Anda di halaman 1dari 47

Fisiologi dan Aspek Medis Selam

Fisiologi Selam
Dalam dunia penyelaman, seorang penyelam harus beradaptasi terhadap lingkungannya yaitu air,
dan harus mempelajari batas-batas kemampuan fisiologinya dalam adaptasi tersebut. Fisiologi
penyelaman mempelajari fungsi-fungsi tubuh di dalam serta bagaimana reaksi tubuh terhadap
lingkungannya.
Respirasi (Pernapasan)
Bernapas sangat diperlukan sekali supaya dapat mensuplai darah ke semua jaringan tubuh
dengan okisgen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh jaringan
dari darah melalui paru-paru.

Udara masuk ke paru-paru melalui suatu sistem berupa pipa yang makin menyempit (bronkus
dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah sisi paru-paru dari saluran udara dalam utama
(trakea). Pipa ini berakhir pada gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan
kantong-kantong udara terakhir dimana O2 dan CO2 dipindahkan dari tempat dimana darah
mengalir. Ada lebih 300 juta alveoli di dalam tubuh manusia. Pertukaran O2 dan CO2 pada paru
terjadi pada bronkiolus respiratorius dan alveoli.
Permukaan bagian luar paru ditutup oleh selaput pleura yang licin dan selaput serupa membatasi
ruang dada membatasi permukaan bagian dinding dada. Kedua selaput ini letaknya berdekatan
sekali dan dipisahkan oleh lapisan cairan yang tipis. Karena dapat dipisahkan maka terdapat
suatu ruangan antara kedua selaput tersebut dinamakan rongga pleura.

Pada saat inspirasi (menarik napas) dinding dada secara aktif tertarik keluar oleh kontraksi otot
dinding dada dan ke arah bawah oleh diafragma (sekat rongga dada). Tekanan dalam rongga
dada akan menjadi lebih negatif sehingga udara mengalir ke dalam paru-paru. Dengan upaya
maksimal pengurangan tekanan dapat mencapai 60-100 mmHg dibawah tekanan atmosfir.
Pada saat ekspirasi (pengeluaran napas), rongga dada mengempis karena tulang dada kembali ke
posisi awal. Gerakan ini pasif tanpa upaya otot, mengakibatkan tekanan dalam rongga dada
meningkat memaksa gas keluar dari paru-paru. Ekspirasi dapat dibantu dengan upaya otot yang
dapat dilihat melalui penghembusan napas yang kuat.
Pengukuran fungsi pernapasan banyak dan bermacam-macam, tetapi hanya beberapa hal penting
saja dan ada hubungannya dengan penyelaman yang akan diterangkan, terutama mengenai
volume udara paru-paru.
1.
Kapasitas Total Paru (Total Lung Capacity/TLC). Yaitu jumlah volume gas yang dapat
ditampung oleh kedua paru-paru bila terisi penuh biasanya 5-6 liter.
2.
Volume Tidal (Tidal Volume/TV). Yaitu volume napas biasa yang masuk dan keluar paru
tanpa usaha napas yang kuat/dalam keadaan istirahat. Berkisar 0,5 liter.
3.
Kapasitas Vital (Vital Capacity/VC). Yaitu volume udara maksimal yang dapat
dihembuskan keluar setelah menghirup udara secara maksimal biasanya 4-5 liter. Kadang
juga disebut daya apung vital yang dipaksa (Forced Vital Capacity/FPC)
4.
Volume Sisa (Residual Volume/RV). Volume sisa yaitu jumlah gas yang tertinggal di
dalam paru-paru setelah dihembuskan secara maksimal biasanya 1,5 liter dan dapat dihitung
sebagai berikut: TLC-VC= RV, perhatikan RV adalah 25 % dari TLC.
5.
Volume Pernapasan Semenit (Respiration Minute Volume/RMV). Volume pernapasan
semenit adalah jumlah gas yang bergerak masuk dan keluar dari paru-paru dalam satu menit.
Yaitu RMV = TV x Frekuensi Pernapasan. Biasanya 6 liter pada saat istirahat, tetapi dapat
melebihi 100 liter pada saat latihan berat. RMV kadang dinamakan Ventilasi Paru (Pulmonary
Ventilation).

6.
Kapasitas Vital Sewaktu (Time Vital Capacity). Kapasitas vital sewaktu adalah bagian
dari vital capacity (VC) yang bisa dihembuskan dalam waktu tertentu biasanya 1 detik. Sering
dinamakan volume ekspirasi yang dipaksakan (FEV1/ Forced Expiratory Volume One Second).

Parameter-parameter mekanis ini penting untuk memahami fisiologi karena secara relatif akan
meningkatakan resiko penyakit penyelaman (barotrauma, kekurangan gas dan lain-lain). CO2
lebih mudah larut dalam darah 24 kali dibandingkan dengan O2, kecepatan difusi CO2
melampaui O2 kurang lebih 20 kali lipat.
Difusi gas dipengaruhi oleh dinding alveoli. Pada alveoli yang kurang terventilasi dengan O2
yang cukup maka pembuluh darah akan mengecil sehingga mengurangi penyerapan O2 dan
meningkatkan aliran darah pada alveoli bagian lain yang cukup O2.
Kelainan fungsi pernapasan dapat mengakibatkan berkurangnya pengeluaran dari CO2 darah dan
penyerapan O2 ke dalam darah (hypoxia dan hypercapnea).
Jumlah seluruh keperluan jaringan tubuh adalah kurang lebih 6,8 ml O2 darah (250 ml
O2/menit). Sejumlah kecil O2 larut dalam plasma darah sebesar (0,01/100 ml) sedangkan
sebagian besar berikat pada protein hemoglobin (Hb) pada sel darah merah. Hb mempunyai daya
ikat yang besar terhadap oksigen dan menjadi 98 % jenuh dengan oksigen pada tekanan 1 ATA .
Tidak semua Hb melepaskan oksigen di jaringan, karena 75 % Hb tetap jenuh.
Untuk mempertahankan kadar oksigen dan karbondioksida volume pernapasan semenit ahrus
seimbang dengan pemakaian oksigen dan kecepatannya menghasilkan karbondioksida.
Pernapasan diatur oleh pusat pernapasan di otak. Dalam otak terdapat sensor yang mendeteksi
perubahan kadar CO2 darah, sensor ini sangat mempengaruhi pusat pernapasan. Terdapat sensor
yang sedikit mempengaruhi yang terdapat pada aorta dan arteri carotis yang mendeteksi kadar
O2 dalam darah.
Hal ini dapat dipahami jika penyelam yang tahan napas yang melakukan hiperventilasi dapat
terjadi ketidaksadaran. Karena pusat pernapasan tidak dirangsang kadar CO2 yang telah
berkurang akibat hiperventilasi dan gagal untuk bereaksi dengan baik terhadap bahaya
kekurangan O2 selama penyelaman dan selama naik ke permukaan.
Kardiovaskular

Peredaran/suplai darah sangat penting untuk mentransportasikan O2 yang telah diambil di paruparu ke jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang memerlukan banyak O2 adalah otak, dimana otak mengambil sekitar 20 %
O2 dalam keadaan normal. Apabila otak kekurangan O2 maka akan terjadi penurunan kesadaran
dan dalam 5 menit akan berakibat kematian

