Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI, PENALARAN, DAN KONEKSI MATEMATIS


DALAM KONSEP INTEGRAL

Oleh: Yani Ramdani


Staf Pengajar FMIPA Unisba

Abstrak: Instrumen penelitian merupakan bagian penting dari suatu proses penelitian
secara keseluruhan, sedangkan bahan ajar merupakan bagian penting dari suatu proses
pembelajaran secara keseluruhan. Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah tersusunnya bahan ajar dan instrumen untuk mengukur kemampuan
komunikasi, penalaran, dan koneksi matematis mahasiswa yang sesuai, tervalidasi,
mempunyai reliabilitas, daya pembeda (DP), dan indeks kesukaran (IK) yang memadai.
Instrumen dan bahan ajar yang dikembangkan digunakan untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi, penalaran, dan koneksi matematis mahasiswa. Untuk mencapai
tujuan tersebut, kegiatan yang dilakukan adalah: (1) menganalisis secara teoritis
instrumen, rubrik, dan bahan ajar; (2) menganalisis secara teoritis tentang komunikasi,
penalaran, dan koneksi matematis; (3) menganalisis secara empiris identifikasi
permasalahan lapangan berkenaan dengan bahan ajar, pembelajaran, dan instrumen
dalam mengevaluasi; (4) mengembangkan prototipe instrumen, rubrik, dan bahan ajar;
(5) analisis teoritik istrumen, rubrik dan bahan ajar; (6) model konseptual yang telah
disusun kemudian divalidasi oleh pakar sesuai dengan keahliannya agar model
konseptual tersebut mempunyai dasar teori yang ajeg dan sesuai dengan kaidah ilmiah,
(7) penyempurnaan model instrumen; (8) ujicoba terbatas instrumen dan rubrik ; (9)
penyempurnaan instrumen dan rubrik.

Kata Kunci: komunikasi, penalaran, koneksi, matematis, rubrik

Abstract: The research instrument is an important part of an overall research process,


while instructional materials are an important part of the overall learning process. Thus,
the objectives of this research is the formulation of instructional materials and instruments
to measure communication skills, reasoning, and mathematical connections students
appropriate, validated, has the reliability, differentiator power(DP), and the difficulty
index (DI) is adequate. Instruments and teaching materials developed are used to improve
communication skills, reasoning, and mathematical connections students. To achieve these
objectives, the activities carried out are: (1) analyze theoretically instruments, rubrics,
and instructional materials, (2) analyze theoretically about communication, reasoning,
and mathematical connections, (3) analyze empirically identify issues with respect to the
field teaching materials, teaching, and evaluating instruments, (4) develop a prototype
instrument, rubrics, and instructional materials, (5) istrumen theoretical analysis, rubrics
and instructional materials, (6) a conceptual model that had been developed and then
validated by experts according to their expertise that the conceptual model has a steady
theoretical basis and in accordance with scientific principles, (7) improving the model
instrument; (8) limited testing instruments and rubrics; (9) improvement of instruments
and rubrics.

Keywords: communication, reasoning, connections, mathematical, rubric

PENDAHULUAN dengan kemampuan yang diuji meliputi: (1)


