Anda di halaman 1dari 23

3 ANALISIS KEMANTAPAN LERENG

Kestabilan lereng merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam pekerjaan yang
berhubungan dengan penggalian dan penimbunan tanah, batuan dan bahan galian,
karena menyangkut persoalan keselamatan manusia (pekerja), keamanan peralatan
serta kelancaran produksi. Keadaan ini berhubungan dengan terdapat dalam
bermacam-macam jenis pekerjaan, misalnya pada pembuatan jalan, bendungan,
penggalian kanal, penggalian untuk konstruksi, penambangan dan lian-lain. Lereng
yang tidak mantap akan membahayakan bagi para pengguna jalan, penduduk
disekitarnya, para pekerja tambang dan kelancaran produksi.

Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), suatu massa tanah atau batuan pada
umumnya mempunyai keseimbangan terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam,
dan bila karena adanya pengangkatan, penurunan, penggalian, penimbunan, erosi
atau aktifitas lainnya, akan mengalami perubahan keseimbangan sehingga massa
tanah atau batuan tersebut secara alamiah berusaha mencapai suatu keadaan
keseimbangan yang baru.

Secara prinsip, pada suatu lereng pada dasarnya berlaku dua macam gaya, yaitu gaya
penahan dan gaya penggerak. Gaya penahan yaitu gaya yang menahan massa dari
pergerakan berupa gaya gesekan atau geseran, kohesi dan kekuatan geser tanah.
Sedangkan gaya penggerak adalah gaya yang menyebabkan massa bergerak berupa
gaya berat, gaya gravitasi.

Konsep dari faktor keamanan yaitu perbandingan antara gaya penahan dan gaya
penggerak yang diperhitungkan pada bidang gelincirnya. Jika gaya penahannya
lebih besar dari gaya penggeraknya maka lereng tersebut berada dalam keadaan
stabil (mantap), begitu sebaliknya. Kemantapan suatu lereng dapat dinyatakan
sebagai berikut :

Gaya penahan
Fk =
Gayapenggerak

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-1


Adapun hubungan beberapa variasi nilai faktor keamanan terhadap kemungkinan
longsoran lereng maupun pada perancangan lereng dapat dilihat pada tabel 3.1, 3.2
dan 3.3.

Tabel 3.1. Nilai Faktor Kemanan untuk perencanaan lereng


(menurut Sosrodarsono)

Nilai Fk Keadaan lereng


< 1,0 Tidak mantap
1,0 1,2 Kemantapan diragukan
1,3 1,4 Memuaskan untuk pemotongan dan penimbunan
1,5 1,7 Mantap untuk bendungan

Tabel 3.2 Hubungan nilai Fk dan kemungkinan kelongsoran lereng tanah


(menurut Bowles, J.E) :

Nilai Fk Kemungkinan Longsor


< 1,07 Kelongsoran biasa terjadi
1,07 < Fk < 1,25 Kelongsoran pernah terjadi
> 1,25 Kelongsoran jarang terjadi

Tabel 3.3. Kisaran faktor keamanan (Ward, 1976)

Faktor Keamanan Kerentanan Gerakantanah


Fs < 1,2 Tinggi, gerakantanah sering terjadi
1,2 < Fs < 1,7 Menengah, gerakantanah dapat terjadi
1,7 < Fs < 2,0 Rendah, gerakantanah dapat terjadi
Fs > 2,0 Sangat Rendah, gerakantanah sangat jarang
terjadi

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-2


Faktor-faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng antara lain :

1. Morfologi

Faktor ini mempengaruhi laju erosi dan pengendapan serta menentukan arah aliran
air permukaan dan air tanah. Hal ini disebabkan karena daerah yang curam,
kecepatan aliran air permukaan tinggi dan mengakibatkan pengikisan lebih intensif
dibanding daerah yang landai. Karena erosi yang intensif, banyak dijumpai
singkapan dan ini menyebabkan proses pelapukan yang lebih cepat. Batuan yang
lapuk mempunyai kekuatan yang rendah sehingga kemantapan lereng menjadi
berkurang.

2. Struktur Geologi

Struktur geologi seperti sesar, kekar, bidang perlapisan dan sebagainya, merupakan
hal yang penting di dalam analisis kemantapan lereng karena merupakan bidang-
bidang lemah di dalam suatu massa batuan dan dapat menurunkan kemantapan
lereng.

Pada bidang-bidang diskontinuitas, tegangan geser relatif kecil. Disamping itu juga
sebagai tempat air merembes sehingga tegangan geser dari batuan tersebut
berkurang.

