan
Dukungan dari lingkungan keluarga, dimana ibu akan selalu merasa mendapatkan
perlindungan dan dukungan serta nasihat nasihat khususnya orang tua dalam
merawat kebersihan pasca persalinan6,8.
b. Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat menentukan lama
penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu kurang telebih masalah
kebersihan maka penyembuhan lukapun akan berlangsung lama6,8.
c. Sosial ekonomi
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyebuhan perineum adalah
keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas sehari-hari pasca persalinan.
Jika ibu memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, bisa jadi penyembuhan luka
perineum berlangsung lama karena timbulnya rasa malas dalam merawat diri6,8.
d. Penanganan petugas
Pada saat persalinan, pembersihannya harus dilakukan dengan tepat oleh penangan
petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan
lama penyembuhan luka perineum6,8.
e. Kondisi ibu
Kondisi kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental, dapat menyebabkan lama
penyembuhan. Jika kondisi ibu sehat, maka ibu dapat merawat diri dengan baik6,8.
f. Gizi
Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam keadaan sehat
dan segar. Dan akan mempercepat masa penyembuhan luka perineum8,9.
12
Faktor Faktor Internal yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka :
a. Usia
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang tua. Orang
yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir stress seperti trauma jaringan atau
infeksi4,8.
b. Penanganan jaringan
Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat penyembuhan4,8.
c. Hemoragi
Akumulasi darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang harus disingkirkan.
Area menjadi pertumbuhan untuk infeksi4,8.
d. Hipovolemia
Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi dan penurunan
oksigen dan nutrient yang tersedia utuk penyembuhan luka4,8.
e. Faktor lokal edema
Penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan interstisial pada
pembuluh5.
f. Defisiensi nutrisi
Sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat.
dapat terjadi penipisan protein-kalori5.
g. Personal higiene
Personal higiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat
menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman5.
h. Defisiensi oksigen
1) Insufisien oksigenasi jaringan : Oksigen yang tidak memadai dapat
diakibatkan tidak adekuatnya fungsi paru dan kardiovaskular juga vasokonstriksi
setempat.
2) Penumpukan drainase : Sekresi yang menumpuk menggangu proses
penyembuhan10.
13
16. Penyembuhan luka perineum
Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum dengan
terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7
hari post partum. Kriteria penilaian luka adalah:
1) baik, jika luka kering,perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi (merah,
bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa)
2) sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi
(merah, bengkak, panas, nyeri,fungsioleosa)
3) buruk, jika luka basah, perineum menutup/membuuka dan ada tanda-tanda
infeksi merah,bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa) 8,9.
14
e. Kondisi medis dan terapi
Imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu seperti AIDS, ginjal
atau penyakit hepatik dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengatur
faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel proliperatif untuk perbaikan luka5.
f. Apusan kurang optimal
Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan organisme tersebar
kembali disekitar area kapas atau serat kasa yang lepas ke dalam jaringan granulasi
dan mengganggu jaringan yang baru terbentuk5.
g. Lingkungan optimal untuk penyembuhan luka
Lingkungan yang paling efektif untuk keberhasilan penyembuhan luka adalah lembab
dan hangat10.
h. Infeksi
Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan granulasi serta
pembentukan jaringan parut10.
15
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan luka
episiotomi adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha
yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan
dengan penyembuhan jaringan, untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva,
perineum, maupun di dalam uterus, untuk penyembuhan luka perinium (jahitan
perineum), untuk kebersihan perineum dan vulva, untuk mencegah infeksi seperti
diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya
Bakteri.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas kami dapat memberikan saran bahwa
perawatan perineum sangan penting untuk dilakukan. Perawatan luka jalan lahir ini
sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah 6 jam dari persalinan normal. Dalam
hal ini, ibu akan dilatih dan dianjurkan untuk mulai bergerak duduk dan latihan
berjalan. Tentu saja bila keadaan ibu cukup stabil dan tidak mengalami komplikasi
misalnya tekanan darah tinggi atau pendarahan.
16
Daftar Pustaka
1. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
2. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
3. Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Edisi 21.
Jakarta: EGC.
4. Sumarah dkk.2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan kebidanan Ibu
Bersalain). Jakarta : Fitramaya.
5. Varney , Helen dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta : EGC
6. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2001
7. Dudding TC, Vaizey CJ, Kamm MA (2008). Obstetric anal sphincter injury;
risk factors, and management. Annals of Surgery 247(2): 224-37
8. Episiotomy healing assessment. Redness, Oedema, Ecchymosis, Discharge,
Approximation (REEDA) scale reliability. Rev. Latino-Am. Enfermagem
2015 Jan.-Feb.;23(1):162-8
9. National Institute for Clinical Excellence. Intrapartum care. Care of healthy
women and their babies during childbirth. London; 2007.
10. Rukiyah, A, Y & Yulianti, L. 2010.Asuhan kebidanan IV (patologi
kebidanan). (Cetakan Pertama). Jakarta: Trans Info Media
11. Duggal N, Mercado C, Daniels K, Bujor A, Caughey AB, El-Sayed YY.
Antibiotic prophylaxis for prevention of postpartum perineal wound
complications: a randomized controlled trial.Obstet Gynecol. 2008 Jun.
111(6):1268-73.
17