Latar Belakang
Telur merupakan salah satu produk hewani yang berasal dari ternak
unggas dan telah dikenal sebagai bahan pangan sumber protein yang bermutu
kandungan gizi telur yang tinggi, harganya relatif murah bila dibandingkan
kualitas yang disebabkan oleh kerusakan secara fisik, serta penguapan air,
karbondioksida, ammonia, nitrogen, dan hidrogen sulfida dari dalam telur. Lama
penurunan kualitas dan kerusakan pada telur dapat dilakukan pengolahan, salah
Abon merupakan salah satu produk olahan yang sudah dikenal banyak
bumbu. Produk yang dihasilkan mempunyai tekstur, aroma, dan rasa yang khas.
Selain itu, proses pembuatan abon merupakan proses pengurangan kadar air dalam
(Jusniati. dkk., 2017). Tentunya dalam pembuatan produk setiap orang memiliki
sesuatu. Daya terima konsumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap
konsumen terhadap warna, aroma, tekstur, dan rasa. Citarasa adalah suatu cara
pemilihan makanan yang harus dibedakan dari rasa makanan tersebut. Citarasa
merupakan atribut makanan yang meliputi penampakan, bau, rasa, tekstur, dan
suhu. Citarasa merupakan bentuk kerja sama dari kelima macam indera manusia,
Mengenai Percobaan Abon Telur yaitu dapat mengetahui cara pengolahan telur
menjadi abon, menghasilkan produk abon yang dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif pengolahan bahan pangan sehingga umur simpan bahan pangan lebih
Mengenai Percobaan Abon Telur yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui cara
pengolahan telur menjadi abon, menghasilkan produk abon yang dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif pengolahan bahan pangan sehingga umur simpan
bahan pangan lebih lama dan mengetahui kualitas abon yang baik dikonsumsi.
TINJAUAN PUSTAKA
Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang
protein hewani. Hal ini karena telur ayam ras relative murah dan mudah diperoleh
serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan. Telur ayam ras segar
adalah telur yang tidak mengalami proses pendinginan dan tidak mengalami
embrio yang jelas, yolk belum tercampur dengan albumen, utuh, dan bersih
(Maimunah dan Rokhman, 2018). Selain harganya yang relatif murah, telur ayam
ras juga mengandung gizi yang baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Dalam satu telur, putih telur mempunyai persentase yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kuning telur. Satu butir telur seberat 53 gr mengandung putih
telur 65,64%, kuning telur 23,61% dan cangkang telur 10,75%. Putih telur
mengandung protein yang tinggi. Protein putih telur terususun dari ovalabumin
sebanyak 54%. Albumin yang sering disebut putih telur, mengandung sebagian besar
cairan di telur yaitu sekitar 67%. Albumin mengandung lebih dari 50% protein telur,
serta mengandung niacin, riboflavin, klorin, magnesium, kalium, sodium dan sulpur.
Albumin terdiri dari empat lapisan berbeda yaitu lapisan dengan konsistensi yang
beredar dipasaran. Ada beberapa cara lain untuk mengawetkan dan mengolah
telur, salah satunya yaitu telur pindang. Pengolahan dengan cara telur pindang
sudah lama dikenal dan berbagai macam inovasi yang dilakukan dan merupakan
dapat diolah menjadi abon telur untuk meningkatkan nilai tambah dan masa
simpannya.
Abon telur merupakan produk olahan lain dari telur, dimana melalui
proses pengocokan telur (pencampuran kuning dan putih), lalu diaduk melalui
digunakan dalam pembuatan abon, diaduk sampai merata. Campuran bumbu dan
(spinner) untuk mengeluarkan minyak sehingga abon menjadi lebih kering. Abon
telur yang dibuat dengan komposisi bumbu dan lama penggorengan yang tepat
akan memberikan warna dan rasa yang tidak berbeda jauh dengan abon daging
pada umumnya (Abustam. dkk., 2016). Dalam membuat suatu produk tentunya
berbentuk khas yang dibuat dari daging ikan yang direbus dan disayat-sayat,
diberi bumbu, digoreng, kemudian dipres. Kadar protein pada abon merupakan
komponen yang menentukan kualitas bahan dan produk pangan. Syarat mutu abon
menurut SNI 01-3707-1995 dimana kadar protein abon minimal 15%. Kadar
merupakan sumber energi bagi tubuh manusia. Abon menurut SNI 01-3707-1995
dimana nilai rata-rata karbohidrat abon maksimal 25%. Kadar lemak merupakan
salah satu komponen bahan pangan yang dibutuhkan tubuh. Syarat mutu abon
menurut SNI 01-3707-1995 dimana kadar lemak maksimal adalah 30% (Jusniati.