3. Geometri lereng

Geometri lereng meliputi tinggi lereng dan sudut kemiringan lereng (Gambar 3.1).
Lereng yang terlalu tinggi akan menyebabkannya tidak mantap dan cenderung lebih
mudah longsor dibanding lereng yang tidak terlalu tinggi pada jenis batuan yang
sama. Hal ini disebabkan beban vertikal yang ditimbulkan oleh beban material (W)
akan menuju bagian-bagian lemah pada lereng yang menyebabkan terjadinya
longsor.

4. Airtanah

Pengaruh air tanah terhadap kemantapan lereng adalah dengan adanya air yang
mengalir melalui celah batuan, menimbulkan tegangan air pori yang dapat
memperbesar tegangan geser. Bertambah besarnya tegangan geser ini akan
mengurangi kemantapan lereng. Disamping itu, muka air tanah yang dangkal

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-3


menjadikan lereng sebagian besar basah dan mempunyai kandungan air yang tinggi.
Dengan kandungan air yang tinggi kekuatannya menjadi rendah sehingga lereng
lebih mudah longsor. Hal ini disebabkan air yang dikandungnya akan menambah
beban batuan tersebut.

H
Keterangan
:H = tinggi
o lereng
= kemiringan
lereng

Gambar 3.1 Geomteri lereng

5. Gaya-gaya luar

Gaya luar seperti getaran yang berasal dari sumber yang berada di dekat
lereng (lalu lintas kenderaan, dan sebagainya) sedikit banyak dapat mempengaruhi
kemantapan suatu lereng. Gelombang permukaan yang ditimbulkan gempa bumi
juga merupakan akan memperbesar rekahan, berarti sifat kohesi tanah akan
berkurang sehingga mengurangi kemantapan lereng.

3.1 Mekanisme Dasar Terjadinya Longsoran

Sifat-sifat material yang relevan dengan masalah kemantapan lereng adalah sudut
geser dalam (), kohesi (c) dan berat jenis () batuan.

Pengertian sudut geser dalam dan kohesi akan dijelaskan pada gambar 3.2.
Gambaran secara grafik ini menjelaskan secara sederhana tetang suatu spesi batuan
yang mengandung bidang diskontinu dan kemudian padanya bekerja tegangan geser
dan tegangan normal sehingga akan menyebabkan batuan tersebut retak pada bidang
diskontinu dan mengalami geseran. Tegangan geser yang dibutuhkan sehingga
batuan tersebut retak dan bergeser, akan bertambah sesuai pertambahan tegangan
normal. Pada grafik hal ini berhubungan secara linier membentuk suatu garis yang

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-4


membentuk sudut sebesar terhadap horizontal. Sudut inilah yang dinamakan sudut
geser dalam.

Gambar 3.2 Hubungan antara tegangan geser dan tegangan normal

3.1.1 Longsoran Akibat Beban Gravitasi

Kita lihat suatu massa seberat W yang berada dalam keadaan setimbang di atas suatu
bidang yang membentuk sudut terhadap bid. Horizontal.

Gaya berat yang mempunyai arah vertikal dapat diuraikan pada arah sejajar dan
tegak lurus bidang miring.
Tegangan normal dapat diberikan sebagai :
dimana A = luas dasar benda

Jadi :

Atau R = c.A + w.cos .tan ..... 3.1

dimana : R = gaya geser yang menahan benda tergelincir ke bawah.

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-5


Benda dalam kondisi batas kesetimbangan apabila gaya yang menyebabkan benda
tergelincir tepat sama dengan gaya yang menahan benda atau dapat dinyatakan
sebagai berikut :

w.sin = cA + W cos .tan

Bila c = 0, kondisi batas kesetimbangan dapat dinyatakan dengan :


=

3.1.2 Pengaruh Tekanan Air pada Tegangan Geser

Pengaruh tekanan air pada tegangan geser akan lebih mudah dimengerti dengan
menggunakan analog seperti diterangkan di bawah ini. Sebuah bejana diisi air dan
diletakkan di atas bidang miring seperti gambar. Susunan gaya yang bekerja disini
sama dengan yang bekerja pada sebuah benda di atas bidang miring. Untuk
penyederhanaan, c antar dasar bejana dan bidang miring diasumsikan nol.

