Oleh:
C.34101304
SKRIPSI
Udang merupakan salah satu jenis seafood yang sangat digemari bukan
hanya di luar negeri, oleh karena itu udang masih merupakan primadona ekspor
Indonesia dalam sektor perikanan. Mayoritas udang diolah kedalam bentuk
headless product (udang tanpa kepala). Pada saat dilakukan pemotongan kepala
udang (deheading), ada daging di antara kepala udang dan badan udang yang oleh
dunia pengolahan udang sering disebut "genjer". Daging genjer ini adalah daging
yang bebentuk seperti genjer ayam, dan ini harus dihilangkan karena pembeli atau
importir di Iuar negeri tidak mau menerima udang headless dengan daging genjer
yang terlalu panjang.
Selama ini dalam industri pengolahan udang daging genjer tersebut hanya
dikumpulkan dan bila akan mendekati waktu lebaran diberikan kepada karyawan
secara cuma-cuma, ada juga yang berusaha mengolah daging tersebut misalnya
menjadi krupuk namun output value-nya tidak maksimal. Berdasarkan hal tersebut
di atas suatu penelitian dengan topik "Pemanfaatan daging genjer udang
untuk produk udang cetak dengan bahan pengikat gum arab, karagenan dan
tepung terigu " perlu dilakukan.
Tahap penelitian meliputi penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui jenis bahan pengikat yang
terbaik. Bahan pengikat yang digunakan yaitu gum arab, karagenan, dan tepung
terigu. Konsentrasi yang digunakan yaitu 5 %, 10 %, dan 15 % untuk setiap jenis
bahan pengikat, Penentuan jenis bahan pengikat dilakukan dengan menggunakan
uji organoleptik.
Pada penelitian utama, dilakukan analisis proksimat pada bahan pengikat
terbaik yang merupakan hasil dari penelitian pendahuluan.
Metode pembuatan udang cetak terdiri dari beberapa tahap yaitu
pencucian, penggilingan, pencampuran bahan pengikat, pencetakan, pernbekuan,
pemotongan, dan tahap penggorengan. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap Tunggal (RAL tunggal) dengan satu perlakuan
dan dua ulangan, hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut
Beda Nyata Jujur. Sedangkan hasil pengujian organoleptik dianalisis dengan
uji Kruskal-Wallis dan hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut
Multiple Comparison (Steel and Torrie, 1989).
Pada penelitian pendahuluan diperoleh hasil dari UJI organoleptik
menunjukkan bahwa penambahan bahan pengikat yang berbeda memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter yang diujikan. Parameter yang
dipengaruhi yaitu penampakan, warna, tekstur, aroma, dan penerimaan umum,
sedangkan parameter rasa tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.
Dengan melihat dari rata-rata nilai organoleptik, dapat disimpulkan bahwa bahan
pengikat yang terbaik yaitu tepung terigu dengan konsentrasi 15 %.
Pada penelitian utama diamati kadar air, protein, abu, dan lemak dari
produk terpilih dari hasil uji organoleptik yaitu produk dengan bahan pengikat
tepung terigu. Konsentrasi tepung terigu yang digunakan yaitu 5 %, 10 %, dan
15 %. Pengamatan pada kadar air udang cetak berkisar antara 53,00 % sampai
64,73 %. Udang cetak dengan penambahan tepung terigu sebesar 10 % memiliki
nilai rata-rata kadar air paling rendah yaitu 53,00 %. Sedangkan udang cetak
dengan penambahan tepung terigu sebesar 5 % memiliki nilai rata-rata kadar air
paling tinggi yaitu 65 %. Kadar air udang cetak memiliki tren menurun, hal ini
disebabkan karena tepung terigu mernpunyai sifat mengikat dan menahan air.
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan tepung yang memberikan kondisi
beda nyata adalah perlakuan tepung terigu 5 % dan 15 %. Kadar protein
cenderung memiliki tren menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi
tepung terigu yang diberikan. Hal ini mungkin disebabkan karena penambahan
tepung terigu dan proses penggorengan diduga menyebabkan terjadinya ikatan
antara molekul protein dengan pati dalam reaksi Maillard sehingga dapat
menurunkan kadar protein produk (Ibrahim, 2002). Uji lanjut BN] menunjukkan
perbedaan yang nyata pada setiap konsentrasi tepung terigu yang digunakan.
Berdasarkan hasil analisis kadar abu terhadap udang cetak, nilai kadar abu
berkisar antara 2,1 % sampai 3 %. Nilai kadar abu tertinggi terdapat pada
perlakuan dengan penambahan tepung terigu sebesar 15 % dengan nilai 3 %,
sedangkan yang terkecil terdapat pada konsentrasi 5 % dengan nilai sebesar
2,1 %. Dari hasil pengukuran analisa kadar abu, penambahan tepung terigu pada
udang cetak mampu meningkatkan nilai kadar abunya. Peningkatan kadar abu
pada udang cetak cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena tepung terigu mampu
meningkatkan zar anorganik pada produk, sehingga kadar abu produk menjadi
tinggi. Hasil uji lanjut BN] menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung
terigu 5 % dan 10 % menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Sedangkan
perlakuan 5 % dan 15 % tidak berbeda nyata, begitu pula dengan perlakuan 10 %
dan 15 %.
Berdasarkan hasil analisis kadar lemak pada produk udang cetak dengan
menggunakan bahan pengikat tepung terigu berkisar antara 1,7 % hingga 3,1 %.
Nilai rata-rata lemak tertinggi dicapai pada perlakuan penambahan tepung terigu
sebanyak 15 % yaitu 3,1 % dan terendah pada perlakuan penambahan tepung
terigu sebanyak 10 %. Berdasarkan analisis statistik didapatkan hasil yang
berbeda nyata pada perlakuan berbagai konsentrasi tepung terigu (selang
kepercayaan 95 %). Hasil uji lanjut BN] menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan tepung terigu 5 % dan 15 % menunjukkan hasil yang berbeda nyata.
Begitu juga dengan penambahan tepung terigu 10 % dan 15 %. Beda tertinggi
dicapai pada perlakuan penambahan tepung terigu 15 %. Kadar lemak pada
produk ini cukup tinggi diduga karena adanya proses penggorengan menggunakan
minyak yang menambah kadar lemak produk.
Berdasarkan h asil analisis karbohidrat terhadap udang cetak, nilai
kadar karbohidrat berkisar antara 8,72 % sampai 19,4 %. Nilai kadar karbohidrat
tertinggi terdapat pada perlakuan dengan penambahan tepung terigu sebesar 10 %
dengan nilai 19,64 %, sedangkan yang terkecil terdapat pada konsentrasi 5 %
dengan nilai sebesar 6,97 %. Penambahan tepung terigu kadar karbohidrat
memiliki tren meningkat. Hal ini disebabkan karena tepung memiliki komponen
karbohidrat yaitu pati yang jumlahnya cukup tinggi dalam tepung terigu. Pati
dalam tepung terigudapat mencapai 70 % (PT. ISM-Bogasari flour mills, 1993).