Darah dipompa oleh jantung ke jaringan melalui arteri, bercabang lebih kecil menjadi arteriol
dan kemudian di jaringan dan paru-paru menjadi kapiler-kapiler darah.
Kapiler darah meninggalkan jaringan membawa darah yang miskin oksigen ke vena. Vena
membawa darah balik ke jantung dan kemudian dipompa ke paru-paru. Arteri paru-paru
membawa darah miskin O2, sedangkan vena paru membawa darah yang kaya O2 karena telah
terjadi proses difusi di paru-paru ke jantung yang kemudian dipompa ke seluruh tubuh.
Jantung merupakan satu organ yang terbagi menjadi dua bilik dan dua serambi, terdapat katupkatup yang menjaga darah agar tidak mengalir terbalik selama berkontraksi. Kecepatan kontraksi
jantung berbeda-beda pada tiap orang. Rata-rata 60-80/menit pada saat istirahat dan 80150/menit pada saat kerja.
Di dalam tubuh manusia terdapat 6 liter darah. Darah terdiri dari plasma darah (komponen cair)
dan sel darah (komponen padat). Sel darah merah mengandung hemoglobin (Hb) yang mengikat
O2 dan CO2, sel darah putih untuk melawan infeksi, dan keping darah untuk pembekuan darah.
O2 hanya terikat pada Hb, sedikit yang dapat larut dalam air, sedangkan CO2 banyak terlarut
dalam plasma dalam bentuk ion HCO3, tapi sedikit yang berikatan pada Hb. Volume darah
konstan, tetapi kecepatan peredaran darah sangat berbeda tergantung kebutuhan jaringan.
Darah mengalir dari seluruh tubuh melalui vena, kemudian masuk ke, serambi kanan, bilik
kanan, melalui arteri pulmonalis ke paru-paru mengambil O2 dan melepas CO2. Darah kaya O2
ini kemudian melalui vena pulmonalis masuk ke serambi kiri dan bilik kiri dan kemudian di
pompa ke seluruh tubuh melalui arteri.
Kemampuan jantung memompa darah 4-5 liter darah/menit (saat istirahat) dan 20 liter
darah/menit saat kerja. Tekanan darah saat istirahat adalah 120-140 mmHg pada saat jantung
berkontraksi (sistolik) dan 70-80 mmHg pada saat jantung relaksasi (diastolik). Kedua tekanan
bisa diukur saat yang sama dan dapat ditulis sisyolik/diastolik yaitu 120/70. Penurunan sirkulasi

darah yang hebat akibat shock (kekurangan suplai darah yang membawa O2 ke jaringan) dapat
diatasi dengan meningkatkan volume darah dan menaikkan tekanan darah.

Sinus
Sinus adalah rongga udara yang terdapat pada kepala. Rongga ini terletak pada tulang-tulang
tengkorak. Fungsi sinus belum jelas di ketahui, tapi dikaitkan dengan proses warna suara. Sinus
sangat berkaitan erat dengan jalan napas. Terdapat 4 macam sinus di kepala yaitu:
Sinus Frontalis terdapat di kening.

Sinus Ethmoidalis terdapat diantara kening dan hidung.

Sinus Maksilaris terdapat di pipi kanan dan kiri.

Sinus Sphenoidalis terdapat pada pelipis kanan dan kiri.

Semua sinus dihubungkan melalui saluran-saluran ke hidung agar udara dapat keluar dan untuk
mengeluarkan cairan mukus yang disekresikan oleh sel dalam rongga sinus. Apabila saluran
yang normal dalam rongga sinus tersumbat, maka udara pernapasan di hidung dan ternggorokan
tidak dapat masuk ke dalam rongga tersebut sehingga terjadi ketidakseimbangan tekanan yang
mengakibatkan pembengkakan dan pendarahan dari jaringan di dalam sinus. Cairan atau darah
yang keluar akan menempati sebagian rongga udara untuk menyamakan tekanan.
Sumbatan pada saluran sinus dapat disebabkan oleh keadaan sebagai berikut:
Sinusitis (infeksi/alergi) dimana pembengkakan jaringan menyebabkan penyumbatan
saluran ke hidung.
Rhinitis (hay fever), prosesnya sama dengan sinusitis.
Polip, yaitu pertumbuhan jaringan kecil yang dapat menutupi saluran sinus. Polip
terdapat pada rongga hidung.
Lipatan jaringan yang berlebihan.
Sumbatan oleh lendir yang mengering.

Telinga

Telinga adalah organ pendengaran yang sangat sensitif terhadap tekanan. Tiga bagian utama
telinga yaitu:
Telinga bagian luar.

Telinga bagian tengah.

Telinga bagian dalam.

Masing-masing bagian telinga mempunyai fungsi-fungsi yang berbeda. Telinga bagian luar dan
tengah terdiri dari rongga udara yang dibatasi oleh jaringan dan dikelilingi oleh tulang-tulang
yang dapat menahan tekanan udara . Gendang telinga adalah selaput yang lentur dan peka, yang
memisahkan telinga luar dan tengah. Telinga bagian dalam tidak mempunyai rongga udara dan
terletak diantara tulang dan terdiri dari organ pendengaran dan keseimbangan yang berisi cairan.
Telinga tengah dan bagian dalam dipisahkan oleh dua selaput tipis. Pada telinga bagian tengah
terdapat saluran yang menghubungkan dengan tenggorokan yaitu tuba eustachius.

Aspek Medis Selam

Snorkeling(Skin Diving)
Snorkeling merupakan kegiatan dasar yang harus dikuasai seorang calon penyelam. Ini bertujuan
untuk melatih pernapasan menggunakan mulut dan gerakan kaki yang berguna pada saat
penyelam.
Yang harus diperhatikan dalam snorkeling yaitu:
1. Dead Air Space
Pada umumnya snorkel yang dipakai penyelam tidak lebih dari 30 cm panjangnya. Hal ini untuk
menghindari Dead Air Space atau volume ruang udara mati yang mengakibatkan udara hanya
bergerak di daerah itu saja dan tidak ke lingkungan bebas. Sehingga bertambah panjang snorkel
akan bertambah besar ruang udara mati.

2. Kekurangan Oksigen (Hypoksia)


Seorang penyelam skin yang berusaha menahan napas untuk dapat berada di dalam air lebih
lama, apabila dipaksakan mengakibatkan penyelam akan mengalami kekurangan oksigen
(anoksia) sehingga jaringan tubuh tidak mendapat O2.
3. Shallow Water Blackout
Pingsan di air dangkal. Hal ini dikarenakan penyelam melakukan hiperventilasi berlebih
sehingga kadar karbondioksida menurun tajam dan selama penyelaman tubuh mengalami
hipoksia sedangkan respon/keinginan tubuh untuk bernapas belum ada.
Hiperventilasi adalah upaya penyelam untuk memperpanjang tahan napas pada skin diving
dengan bernapas dalam dan berlebihan. Hal ini dilakukan penyelam skin untuk bertahan napas
lebih lama dengan mengurangi/membuang gas CO2. Sebenarnya cara ini berbahaya karena jika
kadar CO2 turun, maka tidak akan terjadi perangsangan untuk bernapas ke permukaan.

Penyelam skin yang melakukan over hiperventilasi di permukaan dan kemudian menyelam pada
kedalaman 10 feet (10 m) akan mengalami peningkatan tekanan parsial O2 dalam darah dari 3
psi ke 6 psi. Bila diteruskan ke yang lebih dalam lagi sehingga melewati batas dimana CO2 telah
memberikan peringatan untuk muncul. Dikarenakan CO2 kurang saat hiperventilasi, sedangkan
O2 yang digunakan sudah pada titik rendah psi yang pada akhirnya CO2 menumpuk hingga
batasnya dan penyelam akan muncul ke permukaan.
Sesampainya di permukaan, peredaran darah menurun dan O2 menjadi nol, maka akibatnya akan
pingsan dekat permukaan. Biasanya penyelam pingsan karena anoxia (kehabisan O2).
Gejalanya yaitu denyut nadi dan tekanan darah meningkat, biru pada bibir, jari dan kaki, serta
pingsan.
Segera berikan udara segar/O2 murni dan jika pingsan berikan pernapasan mulut ke mulut.
Untuk itu bila penyelam melakukan snorkeling/ skin diving, bernapas dalam dua kali sudah
cukup untuk menyelam secara efisien. Jangan melakukan hiperventilasi dan hindari menahan
napas melewati peringatan CO2. Untuk penyelam scuba jangan melakukan hiperventilasi.
4. Squeeze Paru
Merupakan barotrauma yang sangat jarang yang bisa terjadi pada breath hold diving/skin diving.
Penyelam mengalami sesak napas setelah mencapai permukaan dari kedalaman > 100 FSW.
Dapat disertai dengan batuk berdarah/berbuih dan harus diberikan oksigen. Gejala tersebut
menurun dalam beberapa hari.
Hal ini terjadi ketika penyelam turun ke kedalaman dimana Volume Total Paru (TLV) berkurang
kurang dari Volume Residu (RV), pada poin itu tekanan transpulmonal melebihi tekanan alveoli,
hal ini akan menyebabkan pengeluaran cairan dan darah membuat penyelam sesak napas.
Penyelam normal dengan TLV 6 liter dan RV 1,2 L hanya dapat menyelam hingga tekanan 5 ATA
(132 FSW) , lebih dalam dari itu akan mengalami squeeze paru. Akan tetapi beberapa penyelam
dapat menyelam lebih dari itu tanpa masalah.

