Makalah Gilut
Makalah Gilut
PENDAHULUAN
Rongga mulut merupakan tempat hidup bakteri aerob dan anaerob yang berjumlah
lebih dari 400 ribu spesies bakteri. Perbandingan antara bakteri aerob dengan anaerob
adalah 10:1 sampai 100:1. Organisme-organisme ini merupakan flora normal dalam
mulut yang terdapat dalam plak gigi, cairan sulkus ginggiva, mucous membrane, dorsum
lidah, saliva, dan mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat menyebar secara
dari gigi yang nekrosis. Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan yaitu lewat
penghantaran yang endogenous dan melalui masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang
Salah satu infeksi odotogenik yang sering terjadi adalah phlegmon. Phlegmon
penyebaran infeksi secara difus progresif dengan cepat yang menyebabkan timbulnya
infeksi dan tumpukan nanah pada daerah rahang bawah kanan dan kiri (submandibula)
dan dagu (submental) serta bawah lidah (sublingual), yang dapat berlanjut menyebabkan
gangguan jalan nafas dengan gejala berupa perasaan tercekik dan sulit untuk bernafas
secara cepat (mirip dengan pada saat terjadinya serangan jantung yang biasa dikenal
dengan angina pectoris). Sedangkan Ludwig's angina sendiri berasal dari nama seorang
ahli bedah Jerman yaitu Wilhem Von Ludwig yang pertama melaporkan kasus tersebut.
1
B. DEFINISI
Phlegmon adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Streptokokus yang
menginfeksi lapisan dalam dasar mulut yang ditandai dengan pembengkakan yang dapat
menutup saluran nafas. Phlegmon berawal dari infeksi pada gigi (odontogenik), 90%
kasus diakibatkan oleh odontogenik, dan 95% kasus melibatkan submandibula bilateral
dan gangguan jalan nafas merupakan komplikasi yang berbahaya dan seringkali
merenggut nyawa. Angka kematian sebelum dikenalnya antibiotik mencapai angka 50%
dari seluruh kasus yang dilaporkan, sejalan dengan perkembangan antibiotika, perawatan
bedah yang baik, serta tindakan yang cepat dan tepat, maka saat ini angka kematian
tercekik akibat obstruksi saluran nafas secara mendadak. Penyakit ini merupakan infeksi
yang berasal dari gigi akibat perjalaran pus dari abses periapikal.
Demam
Mudah capek
Kesulitan bernafas
Pasien yang menderita penyakit ini mengeluh bengkak yang jelas dan lunak pada
bagian anterior leher, jika dilakukan palpasi tidak terdapat fluktuasi. Bila terjadi penyakit
2
ini maka perlu dilakukan tindakan bedah dengan segera dengan trakeostomi sebagai jalan
nafaas buatan. Kemudian jika jalan nafas telah ditangani dapat diberikan antibiotik dan
dilakukan incisi pada pus untuk mengurangi tekanan. Dan juga perlu dilakukan
perawatan gigi penyebab infeksi (sumber infeksi) baik perawatan endodontik maupun
periodontik.
Kejadian dari phlegmon ini akan menghebat seiring dengan keadaan umum dari
penderita, bila penderita mempunyai keadaan umum yang jelek (diabetes dan sebagainya)
maka phlegmon akan bergerak ke arah potential space atau rongga jaringan ikat kendor
yang berada di bawahnya, dan hal ini bisa mengakibatkan sepsis atau bakeri meracuni
pembuluh darah.
C. EPIDEMIOLOGI
terbanyak berkisar antara umur 20-60 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi sejak 12
hari-84 tahun.
D. ETIOLOGI
Phlegmon atau Angina Ludwig berawal dari infeksi odontogenik, khususnya dari
molar dua (M2) atau molar tiga (M3) bawah. Gigi-gigi ini mempunyai akar yang terletak
pada tingkat otot mylohyoid dan abses di sini akan menyebar ke ruang submandibula.
Ada juga penyebab lain yang sedikit dilaporkan antara lain adalah sialadenitis, abses
3
injeksi obat intravena melalui leher, trauma oleh karena bronkoskopi, intubasi
endotrakeal, laserasi oral, luka tembus di lidah, infeksi saluran pernafasan atas, dan
trauma pada dasar atau lantai mulut. Organisme yang paling banyak ditemukan pada
penderita phlegmon atau angina Ludwig melalui isolasi adalah Streptococcus viridians
rongga submandibula, sublingual, dan submental kiri-kanan yang mana akar gigi terletak
pada level m. Mylohyoid. Keadaan ini merupakan radang akut yang tumbuh cepat, difus
pembentukan pus.
F. PENYEBAB
Penyebab phlegmon 70% adalah infeksi odontogenik, yaitu bakteri mixed flora,
yang lebih banyak disebabkan oleh kuman streptococcus hemolitikus dan non-
hemolitikus. Staphylococcus, pnemococcus dan bakteri E.coli. Phlegmon bisa juga terjadi
osteomielitis. Phlegmon lebih sering terjadi pada gigi M2 dan M3 karena pada gigi M2
dan M3, rahang bawah akarnya lebih dekat dengan permukaan tulang bagian dalam dan
akarnya sejajar mylohyoid ridge dan ini sesuai dengan jalan lewat pus yang menyebar
melalui permukaan tulang bagian dalam pus akan menyebar ke spasia mandibula lalu ke
spasia lain, yang akhirnya akan menyebabkan perforasi di atas dan bawah perlekatan otot
mylohiod.
G. GEJALA KLINIS
4
Pasien yang didiagnosis menderita keaadaan phlegmon mempunyai gejala klinis
seperti pada keadaan akut, keadaan umumnya akan turun, suhu dan nadi meningkat,
submental. Serta yang paling terlihat jelas adalah peradangan pada leher bagian atas.