Basil uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung terigu 5 % dan
15 % menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Sedangkan perlakuan 5 % dan 10 %
tidak berbeda nyata, begitu pula dengan perlakuan 10 % dan 15 %.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan pemberian tepung
terigu memberikan nilai rata-rata tertinggi secara organoleptik dibandingkan
dengan penggunaan bahan pengikat gum arab dan karagenan, baik dalam
penampakkan, warna, tekstur, aroma, dan rasa. Penambahan konsentrasi tepung
terigu sebagai bahan pengikat secara umum akan menurunkan kadar protein,
menurunkan kadar air, menungkatkan kadar abu, menungkatkan kadar lemak, dan
meningkatkan kadar karbohidrat.
Saran yang bisa diberikan yaitu perlu adanya penelitian lanjutan untuk
mengetahui pengaruh penambahan tepung terigu terhadap karakteristik kekuatan
gel, uji lipat, dan sebagainya. Perlu dilakukan usaha pengurangan kadar air
produk, mengingat tingginya kadar air (sekitar 60 %) dapat mempengaruhi
daya simpan produk. Perlu dilakukan suatu modifikasi proses setelah udang eetak
dibekukan, seperti perebusan untuk memperoleh mutu udang eetak yang lebih
baik.
SKRIPSI
Menyetujui,
Tanggallulus
KATAPENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena berkat
Rahmat dan HidayahNya, skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa Institut
Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar sarjana. Skripsi dengan judul
Mempelajari Pengaruh penambahan Gum Arab, Keragenan dan Tepung
Terigu pada pcmbuatan 'Udang Cetak' merupakan karya ilmiah yang dibuat
oleh penulis untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Teknologi Hasil
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar -
besarnya, kepada:
1. Ir. H. Ruddy Suwandi, MS.MPhil., selaku dosen pembimbing.
2. Dra. Pipih Suptijah, MBA., sebagai dosen penguji.
3. 11'.Djoko Purnomo, sebagai dosen penguji.
4. 11'.Nazori Jazuli, Msc. Selaku Kepala BPPMHP Muara Bam, Jakarta.
5. Ir. Rusmana, dan staff BPMHP Cirebon.
6. Ibunda tercinta, Soeminah Miran Soemarto atas cinta kasih dan doa -doa nya
yang tak pernah henti, hingga penulis dapat menyelesaikan studi di IPB,
almarhum Bapak tercinta, Miran Soemarto yang selalu menanamkan nilai -
nilai kebenaran, keberanian dan keadilan.
7. Miss Anita, Bp. Djoko Susanto, Bp. Yulius Edi P. atas bantuan dan
penyediaan sampel "Genjer Udang" nya.
8. Isteriku Diani Rahayu yang dengan kesabarannya selalu memberikan
dorongan dan semangat sehingga penulis bisa menyelasaikan skripsi ini serta
anak-anakku Aqil Brilliant Hardian dan Maritza Lutfiah Rafa Hardian yang
merelakan waktunya untuk berpisah dengan ayah. Terima kasih sayang.
9. Mbah Kakung dan Mbah Yayi atas kasih sayang dan kesabarannya.
10. Mas Andri, Mba Werdi, Ardan dan De Nis, segala dukungannya selama om
kuliah di IPB sampai dengan selesai.
11. Mas Yoc dan Mba Tati yang tak tidak pernah berhenti memberikan dorongan
untuk segera menyelesaikan skripsi ini, juga Mas Tono, Mas Hal', Mas Yadi,
Mba Yani, Mba Moel, Mba Watri.
I
-:1.,.
12. Om Hery atas install dan up grade softwarenya sehingga kornputernya lancar
juga Mba Rochayah, Mas Wahcyadi, Mas Tresno, Mas Darto, Mas Rukun
dan Mas Rids atas Doa Restunya ..
13. Anton Wapres BEM, Ferdis, Edris, Indra, dan Lisna, Arfan Haras, Pak Arief,
Pak Albert, Iren Andria Sabda, serta ternan-ternan Angkatan 36 THP, yang
selama ini membantu dalam perkuliahan, seminar sampai dengan Sidang
Skripsi.
14. R. Andika dan James Riwu atas perhatiannya dalam proses pendaftaran
"Program Alih Jenjang" dan selama perkuliahan.
15. Ternan - ternan Al-Inayah 2, Kampus Dalam.
Akhirul kata, sernoga Alloh SWT, membalas segala kebaikan
Bapak Ibu sekalian dan Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan.
Penulis
11
DAFTARISI
Halaman
KATA PENGANTAR .
DAFT AR TABEL . v
DAFT AR GAMBAR . Vl
DAFTAR LAMPlRAN vn
1. PENDAHULUAN ..
1.1 Latar Belakang . 1
1.2 Tujuan , , , . 2
1.3 Waktu dan Tempat , . 2
2. TrNJAUAN PUSTAKA .
2.1 Udang Windu (Penaeus monodon Fab.) . 3
2.2 Gum Arab , . 6
2.3 Karagenan . 8
2.4 Gandum danTepung Terigu..................................................................... 10
2.5 Produk Perikanan Tiruan.............. 13
3. METODOLOGI 15
3.1 Alat dan Bahan ;....................................................................... 15
3.2 Metode Penelitian.............. 15
3.2.1 Proses pembuatan udang cetak..................................................... 16
3.2.2 Prosedur analisis........................................................................... 17
3.3 Analisis Data 22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 24
4.1 Penelitian Pendahuluan 24
4.1.1 Komposisi genjer udang windu (Penaeus monodon) penelitian.. 24
4.1.2 Organoleptik................................................................................. 25
4.2 Penelitian Utama ,............... 35
4.2.1 Kadar air 36
4.2.2 Kadar protein ,.............................. 38
4.2.3 Kadar abu , ,..' 40
4.2.4 Kadar lemak , , , , , ,.... 41
4.2.5 Kadar karbohidrat 43
III
5. KESIMPULAN DAN SARAN 45
5.1 Kesimpulan................................ 45
5.2 Saran....................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 46
LAMPlRAN 49
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTARGAMBAR
VI
DAFTAR LAMPlRAN
Nomor Halaman
Vll
1. PENDAHULUAN
Udang merupakan salah satu jenis seafood yang sangat digemari bukan
hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri, oleh karena itu udang masih
merupakan primadona ekspor Indonesia dalam sektor perikanan. Hal ini terbukti
dengan besarnya proporsi udang, khususnya udang budidaya untuk memberikan
devisa negara yaitu hampir 70 % dari seluruh total pendapatan yang diharapkan.
Udang windu (Penaeus monodon) atau black tiger merupakan jenis yang paling
umum dan populer dalam perdagangan internasional (GEMA PROTEKAN 2003).
