Anda di halaman 1dari 23

SKENARIO 3: Sisik Ibu Tine

Ibu Tine, 38 tahun, pedagang kaki lima,datang berobat ke puskesmas dengan keluhan gatal pada sela paha sejak tiga
minggu yang lalu. Berdasarkan anamnesis diketahui bahwa sebelumnya terdapat bintik merah yang makin lama
makin melebar dan bersisik dengan bagian pinggir berbintik merah. Kulit bertambah gatal bila pasien berkeringat. Ia
juga mengeluhkan bercak merah kehitaman bersisik di kedua punggung kakinya yang terasa gatal sejak tiga bulan
yang lalu. Keluhan ini sering hilang timbul sejak dua tahun yang lalu jika ia banyak pikiran, dengan gatal sering
muncul pada saat istirahat.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, status dermatologikus pada dada, punggung, dan hampir
seluruh abdomen bawah sampai dengan bokong dan lipat paha tampak lesi dengan distribusi terlokalisir, bentuk
bulat dan tidak khas, dengan susunan polisiklik dan berbatas tegas sampai tidak tegas. Ukuran lesi numular sampai
plakat dengan effloresensi plak eritem, papul eritem, erosi, dan skuama putih kasar. Kelainan pada kedua punggung
kaki terlokalisir, bentuk dan susunan tidak khas, dengan batas tegas dan ukuran plakat. Efloresensi ditemukan plak
hiperpigmentasi, likenifikasi, skuama putih kasar, krusta kehitaman, erosi dan ekskoriasi.

Dokter merencanakan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10% sebelum diberikan pengobatan dan edukasi. Ibu
Tine menanyakan apakah kelainan kulit yang terdapat di sela paha karena penyebaran dari lesi kulit di punggung
kaki, dan apakah harus dirujuk ke RS.

Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Ibu Tine?

TERMINOLOGI

distribusi terlokalisir

polisiklik : bentuk pinggiran yang sambung menyambung

nummular Eksim nummular adalah kondisi kronik yang menyebabkan lesi berbentuk koin pada kulit. Eksim
Nummular seringkali disebut juga sebagai dermatitis numular atau eksim diskoid.

Plakat

Efloresensi adalah suatu keadaan yang bisa diamati dengan mata telanjang. misalnya seorang pasien datang dengan
keluhan gatal dan terdapat bintik-bintik merah dipunggung, nah sebelum mendiagnosa seorang dokter pasti melihat
dulu bagaimana efloresensinya.

plak eritem

papul eritem

erosi

skuama putih

Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan kulit tampak lebih jelas. Terjadi karena perubahan
kolagen pada bagian superficial dermis menyebabkan penebalan kulit.

Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit tampak merah disertai bintik-bintik
perdarahan. Ditemukan pada dermatitis kontak dan ektima.

pemeriksaan kerokan kulit


Dermatitis kontak adalah peradangan pada kulit, ditandai dengan ruam gatal kemerahan, yang muncul akibat kontak
dengan zat tertentu. Ruam yang muncul akibat peradangan ini tidak menular atau berbahaya, tapi bisa
menyebabkan rasa tidak nyaman bagi penderita.

Dermatitis kontak merupakan bagian dari eksim atau eksema, di mana kulit bisa menjadi memerah, kering dan
pecah-pecah. Dermatitis kontak bisa terjadi pada kulit di bagian tubuh mana pun, tapi umumnya dermatitis kontak
menyerang kulit tangan dan wajah. Agar pengobatan bisa berjalan sukses, penderita harus mengidentifikasi dan
menghindari penyebab munculnya dermatitis kontak pada kulit mereka.

Gejala Dermatitis Kontak

Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan diceritakan oleh penderita. Pada dermatitis kontak, gejala umum pada
kulit penderita adalah:

 Ruam kemerahan.

 Peradangan.

 Gatal yang kadang-kadang terasa parah.

 Kering.

 Pembengkakan.

 Kulit kering.
 Bersisik.

 Lecet melepuh.

 Menebal.

 Pecah-pecah.

 Terasa sakit saat disentuh atau muncul rasa nyeri.

 Untuk tingkat yang parah, dermatitis kontak bisa menyebabkan pecahnya luka melepuh dan terbentuknya
lapisan keras kecoklatan yang menutup lubang pecahnya lepuhan kulit.

Tingkat keparahan ruam yang muncul bergantung pada beberapa hal, yaitu:

 Durasi kulit terkena zat penyebab dermatitis kontak.

 Kekuatan zat penyebab munculnya ruam.

 Faktor lingkungan seperti suhu udara, aliran udara dan keringat akibat menggunakan sarung tangan.

 Faktor keturunan yang memengaruhi respons tubuh seseorang saat kontak dengan zat tertentu.

Gejala dermatitis kontak iritan biasanya akan muncul kurang lebih 48 jam. Sedangkan gejala dermatitis kontak alergi
biasanya butuh beberapa hari untuk berkembang.

Kadang, bagian kulit yang terkena dermatitis kontak bisa terinfeksi. Tanda-tanda kulit menjadi terinfeksi antara lain:

 Gejala-gejala yang dirasakan semakin parah.

 Keluar cairan nanah dari kulit.

 Rasa nyeri yang semakin meningkat.

 Merasa tidak sehat.

 Demam.

Penyebab Dermatitis Kontak

Penyebab dermatitis kontak adalah sentuhan kulit dengan zat tertentu yang menyebabkan iritasi atau memicu reaksi
alergi. Ada dua jenis dermatitis kontak yang dibedakan berdasarkan reaksi kulit terhadap zat penyebab dermatitis,
yaitu:

 Dermatitis kontak iritan, terjadi ketika kulit bersentuhan dengan zat tertentu yang merusak lapisan luar
kulit, sehingga menyebabkan kulit kemerahan, gatal dan muncul sensasi nyeri atau tersengat.

 Dermatitis kontak alergi, muncul saat kulit bersentuhan dengan zat yang menyebabkan sistem kekebalan
tubuh bereaksi tidak normal dan menyerang sel serta jaringan tubuh sehat yang menyebabkan kulit
meradang dan nyeri.

Beberapa zat yang bisa menimbulkan dermatitis kontak iritan adalah:

 Sabun dan deterjen.

 Antiseptik dan antibakteri.

 Parfum dan pengawet pada produk perawatan tubuh atau kosmetik.


 Pelarut.

 Minyak pelumas mesin.

 Disinfektan.

 Larutan asam dan alkali.

 Semen.

 Bubuk, atau debu, atau tanah.

 Air yang mengandung klorin atau kapur.

