Tinea Corporis
Tinea corporis atau kurap tubuh adalah infeksi jamur yang bisa menimbulkan
ruam melingkar kemerahan atau keperakan pada kulit. Penyakit kulit ini bisa muncul di
seluruh bagian tubuh, namun biasanya muncul pada lengan dan tungkai. Umumnya, tinea
corporis lebih mudah menyebar di daerah beriklim hangat dan lembap. Tinea corporis
memang bukan penyakit kulit serius dan mudah diobati, namun mudah sekali menyebar
dan menular. Beberapa binatang, seperti anjing dan kucing, bisa menyebarkan jamur
tinea corporis pada manusia jika terjadi kontak fisik.
Gejala tinea corporis biasanya mulai muncul 4-10 hari setelah tubuh terpapar jamur.
Beberapa tanda dan gejala umum tinea corporis adalah:
1. Munculnya ruam melingkar kemerahan atau keperakan pada kulit dengan tepi
yang sedikit menimbul dibanding daerah sekitarnya.
2. Bagian tengah dari cincin bisa tampak seperti kulit sehat, namun bisa juga timbul
luka berisi cairan (blister) atau nanah di sekitar ruam melingkar tersebut.
3. Kulit terasa gatal, bersisik, atau meradang.
Penyebab Tinea Corporis
1. Kontak fisik antar manusia. Seringkali tinea corporis menyebar melalui kontak
antar kulit dengan penderita.
2. Kontak fisik manusia dengan hewan yang terinfeksi. Tinea corporis dapat
menyebar ketika manusa melakukan kontak fisik dengan hewan, seperti anjing,
kucing, atau sapi.
3. Kontak fisik manusia dengan benda-benda yang terkontaminasi. Spora jamur
dapat menempel pada benda seperti pakaian, seprai dan handuk, dari orang yang
terinfeksi. Spora pada benda-benda tersebut dapat menempel pada kulit orang lain
dan menyebabkan infeksi.
4. Kontak fisik manusia dengan tanah. Walaupun jarang, manusia juga berisiko
terinfeksi tinea corporis dari tanah yang mengandung spora jamur.
Gunakanlah krim atau salep antijamur pada bagian kulit yang terinfeksi tinea
corporis selama dua hingga empat minggu agar infeksi jamur tidak muncul kembali. Jika
setelah dua minggu gejala belum membaik, segera temui dokter. Dokter akan meminta
penderita untuk mengonsumsi tablet antijamur.
Pencegahan Tinea Corporis
Ada beberapa cara untuk membasmi serta menghentikan penyebaran infeksi jamur, yaitu:
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang menyebabkan kulit memerah dan gatal.
Kulit memerah, bercak, dan ketombe yang membandel adalah salah satu masalah kulit
yang kerap terjadi. Masalah kulit ini jika digaruk bisa membuat kulit terluka dan bercak
merahnya akan menyebar.
Dalam kondisi yang lebih serius, kulit yang terkena dermatitis bisa sampai
melepuh, mengeluarkan cairan, dan mengelupas. Dermatitis dapat terjadi pada semua
usia, termasuk saat bayi. Orang-orang yang memiliki riwayat alergi, demam atau asma
lebih rentan terkena dermatitis. Ada tiga jenis dermatitis umum yang harus dikenali, yaitu
dermatitis eksim, dermatitis kontak, dan dermatitis seboroik. Ketiga jenis dermatitis
memiliki gejala dan penyebab yang berbeda-beda.
Penyebab dermatitis Ketiga dermatitis tersebut memiliki penyebab dari beberapa kondisi
yang kerap kita kenal seperti alergi, faktor genetik dan iritasi.
1. Dermatitis atopik disebabkan berbagai faktor, termasuk kulit kering, variasi gen,
disfungsi sistem kekebalan tubuh, bakteri pada kulit dan kondisi lingkungan.
2. Dermatitis kontak terjadi akibat kontak langsung dengan salah satu dari banyak
iritasi atau alergen - seperti poison ivy, perhiasan yang mengandung nikel, produk
pembersih, parfum, kosmetik, dan bahkan pengawet dalam banyak krim dan body
lotion.
3. Dermatitis seboroik mungkin disebabkan oleh ragi (jamur) yang ada di sekresi
minyak pada kulit. Orang dengan dermatitis seboroik akan cenderung datang dan
pergi tergantung pada musim.
Pencegahan
Web MD menyatakan, salah satu penyebab dermatitis adalah seringnya atau kerap
mencuci tangan, sehingga kulit menjadi kering. Kulit kering bisa dilakukan dengan
meminimalisir efek pengeringan pada kulit. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan
membatasi mandi. Gunakan air hangat, bukan panas. Minyak mandi juga bisa membantu
dan sabun yang lembut. Setelah mandi keringkan diri dengan lembut dan hati-hati.
Tepuk-tepuk kulit dengan lembut dengan handuk. Lalu, menjaga kulit tetap lembab.
Dermatitis perioral adalah jenis ruam kulit . Gejalanya meliputi beberapa tonjolan kecil
(1-2 mm) dan lepuh kadang-kadang dengan latar belakang kemerahan dan kerak,
terlokalisasi pada kulit di sekitar mulut dan lubang hidung . Mata dan genitalia mungkin
jarang terlibat. Ini bisa bersifat persisten atau berulang dan menyerupai rosacea dan
sampai batas tertentu jerawat dan dermatitis alergi. Istilah "dermatitis" adalah istilah yang
keliru karena ini bukan proses eksim.
Dermatitis perioral
Nama lain Dermatitis periorificial
Keistimewaan Dermatologi
Gejala Papula , pustula , kulit merah
Imunosupresan
Laporan dermatitis perioral pada penerima transplantasi ginjal yang diobati dengan
kortikosteroid oral dan azathioprine telah didokumentasikan.
Kosmetik
Kosmetik memainkan peran penting sebagai faktor penyebab dermatitis perioral. Aplikasi
krim pelembab secara teratur dan murah hati menyebabkan hidrasi yang terus-menerus
pada lapisan terangsang menyebabkan gangguan dan penyumbatan fungsi penghalang,
iritasi pada folikel rambut dan proliferasi flora kulit. Menggabungkan ini dengan krim
malam dan foundation secara signifikan meningkatkan risiko dermatitis perioral 13 kali
lipat.
Mikroorganisme
Kortikosteroid topikal dapat menyebabkan peningkatan kepadatan mikroorganisme
dalam folikel rambut. Peran agen infeksi seperti spesies Candida , Demodex folliculorum
, dan bakteri fusiform belum dikonfirmasi.
Psikososial
Sebagai gangguan kosmetik yang signifikan, dermatitis perioral semakin
didokumentasikan memiliki aspek psikososial untuk penyebab dan temuan klinisnya.
Struktur kepribadian khusus, profesi dan kebiasaan sosial telah berimplikasi pada tipe
pasien yang kondisinya terjadi.
Penyebab potensial lainnya
Kondisi ini berpotensi diperburuk oleh pasta gigi berfluoridasi dan kortikosteroid
inhalasi. Prevalensi atopi yang tinggi telah ditemukan pada mereka yang menderita
dermatitis perioral. Kemungkinan hubungan dengan pemakaian jilbab pada wanita Arab
telah didokumentasikan.
Patofisiologi
Patofisiologi dermatitis perioral terkait dengan penyakit folikel rambut seperti yang
sekarang termasuk dalam ICD-11 yangakan diselesaikan pada tahun 2018. Dermatitis
bibir menjilat atau dermatitis kontak iritan perioral akibat menjilat bibir dianggap sebagai
penyakit terpisah dikategorikan dalam Dermatitis kontak iritan karena saliva.
Dermatitis perioral sering secara histologis mirip dengan rosacea dengan dua kondisi
yang tumpang tindih. Terdapat infiltrat limfohistiositik dengan lokalisasi perifollicular.
dan ditandai peradangan granulomatosa. Kadang-kadang, abses perifollicular dapat hadir
ketika pustula dan papula adalah temuan klinis yang dominan.
