Anda di halaman 1dari 16

Hukum Newton dan Gerak Benda

hari almakky Tuesday, June 2, 2015 fisika

Setiap benda yang bergerak disebabkan karena ada gaya yang


bekerja padanya. Gaya yang bekerja tersebut bisa terdiri dari satu gaya dan bisa juga resultan
dari beberapa gaya. Gaya gaya yang bekerja pada benda tersebut akan menimbulkan
percepatan pada benda sehingga menyebabkan gerak dan perubahan kecepatan. Newton
membuat perumusan mengenai gerak yang dialami oleh benda sebagai berikut: Setiap benda
akan bergerak lurus beraturan atau diam untuk selamanya jika tidak ada resultan gaya yang
bekerja pada benda tersebut. Pernyataan yang dikeluarkan oleh Newton ini dikenal dengan
hukum kelembaman (Hukum I Newton). Sifat lembam ini dikatakan sebagai sifat benda yang
selalu mempertahankan keadaanya. Sebagai contoh yang paling mudah adalah ketika kita naik
kendaraan dimana saat kendaraan bergerak maju kita akan terdorong ke belakang dan jika
kendaraan direm maka kita akan terdorong ke depan.

Dari pernyataan Newton tersebut dapat kita simpulkan bahwa jika ada sebuah benda terletak
diam di suatu tempat, maka benda ini akan diam selamanya sampai ada pengaruh gaya yang
menyebabkan ia bergerak. Begitu juga jika sebuah benda itu dalam keadaan bergerak maka ia
akan bergerak terus selamanya selagi tidak ada gaya yang menghalangi gerak itu. Andaikan kita
memiliki bola dan lantai datar yang licin tanpa ada gesekan dan tanpa ada hambatan angin atau
yang lainnya, kemudian bola ini kita gelindingkan maka bola ini akan menggelinding selama-
lamanya. Masalahnya apa ada di dunia ini benda yang tidak dipengaruhi sama sekali oleh gaya?
Berkaitan dengan gaya yang bekerja pada benda ini kemudian Newton mengeluarkan pernyataan
yang sering dikenal dengan Hukum II Newton sebagai berikut: Percepatan yang ditimbulkan
oleh gaya yang bekerja pada sebuah benda berbanding lurus dengan besarnya gaya itu, searah
dengan gaya itu dan berbanding terbalik dengan massa benda. Secara matematis pernyataan
Newton ini dapat dituliskan sebagai berikut:

a=F/m

dimana:
a = percepatan yang dialami benda yang dikenai gaya (m/s2)
F = Gaya yang bekerja pada benda (Newton)
m = Massa benda (Kg)

Karena gaya bekerja pada benda bisa lebih dari satu gaya maka F ini merupakan sigma atau
resultan dari semua gaya-gaya yang bekerja. Karena itu dapat juga rumus di atas ditulis sebagai
berikut:
a=F/m

Jika kita melihat pola rumus di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa semakin besar gaya yang
bekerja pada benda semakin besar pula percepatan yang akan ditimbulkannya pada benda
tersebut. Sebaliknya jika gaya yang bekerja semakin kecil maka percepatan benda akan semakin
kecil. Pola rumus di atas juga bisa kita ubah seperti berikut:

F = m . a atau m=F/a

Sebagai contoh dapat kita lihat persolan berikut ini:


Sebuah benda yang bermassa 10 kg awalnya diam, kemudian ditarik dengan gaya horizontal
sebesar 100 Newton. Jika gaya lain diabaikan, berapakah percepatan yang dialami oleh benda
tersebut? Berapakah kecepatannya setelah ditarik selama 10 detik? Berapakah jarak yang
ditempuhnya dalam waktu itu?
Penyelesaian:
Dik :
m = 10 kg
F = 100 N
t = 10 detik
Vo = 0 (karena benda awalnya dalam keadaan diam)

Dit :
a. Percepatan (a) yang dialami benda?
b. V benda setelah ditarik 10 detik?
c. S yang ditempuh benda dalam waktu 10 detik?
Jawab :
a =F/m
= 100 / 10
= 10 m/s2

