Anda di halaman 1dari 81

SELF-EFFICACY

1. Judul Jurnal 1.
Journal of international Education Research Fourth
Quarter 2013 Volume 9, Number 4

2. Judul Penelitian
Keyakinan Self Efficacy dalam Literasi
Matematika dan Hubungan Antara Matematika
Dengan Dunia Nyata: Kasus pada Siswa Sekolah
Menengah
Oleh: Kemal Ozgen, Dicle University, Turkey
3. Apa yang Dikembangkan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki keyakinan self
efficacy siswa sekolah menengah dalam literasi matematika (ML)
dan untuk mengeksplor pandangan mereka dalam hubungan
antara matematika dengan dunia nyata berdasarkan tingkat
keyakinan self efficacy mereka. Dalam kaitannya dengan keyakinan
ML Self Efficacy siswa sekolah menengah, partisipan/peserta
memiliki banyak pandangan terhadap hubungan antara
matematika dengan dunia nyata. Meskipun siswa yang memiliki
tingkat keyakinan self-efficacy sedang dan tinggi memiliki
pandangan positif pada hubungan antara matematika dan dunia
nyata, temuan menyarankan bahwa hal ini dibatasi pada manfaat,
situasi, keadaan dalam menggunakan matematika di dunia nyata
dan konsep-konsep matematika yang dapat mereka gunakan.
Temuan juga menunjukkan bahwa pandangan siswa rendah dalam
menyukai matematika, tingkat yang diharapkan.
4. Dasar Teori

Sebagai hasil dari harapan meningkatnya dunia


kualitatif kontemporer/dunia modern, kebutuhan
individu terhadap literasi matematika juga terus
meningkat (Schoenfeld, 2002).
Pugalee dan Chamblee (1999) menekankan perlunya
literasi matematika untuk adaptasi siswa dalam
berinovasi. Literasi matematika (ML) dapat didefinisikan
sebagai sebuah konsep yang berhubungan dengan
matematika tetapi yang berbeda dari itu dalam hal sifat
dan tujuan (Venkat & Graven, 2008).
Cooper (2000) menyatakan bahwa konsensus umum
tentang arti dan definisi literasi matematika itu tidak
ada.
Menurut McCabe (2001), literasi matematika
menekankan pemahaman tentang karakteristik dasar
dari konsep-konsep matematika, yang diwakili baik
secara lisan maupun tulisan.
Wilkins (2000), di sisi lain, menyatakan bahwa literasi
matematika mencakup konten pengetahuan
matematika, penalaran matematika, memahami
dampak sosial dan manfaat matematika, memahami
sifat dan sejarah perkembangan matematika dan
disposisi matematika.
Demikian pula, De Lange (2001) menyatakan bahwa
apa yang diperlukan untuk literasi matematika adalah
kompetensi yang diperlukan dalam mengajar
matematika.
Edge (2009) literasi matematika adalah pemahaman
matematika di luar tingkat konten pengetahuan.
Mavugara-Shava (2005), hal ini termasuk koneksi/hubungan
matematika dalam matematika itu sendiri, dengan mata
pelajaran lain dalam kurikulum sekolah, hubungan dengan
realitas di dunia fisik, atau koneksi/hubungan dengan
konteks lain yang timbul dari situasi di dunia nyata.
Di sisi lain, keyakinan self-efficacy adalah salah satu konsep
yang paling penting dari sifat-sifat afektif individu.
Keyakinan individu dalam kapasitasnya sendiri untuk dapat
mengatur kegiatan yang diperlukan untuk kinerja tertentu,
dan berhasil melakukannya, disebut self-efficacy (Bandura,
1986).
Hackett dan Betz (1989) mendefinisikan self-efficacy
matematika sebagai keyakinan individu dalam
menyadari situasi matematika, dan keahlian untuk
berhasil menyelesaikan tugas atau masalah.
keyakinan self-efficacy literasi matematika dapat
didefinisikan sebagai keyakinan individu atau penilaian
dalam / kemampuannya dalam proses matematika,
keterampilan dan situasi yang dia temui di sekolah,
pekerjaan dan dunia nyata (Ozgen & Bindak, 2011)
5. Pengembangan Alat ukur