dkk., 2017). Lemak pada abon berkaitan dengan kandungan minyak, semakin
banyak minyak pada abon maka semakin tinggi pula kandungan lemaknya. Oleh
karena itu diperlukan suatu cara untuk mengurangi kandungan minyak pada abon
minyak yang lolos saringan dapat digunakan lagi untuk penggorengan abon
berikutnya. Dengan adanya tuntutan produk yang berkualitas, kering dan tahan
lama maka tahap penirisan merupakan tahap yang penting dalam pembuatan abon.
menempel pada abon akan menimbulkan bau tidak enak (tengik) setelah beberapa
hari dalam penyimpanan (Muntasir dan Weraman, 2018). Salah satu alat yang
dapat digunakan untuk mengurangi kandungan minyak dari abon adalah spinner.
Spinner dan Kandungan Minyak
minyak dalam pembuatan produk makanan. Dalam hal ini, produk spinner pulling
oil dapat diaplikasikan dalam elaborasi usaha melalui produk abon dengan
memanfaatkan spinner. Kandungan minyak pada abon yang masih tinggi setelah
yaitu 1400 rpm serta terbuat dari bahan stainless steel (food grade) (Felayati.
dkk., 2016). Spinner berfungsi mengurangi kandungan minyak dalam abon, untuk
minyak yang disebabkan proses hidrolisa mejadi asam lemak bebas dan
oksidasi yang menyebabkan bau tengik pada minyak. Oksidasi dimulai dengan
serta asam lemak bebas. Oleh karena itu perlu adanya teknologi yang dapat
meningkatkan kualitas dan waktu simpan dari abon (Nugraha. dkk., 2014). Salah
satu alat yang digunakan untuk mengurangi kadar minyak pada abon yaitu
spinner.
minyak yang terkandung pada gorengan tersebut, sehingga kadar kolesterol pada
gorengan dapat dikurangi, karena pada saat ini dalam mengkonsumsi makanan
harus tetap memperhatikan dampak yang akan terjadi terhadap kesehatan orang
yang akan mengkonsumsinya. Cara kerjanya yaitu olahan makanan gorengan akan
diputar di dalam tabung peniris sehingga minyak akan tertiris dan keluar melalui
lubang pada tabung peniris. Diharapkan dengan mesin peniris minyak ergonomis
ini dapat membantu meringankan aktifitas industri rumah tangga dan dapat
Selain kadar minyak yang diperhatikan dalam pembuatan abon juga harus
Bahan tambahan pangan (BTP) secara umum adalah bahan yang biasanya
dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
makanan adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas
bumbu-bumbu.
gula merah, kelapa, lengkuas, garam, vetsin, daun salam, kemiri, dan lain – lain.
menutupi rasa atau flavour bahan makanan yang tidak disukai bahkan dapat
menguatkan flavour bahan makanan yang tidak diinginkan. Dalam abon sendiri
dkk., 2017).
memberikan rasa dan aroma yang khas pada makanan. Fungsi bumbu ialah untuk
memperkaya rasa masakan misal rasa harum, manis, asam gurih, asam atau pedas.
sebagai penyedap dan pembangkit selera. Pada umumnya jenis tumbuhan tersebut
Telur dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 14 Maret 2021 pada pukul 13.00
Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada Praktikum Percobaan Abon Telur yaitu wajan,
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Percobaan Abon Telur yaitu telur
ayam 3 butir, gula merah 19 gram, garam 4 gram, bawang putih 4 gram, bawang
merah 4 gr, royco 3 gram, ketumbar 2 gram, asam jawa tanpa biji 8 gram, minyak
Prosedur Kerja
jawa dari bijinya. Setelah itu memasukkan 3 butir telur kedalam wadah kemudian
digunakan dan larutan asam jawa yang sudah dibuat, kemudian memanaskan
sampai minyaknya tidak menetes lagi, dan menyimpan pada wadah yang telah
disiapkan.
