Anda di halaman 1dari 17

BAB I

Pendahuluan

Persalinan seringkali menimbulkan perlukaan jalan lahir, luka-luka biasanya


ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Setelah
persalinan harus dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Robekan perineum
terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya1.Persalinan sering kali mengakibatkan robekan jalan lahir, baik pada
primigravida maupun pada multigravida dengan perineum yang kaku. Untuk
mengendalikan robekan perineum spontan maka dilakukan episiotomi sehingga
mengurangi rasa nyeri dan menjamin agar luka teratur. Kebanyakan robekan pada
perineum terjadi sewaktu melahirkan dan penanganannya merupakan masalah
kebidanan. Robekan perineum dibagi atas empat tingkat/ derajat. Robekan terjadi bisa
karena robekan spontan bisa juga karena tindakan episiotomi. Beberapa cidera
jaringan penyokong, baik cidera akut maupun nonakut, baik telah diperbaiki atau
belum, dapat menjadi masalah ginekologis dikemudian hari1.

Luka pada perenium akibat episiotomi, ruptura atau laserasi merupakan


daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan
perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh dengan
cepat dan mudah. Pencucian daerah perineum memberikan kesempatan untuk
melakukan inspeksi secara seksama pada daerah tersebut dan mengurangi rasa
sakitnya1,2.
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,
psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat. Perineum
adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus. Perawatan
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil1.

1
BAB II

Tinjauan Pustaka

1. Definisi Episiotomi

Episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang


menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada
septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.
Episiotomi adalah insisi pudendum / perineum untuk melebarkan orifisium ( lubang /
muara ) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi2.

2. Tujuan Episiotomi

Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi bedah yang lurus, sebagai pengganti
robekan tak teratur yang mungkin terjadi. Episiotomi dapat mencegah vagina robek
secara spontan, karena jika robeknya tidak teratur maka menjahitnya akan sulit dan hasil
jahitannya pun tidak rapi, tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu dalam
mendorong bayinya keluar3.

3. Waktu Pelaksanaan Episiotomi


Episiotomi sebaiknya dilakukan ketika kepala bayi meregang perineum pada
janin matur, sebelum kepala sampai pada otot-otot perineum pada janin. Bila
episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul dari luka episiotomi
bisa terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu lambat maka laserasi
tidak dapat dicegah. sehingga salah satu tujuan episiotomi itu sendiri tidak akan
tercapai. Episiotomi biasanya dilakukan pada saat kepala janin sudah terlihat dengan
diameter 3 - 4 cm pada waktu his. Jika dilakukan bersama dengan penggunaan
ekstraksi forsep, sebagian besar dokter melakukan episiotomi setelah pemasangan
sendok atau bilah forsep3.

2
4. Tindakan Episiotomi
Pertama pegang gunting epis yang tajam dengan satu tangan, kemudian letakkan
jari telunjuk dan jari tengah di antaraa kepala bayi dan perineum searah dengan
rencana sayatan. Setelah itu, tunggu fase acme (puncak his). Kemudian selipkan
gunting dalam keadaan terbuka di antara jari telunjuk dan tengah. Gunting perineum,
dimulai dari fourchet (komissura posterior) 45 derajat ke lateral kiri atau kanan2.

5. Indikasi Episiotomi
Untuk persalinan dengan tindakan atau instrument (persalinan dengan cunam,
ekstraksi dan vakum); untuk mencegah robekan perineum yang kaku atau
diperkirakan tidak mampu beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan, dan untuk
mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada kasus letak / presentasi
abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di belakang) dengan menyediakan tempat
yang luas untuk persalinan yang aman2.

6. Jenis - Jenis Episiotomi


Sebelumnya ada 3 jenis episiotomi yaitu; Episiotomi medialis, Episiotomi
mediolateralis, Episiotomi lateralis. Namun sekarang ini hanya ada dua jenis
episiotomi yang di gunakan yaitu:
a. Episiotomi medial, merupakan episiotomi yang paling mudah dilakukan dan
diperbaiki. Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah
tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani. Keuntungan dari episiotomi
medialis ini adalah: perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh
karena daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah. Sayatan bersifat
simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan
lebih memuaskan. Sedangkan kerugiannya adalah: dapat terjadi ruptur perinei tingkat
III inkomplet (laserasi median sfingter ani) atau komplit (laserasi dinding rektum)3,4.