Alat pengumpul data/instrumen dalam penelitian ini


diantaranya adalah "Skala Self-efficacy literasi
matematika " dan jadwal wawancara semi-terstruktur.
Skala yang dikembangkan oleh Ozgen dan Bindak
(2008b) tersebut diberikan untuk menentukan keyakinan
self-efficacy literasi matematika siswa SMA. Ini terdiri dari
25 item yang bertujuan untuk mengukur keyakinan
dalam self-efficacy dalam kaitannya dengan literasi
matematika dan lima poin jenis skala Likert dengan
pilihan jawaban dari "Benar-benar Setuju" sampai "Benar-
benar tidak setuju". Skor yang relatif tinggi yang
diperoleh dari skala menunjukkan tingkat yang relatif
tinggi dalam keyakinan self-efficacy literasi matematika.
Selain itu, pertanyaan terbuka siap untuk digunakan
dalam wawancara untuk mengidentifikasi pandangan
siswa tentang hubungan antara matematika dan dunia
nyata. Diantara pertanyaan terbuka tersebut sebagai
berikut; "Apa yang Anda pikirkan terhadap hubungan
antara matematika dan dunia nyata? Jelaskan dan
berikan alasan? "," Apa manfaat dalam kehidupan Anda
untuk dapat secara efektif menggunakan bahasa
matematika, symbol matematika, representasi dan
berpikir matematis?", "Apa kesulitan dan delusi Anda
dalam pengalaman menghubungkan matematika dengan
dunia nyata? Jelaskan dan berikan alasan?", "Sejauh
mana Anda menggunakan apa yang telah Anda pelajari
dalam pelajaran matematika di dunia nyata dan di
6. Subjek Penelitian (Sampel)
Peserta terdiri dari 40 siswa SMA yang bersekolah di SMA Negeri
yang berada di salah satu kota metropolitan di Turki. Peserta dipilih
dari kelas 9, 10, 11 dan 12 dengan menggunakan purposeful
sampling yang sering dikaitkan dengan penelitian kualitatif (Yildirim
& Simsek, 2005). Karena pendidikan SMA di Turki adalah selama 4
tahun, maka dalam penelitian ini diambil sampel dari siswa dengan
jumlah yang sama pada setiap/masing-masing tingkatan/level.
Selain itu, siswa SMA perlu duduk/mengikuti seleksi masuk
perguruan tinggi untuk dapat melanjutkan studi mereka pada
tingkatan yang lebih tinggi. Penelitian ini dilakukan di sebuah
sekolah yang siswanya diterima/menerima siswa tanpa melalui tes
seleksi. 16 orang peserta/partisipan (40%) adalah laki-laki, dan 24
orang partisipan (60%) adalah perempuan.
7. Prosedur / Metode
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat keyakinan self-
efficacy literasi matematika siswa SMA berdasarkan
pandangan mereka tentang hubungan antara
matematika dan dunia nyata. Metode studi kasus dipilih
untuk dapat mengeksplor secara menyeluruh terkait
dengan hal keyakinan dan pandangan. Dalam rangka
untuk mencari dan memperjelas kasus,maka data
diambil secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
dikumpulkan dalam kaitannya dengan keyakinan self-
efficacy literasi matematika siswa SMA dan data kualitatif
dikumpulkan dalam kaitannya dengan pandangan siswa
SMA tentang hubungan antara matematika dan dunia
8. Analisis Data
Untuk mencegah kesulitan dalam penerapan pengumpulan
bahan-bahan data, peserta diberitahu tentang alat-alat dan
peneliti mengatur skala dan pedoman wawancara. Skala
keyakinan self-efficacy literasi matematika dikumpulkan dan
dianalisis oleh peneliti sesuai dengan pertanyaan penelitian.
Item positif dalam skala tersebut diberi skor 5-1 untuk pilihan
antara "Benar-benar Setuju" sampai "Benar-benar tidak
setuju", sedangkan item negatif diberi skor dari 1 sampai 5.
Untuk identifikasi bagaimana pandangan keyakinan self-
efficacy literasi matematika pada siswa SMA, skala statistik
deskriptif seperti mean aritmatika, frekuensi dan persentase
dihitung. Skor total skala antara 25-58,3 dikategorikan
"rendah", skor antara 58,4-91,7 dikategorikan sedang" dan
skor antara 91,8-125 dikategorikan "tinggi" dalam tingkat
keyakinan self-efficacy.
Uji U Mann Whitney dilakukan untuk menentukan apakah
tingkat keyakinan self-efficacy literasi matematika siswa
secara signifikan berbeda. Sebagai nilai skala untuk
masing-masing sub kelompok tidak terdistribusi normal
tes non-parametrik digunakan dalam analisis.
Wawancara dianalisis menggunakan analisis isi. Proses
yang penting dari analisis isi mencakup kompilasi,
pengaturanr dan penafsiran data terkait konsep dan
tema (Yildirim & Simsek 2005) tertentu. Analisis induktif
dari data kualitatif termasuk pengkodean data,
mengidentifikasi tema, mengorganisasi kode dan tema
juga mendefinisikan dan menginterpretasikan segala
temuan. Setiap siswa diberi kode sebagai "S1-M, S2-
H, ..."
dalam mengumpulkan dan menganalisis data. "S1"
menunjukkan jumlah yang diberikan bagi siswa,
sedangkan simbol "L, M, H" menunjukkan tingkat
keyakinan self-efficacy literasi siswa apakah rendah (L),
sedang (M) atau tinggi (H)". Dalam rangka untuk
memastikan keandalan/reliabilitas hasil, maka data
dianalisis oleh peneliti dua kali dan rumus yang
diterapkan adalah sebagai berikut: P (Kesesuaian
Rate/Angka) = [Na (Kesesuaian) / Na (Kesesuaian) + Nd
(Ketidaksesuaian)] X 100 (Miles & Huberman, 1994).
Perhitungan menghasilkan hasil P = 87% dan penelitian
dianggap handal/reliabel. Analisis diselesaikan dengan
diikuti revisi dari kode-kode yang menyatakan
ketidaksesuaian.
9. Kesimpulan
Analisis data menunjukkan bahwa siswa SMA secara umum memiliki
keyakinan self-efficacy literasi matematika tingkat sedang dan siswa
dengan tingkat keyakinan self-efficacy literasi matematika sedang
melebihi yang lain. Hasil penelitian sebelumnya berbeda dari atau
serupa dengan temuan dari penelitian ini.
Penelitian lain menekankan bahwa self-efficacy siswa meningkatkan
keberhasilan dan kinerja matematika (Chiu & Xihua, 2008; Hackett &
Betz, 1989; Pietsch, Uredi & Uredi, 2005) dan mempengaruhi
keterampilan dalam pemecahan masalah (Pajares & Miller, 1994).
Ketika temuan penelitian sebelumnya dan penelitian ini
diinterpretasikan bersama-sama, konsep literasi matematika dan
self-efficacy literasi matematika diamati sebagai konsep yang
penting untuk pelajaran matematika. Itulah sebabnya tujuannya
harus untuk memiliki tingkat keyakinan self-efficacy literasi
matematika siswa yang tinggi.
Kesulitan dalam menghubungkan matematika dengan
dunia nyata adalah masalah yang terjadi karena proses
belajar, tidak menjadi cukup dan pendekatan guru.
Pandangan ini mengedepankan masalah khusus yang
timbul dari proses dan pendekatan belajar mengajar dan
kesulitan-kesulitan yang terkait, yang terlihat jelas dalam
pandangan siswa. Menurut tingkat keyakinan self-efficacy
literasi matematika siswa, siswa dengan tingkat sedang
dan tinggi memiliki pandangan yang sama. Siswa yang
mengatakan bahwa mereka sebagian bisa menggunakan
matematika melebihi kedua kelompok yang lainnya.
Alasan dari temuan ini bisa menjadi karena pengaruh
persepsi siswa tentang matematika hanyalah sebagai
mata pelajaran di sekolah. Selain itu, mungkin ada alasan
10. Saran dan Implikasi
Dalam penelitian ini tingkat kepercayaan/keyakinan self-
efficacy literasi matematika dari sejumlah siswa SMA dan
pandangan mereka tentang hubungan antara
matematika dan dunia nyata sudah teridentifikasi.
Penelitian lebih lanjut harus mengeksplorasi kesulitan
yang siswa SMA dalam pengalaman mereka
menghubungkan matemaika dengan dunia nyata dan
alasan persepsi negatif mereka secara menyeluruh.
Penelitian literasi matematika dan hubungannya juga
harus menyelidiki hubungan ke dan efek pada
keberhasilan siswa dalam matematika. Penelitian
selanjutnya dapat melibatkan siswa SD, siswa dari jenis
SMA yang berbeda, guru matematika dan calon guru.
Sehingga selanjutnya, pandangan siswa tentang
11. Analisis Studi

Dalam penelitian ini seharusnya pengambilan


sampelnya lebih diperhatikan proporsi jumlah
responden perempuan dan laki-laki.
Seharusnya di tampilkan kuesionernya.
1. Judul Jurnal 2.