Diagram Alir
Proses pembuatan abon telur secara garis besar dapat digambarkan pada
Dikocok
Gula merah,
garam, royco,
ketumbar, asam
Memasukkan bumbu-bumbu jawa, kecap
bawang putih,
bawang merah,
dan merica
Memanaskan minyak bubuk
Menuang telur
Spinner
Abon Telur
suatu sifat atau kualitas bahan yang menyebabkan konsumen dapat menyukai
Warna
Hitam Coklat muda
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
1. Sangat hitam 4. Kecoklatan
2. Hitam 5. Coklat
3. Agak hitam 6. Coklat muda
Tekstur
Kasar Halus
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
1. Sangat kasar 4. Agak halus
2. Kasar 5. Halus
3. Agak kasar 6. Sangat halus
Aroma
Tidak beraroma telur Sangat beraroma telur
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
1. Sangat idak beraroma telur 4. Agak beraroma telur
2. Tidak beraroma telur 5. Beraroma telur
3. Agak tidak beraroma telur 6. Sangat beraroma telur
Kesukaan
Tidak suka Sangat suka
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
1. Sangat tidak suka 4. Agak Suka
2. Tidak suka 5. Suka
3. Agak tidak suka 6. Sangat Suka
HASIL DAN PEMBAHASAN
Abon telur merupakan salah satu olahan yang berbahan dasar telur untuk
meningkatkan nilai tambah dan masa simpan daritelur. Adapun hasil uji daya
penerimaan dari Percobaan Abon Telur dapat dilihat pada tabel berikut :
Abon Telur memiliki warna pada skala 5 yaitu berwarna coklat, tekstur pada skala
3 yaitu agak kasar, aroma pada skala 3 yaitu agak tidak beraroma telur dan
Berdasarkan hasil pada uji daya penerimaan Percobaan Abon Telur yang
telah dilakukan, diperoleh hasil warna pada uji daya penerimaan yaitu berwarna
coklat karena adanya penambahan gula jawa dan kecap serta adanya reaksi antara
protein telur dan suhu yang tinggi pada penggorengan, sehingga abon berwarna
coklat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sigit, dkk (2017) yang menyatakan bahwa
dipengaruhi oleh pigmen dan adanya proses browning (pencoklatan). Dalam abon
pereduksi dengan asam amino yang berlangsung pada pengolahan makanan secara
dibagi menjadi 3 tahap reaksi yaitu reaksi tahap awal, reaksi lanjutan dan reaksi
Berdasarkan hasil pada uji daya penerimaan Percobaan Abon Telur yang
telah dilakukan, diperoleh hasil tekstur pada uji daya penerimaan yaitu agak kasar
karena tekstur dari abon pada umumnya memang kasar yang disebabkan pada saat
proses penuangan telur menggunakan saringan yang terus diputar, selain itu juga
dipengaruhi oleh proses penggorengan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sigit dkk.
(2017) yang menyatakan bahwa tekstur dapat dipengaruhi oleh perlakukan selama
abon disebabkan serabut yang dihasilkan dapat seperti serat abon pada umumnya.
Tekstur makanan sangat dipengaruhi oleh kandungan protein, lemak, serta tipe
dan lemak, tekstur abon semakin halus dan renyah. Kadar air sangat berpengaruh
terhadap mutu bahan pangan dan merupakan salah satu sebab air sering
makanan mempunyai tujuan agar memiliki daya simpan lebih lama dan untuk
Berdasarkan hasil pada uji daya penerimaan Percobaan Abon Telur yang
telah dilakukan, diperoleh hasil aroma pada uji daya penerimaan yaitu agak tidak
beraroma telue karena adanya penambahan bahan-bahan yang aromanya lebih
kuat dibandingkaan aroma telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Sigit. dkk (2017)
rasa yang berbeda dengan aslinya namun penambahan penyedap seperti bumbu–
bumbu mampu menutupi rasa atau flavour bahan makanan yang tidak disukai
Aroma produk berasal dari sejumlah bahan yang ada dalam lemak dan
bersifat menguap ketika dipanaskan. Bumbu yang digunakan dalam pembuatan abon
dapat memberikan aroma yang khas. Bawang merah memiliki bau dan citarasa yang
khas yang ditimbulkan oleh adanya senyawa yang mudah menguap dari jenis sulfur
seperti propil sulfur. Ketumbar dapat memberikan aroma yang diinginkan dan
bau yang khas pada produk akhir. Umumnya aroma yang diterima hidung dan otak
merupakan campuran 4 aroma terutama harum, asam, tengik, dan hangus (Alik. dkk.,
2014).
