Anda di halaman 1dari 21

HIPOTIROIDISME

PENDAHULUAN

Memiliki anak yang tumbuh dan berkembang secara normal merupakan idaman
setiap orang tua, tetapi pada kenyataannya tidak jarang dijumpai anak-anak yang
mengalami gangguan perkembangan yang mengakibatkan alur tumbuh kembangnya tidak
mengikuti alur perkembangan yang normal. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
bawaan (faktor biologis, nature), faktor lingkungan, maupun kombinasi di antara keduanya.
Kedua faktor ini berinteraksi mempengaruhi aspek fisik dan psikologis anak. Salah satu
faktor biologis yang dapat menghambat tumbuh kembang anak adalah adanya abnormalitas
fungsi tiroid.Abnormalitas tiroid dapat dibagi atas 2 bagian besar, yaitu hipertiroid dan
hipotiroid.1
Hormon tiroid sangat penting untuk metabolisme energi, nutrisi dan ion organik,
termogenesis serta merangsang pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan, pada
periode kritis juga untuk perkembangan susunan saraf pusat dan tulang. Hormon ini
mempengaruhi beberapa fungsi jaringan dan sel melalui berbagai pola aktivasi genomik
dan sintesis protein serta reseptor yang mempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas.
Hormon tiroid berpotensiasi dengan katekolamin dan berefek pada pertumbuhan somatik
dan tulang yang diperantai oleh stimulasi sintesis dan kerja hormon pertumbuhan dan IGF
(Insulin like growth hormone). Disfungsi tiroid pada masa bayi dan anak dapat berakibat
pada kelainan metabolik yang ditemukan pada masa dewasa, berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan, karena maturasi jaringan dan organ atau jaringan spesifik
yang merupakan pengatur perkembangan bergantung pada efek hormon tiroid, sehingga
konsekuensi klinik disfungsi tiroid tergantung pada usia mulai timbulnya pada masa bayi
atau anak.2
Hormon tiroid menjadi salah satu hormon yang dibutuhkan oleh hampir seluruh
proses tubuh termasuk metabolisme, sehingga keadaan hipotiroid berpengaruh pada

1
berbagai peristiwa dijaringan tubuh manusia. Hormon tiroid membuat fungsi sel dan organ
di dalam tubuh berjalan dengan kecepatan yang benar. Jika kekurangan hormon tiroid,
semua aktivitas sel tubuh menjadi lambat (slow down). Hipotiroid dianggap sebagai
keadaan dimana efek hormon tiroid di jaringan tubuh menurun. Ini ditandai dengan rasa
capek, depresi, kulit kering, sukar buang air besar, dan tubuh yang bertambah gemuk. 3,4

Hipotiroid adalah gangguan endokrin umum akibat kekurangan hormon tiroid.


Biasanya adalah proses utama dimana kelenjar tiroid menghasilkan jumlah hormon tiroid
yang cukup. Hal ini juga dapat menjadi sekunder yaitu, kurangnya sekresi hormon tiroid
karena sekresi yang tidak memadai baik thyrotropin (yaitu, thyroid stimulating hormone)
dari kelenjar hipofisis atau Thyrotropin releasing hormone dari hipotalamus (sekunder atau
hipotiroid tersier). Presentasi pasien dapat bervariasi dari tanpa gejala sampai, jarang, koma
dengan kegagalan organ multisistem (koma myxedema). Kretinisme mengacu pada
hipotiroidisme kongenital, yang mempengaruhi 1 per 4000 bayi baru lahir. Hipotiroidisme
subklinis, juga disebut sebagai hipotiroidisme ringan, didefinisikan sebagai normal kadar
serum T4 bebas dengan konsentrasi TSH sedikit meninggi pada serum.5

