LANGENSARI 2
Oleh:
Annisa Ratnaningtyas 26.06 1001 2012
Eltanin Vanriri 26.46 1100 2012
Hatfina Izzati 26.36 1076 2012
Lidia Dwi Putri 26.15 1024 2011
Putri Lathifa Annafi 26.36 1075 2012
Putry Nurul Fitriya 26.26 1051 2012
Trias MurniNugrahati 26.46 1101 2012
2016
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa penelitian ini bukan karya yang
pernah diajukan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka
(Penulis)
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pada hari :
Tanggal :
KATA PENGANTAR
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dalam
Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga penyusunan penelitian ini dapat lebih baik lagi. Besar harapan kami
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kami dan civitas akademika
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
asam (BTA) positif berisiko menularkan penyakit pada orang lainnya. Tahun
setiap tahun ada 9 juta penderita TBC baru dengan kematian 3 juta orang.
ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan
pencegahan.1
penduduk 210 juta pada tahun 2004, penyakit TBC menduduki tempat ke 3
terbesar didunia setelah China dan India. Dari hasil survey kesehatan rumah
1
2
pada semua golongan umur dan penyebab penyakit nomor satu pada
kasus untuk semua jenis TBC dan 282.000 kasus baru dengan BTA (+).
Indonesia terdapat 130 penderita TBC-Paru baru dengan BTA (+) dan
berpendidikan rendah.2
tuberkulosis.3
3
Indonesia, namun Rumah Sakit, Poliklinik dan praktek dokter masih sangat
(Cure rate) telah mencapai 87% dari target nasional 85%, namun cakupan
penemuan (Case detection rate) baru mencapai 10% dari target nasional 70%
TB paru yang terjadi, maka penelitian dalam bidang ini perlu dilakukan agar
B. Rumusan Masalah
paru, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu Adakah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Langensari 2
D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
3. Masyarakat
A. Tinjauan Pustaka
1. Tuberkulosis
a. Definisi
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya seperti kulit,
tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu
6
7
paru. TB paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh
b. Epidemiologi
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus
baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA
(Basil Tahan Asam) positif. Setiap detik ada satu orang yang
bila dilihat dari jumlah pendduduk, terdapat 182 kasus per 100.000
penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu
c. Etiologi
menjadi sarana diagnosis ideal untuk TB. Secara umum sifat kuman
mikron.
Neelsen.
Jensen, Ogawa.
ultraviolet
8) Dalam dahak pada suhu antara 30-37C akan mati dalam waktu
d. Cara penularan TB
dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah
BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur
dan foto toraks positif adalah 17%. Infeksi akan terjadi apabila orang
e. Patogenesis
(restitution ad integrum)
ke dalam usus.
meninggalkan cacat.
keluar.
(stellate shaped).
perjalanan penyembuhannya
f. Patologi
yang belum pernah terinfeksi ialah berupa sebukan sel radang, baik sel
dan menelan kuman yang baru terlepas. Jadi terdapat pertukaran sel
Sebagian sel epiteloid ini membentuk sel datia berinti banyak dan
sebagian sel datia ini berbentu sel datia Langhans (inti terletak
melingkar di tepi) dan sebagian berupa sel datia benda asing (inti
oleh sel limfosit, sel plasma, kapiler dan fibroblas. Di bagian tengan
16
g. Klasifikasi Tuberkulosis
dalam:
belum diperiksa
1) Kasus baru
18
surat rujukan/pindah
5) Kasus Gagal
19
6) Kasus kronik
7) Kasus bekas TB
lebih mendukung
gambaran radiologik
20
h. Diagnosis
1) Gambaran Klinik
a. Gejala respiratorik
22
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang
b. Gejala sistemik
- Demam
mediastinum.
cairan.
abscess.
- Bahan pemeriksasan
halus/BJH)
dengan cara:
(1) Mikroskopik
Mikroskopik negative
(1) Biakan
TB aktif :
(a) Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
pleura
negatif) :
atau dua paru dengan luas tidak lebih dari volume paru
pelaksanaannya.
diagnosis TB.
