Fisiologi Selam
Dalam dunia penyelaman, seorang penyelam harus beradaptasi terhadap lingkungannya yaitu air,
dan harus mempelajari batas-batas kemampuan fisiologinya dalam adaptasi tersebut. Fisiologi
penyelaman mempelajari fungsi-fungsi tubuh di dalam serta bagaimana reaksi tubuh terhadap
lingkungannya.
Respirasi (Pernapasan)
Bernapas sangat diperlukan sekali supaya dapat mensuplai darah ke semua jaringan tubuh
dengan okisgen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh jaringan
dari darah melalui paru-paru.
Udara masuk ke paru-paru melalui suatu sistem berupa pipa yang makin menyempit (bronkus
dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah sisi paru-paru dari saluran udara dalam utama
(trakea). Pipa ini berakhir pada gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan
kantong-kantong udara terakhir dimana O2 dan CO2 dipindahkan dari tempat dimana darah
mengalir. Ada lebih 300 juta alveoli di dalam tubuh manusia. Pertukaran O2 dan CO2 pada paru
terjadi pada bronkiolus respiratorius dan alveoli.
Permukaan bagian luar paru ditutup oleh selaput pleura yang licin dan selaput serupa membatasi
ruang dada membatasi permukaan bagian dinding dada. Kedua selaput ini letaknya berdekatan
sekali dan dipisahkan oleh lapisan cairan yang tipis. Karena dapat dipisahkan maka terdapat
suatu ruangan antara kedua selaput tersebut dinamakan rongga pleura.
Pada saat inspirasi (menarik napas) dinding dada secara aktif tertarik keluar oleh kontraksi otot
dinding dada dan ke arah bawah oleh diafragma (sekat rongga dada). Tekanan dalam rongga
dada akan menjadi lebih negatif sehingga udara mengalir ke dalam paru-paru. Dengan upaya
maksimal pengurangan tekanan dapat mencapai 60-100 mmHg dibawah tekanan atmosfir.
Pada saat ekspirasi (pengeluaran napas), rongga dada mengempis karena tulang dada kembali ke
posisi awal. Gerakan ini pasif tanpa upaya otot, mengakibatkan tekanan dalam rongga dada
meningkat memaksa gas keluar dari paru-paru. Ekspirasi dapat dibantu dengan upaya otot yang
dapat dilihat melalui penghembusan napas yang kuat.
Pengukuran fungsi pernapasan banyak dan bermacam-macam, tetapi hanya beberapa hal penting
saja dan ada hubungannya dengan penyelaman yang akan diterangkan, terutama mengenai
volume udara paru-paru.
1. Kapasitas Total Paru (Total Lung Capacity/TLC). Yaitu jumlah volume gas yang dapat
ditampung oleh kedua paru-paru bila terisi penuh biasanya 5-6 liter.
2. Volume Tidal (Tidal Volume/TV). Yaitu volume napas biasa yang masuk dan keluar paru
tanpa usaha napas yang kuat/dalam keadaan istirahat. Berkisar 0,5 liter.
3. Kapasitas Vital (Vital Capacity/VC). Yaitu volume udara maksimal yang dapat
dihembuskan keluar setelah menghirup udara secara maksimal biasanya 4-5 liter.
Kadang juga disebut daya apung vital yang dipaksa (Forced Vital Capacity/FPC)
4. Volume Sisa (Residual Volume/RV). Volume sisa yaitu jumlah gas yang tertinggal di
dalam paru-paru setelah dihembuskan secara maksimal biasanya 1,5 liter dan dapat
dihitung sebagai berikut: TLC-VC= RV, perhatikan RV adalah 25 % dari TLC.
5. Volume Pernapasan Semenit (Respiration Minute Volume/RMV). Volume pernapasan
semenit adalah jumlah gas yang bergerak masuk dan keluar dari paru-paru dalam satu
menit. Yaitu RMV = TV x Frekuensi Pernapasan. Biasanya 6 liter pada saat istirahat,
tetapi dapat melebihi 100 liter pada saat latihan berat. RMV kadang dinamakan Ventilasi
Paru (Pulmonary Ventilation).
6. Kapasitas Vital Sewaktu (Time Vital Capacity). Kapasitas vital sewaktu adalah bagian
dari vital capacity (VC) yang bisa dihembuskan dalam waktu tertentu biasanya 1 detik.
Sering dinamakan volume ekspirasi yang dipaksakan (FEV1/ Forced Expiratory Volume
One Second).
Parameter-parameter mekanis ini penting untuk memahami fisiologi karena secara relatif akan
meningkatakan resiko penyakit penyelaman (barotrauma, kekurangan gas dan lain-lain). CO2
lebih mudah larut dalam darah 24 kali dibandingkan dengan O2, kecepatan difusi CO2
melampaui O2 kurang lebih 20 kali lipat.