Udang merupakan jenis komoditi budidaya yang terkait dengan musim
(alam). Besarnya ketergantungan terhadap alam, menyebabkan pada suatu periode
tertentu terjadi kekosongan bahan baku udang (low season) dan pada saat yang
lain terjadi kelimpahan bahan baku (peak season).
Mayoritas udang diolah kedalam bentuk headless product (udang tanpa
kepala). Hal ini disebabkan oleh ketatnya standar untuk produk dengan kepala
(head on) dan kepala udang merupakan pusat pembusukan, sehingga dengan
memotong kepala udang akan mengurangi pertumbuhan bakteri pada saat
penyimpanan dan distribusi.
Pada saat dilakukan pemotongan kepala udang (deheading), ada daging di
antara kepala udang dan badan udang yang oleh industri pengolahan udang sering
disebut "genjer". Daging genjer ini adalah daging yang berbentuk seperti genjer
ayam, dan ini harus dihilangkan karena pembeli/importir di luar negeri tidak mau
menerima udang headless dengan daging genjer yang terlalu panjang.
Persentase dari daging genjer ini untuk setiap ekor udang sebesar 1 %.
Dapat dibayangkan berapa kilogram genjer yang akan dihasilkan oleh suatu unit
pengolahan yang mengolah udang untuk dipotong kepalanya sebanyak 60 ton.
Selama ini dalam industri pengolahan udang daging genjer tersebut hanya
dikumpulkan dan bila akan mendekati waktu lebaran diberikan kepada karyawan
secara cuma-cuma, ada juga yang berusaha mengolah daging tersebut misalnya
rnenjadi kerupuk namun output value- nya tidak maksimal.
2
Ciri spesifik dad udang windu adalah rostrum dengan rumus gigi 7/3,
artinya jumlah gigi pada sisi atas tanduk ada 7 sedangkan pada sisi bawah ada 3.
Badan berwama loreng-Ioreng besar, vertikal, hijau kebiruan atau kehitaman
dengan kulit yang relatifkuat dan tebal (Poernomo, 1979).
Pada dasarnya badan udang dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian
cephalothorax dan bagian abdomen. Cephalothorax merupakan gabungan dari
kepala dan dada, sedangkan bagian abdomen merupakan bagian terbesar dari
tubuh udang yang di dalamnya terkandung sebagian besar daging yang dapat
dimakan dan bagian ekor (telson). Bagian kepala merupakan 34 - 44 % dari
seluruh berat badan, daging keseluruhan 24 - 41 %, sedangkan kulit dan ekor
antara 17 - 23 % (Zaitzev et.al., 1969).
Bagian kepala udang terdiri dari 6 ruas, 3 ruas pertama merupakan
penyangga mata dan perangkat mulut, sedangkan 3 ruas terakhir dilengkapi
dengan anggota badan yang berfungsi sebagai pembantu mulut. Bagian dada
udang terdiri atas 8 ruas yang tiap ruasnya memiliki sepasang anggota badan
(tracopoda), tracopoda pada ruas pertama sampai dengan ketiga (maxipila)
berperan sebagai pelengkap mulut dan memegang makanan sedangkan tracopoda
pada ruas keempat sampai kedelapan (periopoda) berperan sebagai kaki jalan
(Toro dan Sugiarto, 1979).
Bagian abdomen terdiri dari 6 ruas. Ruas pertama sampai kelima
mempunyai sepasang anggota badan pendek sebagai kaki renang (pleopoda).
Pleopoda pada ruas keenam berubah menjadi pipih melebar yang bersama dengan
telson berfungsi sebagai kemudi renang (Toro dan Sugiarto, 1979). Untuk lebih
jelasnya mengenai udang windu dapat dilihat pada Gambar 2.
Menurut F.A.O. nama dagangnya adalah : giant tiger prawn, crevette
giante tigre, camaron tigre gigante (Solis, 1988). Dalam perdagangan
international udang windu dikenal dengan nama tiger. shrimp. Udang windu ini
terdiri dari dua spesies yaitu Penaeus monodon dan Penaeus semisucatus
(Naamin, 1979). Menurut Poernomo (1979), perbedaan Penaeus monodon dan
Penaeus semisucatus adalah pada pola pita kecepatan pertumbuhannya. Penaeus
semisucatus memiliki pola pita lebih tegas, dibandingkan Penaeus monodon dan
5
25
-----23
......- 27
'" <, 32
TAMPAKATAS
29 30
Gambar 2. Morfologi Udang Windu (Condover dan Brick, 1972, dalarn Toro dan
Sugiarto, 1979)
terutama protein. Selain sebagai zat pengatur dan pembangun, protein juga
merupakan sumber kalori yang cukup penting untuk proses kelangsungan
metabolisme sel pada makhluk hidup. Secara umum komposisi kimia daging
udang segar disajikan pada Tabell.
Gum arab (gum akasia) merupakan gum alami yang paling dikenal. Gum
arab berasal dari getah alami, yang dihasilkan dari berbagai spesies pohon-pohon
Acacia. Gum arab keluar dari pohon akasia sebagai getah yang membentuk bola-
bola seperti titik-titik air mata. Dari banyak spesies akasia yang ditemukan, hanya
tiga jenis yang dimanfaatkan secara komersial yaitu Acacia senegal, Acacia seyaZ
dan Acacia laeta. Secara fisik, gum arab merupakan molekul bercabang banyak
dan kompleks. Dengan bentuk struktur yang demikian menyebabkan gum arab
memiliki kekentalan yang rendah. Bentuk molekul dari gum arab berupa spiral
yang kaku dengan panjang rantai utama molekulnya berkisar antara 1.050A dan
2.400Ao tergantung padajumlah muatannya (Fardiaz, 1989).
Menurut Glicksman (1969), gum arab mempunyai bobot molekul
bervariasi antara 250.000-100.000 merupakan garam yang bersifat netral atau
sedikit asam (karena adanya asam D-glukoronat) dari suatu kompleks polisakarida
yang mengandung ion-ion kalsium, magnesium, dan kalium. Struktur molekulnya
terdiri dari rantai utama yang tersusun dari unit ~-galaktopiranosa yang berikatan
pada posisi (l,3) dengan rantai - rantai cabang yang terdiri dari unit - unit
7
1,6 galaktopiranosa dan mempunyai gugus terminal asam glukoronat atau asam
4-0 metil glukoronat. Kadang-kadang ada gugus tambahan yang melekat pada
posisi C-3 galaktosa yang terdapat pada rantai cabangnya.