3
b. Episiotomi mediolateral, digunakan secara luas pada obstetri operatif karena aman.
Sayatan di sini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah
belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri,
tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya.Panjang sayatan kira-kira 4 cm.
Sayatan di sini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura
perinea tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang
banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka
lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai
hasilnya harus simetris3,4.
c. Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut
arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena
banyak menimbulkan komplikasi. Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana
terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan
yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu penderita4.

7. Benang Yang Digunakan Dalam Penjahitan Episiotomi


Alat menjahit yang digunakan dalam perbaikan episitomi atau laserasi dapat
menahan tepi tepi luka sementara sehingga terjadi pembentukan kolagen yang baik.
Benang yang dapat diabsorbsi secara alamiah diserap melalui absorbsi air yang
melemahkan rantai polimer jahitan. Benang sintetik yang dapat diabsorbsi yang
paling banyak digunakan adalah polygarin 910 (Vicryl) yang dapat menahan luka
kira-kira 65% dari kekuatan pertamanya setelah 14 hari penjahitan dan biasanya
diabsorbsi lengkap setelah 70 hari prosedur dilakukannya. Ukuran yang paling
umum digunakan dalam memperbaiki jaringan trauma adalah 2-0, 3-0. Benang jahit
yang biasa digunakan dalam kebidanan dimasukkan ke dalam jarum, dan hampir
semua jahitan menggunakan jarum lingkaran yang runcing pada bagian ujungnya.
Ujung runcing dapat masuk dalam jaringan tanpa merusaknya2.

4
8. Penyembuhan Luka Episiotomi
Proses penyembuhan terjadi dalam tiga fase, yaitu:
a. Fase 1: Segera setelah cedera, respons peradangan menyebabkan peningkatan
aliran darah ke area luka, meningkatkan cairan dalam jaringan,serta akumulasi
leukosit dan fibrosit. Leukosit akan memproduksi enzim proteolitik yang memakan
jaringan yang mengalami cedera.
b. Fase 2: Setelah beberapa hari kemudian, fibroblast akan membentuk benang
benang kolagen pada tempat cedera.

c. Fase 3: Pada akhirnya jumlah kolagen yang cukup akan melapisi jaringan yang
rusak kemudian menutup luka3.

Proses penyembuhan sangat dihubungani oleh usia, berat badan, status nutrisi,
dehidrasi, aliran darah yang adekuat ke area luka, dan status imunologinya.
Penyembuhan luka sayatan episiotomi yang sempurna tergantung kepada beberapa
hal. Tidak adanya infeksi pada vagina sangat mempermudah penyembuhan.
Keterampilan menjahit juga sangat diperlukan agar otot-otot yang tersayat diatur
kembali sesuai dengan fungsinya atau jalurnya dan juga dihindari sedikit mungkin
pembuluh darah agar tidak tersayat. Jika sel saraf terpotong, pembuluh darah tidak
akan terbentuk lagi4.

9. Definisi Perawatan Luka Perineum


Perawatan luka perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah
antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran
placenta sampai dengan kembalinya organ membran seperti pada waktu sebelum hamil
.Perawatan luka merupakan suatu usaha untuk mencegah trauma (injury) pada kulit,
membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka
operasi yang dapat merusak permukaan kulit5.

5
10. Tujuan Perawatan Luka Perineum
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan
dengan penyembuhan jaringan
Tujuan perawatan luka adalah :
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membran mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan
4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat 5,6.

11. Waktu Perawatan Luka perineum


1) Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka
maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang
tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan
pembersihan perineum5,6.
2) Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan
bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum5,6.
3) Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum
yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan
perineum secara keseluruhan5,6.

6
12. Perawatan Luka Perineum
Benang yang digunakan pada penjahitan luka episiotomi tidak perlu dibuka
kembali sebab akan menyerap dengan sendirinya. Normalnya akan mengalami
penyembuhan sekitar 6 minggu. Sebelum itu pasien sebaiknya tidak melakukan
hubungan seksua ataupun kegaitan yang dapat mengakibatkan terlepasnya jahitan
pada luka post episiotomi.
Cara Perawatannya :
1. Mengatasi nyeri
a. Dengan menggunakan kantung es setelah melahirkan yang diletekkan
pada perineum atau ketika pasien sedang beristirahat ,maksimal
selama 15 menit
b. Dengan menggunakan obat obatan, seperti paracetamol. Ibuprofen
ataupun aspiran tidak digunakan terutama pada ibu yang menyusui.
c. Cegah agar daerah perineum tidak meregang terutama ketika duduk,
misalnya dengan menggunakan bantal
d. Dengan menggunakan sitz bath. Bisa dengan menggukan air hangat
( 24 jam post partum) atau air dingin. Bisa dilakukan beberapa kali
dalam sehari, dengan durasi 20 menit.
e. Ketika buang air kecil gunakan air mengalir pada daerah penjahitan
dan sesudahnya untuk mencegah infeksi dan mengurangi nyeri
f. Mengurangi resiko konstipasi dengan cara minum air putih yang
cukup sebanyak 8 gelas per hari atau lebih terutama jika sedang
menyusui. Kemudian konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayuran
dan buah buahan.Jika konstipasi tidak membaik, bisa dengan
menggunakan pencahar9,10.

