Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit tidak menular merupakan salah satu masalah kesehatan yang
menjadi perhatian nasional maupun global pada saat ini. Data WHO tahun
2008 menunjukan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi, 36 juta atau
hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. Di negara
dengan tingkat ekonomi rendah sampai menengah, 29% kematian yang terjadi
pada penduduk berusia kurang dari 60 tahun disebabkan oleh PTM. Indonesia
dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden
diseases, yaitu penyakit menular yang masih menjadi masalah, kejadian re-
emerging diseases dan new emerging diseases yang masih sering terjadi, dan
di sisi lain kejadian PTM cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Menurut
profil Penyakit Tidak Menular WHO tahun 2011, di Indoesia tahun 2008
terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal karena PTM.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun
(1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena
penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena
penyakit menular semakin menurun. Fenomena ini diprediksi akan terus
berlanjut.Penyakit tidak menular diketahui sebagai penyakit yang tidak dapat
disebarkan dari seseorang terhadap orang lain. Terdapat empat tipe utama
penyakit tidak menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit
pernapasan kronis, dan diabetes. Pola hidup modern telah mengubah sikap dan
perilaku manusia, termasuk pola makan, merokok, konsumsi alkohol serta
obat-obatan sebagai gaya hidup sehingga penderita penyakit degeneratif
(penyakit karena penurunan fungsi organ tubuh) semakin meningkat dan
mengancam kehidupan.Akibat perilaku manusia pula, lingkungan hidup
dieksploitasi sedemikian rupa sampai menjadi tidak ramah terhadap kehidupan
manusia sehingga meningkatkan jumlah penderita penyakit paru kronis yang

1
seringkali berakhir dengan kematian. Demikian pula berbagai penyakit kanker
dapat dipicu oleh bermacam bahan kimia yang bersifat karsinogenik, kondisi
lingkungan, serta perilaku manusia.
Penyakit tidak menular (PTM), dikenal juga sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang. Perkembangan penyakit tidak menular
umumnya lambat dan membutuhkan durasi yang panjang. Berdasarkan profil
WHO mengenai penyakit tidak menular di Asia Tenggara, ada lima penyakit
tidak menular dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu
penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dibetes mellitus,
dan cedera.Empat terbanyak dari penyakit tidak menular yaitu penyakit
kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes
mellitus.Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang
dari 70 tahun, penyebab kematian terbesar adalah penyakit kardiovaskuler
(39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit
pencernaan dan PTM lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian
serta 4% disebabkan oleh diabetes mellitus.
a. Penyakit Kardiovaskuler
Secara global, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab
kematian nomor satu dan diproyeksikan akan tetap demikian.
Penyakit kardiovaskuler mencakup penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler, peningkatan tekanan darah, penyakit
arteri perifer, penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan,
dan gagaljantung.Penyebab utama penyakit kardiovaskuler adalah
merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan diet yang tidak
sehaMerokok, diet yang tidak sehat, dan aktivitas fisik yang kurang
meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.Tekanan darah
tinggi tidak memiliki gejala, namun dapat menyebabkan serangan
jantung dan stroke.Lebih dari 80% kematian akibat penyakit
kardiovaskuler terjadi di negara berpenghasilan rendah sampai
menengah. Status ekonomi yang rendah meningkatkan paparan
faktor risiko dan kerentanan terhadap penyakit kardiovaskuler.
b. Kanker
Kanker menyumbang kematian kedua setelah penyakit
kardiovaskuler.Jenis utama kanker adalah kanker paru, kanker