Difusi gas dipengaruhi oleh dinding alveoli. Pada alveoli yang kurang terventilasi dengan O2
yang cukup maka pembuluh darah akan mengecil sehingga mengurangi penyerapan O2 dan
meningkatkan aliran darah pada alveoli bagian lain yang cukup O2.
Kelainan fungsi pernapasan dapat mengakibatkan berkurangnya pengeluaran dari CO2 darah dan
penyerapan O2 ke dalam darah (hypoxia dan hypercapnea).
Jumlah seluruh keperluan jaringan tubuh adalah kurang lebih 6,8 ml O2 darah (250 ml
O2/menit). Sejumlah kecil O2 larut dalam plasma darah sebesar (0,01/100 ml) sedangkan
sebagian besar berikat pada protein hemoglobin (Hb) pada sel darah merah. Hb mempunyai daya
ikat yang besar terhadap oksigen dan menjadi 98 % jenuh dengan oksigen pada tekanan 1 ATA .
Tidak semua Hb melepaskan oksigen di jaringan, karena 75 % Hb tetap jenuh.
Untuk mempertahankan kadar oksigen dan karbondioksida volume pernapasan semenit ahrus
seimbang dengan pemakaian oksigen dan kecepatannya menghasilkan karbondioksida.
Pernapasan diatur oleh pusat pernapasan di otak. Dalam otak terdapat sensor yang mendeteksi
perubahan kadar CO2 darah, sensor ini sangat mempengaruhi pusat pernapasan. Terdapat sensor
yang sedikit mempengaruhi yang terdapat pada aorta dan arteri carotis yang mendeteksi kadar
O2 dalam darah.
Hal ini dapat dipahami jika penyelam yang tahan napas yang melakukan hiperventilasi dapat
terjadi ketidaksadaran. Karena pusat pernapasan tidak dirangsang kadar CO2 yang telah
berkurang akibat hiperventilasi dan gagal untuk bereaksi dengan baik terhadap bahaya
kekurangan O2 selama penyelaman dan selama naik ke permukaan.
Kardiovaskular
Peredaran/suplai darah sangat penting untuk mentransportasikan O2 yang telah diambil di paru-
paru ke jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang memerlukan banyak O2 adalah otak, dimana otak mengambil sekitar 20 %
O2 dalam keadaan normal. Apabila otak kekurangan O2 maka akan terjadi penurunan kesadaran
dan dalam 5 menit akan berakibat kematian
Darah dipompa oleh jantung ke jaringan melalui arteri, bercabang lebih kecil menjadi arteriol
dan kemudian di jaringan dan paru-paru menjadi kapiler-kapiler darah.
Kapiler darah meninggalkan jaringan membawa darah yang miskin oksigen ke vena. Vena
membawa darah balik ke jantung dan kemudian dipompa ke paru-paru. Arteri paru-paru
membawa darah miskin O2, sedangkan vena paru membawa darah yang kaya O2 karena telah
terjadi proses difusi di paru-paru ke jantung yang kemudian dipompa ke seluruh tubuh.
Jantung merupakan satu organ yang terbagi menjadi dua bilik dan dua serambi, terdapat katup-
katup yang menjaga darah agar tidak mengalir terbalik selama berkontraksi. Kecepatan kontraksi
jantung berbeda-beda pada tiap orang. Rata-rata 60-80/menit pada saat istirahat dan 80-
150/menit pada saat kerja.
Di dalam tubuh manusia terdapat 6 liter darah. Darah terdiri dari plasma darah (komponen cair)
dan sel darah (komponen padat). Sel darah merah mengandung hemoglobin (Hb) yang mengikat
O2 dan CO2, sel darah putih untuk melawan infeksi, dan keping darah untuk pembekuan darah.
O2 hanya terikat pada Hb, sedikit yang dapat larut dalam air, sedangkan CO2 banyak terlarut
dalam plasma dalam bentuk ion HCO3, tapi sedikit yang berikatan pada Hb. Volume darah
konstan, tetapi kecepatan peredaran darah sangat berbeda tergantung kebutuhan jaringan.
Darah mengalir dari seluruh tubuh melalui vena, kemudian masuk ke, serambi kanan, bilik
kanan, melalui arteri pulmonalis ke paru-paru mengambil O2 dan melepas CO2. Darah kaya O2
ini kemudian melalui vena pulmonalis masuk ke serambi kiri dan bilik kiri dan kemudian di
pompa ke seluruh tubuh melalui arteri.
