Anda di halaman 1dari 98

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMILIKI

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH KHUSUS


KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Oleh :

JUZRI SIDIK

NIM : 1110104000001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, Desember 2014

Juzri Sidik, NIM : 1110104000001

The Family Support Special Needs Children in Special Schools South of


Tangerang City

xviii + 60 pages + 8 tables + 2 schemes + 7 attachments

ABSTRACT

Special Needs child (ABK) is the children that is unique in the type and
characteristics, which distinguish from normal children in general.
This study aims to look at the picture of support for families who have children with
special needs in special schools South Tangerang City. The sample used in this
research were 60 respondents obtained with nonprobability sampling technique with
saturated sampling (total sampling). The design used is descriptive quantitative
approach. Collecting data using the research instrument in the form of a
questionnaire. Data analysis techniques using univariate descriptive analysis and
frequency with the help of statistical application program in its processing. The
results of the study of 60 children mnunjukkan that ABK, 34 retarded children, 4
children with hearing impairment, and 22 children with autism. Based on family
support to children with intellectual challenges in both categories 32 people (94.1%),
enough category (0.0%) and the category of less than 2 persons (5.9%). Support
families of children with hearing impairment in both categories 4 people (100%). And
support for families of children with autism either category 5 people (22.7%), the
category of pretty 10 people (45.5%) and the category of less than 7 people (31.8%).

Keywords : Special Needs Child, Family Support


References : 38 ( 2003 2014)

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Desember 2014

Juzri Sidik, NIM : 1110104000001


Gambaran Dukungan Keluarga yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan
xviii + 60 halaman + 8 tabel + 2 bagan + 7 lampiran

ABSTRAK
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan anak-anak yang memiliki keunikan
tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal
pada umumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dukungan keluarga yang memiliki
anak berkebutuhan khusus di sekolah khusus Kota Tangerang Selatan. Sampel
penelitian yang digunakan sebanyak 60 responden didapat dengan teknik
nonprobability sampling dengan sampling jenuh (total sampling). Desain yang
digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data
menggunakan analisa univariat dengan menggunakan bantuan program aplikasi
komputerisasi. Hasil penelitian mnunjukkan bahwa dari 60 anak ABK, 34 orang anak
tunagrahita, 4 orang anak tunarungu, dan 22 orang anak autis. Berdasarkan dukungan
keluarga pada anak tunagrahita dalam kategori baik 32 orang (94,1%), kategori cukup
(0,0%) dan kategori kurang 2 orang (5,9%). Dukungan keluarga pada anak tunarungu
dalam kategori baik 4 orang (100%). Dan dukungan keluarga pada anak autis kategori
baik 5 orang (22,7%), kategori cukup 10 orang (45,5%) dan kategori kurang 7 orang
(31,8%).

Kata kunci : Anak Berkebutuhan Khusus, Dukungan Keluarga


Daftar bacaan : 38 (tahun 2003 2014)

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH KHUSUS KOTA
TANGERANG SELATAN

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh :

Juzri Sidik
NIM: 1110104000001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : JUZRI SIDIK

Tempat Tanggal Lahir: Sungai Kayu Ara, 24 Januari 1992

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Kayu Ara Permai, RT/RW : 001/002, Kec. Sungai Apit

Kab. Siak, Provinsi Riau, Kode Pos : 28662

HP : +6285216804552

E-mail : Juzris@gmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. SDN 021 Sungai Kayu Ara 1998 - 2004

2. MTs N 1 Sungai Apit 2004 - 2007

3. SMA N 3 Siak 2007 - 2010

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 - sekarang

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ................................................................33


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Keluarga
(Orang Tua) ...............................................................................................44
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ..................................45
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan ..............45
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak .........46
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Anak Berkebutuhan
Khusus .......................................................................................................46
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga..........47
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gambaran Dukungan
AnakBerkebutuhan Khusus .......................................................................48

xi
xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ........................................................................................31


Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................32
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Permohonan Izin Penelitian

Lampiran Informed Consent

Lampiran Kuesioner Penelitian

Lampiran Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga


Persembahan

Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna)


kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Barang siapa yang mendapat hikmah itu
Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak.
Dan tiadalah yang menerima peringatan
melainkan orang- orang yang berakal
(Q.S. Al-Baqarah: 269)

Alhamdulillah, Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya

hidup, yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia

mendampingi, saat kulemah tak berdaya (Ayah dan Ibu tercinta,

serta Adik tersayang) yang selalu memanjatkan doa untuk putra

tercinta dalam setiap sujudnya. Terima kasih untuk semuanya.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian

yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan,

agar hidup jauh lebih bermakna, karena hidup tanpa mimpi ibarat

arus sungai yang mengalir tanpa tujuan.

Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan. Jika hidup bisa
kuceritakan di atas kertas, entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya
untuk kuucapkan terima kasih.
x

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Gambaran
Dukungan Keluarga yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah
Khusus Kota Tangerang Selatan. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya,
kesungguhan, kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-
baiknya.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, doa, dukungan, semangat.


Oleh karena itu penulis mengucapkan rasa syukur dan ucapan terima kasih ini
disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr(hc). Dr. M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku pembimbing 1 dan Ibu Yenita
Agus, M.Kep, Sp.Mat, Ph.D selaku pembimbing 2 yang selalu meluangkan
waktu dan dengan sabar memberikan saran, kritik, motivasi, bimbingan
kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis.
5. Segenap staf bidang akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan
serta Perpustakaan FKIK yang telah membantu dalam pengadaan bahan
rujukan skripsi.

x
6. Kepala Sekolah Khusus Muara Sejahtera, Kepala Sekolah Khusus Nurasih
dan Kepala Sekolah Al-ikhsan 01 yang telah bersedia membantu penulis
dalam mengumpulkan data.
7. Orang tua tercinta, Ibunda Siti Khozimah dan Ayahanda Zainal Gani, yang
selalu memberikan kasih sayang tak terhingga kepada anaknya, doa,
dukungan, dan semangat kepada penulis. Tak lupa kepada adik tersayang
Rini Julianti, serta seluruh keluarga besar yang juga memberikan dukungan
dan doanya kepada penulis.
8. Teman-teman FKIK, teman-teman PSIK, kakak-kakak, adik-adik, khususnya
teman seperjuangan PSIK 2010 (PSIK Compaq), yang telah memberikan
dukungan dan memacu semangat penulis untuk menyelesaikan tugas akhir.
9. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat disebutkan
satu persatu.

Penulis sangat menyadari bahwa pada penyusunan skripsi ini, masih


terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna karena keterbatasan yang
peneliti miliki, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis
mendapat imbalan dari Allah SWT.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Desember 2014

Juzri Sidik

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ....................................................................................................i


LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................ii
ABSTRACT ..............................................................................................................iii
ABSTRAK ................................................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................v
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................viii
PERSEMBAHAN .....................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ..............................................................................................x
DAFTAR ISI .............................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xv
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN...xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A.
Latar Belakang ...............................................................................................1
B.
Rumusan Masalah ..........................................................................................5
C.
Pertanyaan Penelitian .....................................................................................5
D.
Tujuan Penelitian ...........................................................................................6
1. Tujuan Umum ..........................................................................................6
2. Tujuan Khusus .........................................................................................6
E. Manfaat Penelitian .........................................................................................6
1. Bagi Peneliti .............................................................................................6
2. Bagi Institusi Keperawatan ......................................................................6
3. Bagi Orang Tua .......................................................................................7
4. Bagi Peneliti selanjutnya ..........................................................................7
F. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8

A. Anak Berkebutuhan Khusus...........................................................................8


1. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus .......................................................8

xii
2. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus ...............................................8
3. Penyebab Kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus ............................18
4. Dampak Kelainan Bagi Keluarga.............................................................21
5. Dampak Kelainan Bagi Masyrakat ..........................................................22
B. Dukungan Keluarga .......................................................................................22
1. Definisi Keluarga .....................................................................................22
2. Struktur Keluarga .....................................................................................23
3. Fungsi Keluarga .......................................................................................24
4. Peran Keluarga dalam Bidang Kesehatan ................................................26
5. Peran Keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus ..............................27
6. Dukungan Keluarga .................................................................................27
C. Kerangka Teori...............................................................................................31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................32

A. Kerangka Konsep ...........................................................................................32


B. Definisi Operasional.......................................................................................33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................35

A. Desain Penelitian ............................................................................................35


B. Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................................35
C. Populasi dan Sampel ......................................................................................36
1. Populasi ....................................................................................................36
2. Sampel ......................................................................................................36
D. Teknik Pengambilan Sampel..........................................................................37
E. Instrumen Penelitian.......................................................................................37
F. Teknik Pengujian Instrumen ..........................................................................39
1. Validitas ...................................................................................................39
2. Reliabilitas ...............................................................................................39
G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................40
H. Pengolahan Data.............................................................................................40
I. Teknik Analisa Data.......................................................................................42
J. Etika Penelitian yang Digunakan ...................................................................42
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................44
A. Gambaran Lokasi Penelitian ..........................................................................44
B. Karakteristik Responden ................................................................................45
1. Jenis Kelamin ...........................................................................................45
2. Usia ..........................................................................................................46
3. Pendidikan. ...............................................................................................46
4. Jenis Kelamin Anak. ................................................................................47
C. Jenis ABK ......................................................................................................47

xiii
D. Dukungan Keluarga .......................................................................................48
E. Jenis Dukungan dan Gambaran Dukungan ABK ..........................................48
BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................................51

A. Gambaran Karakteristik Responden ..............................................................51


B. Gambaran Dukungan dan Jenis Dukungan Keluarga dengan Anak ABK .....53
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................58
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................59

A. Kesimpulan ....................................................................................................59
B. Saran ...............................................................................................................60
1. Bagi institusi keperawatan .......................................................................57
2. Bagi keluarga (orang tua) .........................................................................57
3. Bagi peneliti selanjutnya ..........................................................................57
4. Bagi sekolah khusus .................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian .................................................................33

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Keluarga


(Orang Tua) ................................................................................................................45

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ...................................46

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan ...............46

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ..........47

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Anak Berkebutuhan


Khusus ........................................................................................................................47

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga ..........48

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Dukungan .................48

xv
Daftar Bagan

Bagan 2.1 Kerangka Teori.....31

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian32

xvi
Daftar Lampiran

Lampiran Permohonan Izin

Lampiran Surat Keterangan

Lampiran Informed Consent

Lampiran Kuesioner Penelitian

Lampiran Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

xvii
xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus (special needs child) atau ABK adalah anak

yang mengalami keterlambatan lebih dari dua aspek gangguan perkembangan atau

anak yang mengalami penyimpangan yang terdiri dari yaitu tunanetra, tunarungu,

tunadaksa, tunalaras, tunagrahita, autisme, dan learning disability (Kemendiknas,

2011). Anak berkebutuhan khusus didefinisikan anak-anak yang memiliki

keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristik perilakunya, yang membedakan

dengan anak normal lainnya (Poerwanti, 2007). Perilaku tersebut antara lain

wicara, okupasi, intelegensi, emosi dan perilaku sosial yang tidak dapat

berkembang dengan baik (Handojo, 2008).

Data Biro Pusat Statistik tahun 2006, dari 222 juta penduduk Indonesia,

sebanyak 0,7% atau 2,8 juta jiwa adalah penyandang cacat. Sedangkan populasi

anak tunagrahita/retardasi mental menempati angka paling besar (Triana dan

Andriany, 2009 dalam Ahsan, 2011). Data menunjukkan anak berkebutuhan

khusus termasuk penyandang cacat di Indonesia belum memiliki data yang pasti.

Menurut WHO jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sekitar 7%

dari total jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000 juta anak pada tahun

2007 (Kemenkes RI, 2010).