Diagnosis
Diagnosis dermatitis perioral biasanya dibuat berdasarkan karakteristik ruam. Biopsi kulit
biasanya tidak diperlukan untuk membuat diagnosis tetapi dapat membantu untuk
menyingkirkan penyakit kulit lainnya yang mungkin menyerupai dermatitis perioral.
Pengujian tambalan yang diperluas mungkin berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
kontak alergi. Penyakit kulit lain yang mungkin menyerupai dermatitis perioral meliputi:
Rosacea
Jerawat vulgaris
Dermatitis seboroik
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak iritan
Cheilitis sudut
Perawatan
Beberapa rezim pengobatan tersedia dan algoritma pengobatan telah diusulkan.
Dermatitis perioral biasanya akan sembuh dalam beberapa bulan tanpa obat, dengan
membatasi penggunaan iritan, termasuk produk dengan pewangi, kosmetik, benzoil
peroksida, tabir surya oklusif, dan berbagai produk jerawat. Ini disebut pengobatan nol.
Kortikosteroid topikal harus dihentikan sepenuhnya jika memungkinkan. Jika suar
terbukti tidak dapat ditoleransi, penggunaan sementara kortikosteroid topikal yang kurang
manjur seringkali dapat membantu.
Obat
Sejumlah obat, baik yang dioleskan langsung ke kulit atau diminum, dapat mempercepat
pemulihan. Ini termasuk tetrasiklin , doksisiklin , dan eritromisin . Eritromisin dapat
digunakan sebagai krim. Doxycycline paling sering menjadi pilihan obat antibiotik
pertama, diberikan dengan dosis harian 100 mg hingga satu bulan sebelum
mempertimbangkan untuk mengurangi atau menghentikan. Terkadang, diperlukan dosis
doksisiklin dosis rendah yang lebih lama.
Metronidazole kurang efektif, tetapi tersedia dalam gel dan dapat dioleskan dua kali
sehari. Jika dermatitis perioral dipicu oleh steroid topikal maka krim pimecrolimus telah
disarankan sebagai efektif dalam memperbaiki gejala. Namun, ini juga telah
didokumentasikan untuk menyebabkan kondisi tersebut.
Prognosis
Dermatitis perioral kemungkinan akan sembuh sepenuhnya dengan pemberian antibiotik
jangka pendek, tetapi jika tidak diobati dapat bertahan selama bertahun-tahun dan
mengambil bentuk kronis.
Perbaikan dengan tetrasiklin biasanya terlihat setelah 4 hari dan secara signifikan setelah
2 minggu.
Epidemiologi
Paling umum pada wanita antara usia 16 dan 45 tahun, dermatitis perioral juga terjadi
secara merata di semua latar belakang ras dan etnis dan termasuk anak-anak semuda tiga
bulan dan semakin dilaporkan pada pria. Pada anak-anak, perempuan lebih mungkin
terkena. Ini memiliki insiden hingga 1% di negara maju.
Sejarah
Kelainan ini tampaknya muncul secara tiba-tiba dengan kasus 'seborrhoeid yang sensitif
terhadap cahaya' pada tahun 1957, yang dikatakan sebagai deskripsi terdekat pertama dari
kondisi tersebut. Pada 1964, kondisi pada orang dewasa dikenal sebagai dermatitis
perioral, tetapi tanpa kriteria klinis yang jelas. Pada tahun 1970, kondisi ini dikenali pada
anak-anak. Bahwa semua ruam di sekitar mulut adalah dermatitis perioral telah sering
diperdebatkan Bahwa kondisi ini harus diganti namanya menjadi dermatitis periorificial
telah diusulkan. Darrell Wilkinson , 1919-2009, adalah seorang ahli dermatologi Inggris
yang memberikan salah satu deskripsi 'definitif' paling awal tentang 'dermatitis perioral'
dan mencatat bahwa kondisi ini tidak selalu dikaitkan dengan penggunaan krim steroid
berfluoridasi.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Erupsi eritematosa yang terdiri dari papul, papulopustul atau papulovesikel, biasanya
tidak lebih dari 2 mm. Lesi berlokasidi sekitar mulut, namun pada anak lesi dapat meluas
ke perinasal atau periorbita.
Pemeriksaan Penunjang : Umumnya tidak diperlukan.
Gambaran dari Ektima mirip dengan Impetigo, namun kerusakan daya invasifnya pada
kulit lebih dalam daripada impetigo.
Faktor Risiko
Tingkat kebersihan dari pasien dan kondisi kehidupan sehari-harinya merupakan
penyebab yang paling terpenting untuk perbedaan angka serangan, beratnya lesi,
dan dampak sistemik yang didapatkan pada pasien ektima
Frekuensi pada anak-anak lebih tinggi dari pada dewasa
Daerah yang panas dan lembap
Malnutrisi
Penyakit DM
Pemeriksaan Fisik
Lokalisasi : Ekstremitas bawah, wajah dan ketiak
Efloresensi : Awalnya berupa pustule kemudian pecah membentuk ulkus yang
tertutupi krustas. Pada lesi ektima yang diangkat krustanya akan terlihat ulkus
yang dangkal
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi kulit dengan jaringan dalam untuk pewarnaan Gram dan Kultur.
Pemeriksaan Histopatologi
didapatkan peradangan dalam yang di infeksi kokus, dengan Infiltrasi PMN dan
pembentukan abses mulai dari folikel pilosebasea. Pada dermis, ujung pembuluh
darah melebar dan terdapat sebukan sel PMN. Infiltrasi Granulomatous dengan
edema endotel Krusta yang berat menutupi permukaan dari ulkus pada ektima.
Komplikasi Ektima, antara lain Selulitis, Erisipelas, Gangren, Limfangitis,
Limfadenitis supuratif, dan bakteremia.
b. Pengobatan Tipikal digunakan jika infeksi terlokalisis, tetapi jika luas maka
digunakan pengobatan sistemik. Neomisin, Asam fusidat 2%, Mupirosin, dan
Basitrasin merupakan antibiotic yang dapat digunakan secara topical.
Prognosis
Ektima sembuh secara perlahan, tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut (Skar)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Mikroskop, biopsy lesi, dan kultur
Obat-obatan
1. HUSNUL AULIA : 2720170037
2. ALFIYANI DAMAYANTI : 2720170043
SEMESTER 5 A
TINEA BARBAE
Definisi : Tinea Barbae adalah infeksi jamur kulit pada area berambut di wajah dan
leher. Kondisi ini menyerang pria dewasa dan tidak pernah terjadi pada anak-anak.
Seringkali, kondisi ini dialami oleh peternak karena adanya kontak langsung dengan
hewan yang ternak yang terinfeksi jamur.
Penyebab :
Tinea barbae disebabkan oleh jamur yang
1. Trihophyton verrucosum yang berassal dari hewan ternak, atau
2. Trichophyton mentagrophytes var equinum yang berasal dari kuda
3. Trichophyton rubrum
4. Trichophyton violaceum
Ciri-ciri :
1. Kemerahan pada daerah kumis dan janggut
2. Rasa gatal di area tempat tumbuhnya kumis dan jenggot.
3. Terdapat benjola batau bnti-bintik seperti jerawat
Pentalaksanaan :
REAKSI LEPRA
A. Definisi
Penyakit lepra, yang lebih dikenal dengan Morbus Hansen atau kusta adalah infeksi kulit
kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Lepra termasuk penyakit tertua
dalam sejarah, dikenal sejak tahun 1400 sebelum masehi. Infeksi ini menyerang saraf tepi dan
kulit, kemudian saluran pernapasan atas, dan bias juga menyerang organ lain kecuali otak.
Kusta adalah salah satu penyakit yang ditakuti karena dapat menyebabkan kecacatan,
mutilasi (misalnya terputusnya salah satu anggota gerak seperti jari), ulserasi (luka borok), dan
lainnya. Infeksi kulit ini disebabkan karena adanya kerusakan saraf besar didaerah wajah,
anggota gerak, dan motorik, di ikuti dengan rasa baal yang disertai kelumpuhan otot dan
pengecilan massa otot.
B. penyebab penyakit kusta :
Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri tersebut ditularkan
melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan penderita. Anggapan lain menyebutkan
bahwa penyakit ini juga bias ditularkan melalui inhalasi alias menghirup udara, karena bakteri
penyebab penyakit kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet (butiran air) diudara.