 Beberapa jenis tumbuhan tertentu.

 Pemutih.

 Spiritus.

Risiko terkena dermatitis kontak iritan akan meningkat apabila bidang pekerjaan Anda bersinggungan langsung
dengan bahan-bahan yang disebutkan di atas. Beberapa pekerjaan yang lebih berisiko menyebabkan kondisi ini
adalah petani, juru masak, operator mesin, pekerja di pabrik kimia, ahli kecantikan dan tata rias, petugas kebersihan,
dan lain-lain.

Sedangkan beberapa zat yang umumnya bisa menyebabkan dermatitis kontak alergi adalah:

 Bahan kosmetik seperti pengawet, parfum, pengeras cat kuku, pewarna rambut.

 Logam, seperti nikel atau kobalt pada perhiasan.

 Beberapa obat-obatan oles.

 Karet, termasuk lateks.

 Tekstil, khususnya pewarna dan resin yang terkandung di dalamnya.

 Lem kuat.

 Beberapa jenis tumbuhan tertentu.

 Hena hitam dan tato kulit.

 Zat yang terbawa udara, seperti aromaterapi dan obat nyamuk semprot.

 Produk-produk kulit yang bereaksi ketika terkena sinar matahari, misalnya beberapa jenis tabir surya.

Diagnosis Dermatitis Kontak

Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi yang menjelaskan gejala dan
tanda-tanda yang dialami oleh pasien. Dokter biasanya akan mencari sumber penyebab dermatitis kontak dengan
bertanya riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, riwayat alergi, dan pekerjaan Anda. Selain itu, beberapa
pemeriksaan yang akan dilakukan dokter untuk mendiagnosis dermatitis kontak adalah:

 Pemeriksaan fisik. Dokter akan melihat tampilan kulit yang diduga terkena dermatitis kontak dan
mempelajari gejala-gejala yang dirasakan pasien.
 Uji tempel. Pada uji ini dokter akan menempelkan kertas yang mengandung beberapa zat penyebab alergi
pada kulit, untuk mengidentifikasi zat penyebab munculnya dermatitis kontak alergi.

 ROAT test. Pada pemeriksaan ini pasien akan diminta untuk menempelkan zat tertentu beberapa kali pada
bagian kulit yang sama dua kali sehari selama 5 sampai 10 hari untuk melihat bagaimana reaksi kulitnya.

Pengobatan dan Komplikasi Dermatitis Kontak

Pengobatan bisa membantu penderita untuk mengatasi dermatitis kontak dan meredakan gejala-gejalanya. Ada
beberapa cara untuk menangani dermatitis kontak:

 Menghindari paparan zat penyebab iritasi dan alergi di kulit. Penderita dianjurkan untuk mencari tahu zat
apa yang menyebabkan dermatitis kontak.

 Menggunakan pelembap kulit. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kulit kering dan melindungi kulit.

 Mengoleskan obat krim kortikosteroid. Obat jenis ini mampu mengatasi kulit merah, nyeri dan meradang
yang diakibatkan oleh dermatitis kontak.

 Mengonsumsi tablet kortikosteroid. Obat ini akan diberikan jika pasien menderita dermatitis kontak parah,
di mana area kulit yang terserang cukup luas.

 Terapi imunosupresan. Pemberian obat-obatan untuk mengurangi inflamasi dengan menekan sistem imun
tubuh.

 Fototerapi. Area kulit yang terpengaruh diberikan pajanan terhadap sinar UV untuk membantu
mengembalikan penampilannya. Biasanya, teknik ini disarankan oleh dokter kulit untuk memperbaiki wujud
kulit yang terpengaruh.

Pemakaian obat jenis apa pun untuk mengobati dermatitis kontak, dianjurkan mengikuti petunjuk pada kemasan dan
dari dokter mengenai dosis dan aturannya.

Agar tidak memperparah gejala dermatitis kontak yang muncul, disarankan untuk menghindari menggaruk ruam
atau inflamasi yang terjadi pada kulit Anda. Gunakan pakaian yang longgar dan memiliki tekstur lembut untuk
menghindari iritasi berlebih. Anda bisa merendam kulit yang terpengaruh dengan air dingin yang ditaburi baking
soda.

Jika tidak ditangani dengan benar, dermatitis kontak bisa menimbulkan beberapa komplikasi sebagai berikut:

 Kulit gatal-gatal dan bersisik kronis. Kondisi ini biasa dinamakan neurodermatitis. Jika digaruk, maka kulit
akan terasa semakin gatal.

 Infeksi. Jika penderita kondisi ini terus-menerus menggaruk, maka ruam pada kulit akan menjadi basah. Hal
ini merupakan kondisi ideal bagi berkembangnya bakteri dan jamur, dan bisa menyebabkan infeksi.

Pencegahan Dermatitis Kontak

Cara terbaik untuk mencegah dermatitis kontak adalah dengan menghindari bersentuhan atau kontak langsung
dengan zat penyebab alergi dan iritasi. Jika tidak bisa menghindarinya, ada beberapa cara untuk mengurangi risiko
terkena dermatitis kontak, yaitu:

 Rajin membersihkan kulit.

 Kenakan pakaian pelindung atau sarung tangan, untuk mengurangi kontak langsung antara kulit dengan zat
penyebab alergi dan iritasi.
 Ganti produk perawatan tubuh. Apabila produk perawatan tubuh yang digunakan menyebabkan alergi atau
iritasi.

 Jagalah hewan peliharaan. Beberapa hewan peliharaan bisa menyebarkan zat penyebab alergi dari
tumbuhan dengan mudah.

 Gunakan pelembap.

 Mengubah program diet. Dermatitis kontak bisa muncul karena alergi terhadap zat nikel yang terdapat
dalam beberapa jenis makanan.