DEFINISI
Hipotiroid adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid, yang
kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik. Hipotiroid pada bayi dan anak
anak berakibat perlambatan pertumbuhan dan perkembangan yang jelas dengan akibat yang
menetap seperti retardasi mental.6
Hipotiroid merupakan gangguan endokrin yang diakibatkan karena kekurangan
hormon tiroid. Biasanya terjadi proses utama dimana kelenjar tiroid tidak mampu
menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Hipotiroid berarti bahwa kelenjar
tiroid tidak dapat membuat hormon tiroid yang cukup untuk menjaga tubuh berjalan seperti
biasanya. Orang-orang dengan hipotiroid memiliki terlalu sedikit hormon tiroid dalam

2
darah. Penyebab umumnya bisa dikarenakan oleh penyakit autoimun, operasi pengangkatan
tiroid dan pengobatan radiasi.5,7

EPIDEMIOLOGI

Menurut survey yang dilakukan The National Health and Nutrition Examination
Survey (NHANES 1999-2002) dari 4.392 individu populasi AS dilaporkan mengalami
hipotiroid (tingkat TSH> 4,5 mIU / L) sekitar 3,7% dari populasi. Hipotiroid lebih umum
pada wanita dengan ukuran tubuh kecil saat lahir dan indeks massa tubuh rendah selama
masa kanak-kanak . Kekurangan yodium sebagai penyebab hipotiroid lebih umum terjadi di
dunia internasional. Prevalensi dilaporkan sebagai 2-5% tergantung pada studi, meningkat
menjadi 15% pada usia 75 tahun.5
Di negara maju, kematian yang disebabkan oleh hipotiroid jarang terjadi.
NHANES 1999-2002 melaporkan bahwa prevalensi hipotiroid (termasuk subklinis) lebih
tinggi pada ras putih (5,1%) dan Amerika Meksiko daripada di Afrika Amerika (1,7%).
Afrika Amerika cenderung memiliki nilai TSH yang lebih rendah. Studi masyarakat
menggunakan kriteria yang sedikit berbeda untuk menentukan hipotiroid, karena itu, rasio
wanita-pria bervariasi. Umumnya, penyakit tiroid lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria, dengan laporan prevalensi 2-8 kali lebih tinggi pada wanita.5
Frekuensi hipotiroid, gondok, dan nodul tiroid meningkat sesuai usia. Hipotiroid
paling umum pada populasi lanjut usia, dengan 2% menjadi 20% dari kelompok usia yang
lebih tua. Studi Framingham ditemukan hipotiroidisme (TSH> 10 mIU / L) di 5,9% wanita
dan 2,4% pria lebih tua dari 60 tahun. Pada laporan NHANES 1999-2002, kemungkinan
memiliki hipotiroid 5 kali lebih besar pada orang yang berusia 80 tahun dan lebih tua dari
pada individu berusia 12-49 tahun.5

3
ETIOLOGI

Kekurangan hormon tiroid dapat berupa bawaan atau didapat. Hipotiroid dapat
diklasifikasikan menjadi hipotiroid primer, sekunder, dan tersier. Hipotiroid primer terjadi
akibat kegagalan tiroid memproduksi hormon tiroid, sedangkan hipotiroid sekunder adalah
akibat dari defisiensi hormon TSH yang dihasilkan oleh hipofisis. Hipotiroid tersier
disebabkan oleh defisiensi TRH yang dihasilkan oleh hipotalamus. Penyebab terbanyak
hipotiroid adalah akibat kegagalan produksi hormon tiroid oleh tiroid (hipotiroid primer).
Ada banyak alasan mengapa sel-sel di dalam kelenjar tiroid tidak dapat membuat hormon
tiroid yang cukup.6
A. Hipotiroidisme Kongenital9
1. Disgenesis tiroid
Beberapa bentuk disgenesis tiroid (aplasia, hipoplasia, ektopik) merupakan
penyebab paling umum dari hipotiroidisme kongenital, sekitar 80 85% kasus.
Penyebab disgenesis tiroid tidak diketahui secara pasti. Disgenesis tiroid terjadi
secara sporadis, namun kadang kadang ditemukan kasus disgenesis tiroid dalam 1
keluarga. Ditemukan penyimpangan perkembangan tiroid, seperti kista saluran
tiroglosus dan hemiagenesis pada 8 10% dari kerabat terdekat dengan disgenesis
tiroid yang didukung kompenen genetik yang mendasari.
Kebanyakan bayi dengan hipotiroidisme kongenital pada saat lahir tidak bergejala
walaupun ada agenesis total kelenjar tiroid. Situasi ini dianggap berasal dari
perpindahan transplasenta dari ibu yang memberikan 25-50% kadar tiroksin (T4)
pada saat lahir.
2. Kegagalan sintesis Hormon tiroid ( Dyshormogenesis )
Berbagai kegagalan dalam biosintesis hormon tiroid dapat menyebabkan
hipotiroidisme kongenital, dimana ditemukan pada 15% kasus pada program
skrining neonatal ( 1/30.000 1/50.000 ). Defek ini ditentukan secara genetik dan