Kemampuan jantung memompa darah 4-5 liter darah/menit (saat istirahat) dan 20 liter
darah/menit saat kerja. Tekanan darah saat istirahat adalah 120-140 mmHg pada saat jantung
berkontraksi (sistolik) dan 70-80 mmHg pada saat jantung relaksasi (diastolik). Kedua tekanan
bisa diukur saat yang sama dan dapat ditulis sisyolik/diastolik yaitu 120/70. Penurunan sirkulasi
darah yang hebat akibat shock (kekurangan suplai darah yang membawa O2 ke jaringan) dapat
diatasi dengan meningkatkan volume darah dan menaikkan tekanan darah.
Sinus
Sinus adalah rongga udara yang terdapat pada kepala. Rongga ini terletak pada tulang-tulang
tengkorak. Fungsi sinus belum jelas di ketahui, tapi dikaitkan dengan proses warna suara. Sinus
sangat berkaitan erat dengan jalan napas. Terdapat 4 macam sinus di kepala yaitu:
Sinus Frontalis terdapat di kening.
Sinus Ethmoidalis terdapat diantara kening dan hidung.
Semua sinus dihubungkan melalui saluran-saluran ke hidung agar udara dapat keluar dan untuk
mengeluarkan cairan mukus yang disekresikan oleh sel dalam rongga sinus. Apabila saluran
yang normal dalam rongga sinus tersumbat, maka udara pernapasan di hidung dan ternggorokan
tidak dapat masuk ke dalam rongga tersebut sehingga terjadi ketidakseimbangan tekanan yang
mengakibatkan pembengkakan dan pendarahan dari jaringan di dalam sinus. Cairan atau darah
yang keluar akan menempati sebagian rongga udara untuk menyamakan tekanan.
Sumbatan pada saluran sinus dapat disebabkan oleh keadaan sebagai berikut:
Sinusitis (infeksi/alergi) dimana pembengkakan jaringan menyebabkan penyumbatan
saluran ke hidung.
Rhinitis (hay fever), prosesnya sama dengan sinusitis.
Polip, yaitu pertumbuhan jaringan kecil yang dapat menutupi saluran sinus. Polip
terdapat pada rongga hidung.
Lipatan jaringan yang berlebihan.
Sumbatan oleh lendir yang mengering.
Telinga
Telinga adalah organ pendengaran yang sangat sensitif terhadap tekanan. Tiga bagian utama
telinga yaitu:
Telinga bagian luar.
Telinga bagian tengah.
Masing-masing bagian telinga mempunyai fungsi-fungsi yang berbeda. Telinga bagian luar dan
tengah terdiri dari rongga udara yang dibatasi oleh jaringan dan dikelilingi oleh tulang-tulang
yang dapat menahan tekanan udara . Gendang telinga adalah selaput yang lentur dan peka, yang
memisahkan telinga luar dan tengah. Telinga bagian dalam tidak mempunyai rongga udara dan
terletak diantara tulang dan terdiri dari organ pendengaran dan keseimbangan yang berisi cairan.
Telinga tengah dan bagian dalam dipisahkan oleh dua selaput tipis. Pada telinga bagian tengah
terdapat saluran yang menghubungkan dengan tenggorokan yaitu tuba eustachius.
Aspek Medis Selam
Snorkeling(Skin Diving)
Snorkeling merupakan kegiatan dasar yang harus dikuasai seorang calon penyelam. Ini bertujuan
untuk melatih pernapasan menggunakan mulut dan gerakan kaki yang berguna pada saat
penyelam.
Yang harus diperhatikan dalam snorkeling yaitu:
4. Squeeze Paru
Merupakan barotrauma yang sangat jarang yang bisa terjadi pada breath hold diving/skin diving.
Penyelam mengalami sesak napas setelah mencapai permukaan dari kedalaman > 100 FSW.
Dapat disertai dengan batuk berdarah/berbuih dan harus diberikan oksigen. Gejala tersebut
menurun dalam beberapa hari.
Hal ini terjadi ketika penyelam turun ke kedalaman dimana Volume Total Paru (TLV) berkurang
kurang dari Volume Residu (RV), pada poin itu tekanan transpulmonal melebihi tekanan alveoli,
hal ini akan menyebabkan pengeluaran cairan dan darah membuat penyelam sesak napas.
Penyelam normal dengan TLV 6 liter dan RV 1,2 L hanya dapat menyelam hingga tekanan 5 ATA
(132 FSW) , lebih dalam dari itu akan mengalami squeeze paru. Akan tetapi beberapa penyelam
dapat menyelam lebih dari itu tanpa masalah.