Gum arab dapat digunakan untuk memperbaiki viskositas, tekstur dan
bentuk dari makanan. Selain itu, gum arab dapat mernpertahankan flavor
dari makanan yang dikeringkan dengan pengering semprot. Viskositas larutan
gum arab dipengaruhi oleh pH, garam, suhu, atau elektrolit. Peningkatan suhu
akan menurunkan viskositas dan berat jenis gum arab. Penurunan viskositas
berarti penurunan tegangan antar permukaan akan memberikan kondisi sistem
emulsi yang baik. Gum arab membentuk lapisan yang dapat melapisi
(enkapsulasi) partikel flavor, sehingga partikel flavor terlindungi dari oksidasi dan
evaporasi. Gum arab juga mengurangi absorpsi air dari udara terutama untuk
produk yang higroskopis (Glicksman dan Shachat, 1959). Gum arab termasuk
golongan GRAS (Generally Recognized As Safe), tidak beracun dan tidak
berbahaya untuk dikonsumsi manusia.
Gum arab mudah larut ketika diadukdalam air. Gum ini sifatnya unik jika
dibandingkan dengan gum lain, hal ini dikarenakan gum arab dapat membentuk
larutan dengan kekentalan yang rendah sehingga dapat membentuk larutan dengan
konsentrasi sampai 50 % (Be Miller dan Whistler, 1996). Gum lain akan
membentuk larutan yang sangat kental pada konsentrasi yang rendah (1-5 %),
sedangkan gum arab baru mencapai kekentalan maksimum pada konsentrasi
40-50 %.
Menurut Fardiaz (1989), secara umum larutan gum arab akan mencapai
kekentalan maksimum pada pH sekitar 4,5-5,5. Kurang dan lebih dari pH ini akan
menyebabkan kekentalannya rendah. Adanya elektrolit dalam larutan gum arab
juga mengakibatkan turunnya kekentalan, meskipun dalam larutan sangat encer
penurunan kekentalan ini lebih nyata pada larutan dengan konsentrasi yang lebih
tinggi. Kemampuannya untuk membentuk larutan pekat tersebut menyebabkan
gum arab merupakan pemantap dan pengemulsi yang baik jika dicampurkan
dengan sejumlah besar bahan-bahan yang tidak larut. Gum arab mempunyai sifat
daya gabung (compatible) yang luas seperti halnya dengan kebanyakan gum dan
pati, juga dengan kebanyakan karbohidrat dan protein. Tetapi gum arab tidak
8
mempunyai sifat daya gabung dengan beberapa gum seperti natrium alginat dan
gelatin. Dengan gelatin misalnya membentuk. endapan atau kekeruhan. Dalam
banyak hal sifat daya gabung atau tidak bergabung dikontrol dengan pH dan
konsentrasinya.
2.3 Karagenan
Karagenan adalah suatu unit polisakarida yang dibuat dari perlakuan alkali
(dan modifikasi) dari rumput laut merah (Rhodophycae), kebanyakan jenis yang
menghasilkan karagenan antara lain Chondrus, Eucheuma, Gigartina dan Iridaea.
Rumput laut yang berbeda menghasilkan karagenan berbeda (Suptijah, 2002).
Unit struktural karagenan dapat dilihat dari Gambar 3.
H H H
p..
H
H
fO
H H
-20xk J Off H
H__ o
H
H OH
H
cd
p ,....,..,
,,-Jo
H/ (}
0
Cl.1 ...,
(}
....-....
Ii 0
l. H
Ii H
H H
Gandum yang baik diperoleh dari kondisi tanah lernpung, curah hujan
sedang pada masa pertumbuhan, dan masih ada hujan selama musim panas. Jadi
iklim dan tanah dapat mempengaruhi tipe pertumbuhan gandum dan tepung yang
dihasilkan. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah tempat tumbuh,
waktu penanaman, dan warna gandum (Whitely, 1971). Beberapa jenis gandum
yang paling umum dan dikenal sebagai gandum termasuk kedalam ordo
Graminales (Leonard dan Martin, 1963).Menurut Pomeranz dan Shellenberger
(I971), Gandum dibagi menjadi tujuh kelas yaitu hard red spring, durum, red
durum, hard red winter, soft red winter, putih dan campuran.
Gandum jenis hard red spring dan hard red winter digunakan secara
khusus untuk pembuatan roti karena mengandung gluten yang tinggi, dan
mempunyai kandungan protein yang tinggi pada masa pertumbuhan dan mudah
sekali beradaptasi. Soft'red winter dan white wheat keduanya mempunyai protein
yang rendah, tepung yang dihasilkan baik untuk produk pastries, cracker, cake
dan biskuit. Durum wheat digunakan utnuk pembuatan semolina yang digunakan
pada pembuatan makaroni, spagheti, dan beberapa produk pasta. Varietas red
durum digunakan hanya untuk bahan persediaan atau makanan ternak unggas
(Leonard dan Martin, 1963).
II
Tepung terigu merupakan bahan baku dasar dalam pembuatan roti dan
biskuit. Tepung ini diperoleh dari biji gandum (Triticum sp) yang digiling.
Berdasarkan sifat kekuatannya, tepung terigu dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu keras dan lunak. Di Indonesia sendiri menurut Wiriano .(1;:~1:),..rjenis
tepung terigu dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu tepung keras, medium dan
lunak. Pengelompokan ini berdasarkan pada kandungan proteinnya. Dimana
tepung keras mempunyai kandungan protein yang rendah,
Tepung terigu dalam keadaan baik merupakan tepung yang
"""'__.w .-----, ..__...'~' .,.
berwarna putih
krem dengan bau yang enak, rasa sedikit manis, dan bila diremas dengan kuat
dalam tangan cenderung bersatu dengan baik dan kemudian dengan mudah dapat
berderai.Bila-~-.-tepung terigu dicampur
..." .. ---
.,--, _._.- _. .
dengan air sebanyak setengah dad beratnya
maka akan terbentuk masa yang plastis yang disebut adonan (Whitely, 1971).v
Menu rut Leonard dan Martin (1963), penggilingan gandum menjadi
tepung terigu melalui beberapa tahap proses yaitu pembersihan gandum,
pengeringan, pemecahan gandum, penghancuran, penyaringan, pemisahan tepung,
pemutihan tepung yang dihasilkan, serta penambahan vitamin dan mineral yang
dibutuhkan untuk memperkaya kandungan gizi tepung tersebut.
Komposisi kimia tepung terigu meliputi kadar air, 13~15,5 % ; pati,
65~75 % ; protein, 8~13 %; selulosa, 0,2 % ; lemak 0,8~1,5 % ; gula, 1,5-2 % ;
dan mineral, 0,3-0,6 % (Leonard dan Martin, 1963).
Tepung terigu sebagai produk utama terdiri atas tiga jenis, didasarkan
atas .kadar proteinnya, yaitu tepung keras (Cap Cakra Kembar), tepung lunak
(Cap Kunci Biru), dan tepung setengah keras (Cap Segitiga Biru). Ketiga jenis
tepung di atas tidak dianggap sebagai kelas-kelas kuaitas tepung, tetapi lebih
ditekankan pada tujuan tepung yang berbeda ( PT. ISM-Bogasari flour-
mills, 1993 ).