Vt = Vo + a.t
= 0 + 10.10
= 100 m/s

St = So + Vo.t + .a.t2
= 0 + 0 + . 10. 102
= 500 meter

Selain pernyataan di atas Newton juga mengeluarkan sebuah pernyataan tentang Aksi dan Reaksi
sebagai berikut "Jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda yang kedua
ini akan mengerjakan gaya pada benda yang pertama yang besarnya sama dengan yang
diterima tapi arahnya berlawanan". Pernyataan ini lebih dikenal dengan Hukum III Newton atau
hukum aksi reaksi. Menurut Newton jika kita memberikan gaya (aksi) kepada sebuah benda,
maka benda tersebut akan memberikan gaya perlawanan (reaksi) sebesar gaya yang kita berikan.
Pernyataan Newton ini dapat dirumuskan secara matematis seperti berikut:
F aksi = - F reaksi
Dimana tanda negatif menandakan bahwa gaya reaksi yang diberikan oleh benda selalu
berlawanan arah dengan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Untuk memperdalam silahkan
anda pelajari soal soal latihan yang berkaitan dengan hukum newton dengan mengklik kategori
posting atau menu fisika.
Pengantar

Dalam Hukum I Newton, kita telah belajar bahwa jika tidak ada gaya total yang bekerja pada
sebuah benda, maka benda tersebut akan tetap diam, atau jika benda tersebut sedang bergerak
maka benda tersebut tetap bergerak dengan laju tetap pada lintasan lurus. Apa yang terjadi jika
gaya total tidak sama dengan nol ? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, apakah anda sudah
memahami pengertian gaya total ? Jika belum, silahkan pahami penjelasan gurumuda berikut
ini. Selamat belajar Hukum II Newton, semoga sukses sampai di tempat tujuan semoga
Hukum Newton semakin dekat di hati anda

Pengertian Gaya Total

Seperti apakah gaya total itu ? Misalnya kita mendorong sekeping uang logam di atas meja;
setelah bergerak, uang logam yang didorong tersebut berhenti. Ketika kita mendorong uang
logam tadi, kita memberikan gaya berupa dorongan sehingga uang logam begerak. Nah, selain
gaya dorongan kita, pada logam tersebut bekerja juga gaya gesekan udara dan gaya gesekan
antara permukaan bawah uang logam dan permukaan meja, yang arahnya berlawanan dengan
arah gaya dorongan kita. Apabila jumlah selisih antara kekuatan dorongan kita (Gaya dorong)
dan gaya gesekan (baik gaya gesekan udara maupun gaya gesekan antara permukaan logam dan
meja) adalah nol, maka uang logam berhenti bergerak/diam. Jika selisih antara gaya dorong yang
kita berikan dengan gaya gesekan tidak nol, maka uang logam tersebut akan tetap bergerak.
Selisih antara gaya dorong dan gaya gesekan tersebut dinamakan gaya total. Semoga ilustrasi
sederhana ini bisa membantu anda memahami pengertian gaya total.

Hukum II Newton

Sekarang kita kembali ke pertanyaan awal pada bagian pengantar. Apa yang terjadi jika gaya
total yang bekerja pada benda tidak sama dengan nol ? Newton mengatakan bahwa jika pada
sebuah benda diberikan gaya total atau dengan kata lain, terdapat gaya total yang bekerja pada
sebuah benda, maka benda yang diam akan bergerak, demikian juga benda yang sedang bergerak
bertambah kelajuannya. Apabila arah gaya total berlawanan dengan arah gerak benda, maka gaya
tersebut akan mengurangi laju gerak benda. Apabila arah gaya total berbeda dengan arah gerak
benda maka arah kecepatan benda tersebut berubah dan mungkin besarnya juga berubah. Karena
perubahan kecepatan merupakan percepatan maka kita dapat menyimpulkan bahwa gaya total
yang bekerja pada benda menyebabkan benda tersebut mengalami percepatan. Arah percepatan
tersebut sama dengan arah gaya total. Jika besar gaya total tetap atau tidak berubah, maka besar
percepatan yang dialami benda juga tetap alias tidak berubah.