4
dipindahkan dengan cara autosom resesif. Gejala klinis yang sering muncul adalah
adanya goiter.
3. Thyrotropin Receptor-Blocking Antibody ( TRBAb )
TRBAb dahulu disebut penghambat immunoglobulin pengikat tiroid ( TBII ).
Hipotiroidisme kongenital terjadi akibat antibodi ibu yang diberikan secara
transplasenta menghambat pengikatan TSH pada reseptornya. Hal ini terjadi pada
1/50.000-1/100.000 bayi.
4. Radioyodium
Hipotiroidisme telah dilaporkan akibat dari pemberian radioyodium secara tidak
sengaja selama kehamilan untuk pengobatan kanker tiroid atau hipertiroidisme.
Pemberian yodium radioaktif pada wanita yang sedang menyusui juga
terkontraindikasi karena dengan mudah dieksresikan dalam susu.
5. Defisiensi Tirotropin
Defisiensi TSH dan hipotiroidisme dapat terjadi pada keadaan apapun yang terkait
dengan defek perkembangan kelenjar pituitary atau hipotalamus. Keadaan yang
paling sering terjadi adalah defisiensi TSH akibat defisiensi pelepas tirotropin
(TRH). Mayoritas bayi yang terkena memiliki defisiensi kelenja r pituitary multiple
dan datang dengan hipoglikemi, ikterus persisten, dan mikropenis.

B. Hipotiroidism Didapat9
1. Tiroiditis Limfositik kronik
Tiroiditis limfositik kronik merupakan penyebab paling sering pada terjadinya
hipotiroidisme didapat. Meskipun secara khas ditemukan pada remaja, namun
keadaan ini terjadi pada awal usia 2 tahun. Penyakit ini merupakan suatu penyakit
autoimun yang ditandai secara histologis terdapat infiltrasi tiroid oleh limfosit.
2. Operasi pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.

5
Beberapa orang dengan nodul tiroid, kanker tiroid, atau Graves sebagian atau
seluruh tiroid mereka diangkat. Jika seluruh tiroid diangkat, orang tersebut pasti
akan menjadi hipotiroid. Jika bagian dari kalenjer yang tersisa, mungkin dapat
membuat hormon tiroid cukup untuk menjaga darah pada tingkat normal.
3. Pengobatan radiasi.
Beberapa orang dengan penyakit Graves, gondok nodular atau kanker tiroid
diberikan yodium radioaktif (I-131) dengan tujuan untuk menghancurkan kelenjar
tiroid tersebut.
4. Obat-obatan
Obat-obatan seperti amiodarone, lithium, interferonalfa, dan interleukin-2 adalah
obat yang paling mungkin untuk memicu terjadinya hipotiroid pada pasien yang
memiliki kecenderungan genetik penyakit tiroid autoimun.