Kuram ve Uygulamada Eitim Bilimleri Educational


Sciences: Theory & Practice - 11(4) Autumn 2305-
2313 2011 Eitim Danmanl ve Aratrmalar letiim
Hizmetleri Tic. Ltd. ti.

2. Judul Penelitian
Pengaruh konsep kartun terhadap self efficacy
matematika siswa kelas 7.
Oleh : Sare Sengul
3. Apa yang Dikembangkan

Ingin mengetahui pengaruh konsep kartun terhadap


persepsi siswa berdasarkan self-efficacy mereka
terhadap matematika.
Konsep Kartun pertama kali dirancang dan digunakan di
kelas sains oleh Naylor dan McMurdo (1990). Para
peneliti mendefinisikan konsep kartun sebagai
"penggambaran dialog di mana 3 atau lebih siswa yang
terlibat".
4. Dasar Teori
Woolfolk (1993) yang merupakan salah satu dari mereka
yang mempelajari tentang self-efficacy mendefinisikan self-
efficacy sebagai "kemampuan seseorang untuk
mengaturnya/ keterampilan dan ia dapat mengembangkan
efisiensi dalam situasi yang baru berkenalan;
Hackett dan Betz (1989) mendefinisikan matematika self-
efficacy sebagai "kepercayaan individu dalam dirinya atau
kemampuannya untuk berhasil melakukan atau
menyelesaikan tugas matematika".
Konsep Kartun pertama kali dirancang dan digunakan di kelas
sains oleh Naylor dan McMurdo (1990). Para peneliti
mendefinisikan konsep kartun sebagai "penggambaran dialog
di mana 3 atau lebih siswa yang terlibat".
Situs dikaitkan dengan karakter dalam konsep kartun yang
diberikan dalam kotak dialog. Dengan demikian, pendapat
dibenarkan dalam lingkungan diskusi antara karakter dalam
kartun. Akibatnya, guru dapat membimbing siswa dengan
melibatkan mereka dalam diskusi di antara tokoh-tokoh dalam
konsep kartun (Kabapnar, 2005; Keogh, Naylor, & Wilson, 1998).
Studi yang dilakukan di Turki dan dunia telah menunjukkan
bahwa kartun dan konsep kartun meningkatkan motivasi
terhadap pelajaran (Greenwald & Nestler; 2004; Keogh et al,
1998;. Aturan & Auge, 2005; Preferensi, 2007)
bahwa mereka dapat digunakan sebagai metode evaluasi
berpotensi berharga dalam pelatihan guru (Keogh et al, 2001.).
5. Pengembangan Alat Ukur
alat pengumpulan data ditangani dalam dua kategori:
kualitatif dan kuantitatif. The "Matematie Kar OZ-
yeterlik Algs lei" [MKA] yang dikembangkan oleh
Umay (2001) digunakan untuk mengukur matematika
persepsi self-efficacy siswa dalam pengumpulan data
kuantitatif untuk penelitian.
The Likert-jenis skala mengandung total 14 item: 8
positif (1, 2, 4, 5, 8, 9, 13, 14) dan 6 negatif (3, 6, 7, 10,
11, 12) item. Hal ini dirancang sebagai skala Likert 5
poin dengan kategori respon: Jangan (1), Jarang (2),
kadang-kadang (3), Biasanya (4), Always (5).
Skala ini terdiri dari tiga sub-dimensi: matematika
persepsi diri, kesadaran sikap mereka dalam mata
pelajaran matematika, dan kemampuan untuk mengubah
matematika untuk keterampilan hidup. Peneliti
menghitung koefisien reliabilitas dari skala sebagai 0,88.
Cronbach koefisien alpha dari skala untuk penelitian ini
adalah 0,70.
Dokumen metode review, salah satu teknik penelitian
kualitatif, digunakan untuk memperoleh data kualitatif.
dokumen pribadi yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari bahan-bahan tertulis yang memuat jawaban
atas pertanyaan terbuka
6. Subjek Penelitian (Sampel)
Penelitian ini dilakukan sebanyak 94 siswa kelas tujuh belajar
di dua departemen yang berbeda dari sebuah sekolah dasar
yang terletak di provinsi Istanbul di sekolah tahun2008-
2009. Ada 46 siswa pada kelompok eksperimen dan 48 siswa
pada kelompok kontrol. 25 (54,3%) siswa perempuan dan 21
(45,7%) siswa laki-laki di kelompok eksperimen; dan 26
(54,2%) siswa perempuan dan 22 (45,8%) siswa laki-laki di
kelompok kontrol. Prestasi matematika siswa dalam
kelompok eksperimen dan kontrol adalah pada tingkat biasa-
biasa saja dan tingkat yang sama. Lima siswa, yang paling
cocok untuk tujuan penelitian dan bertekad untuk mewakili
pendapat dari kelompok eksperimen, yang dipilih dari antara
kelompok eksperimen dengan menggunakan metode tujuan
sampling dalam rangka untuk mengumpulkan data kualitatif.
7. Prosedur / Metode
Sebanyak 16 konsep kartun diciptakan oleh peneliti dan
tiga spesialis pendidikan matematika, dengan
mengevaluasi sama dalam hal isi dan kesesuaian
dengan tingkat siswa.
Konkordansi antara evaluasi dari peneliti dan tiga
spesialis dihitung dengan rumus berikut ditunjukkan
oleh Miles dan Huberman (1994): konkordansi
Persentase = [Perjanjian / (Perjanjian +
Ketidaksepakatan)] x100. Persentase konkordansi
dihitung 91 sebagai hasil dari perhitungan ini.
Kelas diajarkan oleh kegiatan berpusat pada guru pada
kelompok kontrol, sedangkan konsep kartun yang
digunakan dalam kelompok eksperimen. Konsep kartun
disusun dalam bentuk lembar kerja dan diproyeksikan
pada layar menggunakan overhead projector, dan
mereka juga diberikan kepada siswa sebagai cetakan
warna. kelompok homogen empat orang dibangun
untuk memungkinkan siswa untuk menciptakan
lingkungan pembelajaran sosial dan mendiskusikan
konsep yang lebih komprehensif (Hiebert & Carpenter,
1992).
Sebelum dimulainya aplikasi, siswa diberitahu konsep
kartun sebagai metode pengajaran, dan kartun untuk
digunakan diperkenalkan. Kemudian, setelah
membagikan lembar kegiatan yang berisi konsep
kartun untuk kelompok, siswa diberi waktu untuk
memberikan jawaban mereka setelah pengenalan
status masalah membentuk tema utama setiap lembar.
Sebuah kelompok yang berbeda ditentukan untuk
setiap lembar kegiatan, dan dialog bersama dengan
kelas. Dalam hal ini, keberadaan jawaban khas
diaktifkan diskusi antar kelompok
Setelah sesi diskusi, guru bertanya pertanyaan seperti
"Apa yang terjadi? Bagaimana Anda mengerti? Apa
hasilnya? Kenapa gitu? Lalu, apa yang harus itu?
Karakter yang ini opini ternyata benar? Dari mana kita
salah? ", Dll dalam rangka untuk memungkinkan siswa
untuk mempertanyakan diri sehubungan dengan
karakter yang pendapatnya terbukti benar, dan alasan
perselisihan (Wertsch, 1991).
8. Analisa Data
Skor yang diperoleh siswa dari "Matematika Self-Efficacy
Skala Persepsi" pre-test / post-test dievaluasi
menggunakan paket perangkat lunak SPSS pada
lingkungan komputer.
" kelompok Independen t-test" digunakan dalam
perbandingan berpasangan antara kelompok yang
berbeda, dan "bergantung kelompok t-test" di
perbandingan berpasangan dalam kelompok sendiri
tergantung pada jenis data. Perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kontrol ditemukan memiliki tingkat
signifikansi p <0,05 sesuai dengan variabel yang
relevan.
Pendapat siswa tentang pelajaran yang diajarkan
melalui konsep kartun menjadi sasaran analisis
9. Kesimpulan
Studi ini mengkaji dampak dari konsep kartun pada
matematika self-efficacy siswa kelas 7 th. Perbedaan
signifikan secara statistik ditemukan antara skor rata-
rata pre-test / post-test skala persepsi self-efficacy
matematika siswa kelompok eksperimen , yang
diajarkan menggunakan konsep kartun. temuan ini
menunjukkan bahwa konsep kartun menyebabkan
peningkatan yang signifikan dalam matematika
persepsi self-efficacy siswa.
Perbedaan signifikan secara statistik ditemukan antara
matematika self-efficacy skala persepsi rata-rata skor
post-test dari kelompok eksperimen dan kontrol.
Perbedaan ini adalah mendukung kelompok
10. Saran dan Implikasi