Bakteri penyebab penyakit kusta juga bias ditularkan melalui kontak langsung dengan
binatang tertentu seperti armadillo. Penyakit ini memerlukan waktu inkubasi yang cukup
lama, antara 40 hari sampai 40 tahun, rata-rata membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai
timbulnya gejala.
C. Gejala Kusta :
Gejala dan tanda kusta tidak Nampak jelas dan berjalan sangat lambat. Bahkan, gejala kusta
bias muncul 20 tahun setelah bakteri berkembang biak dalam tubuh penderita. Beberapa
diantaranya adalah:
1. Mati rasa, baik sensasi terhadap perubahan suhu, sentuhan, tekanan ataupun rasa sakit.
7. Mata menjadi kering dan jarang mengedip, serta dapat menimbulkan kebutaan.
a. Kerusakan pada hidung yang dapat menimbulkan mimisan, hidung tersumbat, atau
kehilangan tulang hidung.
D. Ciri –ciri kusta :
1. Mati rasa, tidak bias merasakan perubahan suhu hingga kehilangan sensasi sentuhan dan
rasa sakit pada kulit.
2. Nyeri persendian.
8. Rambut rontok.
11.Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang mengedip biasanya dirasakan sebelum
muncul tukak berukuran besar.
13.Hilangnya jari-jemari.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1.PemeriksaanBakterioskopik
Memilikilesiyangpalingaktifyaitu:yangpalingerythematousdanpalinginfiltratif.Secaratopo
grafikyangpalingbaikadalahmukadantelinga.DennganmenggunakanVaccinosteildibuatgor
esansampaididermis,diputar90derajatdandicongkelkan,daribahantadidibuatsediaanapusda
ndiwarnaiZeihlnielsen.Padapemeriksaanakantampakbatang-
batangmerahyangutuh,terputus-putusataugranuler.
2.TestMitsuda
Berupapenyuntikanleprominsecaraintrakutanpadalengan,yanghasilnyadapatdibacasetelah
3–4minggukemudianbilatimbulinfiltratditempatpenyuntikanberartilepromimtestpositif.
F. Penatalaksanaan
Obat-obatanumumyangbisadipakaidalampengobatanMorbusHansen:
a.PB(TipeKering)
Pengobatanbulanan:haripertama2kapsulRifampisindan1tabletDapson(DDS),Pengobatanh
arike2:28tabletDapson(DDS)tiaphariLamapengobatan6blister:6–9bulan
b.MB(tipeBasah)
Pengobatanbulanan:haripertama2kapsulRifampisin,3tabletLamprinDan1tabletDapson,har
ike2–28:1tabletLamprindan1tabletDapsonLamapengobatan12blister:12–18bulan.
KONSEP PENYAKIT SIFILIS
NAMA :
Definisi
Neurosifilis tabetik.
Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla spinalis
yang progresif, yang timbul secara bertahap. Gejala awalnya berupa nyeri
menusuk yang sangat hebat pada tungkai yang hilang-timbul secara tidak
teratur. Penderita berjalan dengan goyah, terutama dalam keadaan gelap
dan berjalan dengan kedua tungkai yang terpisah jauh, kadang sambil
mengentakkan kakinya.
Penderita tidak dapat merasa ketika kandung kemihnya penuh sehingga
pengendalian terhadap kandung kemih hilang dan sering mengalami infeksi
saluran kemih.
Bisa terjadi impotensi. Bibir, lidah, tangan dan seluruh tubuh penderita
gemetaran. Tulisan tangannya miring dan tidak terbaca. Sebagian besar
penderita berperawakan kurus dengan wajah yang memelas. Mereka
mengalami kejang disertai nyeri di berbagai bagian tubuh, terutama
lambung. Kejang lambung bisa menyebabkan muntah. Kejang yang sama
juga terjadi pada rektum, kandung kemih dan pita suara. Rasa di kaki
penderita berkurang, sehingga bisa terbentuk luka di telapak kakinya. Luka
ini bisa menembus sangat dalam dan pada akhirnya sampai ke tulang di
bawahnya. Karena rasa nyeri sudah hilang, maka sendi penderita bisa
mengalami cedera.
5. Gejala sifilis kongenital (kelainan kongenital dini)
a. Kelainan kongenital dini
Makulopapular pada kulit
Retinitis
Terdapat tonjolan kecil pada mukosa
Hepatosplenomegali
Ikterus
Limfadenopati
Osteokondrosis
Kordioretinitis
Kelainan pada iris mata
b. Kelainan kongenital terlambat (lanjut)
Gigi hutchinnson
Gambaran mulberry pada gigi molar
Keratitis intertinal
Retaldasi mental
Hidrosefalus
Klasifikasi
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier.
Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda dan
menyerang organ tubuh yang berbeda-beda pula.
a. Stadium Dini atau I (Primer)
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya Treponema
pallidum. Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa penonjolan-
penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih,
merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba ada pengerasan.
Kelainan ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus
berdinding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer. Keadaan
ini dikenal sebagai ulkus durum.
Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening di daerah
lipat paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan, tidak nyeri,
tunggal dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Keadaan ini disebut sebagai
sifilis stadium 1 kompleks primer. Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin,
dapat pula di bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan, lesi
dapat hilang spontan dalam 4-6 minggu, cepat atau lambatnya bergantung pada
besar kecilnya lesi
b. Stadium II (Sekunder)
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I sudah
sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu. Kadang-kadang
terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul gejala stadium II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti
nyeri kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya mendahului,
kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit yang timbul
berupa bercak-bercak atau tonjolan-tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung
bernanah. Sifilis stadium II seringkali disebut sebagai The Greatest Immitator of
All Skin Diseases karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan
kulit lain. Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir dan
kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
Komplikasi
1. Komplikasi Pada Janin Dan Bayi
Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus dan partus premature.
Bayi dengan sifilis kongenital memiliki kelainan pada tulang, gigi, penglihatan,
pendengaran, gangguan mental dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, setiap
wanita hamil sangat dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan janin yang
dikandungnya. Karena pengobatan yang cepat dan tepat dapat menghindari terjadinya
penularan penyakit dari ibu ke janin.
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati,
penyakitini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat
mengakibatkanneurosifilis meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsum
tulang belakangmengalami kerusakan sehingga terjadi kondiri
parenchymatousneurosifilis.Terlepas daritahap penyakit dan lokasi lesi, hispatologi dari
sifilis menunjukkan tanda- tandaendotelialarteritis.Endotelialarteritis disebabkan oleh
pengikatan spirochaeta dengan selendotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.
Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan T Palidum
Cara pemeriksaannya adalah : mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan
pergerakannya dengan microskop lapangan gelap. Pemeriksaan dilakukan 3 hari
berturut-turut jika pada hasil pada hari 1 dan 2 negatif sementara itu lesi
dikompresdengan larutan garam saal bila negative bukan selalu berarti diagnosisnya
bukansifilis, mungkin kumannya terlalu sedikit.