2
perut, kanker kolorektal, kanker hati, dan kanker payudara.Lebih
dari 70% semua kematian akibat kanker terjadi di negara
berpenghasilan rendah sampai menengah. Dan diproyeksikan akan
terus meningkat dengan perkiraan 11.5 juta kematian pada 2030.
Faktor risiko utama kanker adalah merokok, konsumsi alkohol,
faktor makanan (termasuk konsumsi sayur dan buah yang kurang),
aktivitas fisik yang kurang, infeksi kronis dari Helycobacter pylori,
virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan beberapa jenis Human
Papilloma Virus (HPV), serta lingkungan dan risiko kerja yang
berhubungan dengan pengion dan radiasi.
c. Penyakit Pernapasan Kronis
Penyakit pernapasan kronis adalah penyakit pada saluran udara dan
struktur paru lainnya seperti asma dan alergi pernapasan, penyakit
paru obstruktif kronis, penyakit paru kerja (kerusakan paru akibat
debu, uap, atau gas berahaya yang terhirup pekerja di tempat
kerja), sleep apnea syndrome, dan hipertensi pulmonal.Prevalensi
penyakit ini meningkat dimana-mana, khususnya di kalangan anak-
anak dan orang tua serta meningkat di daerah dengan penghasilan
rendah samai menengah. Penyakit pernapasan kronis sering kurang
diperhatikan,underdiagnosed, kurang diobati, dan kurang dicegah.
Faktor risikodari penyakit pernapasan kronis adalah merokok (baik
aktif maupun pasif), terpapar polusi udara, paparan allergen,
infeksi saluran pernapasan berulang pada anak, serta debu kerja
dan bahan kimia.
d. Diabetes Mellitus
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan.Risiko kematian
orang yang menderita diabetes mellitus adalah dua kali lipat
dibandingkan orang tanpa diabetes mellitus.Ada dua tipe diabetes,
yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2. Diabetes
mellitus tipe 1 ditandai dengan kurangnya produksi insulin; tanpa
pemberian insulin harian, diabetes mellitus tipe 1 akan berakibat
fatal. Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan karena penggunaan

3
insulin yang tidak efektif; diabetes mellitus tipe 2 merupakan 90%
tipe dari penderita diabetes di seluruh dunia, hal ini merupakan
dampak dari kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik.
Peningkatan kadar gula darah adalah efek dari diabetes yang tidak
terkontrol sehingga perlahan dapat merusak jantung, pembuluh
darah, mata, ginjal, dan saraf sehingga memiliki implikasi yang
buruk terhadap kesehatan dan kualitas hidup.

Penyakit tidak menular telah menjadi kelompok penyakit yang sulit untuk
didefinisikan.11 Istilah penyakit tidak menular menjadi sebuah ironi karena
beberapa penyakit yang termasuk seperti kanker leher rahim, perut, dan hati
sebagian disebabkan oleh infeksi organisme. Namun, empat perilaku seperti
penggunaan tembakau, konsumsi alkohol, pola makan yang buruk, dan kurangnya
aktivitas fisik merupakan perilaku yang menjadi faktor risikodan berhubungan
erat dengan empat penyakit tidak menular utama (penyakit kardiovaskuler,
kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes) yang mencapai 80%
menyebabkan kematian dari kelompok penyakit tidak menular.

Penyakit tidak menular muncul dari kombinasi faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor risiko yang dapatdimodifikasi. Fakor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis kelamin, dan genetika.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah
melalui keadaran individu itu sendiri dan intervensi sosial. Faktor- faktor yang
dapat dimodifikasi tersebut adalah:

1. Merokok
Efek berbahaya dari merokokterhadap kematian yang disebabkan
oleh kanker, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit pernapasan kronis
telah lama diketahui.Selain itu, paparan asap rokok pada perokok pasif
seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang dewasa yang tidak hamil di
rumah maupun di tempattempat umum menyebabkan hasil kelahiran
yang merugikan, penyakit pernapasan pada masa kanak-kanak, dan
penyakit lainnya seperti yang diderita oleh perokok aktif. Setiap
tahunnya, tembakau menyumbang sekitar 6 juta kematian (termasuk