disarankan bahwa akan bermanfaat untuk mempelajari


apakah konsep kartun memiliki pengaruh yang signifikan
pada pemikiran logis dan kemampuan siswa berpikir
kritis, dan untuk mempelajari efek mereka pada
pemecahan masalah dan keterampilan metakognitif
siswa.
1. Judul jurnal 3

Jurnal of internasional on applied mathematics. May


27-29, 2006 (pp242-249)
2. Judul penelitian
Peran self efficacy matematika dan kemampuan
matematika dalam model struktural kinerja matematika.

Oleh : Mahmood Kamali Zarch dan Parvin, Universitas


Tehran Iran.
3. Apa yang di kembangkan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh langsung dan tidak langsungnya kemampuan
matematika pada Kinerja matematika, khususnya, yang
berhubungan dengan prediktor kuat dan mediator
kemanjuran diri pada matematika.
Dalam penggunaan tiga variabel dilakukan dengan
analisis faktor konfirmatori. Maka estimasi model
persamaan struktural menujukan kemampuan
matematika secara langsung dan tidak langsung (Via
self-efficacy matematika) terhadap kinerja matematika
4. Dasar teori
Mengingat pentingnya peran matematika antara mata
pelajaran di sekolah, tidak mengherankan bahwa
penelitian pendidikan matematika dan psikologis telah
dikhususkan untuk identifikasi menjadi faktor-faktor
yang meningkatkan belajar dan mengajar matematika
(e.g.Grows,1992).
Menurut Bandura (1986), individu memiliki self-sistem
yang memungkinkan mereka untuk mampu mengukur
kontrol atas pikiran, perasaan dan tindakan mereka.
Bouffard-Bouchard, Induk dan Laree (1991)
menunjukkan bahwa terlepas dari kemampuan kognitif
superior atau rata-rata anak-anak, mereka dengan rasa
yang tinggi khasiat lebih berhasil dalam memecahkan
masalah konseptual daripada anak-anak dari
kemampuan yang sama tetapi lebih rendah dirasakan
khasiat. Anak-anak dengan tingkat yang sama dari
pengembangan keterampilan kognitif berbeda dalam
kinerja intelektual mereka tergantung pada kekuatan
keberhasilan yang dirasakan mereka.
Collins (1982) anak-anak yang diplilih dan dinilai dari
keberhasilan tinggi atau rendah pada masing-masing
tiga tingkat kemampuan matematika mereka. Kemudian
diberi matematika yang sulit untuk dikerjakan.
Di bidang kinerja matematika, berbagai peneliti
(Pajares, 1996; Pajares & Miller, 1994) telah melaporkan
bahwa penilaian kemampuan siswa untuk memecahkan
masalah matematika adalah prediksi dari kemampuan
mereka yang sebenarnya untuk memecahkan masalah
tersebut. Penilaian ini juga memediasi pengaruh seperti
prediksi lain sebagai latar belakang matematika,
kecemasan matematika, dan dirasakan kegunaan
matematika, prestasi sebelumnya dan gender.
Kemampuan diri pada matematika telah terbukti dari
adanya kemampuan pemecahan masalah matematika
sebagai kemampuan mental umum (Pajares & Kranzler
1995), variabel umumnya ditemukan menjadi prediktor
Meskipun kemampuan matematika kadang-kadang
diperlakukan sebagai entitas tunggal, telah
berpendapat selama bertahun-tahun (misalnya Weaver,
1954) yang terbuat dari sejumlah komponen dan ada
bukti peningkatan untuk itu lihat misalnya studi pra
sekolah dasar ' menghitung (Greeno et. al, 1984) telah
memunculkan ide perbedaan antara kompetensi
konseptual, pemahaman konsep jumlah dasar dan
menghitung prinsip, dan kompetensi prosedural,
mampu menghitung secara akurat.
5. Pengembangan alat ukur
Dalam penelitian ini menggunakan LISREL 8.53
(Joreskog & Sorbom, 2002) untuk menguji model di
mana kemampuan matematika secara langsung dan
tidak langsung, diperkirakan kinerja matematika dari
siswa kelas delapan.
Sebuah model khas LISREL terdiri dari dua Parts: model
pengukuran dan model persamaan struktural. Tujuan
dari model pengukuran untuk menggambarkan
seberapa baik indikator yang diamati berfungsi sebagai
instrumen pengukuran variabel laten. Konsepnya adalah
pengukuran, reliabilitas dan validitas.
Kemudian struktural Model atau path analisis
menentukan hubungan kausal antara variabel laten.