1
2

Gangguan umum yang kerap dihadapi oleh orang tua atas anak ABK

adalah reaksi emosional yang sangat buruk, dan beranggapan bahwa anak itu

identik dengan perilaku hiperaktif, agresif, stimulasi diri dan tantrum

(Wijayakusuma, 2008). Terdapat beberapa reaksi emosional yang biasanya

dimunculkan oleh orang tua. Beberapa reaksi emosional tersebut antara lain

shock, merasa tidak percaya, penyangkalan, sedih, merasa bersalah, cemas dalam

menghadapi keadaan, serta perasaan apa telah terjadi (Mangunsong, 2011). Orang

tua yang merasa malu karena anak mereka cacat dan perasaan malu mungkin

mengakibatkan anak itu ditolak secara terang-terangan dan banyak keluarga

menarik diri dari kegiatan-kegiatan masyarakat (Mawardah, 2012). Reaksi

emosional ini merupakan hal yang wajar dirasakan oleh orang tua yang memiliki

anak berkebutuhan khusus, yang kemudian orang tua akan tetap berjuang untuk

mengasuh dan membesarkan anak dengan segala keterbatasannya (Putri, 2013).

Gangguan anak berkebutuhan khusus menyerang sekitar 2 sampai 20

orang dari 1000 orang dalam suatu populasi dan pada umumnya gangguan lebih

banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan (Jeffrey,

2005). Retardasi mental (anak berkebutuhan khusus) 1,5 kali lebih banyak pada

laki-laki dibandingkan dengan perempuan (Muchayaroh 2002 dalam Arfandi

2014). Dukungan yang diberikan orang tua dipengaruhi oleh usia. Khususnya Ibu

yang umurnya lebih muda cenderung tidak bisa merasakan/mengenali kebutuhan

anaknya dan lebih egosentris dibandingkan dengan ibu-ibu yang lebih tua

umurnya. (Friedman (1998) dalam Gralfitrisia (2011).


3

Anak berkebutuhan khusus memerlukan perlakuan yang wajar,

bimbingan, pengarahan, belajar bersosialisasi dan bermain dengan teman

seusianya untuk belajar tentang pola-pola prilaku yang dapat diterima sehingga

tidak menghambat perkembangan (Nani,dkk. 2009). Perkembangan anak

(termasuk didalamnya anak berkebutuhan khusus) dipengaruhi oleh lingkungan

sekitarnya melalui sosialisasi. Anak disosialisasikan dan didukung oleh

keluarganya, sekolah, dan masyarakat tempat ia berada (Hidayati, 2011).

Kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaannya bentuk dukungan dari

keluarga, hal ini dilihat apabila dukungan keluarga yang baik maka pertumbuhan

dan perkembangan anak relative stabil, tetapi apabila dukungan keluarga anak

kurangbaik, maka anak mengalami hambatan pada dirinya yang dapat menganggu

psikologis anak (Alimul, 2005).

Hasil penelitian oleh Nani, dkk (2009) menunjukkan bahwa anggota

keluarga (orang tua) telah memberikan dukungan dengan 4 jenis (emosional,

penilaian, informasi dan instrumental). Dari keempat dukungan tersebut maka

didapatkan dukungan emosional sebanyak 50%, penilaian sebanyak 24%,

informasi sebanyak 12,5% dan instrumental sebanyak 12,5%.

Memiliki anak yang berkebutuhan khusus sangat mempengaruhi ibu, ayah

dan semua anggota keluarga dengan berbagai cara. Rentang stres dan dinamika

emosi yang terjadi sangat bevariasi (Hardman 2002 dalam Hidayati 2011). Ibu

lebih besar memberi dukungan dari pada ayah. Ibu merasakan rasa tanggung

jawab terhadap kondisi normal-abnormal anaknya merawat anak sejak dalam

kandungan, melahirkan hingga masa pertumbuhan anak (Miranda, 2013).


4

Kelelahan emosional terutama bagi ibu yang frekuensinya bersama anak lebih

besar daripada ayah. Hal ini terjadi dalam hal pengasuhan, ibu lebih

membutuhkan dukungan sosial-emosional dalam waktu yang lama dan lebih

banyak informasi tentang kondisi anak serta dalam hal merawat anak. Ayah lebih

terfokus pada financial dalam membesarkan anak (Wenar dan Kerig, 2000 dalam

Miranda, 2013).

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Gusti (2014) menunjukkan

bahwa responden dengan dukungan sosial keluarga baik sebanyak 57,9 %

sedangkan responden dengan dukungan sosial keluarga kurang sebanyak 42,1 %.

Penerimaan diri ibu baik sebanyak 57,9% sedangkan penerimaan diri ibu kurang

sebanyak 42,1%.Tingkatan dukungan sosial antara satu orang dengan orang lain

berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan dari persepsi masing-masing dalam

penerimaan dan merasakannya. Dukungan akan dirasakan apabila diperoleh dari

orang-orang yang dipercayainya. Dengan begitu seseorang akan mengerti orang

lain akan menghargai dan mencintai dirinya (Rustiani, 2009).

Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan, ada sebagian orang tua kurang

peduli/kurang memperhatikan anaknya. Pada saat orang tua mengantarkan anak

kesekolah ada orang tua yang menerima sentuhan tangan antara anak dan orang

tua seperti salam kepada orang tua dan juga ada yang tidak karena ada yang sibuk

dengan pekerjaannya. Oleh karena itu, peneliti disini ingin melakukan penelitian

tentang gambaran dukungan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus

di Kota Tangerang Selatan.


5

B. Rumusan Masalah

Setiap keluarga khususnya orang tua pasti ingin memiliki anak yang sehat

baik secara fisik ataupun mental akan berbeda ketika keluarga memiliki anak

yang mengalami hambatan dalam proses tumbuh kembang. Betapa pentingnya

dukungan dari keluarga terhadap anak yang memiliki kebutuhan khusus, agar

kemampuan sosialisasi dan keterampilan komunikasi anak dapat berkembang

secara optimal sebagai bekal untuk hidup bersama dalam masyarakat, karena

hanya dari dukungan tersebut yang mampu memberi pengaruh besar dalam

kehidupan anak.

Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui tentang gambaran dukungan

keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus di Kota Tangerang Selatan.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diambil beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran jenis kelamin, usia, pendidikan, dan jenis kelamin anak

2. Bagaimana gambaran karakteristik dukungan keluarga pada anak tunagrahita

3. Bagaimana gambaran karakteristik dukungan keluarga pada anak tunarungu

4. Bagaimana gambaran karakteristik dukungan keluarga pada anak autis


6

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran dukungan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan

khusus di Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan

2. Tujuan Khusus

a. Bagaimana gambaran jenis kelamin, usia, pendidikan, dan jenis kelamin anak

b. Diketahui gambaran karakteristik dukungan keluarga pada anak tunagrahita

c. Diketahui gambaran karakteristik dukungan keluarga pada anak tunarungu

d. Diketahui gambaran karakteristik dukungan keluarga pada anak autis

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam

melakukan penelitian dan menambah pengetahuan serta wawasan

peneliti tentang gambaran dukungan keluarga yang memiliki anak

berkebutuhan khusus di Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan

2. Bagi institusi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam bidang

keperawatan, khususnya keperawatan anak dan keperawatan keluarga

yang berguna dalam mengembangkan perencanaan keperawatan kepada

masyarakat khususnya lingkungan anak berkebutuhan khusus.


7

3. Bagi orang tua

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

gambaran dukungan kepada orang tua sehingga mampu meningkatkan

dukungan kepada anak yang berkebutuhan khusus.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baik secara

teori maupun data bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti

tentang dukungan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian kuantitatif deskriptif.

Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner.

Penelitian ini merupakan penelitian yang terkait dengan gambaran dukungan

keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini dilakukan

disekolah khusus di Tangerang Selatan pada bulan Oktober 2014. Populasi

penelitian ini adalah seluruh anggota keluarga (orang tua) yang memiliki anak

berkebutuhan khusus di sekolah khusus Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Khusus Muara Sejahtera, Sekolah

Khusus Nurasih, dan Sekolah Khusus Al-ikhsan 01 Tangerang Selatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Berkebutuhan Khusus

1. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak Berekebutuhan Khusus adalah anak-anak yang memiliki

keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan

mereka dari anak-anak normal pada umumnya (Purwanti, 2007).

2. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat sekali

mendapat perhatian menurut Kauffman dan Hallahan (2005), antara lain :

1. Tunagrahita (Mental Retardation)

Anak tunagrahita adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan

inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak

lahir atau sejak masa anak). Tunagrahita disebut juga oligofrenia

(oligo : kurang atau sedikit dan fren : jiwa) atau tuna mental (Maramis,

2005).

Ciri-ciri RM menurut (Lynn, 2009) sebagai berikut : gangguan

kognitif, lambatnya keterampilan mengungkapkan dan menangkap

bahasa, gagal melewati tahap perkembangan yang penting, lingkar

kepala diatas atau dibawah normal, kemungkinan keterlambatan

pertumbuhan, kemungkinan tonus otot abnormal, kemungkinan

gambaran dismorfik, keterlambatan perkembangan motorik halus dan

kasar.

8
9

a. Gejala Tunagrahita (RM)

Bila ditinjau dari gejalanya, RM dapat dibagi dalam (Muttaqin,

2008) yaitu :

1). Tipe Klinik, biasanya mudah dideteksi sejak dini, mempunyai

penyebab organik dan kelainan fisikmaupun mental yang

diderita cukup berat. Kebanyakan anak-anak memerlukan

perawatan secara terus-menerus

2). Tipe Sosio-budaya, biasanya baru diketahui setelah anak

mencapai usia sekolah. Penampilannya seperti anak normal,

diagnosis RM baru ditegakkan setelah anak masuk sekolah dan

ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Tipe anak ini

mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi ringan.

b. Tingkatan/Klasifikasi Tunagrahita (RM)

Untuk menentukan berat-ringannya RM, kriteria yang

dipakai adalah : 1. Inteligency Quotient (IQ), 2. Kemampuan anak

untuk dididik dan dilatih, dan 3. Kemampuan sosial dan bekerja

(vokasional). Berdasarkan kriteria tersebut kemudian dapat

diklasifikasikan berat-ringannya RM yang menurut GPPDGJ 1

(Maramis, 2005 dalam Kuntjojo, 2009) adalah sebagai berikut :

1). Retardasi Mental Taraf Perbatasan

Karakteristik retardasi mental taraf perbatasan adalah :

a). Intelligence Quotient : 68 85 (keadaan bodoh/bebal)


10

b). Patokan sosial : Tidak dapat bersaing dalam

mencari nafkah

c). Patokan pendidikan : Beberapa kali tak naik kelas di

SD

2). Retardasi Mental Ringan

Karakteristik retardasi mental ringan adalah :

a). Intelligence Quotient : 52 67 (debil/ moron/ keadaan

tolol).

b). Patokan sosial : Dapat mencari nafkah sendiri

dengan mengerjakan sesuatu yang sederhana dan

mekanistis.

c). Patokan pendidikan : Dapat dididik dan dilatih tetapi

pada sekolah khusus (SLB).

3). Retardasi Mental Ringan

Karakteristik retardasi mental ringan adalah :

a). Intelligency Quotient : 36 51 (taraf embisil/ keadaan

dungu).

b). Patokan sosial : Tidak dapat mencari nafkah

sendiri, dapat melakukan perbuatan untuk keperluan

sendri (mandi, berpakaian, makan dan sebagainya).

c). Patokan pendidikan : Tidak dapat dididik, hanya

dapat dilatih.