Mycodot
ICT
membran.
glukosa rendah
paru
perkejuan.
32
bersangkutan (M.tuberculosis).
Alternatif 1 :
i. Pengobatan Tuberkulosis
(1) Rifampisin
(2) INH
(3) Pirazinamid
(4) Streptomisin
(5) Etambutol
pirazinamid. 400 mg
(1) Kanamisin
(2) Kuinolon
Dosis OAT
minggu atau
BB > 60 kg :
600 mg
BB 40-60 kg :
450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
X semingggu,
BB 40-60 kg : 1 000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
2 X seminggu atau :
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
pengobatan.
menanganinya.
Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek
1) Isoniazid (INH)
38
(syndrom pellagra)
khusus
2) Rifampisin
diare
telah menghilang
3) Pirazinamid
4) Etambutol
5) Streptomisin
mual, sendi
Nyeri sakit perut Pyrazinami malam
Beri aspirin sebelum
/allopurinol
Kesemutan s/d rasa INH Beri vitamin B6
d tidur
Warna
terbakar kemerahan
di kaki pada Rifampisin Beri penjelasan, 100
(piridoksin)
diberi apa-apa
42
sem dihentikan
OAT sampai
Bingung dan muntah 2 Hampir Hentikan semua
ua OAT ikte
sem OAT
Gangguan penglihatan Ethambutol rik menghilang
Hentikan ethambutol
Purpura dan ua obat
Rifampisin & lakukan
Hentikan uji
Rifampisin
(syok)
Penanganan efek samping obat:
menjadi:
minimal
jadual.
makrolid
kemungkinan penyembuhan
a. Definisi
b. Tujuan
putus berobat dan segera mengatasi efek samping obat jika timbul,
c. Strategi DOTS
tuberkulosis.
49
bulan pertama.
laboratorium yang berfungsi baik untuk mendeteksi dari mulai awal, tindak
(10)
lanjutan dan menetapkan pengobatannya. Secara umum pemeriksaan
kasus tuberkulosis. Dalam hal ini, pada keadaan tertentu dapat dilakukan
Pemberian obat yang diawasi secara langsung, atau dikenal dengan istilah
menelan obatnya, dimana obat yang diberikan harus sesuai standard (3).
dimakan dengan kombinasi yang benar dan jangka waktu yang tepat.
tuberculosis. (9)
g. Penyediaan obat
Jaminan tersedianya obat secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu, sangat
yang baik, seperti misalnya jumlah kasus pada setiap kategori pengobatan,
data akurat stok masing-masing gudang yang ada, dan lain-lain. (7)
52
kemajuan pasien dan hasil pengobatan. Sistem ini terdiri dari daftar
Kemanapun pasien ini pergi, dia harus menggunakan kartu yang sama
kali. (7)
Di luar lima komponen penting ini, tentu juga ada beberapa kegiatan lain
Pengawasan dilakukan:
b) Petugas kesehatan
d) Suami/istri/keluarga/orang serumah
2) Penderita dirawat
Jika dirawat di RS, yang bertindak sebagai PMO adalah petugas RS.
c) Bersedia dilatih.
dan 6 pengobatan.
secara teratur.
(8; 4)
j. DOTS Plus
yang kurang baik oleh petugas kesehatan dan lemahnya sistem kontrol
terhadap penderita.
DOTS Plus.
Pada tahun 1998, WHO dan beberapa organisasi lain di seluruh dunia
Plus masih perlu ditelaah terlebih dulu, baik dari sudut epidemiologi
managemen yang cukup rumit dan juga biaya yang tinggi untuk
pelaksanaannya. (7)
57
B. KERANGKA TEORI
Perilaku :
Kontak
langsung
dengan
penderita TB
paru
Kebiasaan
merokok
Kebiasaan
meludah Faktor ekonomi
Tidak menutup Status gizi
Lingkungan : mulut saat Pendapatan
Kepadatan batuk
hunian
Kriteria rumah
sehat
TB Paru BTA
(+)
C. KERANGKA KONSEP
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian deskriftif analitik, yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang sutu
keadaan secara lebih objektif. Model pendekatan subjek yang digunakan cross sectional
yaitu rancangan penelitian berupa pengamatan dan pengukuran yang dilakukan dalam sekali
waktu saja.