Model ini menggambarkan kekuatan hubungan dalam
hal langsung, tidak langsung dan total. Konsistensi
diperkirakan model dengan data yang dikumpulkan
diperiksa oleh indeks fit. Indeks paling umum adalah chi
square, kebaikan-of-fit index (GFI) dan disesuaikan
indeks kebaikan-of-fit (AGFI). UJi chi-kuadrat sensitif
terhadap ukuran sampel melanggar asumsi normalitas
multivariat dan dengan demikian, indeks fit alternatif
seperti rasio chi-square dengan tingkat uji kebebasan
dan indeks fit lainnya seperti indeks perbandingan fit
(CFI) dan Non -Normed fit index (NNFI) telah
direkomendasikan (Bentler, 1983).
6. Sebyek penelitian (sampel)
Sampel terdiri dari 848 (420 laki-laki dan 428
perempuan) delapan kelas dari dua kabupaten
pendidikan kota Yazd (Iran). Siswa-siswa ini dipilih
secara acak dari 135 sekolah menengah.
7. Prosedur/metode
Dalam penelitian ini guru membuat kuesioner (daftar
pertanyaan) sesuai indikator peran self efficacy
matematikan dan kemampuan matematika.
Kuesioner yang telah sesui indikator disebarkan ke
siswa siswa yang telah dipilih sebanyak 848 (420 laki-
laki dan 428 perempuan).
Tes ini dikembangkan oleh ahli guru matematika dan
kemudian beberapa tahapan analisis psikometri, hasil
dari pertanyaan repertoar dengan 25 item.
Item yang dipilih memiliki koefisien yang sulit antara 40
sampai 60 dan konten diskriminasi tenaga hingga 40.
Konten validitas dikonfirmasi oleh spesialis psikometri
dan validitas konkuren dari tes ini dengan skor siswa
matematika dismester pertama adalah 0,75.
8. Analisis data
Skor yang diperoleh siswa dari matematika skla-efficacy (UMK),
item kuesioner ini (15) dikembangkan oleh kerja sama dari
kelompok guru didaerah konten yang sama.
Siswa menunjukan kepercayaan mereka pada skala 11- titik mulai
dari tidak percaya sama sekali (0) untuk menyelesaikan
kepercayaan (10).
Item ini juga dipilih dari barang repertoar yang memiliki koefisien
yang sulit antara 30 to70 dan konten diskriminasi Power Up to 40
di Pilot Study. Sebagai tambahan pengakuan validitas isi,
keandalan kuesioner adalah 0,92.
tes ini dikembangkan dalam dua sub-skala: kemampuan
konseptual dan strategis kemampuan. Ini 14 item yang
dikembangkan di empat tanggapan pilihan dan terpilih dari Tes
yang berbeda.
9. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model keseluruhan
sesuai dengan data cukup baik. Semua perkiraan
parameter yang signifikan (P <0,05) dalam hal nilai-nilai
yang diperoleh. Indeks yang paling penting yang
digunakan sebagai bukti fit.
Semua koefisien jalur variabel laten dalam model
struktural mengungkapkan bahwa kemampuan
matematika merupakan indikator kuat matematika self-
efficacy dan kinerja. Model menjelaskan 50% dalam
kinerja matematika dan 38% dalam matematika self-
efficacy.
Kemampuan matematika memiliki efek langsung ( = 0,34)
dan efek tidak langsung ( = 0,27) pada kinerja matematika.
Efek total dari variabel eksogen terhadap variabel dependen
adalah 0,61. Selain matematika self-efficacy memiliki efek
langsung (B = 0,43) terhadap Kinerja matematika.
Koefisien ini mengungkapkan bahwa bagian penting dari
hubungan antara kemampuan matematika dan kinerja
dijelaskan oleh matematika self-efficacy. Jadi dengan
pengecualian dari variabel ini model, menjelaskan varians
kinerja matematika menurun menjadi 0,39.
Dalam model pengukuran untuk kemampuan matematika,
kemampuan matematika konseptual adalah kuat dan
merupakan indikator laten
10. Saran dan implikasi
Sebagai MC Combs & Whisler (1989) memperingatkan
sejalan dengan Bandura (1986) percaya diri dalam
melakukan tugas dan kepercayaan dalam kemampuan
yang di daerah usaha merupakan faktor penting dari
motivasi dan Ketekunan. Hal ini mungkin bahwa Persepsi
inefficacy dalam matematika akan menyebabkan peserta
didik untuk penurunan tingkat motivasi dan mengurangi
keterlibatan mereka dalam matematika dan dalam kursus
matematika terkait.
1. Nama Jurnal 4.
Jamaldini et al, Int. J. Rev. Life Sci, 5(2), 2015, 41-45.

