Anda di halaman 1dari 4

Sistem Pemerintahan Selandia Baru

Selandia Baru merupakan negara berbentuk pemerintahan Monarki Konstitusional dengan


sistem parlemen. Setelah kedaulatan Inggris di wilayah ini dijalankan pada tahun 1840, Undang-
Undang tahun 1852 kemudian menciptakan sistem pemerintahan pertama, termasuk sistem
legislatif bikameral (dua kamar) dan dewan provinsi. Legislasi tambahan seperti eliminasi
majelis tinggi kemudian memodifikasi kebanyakan provinsi. Seperti halnya Kerajaan Inggris,
Selandia Baru tidak memiliki Undang-Undang Dasar khusus. Legislasi konstitusional merupakan
akumulasi dari undang-undang dan hukum-hukum tambahan. Selama seratus tahun pertama,
kebijakan politik Selandia Baru selalu mengikuti arah kebijakan Inggris. Dalam pernyataan
perang dengan Jerman di tahun 1939, Perdana Menteri Michael Savage menyatakan Where she
goes, we go; where she stands, we stand.

Pasca perang, Amerika Serikat mulai meningkatkan pengaruhnya terhadap kebudayaan


Selandia Baru yang kemudian memperkaya kasanah identitas nasional negara ini. Selandia Baru
bergabung dengan Australia dan Amerika Serikat dalam perjanjian keamanan ANZUS pada
tahun 1951, dan kemudian ikut membantu AS dalam Perang Korea dan Perang Vietnam. Hal
kontras terjadi dalam hubungannya dengan Inggris, karena Inggris kemudian meningkatkan
fokusnya dalam Kriss Suez, dan Selandia Baru juga terpaksa harus membangun pola pasar baru
karena Inggris bergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC).

a. Eksekutif

Selandia Baru mengakui Kerajaan Inggris sebagai kedaulatannya, atau sebagai kepala
negara formal. Perwakilan kerajaan di Selandia Baru diwakili oleh seorang gurbernur jenderal.
Secara resmi ditunjuk oleh kerajaan atas rekomendasi perdana menteri setiap lima tahun. Setelah
pemilihan nasional, gurbernur jenderal menunjuk pemimpin dari partai terbesar dalam legislatif
sebagai perdana menteri dan mengatur bentuk pemerintahan perdana menteri tersebut (kabinet).
Gurbernur jenderal secara formal menunjuk menteri-menteri dengan rekomendasi perdana
menteri. Gurbernur jenderal juga harus memberikan persetujuan atas pengumuman parlemen
untuk menjadi hukum.
Perdana menteri mengepalai kabinet, yang merupakan tempat pembuatan kebijakan
tertinggi dalam pemerintahan. Kabinet bertanggung jawab atas keseharian administrasi
pemerintahan, dan para menteri bertanggung jawab untuk bidang kebijakan yang lebih spesifik.
Para menteri juga bersidang dalam Dewan Eksekutif, sebuah badan yang bertugas memberikan
nasehat kepada gurbernur jenderal. Konvensi konstitusional mengharuskan gurbernur jenderal
untuk mengikuti rekomendasi dewan ini.

b. Legislatif

Badan legislatif, atau parlemen, terdiri atas sistem satu kamar, yaitu Majelis Perwakilan.
Parlemen diberikan kekuasaan untuk membuat undang-undang. Majelis Perwakilan terdiri atas
120 anggota, yang sejak tahun 1996 dipilih dengan menggunakan sistem yang dikenal dengan
mixed member proportional (MMP). Dalam sistem ini, setengah dari anggota dipilih dari distrik
pemilihan (termasuk enam kursi untuk perwakilan Maori) dan sisanya dipilih dari daftar partai
yang didasarkan pada pembagian pemilihan partai dalam pemilihan nasional. Pemilihan legislatif
harus diadakan setidaknya setiap tiga tahun.