Menurut pers. 4, bejana dan isinya akan mulai tergelincir pada saat 1 = . Dasar
bejana kini dilubangi sehingga air dapat masuk ke celah antar dasar bejana dan
bidang miring memberikan tekanan air sebesar u atau gaya angkat sebesar :

U = u.A

dimana :
A = luas dasar bejana

Gaya normal W.cos 2 sekarang dikurangi oleh gaya angkat U, dan besarnya gaya
yang menahan gelinciran adalah :

R = (W.cos 2 U).tan .... 3.2

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-6


Seandainya berat per unit volume dari bejana yang berisi air adalah t, dan berat per
unit volume air adalah w, maka :
W = t.h.A
U = w . Hw . A
Besarnya hw = h . Cos 2 dan
U = w/ t . W.cos 2 ..3.3

Substitusi pers. 3.2) ke pers. 3.3) maka diperoleh :

R = W cos 2 (1 - w/ t ) tan

dan kondisi batas kesetimbangan menjadi :

Tan 2 = (1 - w/ t ) tan .... 3.4

Gambar 3.3 Tekanan air pada celah antara bejana dan bid. miring

3.2 Jenis-Jenis Longsoran

Dasar model kelongsoran lereng akibat kehadiran kekar diperlihatkan pada gambar
3.4.

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-7


Gambar 3.4 Dasar model kelongsoran lereng akibat kehadiran kekar

Jenis-jenis longsoran pada lereng dapat dibedakan menjadi :


1. Longsoran busur (circular failure).
2. Longsoran semi busur.
3. Longsoran bidang (plane failure).
4. Longsoran baji (wedge failure).
5. Longsoran guling (toppling failure).

Informasi struktur geologi dan evaluasi jenis longsoran yang mungkin terjadi dari
suatu rencana open pit mine dapat dilihat pada gambar 3.5.

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-8


Gambar 3.5 Informasi struktur gologi dan evaluasi jenis longsoran yang mungkin
terjadi dari rencana open pit mine

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-9


3.3 Metoda Analisis

Dalam menganalisis kemantapan lereng, biasanya diambil asumsi bahwa :


1. Tanah merupakan material yang homogen dan kontinu, meskipun kenyataannya
tidak demikian.
2. Perhitungan dilakukan dalam dua dimensi dan lebar longsoran dipertimbangkan
sesuai dengan luas penampangnya.
3. Analisis selalu dilakukan dalam kondisi tegangan-tegangan efektif.

3.3.1 Metoda grafis (Hoek & Bray)

Cara ini terutama tergantung kepada :


1. Jenis tanah homogen dan kontinu.
2. Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur lingkaran.
3. Tinggi permukaan air tanah pada lereng.

Hoek & Bray membuat 5 (lima) buah diagram untuk tiap-tiap kondisi air tanah
tertentu mulai dari sangat kering sampai jenuh (Gambar 3.4).

Analisis dengan metoda ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :


1. Menentukan kondisi muka air tanah pada lereng, kemudian memilih chart
yang paling sesuai dengan kondisi lereng tersebut.
C
2. Menghitung angka : , kemudian cocokkan angka tersebut pada
.H.tan
diagram yang dipilih.
3. Ikuti jari-jari mulai dari angka yang diperoleh pada langkah 2 sampai memotong
kurva yang menunjukkan kemiringan.
tan C
4. Cari angka-angka : dan yang sesuai pada absis dan ordinat.
F .H.F
5. Pilih angka yang paling tepat dari kedua angka yang diperoleh dari langkah 4.

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-10


Gambar 3.6 Chart yang memperlihatkan kondisi airtanah pada lereng

3.3.2 Metoda Swedia

Gaya akibat massa elemen (W) dapat dibagi dalam 2 komponen, yaitu :
1. Gaya yang bekerja menyinggung dasar elemen (W sin ).
2. Gaya yang bekerja tegak lurus dasar elemen (W cos ).

Gaya penggerak = W sin , dan momen terhadap titik O = W sin .r


Gaya penahan : tekanan geser sepanjang dasar elemen yang terdiri dari komponen
gesekan (W cos tan ) dan komponen kohesi (c, l). Sedangkan momen terhadap
= (W cos .tan + c.l).r

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-11


Nilai Faktor Keamanan dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :

W cos tan c.l .r


F
W sin .r

W cos .tan c.l .. 3.5


F
W sin

O (Titik pusat lingkaran)

b
r

Xn
H
En
En+1 W
Xn+1 l b
a
W cos
W
W sin

Gambar 3.7 Analisis kemantapan lereng menurut metoda Swedia

Persamaan di atas didasarkan pada tegangan-tegangan total.