Tepung Cap Cakra Kembar berkadar protein tinggi (12~14 %) dan
digunakan untuk produk-produk yang memerlukan pengembangan, seperti roti
dan mie instan. Pengembangan roti memerlukan gluten yang kuat, elastis dan
ekstensibel, agar selama pemanggangan dapat menahan dan membentuk sel-sel
udara. Sebaliknya tepung Capk Kunci Biru yang berkadar protein rendah (7-8 %)
......."\
-"i"
12
Tabel 2 Komposisi kimia tepung Cap Cakra Kembar, Cap Segitiga Biru dan Cap
Kunci Biru*)
Jenis Tepung
Komponen Kimia Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru
Air 13,0 - 14,0 12,0 - 14,0 12,0 - 13,0
Protein 12,0 - 14,0 9,0 - 10,5 7,0 - 8,0
Pati 65,0 -70,0 68,0 -70,0 68,0 -70,0
Abu 0,45 - 0,5 0,45 - 0,49 0,4 - 0,5
Gula 1,2 - 2,0 1,2-2,0 0,2 - 2,0
*) PT. ISM-Bogasariflour mills, 1993
Gandum merupakan salah satu jenis serealia yang unik, karena tepungnya
dapat membentuk adonan yang dapat menahan gas yang terbentuk selama
fennentasi dan pemanggangan, sehingga menghasilkan roti yang mengembang,
ringan, dan beraerasi baik. Keunikan tersebut disebabkan karena proteinnya yang
bila bersenyawa dengan air akan menghasilkan gluten yang mampu menahan gas-
.gas yang terbentuk (Pyler, 1973).
Gluten merupakan suatu massa yang besar terdiri dari protein. Lengket
seperti karet, dan dapat diperoleh dari tepung gandum dengan cara membuat
adonan dan mencucinya dengan air mengalir (Pyler, 1973).
Karbohidrat dari tepung terdiri dari pati, dekstrin, selulosa, gula, dan
pentosa. Pati memegang peranan penting karena merupakan building material
(jaringan dan kerangka) roti. Komponen gula disakarida seperti sukrosa, maltosa
merupakan substrat ragi yang dapat dipecah menjadi alkohol dan C02.
13
Sebagian besar hasil perikanan memiliki sifat spesifik mudah sekali rusak,
apabila tidak diberikan penanganan yang tepat. Untuk menghindari kerusakan itu,
dapat diberikan alternatif penanganan yaitu pengolahan sehingga produk dapat
dimakan.
Di dalam dunia perikanan secara umum, khususnya dalam bidang
pengoIahan hasil perikanan berbagai macam usaha dilakukan untuk meningkatkan
nilai tambah suatu produk. Salah satu cara untuk menambah niIai suatu produk
adalah pembuatan makanan Iaut buatan, atau sering disebut oleh praktisi dunia
perikanan adalah "Artificial Seafood". Artificial Seafood dapat dikelompokkan
Iebih spesifik lagi menjadi 3 bagian yaitu artificial crab, artificial shrimp, dan
artificial abalon. Ketiga pendefinisian ini sebenarnya memiliki arti pengoIahan
yang hampir sama yaitu pembuatan daging udang buatan, kepiting buatan dan
abalon buatan dengan bahan utama "Surimi/daging ikan cacah" yang dicampur
dengan bahan bahan pengikat, aroma dan pewarna. Bahan bahan tersebut
kemudian dicampur bersama untuk menghasilkan satu produk yang memiliki
warna, rasa dan tekstur seperti daging kepiting, daging udang dan daging abalon
(Lanier. et.al.,1993).
Bahan tambahan bisa berasal dari bahan buatan seperti esters, ketones,
aminoacids, dan bahan organik yang lain atau bahan alami seperti kaldu dari
udang, telur, jeruk, mustard, garam dan saus. Pada cacahan ikan ini biasanya
ditambahkan cryoprotectan seperti gula dan garam yang dapat meningkatkan
pembentukan gel, atau juga putih telor. Pada tahap ini produk masih disebut
surimi. Langkah selanjutnya agar produk dapat disebut artificial crab adalah
pengolahan dengan penambahan berbagai macam tambahan (Lanier. et.al.,1993).
3. METODOLOGI
Bahan kimia yang dipergunakan dalam analisa antara lain: K2S04, HgO,
H2S04, NaOH, HN03, H3B03, HC1, NaCI, heksana dan lain-lain.
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan udang cetak antara lain:
blender, timbangan, bak-bak plastik dan pisau stainless steel. Sedangkan alat-alat
yang digunakan dalam analisis sampel antara lain: gelas ukur, labu erlenmeyer,
labu kjeldahl, labu soxhlet, cawan porselen, cawan conway, lumpang, desikator,
alat sentrifusi, alat destilasi, pH meter, termometer, neraca analitik, oven, tanur,
pengaduk, dan lain-lain.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan kondisi
perlakuan yang akan diberikan dalam penelitian utama. Pada penelitian
pendahuluan dilakukan analisis proksimat (kadar air, abu, protein, lemak dan
karbohidrat) daging genjer udang dan percobaan pembuatan udang cetak untuk
menentukan komposisi bahan-bahan yang akan digunakan pada penelitian utama.
Udang cetak dibuat dengan penambahan tiga jenis bahan pengikat yaitu
gum arab, keragenan, dan tepung terigu. Uji yang dilakukan untuk menentukan
bahan pengikat terbaik yaitu dengan menggunakan uji organoleptik.
Pada penelitian utama, udang cetak dibuat dengan menggunakan satujenis
bahan pengikat dengan konsentrasi tertentu yang sesuai dengan penelitian
pendahul uan.