4
perokok pasif) dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 8 juta pada
tahun 2030.
Selain pergeseran pola prevalensi merokok, telah terjadi perubahan
dalam jenis rokok yang tersedia, seperti rokok rendah tar dan rokok
elektrik. Namun, hasil tinjauan menyimpulkan bahwa selama lima
dekade desain rokok berkembang tidak mengurangi risiko penyakit di
kalangan perokok. Satusatunya tindakan yang efektif untuk mencegah
bahaya merokok adalah dengan pencegahan dan penghentian merokok.
2. Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan zat psikoaktif dengan memproduksi substansi
yang membuat ketergantungan pengkonsumsinya. Dampak alkohol
ditentukan oleh volume alkohol yang dikonsumsi, pola minum, dan
kualitas alkohol yang dikonsumsi. Pada tahun 2012, sekitar 3.3 juta
kematian, atau sekitar 5.9% dari seluruh kematian global disebabkan
oleh konsumsi alkohol. Konsumsi Alkohol sangat umum di seluruh
dunia meskipun membawa risiko yang merugikan bagi kesehatan dan
konsekuensi sosial terkait efek memabukkan, sifat beracun, dan
ketergantungan.Konsumsi alkohol merupakan faktor risiko utama
untuk beban penyakit di negara berkembang berkaitan dengan berbagai
penyakit dan cedera, termasuk kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan
bunuh diri.Secara keseluruhan, 5.1% dari beban penyakit global dan
cedera disebabkan oleh alkohol (diukur dalam Disability-Adjusted Life
Years, DALYs).Konsumsi alkohol yang berlebih tidak hanya
meningkatkan risiko cedera secara substansial, tetapi juga
memperburuk penyakit kardiovaskuler dan hati. Konsumsi alkohol
terus meningkat di Jepang, Cina, dan banyak negara lain di Asia yang
sebelumnya rendah. Faktor lingkungan meliputi pembangunan,
ekonomi, budaya, ketersediaan alkohol, serta kelengkapan tingkat
pelaksanaan dan penegakkan kebijakan alkohol mempengaruhi pola
konsumsi alkohol dan besarnya masalah yang berhubungan dengan
alkohol dalam populasi.
3. Pola Makan yang Buruk
Sekitar 16 juta (1%) DALYs (ukuran potensial kehilangan
kehidupan karena kematian dini dan tahun-tahun produktif yang hilang

5
karena cacat) dan 1.7 juta (2.8%) dari kematian di seluruh dunia
disebabkan oleh kurangnya konsumsi buah dan sayur.Konsumsi cukup
buah dan sayur mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, kanker
perut, dan kanker kolorektal. Konsumsi makanan tinggi kalori seperti
makanan olahan yang tinggi lemak dan gula cenderung menyebabkan
obesitas dibandingkan makanan rendah kalori seperti buah dan
sayuran. Jumlah garam yang dikonsumsi merupakan faktor penentu
penting dari tingkat tekanan darah dan risiko kardiovaskuler secara
keseluruhan. Diperkirakan bahwa mengurangi asupan garam dari
konsumsi rata-rata 9-12 gram per hari menjadi 5 gram per hari
memiliki dampak besar pada tekanan darah dan penyakit
kardiovaskuler. Konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan trans fatty
acid terkait dengan penyakit jantung; minyak nabati tak jenuh ganda
dapat menjadi pengganti untuk menurunkan risiko penyakit jantung
koronerdan diabetes mellitus tipe 2.
4. Kurangnya Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik yang tidak memadai merupakan satu dari sepuluh
faktor risiko utama kematian global. Orang yang kurang aktif secara
fisik memiliki 20%- 30% peningkatan faktor risiko penyebab kematian
dibandingkan dengan mereka yan setidaknya melakukan aktivitas fisik
selama 150 menit per minggu, atau setara seperti yang
direkomendasikan WHO. Aktivitas fisik yang teratur mengurangi
risiko penyakit jantung iskemik, diabetes, kanker payudara, dan kanker
kolon.Selain itu, aktivitas yang cukup mengurangi risiko stroke,
hipertensi, dan depresi. Aktivitas fisik juga merupakan penentu utama
dari pengeluaran energi dan dengan demikian penting untuk
keseimbangan energy dan control berat badan.
Empat perilaku umum diatas (merokok, konsumsi alkohol, pola
makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik)menyebabkan
gangguan metabolik berupa peningkatan tekanan darah, kelebihan
berat badan/obesitas, tingginya kadar glukosa darah, dan peningkatan
kadar kolesterol yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit tidak
menular.
a. Peningkatan Tekanan Darah

