Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Telur merupakan salah satu produk hewani yang berasal dari ternak

unggas dan telah dikenal sebagai bahan pangan sumber protein yang bermutu

tinggi. Telur sebagai bahan pangan mempunyai banyak kelebihan misalnya,

kandungan gizi telur yang tinggi, harganya relatif murah bila dibandingkan

dengan bahan sumber protein lainnya. Telur mudah mengalami penurunan

kualitas yang disebabkan oleh kerusakan secara fisik, serta penguapan air,

karbondioksida, ammonia, nitrogen, dan hidrogen sulfida dari dalam telur. Lama

penyimpanan menentukan kualitas telur, semakin lama telur disimpan, kualitas

dan kesegaran telur semakin menurun (Djaelani, 2016). Untuk mencegah

penurunan kualitas dan kerusakan pada telur dapat dilakukan pengolahan, salah

satunya yaitu abon telur.

Abon merupakan salah satu produk olahan yang sudah dikenal banyak

orang. Pada prinsipnya, abon merupakan suatu produk pengawetan, yaitu

kombinasi antara perebusan dan penggorengan dengan menambahkan bumbu-

bumbu. Produk yang dihasilkan mempunyai tekstur, aroma, dan rasa yang khas.

Selain itu, proses pembuatan abon merupakan proses pengurangan kadar air dalam

bahan pangan yang bertujuan untuk memperpanjang proses penyimpanan

(Jusniati. dkk., 2017). Tentunya dalam pembuatan produk setiap orang memiliki

penilaian yang berbeda, hal inilah yang disebut daya terima.

Daya terima konsumen adalah tingkat kesukaan konsumen terhadap

sesuatu. Daya terima konsumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap
konsumen terhadap warna, aroma, tekstur, dan rasa. Citarasa adalah suatu cara

pemilihan makanan yang harus dibedakan dari rasa makanan tersebut. Citarasa

merupakan atribut makanan yang meliputi penampakan, bau, rasa, tekstur, dan

suhu. Citarasa merupakan bentuk kerja sama dari kelima macam indera manusia,

yakni perasa, penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran (Manzalina.

dkk., 2019). Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya Praktikum Teknologi

Pengolahan Hasil Ternak Mengenai Percobaan Abon Telur.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak

Mengenai Percobaan Abon Telur yaitu dapat mengetahui cara pengolahan telur

menjadi abon, menghasilkan produk abon yang dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif pengolahan bahan pangan sehingga umur simpan bahan pangan lebih

lama dan mengetahui kualitas abon yang baik dikonsumsi.

Kegunaan dilakukannya Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak

Mengenai Percobaan Abon Telur yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui cara

pengolahan telur menjadi abon, menghasilkan produk abon yang dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif pengolahan bahan pangan sehingga umur simpan

bahan pangan lebih lama dan mengetahui kualitas abon yang baik dikonsumsi.
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjaun Umum Telur Ayam Ras

Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang

popular dan sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan

masyarakat dapat mengkonsumsi telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhan

protein hewani. Hal ini karena telur ayam ras relative murah dan mudah diperoleh

serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan. Telur ayam ras segar

adalah telur yang tidak mengalami proses pendinginan dan tidak mengalami

penanganan pengawetan serta tidak menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan

embrio yang jelas, yolk belum tercampur dengan albumen, utuh, dan bersih

(Maimunah dan Rokhman, 2018). Selain harganya yang relatif murah, telur ayam

ras juga mengandung gizi yang baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

Dalam satu telur, putih telur mempunyai persentase yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kuning telur. Satu butir telur seberat 53 gr mengandung putih

telur 65,64%, kuning telur 23,61% dan cangkang telur 10,75%. Putih telur

mengandung protein yang tinggi. Protein putih telur terususun dari ovalabumin

sebanyak 54%. Albumin yang sering disebut putih telur, mengandung sebagian besar

cairan di telur yaitu sekitar 67%. Albumin mengandung lebih dari 50% protein telur,

serta mengandung niacin, riboflavin, klorin, magnesium, kalium, sodium dan sulpur.