Definisi

Dermatofitosis atau tinea adalah penyakit infeksi jamur superficial yang menyerang kulit, rambut dan kuku yang
disebabkan oleh suatu infeksi dermatofita. Infeksi jamur dermatofita yang terjadi pada badan, tungkai dan lengan,
tetapi tidak termasuk lipat paha, tangan dan kaki disebut tinea korporis, sedangkan tinea kruris adalah infeksi jamur
dermatofita pada daerah kulit lipat paha, daerah pubis, perineum dan perianal.1,2,3

Etiologi

Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat
mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kedalam kelas fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu;
Microsporum, Trichopyton, dan Epidermophyton.3

Patogenesis

Jika kulit penjamu diinokulasi pada kulit yang sesuai, timbul beberapa tingkatan dimana infeksi berlanjut yaitu
periode inkubasi yang berlangsung selama 1-3 minggu, periode refrakter dan periode involusi.4

Infeksi diawali dengan adanyakolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa in
menghasilkan enzim keratolitik yang kemudian berdifusi ke epidermis dan akhirnya menimbulkan reaksi inflamasi
akibat kerusakan keratinosis. Pertumbuhan jamur yang radial pada stratum korneum mengakibatkan timbul lesi
sirsinar dengan memberikan batas yang jelas dan meninggi, yang disebut ringworm. Reaksi kulit semula berupa
bercak atau papul bersisik yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.4

Jamur golongan dermatofita ini dapat menumbulkan infeksi ringan sampai berat tergantung dari respon imun
penderita. Kekebalan terhadap infeksi ini dapat melibatkan mekanisme imunologis maupun non imunologis.
Mekanisme imunologis yang terpenting adalah adanya aktivitas imunitas selular, melalui mekanisme hipersensitifitas
tipe lambat, sedangkan mekanisme imunologis antara lainmelibatkan adaanya asam lemak jenuhberantai panjang
dikulit dan substansi lain yang disebut sebagai serum inhibitory factor. Namun demikian bergantung dari berbagai
faktor dapat terjadi pula suatu resolusi spontan sehingga gejala klinis menghilang atau jamur hidup persisten selama
beberapa tahun dan kambuh kembali. Radang dermatofitosis mempunyai kolerasi dengan reaktivitas kulit tipe
lambat. Derajatnya sesuai dengan sensitisasi oleh dermatofita dan sejalan pula dengan derajat hipersensitivitas tipe
lambat (HTL). HTL dimulai dengan penangkapan antigen jamur oleh sel langerhans yang bekerja sebagai APC
(Antigen Presenting Cell) yang mampu melakukan fungsi fagositosit, memproduksi IL-1, mengekspresikan antigen,
reseptor Fc dan reseptor C3. Sel Langerhans berkumpul di dalam kulit membawa antigen kedalam pembuluh getah
bening dan menuju ke pembuluh getah bening dan mempertemukan dengan limfosit yang spesifik. Selain oleh sel
Langherhans, peran serupa dilakukan oleh sel endotel pembuluh darah, fibroblast dan keratonitis. Limfosit T yang
yang telah aktif ini kemudian menginfiltrasi tempat infeksi dan melepaskan limfokin. Limfokin inilah yang akan
mengaktifkan makrofag sehingga mampu membunuh jamur pathogen.4

Gejala Klinis
1. Anamnesis

Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan dapat meluas ke sekitar anus, intergluteal
sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke supra pubis dan abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan semakin
meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan yang sama. Pasien
berada pada tempat yang beriklim agak lembab, memakai pakaian ketat, bertukar pakaian dengan orang lain, aktif
berolahraga, menderita diabetes mellitus.5

2. Pemeriksaan Fisik

Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas
dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak
hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat
menimbulkan gambaran likenifikasi.

Manifestasi tinea kruris :

a. Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha, dan proksimal dari abdomen
bawah dan pubis

b. Daerah bersisik (skuama)

c. Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif

d. Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi

e. Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula eritematus yang tersebar dan sedikit skuama

f. Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian kortikosteroid topikal sehingga tampak kulit eritematus, sedikit
berskuama, dan mungkin terdapat pustula folikuler

g. Hampir setengah penderita tinea cruris berhubungan dengan tinea pedis.5

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan mikologik untuk membantu penegakan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan
biakan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis berupa kerokan kulit yang
sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%.

a. Pemeriksaan dengan sediaan basah

Kulit dibersihkan dengan alkohol 70% → kerok skuama dari bagian tepi lesi dengan memakai scalpel atau pinggir
gelas → taruh di obyek glass → tetesi KOH 10-15 % 1-2 tetes → tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan →
lihat di mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat,
dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan miselium.

b. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium saboraud dengan ditambahkan
chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyotic-mycosel) untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun
jamur kontaminan. Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu.

c. Punch biopsi
Dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun sensitifitasnya dan spesifisitasnya rendah.
Pengecatan dengan Peridoc Acid–Schiff, jamur akan tampak merah muda atau menggunakan pengecatan
methenamin silver, jamur akan tampak coklat atau hitam.

d. Lampu Wood

Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma dimana akan tampak floresensi
merah bata.5

Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan melihat gambaran klinis dan lokasi
terjadinya lesi serta pemeriksaan penunjang seperti yang telah disebutkan dengan menggunakan mikroskop pada
sediaan yang ditetesi KOH 10-20%, sediaan biakan pada medium Saboraud, punch biopsi, atau penggunaan lampu
wood.

Disamping penegakan diagnosis perlu diperhatikan hal-hal untuk menyingkirkan dari kemungkinan diagnosis banding
yang ada, yaitu;

a. Candidosis intertriginosa

Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida biasanya oleh Candida albicans yang
bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki.Penyakit ini terdapat di seluruh
dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.3

Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen misalkan
kehamilan karena perubahan pH dalam vagina, kegemukan karena banyak keringat, debilitas, iatrogenik,
endokrinopati, penyakit kronis orang tua dan bayi, imunologik (penyakit genetik). Faktor eksogen berupa iklim panas
dan kelembapan, kebersihan kulit kurang, kebiasaan berendam kaki dalam air yang lama menimbulkan maserasi dan
memudahkan masuknya jamur, kontak dengan penderita.3

Dapat mengenai daerah lipatan kulit, terutama ketiak, bagian bawah payudara, bagian pusat, lipat bokong,
selangkangan, dan sela antar jari; dapat juga mengenai daerah belakang telinga, lipatan kulit perut, dan glans penis
(balanopostitis). Pada sela jari tangan biasanya antara jari ketiga dan keempat, pada sela jari kaki antara jari keempat
dan kelima, keluhan gatal yang hebat, kadang-kadang disertai rasa panas seperti terbakar.3

Lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan kemerahan.
Kemudian meluas, berupa lenting-lenting yang dapat berisi nanah berdinding tipis, ukuran 2-4 mm, bercak
kemerahan, batas tegas, Pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan skuama. Lesi tersebut dikelilingi oleh
lenting-lenting atau papul di sekitarnya berisi nanah yang bila pecah meninggalkan daerah yang luka, dengan pinggir
yang kasar dan berkembang seperti lesi utama. Kulit sela jari tampak merah atau terkelupas, dan terjadi lecet. Pada
bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal dan berwarna putih.3

b. Erytrasma

Erytrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh Corynebacterium
minitussismum, ditandai lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Gejala
klinis lesi berukuran sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang terlihat merah
kecoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di
daerah intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan
serpiginose. Lesi tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang sama berupa eritema dan skuama
pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari eritrasma. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan
terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coral red).3
c. Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-
bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai fenomena tetesan
lilin, Auspitz, dan Kobner. Tempat predileksi pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas
ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema yang meninggi
(plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering bagian
di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika,
serta transparan. Besar kelainan bervariasi dapat lentikular, numular atau plakat, dapat berkonfluensi.3

d. Dermatitis Seboroik

Dermatitis Seboroik merupakan penyakit inflamasi konis yang mengenai daerah kepala dan badan. Prevalensi
Dermatitis Seboroik sebanyak 1-5% populasi.Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Penyakit ni dapat
mengenai bayi sampai orang dewasa. Umumnya pada bayi terjadi pada usia 3 bulan sedang pada dewasa pada usia
30-60 tahun. Kelainan kulit berupa eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan dengan batas kurang
tegas. Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak berskuama dan berminyak disertai eksudat dan
krusta tebal.3

Penatalaksanaan

Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti jamur topikal saja dari golongan imidazole dan
allynamin yang tersedia dalam beberapa formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70-100%
dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari kira-kira 2-4 minggu. Terapi dioleskan
sampai 3 cm diluar batas lesi, dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh. Terapi sistemik
dapat diberikan jika terdapat kegagalan dengan terapi topikal, intoleransi dengan terapi topikal. Sebelum memilih
obat sistemik hendaknya cek terlebih dahulu interaksi obat-obatan tersebut. Diperlukan juga monitoring terhadap
fungsi hepar apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4 mingggu.

Pengobatan anti jamur untuk Tinea kruris dapat digolongkan dalam empat golongan yaitu: golongan azol, golongan
alonamin, benzilamin dan golongan lainnya seperti siklopiros, tolnaftan, haloprogin. Golongan azole ini akan
menghambat enzim lanosterol 14 alpha demetylase (sebuah enzim yang berfungsi mengubah lanosterol ke
ergosterol), dimana struktur tersebut merupakan komponen penting dalam dinding sel jamur. Golongan Alynamin
menghambat kerja dari squalen epokside yang merupakan enzim yang mengubah squalene ke ergosterol yang
berakibat akumulasi toksik squalene didalam sel dan menyebabkan kematian sel. Dengan penghambatan enzim-
enzim tersebut mengakibatkan kerusakan membran sel sehingga ergosterol tidak terbentuk. Golongan benzilamin
mekanisme kerjanya diperkirakan sama dengan golongan alynamin sedangkan golongan lainnya sama dengan
golongan azole. Pengobatan tinea cruris tersedia dalam bentuk pemberian topikal dan sistemik:

Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah:

1.Golongan Azol

a.Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)

Merupakan obat pilihan pertama yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris karena bersifat broad spektrum
antijamur yang mekanismenya menghambat pertumbuhan ragi dengan mengubah permeabilitas membran sel
sehingga sel-sel jamur mati. Pengobatan dengan clotrimazole ini bisa dievaluasi setelah 4 minggu jika tanpa ada
perbaikan klinis. Penggunaan pada anak-anak sama seperti dewasa. Obat ini tersedia dalam bentuk kream 1%,
solution, lotion. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Tidakada kontraindikasi obat ini, namun tidak dianjurkan
pada pasien yang menunjukan hipersensitivitas, peradangan infeksi yang luas dan hinari kontak mata.

b.Mikonazole (icatin, Monistat-derm)


Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang rusak akanmenghambat biosintesis dari ergosterol
sehingga permeabilitas membran sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Tersedia dalam bentuk cream
2%, solution, lotio, bedak. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Penggunaan pada anak sama dengan dewasa.
Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.

c.Econazole (Spectazole)

Mekanisme kerjanya efektif terhadap infeksi yang berhubungan dengan kulit yaitu menghambat RNA dan sintesis,
metabolisme protein sehingga mengganggu permeabilitas dinding sel jamur dan menyebabkan sel jamur mati.
Pengobatan dengan ecnazole dapat dilakukan dalam 2-4 minggu dengan cara dioleskan sebanyak 2 kali atau 4 kali
dalam sediaan cream 1%.. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan
mata.

d.Ketokonazole (Nizoral)

Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan imidazole yang bersifat broad spektrum akan menghambat sintesis
ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan ketokonazole
dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari
kontak dengan mata.

e.Oxiconazole (Oxistat)

Mekanisme oxiconazole kerja yang bersifat broad spektrum akan menghambat sintesis ergosterol sehingga
komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan oxiconazole dapat dilakukan
selama 2-4 minggu. Tersedia dalam bentk cream 1% atau bedak kocok. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun
penggunaan sama dengan orang dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas dan
hanya digunakan untuk pemakaian luar.

f.Sulkonazole (Exeldetm)

Sulkonazole merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik tangkapnya yaitu menghambat sintesis
ergosterol yang akan menyebabkan kebocoran komponen sel, sehingga menyebabkan kematian sel jamur. Tersedia
dalam bentuk cream 1% dan solutio. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa
(dioleskan pada daerah yang terkena selama 2-4 minggu sebanyak 4 kali sehari).

2.Golongan alinamin

a.Naftifine (Naftin)

Bersifat broad spektrum anti jamur dan merupakan derivat sintetik dari alinamin yang mekanisme kerjanya
mengurangi sintesis dari ergosterol sehingga menyebabkan pertumbuhan sel amur terhambat. Pengobatan dengan
naftitine dievaluasi setelah 4 minggu jika tidak ada perbaikan klinis. Tersedia dalam bentuk 1% cream dan lotion.
Penggunaan pada anak sama dengan dewasa ( dioleskan 4 kali sehari selama 2-4minggu).

b. Terbinafin (Lamisil)

Merupakan derifat sintetik dari alinamin yang bekerja menghambat skualen epoxide yang merupakan enzim kunci
dari biositesis sterol jamur yang menghasilkan kekurangan ergosterol yang menyebabkan kematian sel jamur. Secara
luas pada penelitian melaporkan keefektifan penggunaan terbinafin. Terbenafine dapat ditoleransi penggunaanya
pada anak-anak. Digunakan selama 1-4 minggu

3.Golongan Benzilamin

a. Butenafine (mentax)
Anti jamur yang poten yang berhuungan dengan alinamin. Kerusakan membran sel jamur menyebabkan sel jamur
terhambat pertumbuhannya. Digunakan dalam bentuk cream 1%, diberikan selama 2-4 minggu. Pada anak tidak
dianjurkan. Untuk dewasa dioleskan sebanyak 4 kali sehari.