7
2. Mendukung proses penyembuhan
Menjaga daerah jahitan kering dan bersih. Selalu bersihkan daerah
vulva setalah buang air kecil dengan air yang bersih dan keringkan
dengan handuk yang bersih
Lakukan latihan kegel, dapat menguatkan otot dasar panggul yang
menyukong kandung kemih, uterus, dan rectum yang dapat
mengurangi inkotinensia pada wanita
Eksposur dengan udara luar
Ganti pembalut tiap 2 4 jam
Tidak berhubungan seksual sebelum 6 7 minggu
Selama 10 hari pertama minta pasien untuk menginspeksi daerah
perineumnya. Terutama jika ada sekret pada daerah jahitan yang
berbau kurang sedap, lukanya terbuka, ada kemerahan, dan
pembengkakan, atau terlihat pus9,10.

13. Antibiotik yang dapat digunakan


Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG)
merekomendasikan penggunakan antibiotik profilaksis yang berspektrum luas dengan
tujuan untuk mengurangi angka infeksi, di antaranya :
a. Cephalexin
Merupakan generasi pertama golongan sefalosporin yang bekerja dengan
menghambat sintesis dinding sel bakteri, bersifat baktersidal. Sediannya
dalam bentuk kapsuk, 250mg,500mg,750mg, oral suspension : 125mg/5mL,
250mg/5mL, tablet 250mg, 500mg. Dengan dosis 250 mg PO q6hr;, 1-4
g/day11.
b. Cefazolin
Merupakan generasi pertama golongan sefalosporin, efektif pada flora normal
kulit dan Staphylococcus aureus. sediannya dalam bentuk powder atau bubuk

8
untuk injeksi : 500mg,1g,2g,10g,20g,100g, 300g. Dosisnya 0.5-1 g IV q6-8hr
for 24 hours11.
c. Amoxicillin/clavulanate
golongan penicilin, bekerjan dengan menghambat pembentukan dinding sel.
Sedangkan klavulanat menghambat produksi beta laktamase oleh bakteri.
Sediannya :
Oral suspension
(125mg/31.25mg)/5mL
(200mg/28.5mg)/5mL
(250mg/62.5mg)/5mL
(400mg/57mg)/5mL
(600mg/42.9mg)/5mL
Tablet
250mg/125mg
500mg/125mg
875mg/125mg
Dosisnya 500/125 mg PO q12hr or 250/125 mg PO q8hr selama 10 hari11.

14. Lamanya jahitan mengering


Luka jahitan rata-rata akan kering dan baik dalam waktu kurang dari satu
minggu. Bila keluar darah kotor bau busuk dari jalan lahir, ibu panas, dan luka jahitan
bengkak kemerahan terasa sangat nyeri atau luka jahitan bernanah.
Ada beberapa catatan yang perlu diketahui:
a) Luka jahitan terasa sedikit nyeri
Jangan cemas, rasa nyeri ini akibat terputusnya jaringan syaraf dan jaringan
otot , namun semakin sering di gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu
hanya berbaring terus menerus dan takut bergerak karena nyeri akan

9
menghambat proses penyembuhan. Sirkulasi darah pada luka menjadi tidak
lancar.
b) Luka terlihat sedikit bengkak dan merah
Pada proses penyembuhan luka tubuh secara alami akan memproduksi zat
zat yang merupakan reaksi perlawanan terhadap kuman. Sehingga dalam
proses penyembuhan luka kadang terjadi sedikit pembengkakan dan
kemerahan. Asalkan luka bersih ibu tak perlu cemas. Bengkak dan merah ini
bersifat sementara7.