, :
15
Tabe13. Komposisi bumbu yang digunakan (dalam setiap 100 gram adonan)
JUMLAH
BAHAN
(GRAM)
Bawang putih 2,2
Garam 1,5
Sumber: Tanoto (1994)
16
Pencetakan
Pembekuan
Pemotongan
kadar lemak BB
Kadar Lemak BK = -------- x 100 %
100 - kadar Iemak BB
19
Nama Panelis :
Tgl Pengujian :
Produk : Udang Cetak (Genjer)
No. Jenis Uji Nilai I 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Rasa
Pahit 2
Hambar 4
Sedikit manis gurih 6
Manis, Gurih 8
Sangat manis, Gurih 10
2. Bau
Busuk/arnrnonia 2
Tak ada bau khas udang goreng 4
Sedikit bau khas udang 6
Bau gurih khas udang goreng 8
Sangat khas udang goreng 10
3. Warna
Coklat kehitaman 3
Coklat 6
Kuning Keemasan 9
4. Tekstur
Lembek, mudah pecah 2
Keras/a lot/padat 4
Lembek sedikit kenyal 6
Kenyal/kornpak/elastis 8
5. Penampakan
Tidak rnenarik 2
Tidak seragam 4
Utuh/tidak merata 6
U tuh/ sera gam/ merata 8
p = Jumlah perlakuan
fe = Derajat bebas galat
Sv= ~K~G
H- [ 12
n(n + 1)
LiR~]
m
H Pembazi = 1 _ l:,T
H'=---
Pembagi o (n -1)( n + 1)
Jika hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan hasil yang berbeda nyata,
selanjutnya dilakukan uji Multiple Comparison dengan rumus sebagai berikut
(Steel dan Torrie, 1993) :
1 200 10 ~ -
2 200 20 - -
3 200 30 - ~
4 200 10 -
5 200 - 20 -
6 200 - 30 ~
7 200 - - 10
8 200 - - 20
9 200 - - 30
1) Penampakan
115%
[! 10%
015%
2) Warna
1115%
~ 10%
015%
3) Tekstur
10 ,--------------------------
8 +-------------------1
6 +-------1 &5%
!Sl10%
4 HIII:!:::b=:;---I tK::~_,-___88B_::oi
015%
2
o
Gum Arab Karagenan Terigu
Perlakuan
4) Aroma
Aroma yang timbul pada produk hasil proses penggorengan dengan
minyak disebabkan oleh adanya reaksi pencoklatan yang terjadi selama
proses pemasakan (penggorengan) (Erawaty, 2001)
Rata-rata penilaian panelis terhadap parameter aroma udang cetak
yang telah digoreng berkisar antara 4,67 - 7,67. Secara deskriptif nilai rata-
rata ini terletak pada kategori tidak ada bau khas udang goreng (4) sampai
bau gurih khas udang goreng (8). Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada
perlakuan dengan menggunakan terigu. Sedangkan yang terendah terdapat
pada perlakuan dengan menggunakan gum arab. Histogram hasil penilaian
organoleptik terhadap aroma udang cetak dapat dilihat pada Gambar 11.
31
1115%
~ 10%
D 15%
5) Rasa
Rasa dari bahan pangan juga tergantung dari tekstur dan konsistensi
suatu bahan yang dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan
terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air liur (Winamo, 1997). Rasa
rnerupakan parameter dari organoleptik yang terpenting yang menjadi dasar
pengambilan keputusan oleh konsumen.
Nilai rata-rata penilaian panelis terhadap parameter rasa udang cetak
yang telah digoreng berkisar antara 5,33 - 7,33. Secara deskriptif nilai rata-
rata ini terletak pada kategori hambar (4) sampai manis gurih (8). Nilai rata-
rata tertinggi terdapat pada perlakuan dengan menggunakan terigu.
Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan dengan menggunakan
gum arab. Histogram hasil penilaian organoleptik terhadap rasa udang cetak
dapat dilihat pada Gambar 12.
33
a5%
~ 10%
D 15%
115%
~10%
D 15%
Pada penelitian utama diamati kadar air, protein, abu dan lemak dari
produk terpilih dari hasil uji organoleptik yaitu produk dengan bahan pengikat
tepung terigu. Konsentrasi tepung terigu yang. digunakan yaitu 5 %, 10 % dan
15 %.
35
Kadar air penting dalam menentukan daya awet makanan, karena faktor
ini mempengaruhi sifat-sifat fisik (kekerasan dan kekeringan) serta sifat fisiko-
kimia (pencoklatan enzimatis, kerusakan mikrobiologis dan perubahan enzimatis)
(Buckle et al ., 1978). Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan
yang dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, aroma dan citarasa makanan.
Kadar air menyatakan tingkat atau banyaknya air yang terkandung dalam
suatu produk. Ada dua cara menyatakan kadar air atau cara mendefinisikan kadar
air yaitu kadar air basis basah dan kadar air basis kering (Soekarto, 1978).
Hasil Analisis kadar air, terlihat bahwa rata-rata kadar air udang cetak
berkisar antara 53 % sampai 65 %. Udang cetak dengan penambahan tepung
terigu sebesar 10 % memiliki nilai rata-rata kadar air paling rendah yaitu 53 %,
sedangkan udang cetak dengan penambahan tepung terigu sebesar 5 % memiliki
nilai rata-rata kadar air paling tinggi yaitu 65 %. Hasil analisis kadar air udang
cetak dapat dilihat pada Gambar 14.
Kadar air udang cetak memiliki tren menurun, hal ini disebabkan karena
tepung terigu mempunyai sifat mengikat dan menahan air. Wilson (1960) dalam
Wilson et al. (1981) menjelaskan bahwa tepung yang baik digunakan untuk
produk-produk emulsi adalah tepung terigu dan maizena karena mampu mengikat
air dan menahan air tersebut selama pemasakan.
Disamping itu pengaruh proses penggorengan juga dapat mempengaruhi
kadar air yang terkandung. Suhu penggorengan merupakan salah satu faktor yang
menentukan hasil produk. Semakin tinggi suhu maka akan semakin cepat laju
pengeringan produk. Tetapi suhu yang terlalu tinggi bisa menyebabkan
pengerasan pada permukaan, sehingga medium minyak sebagai transfer panas
tidak dapat terserap kedalam produk. Semakin lama waktu penggorengan maka
akan semakin banyak minyak sebagai medium transfer panas diserap. Hal ini
seiring dengan peningkatan laju penguapan air dalam produk. Dalam penelitian
ini suhu dan lama waktu yang digunakan untuk proses penggorengan relatif sama.
Oleh karena itu faktor utama yang diduga mempengaruhi kadar air produk adalah
kadar tepung terigu yang diberikan.
-~
--- ...
36
5% 10 % 15 %
Tepung Terigu
Gambar 14. Grafik Kadar Air pada Berbagai Penambahan Kadar Tepung Terigu.
Jika ditelusuri sejak bahan dasarnya, maka perubahan kadar air dari
produk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan Kadar Air Bahan Baku dengan Kadar Air Produk
Genjer Tepung Adonan Kadar Air Kadar Air
(g) Terigu (g) (g) Bahan Baku Produk
200 10 210 78,43 % 64,73 %
200 20 220 75,18 % 53,005 %
200 30 230 72,22 % 61,075 %
Dad Tabel 9 terlihat bahwa kadar air dari bahan baku (adonan) cenderung
menurun seiring dengan penambahan tepung terigu. Sedangkan terdapatnya data
kadar air udang cetak dengan penambahan tepung terigu sebesar 15 % yang lebih
besar dibandingkan dengan konsentrasi tepung terigu sebesar 10 % karena diduga
pada saat pengadonan adonan tidak homogen. Hal ini disebabkan karena
pengadonan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Dengan
homogenitas adonan yang rendah maka kemungkinan kadar air pada tiap bagian
adonan akan berbeda.
Dari hasil analisis ragam (RAL) pada selang kepercayaan 95 % pada
lampiran, memperlihatkan bahwa perlakuan penambahan tepung terigu pada
udang cetak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air udang
cetak. Hasil uji lanjut BN] menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung
37
- 24,----------------------------------------------------------------1
-
r/.