2. Judul penelitian
Sebab Akibat Hubungan Self-efficacy, Konsep
diri dan terhadap sikap.

Oleh: Mohammad Jamaldin, Hawa Baranzehi, Nilofar Farajpour,


S. Abdolvahab Samavi
3. Apa yang dikembangkan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
kausal variable self efficacy, konsep diri dan sikap
terhadap matematika dengan prestasi akademik dalam
matematika dan mediasi pendekatan untuk belajar pada
siswa SMA di Gerash City.
4. Dasar Teori
pakar pendidikan mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi akademik dalam matematika lebih
dari sebelumnya selama tiga dekade terakhir. Beberapa
temuan menunjukkan bahwa prestasi akademik dalam
matematika tidak hanya mempengaruhi struktur
pengetahuan dan proses pengolahan informasi, tetapi juga
terkait dengan faktor-faktor motivasi, kepercayaan, sikap,
nilai-nilai, dll (Sant, 1995; mengutip Zaki, 2011).
self-efficacy matematika adalah salah satu variabel yang
berhubungan dengan belajar dan prestasi dalam
matematika. Konsep self-efficacy berasal dari teori kognitif
sosial Albert Bandura (1997), yang mengacu pada penilaian
dan keyakinan pada kemampuan individu untuk melakukan
tugas dan tanggung jawab (Shams dan Tabe Bordbar, 2011)
Menurut Bandura, pengetahuan, keterampilan dan
prestasi sebelumnya dapat tidak benar memprediksi
prestasi individu di masa depan, tetapi keyakinan
individu tentang kemampuannya mempengaruhi
prestasi (Alderman et al., 2009).
Mereka yang memiliki tinggi self-efficacy memilih
target yang lebih menantang, percaya pada diri mereka
sendiri lebih dari sebelumnya, menunjukkan lebih
banyak usaha dan ketekunan, dan menghafal materi
pelajaran yang diajarkan kepada mereka yang lebih
baik dari sebelumnya. Mereka menggunakan lebih
strategi pembelajaran menguntungkan. Akhirnya, fungsi
mereka akan lebih baik (Karim Zaki, 2011).
Konsep diri adalah faktor lain yang mempengaruhi
prestasi matematika. Rogers didefinisikan konsep diri
sebagai set reguler fitur. individu menganggap konsep
diri sebagai bagian dari sifat-Nya. Ia percaya bahwa
konsep diri diciptakan sebagai interaksi didirikan antara
dirinya dan sekitarnya, orang tua, teman-teman dan
guru. Konsep diri sering didasarkan pada gagasan
bahwa bagaimana orang lain menilai satu individu khas
(mengutip Pahlevan Sadegh et al., 2005).
Model bilateral adalah salah satu teori utama dalam
bidang akademik konsep diri dan prestasi akademik.
Dengan demikian, akademik Model konsep diri
sebelumnya adalah efektif dalam pencapaian
berikutnya dan prestasi sebelumnya akan
Kiamanesh dan Pour Asghar (2003) melakukan
penelitian tentang perempuan Iran dan anak laki-laki
dan mengungkapkan bahwa matematika konsep diri
merupakan faktor penting dalam memprediksi
kemajuan dalam matematika. Koefisien yang masing-
masing diperoleh sebagai 13,6% dan 12,2% untuk anak
perempuan dan anak laki-laki
Biggs (1987) menggambarkan strategi pembelajaran
sebagai metode tertentu dimana siswa melakukan
tugas belajar, yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
pribadi dan situasional. Biggs dan Moore (1993)
mengidentifikasi tiga permukaan, dalam dan canggih
(strategis) pendekatan untuk belajar.
Studi yang dilakukan di bidang pendekatan untuk pendekatan
pembelajaran mengungkapkan bahwa prestasi akademik
berkorelasi positif dengan pendekatan mendalam untuk
belajar (Duperat dan Kelautan, 2005, mengutip Ahmadi Deh
Ghotbeddin 2009 Hijazi et al, 2007;.. Shahrabadi et al, 2012)
dan berkorelasi negatif dengan pendekatan permukaan untuk
belajar (Duperat dan Kelautan, 2005, mengutip Ahmadi Qotb
Al-Dini, 2009;. Shahrabadi et al, 1391).
Menurut bahan yang disebutkan di atas, pencapaian siswa
dalam matematika dipengaruhi oleh variabel yang berbeda.
Oleh karena itu, penelitian ini dinilai prestasi dalam
matematika melalui variabel seperti self-efficacy, konsep diri,
sikap dan strategi pembelajaran. Dengan kata lain, kombinasi
variabel di atas diperiksa dalam model yang diusulkan.
5. Pengembangan Alat Ukur
Prestasi matematika
nilai matematika final dirilis pada Juni 2014 yang
diambil dari kantor ujian sekolah dan digunakan sebagai
indikator untuk mengukur prestasi matematika siswa.
nilai matematika untuk mahasiswa jurusan
matematika dan fisika dihitung menggunakan nilai rata-
rata geometri, kalkulus, aljabar dan probabilitas.
Self-efficacy dalam Matematika
sub-skala seperti akademik self-efficacy diekstrak dari
Pola Adaptive Learning Timbangan (PALS) yang
dikembangkan oleh Meagli et al. (2000) digunakan untuk
menilai keyakinan self-efficacy dalam matematika. PALS
terdiri dari 26 sub-skala. Dalam penelitian ini, akademik
self-efficacy subskala digunakan.
sub-skala ini terdiri dari 5 item, yang mencerminkan
persepsi siswa pada kompetensi mereka untuk
melakukan tugas-tugas mereka. Item yang dinilai
berdasarkan lima poin Skala Likert dari benar-benar palsu
(1) ke sepenuhnya benar (5). Sedikitnya skor adalah 5
sedangkan skor tertinggi adalah 25 di sub-skala ini.
skor yang lebih tinggi pada subskala menunjukkan lebih
tinggi self-efficacy akademik. Miguel et al. (2000)
menegaskan struktur faktor dari kuesioner yang relevan
dengan pola pembelajaran adaptif. Keandalan akademik
self-efficacy subskala dilaporkan sebagai 0,78.
Survey Sikap Mahasiswa (SAS)
Survey Sikap Siswa (SAS) yang dikembangkan oleh Brookstein (2011)