Albumin terdiri dari empat lapisan berbeda yaitu lapisan dengan konsistensi yang

tebal dan lapisan tipis (Ramadhani. dkk., 2018).

Tabel 10. Komposisi Kimia Telur Ayam


Zat Gizi Kadar (%)
Air 73,6%
Protein 12,8%
Lemak 11,8%
Karbohidrat 1,0%
Komponen lainnya 0,8%
Sumber: Mulza dkk. (2013)

Proses pengolahan telur sekarang ini semakin berkembang dalam bidang

pangan, menghasilkan produk-produk olahan yang semakin beragam yang banyak

beredar dipasaran. Ada beberapa cara lain untuk mengawetkan dan mengolah

telur, salah satunya yaitu telur pindang. Pengolahan dengan cara telur pindang

sudah lama dikenal dan berbagai macam inovasi yang dilakukan dan merupakan

penganekaragaman produk pangan (Wulansari, 2020). Selain pindang, telur juga

dapat diolah menjadi abon telur untuk meningkatkan nilai tambah dan masa

simpannya.

Tinjauan Umum Abon Telur

Abon telur merupakan produk olahan lain dari telur, dimana melalui

proses pengocokan telur (pencampuran kuning dan putih), lalu diaduk melalui

saringan stainless steel diatas penggorengan sampai terbentuk serabut-serabut

seperti pada abon daging, kemudian ditambahkan bumbu-bumbu yang biasa

digunakan dalam pembuatan abon, diaduk sampai merata. Campuran bumbu dan

serabut-serabut telur tersebut kemudian diperas menggunakan mesin pemeras

(spinner) untuk mengeluarkan minyak sehingga abon menjadi lebih kering. Abon

telur yang dibuat dengan komposisi bumbu dan lama penggorengan yang tepat

akan memberikan warna dan rasa yang tidak berbeda jauh dengan abon daging

pada umumnya (Abustam. dkk., 2016). Dalam membuat suatu produk tentunya

harus mengikuti standar mutu yang telah ditetapkan.

Menurut SNI 01-3707-1995, abon adalah suatu jenis makanan kering

berbentuk khas yang dibuat dari daging ikan yang direbus dan disayat-sayat,
diberi bumbu, digoreng, kemudian dipres. Kadar protein pada abon merupakan

komponen yang menentukan kualitas bahan dan produk pangan. Syarat mutu abon

menurut SNI 01-3707-1995 dimana kadar protein abon minimal 15%. Kadar

karbohidrat merupakan komponen yang sangat dibutuhkan tubuh. Karbohidrat

merupakan sumber energi bagi tubuh manusia. Abon menurut SNI 01-3707-1995

dimana nilai rata-rata karbohidrat abon maksimal 25%. Kadar lemak merupakan

salah satu komponen bahan pangan yang dibutuhkan tubuh. Syarat mutu abon

menurut SNI 01-3707-1995 dimana kadar lemak maksimal adalah 30% (Jusniati.

dkk., 2017). Lemak pada abon berkaitan dengan kandungan minyak, semakin

banyak minyak pada abon maka semakin tinggi pula kandungan lemaknya. Oleh

karena itu diperlukan suatu cara untuk mengurangi kandungan minyak pada abon

yaitu dengan penirisan.

Proses penirisan merupakan proses pengurangan kandungan minyak bebas

setelah tahap penggorengan. Ampas yang tertahan dengan abon, sedangkan

minyak yang lolos saringan dapat digunakan lagi untuk penggorengan abon

berikutnya. Dengan adanya tuntutan produk yang berkualitas, kering dan tahan

lama maka tahap penirisan merupakan tahap yang penting dalam pembuatan abon.