4.Golongan lainnya

a. Siklopiroks (Loprox)

Memiliki sifat broad spektrum anti fungal. Kerjanya berhubunan dengan sintesi DNA

b.Haloprogin (halotex)

Tersedia dalam bentuk solution atau spray, 1% cream. Digunakan selama 2-4 minggu dan dioleskan sebanyak 3 kali
sehari.

c.Tolnaftate

Tersedia dalam cream 1%,bedak,solution. Dioleskan 2kali sehari selama 2-4 minggu Pengobatan secara sistemik
dapat digunakan untuk untuk lesi yang luas atau gagal dengan pengobatan topikal, berikut adalah obat sistemik yang
digunakan dalam pengobatan tinea kruris:

a. Ketokonazole

Sebagai turunan imidazole, ketokonazole merupakan obat jamur oral yangberspektrum luas. Kerja obat ini
fungistatik. Pemberian 200mg/hari selama 2-4 minggu.

b. Itrakonazole

Sebagai turunan triazole, itrakonazole merupakan obat anti jamur oral yang berspektrum luas yang menghambat
pertumbuhan sel jamur dengan menghambat sitokrom P-450 dependent sintetis dari ergosterol yang merupakan
komponen penting pada selaput sel jamur.Pada penelitian disebutkan bahwa itrakonazole lebih baik daripada
griseofulvin dengan hasil terbaik 2-3 minggu setelah perawatan. Dosis dewasa 200mg po selam 1 minggu dan dosis
dapat dinaikkan 100mg jika tidak ada perbaikan tetpi tidak boleh melebihi 400mg/hari.Untuk anak-anak 5mg/hari PO
selama 1 minggu. Obat ini dikontraindikasikan pada penderita yang hipersensitivitas, dan jangan diberikan bersama
dengan cisapride karena berhubunngan dengan aritmia jantung.

c.Griseofulfin

Termasuk obat fungistatik, bekerja dengan menghambat mitosis sel jamur dengan mengikat mikrotubuler dalam sel.
Obat ini lebih sedikit tingkat keefektifannya dibanding itrakonazole. Pemberian dosis pada dewasa 500mg microsize
(330-375 mg ultramicrosize) PO selama 2-4 minggu, untuk anak 10-25 mg/kg/hari Po atau 20 mg microsize /kg/hari

c.Terbinafine

Pemberian secara oral pada dewasa 250g/hari selama 2 minggu). Pada anak pemberian secara oral disesuaikan
dengan berat badan: 12-20kg :62,5mg/hari selama 2 minggu; 20-40kg :125mg/ hari selama 2 minggu; >40kg:250mg/
hari selama 2 minggu

Edukasi dan Prognosis

Edukasi kepada pasien:

 Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering


 Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.

 Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti pakaian yang
lembab.

 Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan
ganti setiap hari.

 Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan penderita harus segera
dicuci dan direndam air panas.1,2

Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit selalu
dijaga.1,2

TINEA KORPORIS

Defenisi

Tinea korporis merupakan suatu infeksi jamur Dermatofita pada kulit yang disebut Dermatofitosis.
Dermatofitosisi ini menyerang daerah kulit yang tidak berambut (glabrous skin), misalnya pada wajah, badan,
lengan, dan tungkai. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin.1

Epidemiologi

Tinea korporis merupakan infeksi yang umumnya sering dijumpai didaerah yang panas, Tricophyton rubrum
merupakan infeksi yang paling umum diseluruh dunia dan sekitar 47 % menyebabkan tinea korporis. Tricophyton
tonsuran merupakan dermatofit yang lebih umum menyebabkan tinea kapitis, dan orang dengan infeksi tinea kapitis
antropofilik akan berkembang menjadi tinea korporis.. Walaupun prevalensi tinea korporis dapat disebabkan oleh
peningkatan Tricophyton tonsuran, Microsporu canis merupakan organisme ketiga sekitar 14 % menyebabkan tinea
korporis.3

Tinea korporis mungkin ditransmisikan secara langsung dari infeksi manusia atau hewan melalui
autoinokulasi dari reservoir, seperti kolonisasi T.rubrum di kaki. Anak-anak lebih sering kontak pada zoofilik patogen
seperti M.canis pada kucing atau anjing. Pakaian ketat dan cuaca panas dihubungkan dengan banyaknya frekuensi
dan beratnya erupsi.3

Infeksi dermatofit tidak menyebabkan mortalitas yang signifikan tetapi mereka bisa berpengaruh besar
terhadap kualitas hidup. Tinea korporis prevalensinya sama antara pria dan wanita. Tinea korporis mengenai semua
orang dari semua tingkatan usia tapi prevalensinya lebih tinggi pada preadolescen. Tinea korporis yang berasal dari
binatang umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak. Secara geografi lebih sering pada daerah tropis daripada
subtropis.3
Berdasarkan habitatnya dermatofit digolongkan sebagai antropofilik (manusia), zoofilik (hewan), dan geofilik
(tanah).Dermatofit yang antropofilik paling sering sebagai sumber infeksi tinea, tetapi sumber yang zoofilik di
identifikasi (jika mungkin) untuk mencegah reinfeksi manusia.3

Etiologi

Tinea korporis dapat disebabkan oleh berbagai spesies dermatofit seperti Trichophyton, Microsporum, dan
Epidermophyton. Variasi penyebabnya dapat ditemukan berdasarkan spesies yang terdapat di daerah tertentu.
Namun demikian yang lebih umum menyebabkan tinea korporis adalah T.rubrum, T.mentagrophytes, dan M.canis.4

Patogenesis

Dermatofitosis bukanlah patogen endogen. Transmisi dermatofit kemanusia dapat melalui 3 sumber
masing-masing memberikan gambaran tipikal. Karena dermatofit tidak memiliki virulensi secara khusus dan khas
hanya menginvasi bagian luar stratum korneum dari kulit.4,5

Lingkungan kulit yang sesuai merupakan faktor penting dalam perkembangan klinis dermatofitosis. Infeksi
alami disebabkan oleh deposisi langsung spora atau hifa pada permukaan kulit yang mudah dimasuki dan umumnya
tinggal di stratum korneum, dengan bantuan panas, kelembaban dan kondisi lain yang mendukung seperti trauma,
keringat yang berlebih dan maserasi juga berpengaruh.4,5

Pemakaian bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperatur dan keringat sehingga mengganggu
fungsi barier stratum korneum. Infeksi dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan individu atau hewan yang
terinfeksi, benda-benda seperti pakaian, alat-alat dan lain-lain. Infeksi dimulai dengan terjadinya kolonisasi hifa atau
cabang-cabangnya dalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini memproduksi enzim keratolitik yang mengadakan difusi
ke dalam jaringan epidermis dan merusak keratinosit.6,7

Setelah masa perkembangannya (inkubasi) sekitar 1-3 minggu respon jaringan terhadap infeksi semakin jelas
dan meninggi yang disebut ringworm, yang menginvasi bagian perifer kulit. Respon terhadap infeksi, dimana bagian
aktif akan meningkatkan proses proliferasi sel epidermis dan menghasilkan skuama. Kondisi ini akan menciptakan
bagian tepi aktif untuk berkembang dan bagian pusat akan bersih. Eliminasi dermatofit dilakukan oleh sistem
pertahanan tubuh (imunitas) seluler.