SCUBA Diving
Efek dan Bahaya Perubahan Tekanan pada
Tubuh
Karena adanya perbedaan tekanan di kedalaman air, maka penyelam yang menyelam ke dalam
akan mengalami efek langsung tekanan air. Untuk itu diperlukan equalisasi yaitu penyesuaian
tekanan.
1. Efek Langsung Tekanan
Pada tubuh manusia terdapat rongga-rongga udara dan apabila untuk menyelam akan mengalami
tekanan langsung yang dapat berpengaruh terhadap rongga-rongga tersebut.
Rongga tersebut yaitu kulit (jika memakai dry suit), lubang telinga dan telinga tengah, sinus,
gigi, paru-paru, dan saluran pencernaan.

Ketidakseimbangan tersebut akan menyebabkan barotrauma yang dapat berupa squeeze,


kerusakan organ, atau minimal menimbulkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman. Squeeze adalah
pengerutan jaringan tubuh akibat dari tidak dapatnya jaringan tubuh menyamakan tekanan atau
equalisasi.
Mask Squeeze
Terjadi pada saat penyelam lupa mengeluarkan udara ke dalam masker pada saat equalisasi
sehingga terbentuk tekanan negatif pada ruangan masker. Hal ini mengakibatkan kapiler darah di

muka rusak dan menyebabkan pendarahan ke dalam kulit (ecchymosis) dan pendarahan
konjungtiva.

Squeeze Lubang Telinga


Terjadi karena adanya udara yang terperangkap di dalam lubang telinga. Udara tersebut dapat
terperangkap karena:

Serumen (kotoran telinga).

Earplug (tidak boleh dipakai dalam penyelaman)

Hood atau penutup kepala.

Wet suit/dry suit yang menutup telinga.

Hal ini menyebabkan terbentuknya ruang bertekanan negatif sehingga dapat menyebabkan hal
yang sama. Gejala meliputi sakit pada telinga, pembengkakan, kemerahan kulit lubang telinga.
Pada kasus yang parah dapat terjadi robek gendang telinga.
Squeeze Sinus (Barosinusitis)
Mekanismenya sama dengan squeeze lain. Jika pada saat turun ke dalam. Jika terdapat sumbatan
pada saluran sinus akan menyebabkan sinus squueze. Sumbatan ini disebabkan oleh:

Sinusitis (infeksi/alergi) dimana pembengkakan jaringan menyebabkan penyumbatan


saluran ke hidung.
Rhinitis (hay fever), prosesnya sama dengan sinusitis.
Polip, yaitu pertumbuhan jaringan kecil yang dapat menutupi saluran sinus. Polip
terdapat pada rongga hidung.
Lipatan jaringan yang berlebihan.

Sumbatan oleh lendir yang mengering.


Gejalanya yaitu rasa sakit di wajah, kening, atau pipi selama menyelam.
Tipe yang jarang yaitu reverse sinus squeeze yang terjadi pada saat naik ke permukaan. Kondisi
ini diakibatkan karena tingginya tekanan udara dalam sinus. Ini biasanya terjadi pada penyelam
yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas atau alergi berat yang minum obat dekongestan
(mengurangi produksi cairan) sesaat sebelum menyelam, tetapi efek obat tersebut hilang setelah
menyelam di kedalaman.
Pencegahan barosinusitis atau squeeze sinus yaitu dengan tidak menyelam pada saat terkena
infeksi saluran napas atas atau hal-hal lain yang dapat mengakibatkan penutupan saluran sinus.

Squeeze Gigi (Barodontalgia)


Nama lainnya yaitu aerodontalgia. Kondisi ini disebabkan karena adanya gas yang terperangkap
di dalam gigi atau struktur sekitar gigi. Adanya gas akan mengakibatkan terbentuknya tekanan
negatif atau positif di dalam ruangan yang terbatas. Hal ini akan merangsang struktur sensitif
gigi danmengakibatkan rasa sakit. Barodontalgia dapt disebabkan oleh kondisi sebgai berikut.

Karies (karang gigi).

Restorasi gigi (penambalan gigi).

Luka di daerah mulut.

Cabut gigi (belum lama).

Abses periodontal (kumpulan nanah dekat jaringan gigi).

Terapi pada akar gigi.


Jika terdapat sekumpulan udara tertangkap di gigi pada tekanan permukaan laut, tekanan di luar
gigi akan meningkat pada penyelaman, maka gigi akan pecah ke arah dalam, dan ruangnya akan
terisi darah.

Kebalikannya, jika kumpulan udara terbentuk selama di kedalaman, jika bergerak ke permukaan
volumenya akan meningkat sesuai hukum Boyle yang mengakibatkan gigi pecah ke arah luar.
Untuk mencegah barodontalgia, setiap penyelam harus menunda penyelaman sedikitnya 24 jam
setelah terapi/tindakan pada gigi.
Squeeze Telinga Tengah (Barotitis Media)
Tingkat kejadian squeeze telinga tengah sangat tinggi sekitar 40 % dialami oleh para penyelam.
Hal ini terjadi jika terdapat sumbatan yang menghalangi equalisasi rongga di telinga tengah yang
disebabkan oleh tersumbatnya saluran tuba eustachius.
Tersumbatnya saluran tuba eustachius dapat disebabkan oleh:

Infeksi saluran napas atas.

Allergi.

Rokok.

Polip.

Trauma wajah yang dialami sebelumnya.

Dapat juga terjadi jika penyelam lupa melakukan equalisasi dengan cara Manuver Valsava dan
Frenzel.

Manuver Valsalva yaitu meniup udara melawan dengan bibir dan hidung tertutup dan
lidah ke arah belakang untuk meningkatkan tekanan rongga faring yang diteruskan ke dalam
telinga tengah melalu tuba eustachius. Manuver ini juga dapat membuka tuba eustachius yang
tertutup. Biasa disebut mengedan.

Manuver Frenzel yaitu dengan menelan dengan lidah ke belakang dimana bibir ditutup
dan lubang hidung di tekan (memencet hidung).

Biasanya penyelam sudah mengalami sedikit rasa sakit pada perbedaan tekanan 60 mmHg.
Manuver ini baik dilakukan pada kedalaman 4 feet. Jika penyelam tidak melakukan equalisasi
dengan manuver ini pada perbedaan tekanan lebih dari 100-400 mmHg (4,3-17,4 feet) maka
akan terjadi squeeze yang dapat mengakibatkan robek gendang telinga. Air dingin kemudian
masuk ke telinga tengah dan menyebabkan vertigo.
Gejalanya terjadi sesaat penyelam turun dari permukaan air. Penyelam juga mengeluh rasa sakit
dan rasa penuh dalam telinga atau mengalami vertigo. Sakitnya semakin parah sehingga
penyelam dapat meneruskan atau menghentikan penyelaman.
Pencegahannya dengan selalu equalisasi setiap turun ke kedalaman.
Barotrauma Telinga Dalam
Merupakan barotrauma yang sangat serius karena akan menyebabkan ketulian permanen.
Barotaruma ini jarang terjadi. Trauma ini terjadi karena perbedaan tekanan yang bermakna antara
telinga tengah dan telinga dalam. Hal ini disebabkan terlalu kuatnya manuver Valsava atau turun
ke dalam terlalu cepat.

Gejalanya utama yaitu berdenging, vertigo, dan tuli. Dapat juga disertai rasa penuh pada telinga,
mual dan muntah, berkeringat, dan pucat. Gejala ini bisa timbul segera setelah trauma atau dapat
berkembang dalam 1 jam, tergantung aktivitas penyelam selama dan sesudah penyelaman.