2) Pemeriksaan TSS
Test non treponemal : pada test ini digunakan antigen tidak spesifik
yaitukardiolopin yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu
test inidsdapat memberi Reaksi Biologik Semu (RBS) atau Biologic Fase Positif
(BFP).Contoh test non treponemal :
Tes treponemal
Test ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau ekstratnya dandapat
digolongkan menjadi 4 kelompok :
(2) Test Fiksasi Komplemen : RPCF (Reiter Protein Complement Fixation Test)
(3) Tes Imunofluoresen : FTA-Abs (Fluorecent treponemal Antibody AbsorptionTest),
ada dua : IgM, IgG; FTA-Abs DS (Fluorecent treponemal Antibody – Absorption Double
Staining)
Sinar Rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang dapat terjadi
padasifilis kongenital.Juga pada sifilis kardiovaskuler, misalnya untuk melihat
aneurismaaorta. Pada neurosifilis,test koloidal emas sudah tidak dipakai lagi
karena tidak khas.Pemeriksaan jumlah sel dan protein total pada likuor
serebrospinalis hanya menunjukanadanya tanda inflamasi pada susunan saraf
pusat dan tidak selalu berarti terdapatneurosifilis. Harga normal iyalah 0-3
sel/mm3, Jika limfosit melebihi 5/mm3 berarti ada peradangan. Harga normal
protein total ialah 20-40 mg/100 mm3, jika melebihi 40mg/mm3 berarti terdapat
peradangan :
Histopatologi
Kelainan yang utama pada sifilis ialah proliferasi sel-sel endotel terutama terdiri
atasinfiltrate perivaskular tersusun oleh sel-sel limpoid dan sel-sel plasma.2)
Imunologi
2. Laras gumilang
A. Definisi
Skrofuloderma atau yang dikenal sebagai Tuberculosis colliquativa cutis
adalah tuberkulosis subkutan yang mengarah pada pembentukan abses dingin dan
kehancuran sekunder dari kulit di atasnya. Hal ini terjadi akibat penjalaran langsung
dari suatu organ bawah kulit yang mengandung kuman tb dan meluas melalui
dermis, contohnya limfadenitis tb, tb tulang dan sendi, atau epididimitis tb
B. Penyebab
Skrofuloderma diakibatkan kuman tb yang secara langsung menginvasi kulit
(ekstensi dari suatu fokus tuberkulosis ke jaringan luar sehingga menimbulkan
kerusakan jaringan kulit dan luka terbuka).Mycobacterium tuberkulosis merupakan
penyebab utama dari skrofuloderma. Bakteri ini adalah bakteri aerobik, non motil,
tahan terhadap asam dan alkohol yang dibungkus oleh senyawa lipid kompleks
sehingga membuat bakteri ini resisten terhadap degradasi setelah fagositosit.
Mycobacterium scrofulaceum, Mycobacterium bovis, Mycobacterium avium, dan
vaksin yang mengandung Bacillus Calmette Guerin (BCG)juga merupakan etiologi
lain dari skrofuloderma.
D. Pemeriksaan penunjang
5. Tes tuberkulin.
Biasanya hasilnya positif.
6. Biakan dari bahan yang berasal dari lesi atau ulkus.
Dilakukan pada media Lowenstein-Jensen, pengeraman pada suhu 37ºC.
Jika positif, koloni tumbuh dalam waktu 8 minggu, artinya kuman
tuberkulosis.
E. Penatalaksanaan
2. Fase lanjutan
Fase ini diberikan regimen obat isoniazid dan rifampisin dosis
harian, sebanyak 2-3xseminggu selama 16 minggu. Terapi pada fase ini
ditujukan untuk mengeliminasi sisa bakteri yang menjadi etiologi tb kutis.
Nama Kelompok :
Anisa (2720170070)
TINEA CRURIS
Adalah rasa gatal diselangkangan akibat infeksi jamur, jamur mudah tumbuh pada area
kulit yang lembap hangat dan berkeringat seperti lipatan paha selain dapat menyebar ke
paha, bokong hingga dubur tetapi jarang timbul diskroton / penis namun lebih sering
dialami oleh pria atau seorang atlet
B. Gejala
1. Ruam kemerahan dengan bentuk melingkar seperti pulau dan bagian tepinya
tampak lebih merah
2. Kulit pecah-pecah dan terkelupas
3. Warna kulit menjadi lebih terang atau lebih gelap
4. Selain gatal kulit di daerah lipatan paha juga terasa perih seperti terbakar
C. Penyebab
Tinea Cruris disebabkan oleh jamur dermatofa yang ditumbuh di daerah lipatan paha atau
lipat paha jamur selangkangan ini dapat muncul bila
1. membersihkan kulit lipatan paha dengan sabun dan air hangat lalu
mengeringkannya
2. menggunakan krim anti jamur seperti yang mengandung Clotrimazole atau
Mionazole
3. bila tidak membaik dokter akan menyarankan minum obat tablet yang
mengandung Intraconazole atau Fluconazole
F. Pencegahan Tinea cruris
Tinea Cruris jarang menyebabkan komplikasi namun infeksi jamur lipatan paha ini dapat
meluas hingga ke paha dan bokong jika terus tergesek atau tergaruk kondisi ini juga dapat
menimbulkan Selutitis
G. Patofisiologi
cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung.penularan secara
langsung dapat secara formitis, epitel, rambut yang mengandung jamur.penularan secara
tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang di hinggapi jamur, pakaian debu.agen
penyebab juga dapat di tularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk, atau sprei
penderita atau autoinokulasi. Jamur ini menghasilkan kratinase yang mencerna kratin,
sehingga dapat memudahkan infasi ke stratum koneum. Infeksi di mulai dengan kolonasi
ifa atau cabang-cabang di dalam jaringan kratin, sehingga dapat menghasilkan enzim
keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.
Pertumbuhannya dengan pola radial distratum korneum menyebabkan timbulnya lesi
kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk
papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.
H. Penatalksanaa medis
1. Golongan Azol
a. Clotrimazole
menghambat pertumbuhan ragi dengan mengubah permeabilitas membran sel
sehingga sel-sel jamur mati. Dapat dievaluasi setelah 4 minggu, tidak ada kontra
indikasi namun tidak dianjurkan pada pasien yang hipersensivitas, peradangan
infeksi yang luas dan hindari kontak mata.
b. Mikonazole
mekanisme : selaput dinding sel jamur yang rusak akan menghambat biosintetis
dari ergosterol sehingga permeabilitas membran sel jamur meningkat
menyebabkan sel jamur mati.
c. Econazole
menghambat RNA dan sintesis, metabolisme dan sehingga menggangu
permeabilitas dinding sel jamur dan menyebabkan sel jamur mati.
d. Ketokonazole
turunan imidazole yang bersifat broad spektrun akan menghambat sintesis
ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati.
e. Okiconazole
bersifat spektum akan menghambat sintesis ergosentrol sehingga komponen sel
jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati
f. Sukonazole
menghambat sintesis ergosentrol yang aka menyebabkan kebocoran komponen sel
sehingga menyebabkan kematian sel jamur.
2. Golongan Alinamin
a. Nadtifine
b. Terbinafrin
3. Golongan Benzilamin
Nama kelompok :
Alda NurOctaviani 2720170058
Tania Anggraini Saputri 2720170022
TINEA FASIALIS
A. DEFINISI
Tinea fasialis (tinea facie) adalah suatu dermatofitosis super fisial yang terbatas
pada kulit yang tidak berambut, yang terjadi pada wajah, memiliki karakteristik
sebagai plak eritema yang melingkar dengan batas yang jelas,. Pada pasien anak –
anak dan wanita infeksi dapat terlihat pada setiap permukaan wajah, termasuk
pada bibir bagian atas dan dagu, pada pria kondisi ini disebut juga dineabarbae
karena infeksi dermatosit terjadi pada daerah yang berjanggut.
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat diseluruh dunia dan lebih banyak terjadi pada daerah –
daerah teropis dengan temperature dan kelembaban yang tinggi. Tinea fasialis
banyak terjadi pada anak – anak, kira – kira 19% dari populasi anak dengan
dermatofitosis.
Beberapa penelitian perempuan mungkin lebih sering terinfeksi dibandingkan
dengan laki – laki . Pada perempuan infeksi dermatofit pada wajah dapat
didiagnosis sebagai tineafasialis, sedangkan infeksi – infeksi lain yang terjadi laki
– laki di daerah yang sama didiagnosis sebagai tinea barbae. Data menunjukkan
perbandingan penderita perempuan dan laki – laki adalah 1,061
Tinea fasialis dapt terjadi pada semua umur, dengan dua usia insidens puncak.
Usia insidens pertama meningkat pada anak – anak, karena kebiasaan mereka
kontak dengan hewan peliharaan. Kasus yang dapat terjadi pada neonates yang
mungkin terinfeksi dari kontak langsung dari saudaramereka yang terinfeksi atau
kontak langsung dari hewan peliharaan. Usia insidens yang lain dapat meningkat
pada usia 20 – 40 tahun.