Pada masa inkubasi, dermatofit tumbuh dalam stratum korneum, kadang-kadang disertai tanda klinis yang
minimal. Pada carier, dermatofit pada kulit yang normal dapat diketahui dengan pemeriksaan KOH atau kultur.

Gambaran Klinis

Tinea korporis bisa mengenai bagian tubuh manapun meskipun lebih sering terjadi pada bagian yang
terpapar. Pada penyebab antropofilik biasanya terdapat di daerah yang tertutup atau oklusif atau daerah trauma.

Keluhan berupa rasa gatal. Pada kasus yang tipikal didapatkan lesi bulla yang berbatas tegas, pada tepi lesi
tampak tanda radang lebih aktif dan bagian tengah cenderung menyembuh. Lesi yang berdekatan dapat membentuk
pola gyrate atau polisiklik. Derajat inflamasi bervariasi, dengan morfologi dari eritema sampai pustula, bergantung
pada spesies penyebab dan status imun pasien. Pada penyebab zoofilik umumnya didapatkan tanda inflamasi akut.
Pada keadaan imunosupresif, lesi sering menjadi lebih luas.

Tinea korporis dapat bermanifestasi sebagai gambaran tipikal, dimulai sebagai lesi eritematosa, plak yang
bersisik yang memburuk dan membesar, selanjutnya bagian tengah dari lesi akan menjadi bentuk yang anular akan
mengalami resolusi, dan bentuk lesi menjadi anular. berupa skuama, krusta, vesikel, dan papul sering berkembang,
khususnya pada bagian tepinya. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi pada umumnya
merupakan bercak terpisah satu dengan yang lainnya.

Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang akut biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi
pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea korporis dan
kruris.

Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea
imbrikata mulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar. Stratum korneum bagian
tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah,
sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris.

Infeksi dermatofit secara zoofilik atau geofilik lebih sering menyebabkan respon inflamasi daripada yang
disebabkan oleh mikroba antropofilik. Umumnya, pasien HIV-positif atau imunokompromise bisa terlihat dengan
abses yang dalam dan meluas.

Tinea korporis lebih sering ditemukan sebagai asimptomatik atau gatal ringan. Secara obyektif tipikal lesinya mulai
sebagai makula eritematosa atau papul yang menjalar dan berkembang menjadi anular, dan lesi berbatas tegas,
skuama atau vesikel, tepi yang berkembang dan healing center. Tinea korporis lebih sering pada permukaan tubuh
yang terbuka antara lain wajah, lengan dan bahu.6,7

Pemeriksaan Penunjang

Dalam patogenesisnya, jamur patogen akan menyebabkan kelainan pada kulit sehingga atas dasar kelainan
kulit inilah kita dapat membangun diagnosis. Akan tetapi kadang temuan efloresensi tidak khas atau tidak jelas,
sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang. Sehingga diagnosis menjadi lebih tepat.

Pemeriksaan mikroskopik langsung terhadap bahan pemeriksaan merupakan pemeriksaan yang cukup cepat,
berguna dan efektif untuk mendiagnosis infeksi jamur.

Pemeriksaan KOH merupakan pemeriksaan tunggal yang paling penting untuk mendiagnosis infeksi dermatofit
secara langsung dibawah mikroskop dimana terlihat hifa diantara material keratin.7

Diagnosis Banding

Bergantung variasi gambaran klinis, tinea korporis kadang sulit dibedakan dengan beberapa kelainan kulit
yang lainnya. Antara lain dermatitis kontak, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, ptiriasis rosea,dan psoriasis.
Untuk alasan ini, tes laboraturium sebaiknya dilakukan pada kasus dengan lesi kulit yang tidak jelas penyebabnya.
Kelainan kulit pada dermatitis seboroik selain dapat menyerupai tinea korporis, biasanya dapat terlihat pada
tempat-tempat predileksi, misalnya dikulit kepala, lipatan-lipatan kulit, misanya belakang telinga, daerah nasolabial
dan sebagainya. Psoriasis dapat dikenal dari kelainan kulit dari tempat predileksi, yaitu daerah ekstensor, misalnya
lutut, siku dan punggung. Kulit kepala berambut juga sering terkena pada penyakit ini. Adanya lekukan lekukan pada
kuku dapat pula menolong untuk menentukan diagnosis.

Pitiriasis rosea, yang distribusi kelainan kulitnya simetris dan terbatas, tubuh dan bagian proksimal anggota
badan, sukar dibedakan dengan tinea korporis tanpa heral patch yang dapat membedakan penyakit ini dengan tinea
korporis. Pemeriksaan laboratoriumlah yang dapat memastikan diagnosisnya.

Diagnosis

Diagnosis ditetapkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya atau pemeriksaan sediaan langsung
kerokan lesi dengan larutan KOH 20%, untuk melihat elemen jamur dermatofit. Biakan jamur diperlukan untuk
identifikasi spesies jamur penyebab yang lebih akurat.

Diagnosis pasti digunakan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop untuk mengidentifikasi
adanya hifa dan spora untuk mengetahui infeksi dermatofit. Infeksi dapat dikonfirmasi atau beberapa dari keadaan
ini diidentifikasi dari hasil positif kerokan oleh kultur jamur.

Penatalaksaan

Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu kering dan memakai
baju yang menyerap keringat.

A. Terapi topikal

Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit biasanya hidup pada jaringan. Berbagai macam
preparat imidazol dan alilamin tersedia dalam berbagai formulasi. Dan semuanya memberikan keberhasilan terapi
(70-100%). Terapi topikal digunakan 1-2 kali sehari selama 2 minggu tergantung agen yang digunakan. Topikal azol
dan allilamin menunjukkan angka perbaikan perbaikan klinik yang tinggi.