15. Penyembuhan luka


Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang
rusak Pada ibu yang baru melahirkan, banyak komponen fisik normal pada masa
postnatal membutuhkan penyembuhan dengan berbagai tingkat. Pada umumnya,
masa nifas cenderung berkaitan dengan proses pengembalian tubuh ibu ke kondisi
sebelum hamil, dan banyak proses di antaranya yang berkenaan dengan proses
involusi uterus, disertai dengan penyembuhan pada tempat plasenta (luka yang luas)
termasuk iskemia dan autolisis. Keberhasilan resolusi tersebut sangat penting untuk
kesehatan ibu, tetapi selain dari pedoman nutrisi (yang idealnya seharusnya diberikan
selama periode antenatal) dan saran yang mendasar tentang higiene dan gaya hidup,
hanya sedikit yang bisa dilakukan bidan untuk mempengaruhi proses tersebut8.
Fisiologi penyembuhan luka:
Beragam proses seluler yang saling tumpang tindih dan terus menerus
memberikan kontribusi terhadap pemulihan luka, regenerasi sel, proliferasi sel, dan
pembentukan kolagen. Respon jaringan terhadap cidera melewati beberapa fase yaitu
a. Fase inflamasi
Respon vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan terpotong atau mengalami cidera.
Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplateler terbentuk dalam upaya
untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit

10
dan diikuti oleh vasodilatasi venula.Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan
vasokontriksinya karena norepinefrin dirusak oleh enzim intraseluler. Sehingga
histamin dilepaskan yang dapat meningkatkan permebialitas kapiler. Ketika
mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein,
elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskuler selama 2 sampai 3 hari,
menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri. Sel-sel basal pada pinggir
luka mengalami mitosis dan menghasilkan sel-sel anak yang bermigrasi. Dengan
aktivitas ini, enzim proteolitik disekresikan dan menghancurkan bagian dasar bekuan
darah. Celah antara kedua sisi luka secara progresif terisi, dan sisinya pada akhirnya
saling bertemu dalam 24 sampai 48 jam8,9.
b. Fase proliferatif
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang
bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka, kuncup ini
berkembang menjadi kapiler yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi
yang baru. Fibroblas melakukan sintesis kolagen dan mukopolisakarida. Banyak
vitamin, terutama vitamin C sangat membantu proses metabolisme yang terlibat
dalam penyembuhan luka8,9.
c. Fase maturasi
Jaringan parut tampak lebih besar, sampai fibrin kolagen menyusun kedalam posisi
yang lebih padat. Hal ini sejalan dengan dehidrasi yang mengurangi jaringan parut
tetapi meningkatkan kekuatannya8,9.
Proses penyembuhan luka :
Luka dapat sembuh melalui proses utama (primary intention) yang terjadi ketika tepi
luka disatukan (approximated) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit, terjadi
penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang yang kosong. Oleh karena itu,
dibutuhkan jaringan granulasi yang minimal dan kontraksi sedikit berperan.
Penyembuhan yang kedua yaitu melalui proses sekunder (secondary intention)
terdapat defisit jaringan yang membutuhkan waktu yang lebih lama8,9.

11
Faktor Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka :
a. Lingkungan
Dukungan dari lingkungan keluarga, dimana ibu akan selalu merasa mendapatkan
perlindungan dan dukungan serta nasihat nasihat khususnya orang tua dalam
merawat kebersihan pasca persalinan6,8.
b. Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat menentukan lama
penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu kurang telebih masalah
kebersihan maka penyembuhan lukapun akan berlangsung lama6,8.
c. Sosial ekonomi
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyebuhan perineum adalah
keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas sehari-hari pasca persalinan.
Jika ibu memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, bisa jadi penyembuhan luka
perineum berlangsung lama karena timbulnya rasa malas dalam merawat diri6,8.
d. Penanganan petugas
Pada saat persalinan, pembersihannya harus dilakukan dengan tepat oleh penangan
petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan
lama penyembuhan luka perineum6,8.
e. Kondisi ibu
Kondisi kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental, dapat menyebabkan lama
penyembuhan. Jika kondisi ibu sehat, maka ibu dapat merawat diri dengan baik6,8.
f. Gizi
Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam keadaan sehat
dan segar. Dan akan mempercepat masa penyembuhan luka perineum8,9.