Konsep integral banyak dilibatkan dalam menghitung integral tak tentu; (2) menghitung
berbagai situasi kehidupan nyata. Di Indonesia integral tertentu fungsi aljabar dan fungsi
konsep integral diberikan pada siswa kelas XII, dan trigonometri; (3) menghitung luas daerah; dan (4)
pada mata kuliah kalkulus untuk perguruan tinggi, menghitung volume benda putar. Kemampuan yang
Jurnal Penelitian Pendidikan
44
Vol. 13 No. 1, April 2012
diuji tersebut baru sampai pada tingkat pemahaman dan pemecahan masalah daripada penemuan
konsep dan merupakan tingkatan paling rendah jawaban secara mekanik; dan (5) mencari hubungan
dalam berfikir matematik tingkat tinggi.Hal ini antara ide-ide matematika dan penerapannya
dicirikan oleh: mengingat, menerapkan rumus secara daripada matematika sebagai sekumpulan konsep
rutin dalam kasus sederhana atau serupa, dan yang saling terpisah (Utari, 2009). Selain itu,
menghitung secara sederhana. Walaupun diperlukan bahan ajar yang memadai karena bahan
kemampuan yang diujikan masih dalam tingkat ajar merupakan bagian yang sangat penting dari
rendah, namun hasil belajar siswa juga rendah. Hasil suatu proses pembelajaran secara keseluruhan.
penelitian Orton (2001) menunjukkan bahwa, nilai Untuk melihat keberhasilan proses
rata-rata materi integral memiliki nilai terendah yaitu pembelajaran tersebut, maka perlu dilakukan
1.895 untuk tingkat persekolahan dan 1.685 untuk penelitian tentang ketepatan instrumen dan bahan
tingkat perguruan tinggi pada skala 0 s.d 4, ajar serta rencana pembelajaran yang lebih
dibandingkan dengan materi dalam kalkulus lainnya menekankan pada peningkatan kemampuan
seperti: barisan, limit, dan turunan. Orton komunikasi, penalaran, dan koneksi matematis.
mengklasifikasi kesalahan dalam tiga kategori yaitu: Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengkaji
(1) Structural errors; (2) Arbitrary errors; (3) dan menganalisis langkah-langkah yang harus
Executive errors. Kesulitan siswa dalam dilakukan agar bahan ajar dan instrumen memadai
memahami integral terletak pada penggunaan untuk suatu penelitian. Adapun judul penelitian yang
penyajian grafik yang relevan dan sangat minimnya dilakukan adalah: Pengembangan Instrumen
memahami simbol yang digunakan. Hasil uji coba danBahan Ajar untuk Meningkatkan Kemampuan
UN 2010 yang diberikan kepada 879 siswa SMA Komunikasi, Penalaran, dan Koneksi Matematis
menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam Konsep Integral.
untuk konsep integral berada di bawah 50%, Dalam penelitian pendidikan matematika,
dibandingkan dengan konsep matematika SMA bahan ajar dan instrumen harus memadai untuk
lainnya. penelitian artinya harus tervalidasi, mempunyai
Berdasarkan kondisi di atas, maka untuk reliabilitas, daya pembeda (DP), dan indeks
meningkatkan kemampuan berfikir matematika kesukaran (IK) yang tepat. Dengan demikian
tingkat tinggi khususnya kemampuan komunikasi, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
penalaran, dan koneksi matematis, pembelajaran bagaimana mengembangkan bahan ajar dan
harus lebih ditekankan pada: (1) pengertian kelas instrumen penelitian yang memenuhi validitas,
sebagai komunitas matematika daripada hanya mempunyai reliabilitas, daya pembeda (DP), dan
sebagai sekumpulan individu; (2) pengertian logika indeks kesukaran (IK) yang memadai untuk
dan kejadian matematika sebagai verifikasi daripada meningkatkan kemampuan komunikasi, penalaran,
guru sebagai penguasa tunggal dalam memperoleh dan koneksi matematis mahasiswa dalam konsep
jawaban benar; (3) pandangan terhadap penalaran integral?
matematika daripada sekadar mengingat prosedur Ketepatan instrumen penelitian merupakan
atau algoritma; (4) penyusunan konjektur, penemuan bagian yang sangat penting dari suatu proses
ISSN 1412-565X
45
penelitian secara keseluruhan, sedangkan bahan ajar bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari; (3)