Berikut obat yang sering digunakan :

1. Topical azol terdiri atas :

A. Econazol 1 %

b. Ketoconazol 2 %

c. Clotrinazol 1%

d. Miconazol 2% dll.

Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim 14-alfa-dimetilase pada pembentukan ergosterol
membran sel jamur.
2. Allilamin bekerja menghambat allosterik dan enzim jamur skualen 2,3 epoksidase sehingga skualen
menumpuk pada proses pembentukan ergosterol membran sel jamur. yaitu aftifine 1 %, butenafin 1% Terbinafin 1%
(fungisidal bersifat anti inflamasi ) yang mampu bertahan hingga 7 hari sesudah pemakaian selama 7 hari berturut-
turut.

3. Sikloklopirosolamin 2% (cat kuku, krim dan losio) bekerja menghambat masuknya bahan esensial selular dan
pada konsentrasi tinggi merubah permeabilitas sel jamur merupakan agen topikal yang bersifat fungisidal dan
fungistatik, antiinflamasi dan anti bakteri serta berspektrum luas.

4. Kortikosteroid topikal yang rendah sampai medium bisa ditambahkan pada regimen anti jamur topikal untuk
menurunkan gejala. Tetapi steroid hanya diberikan pada beberapa hari pertama dari terapi.

B. Terapi sistemik

Pedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of Dermatology menyatakan bahwa obat anti jamur (OAJ)
sistemik dapat digunakan pada kasus hiperkeratosis terutama pada telapak tangan dan kaki, lesi yang luas, infeksi
kronis, pasien imunokompromais, atau pasien tidak responsif maupun intoleran terhadap OAJ topikal.

1. Griseofulvin

Obat ini berasal dari penicillium griceofulvum dan masih dianggap baku emas pada pengobatan infeksi dermatofit
genus Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton. Berkerja pada inti sel, menghambat mitosis pada stadium
metafase.

2. Ketokonazol

Merupakan OAJ sistemik pertama yang berspektrum luas, fungistatik, termasuk golongan imidazol. Absorbsi
optimum bila suasana asam.

3. Flukonazol

Mempunyai mekanisme kerja sama dengan golongan imidazol, namun absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan
atau kadar asam lambung.

4) Itrakonazol

Merupakan OAJ golongan triazol, sangat lipofilik, spektrum luas, bersifat fungistatik dan efektif untuk dermatofita,
ragi, jamur dismorfik maupun jamur dematiacea. Absorbsi maksimum dicapai bila obat diminum bersama dengan
makanan.

5. Amfosterin B

Merupakan anti jamur golongan polyen yang diproduksi oleh Streptomyces nodosus. Bersifat fungistatik, pada
konsentrasi rendah akan menghambat pertumbuhan jamur, protozoa dan alga. Digunakan sebagai obat pilihan pada
pasien dengan infeksi jamur yang membahayakan jiwa dan tidak sembuh dengan preparat azol.

Prognosis

Untuk tinea korporis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik dengan tingkat kesembuhan 70-100%
setelah pengobatan dengan azol topikal atau allilamin atau dengan menggunakan anti jamur sistemik.
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : ES

Umur : 32 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Suku/Bangsa : Batak

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Guru

Status Pekawinan : Belum Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 26 November 2015

3.2 Anamnesis

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan Utama: Gatal-gatal pada lipatan paha dan perut

Pasien laki laki berusia 32 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Embung Fatimah Batam dengan keluhan gatal
diseluruh lipatan paha kanan dan kiri, menjalar hingga keperut, paha kanan dan bokong. Keluhan dirasakan sejak 7
tahun yang lalu dan awalnya berupa kemerahan pada kulit dengan luas sebesar uang logam didaerah lipatan paha.
Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri, gatal dirasakan setiap saat dan lebih banyak dirasakan pada saat sedang
berkeringat, menurut pengakuan pasien, bila terasa gatal pasien selalu meggaruk. Karena sering digaruk, bercak
kemudian bertambah luas sampai ke bokong. Pasien sebelumnya sudah berobat ke klinik namun keluhan tidak
berkurang, riwayat alergi makanan sebelumnya disangkal, riwayat penyakit diabetes militus dan alergi lainnya
disangkal.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti yang dialami saat ini. Tidak ada riwayat alergi
(makanan, obat-obatan), tidak ada riwayat atopi.

b. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama pada kelurga pasien disangkal
c. Riwayat Pengobatan

Pasien sudah pernah berobat sebelumnya ke klinik, tapi keluhan tidak berkurang

d. Riwayat Hygine :

Pasien mandi 2x sehari dengan air PAM dan menggunakan sabun

Pasien mengganti pakaian setiap hari

Pasien menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak bercampur dengan orang lain

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 75x/menit

Suhu : 36,5C

Pernapasan : 22x/menit

Status Dermatologis

Lokasi : kedua lipatan paha, paha kanan, perut, dan bokong

Distribusi : terlokalisir dan simetris

Bentuk : khas

Susunan : polisiklis

Batas : tegas

Ukuran : plakat

Efloresensi : plak eritem, plak hiperpigmentasi dengan skuama halus disertai likenifikasi.
3.4 Pemeriksaan Penunjang

Tidak Dilakukan

3.5 Diagnosis Banding

Tinea Corporis e.c Tinea Cruris

Kandidiasis

Eritrasma

Psoriasis Intertriginosa

Dermatitis Seboroik
3.6. Diagnosis Kerja

Tinea Korporis e.c Tinea Kruris

3.7. Penatalaksanaan

Medikamentosa:

Ketoconazole tablet 1x1

Ceterizine tablet 1x1

Ketokonazole krim 2x1

Non-medikamentosa:

 menjaga daerah lesi tetap kering terhhindar dari keringan dan kelembaban.

 bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti pakaian yang telah lembab.

 jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan luka dan akan menyebabkan infeksi.

 Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan
ganti setiap hari atau setiap habis berkeringat.

 Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk harus dipakai secara pribadi tanpak
digunakan juga oleh orang lain.