PATOFISIOLOGI HIPOTIROID
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan
pada respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang
hipofisis anterior
Hipofisis anterior mesintesis thyrotropin ( Thyroid Stimulating hormone = TSH )
yang merangsang kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid ( triiodothyronin = T3 dan
tetraiodothyronin = T4 = thyroxin ) yang merangsang metabolisme jaringan yang
meliputi : konsusmsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi saraf, metabolism
protein, karbohidrat, lemak dan vitamin, serta kerja daripada hormon hormon lain.

6
Gambar 1. Sumbu Hipotalamus-hipofisis-tiroid. Kadar hormon tiroid yang beredar diatur
oleh sistem umpan balik yang kompleks yang melibatkan hipotalamus dan kelenjar

hipofisis.

7
Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid dan kalsitonin, diproduksi dari dua tipe
sel yaitu sel folikel tiroid dan parafolikuler. Meskipun gangguan hipotalamus atau hipofisis
dapat mempengaruhi fungsi tiroid, penyakit lokal dari kelenjar tiroid yang menghasilkan
penurunan produksi hormon tiroid adalah penyebab paling umum dari hipotiroidisme.
Dalam keadaan normal, tiroid melepaskan100-125 nmol T4 setiap hari dan hanya sebagian
kecil T3. Waktu paruh dari T4 adalah sekitar7-10hari.2,5

Pada awal proses penyakit, mekanisme kompensasi terjadi untuk mempertahankan


tingkat T3. Penurunan produksi T4 menyebabkan peningkatan sekresi TSH oleh kelenjar
hipofisis. TSH merangsang hipertrofi dan hiperplasia kelenjar tiroid dan aktivitas 5'-
deiodinase, sehingga meningkatkan produksi T3. Kekurangan hormon tiroid memiliki
berbagai efek. Efek sistemik adalah hasil dari salah satu terjadinya penurunan proses
metabolisme atau efek langsung oleh infiltrasi miksedematous (yaitu akumulasi
glukosaminoglikan dalam jaringan). Perubahan hipotiroid di hasil jantung membuat

8
kontraktilitas menurun, pembesaran jantung, efusi perikardial, penurunan denyut nadi, dan
penurunan curah jantung. Pubertas tertunda, anovulasi, ketidakteraturan menstruasi, dan
infertilitas yang umum. Skrining TSH harus menjadi bagian rutin dari penyelidikan atas
ketidakteraturan menstruasi atau infertilitas. Penurunan efek hormon tiroid dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan low density lipoprotein (LDL)
kolesterol dan perubahan dalam high-density lipoprotein (HDL) kolesterol karena terjadi
perubahan metabolik. Selain itu, hipotiroidisme dapat menyebabkan peningkatan resistensi
insulin.5

MANIFESTASI KLINIS

A. Hipotiroidisme Kongenital

Hipotiroidisme kongenital lebih sering terjadi pada anak perempuan dibanding anak
laki laki.Tanpa program skrining neonates, hipotiroidisme kongenital jarang dikenali pada
bayi yang baru lahir karena tanda tanda dan gejala gejalanya biasanya tidak cukup
berkembang. Bayi yang tampak tenang dan mempunyai badan yang relative gemuk
biasanya lambat didiagnosa.11

Riwayat dan gejala pada neonatus dan bayi :10

Fontanella mayor yang lebar dan fontanella posterior yang terbuka

9
Suhu rectal <35,50C dalam 0 45 jam pasca lahir
Berat badan lahir >3500 gram, masa kehamilan >40 minggu
Suara parau
Riwayat ikterus lebih dari 3 hari

Hernia umbilicalis

Miksedema

10
Makroglosi

Riwayat BAB pertama >20 jam setelah lahir dan sembelit


Kulit kering, dingin, dan motling (berbercak-bercak, terutama tungkai)
Letargi
Gangguan minum dan menghisap
Bradikardia ( <100/menit )
Hipotonia
Tidur yang berlebihan, sedikit menangis, tidak selera makan, biasanya lamban
Mata terpisah lebar (hipertelorism)