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala utama yang terjadi ketika terkena tinea barbae adalah jerawat atau lepuh di
antara area yang terkena, pembengkakan dan kemerahan di sekitar area yang
terinfeksi, kulit merah dan kental pada area yang terinfeksi. Kerusakan di sekitar
rambut di daerah yang terinfeksi akan terjadi, rambut di daerah yang terinfeksi
juga akan mudah dicabut. Tinea barbae bisa terasa gatal atau menyakitkan untuk
disentuh tetapi gejala ini tidak selalu terjadi.
E. PATOGENESIS
1. Perlengketan
Pada stratum korneum, fase pertama dari invasi dermatofit melibatkan
infeksi artrokonidia ke keratinosit. Secara in vitro , proses ini komplit
dalam jangka waktu 2 jam setelah kontak, dimana stadium germinasi dan
penetrasi keratinosit timbul. Berbagai dermatofit menunjukkan kerja yang
sama, yang tidak dipengaruhi oleh sumber keratinosit. Dermatofit ini
harus bertahan dari efek sinar ultraviolet, temperature dan kelembaban
yang bervariasi, kompetisi dengan flora normal dan dari asam lemak yang
bersifat fungistatik.
2. Penetrasi
Diketahui secara luas dermatofit bersifat keratinofilik. Kerusakan yang
ditimbulkan disekitar penetrasi hifa diperkirakan berasal dari proses
digesti keratin. Dermatofit akan menghasilkan enzim – enzim tertentu
(proteolitik), termasuk enzim keratinase, dan lipase, yang dapat
mengakibatkan dermatofit tersebut akan menginvasi stratum korneum dari
epidermis. Proteinase lainnya dan kerja mekanikal akibat pertumbuhan
hifa mungkin memberi peran. Meskipun demikian masih sulit untuk
membuktikan mekanisme produksi enzim oleh dermatofit dengan aktivitas
keratinspecific proteinase. Trauma dan maserasi juga memfasilitasi proses
penetrasi ini.
3. Pertahanan tubuh imunologi
Deteksi imun yang kemotaktik dari sel – sel onfalamsi terjadi melalui
mekanisme yang umum. Beberapa jamur memproduksi factor kemotaktik
yang memiliki berat molekul yang rendah, seperti yang diproduksi oleh
bakteri. Komplemen lainnya yang teraktivasi, membuat komplemen yang
tergantung oleh factor kemotaktik. Keratinosit mungkin dapat
menginduksi kemotaktik dengan memproduksi IL – 8 sebagai respon
kepada antigen seperti trichophytin. Kandungan serum dapat menghambat
pertumbuhan dermatofit, sebagi contohnya antara lain, unsaturated
transferrin dab asam lemak yang diproduksi oleh glandula sebasea
(derivate undecenoic acid)
F. MANIFESTASI KLINIS
Penderita Tinea fasialis biasanya dating dengan keluhan rasa gatal dan terbakar,
dan memburuk setelah paparan sinar matahari (fotosensitivitas). Namun kadang –
kadang penderita tinea fasialis dapat memberikan gejala yang asimptomatis.
Tanda kelinis yang ditemukan pada tinea fasialis yait; bercak, macula sampai
dengan plak, silkular, batas yang meninggi, dan regresi sentral memberi bentuk
seperti ring – like appearance. Kemerahan dan skuama tipis dapat ditemukan
Gambar ini, terdapat lesi asimetris, berbatas tegas, plak eriema, dengan skuama
dan krusta
Gambar ini Tinea fasialis pada laki – laki
Gambar ini terdapat plak eritema dengan skuama minimal pemeriksaan melalui KHO
G. PENATALAKSANAAN
1. Sistemik
Untuk pengobatan sistemik dalam mengersdikasi dermatofit, obat – obatan
oral yang digunakan antara lain:
Flukonazol, orang dewasa 150 – 200 mg/minggu selama 4 – 6
minggu, sedangkan anak –anak 6 mg/kg/minggu selama 4 – 6
minggu.
Griseofulvin, orang dewasa 500 – 1000 mg/hari atau lebih selama
4 minggu, sedangkan anak – anak 15 – 20 mg/kg/hari selama 4
minggu.
Intrakonazol, untuk dewasa 400 mg/hari selama 1 minggu dan
untuk anak – anak 5 mg/kg/hari selama 1 minggu
Terbinafin, dosis untuk dewasa adalah 250 mg/hari selama 2
minggu dan dosis anak – anak adalah 62,5 mg/hari (<20kg), 125
mh/hari (20 – 40) atau 250 mg/hari (>40 kg)selama 2 minggu.
Sediaannya 250 mg dalam tablet dapat menyebabkan mual,
dyspepsia, nyeri perut, kehilangan pengecapan.
2. Pengobatan topical
Preparat ini efektif untuk dermatofit pada kulit,
tetapi tidak untuk rambut ataupun kuku
Preparat topical Preparet tersebut diaplikasikan 2 kali sehari pada
anti jamur area yang terkena lesi secara optimal selama 4
minggu termasuk 1 minggu setelah lesi telah bersih
Diaplikasikan paling kurang 3cm disekitar batas
area yang terkena
Kotrimazol (Lotrimin, Mycelex)
Mikonazol (Micatin)
Imidazoles Ketokonazol (Nizoral)
Ekonazol (spectazole)
Oxikonizol (Oxistat)
Sulkonizol (Exeldrem)
Allylamines Niftifin (Naftin)
Terbinafin (Lamisil)
Naphthionates Tolnaftat (Tinactin)
Substituted pyridone Siklopirox olamin (Loprox)
3. Edukasi
Diperlukan perawatn diri dirumah (home care) seperti menghindari
menggaruk daerah lesi, karena hal tersebut dapat membuat infeksi
bertambah parh. Menjaga kulit tetap kering dan bersih dengan
menghindari aktivitas yang dapat mengeluarkan kerigat. Mandi minimal
sehari sekali dan ingat untuk mengeringkan tubuh seluruhnya. Aplikasi
krim tropical anti jamur. Dan penderita harus memperhatikan bila ada efek
samping yang terjadi maupun tanda – tanda makin parahnya lesi setelah
berobat (muncul pus, nyeri, demam, tidak adanya perbaikan sama sekali
setelah 2 minggu terapi)
H. KOMPLIKASI
1. Penyebaran infeksi kea rea yang lain
2. Infeksi bakteri pada lesi
3. Dermatitis kontak atau kelainan kulitt yang lain
4. Efek samping dari pengobatan
I. PENCEGAHAN
1. Menghindari kontak langsung dengan mereka yang menderita tinea
fasialis
2. Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering, mencuci muka setelah
berolahraga ataupun berkeringat
3. Mencuci barang – barang pribadi secara berkala (seprei, pakaian dll)
4. Jangan berbagi perlengkapan perawatan diri (handuk, sisir, sikat)
5. Mencuci tangan
J. PROGNOSIS
Dengan pengobatan teratur tinea fasialis dapat sembuh dalam waktu satu bulan.
Prognosis dikatakan baik jika:
1. Factor predisposisi dapat dihindarkan atau dihilangkan
2. Dapat menghindari sumber penularan
3. Pengobatan teratur dan tuntas
Nama Kelompok : - Muhammad Ali Ridho (2720170003)
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan lesi yang melibatkan kulit kepala atau jengot dengan menggunakan
lampu wood mungkin memperlihatkan gambaran pteridin dari pathogen tertentu. Jika
demikian, rambut dengan flouresensi tersebut harus diperiksa lebih jauh. Perlu
diketahui baha organisme ektotrik seperti Microsporum canis dan
Microsporumaudouinii akan tampak flouresensi pada pemeriksaan lampu wood,
sedangkan organisme endotrik, tricophyton tonsurans tidak tampak flouresensi.
Flouresensi positif terinfeksi oleh microsporum audouinii, microsporum canis,
microsporumfemgineum, microsporum distortum, dan trichopiton schoenleinii. Pada
ruangan yang gelap kulit dibawah lampu ini berflouresensi agak biru. Ketombe
umumnya cerah putih kebiruan. Rambut yang terinfeksi berflouresensi hijau terang
atau kuning kehijauan.