Dengan mempertimbangkan kondisi tegangan efektif :

(W cos u.l ). tan ' c'.l


F ..... 3.6
W sin

dimana :
(W cos - u.l) tan = komponen geser efektif
C.l = kompohen kohesi efektif
U = tekanan air pori
C = kohesi efektif
W = berat beban total segmen
B = lebar segmen

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-12


= sudut geser dalam efektif
L = panjang ab

3.3.3 Metoda Bishop

Asumsi : bidang longsor berbentuk busur lingkaran


Pertama yang harus diperhatikan adalah :
- Geometri lereng.
- Titik pusat busur lingkaran bidang luncur.
- Letak rekahan.

Gambar 3.8 Analisis kemantapan lereng menurut metada Bishop

Parameter yang mutlak dimiliki untuk tiap-tiap elemen adalah :


kemiringan dasar elemen ()
tegangan vertikal, merupakan perkalian antara tinggi (h) dan berat isi
tanah/batuan ()
tekanan air yang dihasilkan dari perkalian antara tinggi mat dari dasar elemen
(hw)
berat volume air (w)
Kuat geser tanah/batuan ()

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-13


Metoda Bishop merumuskan bahwa faktor keamanan :

F 1
. c'.b W (1 B) tan '.
sec
3.7

W sin
1 tan .tan



F

3.3.4 Metoda Janbu

Metoda janbu digunakan untuk menganalisis lereng dengan jenis longsoran semi
busur. Dasar perhitungan dapat dilihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9 Analisis kemantapan lereng menurut meotda Janbu

Nilai Faktor Keamanan dapat dihitung dengan rumusan berikut :


f . x
0
F (1 y / F ) ... 3.8
z Q

dimana :
x = (c + (.h - w.hw ).tan )(1 + tan2 ).x
y = tan . tan
z = h. x sin `
Q = w.z2
F0 = 1 + K (d/L 1,4 (d/L)2)
untuk :
C = 0 K = 0,31
C > 0 dan > 0 K = 0,50

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-14


Tugas

Hitung nilai Faktor Keamanan dari lereng di bawah ini dengan metoda Bishop dan
beri komentar anda mengenai kondisi lereng tersebut.

Data :
Tinggi lereng (H) = 252 ft
Kemiringan lereng () = 31o
Bobot isi () = 137 lb/ft3
Sudut geser dalam () = 37o
Kohesi (C) = 145 lb/ft2

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-15


3.3.5 Metoda Hoek dan Bray

1. Longsoran Bidang (Plane Failure)

Dalam menganalisa longsoran bidang dengan metoda Hoek dan Bray, suatu lereng
ditinjau dalam dua dimensi dengan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Semua syarat terjadinya longsoran bidang terpenuhi.
2. Terdapat regangan tarik vertikal yang terisi air sampai kedalaman Zw.
Regangan tarik ini dapat terletak pada muka lereng maupun di atas lereng (lihat
gambar).
3. Tekanan air pada regangan tarik dan sepanjang bidang luncur tersebar secara
linier.
4. Semua gaya yang bekerja pada lereng melalui titik pusat massa batuan yang
akan longsor sehingga terjadi rotasi.

Rekahan tarik diatas


permukaan lereng

Muka Z
lereng V Zw

H U

W
Bid. Longsor
f p

Gambar 3.10 Geometri lereng dengan rekahan tarik berada di atas permukaan lereng

Rekahan tarik
dimuka lereng

Z
Muka
lereng
H

Bid. Longsor W

Gambar 3.11 Geometri lereng dengan rekahan tarik berada dimuka lereng

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-16


Faktor keamanan lereng dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :

u = .w.Zw.(H Z).cosec p
v = .w.Zw2
A = (H Z).cosec p

dimana :
F = Faktor Keamanan C = Kohesi
A = panjang bidang luncur = sudut geser dalam (o)
p = sudut kemiringan bidang luncur (o) H = tinggi lereng (m)
w 3
= bobot isi air (ton/m )
zw = tinggi kolom air yang mengisi regangan tarik (m)
z = kedalaman regangan tarik (m)
W = berat massa batuan yang akan longsor (ton)
u = gaya angkat yang ditentukan oleh tekanan air disepanjang bidang luncur
(ton)
v = gaya yang diakibatkan oleh tekanan air dalam tension crack

Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, pelapukan maupun
aktivitas manusia lainnya, maka persamaan di atas menjadi :

dimana :
= percepatan getaran pada arah mendatar

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-17


Untuk rekahan tarik di atas permukaan lereng :
W = H2{(1 (z/H)2).cot p cot f}
Untuk rekahan tarik dimuka lereng :
W = H2{(1 z/H)2.cot p (cot p tan f - 1}}

dimana : U = .w.Hw2.cosec p

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-18


Kasus-1
Suatu lereng dengan tinggi 60 m mempunyai sudut kemiringan lereng keseluruhan
(overall slope) = 50o. Buat 3 jenjang dengan tinggi 20 m dan sudut 70o. Slope
tersebut terdiri dari batuan granit yang segar tetapi sebagian dijumpai bidang kekar.
Dip Dip Direction
Overall slope 50o 200o
Jenjang tunggal
(individual benches) 70o 200o
Sheet joint 35o 190o
Joint set J1 80o 233o
Joint set J2 80o 40o
Joint set J3 70o 325o
Sudut geser dalam () = 30o.
Percepatan gempa = 0,08 g.

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-19


2. Longsoran Baji (Wedge Failure)

Dalam analisis ini, longsoran baji dianggap hanya akan terjadi pada garis
perpotongan kedua bidang lemah. Faktor keamanan dapat dihitung dengan
persamaan berikut :

Gambar 3.12 Analisis lereng jenis longsoran baji

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-20


Keterangan :
na.nb = sudut perpotongan bidang lemah I dan II
1.nb = sudut antara bidang lemah I dengan garis perpotongan bidang lemah I dan
muka lereng.
2.na = sudut antara bidang lemah II dengan garis perpotongan bidang lemah II dan
muka lereng.
24 = sudut antara garis perpotongan bidang lemah II dan muka lereng dengan
garis perpotongan bidang lemah II dan bagian atas lereng (upper slope).
13 = sudut antara garis perpotongan bidang lemah I dan muka lereng dengan garis
perpotongan bidang lemah I dan bagian atas lereng (upper slope).
35 = sudut antara garis perpotongan bidang lemah II dan bagian atas lereng (upper
slope) dengan garis perpotongan bidang lemah I dan II.
45 = sudut antara garis perpotongan bidang lemah II dan muka lereng dengan
garis perpotongan bidang lemah I dan II.
5 = sudut penunjaman perpotongan bidang lemah I dan II.

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-21


Data
Nilai Fungsi Perhitungan
Masukan
a = Cos a =
b = Cos b =
5 = Sin 5 =
na.nb = Cos na.nb=
Sin na.nb =
24 = Sin 24 =
45 = Sin 45 =
2.na = Cos 2.na =
13 = Sin 13 =
35 = Sin 35 =
1.nb = Cos 1.nb =
a = Tan a =
b = Tan b =
=
w = w/2 =
CA = 3CA/H =
CB =
H = 3CB/H =

Jika kohesi dari dua bidang yang saling berpotongan (bidang A dan B) sama dengan
0, dan kondisi lereng dalam keadaan kering, maka faktor keamanan longsoran baji
dapat dihitung dengan persamaan :

F = A tan A + B tan B
dimana : A dan B = faktor dimensi
Nilai A dan B diperoleh dengan chart yang sudah diketahui berdasarkan perbedaan
kemiringan dari kedua bidang tersebut.

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-22


Contoh :

Kehadiran bidang lemah pada lereng dengan orientasi seperti berikut :

Dip Dip Direction ( o)


Bidang A 40 165 35
Bidang B 70 285 20
Perbedaan 30 120

Berhubung perbedaan dip kedua bidang adalah 30o, maka dipilih chart dengan
perbedaan 30o. Dari chart dapat dibaca nilai A dan B dengan menarik garis dari titik
yang menunjukkan nilai perbedaan arah kemiringan (dip direction) nilai A dan B
vertikal ke atas sampai memotong kurva kemiringan bidang A untuk nilai A dan
kemiringan bidang B untuk nilai B. Dari titik perpotongan ini ditarik garis horizontal
kekiri maka didapat nilai A pada chart A dan nilai B pada chart B.

A = 1,5 dan B = 0,7

Jadi Faktor Keamanan dapat dicari :


F = A tan A + B tan B
= 1,5 tan 35o + 0,7 tan 20o
= 1,44
Sebagai catatan bahwa faktor keamanan dihitung dari persamaan di atas yaitu tidak
tergantung pada tinggi lereng, sudut muka lereng dan penunjaman bagian atas
lereng.

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM) 3-23

Anda mungkin juga menyukai