11
Gejala pada anak :

Dengan goiter maupun tanpa goiter


Gangguan pertumbuhan (kerdil)

Gangguan perkembangan motorik, mental, gigi, tulang, dan pubertas


Gangguan perkembangan mental permanen terutama bila onset terjadi sebelum
umur 3 tahun
Aktivitas berkurang, lambat
Kulit kering
Miksedema
Tekanan darah rendah, metabolism rendah
Intoleransi terhadap dingin

12
B. Hipotiroidisme Didapat

Perlambatatan pertumbuhan biasanya merupakan manifestasi klinis pertama, tetapi


tanda ini sering lewat tanpa diketahui. Perubahan miksedematosa kulit, konstipasi,
intoleransi dingin, energi menurun, bertambahnya kebutuhan untuk tidur terjadi secara
diam diam. Maturasi tulang terlambat, sering secara mencolok yang merupakan
petunjuk lamanya hipotiroidisme.

Beberapa anak datang dengan nyeri kepala, masalah penglihatan, pubertas prekoks,
atau galaktorea. Anak anak ini biasanya mengalami pembesaran hiperplastik kelenjar
pituitary, sering kali dengan perluasan suprasella, setelah hipotiroidisme yang lama dan
keadaan ini dapat keliru dengan tumor kelenjar pituitaria.6,9.

DIAGNOSIS

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Darah
Jumlah T4 dan tingkat FT4 mengalami penurunan. T3 serapan resin (T3RU)
rendah. Dalam hipotiroidisme primer, tingkat serum TSH meningkat. Dalam
hipotiroidisme sentral, tingkat TSH mungkin rendah atau tidak tepat normal.
Beredar autoantibodi untuk peroksidase tiroid dan tiroglobulin dapat hadir.
Serum prolaktin mungkin meningkat, sehingga galaktorea. Serum GH mungkin
akan menurun, dengan respon bawah normal GH terhadap stimulasi pada anak-
anak dengan hipotiroidisme primer yang parah.

13
Apabila ibu dicurigai menderita hipotiroid maka bayi perlu diperiksa antibody
antitiroid. Kadar thyroid binding globulin (TBG) diperiksa bila ada dugaan
defisiensi TBG yaitu bila dengan pengobatan hormon tiroid tidak ada respon.10

b. Pemeriksaan Radiologi
- X-Ray Trachea
Pencitraan tiroid, sementara membantu dalam membangun penyebab
hipotiroidisme kongenital, biasanya tidak diperoleh, karena tidak mempengaruhi
rencana perawatan.

- Bone Age
Bone Age terlambat dalam hal ini usia tulang tertunda. Pusat osifikasi,
terutama pinggul, mungkin menunjukkan beberapa pusat kecil, berpori, atau
terfragmentasi pusat tunggal (disgenesis epifisis). 9,10 Maturitas tulang terhambat
adalah keterlambatan perkembangan tulang berdasarkan pemeriksaan rontgen
tangan kiri, dinilai berdasarkan atlas dari Greulich & Pyle.

c. Pemeriksaan USG
Bila memungkinkan, lakukan pemeriksaan skintigrafi/sidik tiroid dengan
menggunakan technetium-99 atau iodine-123) dan ultrasonografi (USG) tiroid.
Pemeriksaan USG/skintigrafi tiroid perlu dilakukan bila pemeriksaan antibody
tiroid negatif dan teraba nodul namun umumnya pemeriksaan ini jarang
diperlukan.Namun apabila tes antibodi negatif dan tidak dijumpai goiter maka
diperlukan pemeriksaan USG / skintigrafi untuk mengidentifikasi adanya
jaringan tiroid dan lokasi jaringan tiroid bila ada. Untuk membedakan kelainan
primer dan disgenesis tiroid.2,10

4. Skrining Fungsi Tiroid Bayi Baru Lahir

14
- Bayi dengan hipotiroid congenital biasanya diidentifikasi 2-3 minggu setelah
kelahiran
- Bayi harus diperiksa dengan hati-hati dan dilakukan skrining ulang untuk
mengkonfirmasi diagnosis hipotiroid kongenital.
-
DIAGNOSIS BANDING