Registrasi calon pemilih bersifat wajib di Selandia Baru, tapi partisipasinya dalam
pemilihan merupakan sukarela. Pemilih yang diperbolehkan adalah yang berusia minimal 18
tahun, warga negara atau penduduk tetap yang telah tinggal selama satu tahun, dan penduduk
dari distrik pemilihan yang telah tinggal setidaknya satu bulan. Warga keturunan Maori dapat
memilih di distrik pemilihan biasa atau disalah satu dari distrik pemilihan Maori. Setiap pemilih,
dalam sistem MMP, memiliki dua suara: satu untuk pemilihan perwakilan distrik, dan yang
lainnya untuk partai politik.

c. Yudikatif

Gurbernur jenderal Selandia Baru menunjuk seluruh hakim di Selandia Baru, tradisi ini
dirancang untuk menggantikan kepentingan politik. Sitem judisial mencakup Mahkamah Distrik,
Mahkamah Tinggi, Mahkamah Banding, dan Mahkamah Agung, yang menggantikan Dewan
Umum yang berbasis di London sebagai badan judisial tertinggi di tahun 2004. Mahkamah ini
berbentuk sebuah hirarki dalam proses banding. Mahkamah Tinggi menampung ajuan banding
dari mahkamah yang lebih rendah dan pengadilan, sementara Mahkamah Banding menampung
ajuan banding dari Mahkamah Tinggi dan dari pengadilan juri Mahkamah Distrik. Keputusan
Mahkamah Banding bersifat final, kecuali kasus-kasus yang diajukan ke Mahkamah Agung.

d. Partai Politik

Dua partai politik terbesar di Selandia Baru adalah Partai Nasional dan Partai Buruh.
Kedua partai ini secara tradisi mendominasi perpolitikan negeri, masing-masing bersaing untuk
mengendalikan legislatif. Dalam rangka mengurangi pengaruh sistem dua partai ini, masyarakat
Selandia Baru mengadakan referendum untuk penerapan sistem MMP, yang berhasil di
pemilihan tahun 1996. Sistem ini membantu partai-partai kecil memenangkan lebih banyak kursi
legislatif, yang kemudian mengurangi kecenderungan kekuasaan partai tunggal. Partai-partai
yang lebih kecil lebih sering masuk kedalam ajang koalisi dengan Partai Buruh dan Partai
Nasional, yang kemudian berlanjut menjadi partai yang paling berpengaruh. Partai-partai penting
lainnya adalah New Zealand First, ACT New Zealand, United Future, dan Green Party.

e. Pemerintahan Lokal

Selandia Baru dibagi kedalam 12 kawasan dan 74 teritorial. Dewan Regional mengurus
kawasan-kawasan, dan otoritas teritorial mengurus teritorial. Otoritas teritorial mencakup dewan
distrik dan kota, yang bertanggung jawab pada hampir semua kepengurusan lokal. Setiap
anggota dari badan pemerintahan lokal dipilih secara langsung.

f. Pertahanan

Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Selandia Baru terkoordinir dibawah
Menteri Pertahanan. Jumlah personil regular Angkatan Darat pada tahun 1999 adalah 4450
tentara. Total personel regular angkatan laut adalah 1.980, dan Angkatan Udara memiliku 2.800
personel regular. Angkatan Darat diutamakan untuk kepentingan operasi penjaga perdamaian
internasional. Layanan militer bersifat sukarela, wajib militer tidak dipakai lagi sejak tahun
1950-an. Salah satu kebijakan luar negeri Selandia Baru adalah turut serta menjaga perdamaian
dunia, oleh karena itu Selandia Baru selalu menurunkan militernya untuk tujuan tersebut. Dalam
beberapa perang seperti Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Korea, dan kasus Darurat
Malaysia (konfrontasi Indonesia-Malaysia), Perang Vietnam, Perang Teluk, dan Perang
Afganistan, militer Selandia Baru bergabung dengan pasukan sekutu terutama Inggris. Selandia
Baru juga turut menurunkan angkatan daratnya dalam Perang Irak selama satu tahun guna
membantu pembangunan infrastruktur Irak. Pada tahun 2007, militer Selandia Baru masih aktif
disana.

g. Organisasi Internasional

Selandia Baru merupakan anggota pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan anggota
penuh Negara-Negara Persemakmuran, yang merupakan asosiasi sukarela negara-negara yang
berhubungan dengan Kerajaan Inggris, selain itu negara ini juga aktif dalam beberapa organisasi
geopolitik seperti APEC, East Asia Summit, dan OECD.

Anda mungkin juga menyukai