SCUBA Diving
Efek dan Bahaya Perubahan Tekanan pada
Tubuh
Karena adanya perbedaan tekanan di kedalaman air, maka penyelam yang menyelam ke dalam
akan mengalami efek langsung tekanan air. Untuk itu diperlukan equalisasi yaitu penyesuaian
tekanan.
Mask Squeeze
Terjadi pada saat penyelam lupa mengeluarkan udara ke dalam masker pada saat equalisasi
sehingga terbentuk tekanan negatif pada ruangan masker. Hal ini mengakibatkan kapiler darah di
muka rusak dan menyebabkan pendarahan ke dalam kulit (ecchymosis) dan pendarahan
konjungtiva.
Gejalanya yaitu rasa sakit di wajah, kening, atau pipi selama menyelam.
Tipe yang jarang yaitu reverse sinus squeeze yang terjadi pada saat naik ke permukaan. Kondisi
ini diakibatkan karena tingginya tekanan udara dalam sinus. Ini biasanya terjadi pada penyelam
yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas atau alergi berat yang minum obat dekongestan
(mengurangi produksi cairan) sesaat sebelum menyelam, tetapi efek obat tersebut hilang setelah
menyelam di kedalaman.
Pencegahan barosinusitis atau squeeze sinus yaitu dengan tidak menyelam pada saat terkena
infeksi saluran napas atas atau hal-hal lain yang dapat mengakibatkan penutupan saluran sinus.
Jika terdapat sekumpulan udara tertangkap di gigi pada tekanan permukaan laut, tekanan di luar
gigi akan meningkat pada penyelaman, maka gigi akan pecah ke arah dalam, dan ruangnya akan
terisi darah.
Kebalikannya, jika kumpulan udara terbentuk selama di kedalaman, jika bergerak ke permukaan
volumenya akan meningkat sesuai hukum Boyle yang mengakibatkan gigi pecah ke arah luar.
Untuk mencegah barodontalgia, setiap penyelam harus menunda penyelaman sedikitnya 24 jam
setelah terapi/tindakan pada gigi.
Manuver Valsalva yaitu meniup udara melawan dengan bibir dan hidung tertutup dan
lidah ke arah belakang untuk meningkatkan tekanan rongga faring yang diteruskan ke
dalam telinga tengah melalu tuba eustachius. Manuver ini juga dapat membuka tuba
eustachius yang tertutup. Biasa disebut mengedan.
Manuver Frenzel yaitu dengan menelan dengan lidah ke belakang dimana bibir ditutup
dan lubang hidung di tekan (memencet hidung).
Biasanya penyelam sudah mengalami sedikit rasa sakit pada perbedaan tekanan 60 mmHg.
Manuver ini baik dilakukan pada kedalaman 4 feet. Jika penyelam tidak melakukan equalisasi
dengan manuver ini pada perbedaan tekanan lebih dari 100-400 mmHg (4,3-17,4 feet) maka
akan terjadi squeeze yang dapat mengakibatkan robek gendang telinga. Air dingin kemudian
masuk ke telinga tengah dan menyebabkan vertigo.
Gejalanya terjadi sesaat penyelam turun dari permukaan air. Penyelam juga mengeluh rasa sakit
dan rasa penuh dalam telinga atau mengalami vertigo. Sakitnya semakin parah sehingga
penyelam dapat meneruskan atau menghentikan penyelaman.
Pencegahannya dengan selalu equalisasi setiap turun ke kedalaman.
Alternobaric Vertigo
Merupakan barotaruma yang sangat jarang. Terjadi pada saat naik ke permukaan yang
disebabkan karena perubahan tekanan tiba-tiba pada telinga tengah yang menyebabkan
perangsangan ke telinga dalam dan menyebabkan vertigo. Vertigo ini hanya sebentar dan tidak
memerlukan penanganan dapat membuat penyelam panik, yang dapat mengakibatkan tenggelam,
kerusakan paru, atau emboli udara, atau trauma lain yang sangat serius.
Gejalanya yaitu kehilangan orientasi terhadap sekeliling dan tiba-tiba mual sekali.
Pencegahannya yaitu:
Bila mengalami hal ini berhenti atau berpegang pada sesuatu sampai perasaan itu hilang. Jangan
muncul kepermukaan selama masih ada reaksi dan bernapas dengan wajar.
Gejalanya yaitu rasa penuh pada perut, sakit pada perut, sering bersendawa, atau buang angin.
Hal yang serius jika terjadi perangsangan saraf yang menyebabkan jantung lemah berkontraksi
dan penekanan pada vena oleh usus, tapi hal ini jarang.