Berdasarkan hasil pada uji daya penerimaan Percobaan Abon Telur yang
telah dilakukan, diperoleh hasil kesukaan pada uji daya penerimaan yaitu agak
suka karena rasa abon telur yang khas akan cita rasa bumbu-bumbu yang
digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jusniati dkk. (2017) yang menyatakan
bahwa umumnya pada produk seperti abon memiliki cita rasa yang khas dengan
bagi konsumen untuk menerima atau menolak suatu makanan ataupun produk
pangan. Rasa dipengaruhi oleh senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi
dengan komponen rasa yang lain. Rasa diasumsikan menjadi empat rasa dasar,
yaitu manis, asam, pahit dan asin. Faktor rasa memegang peranan penting dalam
KESIMPULAN
ditarik kesimpulan bahwa hasil dari uji penerimaan abon telur memiliki warna
pada skala 5 yaitu berwarna coklat, tekstur pada skala 3 yaitu agak kasar, aroma
pada skala 3 yaitu agak tidak beraroma telur dan kesukaan pada skala 4 yaitu agak
suka.
SARAN
mengenai fungsi dan peran dari setiap tahapan yang dilakukan serta bahan yang
Alik, T. A., M. Sukmiwati dan I. Sari. 2014. Studi penerimaan konsumen terhadap
abon nila (Oreochromis niloticus) dengan penambahan jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 19 (1) : 1-12.
Djaelani, Muhammad Anwar. 2016. Kualitas telur ayam ras (Gallus L.) setelah
penyimpanan yang dilakukan pencelupan pada air mendidih dan air
kapur sebelum penyimpanan. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi. 1 (1)
: 19-23.
Felayati, H. F., B. Susilo dan Y. Sugianto. 2016. Uji performansi mesin “spinner
pulling oil” sebagai pengentas minyak otomatis dalam peningkatan
produktifitas abon ikan patin (Pangasius pangasius). Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem. 4 (1) : 41-47.
Indriaty, F. Dan H. F. G. Kaseke. 2016. Peningkatan cita rasa bumbu woku pada
ikan tuna. Jurnal Penelitian Teknologi Industri. 8 (2) : 117-128.
Jusniati, Patang dan Kadirman. 2017. Pembuatan abon dari jantung pisang (Musa
paradisiaca) dengan penambahan ikan tongkol (Euthynnus affinis).
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. 3 (1) : 58-66.
Maimunah dan T. Rokhman. 2018. klasifikasi penurunan kualitas telur ayam ras
berdasarkan warna kerabang menggunakan support vector machine.
Journal of Informatics. 3 (1) : 43-52.
Mamuaja, C. F. dan Y. Aida. 2014. Karakteristik gizi abon jantung pisang (Musa
paradisiaca) dengan penambahan ikan layang (Decapterus sp). Jurnal
Ilmu Dan Teknologi Pangan. 2 (2) : 1-7.
Manzalina, N., S. Sufiat dan R. Kamal. 2019. Daya terima konsumen terhadap
citarasa es krip buah kawista (Limonia acidissima). Jurnal Media
Pendidikan, Gizi dan Kuliner. 8 (2) : 20-27.
Mulza, D. P., Ratnawulan dan Gusnedi. 2013. Uji kualitas telur ayam ras terhada
lamanya penyimpanan berdasarkan sifat listrik. Jurnal Pillar of Physics. 1
(1) : 111-120.
Muntasir dan P. Weraman. 2018. Pengurangan kadar minyak pada abon ikan
produksi savitri dan tiaras dengan penerapan alat peniris serbaguna di
Kota Kupang. Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat. 2 (2) :
20-27.
Ramadhani, N., Herlina dan A. C. Pratiwi. 2018. Perbandingan kadar protein pada
telur ayam dengan metode spektrofotometri sinar tampak. Jurnal Ilmiah
Farmasi. 6 (2) : 53-56.
Sigit, M., M. Akbar dan L. Fianti. 2017. Kualitas organoleptik abon ayam yang
diberi perlakuan substitusi kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Jurnal
Ilmiah Fillia Cendekia. 2 (1) : 1-8.
Wulansari, S. 2020. Formulasi daun jambu biji (Psidium Guajava L.) terhadap
karakteristik fisikokimia dan organoleptik telur pindang. Jurnal
Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. 15 (1) : 1-4.
LAMPIRAN
Warna
1 ( 3 ) +4 (5) 3+ 20 23
Warna= = = =4,6=5(coklat )
5 5 5
Tekstur
1 ( 2 ) +3 ( 3 ) +1 ( 4 ) 2+9+ 4 15
Tekstur = = = =3(agak kasar)
5 5 5
Aroma
1 ( 1 ) +2 ( 3 ) +1 ( 4 )+1(6) 1+6+ 4+ 6 17
Aroma= = = =3,4=3(agak tidak beraroma telur )
5 5 5
Kesukaan
5 ( 4 ) 20
Kesukaan= = =4 (agak suka)
5 5