merupakan bagian yang sangat penting dari suatu memahami representasi ekuivalen konsep atau
proses pembelajaran secara keseluruhan. Oleh prosedur yang sama; (4) mencari koneksi satu
karena itu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang
ini adalah tersusunnya instrumen dan bahan ajar ekuivalen; dan (5) menggunakan koneksi antar topik
yang tepat untuk mengukur kemampuan komunikasi, matematika, dan antara topik matematika dengan
penalaran, dan koneksi matematis mahasiswa topik lain.
dalam konsep integral. Ketepatan instrumen Studi pendahuluan dilakukan secara teoritis
meliputi: validitas, reliabilitas, daya pembeda (DP), melalui pengkajian data empiris dengan tujuan
dan indeks kesukaran (IK). menggali informasi dan data-data yang diperlukan
serta untuk memfokuskan permasalahan. Setelah
METODE PENELITIAN model konseptual diperoleh, selanjutnya divalidasi
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. oleh pakar (expert judgement) agar memenuhi teori
Tahap pertama, melakukan studi pendahuluan dasar yang ajeg dan sesuai dengan kaidah ilmiah.
dalam upaya merumuskan prototype instrumen, Tahap kedua, yaitu menguji coba model
rubrik, dan bahan ajar yang akan digunakan untuk konseptual yang telah disusun dan divalidasi di
mengukur kemampuan komunikasi meluputi: (1) lapangan dengan tujuan untuk melihat sejauhmana
merepresentasikan objek-objek nyata dalam model tersebut efektif dan efesien secara nyata.
gambar, diagram, atau model matematika; (2) Kemudian dilakukan analisis untuk mengevaluasi,
menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika merevisi, dan penyempurnaan kembali sampai
secara tulisan dalam bentuk gambar, tabel, diagram, dihasilkan model yang efektif dan efesien. Model
atau grafik; (3) menyatakan peristiwa sehari-hari dan bahan ajar selanjutnya didokumentasi dan
dalam bahasa atau simbol matematika; (4) dijadikan model akhir sebagai produk penelitian.
mengubah suatu bentuk representasi matematis ke Dua tahapan penelitian tersebut mengacu
bentuk representasi matematis lainnya. Kemampuan pada tahapan prosedur penelitian dan
penalaran matematis meliputi: (1) memberikan pengembangan yang dikemukakan oleh (Brog &
penjelasan terhadap model, gambar, fakta, sifat, Gall, 1979 dan Mc. Millan, J.H. dan Schumacher,
hubungan, atau pola yang ada; (2) memperkirakan 2001). Sepuluh langkah dalam penelitian dan
jawaban dan proses solusi, dan menggunakan pola pengembangan (research and development),
dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik, antara lain: (1) Meneliti dan mengumpulkan
menarik analogi dan generalisasi; (3) menyusun dan informasi, membaca literatur, melakukan observasi,
menguji konjektur, memberikan lawan contoh; (4) dan menyiapkan laporan kebutuhan pengembangan;
mengikuti aturan inferensi, menyusun argumen yang (2) Merencanakan prototype komponen yang akan
valid, memeriksa validitas argumen. Kemampuan dikembangkan, mendefinisikan, merumuskan tujuan,
koneksi matematis meliputi: (1) mencari dan menentukan urutan kegiatan dan membuat skala
memahami hubungan berbagai representasi konsep pengukuran; (3) Mengembangkan prototype awal,
dan prosedur; (2) menggunakan matematika dalam buku sumber, bahan pelajaran, dan alat evaluasi;
Jurnal Penelitian Pendidikan
46
Vol. 13 No. 1, April 2012
(4) Melakukan uji coba terbatas terhadap model menjadi model akhir; dan (10) Melakukan diseminasi
awal, melakukan pengamatan, wawancara dan dan penyebaran kepada berbagai pihak hasil
angket. Hasil dianalisis untuk menyempurnakan penelitian untuk digunakan. Adapun prosedur
model awal; (5) Merevisi model awal berdasarkan penelitian dapat dilihat pada bagan berikut ini.
hasil uji coba dan analisis data; (6) Melakukan uji
coba lapangan pada model awal; (7) Melakukan PEMBAHASAN
revisi produk berdasarkan hasil uji coba lapangan Landasan Teori
dan hasil analisisnya; (8) Melakukan uji coba 1. Komunikasi Matematis