Squeeze Kulit
Squeeze kulit jarang terjadi. Jika pada area kulit penyelam ada kumpulan udara yang
terperangkap pada lipatan/lekukan dry suit. Selama penyelaman tekanan negatif terjadi pada area
tersebut, sehingga menyebabkan pembuluh darah kapiler kulit pecah dan darah keluar mengisi
ruang tekanan negatif. Kulit berwarna kemerahan. Tidak memerlukan perawatan dan sembuh
dalam beberapa hari/minggu.
Mediastinal emphysema
Subcutaneous emphysema
Pneumothorax
Emboli udara
Biasanya penyelam melakukan hal ini karena kehabisan udara, panik, mengalami bouyancy
positif secara tiba-tiba seperti melepas sabuk pemberat atau inflasi BC secara cepat.
Hal ini mengingatkan penyelam untuk bernapas secara wajar dan tidak boleh menahan napas saat
muncul ke permukaan dan ini berlaku untuk penyelam yang memakai peralatan scuba.
Mediastinal Ephysema
Manifestasi pengembangan paru yang melewati batas yang paling sering yaitu mediastinal
emphysema. Gelembung dari paru-paru yang pecah, masuk ke rongga antara paru-paru di dekat
jantung dan tenggorokan.
Gejalanya yaitu sakit di daerah dada karena udara menekan jantung, sesak napas, atau sakit pada
saat makan. Dapat pula pingsan.
Penanganannya yaitu konservatif, meliputi istirahat, pemberian oksigen, sedangkan rekompressi
dilakukan jika sangat parah. Hindari penerbangan selama fase penyembuhan.
Subcutaneus Emphysema
Dari daerah mediastinum gelembung-gelembung udara bergerak naik ke daerah leher, di bawah
kulit di sekitar leher, kalau dipegang maka kulit terasa pecah.
Gejalanya yaitu sakit dan sulit bernapas pada bagian yang terkena, napas pendek dan cepat,
udara dapat menekan jantung dan pembuluh darah menyebabkan kebiruan.
Penanganan sama dengan diatas. Udara dibung dengan memasukkan jarum dibawah pengawasan
ahli.
Pneumothorax
Jarang sekali terjadi, jika terjadi berarti paru-paru pecah, seperti meletus dan gelembung udara
langsung memenuhi rongga udara antara paru-paru dan selaput paru (pleura).
Gejalanya yaitu sakit dada, karena udara menekan paru-paru yang terkena.
Dalam kasus yang parah dapat terjadi tension pneumothorax, yaitu pneumothorax yang sangat
besar dan membuat paru-paru yang terkena kolaps karena tekanan yang tinggi. Ini merupakan
keadaan darurat. Gejalanya yaitu sakit dada yang berat, pengembangan dada tidak sama yaitu
paru yang terkena agak tertinggal, dan adanya penekanan ke trakea menjadi tidak lurus. Biasanya
terjadi penekanan jantung sehingga cepat pingsan.
Penangan yaitu sama dengan emboli udara. Tetapi sebelum dilakukan rekompressi maka udara
yang ada di rongga dada harus dikeluarkan dengan memasukkan jarum oleh atau dengan
pengawasan ahli.
Emboli Udara
Adalah pecahnya dinding alveoli yang menyebabkan udara masuk dalam peredaran darah,
akibatnya terjadi penyumbatan peredaran darah oleh gelembung-gelembung udara langsung dari
paru-paru.
Misalnya, jika penyelam naik ke permukaan dari 100 FSW, udara dalam paru mengembang 4
kali volume awal. Jika tidak dikeluarkan, maka menekan paru dan alveoli pecah bersaamaan
dengan pecahnya pembuluh darah. Udara terbawa ke kapiler paru dan dibawa ke ventrikel kiri,
kemudian di pompa kesuluruh tubuh lewat arteri. Adanya kumpulan udara dalam arteri akan
membentuk sumbatan sehingga jaringan kekurangan oksigen. Jika otak mengalami hal tersebut
maka akan berakibat kematian.
Gejalanya yaitu lemas, pusing, kelumpuhan/ kelemahan yang hebat, gangguan penglihatan, nyeri
dada, kejang-kejang dan pingsan, terkadang disertai busa bercampur darah di mulut.
Penanganannya adalah sebagai berikut.
Tempatkan korban dengan posisi kepala dibawah, miring 15o pada bagian kiri badannya.
Gunakan oksigen, bila tersedia. Hal ini membantu mengecilkan gelembung-gelembung
udara dan memberikan suplai oksigen ke otak.
Masukkan ke ruangan rekompressi jika tersedia, hal ini untuk mengurangi besarnya
gelembung-gelembung sehingga melancarkan peredaran darah ke otak.
Pencegahan emboli udara yaitu penyelam harus bernapas secara wajar saat memakai peralatan
scuba dan tidak menahan napas saat muncul ke permukaan, keluarkan napas secara terus
menerus. Napas harus dikeluarkan minimal 10 feet terakhir dari permukaan.