Pada pemeriksaan mikroskopi, rambut harus dicabut tidak di potong melihat di
mikroskop dengan pemeriksaan KOH 10 – 20%.
Pemeriksaan kultur
Spesies jamur didasarkan pada karakteristik mikroskopik, makroskopik dan
metabolisme organisme. Saboraud dextrose agar (SDA) adalah media isolasi yang
paling umum digunakan dan sebagai basis untuk gambaran yang paling morfologi.
Namun kontaminasi saprobes tumbuh pesat pada media ini.
5. Penatalaksanaan
a. Medis
Tablet Griseofulvin ’Gold Standard’
20 mg / Kg BB/hari 6-12 mingguDiberi I - 2 minggu=>pemeriksaanlengkap
bilaada yang + =>dosisditingkatkan
bila kultur - =>terapi 4 - 6 minggu
- Bersama phenobarbital =>
- Absorbsi griseofulvin terapigagal =>
- lab rutin–
Griseofulvinsaja =>cepatkempes
Griseofuvin + antibiotika + kortikosteroid oral =>cepatbersih /
hilangskuama&gatal
Kortikosteroid
Prednison 1 mg/Kg BB/pagi 10 - 15 hari<insidensikatrik, menyembuhkannyeri
dan pembengkakan
Antibiotikabilaadakrusta
b. Keperawatan
Obat – obatan topikal (krim/gel), semprot (spray), atau shampo khusus mungkin
akan direkomendasikan untuk menangani infeksi jamur yang anda alami. Obat –
obatan anti jamur umumnya membutuhkan waktu sekitar 2 minggu sebeum
terlihat hasilnya. Obat – obatan ini perlu digunakan secara tota agar infeksi tidak
mudah terulang lagi.
Nama anggota kelompok 1:
A. Impetigo
1. Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis
kulit (Djuanda, 56:2005).
2. Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan kulit dan
paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari
Pediculosis, Skabies, Infeksi jamur, dan pada insect bites (Beheshti, 2:2007).
B. Klasifikasi
Impetigo jenis ini utamanya menyerang bayi dan anak di bawah usia 2 tahun.
Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Impetigo bulosa terdapat pada
anak dan juga pada orang dewasa, paling sering muncul di ketiak, dada, dan
punggung.
Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula. Kadang-kadang waktu penderita
datang berobat, vesikel atau bula telah pecah. Impetigo ini meski tak terasa sakit,
tapi menyebabkan kulit melepuh berisi cairan. Bagian tubuh yang diserang
seringkali badan, lengan dan kaki. Kulit di sekitar luka biasanya berwarna merah
dan gatal tapi tak terasa sakit. Luka akibat infeksi ini dapat berubah menjadi koreng
dan sembuhnya lebih lama ketimbang serangan impetigo jenis lain.
C. Etiologi
1. Impetigo krustosa
Impetigo krustosa merupakan jenis impetigo yang paling sering dialami oleh anak-
anak dan lebih mudah menular. Gejala impetigo krustosa meliputi:
Bercak kemerahan yang terasa gatal di sekitar mulut dan hidung, namun tidak
menimbulkan nyeri. Bercak tersebut dapat menjadi luka jika digaruk.
Kulit di sekitar luka mengalami iritasi.
Terbentuknya koreng berwarna kuning kecokelatan di sekitar luka.
Koreng akan meninggalkan bekas kemerahan pada kulit dan dapat hilang tanpa
bekas dalam jangka waktu beberapa hari atau minggu.
2. Impetigo bulosa
Impetigo bulosa merupakan jenis impetigo yang lebih serius, dengan gejala berupa:
Muncul lepuhan berisi cairan bening di bagian tubuh antara leher dan
pinggang, serta lengan dan tungkai.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk
menyingkirkan diagnosis banding dengan gangguan infeksi gram negative. Bisa
dilanjutkan dengan tes katalase dan koagulase untuk membedakan antara
Staphylococcus dan Streptococcus (Brooks, 332:2005).
F. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
Cuci tangan Anda dengan sabun setelah menyentuh kulit anak Anda yang sakit
atau pakaian maupun handuknya.
Cuci tangan anak Anda sampai bersih. Potong pendek kuku tangan anak Anda.
Jaga agar tangan anak Anda tidak menyentuh hidungnya.
Simpan pakaian, handuk, dan barang-barang anak Anda terpisah dengan anggota
keluarga yang lain. Cucilah dengan sabun dan air panas.
Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai
mengelupaskan krusta dengan handuk basah.
Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah
yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak.
Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh.
Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan jarum suntik untuk
mencegah penyebaran local.
Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% pada impetigo
krustosa.
2. Medis
a) Terapi topikal
Pengobatan topikal sebelum memberikan salep antibiotik sebaiknya krusta sedikit
dilepaskan baru kemudian diberi salep antibiotik. Pada pengobatan topikal
impetigo bulosa bisa dilakukan dengan pemberian antiseptik atau salap antibiotik
(Djuanda, 57:2005)
b) Fusidic Acid
Tahun 2002 telah dilakukan penelitian terhadap fusidic acid yang dibandingkan
dengan plasebo pada praktek dokter umum yang diberikan pada pasien impetigo.
dapat dilihat bahwa penggunaan plasebo jauh lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan fassidic acid.
c) Ratapamulin
Pada tanggal 17 April 2007 ratapamulin telah disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA) untuk digunakan sebagai pengobatan impetigo. Namun
bukan untuk yang disebabkan oleh metisilin resisten ataupun vankomisin resisten.
Ratapamulin berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan
peptidil transferase yang pada akhirnya akan menghambat protein sintesis dari
bakteri (Buck, 1:2007).
d) Dicloxacillin
Penggunaan dicloxacillin merupaka First line untuk pengobatan impetigo, namun
akhir-akhir ini penggunaan dicloxacillin mulai tergeser oleh penggunaan
ratapamulin topikal karena diketahui ratapamulin memiliki lebih sedikit efek
samping bila dibandingkan dengan dicloxacillin. Penggunaan dicloxacillin
sebagai terapi topical pada impetigo sebagai berikut:
(Sumber: Primary Clinical Care Manual 2007)
Terapi sistemik
b) Ampicillin
c) Amoksicillin
Dosis: 250-500 mg / dosis 3 x sehari
TineaManus
A. Definisi
Tineamanusadalahdermatofitosis pada tangan yang sering terjadi unilateral pada
tangan yang dominan digunakan dan sering berhubungan dengan tinea pedis.
Tinea manus biasanya asimptomatis, dengan perjalanan penyakit dalam hitungan
bulan sampai tahun. Pada kebanyakan kasus tinea manus lebih sering terjadi
unilateral dan terjadi pada usia dewasa. Etiology tersering dan tinea manus adalah
T.rubrum
Tinea manus adalah infeksi jamur yang mengenai daerah sela jari-jari tangan,
telapak tangan, dan pungugung tangan. Penyakit ini sering menyerang orang yang
bekerja di tempat basah seperti tukang cuci. Pekerja di sawah, atau orang-orang
yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup. Keluhan subjektif bervariasi
mulai dari tanpa keluhan sampai dengan rasa gatal yang hebat dan rasa nyeri bila
ada infeksi sekunder
B. Etiology
Penyebab yang paling sering adalah T.rubrum,T. mentagrophytes,dan
E.flaccosum. penyakit ini ditemukan hampir disemua penujuru dunia dan dapat
mengenai anak-anak, dewasa muda maupun orang tua. Tinea manusadalah salah
satu jenis jamur yang penyebarannya terjadi secara cepat. Penyebaran jamur ini
terjadi saat kontak langsung dengan orang yang terinfeksi baik dengan cara
bersalaman maupun hubungan seksual
C. Penularan
Tinea merupakan infeksiyang dapat diperoleh dengan kontak langsung dengan
terinfeksi hewan, tanah ditularkan oleh fomites seperti handuk, tempat tidur,
pakaian ketat, pakaian basah, dan tangan yang menyerang kulit untuk proliferasi
jamur
3. Pemeriksaan laboratium
Pemeriksaan mikroskopis : di letakan pada gelas objek yang dibeli KHO 10%
lain di periksa dibawah mokroskop, hasilpemeriksaan akan positif jika terkena
infeksi jamur
Nama kelompok :
1. Devita Miliandani
2. Ade AjengTianti
ACNE VULGARIS
E. Definisi
Acne vulgaris merupakansuatupenyakitperadangan kronik dari folikelsebasea
yang ditandaidenganadanyakomedo, papul, kista dan pustula (Tahir,2010)
F. Etiologi
1. Peningkatan produksi sebum
Acne biasanya mulai timbul pada masa pubertas ketika kelenjar sebasea
membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak dari sebelumnya. Hormon
androgen menyebabkan kelenjar sebasea memproduksi lebih banyak sebum.