lapangan secara operasional lebih luas, Kemampuan berkomunikasi adalah penting

mengumpulkan data, dan dianalisis; (9) Melakukan dalam semua disiplin ilmu dan dunia kerja, artinya

revisi akhir terhadap model lapangan sehingga bahwa seseorang harus dapat: (1) Membuat

Studi pendahuluan berupa analisis secara


teoritis maupun empiris untuk Studi pustaka: menelusuri teori-teori
mengetahui permasalahan dan kebutuhan yang relevan dengan penelitian
instrumen dan rubrik serta bahan ajar.
Wawancara dengan, dosen, pengamatan
pembelajaran, mengamati bentuk soal
yang digunakan

Perumusan konseptual prototype/model instrumen dan rubriknya, yaitu 4 aspek


komunikasi matematis, 4 aspek penalaran matematis, dan 5 aspek koneksi matematis

Validasi prototype melalui judgement

Uji coba pada mahasiswa di Kota Bandung


dengan
dengancriteria
criteriaPT
PTyang
yangsetingkat
setingkatdengan
denganUIN
UINB

Evaluasi Analisis, perhitungan DP, IK, Refleksi dan Revisi


validitas, reliabilitas, readability

Seminar hasil penelitian

penyelidikan-penyelidikan dan dugaan, konsep; (2) mengkomunikasikan mathematical


memformulasikan pertanyaan, dan menarik thinking mereka secara koheren (tersusun secara
kesimpulan serta mengevaluasi informasi; (5) logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru, dan
Menghasilkan dan menyajikan argumentasi- orang lain; (3) menganalisis dan menilai
argumentasi yang meyakinkan. mathematical thinking dan strategi yang dipakai
Dalam pendidikan matematika, kemampuan orang lain; dan (4) menggunakan bahasa matematika
berkomunikasi merupakan salah satu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara
tingkat tinggi yang harus dimiliki oleh mahasiswa benar.
dan sangat penting. NCTM (2000) mengusulkan Komunikasi matematis adalah kemampuan
bahwa program pengajaran matematika sekolah untuk berkomunikasi yang meliputi kegiatan
harus menekankan siswa untuk: (1) mengatur dan penggunaan keahlian menulis, menyimak,
mengaitkan mathematical thinking mereka melalui menelaah, menginterpretasikan, dan mengevaluasi
ISSN 1412-565X
47
ide, simbol, istilah, serta informasi matematika yang lainnya.
diamati melalui proses mendengar, mempresentasi, 2. Penalaran Matematis
dan diskusi. Sudrajat (2001) mengatakan bahwa
Secara garis besar penalaran dibagi menjadi
ketika seorang siswa memperoleh informasi berupa
dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
konsep matematika yang diberikan guru maupun
Penalaran induktif adalah proses penalaran yang
yang diperolehnya dari bacaan, maka saat itu terjadi
menurunkan prinsip atau aturan umum dari
transformasi informasi matematika dari sumber
pengamatan hal-hal atau contoh-contoh kasus.
kepada siswa tersebut. Siswa memberikan respon
Sedangkan penalaran deduktif adalah proses
berdasarkan interpretasinya terhadap informasi itu,
penalaran dari pengetahuan prinsip atau pengalaman
sehingga terjadi proses komunikasi matematis.
yang umum yang menuntun kita memperoleh
Indikator kemampuan siswa yang dapat
kesimpulan untuk sesuatu yang khusus.
dikembangkan dalam melakukan komunikasi
NCTM (1989: 134) menyatakan bahwa
matematis menurut Utari (2006) adalah: (1) mampu
pada siswa kelas 5-8, kurikulum matematika
menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram
sebaiknya mencakup banyak pengalaman yang
ke dalam ide matematika; (2) mampu menjelaskan
beragam yang dapat memperkuat dan memperluas
ide, situasi dan relasi matematis secara lisan, tulisan,
keterampilan-keterampilan penalaran logis sehingga
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; (3)
dengan demikian siswa dapat: (1) mengenal damn
mampu menyatakan peristiwa sehari-hari dalam
mengaplikasikan penalaran deduktif dan induktif; (2)
bahasa atau simbol matematika; (4) mampu
memahami dan menerapkan proses penalaran
mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang
dengan perhatian yang khusus terhadap penalaran
matematika; (5) mampu membaca presentasi
dengan proporsi-proporsi dan grafik-grafik; (3)
matematika tertulis dan menyusun pertanyaan yang membuat dan mengevaluasi konjektur-kunjektur dan
relevan; serta (6) mampu membuat konjektur, argumen-argumen secara logis; (4) menilai daya
menyusun argumen, merumuskan definisi dan serap dan kekuatan penalaran sebagai bagian dari
generalisasi. matematika.
Dalam penyusunan instrumen dan bahan Dari uraian di atas, indikator kemampuan
ajar dalam penelitian ini, kemampuan komunikasi penalaran matematis yang digunakan dalam
matematis yang dikembangkan menggunakan penelitian ini adalah memberikan penjelasan
indikator-indikator: (1) merepresentasikan objek- terhadap model, gambar, fakta, sifat, hubungan, atau
objek nyata dalam gambar, diagram, atau model pola yang ada, mengikuti argumen-argumen logis

matematika; (2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi dan menarik kesimpulan logis.