...~
'0 22,5 -j---I;
~
2 22-1-~
~
e:::::
I 21,5 -I--~
~
~ 21 ..1--__ -"
5% 10 % 15 %
Tepung Terigu
Gambar 15. Grafik Kadar Protein pada Berbagai Penambahan Kadar Tepung
Terigu Produk Udang Cetak.
38
Jika ditelusuri sejak bahan dasarnya, maka perubahan kadar protein dari
produk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Abu dan mineral merupakan komponen yang tidak mudah menguap pada
waktu pembakaran dan pemijaran senyawa organik. Dalam penentuan kadar abu,
bahan-bahan organik dalam makanan akan terbongkar, sedangkan bahan-bahan
anorganik tidak (Winarno, 1992). Unsur-unsur yang termasuk abu atau mineral
yaitu zat anorganik seperti kalsium, kalium, natrium, besi, mangan magnesium
dan iodium.
Berdasarkan hasil analisis kadar abu terhadap udang cetak, nilai kadar abu
berkisar antara 2,1 % sampai 3 %. Nilai kadar abu tertinggi terdapat pada
perlakuan dengan penambahan tepung terigu sebesar 15 % dengan nilai 3 %,
sedangkan yang terkecil terdapat pada konsentrasi 5 % dengan nilai sebesar
2,1 %. Hasil analisis kadar abu dapat dilihat pada Gambar 16.
~~--~--------------'.---'--"~-~ ..--.--'--'~.-".----.,-----_._.-
1-
;~ 3,5
l..........
!:J 2,95
'.0 3
:<
I~
:0 2,5
,C'\1
:~ 2
'C'\1
.....
,C'\1
,~
I
1,5
'....
,C'\1
'('II 1
0::
,('II
".:= 0,5
z
5% 10% 15 %
Tepung Terigu
Gambar 16. Grafik Kadar Abu pada Berbagai Penambahan Kadar Tepung Terigu
Produk Udang Cetak.
Jika ditelusuri sejak bahan dasarnya, maka perubahan kadar abu dari
produk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11.
....,.
_"'-':'
40
Tabel 11. Perbandingan Kadar Abu Bahan Baku dengan Kadar Abu
ProdukBerdasarkan Berat Kering
3,5
-
~
0
~
ctS
E
3
Q) 2,5
...ItS
...J
2
"tl
ItS
~ 1,5
.....
ItS
ItS
a:= 1
- I
ItS
('l
0:::
0,5
a
~
z 5% 10 % 15 %
Tepung Terigu
Gambar 17. Grafik Kadar Lemak pada Berbagai Penambahan Kadar Tepung
Terigu.
Jika ditelusuri sejak bahan dasarnya, maka perubahan kadar Iemak dad
produk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel12
.Tabel 12. Perbandingan Kadar Lernak Bahan Baku dengan Kadar Lemak
Produk Udang Cetak
Genjer Tepung Terigu Adonan Kadar Lemak Kadar Lemak
(g) (g) (g) Bahan Baku Produk
200 10 210 0,69 % 2,2%
200 20 220 0,67 % 1,7%
200 30 230 0,65 % 3,1 %
~ 25
....I'll
"- 19,64
:E 20
.c:
0
..0
"-
I'll 15
~
"-
I'll
-c 10 9,39
I'll
~
....
I'll
. 1'11 5
a:::I
....I'llra 0
0::
5% 10 % 15 %
~
z Tepung Terigu !
iI
-----
Gambar 18. Grafik Kadar Karbohidrat pada Berbagai Penambahan Kadar Tepung
Terigu Produk Udang Cetak.
Jika ditelusuri sejak bahan dasarnya, maka perubahan kadar lemak dari
produk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 13.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Ahza, A.B. 1983. Pengolahan Mie dan Roti. Didalam Pendidikan dan Latihan
Tenaga Pembinaan Wilayah Bina Swadaya dalam Bidang Pengolahan
Pangan Tradisioanal. 28 November-12 Desember, Bogor.
Bogasari Flour Mills, PT. 1993. Didalam Tanti Damayanti (1999) : Pengendalian
RH (Relative Humidity) dan Aplikasi Kemasan Terhadap Mutu Simpan
Tepung Terigu. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Erawaty, W.R. 2001. Pengaruh Bahan Pengikat, Waktu Penggorengan dan Daya
Simpan terhadap Sifat Fisik dan Organoleptik Produk Nugget Ikan Sapu-
sapu (Hyposascus pardalis). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogar. Bogor.
-vGlicksman, M and R.E. Schachat. 1959. Gum Arabic in : R.L Whistler and J.N.
Be Miller (Eds). Industrial Gums: Polysaccharides and Their Derivatives
2nd Ed. Academic Press. New York.
Haryadi, P. 2001. Sifat Fisik dan Kimia Pangan. Diktat. Kuliah Pasca Sarjana.
PAU IPB. Bogor. .
Lanier, Tyre, and Chong Lee. (199~) eds. Surimi technology, Marcel Dekker.
Didalam http://www.gale-edit.com
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Solis, N. B. 1988. Biology and Ecology. Chapter One. Pp. 3-36. In: Biology and
Culture of Penaeus monodon. Brackishwater Aquaculture Information
-~
48
Steel, R.Q.D. dan 1. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan
B. Sumantri. PT. Gramedia, Jakarta.
Taro, V dan K.A. Sugiarto, 1979. Biologi Udang, Sistimatika, Morfologi, Daur
Hidup, Habitat dan Makanan Dalam Udang Biologi, Potensi, Budidaya,
Produksi dan Udang Sebagai Bahan Makanan Indonesia. Lembaga
Oseanografi Nasional. LIPI. Jakarta.
Wilson, O. D. 1960. Sausage and meat product. Dalam The Science of Meat and
Meat Product. Editors: 1. B. Evans, B. S. Scuegert, C. V. Livens and D.
