Pengembangan Instrumen Dan Bahan Ajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi PDF
Pengembangan Instrumen Dan Bahan Ajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi PDF
Abstrak: Instrumen penelitian merupakan bagian penting dari suatu proses penelitian
secara keseluruhan, sedangkan bahan ajar merupakan bagian penting dari suatu proses
pembelajaran secara keseluruhan. Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah tersusunnya bahan ajar dan instrumen untuk mengukur kemampuan
komunikasi, penalaran, dan koneksi matematis mahasiswa yang sesuai, tervalidasi,
mempunyai reliabilitas, daya pembeda (DP), dan indeks kesukaran (IK) yang memadai.
Instrumen dan bahan ajar yang dikembangkan digunakan untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi, penalaran, dan koneksi matematis mahasiswa. Untuk mencapai
tujuan tersebut, kegiatan yang dilakukan adalah: (1) menganalisis secara teoritis
instrumen, rubrik, dan bahan ajar; (2) menganalisis secara teoritis tentang komunikasi,
penalaran, dan koneksi matematis; (3) menganalisis secara empiris identifikasi
permasalahan lapangan berkenaan dengan bahan ajar, pembelajaran, dan instrumen
dalam mengevaluasi; (4) mengembangkan prototipe instrumen, rubrik, dan bahan ajar;
(5) analisis teoritik istrumen, rubrik dan bahan ajar; (6) model konseptual yang telah
disusun kemudian divalidasi oleh pakar sesuai dengan keahliannya agar model
konseptual tersebut mempunyai dasar teori yang ajeg dan sesuai dengan kaidah ilmiah,
(7) penyempurnaan model instrumen; (8) ujicoba terbatas instrumen dan rubrik ; (9)
penyempurnaan instrumen dan rubrik.
mengumpulkan data, dan dianalisis; (9) Melakukan dalam semua disiplin ilmu dan dunia kerja, artinya
revisi akhir terhadap model lapangan sehingga bahwa seseorang harus dapat: (1) Membuat
matematika; (2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi dan menarik kesimpulan logis.
koefesien reliabilitas sebesar 0.7 sampai 0.9 pembelajaran ini adalah scientific debate. Dengan
tergolong tinggi untuk sebuah instrumen. demikian, mahasiswa memiliki peran yang sangat
Tingkat kesukaran suatu butiran soal besar dalam upaya memahami konsep,
mahasiswa yang menjawab soal itu benar dengan serta menerapkan konsep, prosedur, dan prinsip
banyaknya mahasiswa yang menjawab soal tersebut dalam penyelesaian masalah yang
(Ruseffendi, 1991, h.199). Hasil analisis tingkat diberikan. Sementara itu, peran utama guru lebih
kesukaran menunjukkan bahwa soal nomor 7 bersifat fasilisator yang harus senantiasa
termasuk dalam kategori sukar, soal nomor 1, 2, 4, memfasilitasi setiap perkembangan yang terjadi pada
dalam kategori sedang, soal nomor 3 dan 5 termasuk berlangsung. Dengan demikian, bahan ajar yang
dalam kategori mudah. dikembangkan dalam penelitian ini didesain agar
Daya pembeda sebuah soal menunjukkan mahasiswa mampu menemukan konsep, prosedur,
kemampuan soal tersebut membedakan antara prinsip, serta mampu menerapkannya dalam
mahasiswa yang pandai dengan yang kurang. menyelesaikan masalah yang diberikan.
Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian
klasifikasi Ebel. Hasil analisis klasifikasi daya ini dikembangkan sedemikian rupa sehigga
pembeda menunjukkan bahwa soal nomor 1, 2, dan mahasiswa dimungkinkan mencapai kompetensi
3 termasuk dalam klasifikasi cukup baik, soal nomor matematika yang relevan dengan materi yang
4, 6, dan 7 termasuk klasifikasi minimum, serta soal dipelajari. Selain itu, fokus mengembangkan bahan
nomor 5 termasuk dalam klasifikasi sangat baik. ajar diarahkan agar kemampuan berfikir matematika
Adapun instrumen yang telah memiliki validasi, tingkat tinggi mahasiswa, seperti kemampuan
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda komunikasi, penalaran, dan koneksi matematis
Jurnal Penelitian Pendidikan
50
Vol. 13 No. 1, April 2012
dalam pemecahan masalah tidak rutin, membuktikan rutin. Sajian masalah seperti itu dimaksudkan agar
atau mengajukan jastifikasi, serta menemukan pola mahasiswa terbiasa melakukan aksi mental integratif
dan mengajukan bentuk umumnya dapat yang melibatkan berbagai pengetahuan serta
berkembang dengan baik. pengalaman, baru maupun lama, sehingga proses
Secara umum, bahan ajar yang terbentuknya obyek-obyek mental yang mengarah
dikembangkan memiliki dua sifat yakni informatif pada pembentukan skema baru dapat terdorong
dan noninformatif. Bahan ajar yang bersifat secara efektif. Berikut adalah contoh bahan ajar
informatif disajikan secara langsung tanpa melalui yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengolahan dalam aktivitas pembelajaran. Bahan kemampuan komunikasi, penalaran, dan koneksi
ajar yang tidak bersifat informatif dikemas dalam matematis.
bentuk sajian masalah yang memuat tuntutan untuk
berfikir dan beraktivitas sehingga mengarah pada KESIMPULAN
pengembangan kompetensi matematik serta Langkah-langkah yang harus dilakukan
kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi dalam mengembangkan bahan ajar dan instrumen
mahasiswa. Sebagai contoh, melalui serangkaian penelitian yang memiliki validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda yang memadai
masalah yang diajukan pada bahan ajar berjudul
meliputi: (1) menganalisis secara teoritis instrumen,
Integral Tertentu, mahasiswa diarahkan untuk
rubrik, dan bahan ajar; (2) menganalisis secara
mampu menemukan prosedur, dapat menggunakan
teoritis tentang komunikasi, penalaran, dan koneksi
konsep matematika yang terkait dengan
matematis; (3) menganalisis secara empiris
penyelesaian integral, dan mampu memecahkan
identifikasi permasalahan lapangan berkenaan
masalah tidak rutin yang didasarkan pada prosedur
dengan bahan ajar, pembelajaran, dan instrumen
yang ditemukan, serta mampu mengajukan
dalam mengevaluasi; (4) mengembangkan prototipe
justification atas suatu kesimpulan yang telah
instrumen, rubrik, dan bahan ajar; (5) analisis teoritik
dibuat. istrumen, rubrik dan bahan ajar; (6) model
Agar mahasiswa mampu menerapkan konseptual yang telah disusun kemudian divalidasi
kompetensi matematik yang sudah dipelajari pada oleh pakar sesuai dengan keahliannya agar model
permasalahan sehari-hari, sebagian bahan ajar konseptual tersebut mempunyai dasar teori yang
dirancang secara kontekstual yaitu pada bahan ajar ajeg dan sesuai dengan kaidah ilmiah, (7)
berjudul menentukan luas daerah dan menentukan penyempurnaan model instrumen; (8) ujicoba
volume benda putar. Bahan ajar lainnya disajikan terbatas instrumen dan rubrik; (9) penyempurnaan
dalam bentuk masalah matematik bersifat tidak instrumen dan rubrik.
ISSN 1412-565X
51
DAFTAR PUSTAKA
Mc. Millan, J H. dan Schumacher. (2001). Research In Education, A conceptual Introduction. Fifth edition. New
York: Addison Wesley Longman. Inc.
National Council of Teachers of Mathematics, (2000) Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.
Reston, Va.: National Council of Teachers of Mathematics.
Utari, S. 2006), Berfikir Matematik Tingkat Tinggi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Siswa
Sekolah Menengah dan Mahasiswa Calon Guru. Makalah disajikan pada Seminar Pendidikan Matematika
di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran Tanggal 22 April 2006: tidak diterbitkan.
Utari, S. (2008) Berfikir Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Cara Mempelajarinya. Makalah.
BIODATA SINGKAT
Penulis adalah Staf Pengajar FPMIPA Unisba Bandung, Email: ramdani_yani@yahoo.com