Teknik pengambilan sample yang digunakan di dalam penelitian ini dengan cara Total
Sampling, yaitu pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi
sampel sehingga besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 35 orang
(Alimul, 2007). Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan lembar kuisioner. Data primer
adalah data yang diperoleh oleh peneliti dari hasil pengukuran, pengamatan, survey dan lain-
lain.
1. Waktu penelitian
2. Tempat penelitian
a) Desa Langensari
b) Desa Waringinsari
c) Desa Muktisari
59
60
d) Desa Rejasari
1. Populasi Target
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah warga yang berada di
2. Sample Penelitian
Warga lingkungan langensari 2 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk
kriteria eksklusi.
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling untuk
mengetahui proporsi angka kejadian TB Paru dan faktor-faktor yang berperan untuk
terjadinya TB paru.
F. Variabel Penelitian
Kejadian TB Paru
Ket :
: Di teliti : Tidak diteliti
Variable bebas (Independent) adalah variabel yang menjadi sebab atau berubah /
mempengaruhi suatu variabel lain. Dalam pebelitian ini Variabel Independent adalah
karakteristik indivudu meliputi umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Faktor intrinsik
G. Definisi Operasional
Variabel Independent
penelitian
63
dilakukan
kartu identitas
terjadinya kimia.
lingkungan yang
berdebu, adanya
paparan partikel
kimia.
paparan asap
rokok
anggota keluarga
dengan
menggunakan alat
ukur meteran
standar (Corwin,
2009).
langsung dengan
penderita TB
(+).
orang melakukan
penginderaan
terhadap suatu
objek tertentu
(Notoatmodjo,
2002).
untuk melakukan
pencegahan
penularan TB
paru di rumah
Variabel Dependent
kuman TB mikroskopis
Tuberculosis 3 kali
(Pedoman pemeriksaan
nasional mikroskopis
rontgen dada
menunjukkan
gambaran
tuberkulosis aktif.
2. Suspek TB Paru
BTA (-):
Pemeriksaan 3
spesimen dahak
dada
menunjukkan
gambaran
tuberkulosis aktif.
H. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dan bercakapcakap
a. Kuesioner
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau
b. Observasi
Digunakan untuk mengamati atau mengukur dan mencatat kejadian yang sedang
2. Data Sekunder
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari lembar kuesioner yang ada maka dilakukan pengolahan
sebagai berikut:
a. Editing
Yaitu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.
terlebih dahulu.
b. Coding
c. Processing
kedalam program atau Software computer yaitu paket program SPSS for
window.
d. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden dimasukkan, perlu
2. Analisis Data
a) Analisis Univariat
karateristik setiap variable penelitian. Untuk data numerik digunakan nilai mean
HASIL PENELITIAN
angka kejadian TB paru pada wilayah kerja Puskesmas Langensari 2. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 30 orang. Dari jumlah tersebut semua responden yang dijadikan sampel
berhasil dihimpun datanya secara lengkap melalui penyebaran angket (kuesioner). Hasil
penelitian telah dianalisis dalam dua bagian, yaitu : 1) Analisis univariat yang
A. Analisis Univariat
primer dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner serta
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi
69
70
Jumlah
Umur
N %
< 43 tahun 15 50
> 43 tahun 15 50
Jumlah 30 100
Berdasarkan distribusi tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa menurut umur < 43
tahun sebanyak 15 orang atau 50% dan yang > 43 tahun sebanyak 15 orang atau 50%.
2. Jenis Kelamin
Jumlah
Jenis Kelamin
n %
Lakilaki 17 57
Perempuan 13 43
Jumlah 30 100
menurut jenis kelamin yang terendah adalah perempuan sebanyak 13 atau 43% dan
3. Pekerjaan
Jika penderita bekerja di lingkungan yang berdebu, ada paparan partikel debu dan
zat kimia yang dapat mengganggu sistem saluran pernafasan maka termasuk pada
katagori ada paparan. Apabila penderita tidak bekerja di lingkungan yang berdebu,
tidak ada paparan debu dan zat kimia maka termasuk kategori tidak ada paparan.