4). Retardasi Mental Berat


11

Karakteristik retardasi mental berat adalah :

a). Intelligence Quotient : 20 35

b). Patokan sosial : Tidak dapat mencari nafkah

sendiri. Kurang mampu melakukan perbuatan untuk

keperluan dirinya, dapat mengenal bahaya.

c). Patokan pendidikan : Tidak dapat dididik, dapat

dilatih untuk hal-hal yang sangat sederhana.

5). Retardasi Mental Sangat Berat

Karakteristik retardasi mental sangat berat adalah :

a). Intelligence Quotient : Kurang dari 20 (idiot/keadaan

pander).

b). Patokan sosial : Tidak dapat mengurus diri

sendiri dan tidak dapat mengenal bahaya. Selama hidup

tergantung dari pihak lain.

c). Patokan pendidikan : Tidak dapat dididik dan dilatih.

2. Anak Tunalaras (Emotional or Behavioral Disorder/Anak dengan

Hendaya Perilaku Menyimpang)

Anak tunalaras adalah anak dengan hambatan emosional atau

kelainan perilaku, apabila ia menunjukkan adanya satu atau lebih dari

lima komponen (Bower, 1981 dalam Delphie, 2006) antara lain :

a. Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual,

sensori atau kesehatan


12

b. Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-

teman dan guru-guru.

c. Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.

d. Secara umum, mereka selalu dalam keadaan pervasive dan tidak

menggembirakan atau depresi.

e. Bertendensi kearah symptoms fisik seperti : merasa sakit atau

ketakutan berkaitan dengan orang atau permasalahan disekolah.

Pembelajaran dalam dunia pendidikan yang dapat diterapkan pada

anak tunalarasa adalah :

1). Pendekatan secara psikoanalitis dalam pendidikan, merupakan

tuntunan berdasarkan prinsip-prinsip psikoanalisis. Masalah yang

dihadapi anak dengan hendaya kelainan perilaku menyimpang

dipandang sebagai ketidakseimbangan secara patologis antara

bagian-bagian dinamis dari pikiran ide, ego dan super ego.

2). Pendekatan secara psikoedukasional. Terhadap anak dengan

hendaya kelainan perilaku yang diasumsikan bahwa kelainannya

melibatkan kelainan psikiatrik dan adanya kesalahan-kesalahan

perilaku yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang anak, maka

diperlukan pendekatan secara seimbang antara sasaran yang bersifat

terapeutik (penyembuhan) dengan sasaran untuk pencapaian

prestasinya.
13

3). Pendekatan secara humanistik. Pendekatan ini berdasarkan atas

pandangan psikologis humanistik sehingga memungkinkan adanya

perubahan dalam pendidikan.

4). Pendekatan secara ekologis. Elemen-elemen lingkungan seperti

sekolah, lingkungan keluarga dan perwakilan lembaga sosial

merupakan ajang interaksi bagi anak. Sasaran dari pendekatan ini

adalah mengubah lingkungan secukupnya sehingga dapat

membantu intervensi terhadap perilaku yang diinginkan.

Pendekatan ini tidak hanya berlaku dikelas saja, tetapi meliputi

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dari anak yang

bersangkutan, tetangganya dan orang-orang yang ada

dilingkungannya.

5). Pendekatan perilaku. Pendekatan ini menggunakan dasar-dasar

pengondisian yang bersifat operant dan respondent. Asumsinya

adalah bahwa permasalahan yang bersifat perilaku, yang menjadi

penyebab tidak tepatnya pembelajaran pada anak dengan hendaya

kelainan perilaku dapat dibantu dengan cara memodifikasi perilaku.

Memodifikasi perilaku dapat dikerjakan bersamaan dengan

memanipulasi lingkungan anak.

3. Anak Tunarungu Wicara (Anak dengan Hendaya Pendengaran dan

Bicara)

Anak tunarungu wicara adalah seseorang yang mengalami

kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar dan bicara


14

sebagian atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian

atau seluruh indera pendengaran/bicara. Alat audiometer merupakan

alat untuk mengukur derajat kehilangan pendengaran dengan ukuran

decibel (dB). Derajat kemampuan berdasarkan ukuran instrumen

audiometer menyebabkan klasifikasi anak dengan hendaya

pendengaran sebagai berikut :

a. 0 26 dB masih mempunyai pendengaran normal

b. 27 40 dB mempunyai kesulitan mendengar tingkat-ringan, masih

mampu mendengar bunyi-bunyian yang jauh

c. 41 55 dB termasuk tingkat menengah, dapat mengerti bahasa

percakapan

d. 56 70 dB termasuk tingkat menengah berat. Kurang mampu

mendengar dari jarak dekat, memerlukan alat bantu dengar dan

membutuhkan latihan berbicara khusus

e. 71 90 dB termasuk tingkat berat. Termasuk orang yang

mengalami ketulian, hanya mampu mendengarkan suara keras

yang berjarak kurang lebih satu meter

f. 91 dan seterusnya, termasuk individu yang mengalami ketulian

sangat berat.

Ciri-ciri umum hambatan perkembangan bahasa dan komunikasi

antara lain sebagai berikut :

a. Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran

dikelas
15

b. Selalu memiringkan kepalanya, sebagai upaya untuk berganti

posisi telinga terhadap sumber bunyi

c. Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan

d. Keengganan untuk berpartisipasi secara oral

e. Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau instruksi

dikelas

f. Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara

g. Perkembangan intelektual anak tunarungu wicara terganggu

h. Mempunyai kemampuan akademik yang rendah, khususnya

dalam membaca.

Mereka yang termasuk kedalam hendaya pendengaran terdiri

atas dua kategori yaitu mereka yang tuli sejak dilahirkan disebut

dengan congenitally deaf, dan mereka yang tuli setelah dilahirkan

disebut dengan adventitiously deaf. Sedangkan klasifikasi berdasarkan

atas ambang batas kemampuan mendengar terdiri atas ringan (26-54

dB), sedang (55-69 dB), berat (70-89 dB) dan sangat berat (90 dB

keatas).

4. Anak Tunanetra (Anak dengan Hendaya Penglihatan)

Anak yang mengalami hambatan penglihatan atau tunanetra

atau anak dengan hendaya penglihatan, perkembangannya berbeda

dengan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya, tidak hanya dari sisi

penglihatan tetapi juga dari hal lain.


16

Mengenai perkembangan kognitif anak dengan hendaya

penglihatan, terdapat tiga hal yang berpengaruh buruk terhadap

perkembangan kognitifnya (Lowenfeld, 1948 dalam Delphie, 2006),

antara lain :

a. Jarak dan beragamnya pengalaman yang dimiliki oleh anak dengan

hendaya penglihatan

b. Kemampuan yang telah diperoleh akan berkurang dan akan

berpengaruh terhadap pengalamannya terhadap lingkungan

c. Anak dengan hendaya penglihatan tidak memiliki kendali yang

sama terhadap lingkungan dan diri sendiri, seperti hal yang

dilakukan oleh anak dewasa.

Dalam perkembangan sosialnya, anak dengan hendaya

penglihatan melakukan interkasi terhadap lingkungan dengan cara

menyentuh dan mendengar objeknya. Tidak ada kontak mata dan

kurang ekspresi sehingga interaksi kurang menarik bagi lawannya

(Lewis, 2003 dalam Delphie, 2006).

5. Anak Autistik (Autistic child)

Autism syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya

hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh

kerusakan pada otak. Gejala-gejal penyandang autism (delay &

Deinaker, 1952, Marholin & Philips, 1976 dalam Delphie, 2006)

antara lain :
17

a. Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan

tampang acuh, muka pucat dan mata sayu selalu mandang

kebawah

b. Selalu diam sepanjang waktu

c. Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan

nada monoton

d. Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut, serta tidak

menyenangi disekelilingnya

e. Tidak tampak ceria

f. Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali pada benda yang

disukainya. Misalnya boneka.

6. Anak Tunadaksa (Physical Disability)

Anak tunadaksa mayoritas memiliki kecacatan fisik sehingga

mengalami gangguan pada koordinasi gerak, persepsi dan kognisi

disamping adanya kerusakan saraf tertentu. Kerusakan saraf

disebabkan karena pertumbuhan sel saraf yang kurang atau adanya

luka pada sistem saraf pusat. Kelainan saraf utama menyebabkan

adanya cerebral palsy, epilepsi, spina bifida dan kerusakan otak

lainnya.

7. Anak Tunaganda

Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan

perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-

hambatan perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu atau


18

dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti inteligensi, gerak,

bahasa, atau hubungan-pribadi dimasyarakat. Delphie (2006), mengutip

hukum di Amerika berdasarkan PL. 94-103 (Title II. Ps. 124, Tahun

1975), tentang kelainan perkembangan secara ganda. Kelainan tersebut

antara lain :

a. (i). Mereka yang dikelompokkan kedalam kelainan ganda antara

tunagrahita, cerebral palsy, epilepsy atau autism.

(ii). Mereka yang termasuk mempunyai kondisi lain yang

bertendensi kearah kelainan tunagrahita dengan kondisi-kondisi

kelainan fungsi secara menyeluruh

(iii). Mereka yang mempunyai dyslexia disebabkan oleh kelainan

hambatan seperti cerebral palsy, epilepsy, atau autism.

b. Dimulai sebelum mereka berumur 18 tahun

c. Kelainannya terjadi secara terus-menerus atau kelainannya

bertendensi kearah yang berkelanjutan

d. Kelainan ganda ini merupakan kelainan substansi kemampuan

seseorang untuk berfungsi secara normal dalam masyarakat

3. Penyebab Kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus

Penyebab kelainan pada anak berkebutuhan khusus menurut Poerwanti

(2007), antara lain :

a. Peristiwa Pre natal (sebelum kelahiran)

1). Virus Liptospirosis, virus ini bersumber dari air kencing tikus, yang

masuk ketubuh ibu yang sedang hamil.


19

2). Virus Maternal Rubella atau morbili atau campak Jerman. Penyakit

ini merusak jaringan kulit sampai mengenai persyarafan disertai

demam tinggi dalam waktu lama, sehingga menganggu pertumbuhan

dan perkembangan janin

3). Penggunaan obat-obatan kontrasepsi yang salah pemakaian dan

dapat pula mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat, sehingga

tidak berkembang secara wajar

4). Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat

menyebabkan janin tidak dapat memperoleh oksigen secara maksimal

5). Penyakit menahun seperti TBC dapat mengakibatkan kelainan pada

metabolisme ibu, kondisi ini dapat merusak sel-sel darah tertentu

selama pertumbuhan janin dalam kandungan

6). Infeksi karena penyakit kotor (penyakit kelamin/sipilis yang

diderita ayah atau ibu sehingga mempengaruhi terhadap janin sewaktu

ibu mengandung), toxoplasmosis (dari virus binatang seperti bulu

kucing)

7). Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi/timbel

8). Percobaan abortus yang gagal, sehingga janin yang dikandungnya

tidak dapat berkembang secara wajar

9). Terjadinya kelahiran muda (premature) atau bayi lahir kurang

waktu

b. Natal (terjadi saat kelahiran)


20

1). Aranatal noxia yaitu seorang bayi sebelum dilahirkan terbelit tali

plasenta dileher atau karena ada lendir pada jalan pernafasan, akibatnya

pernafasan bayi tidak dapat normal

2). Proses kelahiran yang menggunakan Tang Verlossing (dengan

bantuan Tang). Menyebabkan brain injury (luka pada otak) sehingga

pertumbuhan otak kurang dapat berkembang secara maksimal

3). Placenta previa, jaringan yang melekat pada segmen bawah rahim

dan menutupi mulut rahim sebagian atau seluruhnya sehingga terjadi

pendarahan diotak

4). Proses kelahiran yang lama, karena pinggul ibu kecil sehingga sulit

melahirkan

5). Disproporsi sefalopelvik (tulang kemaluan ibu yang kurang

proporsional), sehingga proses kelahiran dapat merusak sistem saraf

otak

6). Letak bayi sungsang sehingga kesulitan ibu melahirkan yang

mengakibatkan pengaruh perkembangan bayi

c. Post Natal

1). Penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang otak

(Enchepalitis) yang diakibatkan karena penyakit yang diderita pada

masa kanak-kanak

2). Terjadi incident (kecelakaan) yang melukai kepala dan menekan

otak bagian dalam sehingga keadaan otak menjadi terganggu


21

3). Kekurangan gizi/vitamin pada usia balita sehingga perkembangan

dan pertumbuhan organ tubuh akan terhambat sehingga mengakibatkan

kelainan

4). Diabetes Melitus. Penyakit ini dapat berkomplikasi bersamaan

dengan munculnya penyakit lain, pada organ mata dapat menyebabkan

penyakit berupa retinopathia dan cataracta.

5). Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang (stuip), radang telinga

(otitis media), malaria tropicana, yang dapat berpengaruh terhadap

kondisi badan.

4. Dampak Kelainan Bagi Keluarga

Menurut Kirk & Gallahan (1993), Salim (1996) dalam Poerwanti

(2007), bahwa keberadaan penyandang cacat/anak berkebutuhan khusus

ditengah-tengah kelurga akan menimbulkan dua macam krisis, yaitu :

a. Krisis yang pertama, orang tua menghadapi anaknya sebagai kondisi

kematian secara simbolis. Seorang ibu menantikan kelahiran bayinya

yang didambakan ternyata setelah lahir mengalami kelainan, maka

kemudian hancurlah semua harapan dan impiannya

b. Krisis yang kedua adalah masalah yang berkaitan dengan kesulitan

orang tua dalam merawat, membimbing dan mendidik anak yang

berkelainan. Orang tua tidak tahu bagaimana harus merawat,

mengasuh, mendidik anaknya yang berkelainan menjadi anak yang

berpendidikan. Sehingga dalam berbagai tahapan kehadiran anak

menjadi beban semua anggota keluarga.


22

5. Dampak Kelainan Bagi Masyarakat

Pandangan yang miring terhadap anak berkebutuhan khusus,

bahwa berbeda dari yang lainnya, karena tidak berdaya, selalu ditolong,

dan pada hakekatnya anak berkebutuhan khusus selalu menjadi beban

orang lain. Reaksi masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus juga

sangat bervariasi ada yang bersikap positif, dengan membantu

meringankan beban orang tua, namun pada umumnya lebih banyak yang

cenderung bersikap pasif atau bahkan bernada negatif. Adanya

perkembangan pendidikan yang mengarah kepada pemberian kesempatan

pada anak untuk mendapatkan penghargaan yang sama dengan yang lain

(Poerwanti, 2007).

B. Dukungan Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam

perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu

rumah (Friedman, 1998 dalam Setiawati, 2008). Menurut Baylon &

Maglaya (1978) dalam Rasmun (2009) Dua atau lebih individu yang

bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya

untuk menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Ada hal penting

(Stuart ICN, 2001 dalam Setiawati,2008) dalam definisi keluarga :

a. Keluarga adalah suatu sistem atau unit.


23

b. Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi

kewajiban dimasa yang akan datang.

c. Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan,

pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.

d. Anggota anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal

bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.

e. Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin tidak.

2. Struktur Keluarga

a. Elemen Struktur Keluarga menurut Friedman

1). Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga

baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan

masyarakat.

2). Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan

diyakini dalam keluarga.

3). Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi

diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga

ataupun dalam keluarga besar

4). Struktur kekuatan keluarga


24

Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk

mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan

perilaku kearah positif.

b. Ciri Ciri Struktur Keluarga

1). Terorganisasi

Keluarga adalah serminan organisasi, dimana masing

masing anggota keluarga mempunyai fungsi dan peran masing

masing sehingga tujuan tercapai.

2). Keterbatasan

Dalam mencapai tujuan, setiap anggota tanggung jawab.

3). Perbedaan dan kekhususan

Keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing

masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak semena

mena tetapi keterbatasan dilandasi dengan adanya peran yang

beragam dalam keluarga menunjukkan masing masing anggota

keluarga memiliki peran dan fungsi yang berbeda dan khas.

3. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga terdiri dari lima kategori (Friedmen, 1998 dalam Efendi,

2009 adalah :

a. Fungsi afektif (affective function)

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk


25

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi

afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota

keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang

positif, perasaan yang memiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan

sumber kasih sayang dan reinforcement.

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social

placement function).

Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan

mengembangkan kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain

diluar rumah. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar

bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga

dicapai melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang

ditujukan dalam sosialisasi.

c. Fungsi reproduksi (reproductive function)

Keluarga befungsi untuk meneruskan kelangsungan dan

menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi (economic function)

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan

tempat mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan

penghasilan dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian,

dan rumah.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care function)


26

Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga

agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga

dalam memberikan perawatan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga.

4. Peran Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai

tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan (Suprajitno,

2004) meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan

keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala

sesuatu tidak akan berarti.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Merupakan

upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai

dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga

yang mempunyai kemampuan untuk menentukan tindakan keluarga.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh

tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang parah tidak terjadi

lagi.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.


27

5. Peran Keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus

Seorang anak tidak hanya membutuhkan makanan, kehangatan, dan

perlindungan fisik tetapi juga untuk dicintai. Semua itu adalah hak hak

dan tanggung jawab orang tua untuk mempertemukan kebutuhan

kebutuhan tersebut. Suatu tugas khusus orang tua adalah untuk

merawat/menjaga dan mendidik anak dari kecil untuk mengubah

tatalaksana sesuai dengan makin matangnya anak (Davies, 2009). Orang

tua harus memperhatikan benar anak yang menderita retardasi mental dan

disarankan agar anak dimasukkan kedalam sekolah khusus yaitu di Sekolah

Luar Biasa agar mendapatkan pendidikan dan perkembangan yang optimal

(Mustofa, 2010 dalam Gralfitrisia, 2012).

6. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah Sikap, tindakan, dan penerimaan orang

tua terhadap anggota keluarga lain (Setiawati, 2008). Anggota keluarga

dalam menghadapi keadaan yang berada diluar harapan yang menjadi

stressor bagi keluarga melalui proses tertentu akan memungkinkan

keluarga itu untuk bertahan dan beradaptasi dengan baik hingga menjadi

sebuah keluarga yang relisien (Mc Cubbin, 2001 dalam Puspita, dkk, 2011)

menyatakan bahwa fase adaptasi merupakan konsep sentral dari ketahanan

keluarga (family resiliency). Olson & De Frain (2003) mengatakan bahwa

keluarga akan saling memberikan dukungan fisik, emosi dan ekonomi.

Keluarga merupakan lingkungan pertama dalam memberikan proses


28

pertumbuhan anak. Keluarga yang harmonis akan memberikan dampak

positif dalam keluarga tanpa konflik ataupun tanpa dinamika.

Keluarga merupakan sebuah sistem sosial/ekologikal dibentuk oleh

sekumpulan tujuan, keyakinan cultural, peran orang tua dan anak, harapan

dan kondisi sosio ekonomi (Cook, Cook, & Tran, 1997; Danseco, 1997;

Fine & Simpson, 2000; Howie, 1999; Sontag, 1996; Turbiville, 1997,

Hardman, 2002; dalam Hidayati, 2011). Mengacu pada teori ekologi,

konsep ekologi dapat diterapkan pada manusia. Ekologi manusia meliputi

konteks biologis, psikologis, sosial, dan budaya yang berinteraksi dengan

seseorang yang sedang berkembang dan memberikan konsekuensi atas

proses yang dijalaninya (misalnya : persepsi, belajar, perilaku) yang

berkembang dari waktu ke waktu (Bronfenbrenner & Morris, 1998, dalam

Bern, 2007).

a. Jenis dukungan

Keluarga merupakan bagian dalam kelompok sosial. Ada 5

dimensi dari dukungan sosial keluarga (Friedman, 1998 dalam Astari,

2010 adalah :

1). Dukungan informasional

Mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan

mengajarkan keterampilan yang bisa menyediakan pemecahan.

Manfaat dalam dukungan ini adalah adanya informasi yang

diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada

individu.
29

2). Dukungan Penghargaan

Ungkapan penghargaan positif untuk orang lain, dorongan

maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan

perhatian kepada individu lain.

3). Dukungan instrumental

Bantuan secara langsung seperti ketika anggota keluarga lain

memberikan, menolong, membantu menyelesaikan masalah

seseorang pada situasi tertentu. Keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit.

4). Dukungan emosional

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

terhadap individu-individu lain. Dengan begitu individu merasa

dicintai dan merasa aman.

5). Dukungan sosial

Hubungan sosial adalah yang memerlukan bantuan orang

lain. Bisa juga menghabiskan waktu dengan orang lain pada waktu

luang atau rekreasi. Oleh karena itu, individu merupakan bagian dari

keluarga, teman sekolah atau kerja, kegiatan agama atau bagian dari

kelompok lainnya.

b. Faktor yang mempengaruhi keefektifan dukungan sosial keluarga

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial, (Cohen & Syme,

1985 dalam Widyastuti, 2008) adalah :

1). Pemberi dukungan sosial


30

Dukungan lebih mempunyai makna, apabila berasal dari

sumber yang sama. Hal ini akan menjalinkan keakraban dan tingkat

kepercayaan penerima dukungan.

2). Jenis dukungan

Dukungan yang diberikan itu bermanfaat sesuai dengan

kondisi yang terjadi, misalnya dukungan informatife yang diberikan

akan lebih bermanfaat diberikan pada orang yang kekurangan

pengetahuan.

3). Penerima dukungan

Penerimaan dukungan itu dipengaruhi oleh kemampuan

penerima dukungan untuk mencari dan mempertahankan dukungan

yang diperoleh

4). Lamanya pemberian dukungan

Lama atau singkatnya pemberian dukungan tergantung

kapasitas dari pemberi dukungan dalam suatu periode tertentu


31

C. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan maka dibentuk kerangka teori penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Faktor penyebab

Gangguan Deprivasi
Terjadi Gangguan Pengaruh Kelainan Prematuritas
Infeksi Penyakit otak jiwa berat psikososial
rudapaksa metabolisme prenatal kromosom

ABK

1. Baik
Adaptasi terhadap
2. Cukup
perubahan
3. Kurang

Dukungan keluarga

Dukungan informasional Dukungan penilaian Dukungan instrumental Dukungan emosional Dukungan sosial

Bagan 2.1 Modifikasi Kerangka Teori Friedman, 1998 dalam Astari, 2010; Maramis, 2005 dalam Kuntjojo, 2009; Salmiah, 2010;

Kuntjojo, 2009; Lynn, 2009


32
32

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini mengkaji satu variabel yang terdiri dari variabel bebas

(independen), yaitu dukungan keluarga. Variabel bebas digambarkan dalam

bentuk variabel seperti pada Bagan 3.1 berikut :

Dukungan Keluarga yang Memiliki ABK :


1. Dukungan informasional
2. Dukungan penghargaan
3. Dukungan instrumental
4. Dukungan emosional
5. Dukungan sosial

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Dukungan Keluarga yang Memiliki Anak