matematika secara tulisan dalam bentuk gambar, 3. Koneksi Matematis


tabel, diagram, atau grafik; (3) menyatakan peristiwa Standar kurikulum dan evalusi untuk
sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; matematika sekolah (NCTM, 1989) telah
dan (4) mengubah suatu bentuk representasi mengidentifikasi bahwa koneksi (connection)
matematis ke bentuk representasi matematis merupakan proses yang penting dalam pembelajaran
Jurnal Penelitian Pendidikan
48
Vol. 13 No. 1, April 2012
matematika dan menyelesaikan masalah pengembangan instrumen meliputi: 1) menganalisis
matematika. tujuan dan sasaran yang ingin dicapai; 2) menyusun
Adapun indikator kemampuan penalaran peta konsep utama berdasarkan tujuan dan sasaran;
matematis yang digunakan dalam penelitian ini 3) menyusun matriks rancangan tes; 4) memilah
adalah: mencari dan memahami hubungan berbagai peta konsep berdasarkan indikator yang ingin
representasi konsep dan prosedur; menggunakan dikembangkan menjadi item tes; 5) menyusun
matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan spesifikasi untuk satu atau lebih butir soal; 6)
sehari-hari; memahami representasi ekuivalen menuliskan butir soal berdasarkan spesifikasi butir
konsep atau prosedur yang sama; mencari koneksi soal yang telah dikembangkan; dan menentukan
satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi rubrik atau pedoman penskoran.
yang ekuivalen; serta menggunakan koneksi antar Setelah instrumen tersusun, kemudian
topik matematika, dan antara topik divalidasi oleh 5 orang doktor pendidikan matematika
matematika dengan topik lain. meliputi validitas isi dan validitas muka. Hasil
pertimbangan para ahli dianalisis menggunakan
HASIL PENELITIAN statistik Q-Cochran dengan tujuan untuk mengetahui
1. Pengembangan Instrumen apakah para penimbang telah menimbang instrumen
Instrumen utama yang dikembangkan secara seragam atau tidak.
adalah tes kemampuan komunikasi, penalaran, dan Pertimbangan validitas isi didasarkan pada:
koneksi matematis dengan tujuan untuk mengukur kesesuaian soal dengan tujuan yang ingin diukur,
peningkatan kemampuan dan mengevaluasi kesesuaian soal dengan indikator kemampuan
kesulitan mahasiswa dalam konsep integral. komunikasi, penalaran, dan koneksi matematis, serta
Menurut Djemari Mardapi (2003) tujuan kesesuaian soal dengan kurikulum. Hasil
pengembangan tes meliputi: 1) meningkatkan tingkat perhitungan menunjukkan bahwa signifikansi
kemajuan mahasiswa; 2) mengukur pertumbuhan asimtotis 0,423 dengan nilai statistik Q = 6,000 dan
dan perkembangan mahasiswa; 3) merangking nilai 2(0.05;6) = 12.592. Karena nilai Q lebih kecil
mahasiswa berdasarkan kemampuannya; 4) dari nilai 2 tabel pada taraf signifikasi a = 0.05,
mendiagnosis kesulitan mahasiswa; 5) mengevaluasi dapat disimpulkan bahwa para penimbang telah
hasil pengajaran; 6) mengetahui efektifitas menimbang validitas isi tiap butir soal secara
pencapaian kurikulum; dan 7) memotivasi. seragam.
Karena tujuan yang diukur melalui tes Untuk validitas muka didasarkan pada:
tersebut berkaitan dengan hasil belajar berkategori kejelasan sajian soal dari sisi bahasa dan kejelasan
tingkat tinggi, maka tipe soal yang dikembangkan soal dari gambarnya. Hasil perhitungan
berbentuk tes uraian. Hal ini sesuai dengan pendapat menunjukkan bahwa signifikansi asimtotis 0,822
Fraenkel dan Wallen (1993, h.124) yang menyatakan dengan nilai statistik Q = 5,143 dan nilai 2(0.05;6)
bahwa tes berbentuk uraian sangat cocok untuk = 12.592. Karena nilai Q lebih kecil dari nilai 2
mengukur higher level learning outcomes. Adapun tabel pada taraf signifikasi a = 0.05, dapat
langkah-langkah yang dilakukan dalam disimpulkan bahwa para penimbang telah
ISSN 1412-565X
49
menimbang validitas muka tiap butir soal secara untuk mengukur kemampuan komunikasi, penalaran,
seragam. dan koneksi matematis adalah sebagai berikut:
Setelah instrumen memenuhi validitas isi
2. Pengembangan Bahan Ajar
dan muka, serta revisi berdasarkan masukan para
Bahan ajar merupakan bagian yang sangat
penimbang, selanjutnya dilakukan ujicoba dengan
penting dari suatu proses pembelajaran secara
subyek mahasiswa semester 3. Data hasil ujicoba
keseluruhan. Karena penelitian ini bertujuan untuk
selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas dengan
meningkatkan kemampuan berfikir matematik
menggunakan statstik Cronbach Alpha, tingkat
tingkat tinggi mahasiswa, maka bahan ajar yang
kesukaran, dan daya pembeda.
Hasil perhitungan untuk reliabilitas diperoleh digunakan didisain secara khusus sesuai dengan
nilai koefesien alpha 0,873 dan termasuk dalam pendekatan yang digunakan. Seperti telah
kategori tinggi, didasarkan pada klasifikasi Guilford diungkapkan sebelumnya, bahwa pendekatan
(Ruseffendi, 1991, h.197) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang akan digunakan dalam