6
Peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko
utama untuk penyakit jantung koroner, iskemik, dan stroke
hemoragik.Tingkat tekanan darah telah terbukti
berhubungan dengan risiko tersebut. Dikatakan dalam
beberapa kelompok usia, setiap kenaikan 20/10 mmHg
tekanan darah, mulai dari 115/75 mmHg meningkatkan
risiko dua kalilipat terkena penyakit kardiovaskuler.Selain
penyakit jantung koroner, iskemik, dan stroke, komplikasi
peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan gagal
jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal,
dan gangguan penglihatan. Mengontrol tekanan darah
sampai kurang dari 140/90 mmHg dikaitkan dengan
penurunan komplikasi kardiovaskuler.
b. Kelebihan Berat Badan
Obesitas memiliki efek metabolik yang buruk pada
tekanan darah, kolesterol, trigliserida, dan resistensi insulin.
Risiko penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan
diabetes mellitus tipe 2 terus meningkat seiring dengan
meningkatnya indeks massa tubuh (IMT). IMT yang
meningkat juga meningkatkan risiko kanker payudara,
kanker kolon, kanker prostat, kanker endometrium, kanker
ginjal, dan kanker hati. Untuk mencapai kesehatan optimal,
IMT rata-rata untuk populasi dewasa harus berada pada
isaran 21-23 kg/m2 , sedangkan bagi individu harus
menjaga IMT dalam kisaran 18.5-24.9 kg/m2 . Terdapat
peningkatan risiko penyakit penyerta untuk orang dengan
IMT 25-29.9 kg/m2 dan komorbiditas yang parah untuk
IMT lebih dari 30 kg/m2.
c. Kadar Glukosa Darah yang Tinggi
Diabetes bertanggung jawab untuk kematian 1,5
juta jiwa pada tahun 2012 dan 89 juta DALYs. Toleransi
glukosa yang terganggu, dan gangguan gula darah puasa
adalah kategori risiko untuk diabetes dan penyakit
kardiovaskuler.Orang dengan diabetes memiliki risiko dua

7
kali lipat terkena stroke.Diabetes juga menyebabkan
kegagalan ginjal pada banyak populasi.Amputasi tungkai
bawah meningkat 10 kali lebih umum pada orang dengan
diabetes.Diabetes juga merupakan penyebab utama
gangguan penglihatan dan kebutaan. Prevalensi
hiperglikemi bergantung pada kriteria diagnostik
epidemiologi, dikatakan nilai gula darah puasa ≥7.0
mmol/L (126 mg/dL) sudah cukup untuk mendiagnosis
diabetes.
d. Peningkatan Kadar Kolesterol
Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan risiko
penyakit jantung dan stroke. Secara umum, sepertiga dari
penyakit jantung iskemik disebabkan oleh kadar kolesterol
yang tinggi. Kolesterol yang tinggi diperkirakan
menyebabkan 2.6 juta kematian (4.5% dari total kematian)
dan 2.0% dari total DALYs

Untuk mengurangi dampak dari PTM pada individu dan masyarakat,


diperlukan pendekatan komprehensif dari semua sektor, termasuk kesehatan
keuangan, pendidikan, pertanian, perencanaan, dan lain-lain. Berbagai penyakit
tidak menular dapat dicegah dengan mengatasi faktor risiko yang terkait,
ditargetkan dengan kebijakan kesehatan formal dan informal dari inisiatif
pemerintah. Temuan kunci telah menggaris bawahi efektivitas kebijakan
pemerintah dalam mencegah penyakit tidak menular.

WHO dalam mengatasi dan mengendalikan penyakit tidak menular


mendukung negara-negara anggota untuk mengembangkan dan melaksanakan
kebijakan yang komprehensif dan terpadu.Komponen program pengendalian dan
pencegahan penyakit tidak menular tersebut adalah:

a. Pencegahan dan pengendalian penyakit kardiovaskuler


Solusi untuk penyakit kardiovaskuler adalah dengan
diet makanan yang sehat dan meningkatkan aktifitas fisik,
menghentikan merokok, dan mengetahui kemungkinan
risiko.