Bagaimana hubungan antara Percepatan dan Gaya ? Pernahkah anda mendorong sesuatu ?
mungkin motor yang mogok atau gerobak sampah jika belum pernah mendorong sesuatu
seumur hidup anda, gurumuda menyarankan agar sebaiknya anda berlatih mendorong. Tapi
jangan mendorong mobil orang lain yang sedang diparkir, apalagi mendorong teman anda hingga
jatuh. Ok, kembali ke dorong

Bayangkanlah anda mendorong sebuah gerobak sampah yang bau-nya menyengat. Usahakan
sampai gerobak tersebut bergerak. Nah, ketika gerobak bergerak, kita dapat mengatakan bahwa
terdapat gaya total yang bekerja pada gerobak itu. Silahkan dorong gerobak sampah itu dengan
gaya tetap selama 30 detik. Ketika anda mendorong gerobak tersebut dengan gaya tetap selama
30 menit, tampak bahwa gerobak yang tadinya diam, sekarang bergerak dengan laju tertentu,
anggap saja 4 km/jam. Sekarang, doronglah gerobak tersebut dengan gaya dua kali lebih besar
(gerobaknya didiamin dulu). Apa yang anda amati ? wah, gawat kalau belajar sambil
ngelamun Jika anda mendorong gerobak sampah dengan gaya dua kali lipat, maka gerobak
tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat dibandingkan sebelumnya.
Percepatan gerak gerobak dua kali lebih besar. Apabila anda mendorong gerobak dengan gaya
lima kali lebih besar, maka percepatan gerobak juga bertambah lima kali lipat. Demikian
seterusnya. Kita bisa menyimpulkan bahwa percepatan berbanding lurus dengan gaya total yang
bekerja pada benda.

Seandainya percobaan mendorong gerobak sampah diulangi. Percobaan pertama, kita


menggunakan gerobak yang terbuat dari kayu, sedangkan percobaan kedua kita menggunakan
gerobak yang terbuat dari besi dan lebih berat. Jika anda mendorong gerobak besi dengan gaya
dua kali lipat, apakah gerobak tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat
dibandingkan gerobak sebelumnya yang terbuat dari kayu ?

Tentu saja tidak karena percepatan juga bergantung pada massa benda. Anda dapat
membuktikannya sendiri dengan melakukan percobaan di atas. Jika anda mendorong gerobak
sampah yang terbuat dari sampah dengan gaya yang sama ketika anda mendorong gerobak yang
terbuat dari kayu, makaakan terlihat bahwa percepatan gerobak besi lebih kecil. Apabila gaya
total yang bekerja pada benda tersebut sama, maka makin besar massa benda, makin kecil
percepatannya, sebaliknya makin kecil massa benda makin besar percepatannya.

Hubungan ini dikemas oleh eyang Newton dalam Hukum-nya yang laris manis di sekolah, yakni
Hukum II Newton tentang Gerak :

Jika suatu gaya total bekerja pada benda, maka benda akan mengalami percepatan, di
mana arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Vektor gaya
total sama dengan massa benda dikalikan dengan percepatan benda.

m adalah massa benda dan a adalah (vektor) percepatannya. Jika persamaan di atas ditulis dalam
bentuk a = F/m, tampak bahwa percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan resultan gaya
yang bekerja padanya dan arahnya sejajar dengan gaya tersebut. Tampak juga bahwa percepatan
berbanding terbalik dengan massa benda.

Jadi apabila tidak ada gaya total alias resultan gaya yang bekerja pada benda maka benda akan
diam apabila benda tersebut sedang diam; atau benda tersebut bergerak dengan kecepatan tetap,
jika benda sedang bergerak. Ini merupakan bunyi Hukum I Newton.