3.8. Prognosis

Baik bila kebersihan dan kelembababn kulit selalu dijaga


BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis tinea korporis e.c tinea kruris pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah seorang laki-laki berumur 32 tahun. Berdasarkan kepustakaan yang
ada disebutkan bahwa tinea kruris ini menyerang orang usia produktif. Anamnesis didapatkan keluhan utama pasien
adalah timbulnya rasa gatal di bagian lipat paha kanan dan kiri, dimana gatal dirasakan sejak 7 tahun yang lalu yang
berawal dari kulit kemerahan, karena serelalu digaruk-garuk maka penyebaran lesinya semakin meluas hingga
kedaerah bokong dan sekitaran anus. Status dermatologis adalah tampak makula hiperpigmentasi dengan adanya
skuama halus, berbatas tegas, berukuran plakat, dan bentuk teratur. Dilihat dari bentuk lesi, didapatkan bahwa
skuama banyak terdapat di pinggir-pinggir lesi yang menandakan tepi lebih aktif lesi ini adalah central healing. Gatal
dirasakan setiap saat, tapi gatal lebih berat dirasakan jika saat berkeringat, tidak ada keluhan bahwa beraktifitas
banyak, istirahat atau saat suasana dingin memperberat gatal. Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang
tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi.1,2,3

Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk lebih memastikan diagnosis tinea kruris dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan kepustakaan, disarankan untuk melakukan pemeriksaan Pemeriksaan dengan sediaan basah
yaitu dengan alkohol 70% → kerok skuama dari bagian tepi lesi dengan memakai scalpel atau pinggir gelas → taruh
di obyek glass → tetesi KOH 10-15 % 1-2 tetes → tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan → lihat di
mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan
bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan miselium.
Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud, pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium
saboraud dengan ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyotic-mycosel) untuk menghindarkan
kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan. Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu. Pemeriksaan Punch
biopsy digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun sensitifitasnya dan spesifisitasnya rendah.
Pengecatan dengan Peridoc Acid–Schiff, jamur akan tampak merah muda atau menggunakan pengecatan
methenamin silver, jamur akan tampak coklat atau hitam. Pemeriksaan Lampu Wood, penggunaan lampu wood bisa
digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma dimana akan tampak floresensi merah bata.4,5

Diagnosis banding dari tinea kruris ini berupa Candidosis intertriginosa, Erytrasma, Psoriasis dan Dermatitis
Seboroik.3

Tujuan dari pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek perjalanan penyakit dan mengurangi gejala
klinis yang ada, yaitu dengan pemberian ketokonazole krim yang digunakan dengan cara mengoleskan didaerah lesi
dua kali sehari, dan ketoconazole tablet diminum satu kali sehari,juga diberikan cetirizine tablet diminum satu kali
sehari.5

Pasien menjaga daerah lesi tetap kering terhhindar dari keringan dan kelembaban. Bila berkeringat keringkan
dengan handuk dan mengganti pakaian yang telah lembab. Jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan luka
dan akan menyebabkan infeksi. Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti
katun, tidak ketat dan ganti setiap hari atau setiap habis berkeringat. Untuk menghindari penularan penyakit,
pakaian dan handuk harus dipakai secara pribadi tanpak digunakan juga oleh orang lain.

Eksim nummular adalah kondisi kronik yang menyebabkan lesi berbentuk koin pada kulit. Eksim Nummular seringkali
disebut juga sebagai dermatitis numular atau eksim diskoid. Area lesi tersebut seringkali gatal dan berair atau
menjadi krusta.
Penyebab
Tidak ada yang tahu penyebab eksim numuler. Banyak orang dengan eksim numular memiliki riwayat penyakit alergi,
asma, atau dermatitis alergi (kondisi kuit yang menyebabkan kulit bersisik dan gatal), atau memiliki riwayat alergi,
asma dan dermatitis alergi pada keluarganya. Seringkali orang dengan eksim numuler memiliki kulit yang sensitif
yang mudah teriritasi.

Berikut ini adalah hal-hal yang memeperburuk gejala:

 Perubahan suhu (khususnya suhu yang terlalu panas ataupun terlalu dingin)

 Stress

 Kulit yang kering

 Iritan lingkungan, seperti sabun, deergen, logam, dan formaldehid

Kondisi berikut dapat meningkatkan risiko terjadinya eksim numuler:

 Hidup di daerah iklim dingin atau panas

 Kulit yang kering

 Memiliki aliran darah yang buruk atau pembengkakan di tungkai kaki

 Memiliki tipe lain dari eksim atau dermatitis

 Memiliki kulit yang mengalami trauma (seperti tergigit serangga, atau reaksi alergi)

 Memiliki infeksi bakteri di kulit

Gejala
Gejala yang paling sering dan dapat diamati dari eksim numuler adalah adanya lesi berbentuk koin di tubuh.
Seringkali lesi ada di lengan atau tungkai kaki, namun juga dapat menyebar di punggung dan perut. Lesi dapat
berwarna cokelat, pink, merah, gatal, berair, berkrusta, ataupun bersisik. Kulit di sekitar lesi dan di daerah lesi dapat
berwarna merah, bersisik, atau membengkak.

Penegakan diagnosis
Untuk mendiagnosis eksim numuler, dokter akan menanyakan riwayat keluarga apakah ada yang mengalami
penyakit serupa, dan dokter akan secara visual memeriksa kulit Anda. Biopsi kulit (mengambil bagian kecil dari kulit
untuk diperiksa) juga dapat membantu penegakan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis lainnya seperti infeksi.

Jika dokter mengarahkan kondisi kulit ke arah reaksi alergi, dokter akan menyarankan melakukan tes alergi. Tes
alergi dapat meliputi uji kulit, uji darah, atau tes eliminasi dan tes uji untuk menentukan substansi apa yang
menyebabkan alergi.

Pengobatan dan penanganan


Tidak diketahui obat penyebab eksim numuler. Namun, perubahan pola hidup dan menghindari pemicu adalah jalan
terbaik untuk mengelola kondisi ini.

Untuk membantu mengontrol eksim numuler, hindari:

 Wool dan iritan lainnya yang memicu gejala Anda

 Mandi yang terlalu lama atau air yang terlalu panas yang dapat mengeringkan kulit

 Menggunakan sabun yang terlalu keras

 Stress

 Pajanan iritan lingkungan (pembersih, zat kimia, dan lain-lain)

 Penggunaan pengering pakaian

 Goresan, potongan, dan abrasi pada kulit

Untuk membantu meredakan eksim:

 Gunakan bandage lembab untuk melindungi dan menutupi area yang terkena eksim

 Konsumsi antihistamin untuk meredakan gatal dan ketidaknyamanan

 Gunakan lotion atau salep kulit (yang diresepkan dokter pada kasus yang berat)

 Terapi sinar ultraviolet untuk membantu meredakan gatal yang hebat

 Kortison (salep, obat minum, atau injeksi) dapat mengobati gejala yang berat

Anda mungkin juga menyukai