- Mongolisme/Sindrome Down
- Beckwith-Wiedemann Syndrome
- Goiter
- Iodine Deficiency
- Panhypopituitarisme
- Hipopituitarisme Pediatrik
- Defisiensi Thyroxine-Binding Globulin
Dari semua diagnosis banding hipotiroid sering dikaitkan dengan Sindrom Down
karena angka kejadian penyakit tiroid meningkat di antara penderita Sindrome Down.
Hipotiroid, baik congenital maupun didapat, adalah yang paling sering dijumpai (16-
20%). Pada beberapa bayi dan anak dengan SD ditemukan kelainan
hipertirotropinemia idiopatik dengan TSH meningkat dan T4 yang normal. Hal ini
dapat merupakan akibat defek neuroregulator TSH ang berada dalam batas normal
sampai batas atas, bila dipantau selama 24 jam, oleh karena itu pemeriksaan TSH dan
T4 dianjurkan setiap 6 bulan dan tidak diterapi kecuali kadar T4 yang rendah. 1,2,8
Walaupun SD sering disertai hipotiroid kongenital, tetap ada perbedaan manifestasi
klinis yang ditemukan. Pada syndrome down didapat tanda dan gejala sebagai berikut :
epikantus (+), makroglosi (+), miksedema (-), retardasi motorik dan
mental,Kariotyping, trisomi 21.

15
PENATALAKSANAAN
Hipotiroidisme diobati dengan levotiroksin (T4), yang terdapat dalam bentuk murni
dan stabil dan tidak mahal. Levotiroksin dikonversi menjadi T3 di intraselular, sehingga
kedua hormon sama-sama didapatkan dalam tubuh walaupun hanya satu jenis. Tiroid sering
tidak memuaskan karena isi hormonnya yang bermacam-macam, dan triiodotirosin (sebagai
liotironin) tidak memuaskan karena absorpsinya yang cepat dan waktu paruhnya yang
singkat dan efeknya yang sementara. Waktu paruh levotiroksin kira-kira 7 hari, jadi hanya
perlu diberikan sekali sehari. Kadar dalam darah mudah dipantau dengan cara mengikuti
FT4I atau FT4 dan kadar TSH serum. Ada peningkatan T4 atau FT4I kira-kira 1-2
mikrogram/dL (13-26nmol/L) dan disertai penurunan TSH sebanyak 1-2 mikroU/L (1-2
mU/L) mulai dalam 2 jam dan berakhir setelah 8-10 jam setelah dosis per oral 0,1-0,15
mglevotiroksin. Karena itu, dosis harian levotiroksin sebaiknya diminum pagi hari untuk
menghindari gejala-gejala insomnia yang dapat timbul bila diminum malam hari. Sebagai
tambahan, ketika kadar serum tiroksin dipantau, penting untuk mengukur glukosa darah
puasa atau sebelum mendapat dosis harian hormon untuk mendapat data yang konsisten.6
Dosis levotiroksin : Dosis levotiroksin bervariasi sesuai dengan umur dan berat
badan. Anak kecil membutuhkan dosis yang cukup mengejutkan dibanding orang dewasa.
Pada orang dewasa, rata-rata dosis penggantian T4 kira-kira 1,7 mikrogram /kg/hari atau
0,8 mikrogram/pon/hari. Pengobatan pada anak usia 1-5 tahun dengan dosis 100
mikrogram/m2 atau 4-6 mikrogram/kgBB. Pada usia 6-10 tahun dengan dosis 3-4
mikrogram/kgBB, pada usia 11 tahun atau lebih dengan dosis 2-3 mikrogram/kgBB. Pada
pasien goiter dapat diberikan dosis tinggi untuk menekan TSH agar tetap dalam rentang