Sebum membawa sel kulit mati melalui folikel ke permukaan kulit. Jerawat
muncul saat folikel terhalang oleh sesuatu dan sel kulit mati yang sudah
bergabung dengan sebum yang seharusnya diawa keluar mellaui folikel akan
menumpuk. Tumpukan ini akan menimbulkan infeksi dan membengkak, hal
ini yang biasadisebutdenganjerawat.
2. Bakteri
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya acne adalah Corynebacterium
acnes,staphylococcus epidermis dan yang paling sering menyebabkan jerawat
adalah Propionibacterium acnes (P.acnes)
3. Herediter
Berpengaruh besar pada aktivitas kelenjar sebasea . bila orang tua mempunyai
parut bekas acne, kemungkinan besar anaknya menderita acne
4. Psikis
Pada penderita acne, stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi acne
5. Kosmetika
Pemkaian bahan kosmetika tertentusecaraterusmenerusdapatmenyebabringan
6. Lingkungan
Acne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah indutri dan
pertambangan dibandingkan di daerah pedesaan.
G. Klasifikasi
Menurut djuanda, 2007, keparahan acne vulgaris dibagi menjadi :
1. Ringan
a. Beberapa lesi tidak meradang pada 1 predileksi
b. Sedikit lesi meradang pada 1 predileksi
2. Sedang
14. Banyak lesi tidak meradang pada 1 predileksi
15. Beberapa lesi meradang pada 1 predileksi
3. Berat
a. Banyak lesi tidak meradang pada 1 predileksi
b. Banyak lesi meradang pada 1 predileksi
H. Patofisiologi
Selama usia kanak-kanak, kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada hakekatnya
tidak berfungsi. Kelenjar ini berda dibawah kendali hormon androgen. Saat usia
pubertas, hormone androgen menstimulasi kelenjar sebasea dan menyebabkan
kelenjar tersebut membesar serta mensekresikan suatu minyak alami yaitu sebum.
Sebum yang merembas naik hingga ppuncak folikel rambut dan mengalir keluar
pada permukaan kulit. Pada remaja yang berjerawat, stimulasi androgen akan
meningkatkan daya responsive kelenjar sebasea sehingga acne terjadi ketika
ductus pilosebasea tersumbat oleh tumpukan sebum. . Tumpukan ini akan
menimbulkan infeksi dan membengkak, hal ini yang biasa disebut dengan
jerawat.
I. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik acne vulgaris ditandai dengan 4 tipe dasar lesi :
1. Komedo terbuka dan tertutup
2. Papula
3. Pustule
4. Lesi nodul kisti
J. Pencegahan
1. Hygiene
2. Hindari pemicu
3. Penggunaan kosmetik secukupnya
K. Penatalaksanaan
Medis :
1. Pengobatan Topikal
a. Bahan iritan yang dapat mengelupas, misalnya sulfur, peroksida
bensoil,asam salisilat, asam alfa hidroksi (AHA)
b. Antibiotik topical, misalnya tetrasiklin, eritromisin
c. Antiinflamasi topical, misalnya salep atau krim kortikosteroid kekuatan
ringan atau sedang
2. Pengobatan sistemik untuk menekan produksi sebum dan keseimbangan
hormonal
3. Bedah kulit untuk memperbaiki jaringan parut akibat acne vulgaris yang berat.
Keperawatan :
1. Terapi diet
2. Hygiene kulit
L. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboraturium untuk mengukur kadar testosterone, LH,FSH
2. Pemeriksaanhistopatologis
NAMA KELOMPOK :
1. FANI OKTAVIANI (2720170018)
2. RIZNA RENWARIN (2720170020)
FOLIKULITIS SUPERFISIALIS
1. Definisi
FOLUKULITIS
Folitikus Superfisialis merupakan salah satu jenis peradangan folikel rambut
yang terjadi pada infudibulum atau muara folikel rambut, berbentuk kecil dan
berubah, biasanya pada kulit kepala anak dan area cukur. Folikulitis
superfisial dikenal juga dengan nama Impetigo Bockhart. Penyakit ini di
sebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang ditandai dengan pustul
kecil yang di kelilingi eritema
Gambaran klinik:
16. Banyak papul erytematous superfisialis & pustula pada muara
rambut
17. Tempat predileksi di kulit (muka, gluteus, tungkai)
18. Suatu kondisi kronik yang diperberat dengan mencukur
19. Papul kadang-kadang mengandung pus ( pustul ), ditengahnya
mengandung rambut serta adanya krusta disekitar daerah inflamasi.
20. Tempat predileksi folukulitis superfisial superfisial yaitu di tungkai
bawah
3. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memastikan
bahwa penyebabnya adalah stafilokokus, bisa dilakukan pembiakan contoh
jaringan yang terinfeksi di laboratorium atau bias dilakukan biopsy.
Furunkulosis ekstensif atau karbunkel biasanya menunjukkan leukositosis.
S.aureus merupakan penyebab utama. Pemeriksaan histologis dari karbunkel
menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan
lemak subkutan. Pada karbunkel, abses multipel yang dipisahkan oleh
trabekula jaringan ikat menyusup dermis dan melewati sepanjang pinggir
folikel rambut, mencapai permukaan melalui lubang pada epidermis yang
terkikis. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang
dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram
akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif) dan
kultur bakteri pada medium agar darah domba memberikan gambaran koloni
yang lebar (6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning
keemasan.
Pemeriksaan Khusus folukulitis superfisial :
Biakan dan tes kepekaan
Hitung jenis mungkin diperlukan
Urinalisis
Biopsi kulit dapat digunakan untuk membantu dokter mengkonfirmasikan
diagnosis.
Diagnosis furunkelkebanyakan dapat ditegakkan secara klinis mengingat
gambaran klinisnya yang khas yaitu lesi awal berupa infiltrat kecil, membesar
membentuk nodul eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, terdapat core (mata
bisul), kemudian melunak menjadi abses, pecah, terbentuk ulkus. Tetapi
untuk lebih menegakkan diagnosisnya yaitu dari segi :
1. anamnesis : timbul bisul atau benjolan yang nyeri dan ada matanya.
2. pemeriksaan fisik khususnya efloresensi nodul eritema berbentuk kerucut,
dan ditengahnya terdapat core
3. pemeriksaan penunjang : pengecatan Gram, kultur dan tes sensitivitas
4. Diagnosis Banding
Diagnosis banding karbunkel yaitu :
a. Kista epidermal
Diagnosa banding yang paling utama dari karbunkel adalah kista
epidermal yang mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami
inflamasi dapat dengan tiba-tiba menjadi merah, nyeri tekan, dan
ukurannya bertambah dalam satu atau beberapa hari sehingga dapat
menjadi diagnosa banding karbunkel. Diagnosa banding berupa kista
epidermal yang mengalami inflamasi ini dapat disingkirkan berdasarkan
terdapatnya riwayat kista sebelumnya pada tempat yang sama,
terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan penekanan lesi tersebut
akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak sedap sedangkan
pada karbunkel mengeluarkan material purulen.
b. Hidradenitis suppurativa (apokrinitis)
Diagnosa banding seperti hidradenitis suppurativa (apokrinitis) juga
sering membuat salah diagnosis karbunkel. Berbeda dengan karbunkel,
penyakit ini ditandai oleh abses steril dan sering berulang. Selain itu,
daerah predileksinya berbeda dengan karbunkel yaitu pada aksila, lipat
paha, pantat, atau dibawah payudara. Adanya jaringan parut yang lama,
adanya sinus dan fistel serta kultur bakteri yang negatif memastikan
diagnosis penyakit ini dan juga membedakannya dengan karbunkel.
c. Sporotrikosis, blastomikosis dan akne konglobata
Sporotrikosis merupakan infeksi kronik dari jamur Sporotrichum
schenkii dan ditandai oleh nodula berjejer sepanjang aliran limfe.