Kandungan minyak dalam produk pertanian yang diolah dengan penggorengan

harus mendapat perhatian karena mempengaruhi kualitas produk tersebut,

kemasan, umur simpan dan effisiensi penggunaan minyak. Minyak yang

menempel pada abon akan menimbulkan bau tidak enak (tengik) setelah beberapa

hari dalam penyimpanan (Muntasir dan Weraman, 2018). Salah satu alat yang

dapat digunakan untuk mengurangi kandungan minyak dari abon adalah spinner.
Spinner dan Kandungan Minyak

Spinner pulling oil merupakan solusi kreatif sebagai alat pengentasan

minyak dalam pembuatan produk makanan. Dalam hal ini, produk spinner pulling

oil dapat diaplikasikan dalam elaborasi usaha melalui produk abon dengan

memanfaatkan spinner. Kandungan minyak pada abon yang masih tinggi setelah

proses penggorengan dengan menggunakan alat spinner pulling oil dapat

mengurangi kandungan minyak sesuai dengan lama waktu pengentasannya. Alat

spinner pulling oil memiliki kapasitas 10 kg dengan kecepatan putaran dinamo

yaitu 1400 rpm serta terbuat dari bahan stainless steel (food grade) (Felayati.

dkk., 2016). Spinner berfungsi mengurangi kandungan minyak dalam abon, untuk

menambah masa simpan produk.

Terdapatnya sejumlah air dalam minyak dapat mengakibatkan kerusakan

minyak yang disebabkan proses hidrolisa mejadi asam lemak bebas dan

mengakibatkan ketengikan. Selain proses hidrolisa minyak bisa mengalami proses

oksidasi yang menyebabkan bau tengik pada minyak. Oksidasi dimulai dengan

terbentuknya peroksida dan hiperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya

asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid, keton

serta asam lemak bebas. Oleh karena itu perlu adanya teknologi yang dapat

meningkatkan kualitas dan waktu simpan dari abon (Nugraha. dkk., 2014). Salah

satu alat yang digunakan untuk mengurangi kadar minyak pada abon yaitu

spinner.

Alat spinner yang akan dirancang berfungsi untuk mengurangi kadar

minyak yang terkandung pada gorengan tersebut, sehingga kadar kolesterol pada

gorengan dapat dikurangi, karena pada saat ini dalam mengkonsumsi makanan
harus tetap memperhatikan dampak yang akan terjadi terhadap kesehatan orang

yang akan mengkonsumsinya. Cara kerjanya yaitu olahan makanan gorengan akan

diputar di dalam tabung peniris sehingga minyak akan tertiris dan keluar melalui

lubang pada tabung peniris. Diharapkan dengan mesin peniris minyak ergonomis

ini dapat membantu meringankan aktifitas industri rumah tangga dan dapat

meningkatkan produktifitas dengan hasil yang berkualitas (Dewi. dkk., 2019).

Selain kadar minyak yang diperhatikan dalam pembuatan abon juga harus

memperhatikan takaran bumbu atau bahan tambahan pangan yang digunakan.

Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan (BTP) secara umum adalah bahan yang biasanya

dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak

mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk

maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,

pengepakan, pengemasan dan penyimpanan. Tujuan penambahan zat tambahan

makanan adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas

daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan serta

mempermudah dalam penyiapan bahan pangan (Puspawiningtyas. dkk., 2017).

Dalam pembuatan abon digunakan beberapa bahan tambahan pangan berupa

bumbu-bumbu.

Bumbu yang digunakan adalah bawang merah, bawang putih, ketumbar,

gula merah, kelapa, lengkuas, garam, vetsin, daun salam, kemiri, dan lain – lain.

penambahan bahan campuran sebenarnya dapat memberi rasa yang berbeda

dengan aslinya namun penambahan penyedap seperti bumbu – bumbu mampu

menutupi rasa atau flavour bahan makanan yang tidak disukai bahkan dapat
menguatkan flavour bahan makanan yang tidak diinginkan. Dalam abon sendiri

terdapat penambahan gula sehingga warnanya berubah kuning kecoklatan (Sigit.

dkk., 2017).

Secara fungsional, bumbu dan rempah artinya sama karena sama-sama

memberikan rasa dan aroma yang khas pada makanan. Fungsi bumbu ialah untuk

memperkaya rasa masakan misal rasa harum, manis, asam gurih, asam atau pedas.

Rempah-rempah merupakan tanaman aromatik yang dibutuhkan pada makanan

sebagai penyedap dan pembangkit selera. Pada umumnya jenis tumbuhan tersebut

mengandung substansi yang sangat membantu kelenjar-kelenjar pencernaan dan

meningkatkan rangsangan nafsu makan (Indriaty dan Kaseke, 2016).


METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai Percobaan Abon

Telur dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 14 Maret 2021 pada pukul 13.00

WITA sampai selesai bertempat di Laboratorium Teknologi Pengolahan Daging

dan Telur, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Praktikum

Alat yang digunakan pada Praktikum Percobaan Abon Telur yaitu wajan,

sendok, kompor, saringan minyak, wadah abon dan spinner.

Bahan yang digunakan dalam Praktikum Percobaan Abon Telur yaitu telur

ayam 3 butir, gula merah 19 gram, garam 4 gram, bawang putih 4 gram, bawang

merah 4 gr, royco 3 gram, ketumbar 2 gram, asam jawa tanpa biji 8 gram, minyak

goreng secukupnya, kecap 7,5 ml dan merica bubuk 4 gram.

Prosedur Kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, kemudian memisahkan asam

jawa dari bijinya. Setelah itu memasukkan 3 butir telur kedalam wadah kemudian

mengocok menggunakan sendok, lalu memasukkan bumbu-bumbu yang

digunakan dan larutan asam jawa yang sudah dibuat, kemudian memanaskan

minyak dan menurunkan adonan menggunakan saringan sambil diputar-putar.

Setelah itu menggoreng hingga warna berubah menjadi kecoklatan dan

mengangkat kemudian meniriskan, setelah itu memasukkan ke dalam spinner

sampai minyaknya tidak menetes lagi, dan menyimpan pada wadah yang telah

disiapkan.
Diagram Alir

Proses pembuatan abon telur secara garis besar dapat digambarkan pada

diagram alir seperti pada gambar berikut.

Telur ayam ras

Dikocok
Gula merah,
garam, royco,
ketumbar, asam
Memasukkan bumbu-bumbu jawa, kecap
bawang putih,
bawang merah,
dan merica
Memanaskan minyak bubuk

Menuang telur

Menggoreng hingga matang

Angkat dan tiriskan

Spinner

Abon Telur

Gambar 4. Diagram Alir Percobaan Abon Telur


Uji Daya Penerimaan

Uji penerimaan bertujuan untuk mengetahui penilaian seseorang terhadap

suatu sifat atau kualitas bahan yang menyebabkan konsumen dapat menyukai

makanan tersebut (Simanungkalit. dkk., 2018).

Warna
Hitam Coklat muda

1 2 3 4 5 6

Keterangan :
1. Sangat hitam 4. Kecoklatan
2. Hitam 5. Coklat
3. Agak hitam 6. Coklat muda

Tekstur
Kasar Halus

1 2 3 4 5 6

Keterangan :
1. Sangat kasar 4. Agak halus
2. Kasar 5. Halus
3. Agak kasar 6. Sangat halus

Aroma
Tidak beraroma telur Sangat beraroma telur

1 2 3 4 5 6

Keterangan :
1. Sangat idak beraroma telur 4. Agak beraroma telur
2. Tidak beraroma telur 5. Beraroma telur
3. Agak tidak beraroma telur 6. Sangat beraroma telur

Kesukaan
Tidak suka Sangat suka

1 2 3 4 5 6

Keterangan :
1. Sangat tidak suka 4. Agak Suka
2. Tidak suka 5. Suka
3. Agak tidak suka 6. Sangat Suka
HASIL DAN PEMBAHASAN

Abon telur merupakan salah satu olahan yang berbahan dasar telur untuk

meningkatkan nilai tambah dan masa simpan daritelur. Adapun hasil uji daya

penerimaan dari Percobaan Abon Telur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Uji Daya Penerimaan Percobaan Abon Telur


Parameter Indeks Keterangan
Warna 5 Coklat
Tekstur 3 Agak kasar
Aroma 3 Agak tidak beraroma telur
Kesukaan 4 Agak suka
Sumber : Data Hasil Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, 2021

Berdasarkan tabel 11 diperoleh hasil pada uji daya penerimaan Percobaan

Abon Telur memiliki warna pada skala 5 yaitu berwarna coklat, tekstur pada skala

3 yaitu agak kasar, aroma pada skala 3 yaitu agak tidak beraroma telur dan

kesukaan pada skala 4 yaitu agak suka.