12
Faktor Faktor Internal yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka :
a. Usia
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang tua. Orang
yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir stress seperti trauma jaringan atau
infeksi4,8.
b. Penanganan jaringan
Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat penyembuhan4,8.
c. Hemoragi
Akumulasi darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang harus disingkirkan.
Area menjadi pertumbuhan untuk infeksi4,8.
d. Hipovolemia
Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi dan penurunan
oksigen dan nutrient yang tersedia utuk penyembuhan luka4,8.
e. Faktor lokal edema
Penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan interstisial pada
pembuluh5.
f. Defisiensi nutrisi
Sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat.
dapat terjadi penipisan protein-kalori5.
g. Personal higiene
Personal higiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat
menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman5.
h. Defisiensi oksigen
1) Insufisien oksigenasi jaringan : Oksigen yang tidak memadai dapat
diakibatkan tidak adekuatnya fungsi paru dan kardiovaskular juga vasokonstriksi
setempat.
2) Penumpukan drainase : Sekresi yang menumpuk menggangu proses
penyembuhan10.

13
16. Penyembuhan luka perineum
Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum dengan
terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7
hari post partum. Kriteria penilaian luka adalah:
1) baik, jika luka kering,perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi (merah,
bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa)
2) sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi
(merah, bengkak, panas, nyeri,fungsioleosa)
3) buruk, jika luka basah, perineum menutup/membuuka dan ada tanda-tanda
infeksi merah,bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa) 8,9.

17. Penghambat keberhasilan penyembuhan luka adalah sebagai berikut :


a. Malnutrisi
Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka,
meningkatkan dehisensi luka, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, dan parut
dengan kualitas yang buruk. Defisien nutrisi (sekresi insulin dapat dihambat,
sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat) tertentu dapat berpengaruh pada
penyembuhan5.
b. Merokok
Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat merusak
penyembuhan luka, bahkan merokok yang dibatasi pun dapat mengurangi aliran
darah perifer. Merokok juga mengurangi kadar vitamin C yang sangat penting untuk
penyembuhan5.
c. Kurang tidur
Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur meningkatkan
anabolisme dan penyembuhan luka termasuk ke dalam proses anabolisme5.
d. Stres
Ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistem imun sehingga menghambat
penyembuhan luka5.

14
e. Kondisi medis dan terapi
Imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu seperti AIDS, ginjal
atau penyakit hepatik dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengatur
faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel proliperatif untuk perbaikan luka5.
f. Apusan kurang optimal
Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan organisme tersebar
kembali disekitar area kapas atau serat kasa yang lepas ke dalam jaringan granulasi
dan mengganggu jaringan yang baru terbentuk5.
g. Lingkungan optimal untuk penyembuhan luka
Lingkungan yang paling efektif untuk keberhasilan penyembuhan luka adalah lembab
dan hangat10.
h. Infeksi
Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan granulasi serta
pembentukan jaringan parut10.

15
BAB III

Penutup

1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan luka
episiotomi adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha
yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan
dengan penyembuhan jaringan, untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva,
perineum, maupun di dalam uterus, untuk penyembuhan luka perinium (jahitan
perineum), untuk kebersihan perineum dan vulva, untuk mencegah infeksi seperti
diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya
Bakteri.

2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas kami dapat memberikan saran bahwa
perawatan perineum sangan penting untuk dilakukan. Perawatan luka jalan lahir ini
sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah 6 jam dari persalinan normal. Dalam
hal ini, ibu akan dilatih dan dianjurkan untuk mulai bergerak duduk dan latihan
berjalan. Tentu saja bila keadaan ibu cukup stabil dan tidak mengalami komplikasi
misalnya tekanan darah tinggi atau pendarahan.

16
Daftar Pustaka
1. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
2. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
3. Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Edisi 21.
Jakarta: EGC.
4. Sumarah dkk.2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan kebidanan Ibu
Bersalain). Jakarta : Fitramaya.
5. Varney , Helen dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta : EGC
6. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2001
7. Dudding TC, Vaizey CJ, Kamm MA (2008). Obstetric anal sphincter injury;
risk factors, and management. Annals of Surgery 247(2): 224-37
8. Episiotomy healing assessment. Redness, Oedema, Ecchymosis, Discharge,
Approximation (REEDA) scale reliability. Rev. Latino-Am. Enfermagem
2015 Jan.-Feb.;23(1):162-8
9. National Institute for Clinical Excellence. Intrapartum care. Care of healthy
women and their babies during childbirth. London; 2007.
10. Rukiyah, A, Y & Yulianti, L. 2010.Asuhan kebidanan IV (patologi
kebidanan). (Cetakan Pertama). Jakarta: Trans Info Media
11. Duggal N, Mercado C, Daniels K, Bujor A, Caughey AB, El-Sayed YY.
Antibiotic prophylaxis for prevention of postpartum perineal wound
complications: a randomized controlled trial.Obstet Gynecol. 2008 Jun.
111(6):1268-73.

17

Anda mungkin juga menyukai