Berkebutuhan Khusus di Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan

32
33

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Jenis Perbedaan gender Menjawab Kuesioner A 1. Laki-laki Nominal
Kelamin pertanyaan 2. perempuan
kuesioner
dengan
pilihan
jawaban
laki-laki
atau
perempuan
Usia Usia orang tua Kuesioner Kuesioner A 1. 17 - 25 Ordinal
terhitung dari lahir data 2. 26 - 35
sampai dengan usia demografi 3. 36 - 45
saat 4. 46 55
5. 56 - 60
(Depkes, 2009)
Pendidikan Aktivitas dan usaha Kuesioner Kuesioner A 1. SD Ordinal
manusia untuk data 2. SMP
meningkatkan demografi 3. SMA
kepribadiannya. 4. PT
Jenis Perebedaan gender Kuesioner Kuesioner A 1. Laki-laki Nominal
Kelamin pada anak. data 2. Perempuan
Anak demografi
Dukungan Dukungan yang Menggunak Kuesioner B 1. Baik = Ordinal
Keluarga diberikan keluarga an skala jika skor
terdiri dari : Likkert jawaban >
1. Dukungan dengan 26 95
informasional pertanyaan {x
2. Dukungan (+1.0)}
penghargaan 2. Cukup =
3. Dukungan jika skor
instrumental jawaban 61<
4. Dukungan x < 95
emosional { (-1.0)
5. Dukungan sosial x<
(+1.0)}
3. Kurang =
34

jika skor
jawaban <
61
{x < (-
1.0)}

(Azwar,
2012)
BAB IV

METODE PENELITIAN

Sebuah penelitian mengandung metode yang harus dilalui sebagai syarat

dalam penelitian. Oleh karena itu, dalam bab ini akan diuraikan beberapa cara

pelaksanaan penelitian dengan menyajikan metode-metode yang akan digunakan

serta teknik analisis untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang telah direncanakan pada penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau

penghubungan dengan variabel yang lain (Siregar, 2013). Pendekatan penelitian

dengan kuantitatif lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan

penafsiran angka statistik, bukan makna secara kebahasan dan kulturnya (Siregar,

2013).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan,

Provinsi Banten, yaitu Sekolah Khusus Muara Sejahtera, Sekolah Khusus Nurasih

dan Sekolah Khusus Al-ikhsan 01. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Oktober 2014. Alasan peneliti memilih tiga sekolah sebagai lokasi penelitian

karena kekurangan responden saat melakukan penelitian, dan belum pernah

35
36

dilakukan penelitian mengenai dukungan keluarga pada anak berkebutuhan

khusus disekolah ini.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak

berkebutuhan khusus di Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan. Data

sekolah yang akan diambil antara lain, Sekolah Khusus Muara Sejahtera,

Sekolah Khusus Nurasih dan Sekolah Khusus Al-ikhsan 01. Populasi dari tiga

sekolah ini ada 100 orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian adalah sebagian dari populasi (sebagian atau

wakil populasi yang diteliti) (Riduwan, 2007). Sampel dalam penelitian ini

menggunakan sampling jenuh/total sampling. Sample jenuh dalam penelitian

adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai

sampel (Riduwan, 2007). Dalam pengambilan sampel, dari 100 orang diambil

60 orang tua, karena 40 orang tua menolak untuk dijadikan sampel penelitian.

Sampel dalam penelitian harus memenuhi kriteria, sebagai berikut:

a. Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di

Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan

b. Bersedia menjadi responden untuk penelitian


37

D. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan total sampling sebagai teknik dalam

pengambilan sampel. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi (Dahlan, 2010). Dalam penelitian ini

sampel berjumlah 60 orang dari total populasi 100 orang. Namun 40 orang tua

menolak untuk dijadikan responden penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran. Ada

juga yang menyatakan bahwa instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis

tentang wawancara, atau pengamatan atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan

untuk mendapatkan informasi dari responden (Gulo, 2005 dalam Widoyoko,

2012). Kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner

mengenai data demografi serta data mengenai dukungan orang tua yang memiliki

anak berkebutuhan khusus. Untuk data demografi terdiri dari jenis kelamin, usia,

pendidikan orang tua, pekerjaan dan jenis kelamin anak. Sedangkan untuk data

data mengenai dukungan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus

terdiri dari dukungan keluarga, jenis dukungan, dan gambaran dukungan.

Instrumen yang digunakan dikembangkan sendiri oleh peneliti dari teori

Friedman (1998) dalam Astari (2010) dengan subvariabel, yaitu dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan


38

informasional dan dukungan sosial. Pernyataan yang dibuat oleh peneliti

dikembangkan dari masing-masing subvariabel dengan jumlah 26 buah.

Responden memilih satu dari lima pilihan jawaban yang ada pada kuisioner

dengan menggunakan skala Likert, dimana untuk pertanyaan favorable bila

jawaban selalu skor 5, sering skor 4, kadang-kadang skor 3, jarang skor 2, dan

jika tidak pernah skor 1. Untuk pertanyaan unfavorable apabila jawaban selalu

skor 1, sering skor 2, kadang-kadang skor 3, jarang skor 4, dan skor tidak pernah

5. Setiap kategori dukungan terdiri dari beberapa pertanyaan. Pertanyaan 1,2,3,4

dan 5 kategori dukungan informasional, pertanyaan 6,7,8,9,10,11,12 kategori

dukungan emosional, pertanyaan 13,14,15,16,17 kategori dukungan penghargaan,

pertanyaan 18,19,20,21,22 kategori dukungan instrumental, dan pertanyaan

23,24,25,26 dalam kategori dukungan sosial.

Interpretasi skor yang digunakan pada dukungan keluarga akan dibagikan

kedalam 3 kategori, menjadi :

a. Baik = jika skor jawaban x (+1.0)

b. Cukup = jika skor jawaban (-1.0) x < (+1.0)

c. Kurang = jika skor jawaban x < (-1.0) (Azwar, 2012)

dimana :

= 1/2 (Xmaks+Xmin) x total item pertanyaan


= 1/6 (Imaks - Imin)
Xmaks = skor tertinggi pada 1 item pernyataan (5)
Xmin = skor terendah pada 1 item pernyataan (1)
Imaks = jumlah total skor tertinggi (130)
39

Imin = jumlah total skor terendah (26)

F. Teknik Pengujian Instrumen

1. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu

mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2013). Metode pengujian validitas

instrumen yang digunakan adalah rumus Pearson Product Moment (Riduwan,

2007), dengan bantuan Program Aplikasi Statistik. Kuisioner dinyatakan valid

jika nilai r hitung > nilai r tabel (0.355) dengan jumlah sampel sebanyak 31

orang. Dari uji validitas, ada 3 item pertanyaan yang tidak valid. Yang tidak

valid diantaranya pertanyaan ketigabelas, pertanyaan keenambelas dan

pertanyaan keduapuluh lima. Karena nilai r tabel dibawah 0,355. Pertanyaan

tidak valid dilakukan perubahan redaksi setelah konsultasi dengan dosen

pembimbing.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap

konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula (Siregar,

2013). Hasil uji reliabilitas dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,6

(Siregar, 2013). Hasil uji reliabilitas kuesioner dukungan keluarga didapatkan

nilai alpha 0,750 sehingga dapat dikatakan reliabel. Pengujian ini diuji

cobakan dengan 31 orang lalu diukur dengan cara komputerisasi.


40

G. Teknik Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin dari pihak Sekolah Muara Sejahtera, Sekolah

Nurasih dan Sekolah Al-ikhsan 01 Tangerang Selatan, sekolah menunjukkan

salah satu guru untuk memberi penjelasan saat pengambilan sampel yang

dijadikan responden. Kemudian, peneliti melakukan pengambilan data mengenai

jumlah orang tua yang ada di tiap sekolah tersebut yang bisa dijadikan responden

penelitia ini.

Selanjutnya peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada orang tua

murid yang mengantar anaknya kesekolah. Peneliti melakukan inform consent

kepada orang tua murid, menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini.

Peneliti juga menjelaskan maksud dari tiap-tiap pertanyaan kepada orang tua saat

orang tua akan mengisi kuesioner tersebut. Waktu pengambilan kuesioner ini

dilakukan setelah orang tua mengisi form pertanyaan. Ada sebagian orang tua

bawa pulang, keesokan harinya dilakukan pengambilan kuesiner bagi yang bawa

pulang kerumah. Selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data.

H. Pengolahan Data (Data Processing)

Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau

data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan

rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007).


41

Peneliti dalam mengolahkan data, menggunakan langkah-langkah sebagai


berikut :

1. Editing / memeriksa

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh para pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah diseleksi

dilakukan terhadap :

a. Kelengkapan jawaban, apakah tiap pertanyaan sudah ada jawabannya.


b. Keterbacaan tulisan, tulisan yang sulit dibaca akan mempersulit
pengolahan data.
c. Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak relevan maka
editor harus menolaknya.
2. Memberi Tanda Kode/Koding

Koding adalah mengklarifikasikan jawaban-jawaban dari pada

responden kedalam kategori. Klasifikasi dilakukan dengan cara memberi

tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

3. Sorting
Sorting adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data
menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).
4. Entry data

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian

dimasukkan kedalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.

5. Cleaning yaitu Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau

belum.
42

6. Mengeluarkan informasi (disesuaikan dengan tujuan penelitian yang

dilakukan).

I. Teknik Analisa Data

Setelah dilakukan pengolahan data, kemudian dianalisis untuk mengetahui

hasil yang dapat menjawab pertanyaan peneliti. Analisis yang dilakukan peneliti

adalah analisis univariat.

Analisis univariat mempunyai tujuan untuk mendiskripsikan dari masing-

masing variabel. Untuk data kategorik dengan menghitung frekuensi dan

persentase masing-masing variabel yaitu dukungan keluarga yang memiliki anak

ABK, serta variabel lain yang ikut diteliti, yaitu usia orang tua, jenis kelamin

orang tua, pendidikan orang tua dan jenis kelamin anak.

J. Etika Penelitian

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga

penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan

manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami

(Hidayat, 2008), sebagai berikut :

1. Prinsip manfaat

Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan

atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk

dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan

mempertimbangkan antara aspek resiko dengan aspek manfaat, bila penelitian

yang dilakukan dapat mengalami dilema dalam etik.


43

2. Prinsip menghormati manusia

Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang

harus dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau

dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.

3. Prinsip keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia

dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak

menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap

manusia.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan disekolah khusus yang berlokasi dibeberapa

wilayah di kota Tangerang Selatan. Sekolah yang dilakukan tempat penelitian itu

diantaranya: Sekolah Khusus Muara Sejahtera Pondok Cabe, Sekolah Khusus

Nurasih Kampung Utan, Sekolah Khusus Al-ikhsan 01 Pirigi Lama.

Sekolah Khusus Muara Sejahtera beralamat di Jalan Trubus II, Pondok

Cabe Ilir Pamulang. Jumlah murid di sekolah ini ada 50 orang yang terdiri dari 29

orang murid SD, 13 orang murid SMP, dan 8 orang murid SMA dengan jumlah

pengajar 12 orang. Murid disekolah ini merupakan anak tunagrahita dan

tunarungu.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah proses kegiatan belajar mengajar

diruang sekolah, selain itu ada beberapa kegiatan yang sekaligus terapi bagi

siswa-siswi di Sekolah Khusus Muara Sejahtera, diantaranya yaitu tata boga,

memasak, sablon pakaian, komputer dan bermain musik (band).

Penelitian selanjutnya adalah Sekolah Khusus Nurasih yang terletak di

wilayah Kampung Utan, Ciputat. Sekolah ini terdiri dari murid SD, SMP dan

SMA dengan gangguan tuna grahita dan autism sebanyak 40 murid dan staf

pengajar sebanyak 12 orang.