8
b. Pencegahan dan pengendalian kanker
Strategi kunci untuk pencegahan kanker adalah
dengan mengontrol merokok, promosi makanan sehat dan
aktivitas fisik yang cukup, proteksi terhadap agen infeksi
seperti dengan melakukan vaksinasi, mencegah konsumsi
alkohol yang berlebihan, dan menggurangi paparan terahap
radiasi dan agen karsinogenik lain, serta proteksi diri.
c. Pencegahan dan pengendalian penyakit pernapasan kronis
Fokus pencegahan pada penyakit pernapasan kronis
adalah pencegahan merokok, deteksi dini penyakit paru
yang berhubungan dengan paparan, pengaturan diet dan
nutrisi, memperhatikan kualitas udara yang dihirup, dan
memperhatikan kualitas pernapasan pada awal-awal
kehidupan.
d. Kontrol diabetes mellitus
Untuk membantu mencegah diabetes mellitus tipe 2
dan komplikasinya, dilakukan dengan cara mencapai dan
mempertahan kan berat badan yang ideal, melakukan
aktivitas fisik yang cukup, deteksi dini, pengobatan, dan
menghentikan rokok. Pengendalian diabetes dilakukan
dengan memberikan insulin, mengontrol tekanan darah,
merawat kaki apabila telah terjadi komplikasi, skrining dan
pengobatan retinopati, mengontrol kadar lipid darah.

Pengetahuan tentang faktor risiko menggambarkan lebih lengkap transisi


epidemiologi dan bagaimana untuk mengurangi faktor risiko di semua tingkat
pembangunan negara dengan penggunaan berbagai strategis. Meskipun perilaku
individu merupakan faktor penting dalam pola pengendalian faktor risiko untuk
penyakit menular, upaya untuk mengurangi merokok, konsumsi alkohol,
konsumsi makanan yang mengandung lemak trans, dan konsumsi garam
menunjukkan bahwa terdapat ruang melalui perumusan kebijakan dan
implementasi.

WHO mengusulkan beberapa intervensi untuk mencegah dan mengontrol


penyakit tidak menular, seperti untuk peningkatan pajak tembakau dan alkohol,

9
tempat kerja dan publik harus bebas dari asap rokok, memberi informasi
kesehatan dan peringatan, larangan klan rokok, promosi, dan sponsorships, akses
terbatas untuk alkohol, melarang iklan alkohol, mengurangi asupan garam dalam
makanan, penggantian lemak trans dengan lemak tidak jenuh ganda, dan
menyadarkan publik melalui media massa tentang diet dan aktivitas fisik.

1.2. Identifikasi Masalah


Salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini dalam pembangunan
kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu di satu pihak masih banyaknya
penyakit menular (infeksi) yang harus ditangani, dilain pihak semakin
meningkatnya angka kejadian penyakit tidak menular (PTM). Peningkatan
prevalensi PTM sendiri menjadi ancaman serius pembangunan negara dan
menjadi beban yang menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Salah satu strategi pemerintah untuk menekan PTM yaitu melalui


pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat. Upaya pengendalian PTM
dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat
yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Pos Pelayanan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu-PTM). Melalui program Posbindu-PTM angka PTM
dan faktor resiko PTM diharapkan dapat ditekan sesegera mungkin.

Tingginya angka kejadian penyakit tidak menular (PTM), khususnya pada


UPT Puskesmas II Denpasar Barat disebabkan karena kurangnya perhatian
terhadap PTM itu sendiri yang pada umumnya muncul tanpa disertai gejala
yang khas. Penyakit tidak menular umumnya dianggap enteng oleh karena
manifestasi gejalanya yang tidak spesifik. Penyakit tidak menular juga kadang
disepelekan karena pola pikir masyarakat bahwa PTM sendiri merupakan
penyakit yang secara wajar muncul dikarenakan bertambahnya usia. PTM
umumnya juga underdiagnosed sebagai common cold atau dikenal secara
awam dengan masuk angin atau tidak enak badan karena tidak adanya skrining
atau pemeriksaan yang tepat. Pengetahuan dan pencegahan PTM dengan pola
hidup sehat pun sangat rendah.
Upaya yang telah dilakukan oleh UPT Puskesmas II Denpasar Barat untuk
menurunkan angka kejadian PTM yaitu dengan promosi kesehatan yaitu