Berdasarkan hasil pada uji daya penerimaan Percobaan Abon Telur yang

telah dilakukan, diperoleh hasil warna pada uji daya penerimaan yaitu berwarna

coklat karena adanya penambahan gula jawa dan kecap serta adanya reaksi antara

protein telur dan suhu yang tinggi pada penggorengan, sehingga abon berwarna

coklat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sigit, dkk (2017) yang menyatakan bahwa

kecoklatan, sebagai akibat dari proses penggorengan. Warna bahan pangan

dipengaruhi oleh pigmen dan adanya proses browning (pencoklatan). Dalam abon

sendiri terdapat pnambahan gula sehingga warnanya berubah kuning kecoklatan.

Reaksi ini biasa disebut sebagai reaksi maillard.

Reaksi Maillard merupakan reaksi pencoklatan non-enzimatis antara gula

pereduksi dengan asam amino yang berlangsung pada pengolahan makanan secara

thermal. Reaksi ini menghasilkan berbagai senyawa kompleks yang disebut


sebagai Maillard reaction products (MRPs). Reaksi Maillard secara umum dapat

dibagi menjadi 3 tahap reaksi yaitu reaksi tahap awal, reaksi lanjutan dan reaksi

akhir (Putra, 2016).

Berdasarkan hasil pada uji daya penerimaan Percobaan Abon Telur yang

telah dilakukan, diperoleh hasil tekstur pada uji daya penerimaan yaitu agak kasar

karena tekstur dari abon pada umumnya memang kasar yang disebabkan pada saat

proses penuangan telur menggunakan saringan yang terus diputar, selain itu juga

dipengaruhi oleh proses penggorengan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sigit dkk.

(2017) yang menyatakan bahwa tekstur dapat dipengaruhi oleh perlakukan selama

pemasakan dan prosedur pemasakan.Tekstur abon pada umumnya adalah lembut

dan halus tidak kasar.

Tekstur abon adalah berserabut. Tekstur berserabut yang dihasilkan oleh

abon disebabkan serabut yang dihasilkan dapat seperti serat abon pada umumnya.

Tekstur makanan sangat dipengaruhi oleh kandungan protein, lemak, serta tipe

jumlah karbohidrat (sellulosa, pati, pektin). Semakin banyak kandungan protein

dan lemak, tekstur abon semakin halus dan renyah. Kadar air sangat berpengaruh

terhadap mutu bahan pangan dan merupakan salah satu sebab air sering

dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan atau pengeringan pengolahan

bahan makanan. Prinsip pengeringan dengan mengurangi kadar air bahan

makanan mempunyai tujuan agar memiliki daya simpan lebih lama dan untuk

mengurangi volume bahan makanan sehingga memudahkan dan menghemat

pengepakan (Rohmawati. dkk., 2013).

Berdasarkan hasil pada uji daya penerimaan Percobaan Abon Telur yang

telah dilakukan, diperoleh hasil aroma pada uji daya penerimaan yaitu agak tidak
beraroma telue karena adanya penambahan bahan-bahan yang aromanya lebih

kuat dibandingkaan aroma telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Sigit. dkk (2017)

yang menyatakan bahwa penambahan bahan campuran sebenarnya dapat memberi

rasa yang berbeda dengan aslinya namun penambahan penyedap seperti bumbu–

bumbu mampu menutupi rasa atau flavour bahan makanan yang tidak disukai

bahkan dapat menguatkan flavour bahan makanan yang tidak diinginkan.

Aroma produk berasal dari sejumlah bahan yang ada dalam lemak dan

bersifat menguap ketika dipanaskan. Bumbu yang digunakan dalam pembuatan abon

dapat memberikan aroma yang khas. Bawang merah memiliki bau dan citarasa yang

khas yang ditimbulkan oleh adanya senyawa yang mudah menguap dari jenis sulfur

seperti propil sulfur. Ketumbar dapat memberikan aroma yang diinginkan dan

menghilangkan bau amis. Kombinasi gula, garam dan bumbu-bumbu menimbulkan

bau yang khas pada produk akhir. Umumnya aroma yang diterima hidung dan otak

merupakan campuran 4 aroma terutama harum, asam, tengik, dan hangus (Alik. dkk.,

2014).