44
45

Penelitian terakhir yaitu di Sekolah Khusus Al-Ikhsan 01 terletak di Jalan

Lengkong Karya, Serpong Utara. Jumlah murid 45 orang dimulai dari jenjang SD,

SMP sampai SMA dengan jumlah pengajar 19 orang. Murid di sekolah ini

merupakan anak dengan gangguan perkembangan seperti autisme, Attention

Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Down Sindrom, tuna grahita dan

beberapa gangguan perkembangan lainnya.

Jumlah dari anak berkebutuhan khusus yang diambil dari ketiga sekolah,

yaitu : anak tunagrahita, anak tunarungu, dan anak autis.

B. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, karakteristik yang dianalisis adalah sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin
Pengelompokan responden berdasarkan kategori jenis kelamin
digambarkan pada tabel 5.1 berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Keluarga (orang tua)
di Sekolah Khusus Tangerang Selatan 2014
(n = 60)
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 12 20,0%
Perempuan 48 80,0%
Total 60 100%
Tabel 5.1 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan, yaitu 80,0%, sedangkan responden laki-laki hanya sebesar 20,0%.


46

2. Usia
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Sekolah Khusus Tangerang
Selatan 2014
(n = 60)
Usia Frekuensi Persentase
26 - 35 58 96,7%
36 - 45 1 1,7%
56 - 60 1 1,7%
Total 60 100%
Tabel 5.2 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden dengan rentang usia 26

35 tahun sebanyak 58 orang (96,7%), usia 36-45 tahun sebanyak 1 orang (1,7%%)

dan untuk usia 56-60 orang sebanyak 1 orang (1,7%)

3. Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan di Sekolah Khusus
Kota Tangerang Selatan 2014
(n = 60)
Pendidikan Frekuensi Persentase
Perguruan Tinggi 36 60,0%
SMA 21 35,0%
SMP 3 5,0%
Total 60 100%
Tabel 5.3 menunjukkan hasil bahwa orang tua yang berpendidikan tingkat perguruan

tinggi lebih banyak 36 orang (60,0%) dibandingkan pendidikan tingkat SMA dan

tingkat SMP. Untuk yang paling sedikit terdapat pada pendidikan tingkat SMP

sebanyak 3 orang (5,0%).


47

4. Jenis Kelamin Anak


Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di Sekolah
Khusus Kota Tangerang Selatan 2014
(n = 60)
Jenis Kelamin Anak Frekuensi Persentase
Laki-laki 46 76,7%
Perempuan 14 23,3%
Total 60 100%
Tabel 5.4 menunjukkan hasil penelitian bahwa jumlah anak laki-laki lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah anak perempuan. Jumlah anak laki-laki sebanyak 46

orang (76,7%) dan jumlah anak perempuan sebanyak 14 orang (23,3%).

C. Jenis ABK

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Anak Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan 2014
(n=60)
Jenis ABK Frekuensi Persentase
Tunagrahita 34 56,7%
Tunarungu 4 6,7%
Autis 22 36,7%
Total 60 100%
Tabel 5.6 dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa, banyak ditemukan anak

tunagrahita dibandingkan dengan anak berkebutuhan khusus lainnya. Untuk anak

tunagrahita sebanyak 34 orang (56,7%), anak autis sebanyak 22 orang (36,7%) dan

untuk anak tunarungu sebanyak 4 orang (6,7%).


48

D. Dukungan Keluarga
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di Sekolah
Khusus Kota Tangerang Selatan 2014
(n=60)
Dukungan Keluarga Frekuensi Persentasi
Baik 41 68,3%
Cukup 10 16,7%
Buruk 9 15,0%
Total 60 100%
Tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa dari hasil penelitian dalam kategori, 41
dukungan baik (68,3%), 10 dukungan cukup (16,7%), dan 9 dengan dukungan buruk
(15,0%).

E. Jenis Dukungan dan Gambaran Dukungan ABK


Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Dukungan Keluarga di
Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan 2014
(n=60)
ABK
Jenis dukungan Tunagrahita Tunarungu Autis
N N N
Kurang 1 0 9
Dukungan informasional Cukup 2 1 8
Baik 31 3 5
Kurang 1 0 8
Dukungan emosional Cukup 1 0 9
Baik 32 4 5
49

Kurang 2 0 6
Dukungan penghargaan Cukup 3 2 11
Baik 29 2 5
Kurang 1 0 9
Dukungan instrumental Cukup 2 0 8
Baik 31 4 5
Kurang 1 0 7
Dukungan sosial Cukup 3 1 10
Baik 30 3 5
Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa dari hasil penelitian dalam lima jenis dukungan

keluarga dalam kategori baik lebih banyak dukungan emosional pada jenis anak

tunagrahita sebanyak 32 orang (94,1%) daripada dukungan informasional, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan sosial. Sedangkan dukungan

dalam kategori baik lebih sedikit dukungan penghargaan pada jenis anak tunarungu

sebanyak 2 orang daripada dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan

instrumental dan dukungan sosial.


50

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gambaran Dukungan Anak
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan 2014
(n=60)
Dukungan Keluarga
Jenis ABK Total
Kurang Cukup Baik

Tunagrahita N 2 0 32 34

% 5,9% 0,0% 94,1% 100%

Tunarungu N 0 0 4 4

% 0,0% 0,0% 100% 100%

Autis N 7 10 5 22

% 31,8% 45,5% 22,7% 100%

9 10 41 60
Total
15,0% 16,7% 68,3% 100%

Tabel 5.8 memperlihatkan dari 60 responden dapat dilihat dukungan dalam kategori

baik lebih banyak pada anak tunagrahita dibandingkan dengan anak tunarungu dan

anak autis. Dukungan kategori baik pada anak tunagrahita sebanyak 94,1%, dukungan

kategori baik pada anak tunarungu 100%, sedangkan untuk dukungan pada anak autis

dikategori cukup sebanyak 45,5%.


51
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan interpretasi dari hasil penelitian dan keterbatasan

penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan

dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian akan

memaparkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan penelitian.

A. Gambaran Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden 50 berjenis

kelamin perempuan 83,3%, sedangkan 10 responden laki-laki 16,7%. Hal ini

menjelaskan bahwa kebanyakan orang tua yang meluangkan waktu untuk

menunggu anak berkebutuhan khusus selama jam sekolah adalah orang tua

perempuan (ibu). Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Miranda (2013) bahwa ibu

lebih besar memberi dukungan dari pada ayah. Ibu merasakan rasa tanggung jawab

terhadap kondisi normal-abnormal anaknya merawat anak sejak dalam kandungan,

melahirkan hingga masa pertumbuhan anak. Ayah lebih terfokus pada financial

dalam membesarkan anak (Wenar dan Kerig (2000) dalam Miranda (2013).

Hal itu juga sesuai dengan hasil wawancara dengan para orang tua

perempuan, yang mengatakan bahwa lebih punya waktu untuk mengurus anak dan

anak ini titipan dari Allah. Sedangkan untuk orang tua laki-laki mencari nafkah

untuk keluarga.

51
52

Usia orang tua dibagi menjadi menjadi 4 kategori yaitu : usia 17-25 tahun

(remaja akhir), usia 26-35 tahun (dewasa awal), usia 36-45 tahun (dewasa akhir),

usia 46-55 tahun (lansia awal), dan 56-60 tahun (lansia akhir). Hasil persentase

usia 26 35 tahun lebih banyak (96,7%) dari usia 36-45 dan usia 46-55 tahun.

Orang tua yang berusia 36-45 tahun sebanyak 1 orang (1,7%), sedangkan yang

berusia 56-60 tahun sebanyak 1 orang (1,7%). Dalam penelitian ini tidak

ditemukan usia orang tua 17-25 tahun dan 46-55 tahun. Menurut Supartini (2004)

usia orang tua sangat berpengaruh dalam mengasuh anak. Usia yang terlalu muda

dan terlalu tua tidak dapat menjalankan secara optimal karena diperlukan kekuatan

fisik dan psikososial. Penelitian Arfandi (2014) usia berkisar antara 23 58 tahun,

tergolong matang untuk menjaga dan mendidik anak dengan berkebutuhan khusus.

Hasil dari wawancara satu orang tua yang berusia 59 tahun mengatakan, kekuatan

fisik sudah tidak menjamin dalam mendidik dan hampir setiap hari dan setiap pagi

mengantar anak kesekolah.

Tingkat pendidikan orang tua diteliti, terdiri dari perguruan tinggi, SMA,

dan SMP. Orang tua yang pendidikan hingga perguruan tinggi sebanyak 35 orang,

tingkat pendidikan SMA sebanyak 21 orang, dan tingkat pendidikan SMP

sebanyak 4 orang. Hasil dari persentase tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih

banyak (60,0%) dari pada tingkat pendidikan SMA dan SMP.

Tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada kurang pengetahuan tentang

kebutuhan-kebutuhan dan cara didik anak. Sebaliknya semakin tinggi tingkat

pengetahuan maka semakin baik dampak bagi perkembangan anak (Wahidin

(2006) dalam Arfandi (2014). Hal lain juga dijelaskan oleh Mayasari (2009)
53

tingkat pendidikan orang tua berbeda-beda ini menjadikan berbeda juga cara

bagaimana orang tua mendidik. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan

semakin tinggi pengetahuan orang tua dalam mendidik anak.

Hasil penelitian bedasarkan jenis kelamin anak di Sekolah Khusus Kota

Tangerang Selatan, terdapat jenis kelamin laki-laki sebanyak 46 (76,7%) dan

perempuan sebanyak 14 (23,3%). Jeffrey (2005) menyebutkan bahwa gangguan

anak berkebutuhan khusus menyerang sekitar 2 20 orang dari 10.000 orang

dalam suatu populasi dan pada umumnya gangguan lebih banyak terjadi pada anak

laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.

B. Gambaran dukungan dan Jenis Dukungan Keluarga dengan Anak ABK

Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden (32 orang)

memberikan dukungan emosional yang baik tentang ABK, 31 orang memberikan

dukungan informasional yang baik, 29 orang memberikan dukungan penghargaan

yang baik, 31 orang memberikan dukungan instrumental yang baik dan 30 orang

memberikan untuk dukungan sosial kategori baik terhadap anak ABK. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardyanto (2010) bahwa orang tua

telah memberikan dukungan secara maksimal sesuai dengan pemahaman masing-

masing. Dukungan yang diberikan orang tua yaitu dukungan instrumental berupa

pemenuhan kebutuhan fisiologis secara penuh kepada anak, dukungan

informasional berupa pemberian meliputi pencarian informasi mengenai

permasalahan anak, dan kemudian dukungan emosional berupa peningkatan rasa

percaya diri anak ketika melakuka interaksi sosial.


54

Peran dan dukungan orang tua pada anak tunagrahita adalah memberikan dasar

pendidikan beragama, menciptakan suasana yang hangat serta memberikan norma

baik dan buruk (Nurhayati, 2008).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

dukungan baiknya terdapat pada dukungan emosional (4 orang) dan dukungan

instrumental (4 orang). Data ini belum menggambarkan dukungan keluarga pada

anak tunarungu, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan jumlah sampel responden

pada anak anak tunarungu.