Setiap gaya F merupakan vektor yang memiliki besar dan arah. Persamaan hukum II Newton di
atas dapat ditulis dalam bentuk komponen pada koordinat xyz alias koordinat tiga dimensi,
antara lain :
Satuan massa adalah kilogram, satuan percepatan adalah kilogram meter per sekon kuadrat (kg
m/s2). Satuan Gaya dalam Sistem Internasional adalah kg m/s2. Nama lain satuan ini adalah
Newton; diberikan untuk menghargai jasa eyang Isaac Newton. Satuan-satuan tersebut merupaka
satuan Sistem Internasional (SI). Dengan kata lain, satu Newton adalah gaya total yang
diperlukan untuk memberikan percepatan sebesar 1 m/s2 kepada massa 1 kg. Hal ini berarti 1
Newton = 1 kg m/s2.

Dalam satuan CGS (centimeter, gram, sekon), satuan massa adalah gram (g), gaya adalah dyne.
Satu dyne didefinisikan sebagai gaya total yang diperlukan untuk memberi percepatan sebesar 1
cm/s2 untuk benda bermassa 1 gram. Jadi 1 dyne = 1 gr cm/s2.

Kedua jenis satuan yang kita bahas di atas adalah satuan Sistem Internasional (SI). Untuk satuan
Sistem Inggris (British Sistem), satuan gaya adalah pound (lb). 1 lb = 4,45 N. Satuan massa =
slug. Dengan demikian, 1 pound didefinisikan sebagai gaya total yang diperlukan untuk memberi
percepatan sebesar 1 ft/s2 kepada benda bermassa 1 slug.

Dalam perhitungan, sebaiknya anda menggunakan satuan MKS (meter, kilogram, sekon) SI. Jadi
jika diketahui satuan dalam CGS atau sistem British, terlebih dahulu anda konversi.

Contoh soal 1 :

Berapakah gaya total yang dibutuhkan untuk memberi percepatan sebesar 10 m/s2 kepada mobil
yang bermassa 2000 kg ?

Panduan Jawaban :

Guampang

Contoh soal 2 :

Dirimu mendorong sebuah kotak bermassa 1 kg yang terletak pada permukaan meja datar tanpa
gesekan,dengan gaya sebesar 5 N. berapakah percepatan yang dialami kotak tersebut ?

Panduan jawaban :

Contoh soal 3 :

Mesin sebuah mobil sedan mampu menghasilkan gaya sebesar 10000 N. Massa pengemudi dan
mobil tersebut sebesar 1000 kg. Jika gaya gesekan udara dan gaya gesekan antara ban dan
permukaan jalan sebesar 500 N, berapakah percepatan mobil tersebut ?

Panduan jawaban :

Terlebih dahulu kita tuliskan persamaan Hukum II Newton :


Ingat bahwa gaya gesekan bekerja berlawanan arah dengan gaya yang menggerakan
mobil. Selisih antara kedua gaya tersebut menghasilkan gaya total. Karena yang ditanyakan
adalah percepatan mobil maka persamaan di atas kita tulis kembali sbb :

Contoh soal 4 :

Sebuah gaya yang dikerjakan pada sebuah benda bermassa m1 menghasilkan percepatan 2 m/s2.
Gaya yang sama ketika dikerjakan pada sebuah benda bermassa m2 menghasilkan percepatan
sebesar 4 m/s2. (a) berapakah nilai perbandingan antara m1 dan m2 (m1/m2) ? (b) berapakah
percepatan yang dihasilkan jika m1 dan m2 digabung (m1 + m2) ?

Panduan Jawaban :

(a) nilai perbandingan antara m1 dan m2 adalah :

(b) jika m1 + m2 digabung maka percepatan yang dihasilkan adalah :

Kita gantikan nilai m1 dengan 2m2 pada persamaan 1

Waduh, pusing. dipahami perlahan-lahan. Ntar juga ngerti kok.. gampang.

HUBUNGAN ANTARA GAYA DAN GLBB

Kita telah belajar mengenai Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) pada pembahasan
mengenai Kinematika. Nah, pada pembahasan mengenai kinematika, kita mengabaikan gaya.
Sekarang kita analisis Gerak Lurus Berubah Beraturan dan mengaitkannya dengan Gaya sebagai
penyebab gerakan benda dan juga sebagai penghambat gerakan benda (gaya gesek).

Terdapat tiga persamaan pada GLBB, yakni :

Ketiga persamaan tersebut mempunyai komponen percepatan alias a.