Distribusi responden menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3.
Puskesmas Langensari 2
Jumlah
Jenis Pekerjaan
n %
Beresiko 6 20
Tidak Beresiko 24 80
Jumlah 30 100
Berdasarkan distribusi tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa jenis pekerjaan yang
beresiko sebanyak 6 orang atau 20% dan yang tidak beresiko sebanyak 24 orang atau
80%.
4. Kebiasaan Merokok
Jika responden atau salah satu anggota keluarga ada yang melakukan kebiasaan
merokok, maka tidak memenuhi syarat begitu juga sebaliknya, apabila tidak ada
Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan Paparan Asap Rokok di Wilayah Kerja
Puskesmas Langensari 2.
Jumlah
Kebiasaan Merokok
n %
Terpapar 14 46.7
Tidak terpapar 16 53.3
Jumlah 30 100
terpapar asap rokok sebanyak 14 orang atau 46,7% dan kebiasaan tidak merokok
5. Kepadatan Hunian
menurut kepadatan hunian rumah, yang dapat dilihat pada tabel 4.5
Berdasarkan distribusi tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa kepadatan hunian yang
padat sebanyak 16 atau 53,3% dan tidak padat hunian sebanyak 14 atau 46,7%.
73
6. Kontak Langsung
Dalam variabel kontak langsung dikatakan ada kontak apabila pasien pernah
kontak langsung dengan orang lain yang menderita TB Paru dengan BTA (+) dan
tidak ada kontak apabila pasien tidak pernah kontak langsung dengan orang lain yang
Puskesmas Langensari 2
Jumlah
Kontak Langsung
n %
Ada Kontak 24 80
Tidak Ada Kontak 6 20
Jumlah 30 100
Berdasarkan distribusi tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa ada kontak langsung
dengan penderita sebanyak 24 orang atau 80% dan tidak adanya kontak langsung
7. Perilaku
Langensari 2
Jumlah
Perilaku
n %
Baik 12 40
Tidak Baik 18 60
Jumlah 30 100
74
Berdasarkan distribusi tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian
yang dilakukan diketahui sampel yang berperilaku baik sebanyak 12 orang atau 40%
dan sampel dengan perilaku tidak baik sebanyak 18 orang atau 60%.
8. Pengetahuan
Langensari 2
Pengetahuan Jumlah
Responden n %
Baik 14 46.7
Tidak baik 16 53.3
Jumlah 30 100
yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 16 orang atau 53,3% dan pengetahuan baik
PEMBAHASAN
kontak langsung, perilaku, dan pengetahuan. Maka setelah dilakukan uji analisis
dengan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis statistic SPSS versi `6 yang
1. Umur
Langensari 2 untuk kriteria umr penderita TB paru dibagi menjadi 2 yaitu <45 tahun
dan >45 tahun dari jumlah sampel sebanyak 30 responden, bahwa usia <45 tahun
yang terdapat TB Paru sebanyak 15 orang (50%) dan >45 tahun sebanyak 15 orang
(50%).
bahwa di Indonesia sebagian besar penderita TB paru sebesar 75% adalah penduduk
75
76
Secara umum, diungkapkan oleh Naga (2012) bahwa tingkat atau derajat
penularan penyakit ini tergantung pada banyaknya basil tuberculosis dalam sputum,
virulensi atas, basil dan peluang adanya pencemaran udara dari batuk, bersin dan
berbicara keras. Dan penyakit ini sangat peka dan tidak pandang bulu pada segala
2. Jenis Kelamin
Langensari 2 untuk kriteria jenis kelamin penderita TB paru dibagi menjadi 2 yaitu
perempuan dan laki-laki dari jumlah sampel sebanyak 30 responden, bahwa laki-laki
dengan TB Paru sebanyak 17 orang (57%) dan perempuan sebanyak 13 orang (43%).