digunakan untuk menilai sikap siswa terhadap matematika. Survei ini
terdiri dari 27 item. Tujuh item menilai sikap positif terhadap
pembelajaran matematika dan sekolah. Sembilan item menilai sikap
terhadap kolaborasi dan interaksi. Tiga item menilai sikap terhadap kerja
individu. Empat item menilai sikap terhadap menggunakan teknologi.
Item yang dinilai berdasarkan lima poin Skala Likert (0 = sangat tidak
setuju dan 4 = sangat setuju). koefisien konsistensi skala ini diperoleh
sebagai 0,637 untuk total survei oleh Brooksein (2011). Selain itu,
koefisien konsistensi untuk sub-skala sikap positif terhadap matematika
belajar dan sekolah, sikap terhadap kolaborasi dan interaksi, sikap
terhadap pekerjaan dan sikap terhadap menggunakan teknologi individu
yang masing-masing diperoleh sebagai 0,782, 0,739, 0,704 dan 0,610
(Brookstein et al., 2011).
Revisi Dua Faktor Proses Belajar Kuesioner (RSPQ-2F)
Revisi Dua Faktor Proses Belajar Kuesioner (RSPQ-2F)
yang dikembangkan oleh Biggz (2001) digunakan untuk
mengukur strategi pembelajaran. Kuesioner terdiri dari
20 item, yang mencetak didasarkan pada Skala Likert 5
poin (1 = sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju).
kuesioner mengadopsi dua pendekatan dalam (DA) dan
pendekatan permukaan (SA) untuk belajar. Setiap
pendekatan juga mencakup dua sub-skala motivasi dan
strategi (motivasi dalam, motivasi permukaan, strategi
dalam, strategi permukaan). Pendekatan dalam dan
pendekatan permukaan masing-masing memiliki 10
pertanyaan .
(masing-masing empat sub-skala terdiri dari lima
pertanyaan). konsistensi internal dari 20 item diperoleh
sebagai 0,74 dengan alpha Cronbach oleh shiddiqah
(2006). Selain itu, koefisien konsistensi internal
pendekatan dalam dan pendekatan permukaan yang
masing-masing diperoleh sebagai 0,73 dan 0,75 (Ahmadi
Deh Qotb Aldini, 2009). Hijazi et al. (2007) diperoleh
koefisien reliabilitas untuk motivasi permukaan sebagai
0,93, untuk ap- permukaan .
6. Subjek Penelitian (Sampel)
Populasi statistik mencantumkan semua pertama yang
empat kelas siswa SMA di Gerash Kota selama periode
2013-2014. Populasi statistik yang terdiri dari 1.475
siswa berdasarkan laporan oleh Departemen Pendidikan
di Gerash City. Menurut Tujuan penelitian ini, sampel
yang terdiri dari 200 subyek (100 perempuan dan 100
laki-laki) dipilih. Sejak beberapa kuesioner tidak
dikembalikan, ukuran sampel dikurangi menjadi 175
mata pelajaran, termasuk 93 anak laki-laki dan 82
perempuan. Subyek dipilih dengan menggunakan
metode sampling stratified proporsional. Subyek diminta
untuk menyelesaikan kuesioner.
7. Prosedur/Metode
Penelitian ini merupakan penelitian korelasi, yang
menyelidiki hubungan antara set variabel.
8. Analisis Data
Nilai final matematika dirilis pada juni 2014 yang
diambil di kantor ujian sekolah dan digunakan sebagai
indikator untuk mengukur prestasi siswa matematika.
Nilai matematika untuk mahasiswa jurusan matematika
dan fisika dihitung menggunakan nilai rata-rata
geometri, kalkulus, aljabar dan probabilitas.
sub-skala seperti akademik self-efficacy diekstrak dari
Pola Adaptive Learning Timbangan (PALS) yang
dikembangkan oleh Meagli et al. (2000) digunakan
untuk menilai keyakinan self-efficacy dalam
matematika. PALS terdiri dari 26 sub-skala
Item yang dinilai berdasarkan lima poin Skala Likert dari
benar-benar palsu (1) ke sepenuhnya benar (5).
Sedikitnya skor adalah 5 sedangkan skor tertinggi
adalah 25 di sub-skala ini. skor yang lebih tinggi pada
subskala menunjukkan lebih tinggi akademik self-
efficacy.
Kuesioner yang digunakan dalam Program Penilaian
Pelajar Internasional (PISA) (2003) digunakan untuk
menilai matematika konsep diri. PISA menilai tingkat
melek huruf dari siswa di tiga bidang pengetahuan
membaca, matematika dan ilmu pengetahuan.
Survei ini terdiri dari 27 item. Tujuh item menilai sikap
positif terhadap pembelajaran matematika dan sekolah.
Sembilan item menilai sikap terhadap kolaborasi dan
interaksi. Tiga item menilai sikap terhadap kerja
individu. Empat item menilai sikap terhadap
menggunakan teknologi. Item yang dinilai berdasarkan
lima poin Skala Likert (0 = sangat tidak setuju dan 4 =
sangat setuju). koefisien konsistensi skala ini diperoleh
sebagai 0,637 untuk total survei oleh Brooksein (2011).
Selain itu, koefisien konsistensi untuk sub-skala sikap
positif terhadap matematika belajar dan sekolah, sikap
terhadap kolaborasi dan interaksi, sikap terhadap
pekerjaan dan sikap terhadap menggunakan teknologi
individu yang masing-masing diperoleh sebagai 0,782,
9. Kesimpulan
Hasil menunjukkan menunjukkan bahwa semua jalur
langsung dan tidak langsung (efek) dalam model yang
signifikan. Dengan demikian, model yang diusulkan itu
sesuai dipasang ke data dalam dikumpulkan penelitian
ini. Menurut hasil studi, jika guru memberikan situasi
keberhasilan untuk semua siswa, ini akan meningkatkan
rasa mahasiswa efikasi dan sikap mereka terhadap
belajar, dengan semua manfaat yang bisa timbul dari
kasus tersebut.
10.Saran dan Implikasi
Penelitian ini bertujuan untuk pemeriksaan dari kausal
Hubungan Self-efficacy, Self-konsep dan Sikap terhadap
Matematika dengan Prestasi Akademik Matematika
dengan Mediasi Pendekatan Belajar.
1. Judul Jurnal 5.
GESJ: Education Science and Psychology 2013|
No.1(23) ISSN 1512-1232.
2. Judul Penelitian