Dengan demikian, gaya total alias resultan gaya dihubungkan dengan GLBB oleh percepatan.

Contoh soal 1 :

Sebuah truk gandeng bermassa 3000 kg sedang melaju dengan kelajuan 100 km/jam. berapakah
gaya total yang dibutuhkan untuk menghentikan truk tersebut pada jarak 50 meter ?

Panduan jawaban :

Terlebih dahulu kita tulis persamaan hukum II Newton :

Untuk menyelesaikan soal kita membutuhkan besar percepatan, sedangkan pada soal
di atas hanya diketahui massa truk. Nilai percepatan masih tersembunyi di balik kelajuan 100
km/jam dan jarak 50 meter. Kita harus menghitung nilai percepatan truk terlebih dahulu.
Bagaimanakah ?

Kita tinjau gerak truk di atas menggunakan Gerak Lurus Berubah Beraturan. Kecepatan awal
alias vo = 100 km/jam = 28 m/s. Karena truk akan berhenti, maka kecepatan akhir alias v t = o.
Jarak yang ditempuh adalah 50 meter. Karena komponen gerak yang diketahui adalah kecepatan
awal dan akhir serta jarak, maka kita menggunakan persamaan GLBB :

Akhirnya a ditemukan. Nah, dengan demikian kita dengan sangat mudah menghitung besar gaya
total :

Selesai gampang khan ?

Contoh soal 2 :

Sebuah mobil bermassa 500 kg dipercepat oleh mesinnya dari keadaan diam hingga bergerak
dengan laju 50 m/s dalam waktu 50 s. Apabila gaya gesekan diabaikan, berapakah gaya yang
dihasilkan mobil ?

Panduan jawaban :

Karena yang ditanyakan gaya yang dihasilkan mobil maka terlebih dahulu kita tulis persamaan
Hukum II Newton :
Nah, perhatikan bahwa kita belum bisa menentukan besarnya gaya karena percepatan belum
diketahui. Oleh karena itu kita temukan terlebih dahulu nilai percepatan menggunakan
persamaan GLBB. Baca secara saksama soal di atas. Selain massa, apa saja yang diketahui ?

Pada mulanya mobil diam, berarti vo = 0. Kecepatan akhir (vt) = 50 m/s dan waktu (t) = 50 s.
karena yang diketahui vo, vt dan t maka untuk menentukan percepatan, kita menggunakan
persamaan

Guampang sekali.

Contoh soal 3 :

Sebuah mobil bermassa 500 kg bergerak dengan kelajuan 50 m/s. Jika mobil tersebut direm oleh
sopirnya dan berhenti setelah menempuh jarak 100 m, berapakah gaya rem yang bekerja pada
mobil tersebut ?

Panduan jawaban :

Kita tulis terlebih dahulu persamaan hukum II Newton.

Nah, untuk menghitung gaya rem, maka kita harus mengetahui perlambatan alias
percepatan yang bernilai negatif, yang dialami mobil tersebut.

Ingat bahwa mobil tersebut direm ketika bergerak dengan laju 50 m/s. ini adalah kelajuan awal
(vo). Karena setelah direm mobil berhenti, maka kelajuan akhir (vt) = 0. Jarak yang ditempuh
mobil sejak direm hingga berhenti (s) adalah 100 m. Dengan demikian, karena diketahui vo, vt
dan s maka kita menggunakan persamaan di bawah ini :

Tanda negatif menunjukkan bahwa arah percepatan berlawanan dengan arah gerak mobil atau
dengan kata lain mobil mengalami perlambatan. Kita masukan nila a ke dalam persamaan hukum
II Newton untuk menghitung gaya rem

Tanda negatif menunjukkan bahwa arah gaya rem berlawanan dengan arah gerak mobil. Jadi
arah gaya rem searah dengan arah perlambatan (percepatan yang bernilai negatif)

ANALISIS KUANTITATIF UNTUK UNTUK PERSOALAN DINAMIKA SEDERHANA


Catatan dari GuruMuda : agar memahami pembahasan ini dengan baik, terlebih dahulu
pelajari pembahasan mengenai massa, berat, gaya normal dan gaya gesekan. Jika anda belum
mempelajari pokok bahasan tersebut, sebaiknya dipelajari dengan penuh semangat dan pahami
penjelasannya yang telah GuruMuda sajikan di blog ini. Hal ini dimaksudkan agar anda tidak
kebingungan apalagi sampai teler, pusing dan ingin buang air kecil, sedang dan besar ke
belakang lewat depan

bErSambUnG

Referensi :

Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga

Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga

Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penebit Erlangga

Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan), Jakarta :
Penerbit Erlangga
PEMAHAMAN KONSEP FISIKA
1. Pemahaman Konsep Fisika

Pemahaman merupakan Salah satu aspek pada ranah kognitif yang dikemukakan oleh Bloom

(dalam Irmayanti, 2012: 30-31), menyatakan pemahaman yaitu ketika peserta didik dihadapkan pada

suatu komunikasi dan dapat menggunakan ide yang terkandung di dalamnya. Komunikasi yang

dimaksud dapat dalam bentuk lisan atau tulisan dalam bentuk verbal atau simbolik. Pemahaman

memerlukan kemampuan menangkap makna dan arti dari suatu konsep (Sudjana, 2013: 50).

Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan

hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Untuk

itu diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep

tersebut (Sudjana, 2013: 50). Hubungan antara konsep dengan makna tersebut akan menghasilkan

perubahan perilaku.

Menurut Rosser (1984) (dalam Dahar, 2011: 63), Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili

suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Konsep

adalah abstraksi-abstarksi yang berdasarkan pengalaman seseorang. Belajar konsep merupakan hasil

utama pendidikan. Menurut Wingkel (dalam Bukhori, 2012: 12), belajar konsep merupakan bentuk

belajar yang dilakukan dengan mengadakan abstraksi yaitu dalam semua objek yang meliputi benda,

kejadian, dan orang; hanya ditinjau aspek-aspek tertentu yang merupakan sebuah pengetahuan

konseptual.

Menurut Anderson & Krathwohl (dalam Pickard, 2007: 49) menyatakan pengetahuan konseptual

lebih kompleks daripada pengetahuan faktual dan mencakup tiga subtipe: 1) pengetahuan tentang

klasifikasi dan kategori, 2) pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan generalisasi, dan 3) pengetahuan

tentang teori, model, dan struktur. Pengetahuan konseptual diperlukan peserta didik sebagai dasar dan

acuan dalam melakukan perilaku-perilaku tertentu.


Menurut Ausbel (dalam Dahar, 2011: 64), konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu

pembentukan konsep dan asimilasi konsep. Pembentukan konsep merupakan proses induktif dan

merupakan belajar penemuan yang diperuntukkan untuk orang yang lebih tua dalam kehidupan nyata

dan laboratorium dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi. Asimilasi konsep merupakan proses

deduktif dengan menghubungkan atribut-atribut tertentu dengan gagasan-gagasan yang relevan yang

sudah ada dalam struktur kognitif mereka.

Menurut Bloom et al. (1956: 89) pemahaman konsep dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu

translasi (translation), interpretasi (interpretation) dan ekstrapolasi (extrapolation).

a. Translasi (Translation)

Translasi Sebagai kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu yang dinyatakan dengan

cara lain dari pernyataan asli yang telah dikenal sebelumnya. Bloom et al. (1956: 91-92) mengemukakan

indikator pencapaian kemampuan-kemampuan translasi sebagai a) the ability to translate a problem

given in tehnical or abstract phraseology into concrete or less abstract phraseologi. Hal ini berarti

kemampuan menerjemahkan suatu masalah yang diberikan dengan kata-kata abstrak menjadi uraian

kata-kata yang kongkret; b) the ability to translate relationships expressed in symbolic form, including

illustration, maps, tables, diagrams, graphs and mathematical and other formulas, to verbal form or vice

versa. Hal ini menunjukkan kemampuan menerjemahkan hubungan yang terkandung dalam bentuk

simbolik, meliputi ilustrasi, peta, tabel, diagram, grafik, persamaan matematis, dan rumus-rumus lain ke

dalam bentuk verbal dan sebaliknya. Contoh kemampuan pemahaman translasi dalam fisika misalnya

ketika peserta didik diberikan persamaan tekanan hidrostatik, peserta didik dapat menerjemahkan

hubungan antara variabel-variabel dalam persamaan itu kedalam sebuah bentuk grafik.

b. Interpretasi (Interpretation)
Interpretasi adalah kemampuan sesorang untuk memahami sesuatu yang direkam, diubah atau

disusun dalam bentuk lain seperti grafik, tabel, diagram dan lain-lain. interpretasi/penafsiran juga

merupakan kemampuan untuk memaknai grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda, dan

kemampuan membedakan yang pokok dan yang bukan pokok (Sudjana, 2013 : 51). Contoh kemampuan

pemahaman interpretasi misalnya ketika peserta didik diberikan tabel hasil percobaan Archimedes yaitu

berat benda di udara dan di air yang dipindahkan peserta didik dapat memaknai bahwa semakin selisih

antara berat benda di udara dan di air merupakan besarnya gaya ke atas yang dialami benda.

c. Ekstrapolasi (Extrapolation)

Ekstrapolasi adalah kemampuan seseorang menyimpulkan dan menyatakan lebih eksplisit suatu

bentuk grafik; data-data; memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari tindakan yang digambarkan dari

sebuah komunikasi; sensitif atau peka terhadap faktor yang mungkin membuat prediksi menjadi akurat.

Contoh kemampuan ekstrapolasi misalnya ketika peserta didik diberikan gambar tiga pipa berhubungan

yang berbeda ukurannya semakin kecil pada pipa 3, dengan kecepatan aliran fluida di setiap pipa

masing-masing v1 , v2 dan v3 . Berdasarkan data dan gambar peserta didik dapat memahami dengan

mampu memprediksi kecepatan aliran fluida pada pipa 3.

Skor pemahaman konsep peserta didik dapat dikategorikan menurut penilaian acuan patokan.

Tujuan penggunaan acuan patokan (kriteria) berfokus pada kelompok perilaku peserta didik yang khusus

yang didasarkan pada kriteria atau standar khusus (Mansyur dkk, 2009: 106). Hal tersebut diperlukan

dalam penilaian karena skor individu tidak dapat memberikan informasi yang banyak. Sehingga,

diperlukan pengkategorian skor individu dalam sebuah pembagian kelompok yang seimbang. Salah satu

cara membagi atau mengkategorikan skor pemahaman konsep peserta didik adalah dengan membuat

interval kelompok dengan memggunakan skor terendah dan skor tertinggi yang memungkinkan untuk

dicapai peserta didik dan jumlah kategori yang dinginkan (Irianto, 2004: 36).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah

suatu tingkatan dimana peserta didik mampu menangkap makna dari suatu konsep baik yang berupa

verbal maupun tulisan sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud

adalah perubahan kemampuan mentranslasi, menginterpretasi dan mengekstrapolasi.

referensi

Bloom et al. (1956). Taxonomy of Education Objectives. U.S.A: Longmans

Bukhori, M. A. F. (2012). Pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Optimalisasi Pemahaman Konsep Fisika pada
Peserta didik di SMA Negeri 4 Magelang, Jawa Tengah. Magelang: Berkala Fisika Indonesia volume 4
nomor 1 &2 januari & juli 2012

Dahar, R.W. (2011) . Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga

Irianto, A. (2004). Statistik (Konsep Dasar, Aplikasi dan Pengembangannya). Jakarta: Kencana Prenada Medi
Group

Irmayanti. (2012). Pengaruh Penggunaan Simulasi Computer Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik
Kelas X SMA Negeri 11 Makassar. Makassar : Skripsi (Tidak diterbitkan)

Pickard, M. J. (2007). The New Blooms Taxonomy An Overview For Family and Consumer Sciences. Journal Of
Family and Consumer Sciencer education.25(1)

Sudjana, N. (2013). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

NASKAH SOAL DAN LEMBAR JAWABAN

SELEKSI ASISTEN LABORATORIUM BIOLOGI

14 JUNI 2017

Anda mungkin juga menyukai