10
penyuluhan dan skrining melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu-PTM). Semenjak tahun 2016 ini penyuluhan dan
Posbindu-PTM mulai digalakkan di seluruh wilayah kerja UPT Puskesmas II
Denpasar Barat namun belum membuahkan kasil yang signifikan. Dikatakan
berdasarkan pengkajian dari pemegang program Posbindu-PTM sendiri, pola
hidup masyarakat sulit diubah dan sudah menjadi kebiasaan. Disamping itu
kesehatan dianggap hal nomor dua disamping pekerjaan. Pengetahuan akan
adanya peningkatan kejadian PTM dan komplikasinya umumnya diketahui
oleh masyarakat, namun belum sepenuhnya menyadari akibat dari masalah
kesehatan ini sehingga pola hidup sulit dirubah.
Melalui program Posbindu-PTM sendiri skrining PTM dilakukan dengan
harapan menekan angka PTM di Indonesia khususnya di wilayah kerja UPT
Puskesmas II Denpasar Barat, agar tidak menjadi beban kesehatan negara.
Kelurahan dauh puri sebagai banjar binaan dalam mini project ini, pernah
melaksanakan program Posbindu-PTM namun terhenti pada tahun 2017
hingga awal tahun 2018 dikarenakan kerusakan alat dan tidak adanya kader.
Pada awal tahun 2018 Kader Posbindu-PTM telah dibentuk dan mendapat
pembinaan bersama. Meskipun alat telah tersedia, namun pengetahuan
mengenai pelaksanaan Posbindu yang kurang menjadi kendala berjalannya
Posbindu-PTM di kelurahan dauh puri. Alat yang tersedia belum pun belum
digunakan secara benar.
Para Kader Posbindu-PTM di keluraha dauh puri diketahui belum memahami
secara penuh cara pemakaian alat, tujuan adanya Posbindu-PTM, sasaran
program Posbindu-PTM dan juga belum dapat menjelaskan pentingnya
skrining sehingga belum dapat menarik peserta di wilayahnya untuk
berpartisipasi. Para kader umumnya belum dapat mendata dan melakukan
wawancara kesehatan untuk kepentingan pendataan sehingga sasaran menjadi
kurang tepat dan tidak sesuai dengan sasaran Posbindu-PTM menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sasaran Posbindu-PTM juga
belum tepat, dikarenakan hampir 90% peserta adalah lansia, sehingga tujuan
skrining dan edukasi dini tidaklah tercapai.

Berdasarkan uraian masalah tersebut maka kami melaksanakan pembinaan


Posbindu-PTM, khususnya di kelurahan dauh puri secara efektif dengan

11
melihat masalah dan sasaran secara holistik. Masalah-masalah yang ada ini
juga menjadi perhatian kami dalam melaksanakan mini project ini dengan
harapan terlaksananya Posbindu-PTM sebagaimana menurut Kemenkes RI
sehingga persentase masyarakat yang menderita PTM khususnya di kelurahan
dauh puri diharapkan akan menurun.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan


penemuan dini faktor resiko penyakit tidak menular

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Terlaksananya Posbindu-PTM 5 pos di kelurahan dauh puri
secara benar Mengetahui fator resiko
2. Meningkatkan pengetahuan Kader Posbindu-PTM kelurahan
dauh puri mengenai Program Posbindu
3. Meningkatkan pengetahuan Kader Posbindu-PTM kelurahan
dauh puri mengenai cara melakukan skrining melalui wawancara
kesehatan

4. Meningkatkan pengetahuan Kader Posbindu-PTM kelurahan


dauh puri mengenai cara melakukan skrining melalui
peneriksaan kesehatan dan interpretasinya.
5. Meningkatkan kemampuan Kader Posbindu-PTM kelurahan dauh
puri mengenai cara melakukan edukasi kesehatan khususnya di
bidang PTM

1.4. Manfaat
1. Bagi Pasien dan Keluarganya
Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya dan faktor resikonya agar
tidak menimbulkan komplikasi yang berat.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan
terhadap Penyakit Tidak Menular ( PTM ) sehingga dapat
dicarikan solusinya.
3. Bagi Puskesmas

12
Sebagai sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap
Penyakit Tidak Menular ( PTM ) serta penanganannya sehingga
dapat mewujudkan suatu program layanan primer yang dapat
mengatasi permasalahan dalam penyakit ini.

