Critical Appraisal
Disusun oleh :
Kelompok 2
Pembimbing :
Skenario
Pasien G2P1A0 hamil 29 minggu datang ke Puskesmas Gambir untuk kontrol kehamilan
trimester ke III. Pasien mengeluh sering merasa pusing dan mudah lelah. Os juga merasakan
badan terkadang terasa sakit dan sering ingin BAK. Pasien mengaku jarang mengkonsumsi
sayur - sayuran karena pasien kurang menyukai sayuran. Pasien juga mengaku lebih
menyukai makan buah-buahan. Selama kehamilan pasien rutin kontrol di bidan Puskesmas
Gambir. Keluhan mules mules yang sering dan kuat belum dirasakan pasien. Pasien
khawatir mengenai kesehatan pasien dan anaknya. Pasien merasa sakit yang diderita saat ini
tidaklah berat dan dapat sembuh dengan pertolongan dokter. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb pasien dibawah normal. Lalu pasien didiagnosa Anemia oleh petugas
kesehatan di Puskesmas.
PICO
Population : Wanita hamil 33 tahun dengan anemia
Intervention : Intravenous Iron Sucrose
Comparison : Intramuscular Iron Sorbitol
Outcomes :Terapi dengan Intraveous Iron Sucrose lebih efektif dibandingkan dengan
Intramuscular Iron Sorbitol dalam mengatasi anemia dalam kehamilan
Pencarian bukti ilmiah
Alamat website : http:// web.ebscohost.com
Kata kunci : Intravenous Iron AND Intramuscular Iron AND Anemia in Pregnancy
Limitasi : 2012 2017
Hasil Pencarian : 14
1
REVIEW JURNAL
ABSTRACT
Aims and Objectives To compare the efficacy, safety, and rate of response of intravenous iron
sucrose and intramuscular iron sorbitol therapy for anemia during pregnancy. Material and
Methods 100 antenatal cases of gestational age 1432 weeks were included in this
prospective study. Cases were randomly divided into two groups. Group A, having 50 cases
received intravenous iron sucrose, and 50 cases in Group B received intramuscular iron
sorbitol. Response to therapy in both groups was studied and compared. Results The mean
pretherapy hemoglobin in group A was 6.49 gm/dl and in group B was 6.48 gm/dl. The rise in
hemoglobin after 4 weeks of starting therapy was 3.52 gm/dl in group A and 2.33 gm/dl in
group B. The difference was statistically significant (P\0.01). The mean time taken to achieve
target hemoglobin (C11 gm/dl) was 6.37 weeks in group A and 9.04 weeks in group B. In
group A, 8 % (four) cases had grade I adverse effects. In group B, 24 %(12) cases had grade I
adverse effects. The difference was statistically significant (P = 0.027). In both the groups, no
case discontinued the therapy.
Conclusion : Intravenous iron sucrose is safe, convenient, more effective, and faster acting
therapy than intramuscular iron sorbitol therapy for treating moderate to severe anemia
during pregnancy.
2
Critical Appraisal: ARTIKEL TERAPI
Validity
Ya, Ada analisis yang dilakukan selama 4 sampai 8 minggu, tetapi tidak dilakukan
randomisasi berdasarkan jurnal tersebut.
3
3. Mengidentifikasi ada tidaknya blinding pada pasien, klinisi, dan peneliti
Tidak ada
Ya, Adanya persamaan perlakuan pada kedua kelompok selain perlakuan eksperimen
4
Importance
Tidak ada
Pengobatan Kenaikan Hb Jumlah
Kenaikan Hb
Iron Sucrose 42 (a) 8 (b) 50
Total 59 41 100
5
Applicability
1. Menentukan kemungkinan penerapan pada pasien (spectrum pasien dan setting)
Pada kasus wanita hamil usia 33 tahun anemia dengan diberi intravenous iron
sucrose dapat menaikan Hb dan lebih efektif dibandingkan dengan pemberian
intramuscular iron sorbitol. Pada kasus ini terapi tidak dapat diterapkan dikarenakan
belum ada sediaan intravenous iron sucrose maupun intramuscular iron sorbitol di
Indonesia.
Tidak terdapat penjelasan mengenai biaya dalam jurnal tersebut. Dalam jurnal
tersebut terbukti kedua obat tersebut bermanfaat dalam perbaikan anemia, tetapi lebih
efektif intravenous iron sucrose.