Blastomikosis ditandai nodula kronik dengan multipel fistula. Akne
konglobata ditandai oleh nodulnodul merah hitam dengan kebanyakan
berada pada daerah punggung daripada wajah dan lengan.
5. Therapy/Tindakan Penanganan
Terapi folukulitis superfisial :
g. Kadang folukulitis superfisial dapat sembuh sendiri setelah dua atau tiga
hari, tetapi pada beberapa kasus yang persisten dan rekurens perlu
penanganan lebih lanjut.
h. Pengobatan dapat diberikan antibiotik sistemik.
i. Antibiotik topikal serta penggunaan antiseptik (contoh, chlorhexidine)
dapat diberikan sebagai terapi tambahan, tetapi jangan digunakan tanpa
pemberian antibiotik sistemik. Dianjurkan pemberian antibiotik sistemik
dengan harapan dapat mencegah terjadinya infeksi kronik.
6. Pencegahan
Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada folikel rambut dan infeksi
tindakan yang perlu dilakukan antara lain:
Meminimalkan gesekan pakaian.
Hindari mencukur di daerahá yang sering timbul gatal (jika memang harus
dicukur, gunakan silet baru yang bersih atau pisau cukur listrik).
Menjaga kebersihan daerah yang gatal.
Perbaikan/peningkatan kebersihan pribadi dan lingkungan
Menggunakan sabun antiseptik/antikuman
Menghindari atau sedikit mungkin menggunakan obat-obatan suntikan
intravena
Menggunakan pakaian yang ringan yang memudahkan udara atau angin
bersikulasi dalam tubuh.
Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat anti-
bakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau
mencegah penularan.
7. Komplikasi
Pada beberapa kasus folukulitis superfisialringan, tidak menimbulkan
komplikasi meskipun infeksi dapat rekurens atau menyebar serta
menimbulkan plak.
Komplikasi pada folukulitis superfisial yang berat, yaitu :
7. Selulitis
Sering terjadi pada kaki, lengan, atau wajah. Meskipun infeksi awal
hanya superfisial, akhirnya akan mengenai jaringan di bawah kulit atau
menyebar ke nodus limfatikus dan aliran darah.
8. Furunkulosis
Kondisi ini terjadi ketika furunkel berkembang ke jaringan dibawah
kulit (subkutan). Furunkel biasanya berawal sebagai papul berwarna
kemerahan. Tetapi beberapa hari kemudian dapat berisi pus, sehingga
akan membesar dan lebih sakit.
9. Skar
Folukulitis superfisial yang berat akan meninggalkan skar atau jaringan
ikat (hipertropik/skar keloid) atau hipopigmentasi.
10. Kerusakan folikel rambut
Hal ini akan mempermudah terjadinya kebotakan permanen.
Nama kelompok :
Tinea Pedis
Gunakanpemutihklorindalamlarutanpembersihkaos kaki
ataularutanpembersihlantai, bak mandi, lantaikamar mandi, dan
permukaankonteruntukmencegahpenyebaran infeksijamur.
Nama Kelompok :
Anggri gustina2720170081
Jika infeksi jamur pada kuku masih tergolong ringan maka tidak
membutuhkan pengobatan. Namun terkadang infeksi jamur kuku dapat
menyebabkan nyeri dan penebalan kuku sehingga membutuhkan perawatan dan
pengobatan
2. Bagian Kuku
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk yang menebal.Bagian kuku terdiri dari:
Infeksi jamur yang terjadi pada kulit menyebar hingga kuku. Seperti kutu air
dapat menyebar hingga ke kuku.
Infeksi jamur pada kuku tangan dapat terjadi ketika kuku pada kaki terinfeksi.
Jamur dapat menyebar ketika Anda menggaruk jari kaki dan kuku yang gatal
Infeksi jamur pada kuku tangan memiliki kemungkinan lebih tinggi jika terlalu
sering mencuci tangan atau kontak langsung dengan air terlalu sering. Seorang
yang bekerja sebagai juru masak atau pembersih akan sering mencuci tangan
sehingga dapat merusak kulit yang melindungi kuku. Hal tersebut memungkinkan
jamur untuk masuk.
1) Kuku yang mengalami luka atau rusak juga dapat menjadi sarana untuk
jamur masuk dan menginfeksi.
2) Kondisi kesehatan seperti memiliki riwayat penyakit diabetes, memiliki
sistem kekebalan tubuh yang lemah.
3) Lingkungan hidup yang tidak sehat.
4) Hidup ditempat beriklim tropis atau lembab.
5) Seseorang yang merokok memiliki resiko lebih tinggi terinfeksi jamur
pada kuku.
6) Infeksi jamur pada kaki lebih sering terjadi daripada pada tangan, hal ini
disebabkan oleh
7) Kaki lebih sering tertutup oleh sepatu. Kaki yang tertutup sepatu berada
pada kondisi tidak mendapatkan paparan sinar matahari, bersuhu hangat
dan lembab jari kaki umumnya mendapatkan aliran darah yang kurang jika
dibandingkan oleh jari tangan sehingga sistem kekebalan tubuh
mengalami kesulitan untuk mendeteksi dan menghentikan infeksi.
Tinea Unguium pada kaki seringkali infeksi jamur hanya terjadi pada satu
kuku,namun kuku yang lain memiliki kemungkinan akan tertular. Berikut tanda
dan gejala terjadinya infeksi jamur pada kuku :
Atau infeksi jamur pada kuku , infeksi jamur pada kuku yang termasuk ringan dan
tidak menyebabkan gejala tidak memerlukan terapi pengobatan karena :
1) Menjaga kuku agar tetap pendek dan menipiskan bagian kuku yang menebal.
Hal ini dapat membantu mengurangi rasa sakit dan mempermudah obat masuk
kedalam kuku.
2) Sebelum melakukan penipisan kuku dapat mengoleskan krim yang mengandung
urea setiap malam pada kuku yang akan ditipiskan dan menutupi mereka dengan
perban.
3) Cuci bagian kuku yang diberi krim urea pada pagi hari Ulangi sampai kuku
melunak.
4) Jika Anda memiliki kondisi yang menyebabkan buruknya aliran darah pada kaki
sehingga tidak dapat memotong kaki, maka Anda dapat melakukannya di
penyedia layanan kesehatan seperti puskesmas atau klinik secara rutin untuk
memotong kuku.
5) Menggunakan gunting kuku yang berbeda untuk memotong kuku yang
terinfeksi. Hal ini dibutuhkan agar tidak terjadi kontaminasi infeksi jamur pada
kuku yang lain.
6) Menjaga kuku agar tidak terluka atau cedera dengan menggunakan sarung
tangan vinil ketika melakukan pekerjaan basah dan menggunakan sarung tangan
katun untuk melakukan pekerjaan kering.
7) Jika infeksi jamur terjadi pada kuku kaki, maka perlu menggunakan sepatu yang
pas pada kaki dan menjaga kaki agar tetap kering dan bersih.
Sebagai tahap awal pengobatan untuk infeksi jamur pada kuku maka Anda
dapat berkonsultasi kepada Apoteker untuk mendapatkan terapi pengobatan
tanpa resep yang tepat. Jika terapi pengobatan tahap awal tidak memberikan
hasil terapi maka dapat berkonsultasi dengan Dokter untuk mendapatkan terapi
pengobatan yang membutuhkan resep.
8. Komplikasi
1) Infeksi berulang
2) Kehilangan kuku yang terkena infeksi (secara permanen)
3) Perubahan warna kuku yg terinfeksi
4) Penyebab infeksi kearea lain dari tubuh dan mungkin saja infeksi ini menyebar
melalui peredaran darah
5) Perkembangan infeksi bakteri pada kuku disebut selutitis
10. pencegahan