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1. Strategi

Sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan posbindu penyakit


tidak menular ini, koordinasi dilakukan dengan petugas posbindu penyakit
tidak menular untuk menjadwalkan pemeriksaan kesehatan di tempat yang
terpilih. Penyuluh bertugas menyiapkan alat-alat pemeriksaan kesehatan
seperti: timbangan, meteran, sphygmomanometer digital, alat untuk cek
koleterol, asam urat dan gula darah. Memberikan kesempatan peserta untuk
konsultasi tentang hasil pemeriksaan kolesterol, asam urat dan gula darah.

2.2. Waktu dan Kegiatan

Posbindu dilaksanakan di Kantor Kelurahan Dauh Puri Denpasar,


yang beralamat di jalan Pulau Buru No. 40, Dauh Puri, Denpasar Barat
dimana waktu pelaksanaannya adalah pada tanggal 7 Februari 2019.
Posbindu dilakukan selama + 60 menit dari pukul 17.00 – 16.00 WITA.

13
2.3. Peserta

Peserta yang hadir yang berjumlah 24 orang.

2.4. Pelaksanaan Posbindu

Posbindu dilakukan dengan penimbangan berat badan, pengukuran


lingkar perut, pemeriksaan tensi darah serta pemeriksaan kadar kolesterol,
asam urat dan gula darah yang memakan waktu +40 menit. Setelah
pemeriksaan selesai, para peserta diberikan kesempatan untuk bertanya
kepada penyuluh mengenai hasil pemeriksaan kesehatan yang telah
diberikan, sesi tanya jawab berlangsung + 15 menit

2.5. Metode dan Media

Posbindu dilakukan dengan metode pemeriksaan langsung kadar


kolesterol, asam urat, dan gula darah peserta. Alat bantu yang digunakan
timbangan, meteran, sphygmomanometer, dan alat ukur kolesterol, asam
uratdan gula darah. Media yang digunakan hanya berupa penjelasan secara
lisan menggunakan alat bantu tersebut.

2.6. Proses Kegiatan

Penyuluh yaitu seorang dokter internship dan seorang petugas


puskesmas yang memegang program posbindu penyakit tidak menular tiba
di lokasi penyuluhan pukul 16.30 WITA, saat itu telah berkumpul para
peserta untuk mengikuti kegiatan posbindu ini. Posbindu dimulai dengan
perkenalan dokter sebagai penyuluh diikuti pemeriksaan berat badan, tensi
darah, lingkar perut dan kadar kolesterol, asam urat dan gula darah
menggunakan alat yang sudah disediakan oleh petugas.

14
Posbindu berlangsung secara rapi dan tertib, dimana para peserta
antri dengan sabar. Posbindu berlangsung secara interaktif, peserta tampak
sangat antusias melakukan pemeriksaan kesehatan, tidak jarang di sela-sela
pemeriksaan, peserta memberikan pertanyaan kepada penyuluh.