16
normal rendah (0,3-1 Mu/liter) sehingga meminimalkan goitergenik. Setelah anak
mendapatkan dosis yang dianjurkan selama paling sedikit 6-8 minggu, pemeriksaan kadar
TSH dan T4 harus diulang. Apabila telah dicapai keadaan eutiroid, pasien harus selalu
dipantau setiap 6-12 bulan.2,6

KOMPLIKASI
A. Koma miksedema
Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak
diobati. Ditandai oleh kelemahan progresif, stupor, hipotermia, hipoventilasi,
hipoglikemia, hiponatremia, intoksikasi air, syok dan meninggal.Walaupun
jarang, ini dapat terjadi lebih sering dalam masa mendatang, dihubungkan
dengan peningkatan penggunaan radioiodin untuk terapi penyakit Graves,
dengan akibat hipotiroidisme permanen. Karena ini paling sering pada pasien-
pasien tua dengan adanya penyakit dasar pada paru dan pembuluh darah,
mortalitasnya sangat tinggI.

B. Miksedema dan Penyakit Jantung


Dahulu, terapi pasien dengan miksedema dan penyakit jantung, khususnya
penyakit arteri koronaria, sangat sukar karena penggantian levotiroksin
seringkali dihubungkan dengan eksaserbasi angina, gagal jantung, infark
miokard. Namun karena sudah ada angioplasty koronaria dan bypassarteri
koronaria, pasien dengan miksedema dan penyakit arteri koronaria dapat
diterapi secara operatif dan terapi penggantian tiroksin yanglebih cepat dapat
ditolerir.

C. Hipotiroidisme dan Penyakit Neuropsikiatrik

17
Hipotiroidisme sering disertai depresi, yang mungkin cukup parah. Lebih
jarang lagi, pasien dapat mengalami kebingungan, paranoid, atau bahkan
maniak.Skrining perawatan psikiatrik dengan FT4 dan TSH adalah cara efisien
untuk menemukan pasien-pasien ini, yang mana seringkali memberikan respons
terhadap terapi tunggal levotiroksin atau dikombinasi dengan obat-obat
psikofarmakologik. Efektivitas terapi pada pasien hipotiroid yang terganggu
meningkatkan hipotesis bahwa penambahan T3atau T4 pada regimen psiko
terapeutik untuk pasien depresi, mungkin membantu pasien tanpa
memperlihatkan penyakit tiroid.6

D. Disabilitas Intelektual dan Gangguan Pertumbuhan & Perkembangan

Secara garis besar, gangguan tumbuh kembang pada hipotiroidisme adalah


gangguan terhadap pertumbuhan fisik, pertumbuhan dan kematangan susunan saraf
pusat dan proses kedewasaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Melda
Deliana, dkk di RS Ciptomangunkusumo Jakarta ditemukan gangguan pertumbuhan
fisik berupa gizi buruk pada 53,3% kasus, perawakan pendek pada 90%, sedangkan
perhitungan berat badan menurut tinggi badan ditemukan normal pada 70% kasus.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mempunyai rasio berat badan
menuju tinggi badan meningkat dan hal ini sesuai dengan kelainan endokrinologi.11

PROGNOSIS
Penderita dengan hipotiroid hampir mengalami keterlambatan atau gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dikarenakan adanya keterlambatan dalam deteksi
dini. Oleh karena itu upaya deteksi dini bisa mengurangi resiko gangguan tumbuh
kembang. Lebih cepat terdeteksi, lebih cepat dapat dilakukan pengobatan, dan
prognosisnya akan lebihbaik.2,8