Membandingkan efficacy diri akademik siswa dengan


entitas dan teori kecerdasan tambahan.

Oleh: Vali Khalkhali, Hamid Reza Aryanpour


3. Apa yang dikembangkan

Penelitian ini ingin membandingkan efikasi diri pada


siswa dengan entitas dan teori kecerdasan tambahan di
dalam kelas.
4. Dasar Teori
Self-efficacy mengacu pada kemampuan untuk belajar
atau menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk
mencapai satu tujuan. self-efficacy Siswa,merupakan
keyakinan mereka tentang apa yang dapat mereka
lakukan dalam menyelesaikan tugas tertentu, dan juga
telah ditunjukkan untuk mempengaruhi proses motivasi
dan perilaku. Self-efficacy memiliki pengaruh penting
terhadap prestasi manusia dalam berbagai aturan,
termasuk pendidikan, kesehatan, olahraga, dan
bekerja .
Menurut Bandura dalam teori kognitif sosial,efikasi diri
dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat
sumber informasi utama. Sumber pertama adalah
pengalaman keberhasilan, dan merupakan sumber
terkuat, pengalaman keberhasilan akan menaikkan
efikasi diri individu, sedangkan pengalaman kegagalan
akan menurunkannya. Sumber kedua adalah
Pengalaman orang lain, pengamatan terhadap
keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang
sebanding dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitu
pula sebaliknya, pengamatan terhadap kegagalan orang
lain akan menurunkan penilaian individu mengenai
kemampuan dan individu akan mengurangi usaha yang
akan dilakukan.
Sumber ketiga adalah Persuasi social, Guru, administrator dan
orangtua, individu diarahkan sehingga siswa yakin tentang
kemampuan-kemampuan yamg dimilikinya dapat membantu
mencapai tujuan yang diinginkan. Dan yang ke empat adalah kondisi
psikologi dan termaksud stress, lelah, cemas dan suasana hati yang
dapat mempengaruhi perasaan mereka.
Self-efficacy telah terbukti menjadi pengaruh yang kuat pada
motivasi individu, prestasi, dan self-regulation . Di bidang
pendidikan, telah terbukti mempengaruhi pilihan siswa dari
kegiatan, usaha yang dikeluarkan, ketekunan, minat, dan prestasi .
Dibandingkan dengan siswa yang meragukan kemampuan mereka
untuk belajar atau untuk melakukan dengan baik, orang-orang
dengan self-efficacy berpartisipasi tinggi lebih mudah, bekerja
lebih keras, bertahan lebih lama, menunjukkan minat yang lebih
besar dalam belajar, dan mencapai pada tingkat yang lebih tinggi .
Self-efficacy juga membantu menentukan berapa
banyak orang usaha akan mengeluarkan pada suatu
kegiatan, berapa lama mereka akan bertahan saat
menghadapi rintangan, dan bagaimana tangguh
mereka akan menghadapi situasi yang merugikan.
Orang dengan rasa yang kuat dari khasiat cenderung
mendekati tugas sulit karena tantangan yang harus
dikuasai bukan sebagai ancaman yang harus dihindari.
5. Pengembangan Alat Ukur
Self-Khasiat: The Self-efficacy Akademik Ukur terdiri dari
sepuluh item. Siswa merespons item diukur pada skala
mulai dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 7 (sangat
setuju). self-efficacy Akademik merupakan perbedaan
keyakinan / harapan yang berkaitan dengan keyakinan
siswa dalam kemampuan mereka sendiri, tekad untuk
berhasil, dan ketekunan dalam menghadapi rintangan.
Reliabilitas instrumen ini (alpha Cronbach) dalam survei
ini adalah 0,81.
Teori kecerdasan. skala ini terdiri dari enam item: tiga
pernyataan teori entitas (misalnya,'' Anda memiliki
sejumlah kecerdasan, dan Anda benar-benar tidak dapat
berbuat banyak untuk mengubahnya ''); dan tiga
pernyataan teori tambahan (misalnya, '' Anda sangat
dapat selalu mengubah cara cerdas Anda '' Item teori
tambahan yang terbalik mencetak dan teori rata skor
kecerdasan dihitung untuk enam item, dengan low end .
mewakili teori entitas murni, dan high end perjanjian
dengan teori inkremental Blackwell, Trzesniewski dan
Dweck melaporkan 0,77 dengan uji - metode reliabilitas
tes ulang untuk ukuran ini.
6. Subjek Penelitian (Sampel)

Sampel penelitian terdapat 108 ketujuh siswa


laki-laki lulusan (usia: M = 11,6, SD = 0.51).
7.Prosedur
Guru mendapat izin untuk penelitian. penulis pertama
diikuti peserta 'kelas biasa dan instruksi standar yang
digunakan. Subyek yakin tentang rahasia dari jawaban
mereka. Kuesioner diadministrasikan dengan tidak
adanya guru. Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan
siswa, administrator meminta siswa untuk menyelesaikan
kuesioner. Akhirnya, siswa mengucapkan terima kasih
atas partisipasi mereka.
8. Analysis Data
Pertama, data yang dikumpulkan dianalisis dalam
statistik deskriptif. Selain itu, statistik deskriptif yang
dilanjutkan dengan uji t untuk kelompok independen.
Tabel 1 menyajikan sarana dan standar deviasi dari
mata pelajaran di self-efficacy.

Teori entitas
Tabel 1. Sarana dan Teori Inkremental
standar deviasi Self-efficacy
Akademik.
M S M S

Self- 4.13 1.65 5.26 1.18


efficacy
9. Kesimpulan
Pada penelitian sekarang ini, tampaknya keyakinan
kecerdasan siswa yang memainkan peran dalam
keberhasilan diri mereka. Temuan menunjukkan diri
siswa-teori fleksibel daripada hasil mindset tetap
manfaat penting: Ini mempromosikan lebih self-efficacy
di sittings akademik.
Dalam kemping dengan siswa Entity, siswa yang
memiliki keyakinan tambahan tetap lebih banyak
sumber daya untuk belajar; mereka percaya dapat
meningkatkan kemampuan atau kecerdasan mereka
dengan usaha, self-efficacy tidak tetap dan bisa
berkembang sebagai upaya lebih yang dikeluarkan.
Upaya dapat membantu mereka meningkatkan, terlepas
dari tingkat mereka saat ini kemampuan. Sebaliknya,
ketika siswa percaya bahwa kemampuan ini tidak
berubah, maka usaha tidak dilihat sebagai alat atau
sumber daya untuk pemecahan masalah, pada
gilirannya, mengurangi self-efficacy.
Menurut teori Bandura sosial kognitif , pengalaman
penguasaan adalah sumber terkuat untuk
pengembangan self-efficacy. Sejak mahasiswa entitas
tidak percaya untuk mengubah kemampuan mereka,
mereka self-efficacy beresiko. Mereka tidak memilih
situasi prestasi untuk menghindari kegagalan terjadi,
pada gilirannya, penghambat pengembangan pribadi
mereka.
Ketika datang untuk memilih strategi untuk masa
depan, mereka memilih strategi negatif, seperti self-
handicapping, dan menunjukkan pola motivasi
maladaptif, kognisi negatif, negatif mempengaruhi,
mengurangi usaha dan aspirasi, menunjukkan tingkat
yang lebih rendah dari ketekunan dan menyerah tugas
mudah [25, 26], memilih perbandingan ke bawah. Oleh
karena itu, keyakinan tambahan yang diperlukan
tentang intelijen harus didorong.
10. Saran dan Implikasi
Penelitian ini bukan tanpa keterbatasan, penelitian kami
tidak eksperimental, dan kemudian kita tidak bisa
mendapatkan penjelasan yang kasual. Hal ini terbatas
karena subjek laki-laki dan alam cross-sectional nya. Kami
tidak mengontrol variabel lain, seperti keyakinan guru dan
gaya motivasi, yang tampaknya efek pada variabel
independen.
Oleh karena itu, penelitian masa depan mungkin
merencanakan desain eksperimen untuk menguji teori diri
berpengaruh pada efektivitas diri, memeriksa apakah ada
temuan ini bisa digeneralisasi di seluruh siswa perempuan
dan budaya lainnya, dan menyelidiki pengaruh variabel
lain atau peran dalam keberhasilan diri.

Anda mungkin juga menyukai