Berdasarkan hasil pada uji daya penerimaan Percobaan Abon Telur yang

telah dilakukan, diperoleh hasil kesukaan pada uji daya penerimaan yaitu agak

suka karena rasa abon telur yang khas akan cita rasa bumbu-bumbu yang

digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jusniati dkk. (2017) yang menyatakan

bahwa umumnya pada produk seperti abon memiliki cita rasa yang khas dengan

penambahan bumbu-bumbu tertentu.

Rasa merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keputusan

bagi konsumen untuk menerima atau menolak suatu makanan ataupun produk

pangan. Rasa dipengaruhi oleh senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi

dengan komponen rasa yang lain. Rasa diasumsikan menjadi empat rasa dasar,
yaitu manis, asam, pahit dan asin. Faktor rasa memegang peranan penting dalam

pemilihan produk oleh konsumen. Rasa merupakan respon lidah terhadap

rangsangan yang diberikan oleh suatu makanan (Nur’aini. dkk., 2019).


KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak dapat

ditarik kesimpulan bahwa hasil dari uji penerimaan abon telur memiliki warna

pada skala 5 yaitu berwarna coklat, tekstur pada skala 3 yaitu agak kasar, aroma

pada skala 3 yaitu agak tidak beraroma telur dan kesukaan pada skala 4 yaitu agak

suka.

SARAN

Sebaiknya pada saat praktikum kakak asisten menjelaskan lebih rinci

mengenai fungsi dan peran dari setiap tahapan yang dilakukan serta bahan yang

ditambahkan dalam pembuatan suatu produk.


DAFTAR PUSTAKA

Abustam, E., R. Malaka, H. M. Ali.. E. Murpiningrum, ... dan E. Murpiningrum.


2015. Penerapan teknologi pengolahan telur itik pada kelompok wanita
tani ternak itik libureng di Desa Libureng Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru. Jurnal Ilmu Dan Industri Peternakan. 2(2) : 133-148.

Alik, T. A., M. Sukmiwati dan I. Sari. 2014. Studi penerimaan konsumen terhadap
abon nila (Oreochromis niloticus) dengan penambahan jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 19 (1) : 1-12.

Dewi, D. C., C. Handayani dan I. H. Prasetyo. 2019. Percancangan alat spinner


ergonomis (study kasus PT. Baasithu, floating storege and offloading
petrostar. Jurnal Inovator. 2 (1) : 11-15.

Djaelani, Muhammad Anwar. 2016. Kualitas telur ayam ras (Gallus L.) setelah
penyimpanan yang dilakukan pencelupan pada air mendidih dan air
kapur sebelum penyimpanan. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi. 1 (1)
: 19-23.

Felayati, H. F., B. Susilo dan Y. Sugianto. 2016. Uji performansi mesin “spinner
pulling oil” sebagai pengentas minyak otomatis dalam peningkatan
produktifitas abon ikan patin (Pangasius pangasius). Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem. 4 (1) : 41-47.

Indriaty, F. Dan H. F. G. Kaseke. 2016. Peningkatan cita rasa bumbu woku pada
ikan tuna. Jurnal Penelitian Teknologi Industri. 8 (2) : 117-128.

Jusniati, Patang dan Kadirman. 2017. Pembuatan abon dari jantung pisang (Musa
paradisiaca) dengan penambahan ikan tongkol (Euthynnus affinis).
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. 3 (1) : 58-66.

Maimunah dan T. Rokhman. 2018. klasifikasi penurunan kualitas telur ayam ras
berdasarkan warna kerabang menggunakan support vector machine.
Journal of Informatics. 3 (1) : 43-52.

Mamuaja, C. F. dan Y. Aida. 2014. Karakteristik gizi abon jantung pisang (Musa
paradisiaca) dengan penambahan ikan layang (Decapterus sp). Jurnal
Ilmu Dan Teknologi Pangan. 2 (2) : 1-7.