M. Duty. H. W. Freeman and Co. San Francisco.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Jakarta.
------
1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Nama Panelis :
TgI Pengujian :
Produk : Udang Cetak (Genjer)
Produk Warna Penampakan Tekstur Aroma Rasa
215
324
543
235
321
435
278
498
372
Kriteria:
UJIORGANOLEPTIK
Nama Panelis :
TgJ Pengujian :
Produk : Udang Cetak (Genjer)
No. Uji 215 324 543 235 321 435 278 498 372
1. Rasa
2. Pahit
4. Hambar
6. Sedikit manis gurih
8. Manis, Gurih
10. Sangat manis, Gurih
2. Bau
2. Busuk/amrnonia
4. Tak ada bau khas udang goreng
6. Sedikit bau khas udang
8. Bau gurih khas udang goreng
10. Sangat khas udang goreng
3. Warna
3. Coklat kehitaman
6. Coklat
9. Kuning Keemasan
4. Tekstur
2. Lembek, rnudah pecah
4. Keras/a lot/padat
6. Lembek sedikit kenyal
8. Kenyal/kompaklelastis
5. Penampakan
2. Tidak menarik
4. Tidak seragam
6. Utuh/tidak merata
8. Utuh!seragamlmerata
51
un GENJER + KERAGENAN 5 %
PANELIS I RASA BAU WARNA TEKSTUR TAMPAK
I 6 8 6 8 6
II 6 6 6 6 6
III 6 8 6 6 6
I
IV 6 6 6 8 6
V 6 8 9 4 4
VI 8 8 6 8 6
un GENJER + TERIGU 5 %
PANELIS RASA BAU \VARNA TEKSTUR TAMPAK
I 6 6 6 8 6
II 6 I 6 6 6 6
III 6 6 9 8 6
IV 6 8 6 8 6
V 10 8 9 8 6
VI 8 8 9 8 8
L
52
un GENJER + KERAGENAN 10 %
PANELIS RASA BAU \VARNA TEKSTUR TAMPAK
I 6 8 6 8 6
II 6 6 6 6 6
III 4 6 6 4 6
IV 8 8 6 8 6
V 6 8 9 8 4
I VI 6 4 6 6 4
un GENJER + TERIGU 15 %
PANELIS RASA BAU \VARNA TEKSTUR TAMPAK
I 8 8 6 8 6
II 6 8 6 6 6
III 6 6 6 6 6
IV 8 8 6 8 6
V 8 8 9 4 4
VI 8 8 6 6 6
Lampiran 6. Analisis Ragam dan Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kadar Air dan
Protein Produk Udang Cetak Hasil Penelitian,
1 2
2 7,078
16,372
3 -0,992 -12,717
8,302 -3,423
* = Berbeda nyata
1 2
2 -1,7478
0,0278
3 -2,2278 -1,3678
-0,4522 0,4078
55
Lampiran 7. Analisis Ragam dan Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kadar Lemak dan
Abu Produk Udang Cetak Hasil Penelitian.
1 2
2 -0,0118
1,0118
3 -1,4118 -1,91l8
-0,3882 -0,8882
* = Berbeda nyata
1 2
2 -0,7179
0,1179
3 0,0321 0,3321
0,8679 1,1679
56
Lampiran 8. Analisis Ragam dan Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kadar Karbohidrat
Produk Udang Cetak Hasil Penelitian.
1 2
2 -17,143
-7,667
3 -9,283 3,122
0,193 12,598
57
H = 14,74 DF = B P = 0,064
H = 19,08 DF = 8 P = 0,014 (adjusted for ties)
Rumus perhitungan :
p=k(k-1)/2= 9(9-1)/2= 36
N= nxk = 6 x 9 = 54
ZoJ2p = ZO,OSf2(S4)= 0,00046 Tabel A4 = 3,35
[Ri-Rj]>< 3,22 [(54+ 1)9/6 ],'0,5 = 30,42
58
Lampiran 10. Analisis Varian Rangking Kruskal Wallis Warna Udang Cetak Hasil
Penelitian.
H = 36,07 DF = 8 P = 0,000
H = 43,96 DF = 8 P = 0,000 (adjusted for ties)
* = berbeda nyata
59
Lampiran 11. Analisis Varian Rangking Kruskal Wallis Tekstur Udang Cetak Hasil
Penelitian.
Kruskal-Wallis Test on Tekstur
Perlakuan N Median Ave Rank Z
1 6 6,000 20,0 -1,24
2 6 6,000 20,0 -1,24
3 6 3,000 13,4 -2,33
4 6 7,000 34,7 1,18
5 6 7,000 34,7 1,18
6 6 4,000 12,5 -2,48
7 6 8,000 43,4 2,63
B 6 7,000 37,3 1,61
9 6 6,000 31,6 0,67
Overall 54 27,S
H = 24,33 DF = 8 p 0,002
H = 26,83 DF = 8 P 0,001 (adjusted for ties)
Lampiran 12. Analisis Varian Rangking Kruskal Wallis Aroma Udang Cetak Hasil
Penelitian.
* = berbeda nyata
61
Lampiran 13. Analisis Varian Rangking Kruskal Wallis Rasa dan Penerimaan
Umum Udang Cetak Hasil Penelitian.
A. Rasa
Kruskal-IvallisTest on rasa
Perlakuan N Median Ave Rank Z
1 6 7,000 29,7 0,36
2 6 6,000 22,3 -0,85
3 6 6,000 18,7 -1,46
4 6 6,000 29,2 0,28
5 6 6,000 25,8 -0,29
6 6 6,000 18,7 -1,46
7 6 6,000 33,9 1,06
8 6 6,000 29,2 0,28
9 6 8,000 40,2 2,09
Overall 54 27,5
H 9,64 OF 8 P 0,291
H 12,41 OF :: 8 P 0,134 (adjusted for ties)
B. Penerimaan Umum
H 24,98 DF = B P = 0,002
H 27,16 DF = 8 p = 0,001 (adjusted for ties)
Lampiran 15. Data Proksimat Genjer dan Tepung Terigu serta Contoh
Penghitungan Analisis Proksimat Adonan
B. Anal isis Proksimat Tepung Terigu dalam Basis Basah dan Basis Kering
qi.Y!:,;ii;;Pf91(Sim~hi~\1;}i;;, ):')'-:;';:; /:Basisi:Sasiih .:. ',':. .<:::, ,/'/,Hasiskei'ihg>.
...
'.
.. '......
Kadar Air 7% 0%
Kadar Protein 10,57 % 11,37 %
Kadar Abu 1,66 % 1,78 %
Kadar Lemak 0,18 % 0,19 %
Kadar Karbohidrat 80,59 % 86,65 %
li~~t~:~~r~;,Geli}e'rr(ID_~!~i~i{j
~1:mepu'ngja;erigii1;(~):i~~ 01!~ti)~},~a'q~t;~tQ1~in;,::
Mii-'::~@A:aarn;alt?(Rl~jR~!;3~
200 10 210 127,24 x 100 = 60,59 %
63,05%x200= 126,1 11,37%x 10= 1,14 126,i + 1,14=127,24 210
200 20 220 128,37 x 100 = 58,35 %
63,05 % x 200 = 126,1 11,37% x 20 =- 2,27 126,1 + 2,27 =128,37 220
200 30 230 129.51 x 100 = 56,31 %
63,05 % x 200::: 126,1 11,37% x 30 = 3,41 126,1 + 3,41 =129,51 230
Cara perhitungan untuk Kadar Abu, Lemak dan Karbohidrat Sama seperti diatas.
64
GUM ARAB
65
Lampiran 17. Foto Adonan Cetak Beku dan Udang Cetak Goreng Bahan
pengikat Tepung Terigu
Lampiran 18. Foto Vdang Cetak Goreng Bahan Pengikat Keragenan dan
Gum Arab