mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi menjadi
salah satu metode pengobatan penting untuk membunuh kanker. Ada dua teknik pemberian
radiasi, pertama sumber radiasi berasal dari luar tubuh pasien dengan menggunakan mesin
khusus, yang dikenal dengan radioterapi eksternal (External Beam Radiation Therapy-EBRT)
dan yang kedua dengan menempatkan sumber radioaktif dalam tubuh pasien (brachytherapy).
http://www.digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-sabrianisu-33948-3-2009ta-2.pdf
Radioterapi eksternal. Radioterapi eksternal adalah tipe yang paling umum dari
radioterapi. Sebuah mesin akan memancarkan radiasi, biasanya X-ray intensitas tinggi.
Radiasi akan diarahkan pada bagian tubuh yang terkena kanker. Tiap sesi biasanya
membutuhkan waktu sekitar 10-30 menit. Anda tidak akan merasa sakit atau kepanasan
selama terapi.
Radioterapi internal. Ada dua cara radioterapi internal yang umumnya dilakukan, yaitu :
Implan. Umumnya implan akan ditempatkan pada bagian tubuh yang terkena kanker atau di
dekatnya. Ukuran dan bentuk implan sangat beragam dengan materi radioaktif yang
berbeda-beda. Terutama digunakan untuk kanker pada rahim, rektum, serviks, prostat, mulut
dan leher.
Cairan. Dengan cara meminum cairan yang mengandung iodin radioaktif. Misalnya untuk
pengobatan kanker tiroid. Kandungan iodin radioaktif akan diserap oleh aliran darah,
kemudian diserap oleh sel-sel tiroid baik yang terkena kanker atau normal. Iodin kemudian
akan terkumpul dan menghancurkan sel-sel pada tiroid.
Selain itu, terdapat beberapa metode baru radioterapi yang digunakan untuk memerangi sel
kanker.
Sebagian besar efek samping bersifat sementara, mampu dikendalikan, dan yang terpenting akan
segera hilang setelah terapi selesai.
Kepala dan leher. Radioterapi yang dilakukan di sekitar kepala dan leher, kemungkinan
efek samping antara lain kondisi mulut kering, air liur yang mengental, sakit
tenggorakan, sulit menelan, perubahan rasa pada makanan yang dikonsumsi,
mual, sariawan, dan kerusakan pada gigi.
Dada. Terapi radiasi yang dilakukan pada bagian dada dapat menyebabkan efek samping
berupa batuk, napas yang pendek, dan kesulitan menelan.
Perut. Di bagian perut, efek samping yang terjadi biasanya mual, muntah, dan diare.
Panggul. Efek samping dapat berupa iritasi kandung kemih, sering buang air kecil, diare,
dan disfungsi seksual sebagai efek dari terapi radiasi yang dilakukan di sekitar panggul.
Selain itu ada juga risiko yang umum dikeluhkan setelah terapi radiasi, antara lain
kerontokan pada rambut, iritasi kulit di lokasi terapi, dan rasa lelah.