Hal ini seperti yang dipemukan oleh Versitaria dan Kusnoputranto (2011)
variable jenis kelamin memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian TB paru
(nilai p = 0,036). Dan juga penelitian dari Nurhana dkk (2007), menunjukkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian TB paru. Penilitian
dilakukan oleh Widjanarko dkk (2006) bahwa tidak terdapat hubungan yang bemakna
antara jenis kelamin dengan kejadian TB paru (p = 0,696). Hasil pengamatan yang
ditemukan oleh Manalu (2010) penderita TB paru mempunyai kebiasaan sering tidak
menutup mulut pada saat batuk, yang dapat membuat penularan TB pada orang-orang
yang sehat disekitarnya serta peningkatan kasus TB paru dipengaruhi oleh daya tahan
Hasil penelitian ini seperti yang diungkapkan oleh Naga (2012) bahwa pada
yang dapat menurunkan system pertahanan tubuh. Sehingga wajar bila perokok dan
peminum alcohol sering disebut sebagai agen dari penyakit TB paru. Perbedaan
insiden menurut jenis kelamin seperti yang dikemukakan oleh Noor (2008) dapat
timbul karena bentuk anatomis, bentuk fisiologis dan system hormonal yang berbeda.
3. Pekerjaan
beresiko dan tidak beresiko dari jumlah sampel sebanyak 30 responden, bahwa
pekerjaan yang beresiko terdapat TB Paru sebanyak 6 orang (20%) dan tidak beresiko
paru adalah status ekonomi. Pekerjaan merupakan suatu aktifitas yang dilakukan
untuk mencari nafkah, faktor lingkungan kerja yang buruk dapat mendorong
4. Kebiasaan Merokok
yaitu ada paparan asap rokok dan tidak terpapar asap rokok dari jumlah sampel
sebanyak 30 responden, bahwa ada paparan asap rokok terdapat TB Paru sebanyak 14
orang (46,7%) dan tidak terpapar asap rokok sebanyak 16 orang (53,3%).
clearance selain itu asap rokok juga akan meningkatkan airway resistance serta
permeabilitas epitel paru dan merusak gerak sillia, makrofag meningkatkan sintesis
5. Pengetahuan
baik dan tidak baik dari jumlah sampel sebanyak 30 responden, bahwa pengetahuan
baik terdapat TB Paru sebanyak 14 orang (46,7%) dan pengetahuan tidak baik
Penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Niko tahun 2011
di Kota Solok yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat
6. Kepadatan Hunian
yaitu padat hunian dan tidak padat hunian dari jumlah sampel sebanyak 30 responden,
bahwa kepadatan hunian yang padat yang terdapat TB Paru sebanyak 16 orang
luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya
luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya
agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan
kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit
infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Persyaratan
kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m2/orang. Luas
minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang
tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10 m2/orang, untuk kamar tidur
Sesuai hasil observasi yang peneliti lakukan jumlah anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah itu tidak menetap, karena biasanya sebagian dari anggota
keluarga mereka ada yang bekerja di luar kota. Sehingga dalam satu rumah tidak
kuman TB Paru dapat ditularkan lewat media udara sehingga jika rumah padat
penghuni kuman ini mudah sekali menular. Jika rumah tidak padat maka sirkulasi
udara menjadi lancar sehingga pasien dan anggota keluarga yang lain bisa menjaga
penularan TB Paru.
dan perkembangan kuman di dalam rumah, karena itu jika di dalam rumah
mempunyai penghuni yang lebih maka kelembaban udara dan suhu udara akan
rumah.