Setelah peneriksaan kesehatan selesai, peserta diberikan


kesempatan untuk bertanya. Beberapa peserta sangat bersemangat
melontarkan pertanyaan.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Program Posbindu Penyakit Tidak Menular Puskesmas Denbar II


dan Pembahasan
Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan
wawancara,pengukuran, pemeriksaan dan tindak lanjut. Wawancara
dilakukan untuk menelusuri faktor risiko perilaku seperti merokok,
konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stress.
Pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar
perut, dan tekanan darah.
Pemeriksaan faktor risiko PTM seperti gula darah sewaktu,
kolesterol total, trigliserida, pemeriksaan klinik payudara, IVA (Inspeksi
Visual Asam Asetat). Berdasarkan hasil wawancara, pengukuran dan
pemeriksaan dilakukan tindak lanjut berupa pembinaan secara terpadu
dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang cara
mengendalikan faktor risiko PTM melalui penyuluhan/ dialog interaktif

15
secara massal dan atau konseling faktor risiko secara terintegrasi pada
individu dengan faktor risiko, sesuai dengan kebutuhan masyarakat
termasuk rujukan sistematis dalam sistem pelayanan kesehatan paripurna.
Rujukan dilakukan dalam kerangka pelayanan kesehatan
berkelajutan (Continuum of Care) dari masyarakat hingga kefasilitas
pelayanan kesehatan dasar termasuk rujuk balik ke masyarakat untuk
pemantauannya.
Kegiatan posbindu PTM dalam situasi kondisi tertentu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Pelaksanaan
Posbindu PTM secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :

Proses Kegiatan Posbindu PTM


Pemeriksaan (satu persatu)
a. Pendaftaran
b. Wawancara oleh Petugas Pelaksana Posbindu PTM
c. Pengukuran TB,BB, IMT Lingkar perut, Analisa Lemak Tubuh
d. Pemeriksaan Tekanan darah, Gula darah, Kolesterol total, lain-lain
e. Identifikasi faktor risiko PTM, Konseling/Edukasi, serta tindak lanjut
lainnya.
f. Melakukan rujukan jika diperlukan
Sebelum dan setelah kegiatan Posbindu PTM dapat dilaksanakan kegiatan
bersama, seperti senam bersama, penyuluhan kesehatan tentang IVA dan CBE,
upaya berhenti merokok, gizi seimbang, dll. Evaluasi hasil pemeriksaan peserta
ditampilkan memalui tabel berikut.
NO VARIABEL EVALUASI JUMLAH (N=24)
1 Pre Hipertensi 8
2 Hipertensi 5
4 Diabetes Mellitus 0
5 Hiperkolesterolemia 6
6 Obesitas 1

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 24 peserta posbindu


PTM yang diperiksa tidak ditemukan penderita Diabetes Mellitus, hanya terdapat
satu peserta obesitas dan terdapat enam penderita hiperkolestrolemia. Hampir
setengah dari setengah dari jumlah peserta menderita pre-hipertensi dan
hipertensi, masing-masing delapan orang terukur pre-hipertensi dan lima orang
terdiagnosa hipertensi.

16
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Adapun beberapa simpulan yang dapat kami tarik dari pelaksanaan program
Posbindu, adalah sebagai berikut :

1. Posbindu kegiatan dari dan untuk masyarakat dalam melakukan kegiatan


deteksi dini dan pemantauan faktor resiko PTM (penyakit tidak menular)
Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik.
2. Kegiatan Posbindu bertujuan mencegah dan menemukan sedini mungkin
faktor resiko PTM serta memberikan informasi mengenai gaya hidup yang
baik dan gaya hidup yang harus dihindari.
3. Posbindu menyasar seluruh masyarakat berusia di atas 15 tahun yang
tinggal di kawasan kelurahan dauh puri.
4. Jenis Posbindu yang dilakukan di kelurahan dauh puri adalah jenis
Posbindu PTM Utama dikarenakan posbindu ini mampu menyediakan
fasilitas tambahan berupa pemeriksaan laboratorium cepat dan sederhana,
yakni pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol, dan asam urat

4.2 Saran

17
Kader dan petugas kesehatan yang aktif dalam bidang kesehatan
tidaklah cukup untuk memerangi beban kesehatan ganda, maka dari itu
peran serta petugas pemerintah terutama yang mengayomi masyarakat
langsung juga dibutuhkan. Selain kemampuan kader Posbind-PTM,
sosialisasi mengenai PTM dan pentingnya peran serta petugas
pemerintahan perlu lebih diperhatikan Pendekatan secara aktif kepada
keluarga dengan posyandu remaja.

18

Anda mungkin juga menyukai