koefesien reliabilitas sebesar 0.7 sampai 0.9 pembelajaran ini adalah scientific debate. Dengan

tergolong tinggi untuk sebuah instrumen. demikian, mahasiswa memiliki peran yang sangat

Tingkat kesukaran suatu butiran soal besar dalam upaya memahami konsep,

ditentukan oleh perbandingan antara banyaknya mengembangkan prosedur, menemukan prinsip,

mahasiswa yang menjawab soal itu benar dengan serta menerapkan konsep, prosedur, dan prinsip

banyaknya mahasiswa yang menjawab soal tersebut dalam penyelesaian masalah yang

(Ruseffendi, 1991, h.199). Hasil analisis tingkat diberikan. Sementara itu, peran utama guru lebih

kesukaran menunjukkan bahwa soal nomor 7 bersifat fasilisator yang harus senantiasa

termasuk dalam kategori sukar, soal nomor 1, 2, 4, memfasilitasi setiap perkembangan yang terjadi pada

dan 6 termasuk diri mahasiswa selama proses pembelajaran

dalam kategori sedang, soal nomor 3 dan 5 termasuk berlangsung. Dengan demikian, bahan ajar yang
dalam kategori mudah. dikembangkan dalam penelitian ini didesain agar

Daya pembeda sebuah soal menunjukkan mahasiswa mampu menemukan konsep, prosedur,

kemampuan soal tersebut membedakan antara prinsip, serta mampu menerapkannya dalam

mahasiswa yang pandai dengan yang kurang. menyelesaikan masalah yang diberikan.

Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian

klasifikasi Ebel. Hasil analisis klasifikasi daya ini dikembangkan sedemikian rupa sehigga

pembeda menunjukkan bahwa soal nomor 1, 2, dan mahasiswa dimungkinkan mencapai kompetensi

3 termasuk dalam klasifikasi cukup baik, soal nomor matematika yang relevan dengan materi yang
4, 6, dan 7 termasuk klasifikasi minimum, serta soal dipelajari. Selain itu, fokus mengembangkan bahan
nomor 5 termasuk dalam klasifikasi sangat baik. ajar diarahkan agar kemampuan berfikir matematika