Fungsi tubuh manusia berfungsi dengan baik dalam suhu internal dengan
kisaran pendek. Suhu tubuh normal 98.6F (37C) dan dipertahankan oleh
tubuh, ditambah dengan pakaian dan mengatur suhu udara di lingkungan
bila cuaca terlalu panas atau dingin. Sebelum melakukan selam ulang
sebaiknya tubuh dipanasakan karena absorpsi nitogen meningkat bila suhu
tubuh turun.
Kepanikan adalah hal yang biasa bagi penyelam baru. Terbiasa di lingkungan
kolam dengan suasana nyaman kemudian berganti lingkungan laut luas
dengan dalam tidak terukur dan gelap.
Bila mengalami masalah apapun di dalam penyelaman jangan panik, tetap
melakukan sesuatu sesuai prosedur dan jangan mengambil langkah pintas.
Bila patner dive kita panik bicaralah dengan isyarat tangan supaya tidak
panik dan membantu masalah yang dialami. Kenali medan penyelaman
sebelum memulai penyelaman.
Kram
Pemanasan yang kurang sebelum menyelam dapat menyebabkan kram. Otot
terasa tertarik dan sakit. Lakukan pemanasan yang cukup untuk memulai
suatu penyelaman. Untuk mengatasi kram perlahan-lahan kendorkan otot
yang terkena dan bergerak perlahan. Jangan panik jika hal ini terjadi.
Pernapasan Memburu
Bentuk pernapasan yang berbahaya yang timbul karena memaksakan diri,
kelelahan, kedinginan, takut dan panik. Semua itu menimbulakan
pernapasan yang cepat dan pendek-pendek, sehingga udara yang masik dan
keluar hanya di jalur atas pernapasan. Akibatnya pergantian O2 dan CO2
tidak efisien karena sirkulasi yang tidak baik, penyelam akan kesulitan
mengambang dan berenang bahkan pingsan.
Setiap penyelam harus menguasai keadaan dan bernapas secara wajar serta
mampu untuk dapat beristirahat di permukaan atau mengapung. Disini di
perlukan water trafen dan floating.
Hipoglikemia adalah kadar gula darah yang rendah di dalam darah. Dengan
membiasakan makan secara teratur sebelum menyelam dapat menghindari
kekosongan perut, yang menyebabkan hipoglikemia.
Gejalanya yaitu pusing, mual muntah. Bisa disertai rasa lapar, mati rasa,
menggigil, pingsan dan kejang.
Minuman Alkohol
Seorang penyelam yang minum alkohol dapat mengganggu pertukaran gas
pada jaringan tubuh. Sebaiknya hindari minuman beralkohol.
Penerbangan
Tekanan kabin pesawat komersial (pressurized cabin) sama dengan tekanan
di ketinggian 5000 to 8000 feet, dimana nitrogen yang terlarut di dalam
darah menjadi kumpulan udara dalam pembuluh darah. Tekanan kabin juga
tergantung umur dan pemeliharaan pesawat.
Penyelam boleh terbang walaupun dengan pesawat pressurized cabin
sedikitnya 12 jam setelah penyelaman tanpa dekompresi (no-decompression
diving). Pada penyelaman dekompresi hindari penerbangan sedikitnya 24
jam setelahnya.
Hindari penerbangan yang melebihi 8000 feet (jika tanpa pesawat
pressurized cabin), dan tunggu 24 jam untuk semua penyelam yang
menggunakan udara kompresi.
Apabila melihat rekan selam yang mengalami kesulitan di dalam air sesegera
mungkin memberikan pertolongan dengan terlebih dahulu mengamati
kesulitannya. Yang perlu diperhatikan adalah penyelam yang mengalami
kepanikan. Untuk itu lakukan teknik mendekati penyelam sebagai berikut:
Mendekati korban dengan isyarat/teriakan agar tenang.
Setelah dekat dengan korban katakan pesan yang menenangkan.
Seperti Oke saya akan membantu, kamu tenang dulu.
Meraih power inflator house dan kembangkan BCD.
Tarik korban dari arah posis belakang dengan tetap memberikan pesan
yang menenangkan.
Setelah dekat kapal/pantai lepaskan peralatannya.
Berikan bantuan untuk naik ke kapal/pantai.
Resusitasi Jantung Paru dan P3K
Dengan itu penyelam harus tahu letak pembuluh darah arteri sehingga
darah yang keluar berhenti. Setelah di darat, tekan pendarahan dengan
kapas atau pakaian yang kering.