True Plegmon
Plegmon sering didiagnosa banding dengan abses sublingual bilateral (bedanya tidak
ada gangguan nafas, pasien hanya mengeluhkan sakit menelan) dan juga dengan abses
submandibula bilateral. Untuk itu plegmon yang sejati (true phlegmon) adalah yang
Indurasi
Sulit nafas
Trismus
Bilateral
Fluktuasi
H. PATOGENESIS
Berawal dari etiologi di atas seperti infeksi gigi. Nekrosis pulpa karena karies
dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam yang merupakan jalan bakteri
untuk mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi
yang terjadi akan menyebar ke tulang spongiosa sampai tulang kortikal. Jika tulang ini
5
tipis, maka infeksi akan menembus dan masuk ke jaringan lunak. Penyebaran infeksi ini
tergantung dari daya tahan jaringan tubuh. Odontogen dapat menyebar melalui jaringan
berkumpulnya pus. Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses palatal,
abses submukosa, abses gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses labial, dan abses
fasial. Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses subingual, abses
Ujung akar molar kedua (M2) dan ketiga (M3) terletak di belakang bawah linea
mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk abses,
pusnya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang parafaringeal.
Abses pada akar gigi yang menyebar ke ruang submandibula akan menyebabkan sedikit
Melibatkan jaringan ikat, fascia dan muskulus tetapi tidak melibatkan glandula
Tenderness (+)
6
Kulit mengkilap, merah, panas/ hangat
Lidah terangkat
Trismus
Terapi antibiotik dosis tinggi dan perawatan penunjang (cairan saline). Antibiotik
Roburantia/Vitamin
Bed rest
a. Definisi
Tindakan drainase pada selulitis hebat yang mengenai daerah submandibula dan
sublingual. Infeksi ini terjadi disebelah superfisial dan profunda dari muskulus milohioid.
b. Ruang Lingkup
7
Selulitis hebat yang mengenai daerah submandibula dan sublingual. Infeksi ini terjadi
disebelah superfisial dan profunda dari muskulus milohioid, dan tampak tanda-tanda
c. Indikasi Operasi
Selulitis/phlegmon (atau abses) pada dasar mulut dengan ancaman obstruksi jalan nafas,
mediastinitis.
d. Kontraindikasi Operasi
e. Diagnosis Banding
Abses dasar mulut, abses submandibular, abses sublingual, abses submental, tumor leher,
f. Pemeriksaan Penunjang
Kultur pus Algoritma Anamnesa, pemeriksaan fisik, penyakit penyerta, sumber infeksi
Potensial obstruksi jalan nafas +/-
Insisi plegmon dasar mulut
8
g. Teknik Operasi
Menjelang operasi
akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan
Tahapan Operasi
Desinfeksi menggunakan betadine 10% atau hibitane alkohol 70% 1:1000 atau
oksigenasi dengan masker atau nasal pronge), dan lakukan komunikasi yang
Insisi dekompresi dengan anestesi lokal atau kalau terpaksa (penderita tidak
Irisan 1 jari dibawah mandibula sepanjang 6 cm. Arteri dan vena fasialis diligasi
Dengan klem bengkok jaringan sublingual dibuka secara tumpul sehingga nanah
9
Dipasang drain hanschoen yang difiksasi pada kulit.
h. Komplikasi operasi
Mediastinitis
Trismus
Fistel
Sepsis
i. Mortalitas
j. Perawatan Pascabedah
Latihan buka mulut supaya tidak trismus, atau supaya muskulus mylohioid dan
Rawat luka dengan kompres larutan garam faali (bukan betadine), sehingga luka
terjaga kebersihannya.
k. Follow-Up/Kontrol
J. KOMPLIKASI
10
Jika mengenai laring akan menyebabkan edema glotis sehingga boleh
menyebabkan sumbatan jalan nafas dan pasien boleh mati lemas. Jika mengenai
di bundle carotis akan meyebabkan tromboflebitis vena jugularis dan jika terkena di
Komplikasi kematian pada phlegmon lebih sering disebabkan karena gangguan nafas
daripada sepsis, oleh karena itu kadang diperlukan terapi trakeotomi emergency.
DAFTAR PUSTAKA
11
Anand H. Kulkarni, Swarupa D. Pai, Basant Bhattarai, Sumesh T. Rao and M.
Ambareesha. 2008. Case Report: Ludwig's angina and airway considerations.
Department of Anesthesiology, Kasturba Medical College, Attavar, Mangalore,
India
Asnul Arfani, drg. 2010. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, http://asnuldentist.blogspot.com
http://www.exodontia.info/LudwigsAngina.html
http://emergencymedic.blogspot.com/2009/07/ludwigs-angina.html
Lisna K. Rezky. 2010. Ludwigs Angina. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Md. Abu Yusuf Fakir1, Md. Arif Hossain Bhuyan2, Md. Mosleh Uddin3 HM Mustafizur
Rahman4 , Syed Hasan Imam Al-Masum5, A.F. Mohiuddin Khan6. Ludwigs
Angina: A Study of 50 Cases. Department of Otolaryngology & Head and Neck
Surgery, Dhaka Medical College Hospital and ApolloHospitals
Dhaka.Bangladesh J of Otorhinolaryngology 2008; 14(2) : 51-56
Moch. Aleq Sandar, dr., M.Kes, Sp.B. 2010. Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah Malang, http://bedahunmuh.wordpress.com/about/
William H. Saunders, M.D and Paul Wakely, Jr., M.D. 2010. Atlas of the Head and Neck
Pathology. The Ohio State University, College of Medicine, Department of
Otolaryngology, Head & Neck Surgery, Eye and Ear Institute, Columbus, Ohio,
USA
12