Adapun instrumen yang telah memiliki validasi, tingkat tinggi mahasiswa, seperti kemampuan
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda komunikasi, penalaran, dan koneksi matematis
Jurnal Penelitian Pendidikan
50
Vol. 13 No. 1, April 2012
dalam pemecahan masalah tidak rutin, membuktikan rutin. Sajian masalah seperti itu dimaksudkan agar
atau mengajukan jastifikasi, serta menemukan pola mahasiswa terbiasa melakukan aksi mental integratif
dan mengajukan bentuk umumnya dapat yang melibatkan berbagai pengetahuan serta
berkembang dengan baik. pengalaman, baru maupun lama, sehingga proses
Secara umum, bahan ajar yang terbentuknya obyek-obyek mental yang mengarah
dikembangkan memiliki dua sifat yakni informatif pada pembentukan skema baru dapat terdorong
dan noninformatif. Bahan ajar yang bersifat secara efektif. Berikut adalah contoh bahan ajar
informatif disajikan secara langsung tanpa melalui yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengolahan dalam aktivitas pembelajaran. Bahan kemampuan komunikasi, penalaran, dan koneksi
ajar yang tidak bersifat informatif dikemas dalam matematis.
bentuk sajian masalah yang memuat tuntutan untuk
berfikir dan beraktivitas sehingga mengarah pada KESIMPULAN
pengembangan kompetensi matematik serta Langkah-langkah yang harus dilakukan

kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi dalam mengembangkan bahan ajar dan instrumen

mahasiswa. Sebagai contoh, melalui serangkaian penelitian yang memiliki validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda yang memadai
masalah yang diajukan pada bahan ajar berjudul
meliputi: (1) menganalisis secara teoritis instrumen,
Integral Tertentu, mahasiswa diarahkan untuk
rubrik, dan bahan ajar; (2) menganalisis secara
mampu menemukan prosedur, dapat menggunakan
teoritis tentang komunikasi, penalaran, dan koneksi
konsep matematika yang terkait dengan
matematis; (3) menganalisis secara empiris
penyelesaian integral, dan mampu memecahkan
identifikasi permasalahan lapangan berkenaan
masalah tidak rutin yang didasarkan pada prosedur
dengan bahan ajar, pembelajaran, dan instrumen
yang ditemukan, serta mampu mengajukan
dalam mengevaluasi; (4) mengembangkan prototipe
justification atas suatu kesimpulan yang telah
instrumen, rubrik, dan bahan ajar; (5) analisis teoritik
dibuat. istrumen, rubrik dan bahan ajar; (6) model
Agar mahasiswa mampu menerapkan konseptual yang telah disusun kemudian divalidasi
kompetensi matematik yang sudah dipelajari pada oleh pakar sesuai dengan keahliannya agar model
permasalahan sehari-hari, sebagian bahan ajar konseptual tersebut mempunyai dasar teori yang
dirancang secara kontekstual yaitu pada bahan ajar ajeg dan sesuai dengan kaidah ilmiah, (7)
berjudul menentukan luas daerah dan menentukan penyempurnaan model instrumen; (8) ujicoba
volume benda putar. Bahan ajar lainnya disajikan terbatas instrumen dan rubrik; (9) penyempurnaan
dalam bentuk masalah matematik bersifat tidak instrumen dan rubrik.

ISSN 1412-565X
51
DAFTAR PUSTAKA

Mc. Millan, J H. dan Schumacher. (2001). Research In Education, A conceptual Introduction. Fifth edition. New
York: Addison Wesley Longman. Inc.

National Council of Teachers of Mathematics, (2000) Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.
Reston, Va.: National Council of Teachers of Mathematics.

Orton, A. (1983). Studentunderstanding of Integration. Educational Studies in Mathematics, 14, 1-18.

Utari, S. 2006), Berfikir Matematik Tingkat Tinggi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Siswa
Sekolah Menengah dan Mahasiswa Calon Guru. Makalah disajikan pada Seminar Pendidikan Matematika
di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran Tanggal 22 April 2006: tidak diterbitkan.

Utari, S. (2008) Berfikir Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Cara Mempelajarinya. Makalah.

BIODATA SINGKAT
Penulis adalah Staf Pengajar FPMIPA Unisba Bandung, Email: ramdani_yani@yahoo.com

Jurnal Penelitian Pendidikan


52
Vol. 13 No. 1, April 2012

Anda mungkin juga menyukai