7. Perilaku
Langensari 2 untuk kriteria perilaku penderita TB paru dibagi menjadi 2 yaitu baik
dan tidak baik dari jumlah sampel sebanyak 30 responden, bahwa perilaku baik yang
terdapat TB Paru sebanyak 12 orang (40%) dan perilaku tidak baik sebanyak 18
orang (60%).
sikap (attitude)- praktik (practice) atau KAP (PSP). Beberapa penelitian telah
membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses
tersebut tidak selalu seperti teori diatas (KAP). Jadi walaupun pengetahuan dan sikap
masih negative, itu tidak menutup kemungkinan tindakan yang dihasilkan malah
memakai tisu atau sapu tangan saat batuk, serta tindakan untuk menyempatkan waktu
untuk olahraga. Tindakan yang masih kurang ini dapat menjadi salah satu sumber
penularan, sehingga mata rantai penyakit tuberculosis ini sulit untuk diputuskan. Dan
untuk itu, tindakan yang baik harus ditingkatkan dengan cara masyarakat haruslah
lebih sering dipaparkan dengan bagaimana, apa dan dampak dari penyakit
yaitu kontak langsung dan tidak ada kontak langsung dari jumlah sampel sebanyak 30
responden, bahwa kontak langsung yang terdapat TB Paru sebanyak 24 orang (80%)
Riwayat penularan anggota keluarga jika ada yang menderita TB Paru akan
mampu menularkan dari keluarga yang tidak ada yang menderita TB Paru. Riwayat
kontak penderita dalam satu keluarga dengan anggota keluarga yang lain yang sedang
menderita TB Paru merupakan hal yang sangat penting karena kuman Mycobacterium
Tuberkulosis sebagai etiologi TB Paru adalah memiliki ukuran yang sangat kecil,
bersifat aerob dan mampu bertahan hidup dalam sputum yang kering atau ekskreta
lain dan sangat mudah menular melalui ekskresi inhalasi baik melalui nafas, batuk,
82
bersin ataupun berbicara (droplet infection). Sehingga adanya anggota keluarga yang
menderita TB Paru aktif, maka seluruh anggota keluarga yang lain akan rentan
dengan kejadian TB Paru termasuk juga anggota keluarga dekat. Riwayat kontak
anggota keluarga yang serumah atau kontak langsung dengan tetangga yang
menderita TB Paru dan terjadi kontak lebih dari atau sama dengan 3 bulan berisiko
dan makin erat kontak makin besar resikonya. Oleh karenanya kontak langsung
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dikatakan bahwa dengan adanya
penderita BTA (+) bisa menjadi sumber penularan yang potensial terhadap
lingkungan sekitarnya. Agar penderita BTA (+) ini tidak lagi menjadi sumber
Penelitian ini tidak sejalan dengan Penelitian yang dilakukan Rungu tahun
Sidomulyo Kota Samarinda menunjukkan bahwa kontak langsung tidak ada pengaruh
B. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan peneliti dalam hal dana, waktu, dan tenaga maka variabel
kebun, dan lainlain) dan ada beberapa pasien yang tinggal di luar kota
untuk bekerja.
3. Pada saat mencari alamat rumah pasien, peneliti sering kali tersesat dan
A. Kesimpulan
responden berusia < 43 tahun dan 15 responden berusia 43 tahun, sebagian besar
berjenis kelamin perempuan (57%) dan laki-laki (43%), memiliki pekerjaan yang
Paru yang tidak baik dan 60% memiliki perilaku terhadap penularan TB Paru yang
tidak baik
responden memiliki tempat tinggal padat huni dan 80% memiliki kontak langsung
B. Saran
a. Dinas Kesehatan: Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan sebagai upaya
program yang bertujuan untuk mengatasi dan mengurangi jumlah penderita TB Paru
84
85
1. Depkes, RI. pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Jakarta : s.n., 2002. cetakan
ke-8.
3. RI, Depkes. Buku petunjuk survei dasar tentang perumahan dan lingkungannya serta
www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html.
www.tbindonesia.or.id/pdf/TBProfile/banten.pdf.
7. TY, Aditama. DOTS & DOTS Plus. Surakarta : Temu Ilmiah Respirologi, 2001.
Respirologi, 2001.
9. [Online] www.who.int/gtb/policyrd/DOTS.htm.
11. Depkes, RI. Rumah sakit merupakan mata rantai penting dalam penanggulangan TBC.
s.n., 2002.
86
87
14. Jateng, Dinkes Prov. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009. Semarang :
15. Rome III Diagnostic Questionnaire for the adult Functional GI Disorders (Including