Manzalina, N., S. Sufiat dan R. Kamal. 2019. Daya terima konsumen terhadap
citarasa es krip buah kawista (Limonia acidissima). Jurnal Media
Pendidikan, Gizi dan Kuliner. 8 (2) : 20-27.

Mulza, D. P., Ratnawulan dan Gusnedi. 2013. Uji kualitas telur ayam ras terhada
lamanya penyimpanan berdasarkan sifat listrik. Jurnal Pillar of Physics. 1
(1) : 111-120.
Muntasir dan P. Weraman. 2018. Pengurangan kadar minyak pada abon ikan
produksi savitri dan tiaras dengan penerapan alat peniris serbaguna di
Kota Kupang. Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat. 2 (2) :
20-27.

Nugraha, M. A., H. F. Felayati, A. B. Irianto, B. Susilo , ... dan Y. Sugiarto. 2014.


Rancang bangun alat “spinner pulling oil” sebagai pengentas minyak
otomatis dalam peningkatan mutu abon ikan patin (pangaius pangaius)
pada koperasi wanita srikandi. Jurnal Teknologi Pertanian. 15 (2). 103-
110.

Nur'aini, H., Ishar da Darius. 2019. Inovasi pengolahan abon lokan


(Pilsbryoconcha exilis) dengan perlakuan substitusi tebu telur
(Saccharum edule). AGRITEPA. 6 (1) : 37-54.

Poernomo, D., S. H. Suseno dan B. P. Subekti. Karakteristik fisika kimia bakso


dari daging lumat ikan layaran (Istiophorus orientalis). JPHPI. 16 (1) :
58-68.

Puspawiningtyas, E., R. B. Pamungkas, dan A. Hamad. 2017. Upaya


meningkatkan pengetahuan bahan tambahan pangan melalui pelatihan
deteksi kandungan formalin dan boraks. Jurnal Pengabdian dan
Pemberdayaan Masyarakat. 1 (1) : 46-51.

Putra, I. N. K. 2016. Upaya memperbaiki warna gula semut dengan pemberian


Na-metabisulfit. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 5 (1) : 1-5.

Ramadhani, N., Herlina dan A. C. Pratiwi. 2018. Perbandingan kadar protein pada
telur ayam dengan metode spektrofotometri sinar tampak. Jurnal Ilmiah
Farmasi. 6 (2) : 53-56.

Sigit, M., M. Akbar dan L. Fianti. 2017. Kualitas organoleptik abon ayam yang
diberi perlakuan substitusi kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Jurnal
Ilmiah Fillia Cendekia. 2 (1) : 1-8.

Simanungkalit, L., S. Subeksi dan A. S. Nurani. 2018. Uji produk cookies


berbahan dasar tepung ketan hitam. Jurnal Median Pendidikan, Gizi dan
Kuliner. 7 (2) : 31-43.

Suriadi, I. G. A. K., I. K. A. Atmika, D. N. K. P. Negara dan A. A. I. A. S.


Komaladewi. 2020. Pengabdian mesin peniris minyak abon.
JurnalBuletin Udayana Mengabdi. 19 (2) : 187-191.

Wulansari, S. 2020. Formulasi daun jambu biji (Psidium Guajava L.) terhadap
karakteristik fisikokimia dan organoleptik telur pindang. Jurnal
Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. 15 (1) : 1-4.
LAMPIRAN

Lampiran 7. Perhitungan Uji Daya Penerimaan

Warna

1 ( 3 ) +4 (5) 3+ 20 23
Warna= = = =4,6=5(coklat )
5 5 5

Tekstur

1 ( 2 ) +3 ( 3 ) +1 ( 4 ) 2+9+ 4 15
Tekstur = = = =3(agak kasar)
5 5 5

Aroma

1 ( 1 ) +2 ( 3 ) +1 ( 4 )+1(6) 1+6+ 4+ 6 17
Aroma= = = =3,4=3(agak tidak beraroma telur )
5 5 5

Kesukaan

5 ( 4 ) 20
Kesukaan= = =4 (agak suka)
5 5

Anda mungkin juga menyukai