18
Keterlambatan dalam mendiagnosis, pengobatan yang tidak adekuat dan banyaknya
komplikasi pada pasien umur 2 3 tahun dapat berakibat pada berbagai macam kerusakan
otak. Tanpa pengobatan, bayi akan mengalami keterbelakangan mental dan keterlamatan
pertumbuhan. Hipotiroidisme yang tidak diobati dapat menyebabkan koma atau bahkan
kematian. Sekitar 20% dari anak-anak memiliki defisit pendengaran neurosensorik.5
Jika hipotiroidisme muncul pada umur 2 tahun keatas, prognosisnya lebih bagus
meskipun terlambat didiagnosis dan diberi pengobatan, hal ini mengindikasikan betapa
pentingnya hormon tiroid pada pertumbuhan otak bayi. Pada kebanyakan pasien, terapi
hormon tiroid membalikkan tanda-tanda dan gejala hipotiroidisme.9

KESIMPULAN

Disfungsi tiroid pada bayi dan anak berpengaruh besar pada pertumbuhan dan
perkembangannya. Dan juga dapat berakibat kelainan metabolik yang akan ditemukan saat
dewasa, sehingga konsekuensi klinik disfungsi tiroid tergantung pada usia mulai timbulnya
baik saat masa bayi atau kanak-kanak. Apabila hipotiroidisme terdapat pada janin atau bayi
baru lahir tidak diobati maka dapat menyebabkan kelainan intelektual dan atau disfungsi
neurologik yang menetap.Ini menunjukkan betapa pentingnya peran dari hormon tiroid
dalam kehidupan pada perkembangan otak saat masa tersebut. Setelah usia 3 tahun,
sebagian besar perkembangan otak yang tergantung pada hormon tiroid sudah lengkap
tetapi pada hipotiroidisme dapat mengakibatkan pertumbuhan lambat dan terjadi
perlambatan maturasi tulang. Tetapi biasanya tidak menetap dan tidak berpengaruh menetap
pada perkembangan kognitif dan neurologiknya, sehingga perlu dilakukan skrining untuk
deteksi dini dan terapi dini.

Sampai saat ini, dengan melakukan pengobatan yang rutin prognosis hipotiroidisme
adalah baik karena gejala gejala yang timbul perlahan lahan akan berkurang, namun

19
tetap perlu diperhatikan perkembangan mental dan pertumbuhannya karena dengan adanya
hipotiroidisme dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yusuf EA, Zulkarnain. Masalah Emosi dan Perilaku pada Anak Penderita Hipotiroid
Kongenital. Kedokteran Nusantara. 2007;40:13-20
2. Susanto R. Kelainan Tiroid Masa Bayi : skrining hipotiroidisme neonatal,
hipotiroidisme kongenital dan hipotiroidisme didapat. Thyroidology update. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP, Semarang, 2009.
3. Wirawan A dkk.Tumbuh Kembang Anak Hipotiroid Kongenital yang Diterapi Dini
dengan Levo-tiroksin dan dosis awal tinggi. Sari Pediatri. Bagian/SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah,Denpasar.2013.vol 15.69-74.
4. Purwanti KD dkk.Deteksi Dini Hipotiroid Kongenital di Nusa Tenggara
Barat.PTKMR BATAN.2008.
5. Anonymous. Hypothyroidism. American Thyroid Association. 2014.
6. Jonklass J dkk.Guidelines for the treatment of hypothyroidism.American Thyroid
Association.Canada.2014.136.
7. Sanghui U dan Diwakar KK.Universal Newborn Screening for Congenital
Hypothiroidism.Indian Pediatric.2008.vol 45.331-332.
8. Rose, S R. Update Newborn Screening and Therapy for Congenital
Hyporhyroidism. Off. J of AAP. Pediatrics. 2006.
9. Ogilvy-Stuart AL. Neonatal Thyroid Disorders. Arch Dis Child Fetal Neonatal.
2008.

20
10. Brown RS. The thyroid. Dalam: Brook CGD, Clayton PE, Brown RS, penyunting.
Brooks clinical pediatric endocrinology. Edisi ke-6. UK:Wiley-
Blackwell;2009.h.250-82.
11. Soetjiningsih. Kretin. Dalam: IG.N. Gde Ranuh, penyunting. Tumbuh kembang
anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998. H. 203-10

21

Anda mungkin juga menyukai