Hasil uji statistik menunjukkan dukungan keluarga palingan besar pada

dukungan penghargaan dalam kategori cukup (11 orang), dukugan dalam kategori

kurang pada dukungan informasional dan instrumental masing-masing 9 orang,

sedangkan dukungan kategori baik mewakili semua dukungan (5 orang). Lain

halnya dengan penelitian Pancawati (2013) yang menyatakan bahwa dari 4

responden memberikan dukungan, hanya 3 responden yang memberikan dukungan

secara maksimal pada anak autis yaitu dukungan emosional. Sebagai orang tua

harus dapat memberikan dukungan dan membantu terhadap segala hal yang

dilakukan oleh anak serta dapat memberikan pendidikan informal guna membantu

pertumbuhan dan perkembangan (Hasbullah, 2001 dalam Pancawati, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dengan anak

berkebutuhan khusus termasuk kedalam kategori baik sebanyak 41 (68,3%), 10


55

kategori cukup (16,7%) dan 9 dalam kategori buruk (15,0%). Akan dibahas dan

dibagi kedalam beberapa dukungan :

1. Dukungan keluarga dengan Anak Tunagrahita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan dalam kategori baik

lebih besar dari pada dukungan dalam kategori cukup dan buruk dalam setiap

dukungan. Untuk kategori baik sebanyak 94,1%, kategori cukup 0,0% dan

kategori kurang sebanyak 5,9%.

Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Arfandi (2014) bahwa

seluruh respon memberi dukungan yang bervariasi. Diantara 51 responden

sebagian besar dukungan dalam kategori cukup yaitu sejumlah 30 orang

(58,8%), 18 (35,3%) dukungan sosial keluarga dalam kategori baik dan

sedangkan 3 (5,9%) dukungan keluarga dalam kategori kurang. Hal ini

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial keluarga

adalah tingkat pendidikan. Semakin rendah tingkat pengetahuan keluarga maka

semakin buruk dampaknya bagi anak retardasi mental (Wahidin (2006) dalam

Arfandi (2014)).

Amin dan Dwidjosumarto (1979) dalam Lestyaningsih (2009)

mengemukakan bahwa orang tua yang memiliki anak tunagrahita (retardasi

mental) biasanya merasa tidak bahagia mempunyai anak yang berkelainan,

bahkan tidak sedikit orang tua malu mempunyai anak berkelainan. Somantri

(2006) dalam Lestyaningsih (2006) menjelaskan bahwa perasaan dan tingkah

laku orang tua yang memiliki anak tunagrahita yaitu, ada perasaan kehilangan
56

kepercayaan diri karena mempunyai anak yang tidak normal (orang tua menjadi

cepat marah), kehilangan kepercayaan diri dalam mengasuh anaknya, ada

perasaan kehilangan kepercayaan diri untuk bergaul dengan khalayak ramai,

2. Dukungan Keluarga dengan Anak Tunarungu

Hasil penelitian menunjukkan dukungan dalam kategori baik sebanyak 4

orang (100%). Disini adanya keterbatasan responden pada anak tunarungu.

Dari hasil wawancara, mengatakan bahwa orang tua susah untuk lepas dari

jangkauan anaknya. Anak tunarungu berbeda dengan anak normal lainnya.

Karena setiap yang disampaikan ke anak tidak bisa didengar dengan sempurna

oleh anak tersebut. Anak normal bisa disuruh berhenti jika disuruh berhenti,

untuk anak tunarungu susah untuk diberitahu. Akibat dari gangguan

pendengaran, anak kurang untuk keterampilan bahasa dan bersosial.

Mangunsong (2011) menyatakan bahwa anak dengan gangguan pendengaran

(tunarungu) seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Masalah utama pada

anak dengan gangguan tunarungu adalah masalah komunikasi.

Ketidakmampuan untuk berkomunikasi berdampak luas, baik segi

keterampilan bahasa, membaca, menulis, penyesuaian sosial, serta prestasi

sekolah.

Menurut hasil penelitian Khotimah (2012) mengatakan bahwa dukungan

sosial dalam faktor pemahaman diri (self-insight) ditemukan hasil sebagai

berikut : subjek memiliki kesadaran atas kondisi anaknya yang mengalami

kondisi yang buruk (baik secara fisik maupun secara mental), subjek memiliki

keinginan dan mendukung kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi


57

yang lebih baik, khususnya untuk anaknya. Disimpulkan bahwa, dukungan

untuk anak tunarungu selalu diberikan, demi kebaikan anaknya.

3. Dukungan Keluarga dengan Anak Autis

Hasil dukungan pada anak autis menunjukkan bahwa, sebagian besar

dukungan orang tua dalam kategori cukup. Untuk dukungan dalam kategori

cukup sebanyak 45,5%, baik sebanyak 22,7%, dan dalam kategori buruk

sebanyak 31,8%. Hal ini sejalan dengan penelitian Zainuri (2010) sebagian

besar responden (orang tua) memberikan dukungan sosial dalam kategori baik

sebanyak 58,3% dari 14 responden. Dukungan sosial Hallahan (2006) dalam

Mangunsong (2011) merupakan persepsi sesorang terhadap dukungan yang

diberikan orang lain dalam jaringan sosialnya (misalnya keluarga dan teman)

yang membantu meningkatkan kemampuan diri. Menurut santrock (2007),

dukungan orang tua pada anak autis merupakan dukungan dimana orang tua

memberikan kesempatan pada anak agar dapat belajar mengembangkan

kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif dan bertanggung

jawab segala perbuatannya.

Berdasarkan dari penelitian Sarah (2011) aspek dukungan emosional,

dukungan informatif, dan dukungan instrumental memiliki hubungan kuat

dengan self-esteem sebesar 67,4%, 78,8%, dan 73,4%. Hasil ini menunjukkan

bahwa dukungan sosial keluarga berkaitan dengan meningkatny self-esteem

pada ibu yang mempunyai anak autis dalam keadaan baik.

Berdasarkan hasil penelitian Khairatun (2008) subjek penelitisn ini

menggunakan ibu-ibu usia 28 40 tahun yang mempunyai anak autis berusia 3


58

10 tahun. Sikap dan dukungan sosial keluarga yang diberikan ibu

sedang/cukup. Maka semakin tinggi dukungan sosial keluarga, maka semakin

positif sikap ibu terhadap anak penyandang autis.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, dari tingkat pendidikan orang tua

yang penyandang autis bervariasi. Untuk pendidikan orang tua perguruan

tinggi sebanyak 36,4%, pendidikan SMA sebanyak 50,0% dan pendidikan

SMP sebanyak 3%. Semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin baik

dampak bagi perkembangan anak (Wahidin (2006) dalam Arfandi (2014).

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti, diantaranya

yaitu:

1. Orang tua banyak yang menolak untuk menjadi responden, sehingga jumlah

responden sedikit.

2. Instrumen penelitian dibuat sendiri, karena belum ada instrumen baku untuk

dukungan keluarga khususnya orang tua.

3. Banyak orang tua menjawab lembar pertanyaan dengan bantuan orag lain.

Ada kemungkinan data yang diberikan orang tua bias/tidak sesuai dengan

jawaban dari orang tua itu sendiri.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil uraian penelitian yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil dari keseluruhan temuan

dan pengujian hasil penelitian sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian didapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik

(68,3%), kategori cukup (16,7%), dan dalam kategori kurang (15,0%). Hal ini

dibuktikan dari hasil tingkat pendidikan, perguruan tinggi lebih banyak

(60,0%), SLTA (35,0%), dan SMP (5,0%). Dari segi jenis kelamin responden,

didapatkan bahwa perempuan lebih banyak (80,0%) dibandingkan dengan

responden laki-laki (20,0%). Sedangkan berdasarkan usia responden,

didapatkan kecendrungan berusia 26-35 tahun yaitu 58 orang (96,7%).

2. Berdasarkan distribusi frekuensi berdasarkan gambaran dukungan anak

tungrahita dengan dukungan baik 32 orang (94,1%), dan dukungan dalam

kategori kurang 2 orang (5,9%).

3. Berdasarkan distribusi frekuensi berdasarkan gambaran dukungan anak

tunarungu dengan kategori baik sebanyak 4 orang (100%).

4. Berdasarkan distribusi frekuensi berdasarkan gambaran dukungan anak autis

dengan kategori baik 5 orang (22,7%), dukugan cukup 10 orang (45,5%) dan

dukungan kurang 7 orang (31,8%).

59
60

B. Saran

1. Bagi institusi keperawatan, penelitian ini dapat menjadi referensi dalam bidang

keperawatan. Khususnya keperawatan anak dan keperawatan keluarga yang

mendapatkan kasus tentang masalah dukungan terhadap ABK, bisa memberikan

penyuluhan mengenai dukungan kepada orang tua yang berguna untuk ABK.

2. Bagi keluarga (orang tua), penelitian ini dapat memberikan maka upaya orang

tua agar mendukung kegiatan anak, kemauan anak yang aktifitas fisiknya

terbatas untuk menjadi anak yang sehat agar tumbuh kembang menjadi optimal.

3. Bagi peneliti selanjutnya,

a. diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut dan mendalam

dampak dukungan dilihat dari aktifitas orang tua.

b. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menghubungkan variabel yang

berbeda dengan desain dan metodologi yang lebih baik lagi.

4. Bagi sekolah khusus, penelitian ini menjadi motivasi bagi sekolah untuk

memberikan pelayanan kepada keluarga murid khususnya orang tua agar dapat

membantu dalam memberikan dukungan, semangat dan motivasi kepada anak

yang berkebutuhan khusus.


61
DAFTAR PUSTAKA

Arfandi, Zemi. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan


Kemampuan Perawatan Diri pada Anak Retardasi Mental di SLB Negeri
Ungaran. http://perpusnwu.web.id. Diakses tanggal 29 November 2014.
Ahsan, dkk. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang
Retardasi Mental dengan Mekanisme Koping Keluarga pada Anak
Retardasi Mental di SDLB Putra Jaya Malang. Dosen Keperawatan
Universitas Brawijaya, Malang.
Alimul, Hidayat Aziz. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 1. Jakarta
: Salemba Medika.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Astari, Septiyani Dwi. (2010). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga
dengan kualitas Hidup Lansia di RW 01 Kelurahan Kemiri Muka Depok.
Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi, Edisi 2. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Dahlan, M. Sopiyudin. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta
: Salemba Medika.
Davies, Teifion & TKJ Craig. (2009). ABC Kesehatan Mental. Jakarta : EGC.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : PT.

Refika Aditama.

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Anak

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di

Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi Petugas Kesehatan diakses tanggal 12-05-

2014.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan

Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional.


(2011). Orang Tua dengan Anak yang Berkebutuhan Khusus. Diakses

tanggal 28-05-2014.

Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Gralfitrisia, Amy. (2011). Dukungan Keluarga dalam Merawat Anak Retardasi

Mental. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara :

Medan.

Gusti, Wibawa Alvidzius. (2014). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan

Penerimaan Diri Ibu Anak Autis di SDLB-B dan Autis TPA Kecamatan

Patrang Kabupaten Jember. http://hdl.handle.net/123456789/57316.

(Diakses, 20 November 2014).

Handojo, Y. (2008). Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk

Mengajar Anak Normal, Autis, dan Perilaku Lain. Jakarta: PT Buana Ilmu

Populer.