Shock
P3K
Survival di Laut
Survival berasal dari kata SURVIVE artinya perjuangan untuk tetap hidup,
secara global survival adalah tindakan yang paling awal bagi makluk hidup,
untuk mempertahankan hidupnya dari berbagai ancaman, kejadian dimana
makluk hidup, melakukan suatu tindakan untuk melindungi dirinya dari
berbagai ancaman agar tetap hidup, makluk hidup yang berada dalam
situasi survival disebut SURVIVOR (orangnya).
C. Motivasi survival
Setiap problem pada situasi survival, harus dapat dihadapi dengan tenang
dan disertai dengan sikap yang positip.
Jika situasi kapal tenggelam akan tenggelam hal yang harus dilakukan
adalah:
Jangan Panik.
Siapkan sekoci atau perahu karet sebagai perahu pengganti. Jika tidak
ada gunakan pelampung/ban karet. Minimal menggunakan sesuatu
yang dapat mengambang diatas air seperti botol air minum/papan
kayu/tong, dll.
Tidak membawa barang yang banyak. Jika terdapat alat komunikasi
beritahu pihak yang berwenang bahwa kapal akan segera tenggelam
dan diminta melakukan penyelamatan. Bawa makanan dan air
seadanya, membawa minuman lebih baik karena botol setelah kosong
dapat digunakan sebagai pelampung.
Sebelum kapal tenggelam di permukaan, harus telah berada di air dan
berenang menjauh, karena kapal yang tenggelam membawa arus yang
dapat membawa benda dari permukaan masuk ke dalam air.
Jika sudah bisa mengontrol diri dan merasa mampu, lakukan
penyelamatan terhadap orang lain. Utamakan orang muda karena
harapan hidup masih tinggi.
Bertahan di perahu/mengambang dengan bantuan pelampung. Jika
hanya dengan menggunakan pelampung carilah sesuatu yang dapat
membantu mengambang atau sebagai cadangan. Jika daratan sudah
dekat cobalah berenang.
Untuk menghindari hipotermia. Pada perahu karet dapat dilakukan
dengan saling mendekat membentuk kumpulan. Orang yang paling
luar harus bergantian. Jika masih di dalam air yang dingin lakukan heat
escape lessening posture (HELP) atau huddle position sehingga panas
tubuh lambat dilepaskan.
Jika terjadi trauma atau pendarahan, segera lakukan penanganan.
Jangan meminum air laut karena nilai osmolaritasnya tinggi (1000
mOsmol/L), yang dapat menyebabkan tubuh semakin dehidrasi.
Minumlah air tawar yang dibawa sedikit-sedikit atau es yang
mengapung jika di kutub. Jika hujan minum dengan air hujan dan
jangan lupa di tampung. Makan seadanya, dengan bekal yang dibawa
atau makanan yang ditemui. Jangan memakan ikan yang mati
terapung di tengah laut karena mungkin disebabkan racun. Hindari
makan tanpa minum.
Rakit memberi bayangan di bawah laut, dan biasanya dapat menarik
lumba-lumba sehingga dapat ditombak untuk dimakan.
Berikan tanda pada penyelamat dengan mengayunkan tangan atau
dengan mengibarkan baju. Jika malam gunakan senter. Dilakukan
sambil berteriak.
Untuk mengetahui arah gunakan matahari sebagai patokan dan
bintang pada malam hari.
Aspek Pria
Perbedaan jenis kelamin membuat perbedaan fisiologi dan berpengaruh
pada penyelaman.
Tubuh pria memiliki lemak kulit tipis dibanding wanita sehingga
mudah menjadi kedinginan.
Tubuh pria lebih panas dibanding wanita, sehingga jika di air yang
dingin lebih banyak panas yang dikeluarkan.
Konsumsi udara lebih banyak karena volume paru besar.
Pria lebih membutuhkan banyak kalori daripada wanita.
Tubuh pria banyak berkeringat sehingga resiko dehidarasi meningkat.
Air terlalu panas atau dingin mempengaruhi fertilitas. Produksi sperma
optimal sedikt di bawah suhu tubuh.
Lemak tubuh pria cenderung banyak di simpan di bagian atas tubuh,
hal ini menyebabkan kaki agak tenggelam dan memperlambat
gerakan.
Aspek Wanita
Banyak wanita menjadi pionir dalam penyelaman. Beberapa peralatan selam
ada yang khusus untuk wanita dengan perancangan khusus.
Ada beberapa aspek medis pada wanita yang berkaitan dengan penyelaman
yang perlu diperhatikan:
Menarke.
Pada saat menstruasi awal, tubuh wanita telah mencapai 95 % tinggi
maksimal, dan mencapai tinggi akhir pada 1-2 tahun kemudian. Deposisi
lemak sangat cepat pada umur 13-15 tahun. Kekuatan tubuh mencapai
puncak umur 13 tahun kemudian tetap dan turun. Pada penyelaman hal
yang menjadi masalah adalah peralatan selam yang berat.
Adanya kumpulan gas nitrogen pada pusat pertumbuhan tulang dapat
menyebabkan tulang tidak tumbuh lagi.
Penyelam terlalu muda terlalu cepat menjadi hipovolemik (volume darah
rendah). Anak perempuan lebih cepat kedinginan daripada wanita dewasa.
Oleh karena itu pemakaian pakaian selam sangat dianjurkan.
Menstruasi
Hiu bukan ancaman, tidak ada bukti meningkatnya serangan hiu karena
menstruasi. Jika mengalami peningkatan darah yang keluar (menorrhagia)
sebaiknya jangan menyelam karena resiko anemia meningkat. Anemia
menurunkan suplai oksigen tubuh.
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa resiko terjadi DCS
meningkat pada wanita menstruasi yang diterapi hiperbarik. Tapi belum
diketahui apakah dalam penyelaman sama atau tidak karena masih dalam
penelitian.
Penggunaan tampon selama menstruasi tidak akan memberikan efek buruk
tekanan pada tubuh. Tapi di Indonesia penggunaan tampon terutama pada
gadis jarang.
Jika ingin menyelam pada waktu menstruasi perhatikan apakah terjadi
anemia dan lihat medan penyelaman bersih atau berpolusi. Perhatikan
higienitas, privasi dan kenyamanan. Sebaiknya hindari menyelam.
Hamil
Tidak ada data yang menyimpulkan diving pada ibu hamil dapat
menyebabkan cacat lahir, hal ini dikarenakan penelitian untuk mengetahui
efeknya tidak etik. Janin dalam kandungan punya resiko besar, terutama
dapat terjadi DCS, hipoksia, dan peningkatan karbondioksida.
Tidak ada penelitian yang menentukan kedalaman yang aman dan profil
waktu selam yang aman. Semakin besar kehamilan maka resiko yang terjadi
semakin besar. Sebaiknya jangan menyelam. Jika kehamilan baru diketahui
setelah beberapa saat menyelam, kontrol kehamilan sebaik mungkin.
Setelah Melahirkan
Setelah melahirkan leher rahim menutup sekitar 21 hari sesudahnya, pada
minggu-minggu lain tonus otot rahim mulai baik tergantung aktivitas ibu. Hal
lain yang berpengaruh yaitu luka jalan lahir. Setelah melahirkan pervagina
sebaiknya tunda penyelaman paling sedikit 4 minggu.
Setelah operasi cesar, biasanya dokter menyarankan beristirahat selama 4
minggu sebelum aktivitas penuh. Hal ini untuk mempercepat penyembuhan
luka operasi dan bertambahnya darah. Jika dengan operasi cesar jangan
menyelam paling sedikit 8 minggu.
Sebelum menyelam lakukan cek Hb, boleh menyelam jika Hb sudah di atas
10.
Menyusui
Di dalam air susu sesudah menyelam, dapat terbentuk gelembung gas
nitrogen, tapi hal ini tidak akan membahayakan bayi karena akan segera
masuk saluran pencernaan yang banyak gas.
Pembesaran payudara karena belum menyusui bayi dapat mengganggu dan
terasa tidak nyaman ketika memakai peralatan selam. Hal ini dapat dihindari
dengan memompa air susu sebelum menyelam. Air susu yang dipompa
dapat disimpan di kulkas.
Dalam medan penyelaman banyak terdapat bakteri yang dapat
menyebabkan luka pada puting susu yang lecet. Oleh karena itu jaga
kebersihan puting.
Beberapa ahli berpendapat tidak menyelam selama bayi diberikan ASI
eksklusif.
Payudara
Sebuah studi pada silikon untuk payudara yang ditempatkan dalam tekanan
hiperbarik yang diseseuaikan dengan profil waktu selam dapat meningkatkan
gelembung gas sekitar 1-4 %, tapi belum cukup untuk memecahkan silikon.
Hal ini belum diketahui pada payudara yang disuntik silikon.
Silikon lebih berat dari air sehingga mempengaruhi bouyancy. Hal lain yang
dapat menjadi masalah adalah jika tidak cocok dengan peralatan selam,
maka penyelaman menjadi tidak nyaman.
Sumber :
USN Diving Manual 6th edition. Revised 2008
NOAA Diving Manual. Diving For Science and Technology
Pengetahuan Akademis Penyelaman SCUBA Diver. POSSI Jawa Tengah.
Wilderness Medicine. Paul S Auerbach. 2002.
Drowning and Resuscitation. American Heart Association. 2005.
Scubadoc.com