Alternobaric Vertigo
Merupakan barotaruma yang sangat jarang. Terjadi pada saat naik ke permukaan yang
disebabkan karena perubahan tekanan tiba-tiba pada telinga tengah yang menyebabkan
perangsangan ke telinga dalam dan menyebabkan vertigo. Vertigo ini hanya sebentar dan tidak
memerlukan penanganan dapat membuat penyelam panik, yang dapat mengakibatkan tenggelam,
kerusakan paru, atau emboli udara, atau trauma lain yang sangat serius.
Gejalanya yaitu kehilangan orientasi terhadap sekeliling dan tiba-tiba mual sekali.
Pencegahannya yaitu:

Jangan memaksakan diri bilamana rasa sakit menetap.

Jangan melakukan penyelaman terlalu dalam dan hentikan penyelaman.

Jangan menyelam sewaktu kepala sakit/pusing.


Bila mengalami hal ini berhenti atau berpegang pada sesuatu sampai perasaan itu hilang. Jangan
muncul kepermukaan selama masih ada reaksi dan bernapas dengan wajar.
Aerogastralgia (Gastrointestinal Barotrauma)
Hal ini sering terjadi pada penyelam yang masih baru. Karena saluran pencernaan lunak, adanya
gas di dalam usus selama turun ke dalam tidak menyebabkan barotaruma. Tetapi adanya
pengumpulan gas selama di kedalaman akan menyebabkan barotrauma pada saat naik. Hal yang
mengakibatkannya yaitu:

Manuver Valsava yang berlebihan, atau yang berulang-ulang terutama pada posisi kepala
di bawah yang mengakibatkan udara terdorong ke lambung.

Mengunyah permen karet selama penyelaman.


Memakan banyak ubi-ubian atau minum minuman berkarbonasi sesaat sebelum
menyelam.
Gejalanya yaitu rasa penuh pada perut, sakit pada perut, sering bersendawa, atau buang angin.
Hal yang serius jika terjadi perangsangan saraf yang menyebabkan jantung lemah berkontraksi
dan penekanan pada vena oleh usus, tapi hal ini jarang.
Squeeze Kulit
Squeeze kulit jarang terjadi. Jika pada area kulit penyelam ada kumpulan udara yang
terperangkap pada lipatan/lekukan dry suit. Selama penyelaman tekanan negatif terjadi pada area
tersebut, sehingga menyebabkan pembuluh darah kapiler kulit pecah dan darah keluar mengisi
ruang tekanan negatif. Kulit berwarna kemerahan. Tidak memerlukan perawatan dan sembuh
dalam beberapa hari/minggu.
Pengaruh Tekanan Sewaktu Muncul ke Permukaan
Pengembangan Paru Melewati Batas, Pulmonary Barotrauma of Ascent (Pulmonary
OverPressurization Syndrome) atau POPS
Pengembangan melewati batas pada paru-paru dapat terjadi pada penyelam yang menyelam yang
melewati tekanan lebih, dengan menahan napas tiba-tiba muncul di permukaan yang lebih
rendah, yang akan memecahkan alveoli (ingat hukum Boyle).
Gelembung akibat pecahnya alveoli bergerak ke bagian tubuh lain dan gejalanya tergantung dari
lokasi dan volume udara yang masuk. Manifestasinya yaitu:

Mediastinal emphysema

Subcutaneous emphysema

Pneumothorax

Emboli udara
Biasanya penyelam melakukan hal ini karena kehabisan udara, panik, mengalami bouyancy
positif secara tiba-tiba seperti melepas sabuk pemberat atau inflasi BC secara cepat.
Hal ini mengingatkan penyelam untuk bernapas secara wajar dan tidak boleh menahan napas saat
muncul ke permukaan dan ini berlaku untuk penyelam yang memakai peralatan scuba.

Mediastinal Ephysema
Manifestasi pengembangan paru yang melewati batas yang paling sering yaitu mediastinal
emphysema. Gelembung dari paru-paru yang pecah, masuk ke rongga antara paru-paru di dekat
jantung dan tenggorokan.
Gejalanya yaitu sakit di daerah dada karena udara menekan jantung, sesak napas, atau sakit pada
saat makan. Dapat pula pingsan.
Penanganannya yaitu konservatif, meliputi istirahat, pemberian oksigen, sedangkan rekompressi
dilakukan jika sangat parah. Hindari penerbangan selama fase penyembuhan.

Subcutaneus Emphysema
Dari daerah mediastinum gelembung-gelembung udara bergerak naik ke daerah leher, di bawah
kulit di sekitar leher, kalau dipegang maka kulit terasa pecah.
Gejalanya yaitu sakit dan sulit bernapas pada bagian yang terkena, napas pendek dan cepat,
udara dapat menekan jantung dan pembuluh darah menyebabkan kebiruan.
Penanganan sama dengan diatas. Udara dibung dengan memasukkan jarum dibawah pengawasan
ahli.

Pneumothorax
Jarang sekali terjadi, jika terjadi berarti paru-paru pecah, seperti meletus dan gelembung udara
langsung memenuhi rongga udara antara paru-paru dan selaput paru (pleura).
Gejalanya yaitu sakit dada, karena udara menekan paru-paru yang terkena.
Dalam kasus yang parah dapat terjadi tension pneumothorax, yaitu pneumothorax yang sangat
besar dan membuat paru-paru yang terkena kolaps karena tekanan yang tinggi. Ini merupakan
keadaan darurat. Gejalanya yaitu sakit dada yang berat, pengembangan dada tidak sama yaitu
paru yang terkena agak tertinggal, dan adanya penekanan ke trakea menjadi tidak lurus. Biasanya
terjadi penekanan jantung sehingga cepat pingsan.
Penangan yaitu sama dengan emboli udara. Tetapi sebelum dilakukan rekompressi maka udara
yang ada di rongga dada harus dikeluarkan dengan memasukkan jarum oleh atau dengan
pengawasan ahli.

Emboli Udara

Adalah pecahnya dinding alveoli yang menyebabkan udara masuk dalam peredaran darah,
akibatnya terjadi penyumbatan peredaran darah oleh gelembung-gelembung udara langsung dari
paru-paru.
Misalnya, jika penyelam naik ke permukaan dari 100 FSW, udara dalam paru mengembang 4
kali volume awal. Jika tidak dikeluarkan, maka menekan paru dan alveoli pecah bersaamaan
dengan pecahnya pembuluh darah. Udara terbawa ke kapiler paru dan dibawa ke ventrikel kiri,
kemudian di pompa kesuluruh tubuh lewat arteri. Adanya kumpulan udara dalam arteri akan
membentuk sumbatan sehingga jaringan kekurangan oksigen. Jika otak mengalami hal tersebut
maka akan berakibat kematian.

Gejalanya yaitu lemas, pusing, kelumpuhan/ kelemahan yang hebat, gangguan penglihatan, nyeri
dada, kejang-kejang dan pingsan, terkadang disertai busa bercampur darah di mulut.
Penanganannya adalah sebagai berikut.

Tempatkan korban dengan posisi kepala dibawah, miring 15o pada bagian kiri badannya.
Gunakan oksigen, bila tersedia. Hal ini membantu mengecilkan gelembung-gelembung
udara dan memberikan suplai oksigen ke otak.
Masukkan ke ruangan rekompressi jika tersedia, hal ini untuk mengurangi besarnya
gelembung-gelembung sehingga melancarkan peredaran darah ke otak.
Pencegahan emboli udara yaitu penyelam harus bernapas secara wajar saat memakai peralatan
scuba dan tidak menahan napas saat muncul ke permukaan, keluarkan napas secara terus
menerus. Napas harus dikeluarkan minimal 10 feet terakhir dari permukaan.

2. Efek Tidak Langsung Tekanan


Oxygen Toxicity (Keracunan Okisgen)
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme. Oksigen yang dihirup adalah
1/5 dari semua oksigen yang ada. Bila campuran gas yang dihirup terdiri dari O2 20 % maka
oksigen yang terpakai oleh tubuh adalah hanya 4 % nya sedangkan 16 % dihembuskan.
Meskipun dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan tekanan parsial oksigen menyebabkan keracunan.
Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan yang tinggi pada penyelaman meningkatkan tekanan
parsial oksigen.
Pada kedalaman 40 m (5 ATA), maka penyelam akan menghirup tekanan O2 1 ATA atau O2 100
% seperti menghirup udara murni di permukaan. Oksigen yang tinggi menyebabkan terlalu
cepatnya proses metabolisme, merusak protein tubuh dan syaraf. Hal dapat terjadi pada
penyelam yang menggunakan Nitrox.
Manifestasi gejala pada pernapasan yaitu batuk dan rasa sakit saat bernapas, pada sistem saraf
pusat gejalanya yaitu pelintiran pada otot muka sekitar bibir, gangguan penglihatan, mual,
banyak berkeringat dan kejang. Apabila terjadi di air maka berakibat fatal.

Penanganannya dengan diberikan udara segar, jangan oksigen murni.


Oleh karena itu jangan menyelam terlalu dalam dan gunakan udara biasa yang bersih bukan O2
murni.
Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen)
Merupakan bagian terbesar dari udara yang dihirup oleh manusia. Di permukaan nitrogen
merupakan gas lambat (inert gas) dan secara kimia tidak bercampur dalam darah.
Nitrogen melarutkan oksigen dalam campuran udara dan menjadikan udara aman untuk
bernapas. Nitrogen diserap dan disimpan dalam tubuh karena inert. Maka dengan inilah alasan
utama mengapa penyelam scuba bila muncul ke permukaan harus perlahan.
Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan parsial oksigen meningkat saat menyelam. Nitrogen
memiliki efek euforia (suasana senang berlebihan) yang meningkatkan kepercayaan diri, dan
mengurangi kognisi dan penilaian situasi sehingga menyebabkan teknik menyelam kacau yang
bisa fatal bagi penyelam. Biasanya terjadi mulai kedalaman 70- 100 feet tapi setelah kedalaman
100 feet semua penyelam akan mengalami keracunan.
Pada penyelam scuba, gejalanya berupa kepala terasa ringan, euforia, perasaan gamang, dan
kelainan sensorik. Gejala memburuk jika semakin dalam. Pada kedalaman 100 FSW, penyelam
semakin keracunan, dengan gejala berkurangnya penilaian, rasa percaya diri meningkat, dan
reflek yang menurun. Pada kedalaman 250-300 FSW, terdapat halusinasi lihat dan dengar dan

pandangan gelap. Penyelam akan tidak sadar pada kedalaman 400 FSW. Hal ini sering
disamakan dengan minum Martini (minuman alkohol).

Oleh karena itu penyelam scuba dengan udara kompresi tidak boleh menyelam lebih dari 100
FSW.
Jika
ingin
menyelam
lebih
dalam
gunakan
Heliox.
Jika terjadi gejala diatas pada kedalaman 70-100 FSW naiklah ke permukaan dan istirahat atau
ke kedalaman lebih dangkal sampai gejala menghilang. Hindari menyelam terlalu dalam dan
kenalilah kemampuan diri dan pelajari gejala-gejala tersebut.

Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen)


Merupakan gas buang tubuh manusia. Jika menyelam dengan menahan napas (skin diving) maka
kadar CO2 di tubuh akan menumpuk. Bila penumpukan tersebut mencapai kadar 4 % maka
penyelam harus menghembuskan napas. Bila penyelam skin menahan napas dapat keracunan
CO2 (hiperkapnea).
Pada penyelam scuba hal ini dapat terjadi, misalnya karena malfungsi regulator. Pada penyelam
closed circuit , kegagalan absorpsi CO2 oleh absorber dapat menyebabkan keracunan.
Pada permukaan konsentrasi dengan CO2 5-6 % mengakibatkan sesak napas, napas cepat, dan
pusing. Pada kadar 10 %, tekanan darah turun menyebabkan pingsan. Bila kadar 12-14 % terjadi
depresi pernapasan dan saraf pusat yang mengakibatkan kematian. Keracunan CO2 kerentanan
terhadap narkosis nitrogen, keracunan oksigen dan penyakit dekompresi karena menyebabkan
pelebaran pori pembuluh darah.
Gejalanya yaitu konsentrasi berkurang, kontrol otot menurun dan fungsi motorik terganggu serta
kelelahan lalu pingsan.

Penanganan dengan cara memberikan udara yang segar, dan bila ada O2 murni. Untuk
menghindari bernapaslah secara wajar, hindari suplai udara yang tidak bersih serta peralatan
yang
tidak
baik.
Penyakit Dekompresi (Decompression Sickness)

Berbeda dengan emboli udara, Decompression sickness terjadi dimana


terbentuknya gelembung udara di dalam darah tanpa mengalami pecahnya
alveoli paru.
Gejalanya lambat dibanding emboli, karena gas ini terbentuk di pembuluh
darah yang menyebabkan matinya sel-sel di jaringan secara perlahan.
Pencegahannnya: Menyelam menggunakan tabel dekompressi . Angkatan
Laut dan penyelam komersil seluruh dunia telah membuat tabel selam
berdasarkan kalkulasi. Oleh karena itu setiap penyelam harus bisa membac
tabel selam. Yang dipakai umumnya adalahU.S. Navy Standard Air
Decompression Tables.

Efek dan Bahaya Lingkungan


Selam Non Tekanan pada Tubuh

Fungsi tubuh manusia berfungsi dengan baik dalam suhu internal dengan
kisaran pendek. Suhu tubuh normal 98.6F (37C) dan dipertahankan oleh
tubuh, ditambah dengan pakaian dan mengatur suhu udara di lingkungan
bila cuaca terlalu panas atau dingin. Sebelum melakukan selam ulang
sebaiknya tubuh dipanasakan karena absorpsi nitogen meningkat bila suhu
tubuh turun.
Sunburn (Terbakar Matahari).
Kenyamanan suatu kegiatan penyelaman adalah sangat mutlak bagi
penyelam. Penyelaman di atas Ruber (Sekoci Karet) di bawah teriknya
matahari sangatlah tidak menyenangkan. Untuk menghindari diri dari terik
matahari diperlukan pakaian yang dapat meredam panas.Pada saat
snorkeling juga dapat tertimpa terik panas matahari. Gunakan vaselin
pelindung kulit karena panas dapat melindungi kulit. Panas juga dapat
meningkatkan metabolisme sehingga tenaga penyelam cepat habis.
Gunakan sunblock, semakin tinggi angka UVF semakin efektif, tetapi
gunakanlah sunblock yang tahan lama oleh air dan keringat.

Heat Exahaustion/Heat Stroke (Tersengat Matahari).


Seorang penyelam snorkeling yang berada di bawah terik matahari dapat
meningkatkan suhu badan penyelam. Apabila kepanasan dibiarkan begitu
saja berakibat heat exhaustion/heat stroke. Suhu badan yang meningkat,
kulit kering, napas cepat dan pendek mengakibatkan heat stroke dan
biasanya diawali dengan heat exhaustion. Gejalanya adalah gelisah, pucat,
mual, berkeringat dan denyut nadi lemah. Untuk menghindari ini berlindung
di tempat teduh, pemakaian perahu kapal yang ada tempat berteduh sangat
efektif. Minum air untuk mencegah dehidrasi jika waktu menyelam masih
lama. Gunakan pakaian yang tidak menyerap panas (yang baik berwarna
putih). Dapat pula dicegah dengan membasahi topi atau rambut dengan air.

Hipotermia (Kehilangan Panas Badan).


Kondisi medan penyelaman dapat membuat keadaan yang tidak nyaman.
Terutama perairan yang dingin, penyelam dapat menggigil dan dapat terjadi
hipotermia yaitu kehilangan panas badan.Pemakaian pakaian selam yang
sesuai sangat diperlukan, apalagi daerah perairan yang dingin atau
penyelaman dalam. Kedinginan yang amat sangat akan berakibat kelelahan
karena metabolisme tubuh banyak dipakai untuk menghasilkan panas. Bila
terjadi dalam air, hentikan penyelaman dan naik ke permukaan lalu istirahat.
Pulihkan suhu badan dengan menghangatkan tubuh.

Mabuk Laut. Mabuk laut terjadi sebagai akibat dari hilangnya


keseimbangan tubuh karena kondisi yang tidak sehat. Gejalanya mual,
lemas, berkeringat dingin, pusing dan muntah. Pencegahannya jika kondisi
tidak sehat jangan menyelam, istirahat yang cukup, tempat yang tenang,
dan udara segar.
Dehidrasi. Dehidrasi biasanya terjadi pada penyelam di zona daerah
tropis. Dehidrasi adalah hilangnya air dari tubuh yang disertai dengan
ketidakseimbangan elektrolit darah seperti natrium, kalium, dan
klorida. Penyebabnya yaitu banyaknya keringat yang keluar atau lama
bernapas dengan udara kering/tidak lembab. Berat tubuh dan gradien
tekanan hidrostatik yang diimbangi tekanan air sekitar penyelam mebuat
darah banyak terkumpul di vena kaki. Hali ini menyebabkan urinasi yang
berlebihan dan berakibat dehidrasi. Udara yang digunakan merupakan udara
kering sehingga penguapan air diparu-paru semakin besar. Dehidrasi dapat
menyebabkan penyelam rentan terhadap decompression sickness. Penyelam
harus banyak minum selama penyelaman.

Ancaman dan Bahaya Lain

Aspek Kejiwaan
Kenapa kebanyakan orang takut kedalam air, jawabnya adalah manusia
adalah makhluk darat yang terbiasa sejak kecil selalu di daratan. Setelah
belajar dan bisa berenang maka akan meningkatkan kepercayaan diri
terhadap dalamnya air.
Kepanikan adalah hal yang biasa bagi penyelam baru. Terbiasa di lingkungan
kolam dengan suasana nyaman kemudian berganti lingkungan laut luas
dengan dalam tidak terukur dan gelap.
Bila mengalami masalah apapun di dalam penyelaman jangan panik, tetap
melakukan sesuatu sesuai prosedur dan jangan mengambil langkah pintas.
Bila patner dive kita panik bicaralah dengan isyarat tangan supaya tidak
panik dan membantu masalah yang dialami. Kenali medan penyelaman
sebelum memulai penyelaman.
Kram
Pemanasan yang kurang sebelum menyelam dapat menyebabkan kram. Otot
terasa tertarik dan sakit. Lakukan pemanasan yang cukup untuk memulai
suatu penyelaman. Untuk mengatasi kram perlahan-lahan kendorkan otot
yang terkena dan bergerak perlahan. Jangan panik jika hal ini terjadi.
Carotid Sinus Reflex
Carotid sinus reflek terjadi karena sirkulasi pernapasan yang tidak baik
sehingga suplai darah ke otak berkurang atau tekanan yang kuat pada sinus
carotid (leher). Gejalanya sakit kepala, perasaan tidak enak, dan mata
terlihat melotot. Kendorkan pakaian yang menyebabkan tekanan, gunakan
pakaian yang nyaman dan tidak ketat.

Pernapasan Memburu
Bentuk pernapasan yang berbahaya yang timbul karena memaksakan diri,
kelelahan, kedinginan, takut dan panik. Semua itu menimbulakan
pernapasan yang cepat dan pendek-pendek, sehingga udara yang masik dan
keluar hanya di jalur atas pernapasan. Akibatnya pergantian O2 dan CO2
tidak efisien karena sirkulasi yang tidak baik, penyelam akan kesulitan
mengambang dan berenang bahkan pingsan.
Setiap penyelam harus menguasai keadaan dan bernapas secara wajar serta
mampu untuk dapat beristirahat di permukaan atau mengapung. Disini di

perlukan water trafen dan floating.


Kadar Gula Darah Rendah/Hipoglikemia
Tubuh manusia merupakan mesin pembakaran yang memerlukan 100
kalori perjam untuk pekerjaan ringan dan untuk menyelam diperlukan 800
kalori. Glukosa merupakan penyumbang energi selain protein dan lemak.
Glukosa merupakan sumber energi utama otak.
Hipoglikemia adalah kadar gula darah yang rendah di dalam darah. Dengan
membiasakan makan secara teratur sebelum menyelam dapat menghindari
kekosongan perut, yang menyebabkan hipoglikemia.

Gejalanya yaitu pusing, mual muntah. Bisa disertai rasa lapar, mati rasa,
menggigil, pingsan dan kejang.
Kondisi Fisik Penyelam
Kondisi fisik yang sehat merupakan keharusan bagi penyelam dalam
melakukan penyelaman. Bila badan terasa sakit tundalah menyelam.
Selalu tingkatkan daya tahan tubuh dengan olahraga lari dan berenang
dengan fins yang merupakan kebutuhan individu penyelam. Olahraga
tersebut harus dilakukan secara rutin sehingga tercapai kondisi prima.
Minuman Alkohol
Seorang penyelam yang minum alkohol dapat mengganggu pertukaran gas
pada jaringan tubuh. Sebaiknya hindari minuman beralkohol.
Penerbangan
Tekanan kabin pesawat komersial (pressurized cabin) sama dengan tekanan
di ketinggian 5000 to 8000 feet, dimana nitrogen yang terlarut di dalam

darah menjadi kumpulan udara dalam pembuluh darah. Tekanan kabin juga
tergantung umur dan pemeliharaan pesawat.
Penyelam boleh terbang walaupun dengan pesawat pressurized cabin
sedikitnya 12 jam setelah penyelaman tanpa dekompresi (no-decompression
diving). Pada penyelaman dekompresi hindari penerbangan sedikitnya 24
jam setelahnya.
Hindari penerbangan yang melebihi 8000 feet (jika tanpa pesawat
pressurized cabin), dan tunggu 24 jam untuk semua penyelam yang
menggunakan udara kompresi.

Aspek Pengisian Kompressor


Untuk mengisi tabung udara scuba dibutuhkan peralatan lain yaitu
kompressor pengisian tabung tekanan tinggi. Penyelam harus dapat
mengoperasikan
kompessor
mesin
kompressor
secara
benar,
memperhatikan keadaan lingungan sekitar. Daerah pengisian yang bagus
yaitu lokasi yang berudara sejuk /segar.
Perhatikan arah angin pada saat pengisian dengan menempatkan posisi
knalpot kompressor searah angin. Hal ini untuk menghindari polusi udara
knalpot masuk ke kompressor pengisian. Bila hal itu terjadi, maka tabung
udara yang diisi akan tercampur gas karbonmonoksida.
Keracunan Karbon Monoksida
Karbondioksida merupakan gas yang tidak berwarna, bersifat sangat toksik
karena mengikat Hb 200 kali lebih kuat dari oksigen. Sehingga kadar oksigen
darah turun.
Keteledoran penyelam yang mengisi tabung udara berakibat fatal bagi
penyelam yang memakai tabung tersebut. Gas CO yang masuk ke dalam
kompressor dan diteruskan ke tabung udara akan menyebabkan keracunan.

Gejalanya adalah pusing, mual, lemas, bahkan pingsan.


Berikan udara segar/O2 murni bila tersedia dan istirahat selama 24 jam
setelah pengobatan.
Lipid Pneumonia-up Oli
Bercampurnya oli kompresor dengan udara yang diisikan tabung scuba
mengakibatkan pencemaran udara. Apabila udara yang tercemar tersebut
dipakai penyelam maka akan menjadi radang paru-paru.
Perlu penggantian filter kompressor secara rutin. Perhatikan ketentuan
penggantian filter yang telah ditentukan, untuk pengisian tabung dibuatkan
catatan

Penyelamatan

Apabila melihat rekan selam yang mengalami kesulitan di dalam air sesegera
mungkin memberikan pertolongan dengan terlebih dahulu mengamati
kesulitannya. Yang perlu diperhatikan adalah penyelam yang mengalami
kepanikan. Untuk itu lakukan teknik mendekati penyelam sebagai berikut:
Mendekati korban dengan isyarat/teriakan agar tenang.
Setelah dekat dengan korban katakan pesan yang menenangkan.
Seperti Oke saya akan membantu, kamu tenang dulu.
Meraih power inflator house dan kembangkan BCD.
Tarik korban dari arah posis belakang dengan tetap memberikan pesan
yang menenangkan.
Setelah dekat kapal/pantai lepaskan peralatannya.
Berikan bantuan untuk naik ke kapal/pantai.

Resusitasi Jantung Paru dan P3K


Untuk pertolongan orang tenggelam diperlukan kemahiran dalam
pertolongannya. Latihan dan pengetahuan ahli medis sangatlah dibutuhkan
untuk dapat mengatasi hal tersebut.
Bila korban tenggelam tindakan pertama adalah membawa korban ke
tempat yang aman (dapat dilakukan dalam air jika jarak ke kapal/darat jauh)
dan periksa pernapasan. Bila tidak bernapas lakukan bantuan napas mulut

ke mulut. Berikan awalan dua hembusan kemudian satu hembusan tiap lima
detik. Panggil orang lain untuk menolong/ memanggil ambulan.
Setelah memberikan bantuan napas, periksa denyut nadi. Bila tidak terdapat
denyut nadi maka harus dilakukan kompresi jantung cari luar.
Kompresi jantung dari luar harus dilakukan harus dilakukan oleh orang
ahli/mengetahui cara. Seorang penyelam diharuskan mengetahui hal ini.
Kompresi jantung dikombinasikan dengan pemberian napas mulut ke mulut.
Berikan awalan dua hembusan dengan 30 kompresi. untuk penolong dua
orang, awalan dua hembusan, dan 15 kompresi kemudian diulang sampai 3
siklus (hembusan + napas). Cek keefektifan kompresi dengan meraba nadi.

Pendarahan
Seorang yang mengalami pendarahan apabila tidak segera mendapatkan
pertolongan berakibat fatal. Penyelam yang melihat korban karena
pendarahan harus melakukan pertolongan awal .
Caranya yaitu:

Menekan luka dengan kapas dan pakaian. Dapat dilakukan di darat


karena di air akan sia-sia.
Menekan pembuluh darah dengan jari sehingga darah berhenti keluar.
Dengan torniquet (melilitkan kain/apa saja) terutama pada daerah
yang disebabkan pendarahan arteri yang besar.
Dengan itu penyelam harus tahu letak pembuluh darah arteri sehingga
darah yang keluar berhenti. Setelah di darat, tekan pendarahan dengan
kapas atau pakaian yang kering.

Shock

Shock disebabkan kurangya aliran darah ke jaringan. Kurangnya darah bisa


disebabkan karena pendarahan atau dehidrasi. Tandanya yaitu penderita
apatis, gelisah, muka pucat dengan bibir kebiruan, keringat dingin, lemas,
napas lambat, nadi cepat dan tidak teratur dan tekanan darah rendah dan
beda sistol diastol < 20 mmHg.
Penanganannya yaitu:
Pastikan mendapat udara segar/oksigen yang cukup.
Kontrol pendarahan

Naikkan kaki dan paha sehingga darah yang mengalir ke otak dan
jantung meningkat walaupun sedikit. Tidak boleh menaikkan perut karena
korban akan sulit bernapas. Pada trauma kepala dan dada lebih baik, bagian
tubuh atas dinaikkan. Tetapi posisi yang baik adalah tetap telentang.
Korban jangan terlalu banyak bergerak. Fiksasikan.
Segera kirim ke petugas untuk mendapat perawatan lanjut.

P3K
Setiap penyelaman sebaiknya kotak P3K selalu ditempatkan dekat dengan
posisi penyelaman, sehingga bila sewaktu terjadi kecelakaan dapat segera
memberikan P3K kepada korban. Keberadaan dokter sangat disarankan.
Sebelum menyelam kenali lingkungan setempat dan lokasi layanan
kesehatan terdekat.

Survival di Laut
Survival berasal dari kata SURVIVE artinya perjuangan untuk tetap hidup,
secara global survival adalah tindakan yang paling awal bagi makluk hidup,
untuk mempertahankan hidupnya dari berbagai ancaman, kejadian dimana
makluk hidup, melakukan suatu tindakan untuk melindungi dirinya dari
berbagai ancaman agar tetap hidup, makluk hidup yang berada dalam
situasi survival disebut SURVIVOR (orangnya).
A. Faktor faktor penyebab survival
1. Kehabisan perlengkapan dari suatu perjalanan /ekspedisi
2. Kecelakaan dalam suatu perjalanan/ekspedisi dengan pesawat udara atau
kapal laut.
3. Tersesat disuatu daerah asing/rawan.
4. Lingkungan suatu daerah yang belum dikenal.

5. Hal-hal lain yang belum pasti (kekurangan pangan , oksigen dll).


B. Aspek psikologis pada situasi survival
1.
Membutuhkan tingkat ketahanan emosi dan kepercayaan sehingga
dapat menyelesaikan problem mempertahankan hidup.
2.
Menyadari akan kepentingan hidup, sehingga dapat mempertahankan
hidup, maka perlu mengatasi beberapa problem dalam situasi survival.
C. Motivasi survival
Setiap problem pada situasi survival, harus dapat dihadapi dengan tenang
dan disertai dengan sikap yang positip.
D. Faktor - faktor penting untuk tetap hidup
1. Adanya kemauan yang besar, untuk tetap hidup
2. Kondisi fisik dan alat-alat yang dapat membantu
3. Pengetahuan dan pengalama-pengalaman
E. Tekanan-tekanan yang timbul pada situasi survival
1. Stres mental dan fisik (panik, kelelahan, kurang tidur).
2. Ketakutan.
3. Rasa takut luka dan penyakit.
4. Rasa haus.
5. Rasa lapar.
6. Rasa panas dan dingin (karena cuaca)
7. Rasa bosan (masa bodoh, depresi, frustasi) dll.
F. Prioritas untuk menentukan tindakan dalam survival sangat
penting karena kematian dapat terjadi
1. Tiga menit tanpa oksigen
2. Tiga jam pada kasus hypothermia dan pendarahan hebat.
3. Tiga hari tanpa air dan terjadi dehydrasi
4. Tiga minggu tanpa makanan yang berarti bagi tubuh kita
Pentingnya seorang penyelam mengetahui hal ini adalah untuk
mengantisipasi kecelakaan seperti kapal tenggelam atau situasi yang
menyebabkan penyelam tidak bisa kembali cepat ke daratan.

Jika situasi kapal tenggelam akan tenggelam hal yang harus dilakukan
adalah:
Jangan Panik.

Siapkan sekoci atau perahu karet sebagai perahu pengganti. Jika tidak
ada gunakan pelampung/ban karet. Minimal menggunakan sesuatu yang
dapat mengambang diatas air seperti botol air minum/papan kayu/tong, dll.
Tidak membawa barang yang banyak. Jika terdapat alat komunikasi
beritahu pihak yang berwenang bahwa kapal akan segera tenggelam dan
diminta melakukan penyelamatan. Bawa makanan dan air seadanya,
membawa minuman lebih baik karena botol setelah kosong dapat digunakan
sebagai pelampung.
Sebelum kapal tenggelam di permukaan, harus telah berada di air dan
berenang menjauh, karena kapal yang tenggelam membawa arus yang
dapat membawa benda dari permukaan masuk ke dalam air.
Jika sudah bisa mengontrol diri dan merasa mampu, lakukan
penyelamatan terhadap orang lain. Utamakan orang muda karena harapan
hidup masih tinggi.
Bertahan di perahu/mengambang dengan bantuan pelampung. Jika
hanya dengan menggunakan pelampung carilah sesuatu yang dapat
membantu mengambang atau sebagai cadangan. Jika daratan sudah dekat
cobalah berenang.
Untuk menghindari hipotermia. Pada perahu karet dapat dilakukan
dengan saling mendekat membentuk kumpulan. Orang yang paling luar
harus bergantian. Jika masih di dalam air yang dingin lakukan heat escape
lessening posture (HELP) atau huddle position sehingga panas tubuh lambat
dilepaskan.

Jika terjadi trauma atau pendarahan, segera lakukan penanganan.

Jangan meminum air laut karena nilai osmolaritasnya tinggi (1000


mOsmol/L), yang dapat menyebabkan tubuh semakin dehidrasi. Minumlah
air tawar yang dibawa sedikit-sedikit atau es yang mengapung jika di kutub.
Jika hujan minum dengan air hujan dan jangan lupa di tampung. Makan
seadanya, dengan bekal yang dibawa atau makanan yang ditemui. Jangan
memakan ikan yang mati terapung di tengah laut karena mungkin
disebabkan racun. Hindari makan tanpa minum.
Rakit memberi bayangan di bawah laut, dan biasanya dapat menarik
lumba-lumba sehingga dapat ditombak untuk dimakan.
Berikan tanda pada penyelamat dengan mengayunkan tangan atau
dengan mengibarkan baju. Jika malam gunakan senter. Dilakukan sambil
berteriak.
Untuk mengetahui arah gunakan matahari sebagai patokan dan
bintang pada malam hari.

Perhatikan tanda-tanda adanya daratan.


Banyak awan yang berkumpul di suatu tempat.

Banyaknya burung/kalong berarti daratan sudah dekat.

Pesawat yang terbang rendah.

Adanya garis berwarna hitam di ujung horison laut harus selalu


diperhatikan walau bukan daratan tapi mungkin kapal yang berjalan.
Walaupun itu pulau tanpa penghuni tetap berlindung karena harapan
hidup survival di daratan tinggi.

Aspek Pria

Perbedaan jenis kelamin membuat perbedaan fisiologi dan berpengaruh


pada penyelaman.
Tubuh pria memiliki lemak kulit tipis dibanding wanita sehingga
mudah menjadi kedinginan.
Tubuh pria lebih panas dibanding wanita, sehingga jika di air yang
dingin lebih banyak panas yang dikeluarkan.
Konsumsi udara lebih banyak karena volume paru besar.

Pria lebih membutuhkan banyak kalori daripada wanita.

Tubuh pria banyak berkeringat sehingga resiko dehidarasi meningkat.

Air terlalu panas atau dingin mempengaruhi fertilitas. Produksi sperma


optimal sedikt di bawah suhu tubuh.

Lemak tubuh pria cenderung banyak di simpan di bagian atas tubuh,


hal ini menyebabkan kaki agak tenggelam dan memperlambat gerakan.

Aspek Wanita
Banyak wanita menjadi pionir dalam penyelaman. Beberapa peralatan selam
ada yang khusus untuk wanita dengan perancangan khusus.
Ada beberapa aspek medis pada wanita yang berkaitan dengan penyelaman
yang perlu diperhatikan:
Menarke.
Pada saat menstruasi awal, tubuh wanita telah mencapai 95 % tinggi
maksimal, dan mencapai tinggi akhir pada 1-2 tahun kemudian. Deposisi
lemak sangat cepat pada umur 13-15 tahun. Kekuatan tubuh mencapai
puncak umur 13 tahun kemudian tetap dan turun. Pada penyelaman hal
yang menjadi masalah adalah peralatan selam yang berat.
Adanya kumpulan gas nitrogen pada pusat pertumbuhan tulang dapat
menyebabkan tulang tidak tumbuh lagi.
Penyelam terlalu muda terlalu cepat menjadi hipovolemik (volume darah
rendah). Anak perempuan lebih cepat kedinginan daripada wanita dewasa.
Oleh karena itu pemakaian pakaian selam sangat dianjurkan.
Menstruasi
Hiu bukan ancaman, tidak ada bukti meningkatnya serangan hiu karena
menstruasi. Jika mengalami peningkatan darah yang keluar (menorrhagia)
sebaiknya jangan menyelam karena resiko anemia meningkat. Anemia
menurunkan suplai oksigen tubuh.
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa resiko terjadi DCS
meningkat pada wanita menstruasi yang diterapi hiperbarik. Tapi belum
diketahui apakah dalam penyelaman sama atau tidak karena masih dalam
penelitian.
Penggunaan tampon selama menstruasi tidak akan memberikan efek buruk
tekanan pada tubuh. Tapi di Indonesia penggunaan tampon terutama pada
gadis jarang.
Jika ingin menyelam pada waktu menstruasi perhatikan apakah terjadi
anemia dan lihat medan penyelaman bersih atau berpolusi. Perhatikan
higienitas, privasi dan kenyamanan. Sebaiknya hindari menyelam.
PMS (Pre Menstrual Syndrome)
Adalah suatu kumpulan gejala yang berhubungan dengan perubahan hormon
sesaat sebelum atau saat menstruasi. Jika parah, kepribadian dan perilaku
antisosial dapat berpengaruh pada kerja tim diatas boat dan di dalam
penyelaman.
Menopause dan Osteoporosis

Menopause adalah berhentinya menstruasi, biasanya terjadi pada umur 50


tahun. Osteoporosis biasanya mulai terjadi pada umur 60-65 dan patah
tulang akibat ini mulai pada umur 70-75. Diving tidak berpengaruh terhadap
aktivitas sel-sel tulang.
Sebaiknya jika pada wanita yang tua lebih baik jangan menyelam karena
peralatan gear yang berat yang dapat menambah resiko patah tulang.
Hamil
Tidak ada data yang menyimpulkan diving pada ibu hamil dapat
menyebabkan cacat lahir, hal ini dikarenakan penelitian untuk mengetahui
efeknya tidak etik. Janin dalam kandungan punya resiko besar, terutama
dapat terjadi DCS, hipoksia, dan peningkatan karbondioksida.
Tidak ada penelitian yang menentukan kedalaman yang aman dan profil
waktu selam yang aman. Semakin besar kehamilan maka resiko yang terjadi
semakin besar. Sebaiknya jangan menyelam. Jika kehamilan baru diketahui
setelah beberapa saat menyelam, kontrol kehamilan sebaik mungkin.
Setelah Melahirkan
Setelah melahirkan leher rahim menutup sekitar 21 hari sesudahnya, pada
minggu-minggu lain tonus otot rahim mulai baik tergantung aktivitas ibu. Hal
lain yang berpengaruh yaitu luka jalan lahir. Setelah melahirkan pervagina
sebaiknya tunda penyelaman paling sedikit 4 minggu.
Setelah operasi cesar, biasanya dokter menyarankan beristirahat selama 4
minggu sebelum aktivitas penuh. Hal ini untuk mempercepat penyembuhan
luka operasi dan bertambahnya darah. Jika dengan operasi cesar jangan
menyelam paling sedikit 8 minggu.
Sebelum menyelam lakukan cek Hb, boleh menyelam jika Hb sudah di atas
10.
Menyusui
Di dalam air susu sesudah menyelam, dapat terbentuk gelembung gas
nitrogen, tapi hal ini tidak akan membahayakan bayi karena akan segera
masuk saluran pencernaan yang banyak gas.
Pembesaran payudara karena belum menyusui bayi dapat mengganggu dan
terasa tidak nyaman ketika memakai peralatan selam. Hal ini dapat dihindari
dengan memompa air susu sebelum menyelam. Air susu yang dipompa
dapat disimpan di kulkas.
Dalam medan penyelaman banyak terdapat bakteri yang dapat
menyebabkan luka pada puting susu yang lecet. Oleh karena itu jaga
kebersihan puting.
Beberapa ahli berpendapat tidak menyelam selama bayi diberikan ASI
eksklusif.
Payudara
Sebuah studi pada silikon untuk payudara yang ditempatkan dalam tekanan
hiperbarik yang diseseuaikan dengan profil waktu selam dapat meningkatkan

gelembung gas sekitar 1-4 %, tapi belum cukup untuk memecahkan silikon.
Hal ini belum diketahui pada payudara yang disuntik silikon.
Silikon lebih berat dari air sehingga mempengaruhi bouyancy. Hal lain yang
dapat menjadi masalah adalah jika tidak cocok dengan peralatan selam,
maka penyelaman menjadi tidak nyaman.

Sumber :
USN Diving Manual 6th edition. Revised 2008
NOAA Diving Manual. Diving For Science and Technology
Pengetahuan Akademis Penyelaman SCUBA Diver. POSSI Jawa Tengah.
Wilderness Medicine. Paul S Auerbach. 2002.
Drowning and Resuscitation. American Heart Association. 2005.
Scubadoc.com

Anda mungkin juga menyukai