Hidayati, Nurul. (2011). Dukungan Sosial bagi Keluarga Anak Berkebutuhan


Khusus. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik. INSAN
Vol. 13 NO.01, April 2011.
Jeffrey, Spencer, A & Beverly,G. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga.
Kauffman & Hallahan. (2005). Special Education : What It Is and Why We Need
It. Boston : Pearson Education. Inc.
Kuntjojo. (2009). Psikologi Abnornal. Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Lynn, Betz Cecily & Linda A. Sowden. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri,
edisi 5. Jakarta : EGC.
Mangunsong, Frieda. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus. Depok : LPSP3 UI.
Mawardah,Umi, dkk. (2012). Relationship Between Active Coping With
Parenting Stress In Mother Of Mentally Retarded Child. Jurnal Psikologi,
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-14.
Miranda, Destryarini. (2013). Strategi Coping dan Kelelahan Emosional
(Emotional Exhaustion) pada Ibu yang Memiliki Anak Berkebutuhan
Khusus di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam, Samarinda.
eJurnal Psikologi, 2013, 1 (2): 123-135.
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Nani, Desiyani, dkk., (2009). The Effect of Social Support to Socialization Skills
on Special Needs Children. Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Unsoed.
Olson, D.H., & DeFrain, J. (2003). Marriage and Families. Boston : McGraw-
Hill.
Poerwanti, Endang & Kustiatun Widianingsih. (2007). Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus 2. Bandung : PT. Refika Aditama.
Putri, Nirmala Amelia. (2013). Tingkat Kebermaknaan Hidup dan Optimisme
pada Ibu yang Mempunyai Anak Berkebutuhan Khusus. Skripsi. Jurusan
Psikologi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Semarang.
Wijayakusuma, Hembing. (2008). Psikoterapi untuk Anak Autisma, Teknik
Bermain Kreatif Nn Verbal dan Verbal, Terapi Khusus untuk Autisma.
Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Puspita, J.N., Pudjiati, S.R.R., & Handayani, E. (2011). Family Resiliency in
Families who have Child with Cancer. Proceeding of The International
Conference on Psychology of Resilience 2011. Depok : LPSP3 UI.
Rasmun. (2009). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan
Keluarga. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Riduwan. (2007). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.
Rustiani, Sholichah Diah. (2009). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan
Derajat Depresi pada Penderita Diabetes Melitus dengan Komplikasi.
Skripsi. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Setiawati, Santun & Agus Citra Dermawan. (2008). Penuntun Praktis Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media.
Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta
: Bumi Aksara.
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta : EGC.
Widyastuti, Ika T. (2008). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan
Penderita Diabetes Melitus. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi
UGM.
Lampiran 1

FORMAT PERSETUJUAN

(Informed Consent)

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Juzri Sidik

NIM : 1110104000001

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian dengan
judul penelitian Gambaran Dukungan Orang Tua yang Memiliki Anak
Berkebutuhan Khusus di Kota Tangerang Selatan.

Peneliti ini memberikan manfaat secara tidak langsung kepada responden,


yaitu dapat mengetahui gambaran dukungan orang tua melalui kuesioner ini yang
diberikan peneliti. Peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak responden
dan menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diperoleh.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan : Bersedia/Tidak bersedia

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian ini,


saya mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Semua
berkas yang mencantumkan iendtitas responden hanya digunakan untuk terkait
penelitian.

Saya menyatakan bahwa, saya telah membaca pernyataan diatas dan setuju
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak
manapun untuk dipergunakan seperlunya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa ada
paksaan dari pihak manapun untuk dipergunakan bila perlu.

Ciputat, Oktober 2014

Peneliti Responden

(Juzri Sidik) (..)


LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

Identitas Responden

1. Nama Sekolah : SKH Kota Tangerang Selatan


2. Jenis Kelamin Responden : Laki-laki / Perempuan
3. Usia :
4. Pendidikan :

Petunjuk Umum Pengisian Kuesioner :

1. Bacalah pernyataan yang diberikan dengan baik sehingga dimengerti.

2. Pilihlah :

SL, jika Anda SELALU melakukan pernyataan tersebut

SR, jika Anda SERING melakukan pernyataan tersebut

KD, jika Anda KADANG-KADANG melakukan pernyataan tersebut

JR, jika Anda JARANG melakukan pernyataan tersebut

TP, jika Anda TIDAK PERNAH melakukan pernyataan tersebut

3. Mengisi seluruh nomor pernyataan tanpa bantuan orang lain.

4. Setiap pernyataan hanya berlaku untuk satu jawaban.

5. Berilah tanda checklist () pada kolom jawaban yang telah tersedia.

Mohon Kerjasama
1. Kuesioner Dukungan Keluarga

No Pertanyaan SL SR KD TP
Dukungan Informasional
1 Keluarga mencari informasi terkait kesehatan anak
melalui media massa ataupun elektronik.

2 Keluarga menginformasikan kepada anak terkait


kondisi anak.

3 Keluarga mendidik anak sesuai kondisi anak.

4 Keluarga tidak mengetahui fungsi dari tempat


pendidikan anak.

5 Keluarga melatih anak beberapa keterampilan


(seperti belajar makan sendiri, menggunakan
pakaian sendiri dll).

Dukungan Emosional
6 Keluarga tidak menggunakan kalimat yang mudah
dipahami anak ketika berkomunikasi.

7 Keluarga memotivasi anak untuk berkomunikasi


kepada teman-temannya.

8 Keluarga mendampingi anak saat belajar di rumah.

9 Keluarga merawat anak dengan penuh kasih sayang.

10 Keluarga memotivasi anak ketika anak tidak ingin


makan.

11 Keluarga menanyakan perasaan anak selama di


sekolah.

12 Keluarga mengenalkan hal-hal yang baik dan buruk.

Dukungan Penghargaan
13 Dalam mengambil keputusan pengobatan, keluarga
tidak melibatkan anak.
No Pertanyaan SL SR KD TP JR

14 Keluarga memberikan kesempatan kepada anak


untuk melakukan kegiatan yang disenangi.

15 Keluarga tidak mengetahui makanan yang disukai


oleh anak.

16 Keluarga tidak melibatkan anak dalam kegiatan


sehari-hari.

17 Keluarga menyemangati dan menghibur anak ketika


anak merasa tidak diterima di lingkungan sekitar.

Dukungan Instrumental
18 Keluarga menyediakan transportasi dan biaya
berobat ketika anak sakit.

19 Keluarga menyiapkan makanan bergizi untuk


kebutuhan sehari-hari anak.

20 Keluarga meluangkan waktu untuk menjaga dan


merawat anak di rumah.

21 Keluarga menciptakan lingkungan yang aman untuk


anak dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

22 Keluarga acuh terhadap kebutuhan sekolah anak.

Dukungan Sosial
23 Keluarga meluangkan waktu untuk berkumpul
bersama.

24 Keluarga memberikan kebebasan pada anak dalam


berhubungan dengan tetangga dan teman-temannya.

25 Keluarga mengajak anak dalam kegiatan


keagamaan.

26 Keluarga tidak mengajarkan anak rasa empati


terhadap orang lain.
Reliability

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary
N %
Valid 31 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's N of Items
Alpha Alpha Based on
Standardized
Items
.750 .938 27

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Pertanyaan kesatu 4.32 1.077 31
Pertanyaan kedua 4.58 .886 31
Pertanyaan ketiga 4.42 1.205 31
Pertanyaan keempat 4.52 1.092 31
Pertanyaan kelima 4.58 .923 31
Pertanyaan keenam 4.29 1.270 31
Pertanyaan ketujuh 4.74 .575 31
Pertanyaan kedelapan 4.58 .848 31
Pertanyaan kesembilan 4.45 1.362 31
Pertanyaan kesepuluh 4.32 1.137 31
Pertanyaan kesebelas 3.65 1.330 31
Pertanyaan keduabelas 4.55 .850 31
Pertanyaan ketigabelas 2.39 1.145 31
Pertanyaan keempatbelas 4.00 1.125 31
Pertanyaan kelimabelas 2.55 1.567 31
Pertanyaan keenambelas 2.81 1.447 31
Pertanyaan ketujuhbelas 4.58 .765 31
Pertanyaan kedelapanbelas 4.71 .739 31
Pertanyaan kesembilanbelas 4.29 1.442 31
Pertanyaan keduapuluh 4.19 1.558 31
Pertanyaan keduapuluhsatu 4.65 .877 31
Pertanyaan keduapuluh dua 4.74 .815 31
Pertanyaan keduapuluh tiga 4.58 .848 31
Pertanyaan keduapuluh
3.58 1.311 31
empat
Pertanyaan keduapuluh lima 4.77 .617 31

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Pertanyaan keduapuluh
4.13 1.360 31
enam
Total 108.97 17.058 31
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Item-Total Alpha if Item
Correlation Deleted
Pertanyaan kesatu 213.61 1112.045 .705 .738
Pertanyaan kedua 213.35 1128.170 .587 .742
Pertanyaan ketiga 213.52 1099.525 .787 .735
Pertanyaan keempat 213.42 1112.452 .690 .739
Pertanyaan kelima 213.35 1119.703 .701 .740
Pertanyaan keenam 213.65 1092.103 .836 .733
Pertanyaan ketujuh 213.19 1141.828 .558 .746
Pertanyaan kedelapan 213.35 1142.503 .360 .746
Pertanyaan kesembilan 213.48 1087.925 .824 .732
Pertanyaan kesepuluh 213.61 1114.845 .629 .739
Pertanyaan kesebelas 214.29 1106.080 .633 .737
Pertanyaan keduabelas 213.39 1127.045 .632 .742
Pertanyaan ketigabelas 215.55 1177.789 -.194 .755
Pertanyaan keempatbelas 213.94 1111.129 .686 .738
Pertanyaan kelimabelas 215.39 1115.045 .443 .740
Pertanyaan keenambelas 215.13 1184.116 -.224 .758
Pertanyaan ketujuhbelas 213.35 1123.170 .782 .741
Pertanyaan kedelapanbelas 213.23 1142.181 .423 .746
Pertanyaan
213.65 1079.903 .864 .730
kesembilanbelas
Pertanyaan keduapuluh 213.74 1083.998 .755 .732
Pertanyaan keduapuluhsatu 213.29 1120.413 .727 .740
Pertanyaan keduapuluh dua 213.19 1123.228 .732 .741
Pertanyaan keduapuluh tiga 213.35 1125.037 .670 .742
Pertanyaan keduapuluh
214.35 1106.837 .634 .738
empat
Pertanyaan keduapuluh lima 213.16 1154.006 .226 .749
Pertanyaan keduapuluh
213.81 1098.095 .709 .735
enam
Total 108.97 290.966 1.000 .923

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
217.94 1163.862 34.115 27
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 12 20.0 20.0 20.0
Valid Perempuan 48 80.0 80.0 100.0
Total 60 100.0 100.0

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
26-35 58 96.7 96.7 96.7
36-45 1 1.7 1.7 98.3
Valid
56-60 1 1.7 1.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Perguruan Tinggi 36 60.0 60.0 60.0
SLTA 21 35.0 35.0 95.0
Valid
SMP 3 5.0 5.0 100.0
Total 60 100.0 100.0

Jenis Kelamin Anak


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 46 76.7 76.7 76.7
Valid Perempuan 14 23.3 23.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Dukungan Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Kurang 9 15.0 15.0 15.0
Cukup 10 16.7 16.7 31.7
Valid
Baik 41 68.3 68.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Jenis Dukungan

ABK
Tunagrahita Tunarungu Autis
Count Count Count
Kurang 1 0 9
Informasional Cukup 2 1 8
Baik 31 3 5
Kurang 1 0 8
Emosional Cukup 1 0 9
Baik 32 4 5
Kurang 2 0 6
Penghargaan Cukup 3 2 11
Baik 29 2 5
Kurang 1 0 9
Instrumental Cukup 2 0 8
Baik 31 4 5
Kurang 1 0 7
Sosial Cukup 3 1 10
Baik 30 3 5
ABK* Dukungan keluarga Crosstabulation
Dukungan keluarga Total
Kurang Cukup Baik
Count 2 0 32 34
Tunagrahita
% within ABK 5.9% 0.0% 94.1% 100.0%
Count 0 0 4 4
ABK Tunarungu
% within ABK 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
Count 7 10 5 22
Autis
% within ABK 31.8% 45.5% 22.7% 100.0%
Count 9 10 41 60
Total
% within ABK 15.0% 16.7% 68.3% 100.0%

ABK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tunagrahita 34 56.7 56.7 56.7
Tunarungu 4 6.7 6.7 63.3
Valid
Autis 22 36.7 36.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai